LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK HEMATOIMUNOLOGI Pemeriksaan Jumlah Eritrosit Pemeriksaan Hematokrit Hitung Jenis Leukosit Indeks Hematokrit Oleh Kelompok D4 Anggota : Risma Pramudya G1A010045 Bayu Aji Pamungkas G1A011071 Gilang Ananda G1A011082 Bagas Ryan Kusuma G1A011089 Btari Farhana Indillah G1A012153 Muhammad Reiza P G1A012154 Ong Reaya Sany G1A012155 PJ Laboratorium : Yefta KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
BLOK HEMATOIMUNOLOGI
Pemeriksaan Jumlah Eritrosit
Pemeriksaan Hematokrit
Hitung Jenis Leukosit
Indeks Hematokrit
Oleh
Kelompok D4
Anggota : Risma Pramudya G1A010045
Bayu Aji Pamungkas G1A011071
Gilang Ananda G1A011082
Bagas Ryan Kusuma G1A011089
Btari Farhana Indillah G1A012153
Muhammad Reiza P G1A012154
Ong Reaya Sany G1A012155
PJ Laboratorium : Yefta
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2013
1
BAB I
DASAR TEORI
A. Eritrosit
Eritrosit merupakan elemen terbesar penyusun darah, berbentuk piringan
bikonkaf dengan garis tengah 8 um, ketebalan 2 um di tepi luar, dan ketebalan
1 um di bagian tengah. Bentuk bikonkaf sel darah merah ini menghasilkan
luas permukaan yang lebih besar untuk difusi O2 menembus membran
dibandingkan dengan bentuk sel yang bulat dengan besar volum sama. Sel
yang tipis juga memungkinkan O2 cepat berdifusi antara bagian paling dalam
sel dan eksterior sel. Gambaran lain yang mempermudah fungsi transpor sel
darah merah adalah kelenturan membrannya. Sel darah merah yang memiliki
garis tengah 8 um dapat mengalami perubahan bentuk secara luar biasa
sewaktu mengalir satu per satu melewati kapiler yang garis tengahnya
sesempit 3 um (Sherwood, 2002).
Sel darah merah tidak memiliki nukleus, mitokondria, dan ribosom, serta
tidak dapat bergerak. Eritrosit hanya terdiri dari (Sherwood, 2002):
1. membran luar;
2. hemoglobin (Hb), komponennya terdiri atas:
a. heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi;
b. globin bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta;
3. karbonik anhidrase (enzim yang terlibat dalam transpor
karbondioksida).
Kisaran jumlah normal eritrosit adalah: laki – laki 4,5 – 6,5 juta / liter,
wanita 3,9 – 5,8 juta / liter (Gibson, 2002).
Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum
tulang hingga terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi
dan dirangsang oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin adalah hormon
glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus
ginjal, dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas bahan globulin plasma,
untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang. Eritropoietin
2
mempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama saat sel induk
membelah diri dan proses pematangan sel menjadi eritrosit. Di samping
mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga memudahkan pengambilan
besi, mempercepat pematangan sel dan memperpendek waktu yang
dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi.
Pada orang dewasa terutama terjadi di dalam sumsum tulang, dimana
sistem eritrosit menempati 20% – 30% bagian jaringan sumsum tulang yang
aktif membentuk sel darah. Sel eritrosit berasal dari sel induk multipotensial
dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi
menjadi sel darah sistem eritroid, mieloid, dan megakariosibila yang
dirangsang oleh eritropoeitin. sel induk multipotensial akan berdiferensiasi
menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial tidak mampu
berdiferensiasi lebih lanjut, sehingga sel induk unipotensial seri eritrosit hanya
akan berdiferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas akan
membentuk DNA yang diperlukan untuk tiga sampai dengan empat kali
mitosis. Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk
16 eritrosit. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Pada
produksi eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam
folat, piridoksin (vitamin B6), kobal, asam amino, dan tembaga. Secara garis
besar, perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sampai
eritrosit matang adalah sebagai berikut (Handayani, 2008):
1. Ukuran sel mengecil akibat mengecilnya inti sel.
2. Inti sel menjadi semakin padat dan akan dikeluarkan pada tingkatan
eritroblas asidosis.
3. Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan
hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel.
B. Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit menggambarkan perbandingan persentase antara
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit terhadap volume seluruh darah
atau konsentrasi (%) eritrosit dalam 100mL/dL keselurahan darah.
3
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
hemoglobin (Hb) dan eritrosit.
Hematokrit dapat diukur pada darah vena atau kapiler dengan teknik
makrokapiler dan mikrokapiler. Pada teknik makrokapiler, darah vena diambil
kemudian dimasukkan dalam tabung berskala dengan panjang 100 mm dan
disentrifuse pada 2260 g selama 30 menit. Volume packed red cell dan plasma
dibaca secara langsung dari angka milimeter disisi tabung. Metode
makrokapiler ini sudah tidak banyak lagi digunakan (Sacher, 2004).
Prinsip pengukuran hematokrit cara manual (metode mikro) adalah darah
vena dengan menggunakan antikoagulan, kemudian dimasukkan kedalam
tabung kapiler yang salah satu ujungnya ditutup dengan bahan khusus
(malam) dan dipusingkan dengan kecepatan tertentu sehingga terjadi
pemadatan sel-sel darah merah. Tingginya sel darah merah diukur dengan
menggunakan skala hematokrit yang dinyatakan dalam persen terhadap
seluruh darah.
Metode mikrohematokrit menggunakan darah vena atau darah kapiler
untuk mengisi sebuah tabung kapiler dengan panjang sekitar 7 cm dan
diameter 1 milimeter. Tabung yang sudah terisi kemudian disentrifuse selama
4 – 5 menit pada 10.000 g, dan proporsi plasma dan sel darah merah
ditentukan dengan alat pembaca berkalibrasi. Proses sentrifuse harus dikontrol
agar gaya sentrifugalnya optimal. Teknik ini memungkinkan kita untuk
memperkirakan secara kasat mata volume sel darah putih dan trombosit yang
membentuk buffy coat antara sel darah merah dan plasma. Hematokrit juga
dapat ditentukan dengan menggunakan instrumen elektronik otomatis, dan
hematokrit dihitung dari volume sel rerata dan hitung sel darah merah (Sacher,
2004).
Semakin tinggi persentase hematokrit berarti konsentrasi darah semakin
kental, dan diperkirakan banyak plasma darah yang keluar dari pembuluh
darah hingga berlanjut pada kondisi syok hipovolemik. Penurunan hematokrit
terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia,
dan kondisi lainnya.
4
C. Indeks Eritrosit
Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit.
Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit
terdiri atas : isi/volume atau ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular
volume atau volume eritrosit rata-rata), berat (MCH : mean corpuscular
hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi (MCHC : mean
corpuscular hemoglobin concentration atau kadar hemoglobin eritrosit rata-
rata), dan perbedaan ukuran (RDW : RBC distribution width atau luas
distribusi eritrosit).
Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam mengklasifikasi anemia
atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai macam anemia.
Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan
elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat
menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin,
hematokrit/PCV dan hitung eritrosit.
a. MCV (Mean Corpouscular Volume)
MCV atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER) merupakan
penghitungan untuk volume eritrosit rata – rata. MCV merupakan
indeks eritrosit yang paling sering digunakan. MCV dapat
dirumuskan sebagai berikut (Kee, 2007):
MCV= HematokritJumlah eritrosit
×10
Nilai normal dari MCV adalah antara 82 – 92 femtoliter untuk
dewasa, 73 – 101 femtoliter untuk anak usia 1 – 3 tahun, 72 – 88
femtoliter untuk anak usia 4 – 5 tahun, 69 – 93 femtoliter untuk anak
usia 6 – 10 tahun, dan 98 – 122 femtoliter untuk bayi yang baru lahir
(Kee, 2007).
Interpretasi dari MCV adalah makrositik (MCV di atas normal),
normositik (MCV dalam batas normal), dan mikrositik (MCV di
bawah normal) (Kee, 2007).
b. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)
MCH atau Hemoglobin Eritrosit Rata – Rata (HER) mengindikasikan
bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya.
5
MCH diperoleh dengan mengalikan kadar Hb 10 kali, lalu
membaginya dengan hitung eritrosit (Kee, 2007).
MCH= HemoglobinJumlaheritrosit
×10
Nilai normal dari MCH untuk dewasa adalah antara 27 – 32
pikogram, 33 – 41 pikogram untuk bayi yang baru lahir, 23 – 31
pikogram untuk anak usia 1 – 5 tahun, dan 22 – 34 pikogram untuk
anak usia 6 – 10 tahun (Kee, 2007).
MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik – normokromik
atau sferositosis, dan menurun pada anemia mikrositik –
normokromik atau anemia mikrositik – hipokromik (Kee, 2007).
c. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
MCHC atau Kadar Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER)
mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit.
MCHC dapat dirumuskan sebagai berikut (Kee, 2007):
MCHC= HemoglobinHematokrit
× 100 %
Nilai normal untuk dewasa adalah antara 32 – 37%, 31 – 35% untuk
bayi yang baru lahir, 26 – 34% untuk anak usia 1,5 – 3 tahun, dan 32
– 36% untuk anak usia 5 – 10 tahun (Kee, 2007).
Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi
zat besi serta talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan
MCV atau dari hemoglobin dan hematocrit (Kee, 2007).
6
D. Jenis Leukosit
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh yang
dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe (Guyton &
Hall, 1997).
Sel darah putih yang secara normal ditemukan dalam darah, yaitu
(Eroschenko, 2003):
a. Eosinofil
Eosinofil merupakan 2 – 4% leukosit di dalam darah. Sel ini biasanya
mudah dikenali pada apusan darah karena sitoplasmanya dipenuhi
granul eosinofilik (merah muda terang) besar. Inti eosinofil berlobus
dua, tetapi kadang – kadang berlobus 3 yang kecil (Eroschenko,
2003).
Gambar 1.1 Eosinofil
b. Basofil
Basofil mencakup kurang dari 1% dari leukosit darah dan itulah
sebabnya basofil paling sulit ditemukan dalam apusan darah. Granula
pada basofil tidak sebanyak pada eosinofil, namun ukuran granulnya
lebih bervariasi, tidak begitu berhimpitan dan terpulas biru tua atau
cokelat. Intinya tidak berlobus banyak dan terpulas basofilik pucat,
namun terhalangi oleh kepadatan granul (Eroschenko, 2003).
Gambar 1.2 Basofil
c. Neutrofil
7
Neutrofil terdapat kira – kira 60 – 70% dari populasi leukosit darah
dan mudah ditemukan dalam apusan darah. Neutrofil segmen lebih
banyak ditemukan daripada neutrofil stab. Sitoplasma neutrofil
mengandung granul halus berwarna ungu atau merah muda yang
susah dilihat dengan mikroskop cahaya biasa, akibatnya,
sitoplasmanya tampak bening. Inti neutrofil terdiri atas beberapa
lobus yang dihubungkan benang kromatin halus (Eroschenko, 2003).
Gambar 1.3 Stab Neutrofil
Gambar 1.4 Segmen Neutrofil
d. Limfosit
Limfosit mencakup 20 – 30% dalam leukosit darah. Limfosit hampir
tidak memiliki granul sitoplasma, dengan inti bulat sampai berbentuk
tapal kuda. Besarnya bervariasi, dari yang lebih kecil dari eritrosit
sampai dua kali besarnya. Pada limfosit, intinya yang terpulas gelap
mengisi hampir seluruh sitoplasma (Eroschenko, 2003).
Gambar 1.5 Limfosit
e. Monosit
8
Monosit adalah leukosit terbesar. Intinya bervariasi, dari bulat atau
lonjong sampai berlekuk atau berbentuk tapal kuda dan terpulas lebih
pucat daripada inti limfosit. Sitoplasmanya banyak dan sedikit
basofilik, sering mengandung granula zurofilik halus. Monosit ini
mencakup kira – kira 3 – 8% leukosit darah (Eroschenko, 2003).
Gambar 1.6 Monosit
Nilai normal jenis leukosit menurut Miller (Tim Patologi Klinik, 2010):
1. Eosinofil : 1 – 4%.
2. Basofil : 0 – 1%.
3. Stab : 2 – 5%.
4. Segmen : 50 – 70%.
5. Limfosit : 20 – 40%.
6. Monosit : 1 – 6%.
9
BAB II
Metode
A. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit
Alat :
1. Hemositometer :
a. Bilik Hitung NI
b. Pipet Eritrosit (skala, 0,5-1-101)
c. Kaca Penutup
2. Mikroskop
Bahan :
Darah venna atau darah kapiler
Reagen, Larutan Hayem :
1. NaSO4 kristal : 5 gram
2. NaCl : 1 gram
3. HgCl2 : 0,5 gram
4. Aquadest : 200 ml
Cara Kerja :
1. Bilik hitung ditutupdengan kaca penutup lalu letakkan dibawah
mikroskop
2. Kemudian cari kotak kecil atau kotak eritrosit
10
3. Dengan mengguanakan pipet eritrosit hisap darah sampai angka