i ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2013 – 2017 Tim Penyusun Kepala Bidang Statistik Kepala Seksi Pengolahan dan Analisis Data Cony Trijulianto, S.T Indra Fajar Permana,S.E Bidang Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat 2018
32
Embed
[FIX] ASPEK SOSIAL EKONOMI JAWA BARAT 1312satudata.jabarprov.go.id/assets/konten_penyajian... · 2019-03-11 · kondisi Sosial dan Ekonomi di Jawa Barat. Akhirnya, diharapkan buku
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Penanggung Jawab : Kepala Bidang Statistik Drs. Hj. Kiagus Denny Sofian, M.Si
Penulis & Editor : Dr. Hj. Widhy Kurniatun, ST, M.Si Indra Fajar Permana, S.E
Layout : Muhammad Rifqy Multahada, S.Ds Cony Trijulianto, ST
Sumber Data : BPS RI
BPS Jabar
Cetakan Buku : Tahun 2018
ii
SAMBUTANKEPALADINASKOMUNIKASIDANINFORMATIKA
PROVINSIJAWABARAT
DenganpenuhrasasyukurkehadiratAllahSWT–TuhanYangMahaEsa,telahtersusunbuku“AspekSosialDanEkonomiProvinsi Jawa Barat Periode 2013-2017” sebagai salah satuproduk Bidang Statistik Dinas Komunikasi dan InformatikaProvinsiJawaBarattahun2018.Bukuanalisisinisebagaibahaninformasi untuk dimanfaatkan berbagai pihak terkait aspeksosial dan ekonomi Jawa Barat: Laju Pertumbuhan Ekonomi(LPE), Tingkat Kemiskinan, Ketimpangan Ekonomi,Kependudukan, Tingkat Partisipasi AngkatanKerja (TPAK) danIndeks Pembangunan Manusia (IPM) terutama dalammerumuskankebijakandanperencanaanpembangunandiJawaBarat.
BidangStatistikpadaDinasKomunikasidanInformatikaProvinsi JawaBaratyangsecaradefinitifdi lembagakantahun2018 memiliki tugas mengolah dan analisis data statistiksektoralyangsebelumnyadikelolaolehBAPPEDAProvinsiJawaBarat. Sesuai amanat undang-undang 23 tahun 2014 tentangpemerintahandaerahditunjuksebagaipenyediadataatauwalidata daerah yang bertugas untuk mengindentifikasi,mengkompilasi,mengolah,menganalisis danmenyajikan datayang dimiliki dan tersebar diseluruh perangkat daerah sertamengaturmekanismekerjaagardatayangdiperolehdipastikan
iii
sudah melalui tahapan validasi sehingga hasilnya dapatdipertanggungjawabkan,akurat,dansudahbisadipublikasi.
Bukuanalisis“AspekSosialdanEkonomiProvinsiJawaBarat Periode 2013-2017” memberikan gambaran mengenaikondisiSosialdanEkonomidiJawaBarat.Akhirnya,diharapkanbukuinidapatmenjadireferensiberbagaipihak untuk penyelesaian permasalahan terkait sosial danekonomidiJawaBarat.Terimakasihkepadasemuapihakyangtelahmembantudalampenyelesaianbukuanalisisini.SemogaAllahSWT–TuhanYangMahaEsamemberkatidanmeridhoisetiapikhtiaryangkitalakukan.
Bandung,November2018 KEPALADINASKOMUNIKASI
DANINFORMATIKAPROVINSIJAWABARAT
Dr.HENINGWIDIATMOKO,M.A
NIP.196408311992031008
iv
KATAPENGANTAR
Ucapan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,
ProvinsiJawaBaratdalamkurunwaktutahun2013-2017mengalamiperkembangandidalamaspeksosialdanekonomi. Hal ini dapat dilihat dalam ulasan informasiyangberisideskripsistatistikmengenaikondisisosialdanekonomi di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakandatadariBadanPusatStatistik(BPS)ProvinsiJawaBaratdan beberapa lainnya dari Badan Pusat Statistik (BPS)Indonesia.
Berikut ini adalah fakta – fakta yang mencakupaspekperekonomian,sepertiLajuPertumbuhanEkonomi(LPE),TingkatKemiskinan,danKetimpanganEkonomi.
1.1LajuPertumbuhanEkonomi(LPE)
LajuPertumbuhanEkonomi (LPE)dapatdihitungdengan menggunakan besarnya perubahan ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah setelahmenghilangkan nilai PDRB dari faktor inflasi, ataumenggunakan nilai PDRB berdasarkan harga konstanpadatahuntertentu(sepertitahun2000atautahun2010di Indonesia). Terdapat tiga pendekatan untukmenghitungPDRB,yaitupendekatanpengeluaranpelaku
2
ekonomi, pendapatan, dan nilai tambah atas produksiatauberdasarkannilaitambahlapanganusaha.Nilaiyangdihasilkandarisetiappendekatanadalahsama.Berikutiniadalah tabel 1.1 yang menunjukkan Laju PertumbuhanEkonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat pada periode tahun2013–2017.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi JawaBaratselamaperiode2013–2017mengalamifluktuasidikisaranantara5-6.5%.LajuPertumbuhanEkonomi(LPE)pada tahun 2017 sedikit lebih lambat daripada tahun
2013dantahun2016,namunlebihbaikdaripadatahun2014dantahun2015.LajuPertumbuhanEkonomi(LPE)berdasarkan dua pendekatan tersebut menunjukkanbesaranyangsama.
1.2TingkatKemiskinan
Definisi mengenai kemiskinan sangat beragamdanseringdikaitkandenganaspekekonomi.Kemiskinandapatdilihatdariduasudutpandang.Pertama,darisudutpandangpengukuran,kemiskinandibedakanmenjadiduayaitu kemiskinan absolut dan relatif. Kedua dari sudutpandang penyebab, kemiskinan dapat dikelompokkanmenjadikemiskinanalamiahdanstruktural.Agarprogrampengentasan kemiskinan dapat berjalan efektif makaharus ada kejelasan mengenai kriteria siapa ataukelompokmasyarakatmanayangmasukdalamkategorimiskindanmenjadisasaranprogram.Selainitupenyebabkemiskinandimasing-masingkomunitasdandaerahatauwilayahharusdipahamisecaratepat.Karenapenyebabinitidak lepas dari adanya pengaruh nilai-nilai lokal yangmelingkupikehidupanmasyarakatnya.
Ukuran kemiskinan dilihat dari tingkatpendapatan dapat dikelompokkan menjadi kemiskinanabsolut dan kemiskinan relatif (Kartasasmita, 1996).Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila
4
pendapatannya lebih rendah dari garis kemiskinanabsolut atau dengan istilah lain jumlah pendapatannyatidakcukupuntukmemenuhikebutuhanhidupminimum.Kemiskinan relatif adalah keadaanperbandinganantarakelompok pendapatan dalam masyarakat, yaitu antarakelompokyangmungkintidakmiskinkarenamempunyaitingkatpendapatanyanglebihtinggidarigariskemiskinandankelompokmasyarakatyangrelativelebihkaya.
Ukuran garis kemiskinan yang digunakan olehBadan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan pendekatankemiskinan absolut mengacu pada definisi kemiskinanoleh(Sayogyo,2000).Diukurdenganmenghitungjumlahpenduduk yang memiliki pendapatan per kapita yangtidakmencukupi untukmengkonsumsi barang dan jasayangnilainyaekuivalendengan20kgberasperkapitaperbulan untuk daerah pedesaan, dan 30 kg beras untukdaerah perkotaan. Standar kecukupan pangan dihitungsetara 2.100 kilo kalori per kapita per hari ditambahdengan pengeluaran untuk kebutuhan non makanan(perumahan,pakaian,sertaberbagaibarangdanjasa).
Lebih lanjut Sumitro Djojohadikusumo (1995),menjelaskan bahwa pola kemiskinan jika dilihat darifaktorpenyebabnyadapatdibedakanmenjadipersistentpoverty,cyclicalpoverty,seasonalpoverty,danaccidentalpoverty. Pola pertama, persistent poverty adalah
5
kemiskinanyangtelahkronisatauturuntemurun.Daerahyang penduduknya tergolong miskin umumnyamerupakandaerah-daerahyangkritissumberdayaalamataudaerahnyaterisolasi,sehinggatidakmemilikiaksesjalandantransportasidengandaerahlainnya.Polakedua,yakni cyclical poverty, yaitu kemiskinan yangmengikutipola siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga,seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman sepertisering ditemukan pada masyarakat yang mempunyaimata pencaharian sebagai nelayan dan buruh padapertanian tanaman pangan. Pola keempat, accidentalpoverty, yakni kemiskinan dikarenakan adanya bencanaalamataudampakdariadanyasuatukebijakantertentuyang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraansuatumasyarakat.
Sementara faktor yang dapat mempengaruhiterjadinyakemiskinanmenurutWorldBank(2000)salahsatunya adalah pendidikan. Hal ini berkaitan denganmahalnya biaya pendidikan, walaupun pemerintahIndonesia telah mengeluarkan kebijakan berupa danaBOSnamunkomponenbiayapendidikanlainyangharusdikeluarkanmasih cukup tinggi, seperti uang buku danseragamsekolah.
6
Di sisi lain tingkat kemiskinan menunjukkanpersentase jumlah penduduk miskin terhadapkeseluruhan populasi. Jumlah penduduk miskin dapatditentukan dengan menghitung jumlah penduduk yangmemiliki pengeluaran perbulan dibawah GarisKemiskinan.MiskinmenurutBadanPusatStatistikadalahkemampuanmemenuhikebutuhanpokokmakanandannonmakanan.GarisKemiskinanmenunjukkanbesarnyapengeluaranuntukmemenuhikebutuhanpokok sepertimakanandannonmakanansetiapbulanolehpenduduksuatu wilayah. Secara sederhana, tingkat kemiskinanadalahpersentasependudukyangmemilikipengeluaranperbulandibawahGarisKemiskinan.Tabel1.2dibawahini menunjukkan Tingkat Kemiskinan dan GarisKemiskinandiProvinsi JawaBaratdalamperiodewaktu2013–2017.
Secara garis besar, dari tahun2013hingga2017tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat mengalamipenurunan sebesar 1.93 basis poin di perkotaan danpenurunan0.65basispoindipedesaan.Selain itu,gariskemiskinan di Provinsi Jawa Barat mengalamipeningkatan, sebesar Rp 73.677,- di perkotaan dan Rp84.852.- di pedesaan, pada periode yang sama.
Meningkatnya garis kemiskinan menunjukkan bahwastandar penentuan masyarakat dikategorikan sebagaimiskin semakin tinggi dan semakin besar peluangseseorangdikategorikansebagaimasyarakatmiskin.
1.3KetimpanganEkonomiTingkat Ketimpangan Ekonomi dapat diukur
dengan menggunakan Indeks Gini atau Rasio Gini atauKoefisien Gini, yang merupakan perhitungan mengenaibesarnya pemerataan distribusi pendapatan suatupopulasi.
Koefisien Gini merupakan ukuran ketimpanganagregatyangangkanyaberkisarantaranol (pemerataansempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Padapraktiknya Koefisien Gini untuk Negara-negara yangderajatketimpangannyatinggiberkisarantara0,50-0,70,ketimpangansedangberkisarantara0,36-0,49sedangkanuntuk negara-negara yang distribusi pendapatannyarelatifmerataangkanyaberkisarantara0,20-0,35(Todaro&Smith,2004).
Jika mendekati 1, artinya distribusi pendapatansuatu masyarakat sangat tidak merata, dalam hal inisejumlahkecilkelompokmasyarakatmenguasaisebagianbesartotalpendapatanmasyarakat.Akantetapi,kondisidistribusipendapatanberadadalamkondisiyangmerata
NilaiKoefisienGinijugadiukuruntukmengetahuiderajatketimpangandiProvinsiJawaBarat.BerikutTabel1.3 menunjukkan tingkat ketimpangan ekonomi diProvinsiJawaBaratdaritahun2013-2017.
Berdasarkandatapada tabel 1.3, terlihatbahwaTingkat Ketimpangan Ekonomi mengalami penurunansebesar 0.013 poin dari tahun 2013 ke tahun 2017,meskipunterjadipeningkatandari tahun2014ketahun2015. Secara sederhana, distribusi pendapatan padaperiode tersebut semakin merata karena TingkatKetimpanganEkonomisemakinmenjauhinilai1.
Tahun TingkatKetimpanganEkonomi(IndeksGini)
2013 0.4062014 0.3982015 0.42620162017
0.4020.393
Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2018
10
2.AspekSosialProvinsiJawaBarat
Pada bagian ini, akan dipaparkan fakta – faktakondisi Provinsi Jawa Barat mengenai aspekkependudukan, seperti Jumlah Penduduk, TingkatPartisipasiAngkatanKerja(TPAK)danPenganggurandanIndeksPembangunanManusia(IPM).
2.1JumlahPenduduk
Pada tahun 2015, jumlah penduduk di provinsiJawaBaratadalahtertinggidibandingprovinsimanapundiIndonesiadenganpersentasesebesar18.28%daritotalkeseluruhan penduduk di Indonesia. Menurut proyeksiyangdilakukanolehBadanPusatStatistik,padaperiode2013 hingga 2017, jumlah penduduk di Provinsi JawaBaratkonsistenberadadikisaran45-48.1jutajiwa.Tabel2.1berikutinimemperlihatkankondisijumlahpendudukdiProvinsiJawaBaratpadaperiode2013-2017.
11
Berdasarkantabel2.1,meskipunJumlahPendudukProvinsiJawaBaratterusmeningkat,namunbesaranLajuPertumbuhanPenduduk(LPP)diProvinsiJawaBaratterusmengalami penurunan sejak tahun 2013. Besaranpertumbuhan pada tahun 2013 lebih tinggi sebesar 0.17basispoindibandingtahun2017.
Tingkat Partisipasi AngkatanKerja (TPAK) adalahpersentasependudukberusiaantara15–64tahunyangaktif dalam kegiatan ekonomi, seperti bekerja ataumencarikerja.Pendudukyangberadadiusiaantara15–64tahunnamunsedangbersekolah,menjadi iburumahtangga,pensiunatauberhentimencarikerjasamasekalitidak tergolong ke dalam angkatan kerja. Sedangkanpengangguranadalahsuatukeadaandimanaseseorangyangtergolongdalamangkatankerjainginmendapatkanpekerjaantetapibelumdapatmemperolehnya(Sukirno,2000).Seseorangyangtidakbekerja,tetapitidaksecaraaktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagaipenganggur.Penganggurandapatterjadidisebabkanolehketidakseimbangan di pasar tenaga kerja. Hal inimenunjukkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkanmelebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Tabel 2.2berikut inimemperlihatkanTingkatPartisipasiAngkatanKerja (TPAK)dantingkatpenganggurandiProvinsi JawaBaratpadaperiode2013–2017.
2013 62.82 9.162014 62.77 8.452015 60.34 8.722016 60.65 8.892017 63.34 8.22Pada tabel 2.2 di atas terlihat bahwa TPAK
mengalamipeningkatandari tahun2013ke tahun2017sebesar 0.52 basis poin. Hal ini bisa saja terjadi jikapendudukyangberadadiusia15–64tahunberpindahstatus dari yang semula sebagai pelaku tidak aktifkegiatan ekonomi menjadi penduduk yang aktif dalamkegiatanekonomi,sepertiPNSyangmelanjutkansekolahatauiburumahtanggayangmemutuskanuntukmenjadipekerja. Dalam kurun waktu 2013-2017, tingkatpengangguran Provinsi Jawa Barat ternyata jugamengalami penurunan dengan besarnya penurunan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)diperkenalkanpertamakaliolehUNDPpadatahun1990.IndonesiasendirimulaimenghitungIPMsejaktahun1996hinggasekarang.AdatigadimensipembentukIPMyaituumurpanjangdanhidupsehat,pengetahuan,danstandarhidup layak. Pada tahun 2010 UNDP melakukanpenyempurnaan dalam penghitungan IPM denganmerubah indikator yaitu dengan menggunakankomponenAngkaHarapanHidupsaat lahir(AHH),Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Harapan Lama Sekolah (HLS),dan ProdukNasional Bruto (PNB) per kapita sedangkanBPSdalammenghitungstandarhiduplayakmenggunakanrata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikandenganparitasdayabeli(purcashingpowerparity).
Komponen-komponen yang digunakan untukmembentukIndeksPembangunanManusia(IPM)adalah:
15
a) IndeksKesehatanIndeks kesehatanmerupakan indeks yang terdiri
dariAngkaHarapanHidupsaatlahir(AHH),yaiturata-rataperkiraan banyak tahun yang ditempuh oleh seseorangselama hidup. Indeks harapan hidup dihitung denganmenghitungnilaimaksimumdannilaiminimumharapanhidupsesuaistandarUNDP,yaituangkatertinggisebagaibatasatasuntukperhitunganindeksdipakai85tahundanterendah adalah 20 tahun. Indeks kesehatan dihitungdengancarasebagaiberikut:
b) IndeksPendidikanAda dua indikator yang digunakan untuk
menghitung indeks pendidikan, yaitu Harapan LamaSekolah(HLS)danRata-rataLamaSekolah(RLS).HarapanLamaSekolahadalahperhitunganlamanyajumlahwaktusekolah (dalam tahun) yang akan dirasakan oleh anakpada umur tertentu dimasa mendatang. Harapan lamasekolahdihitunguntukpendudukberusia7tahunkeatas.Indikator harapan lama sekolah digunakan untukmengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikandiberbagai jenjang yang ditunjukan dalam lamanyapendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat
16
ditempuh oleh setiap anak. Sesuai dengan standar dariUNDPharapanlamasekolahmemilikibatasmaksimum18tahundanbatasminimum sebesar 0 tahun. KomponenHLSdihitungdengancarasebagaiberikut:
Sedangkan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalahperhitunganjumlahtahunyangdigunakanpendudukusia25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.SesuaidenganstandardariUNDPRata-rataLamaSekolah(RLS) memiliki batas maksimum 15 tahun dan batasminimum sebesar 0 tahun. Komponen RLS dihitungdengancarasebagaiberikut:
Sedangkan indeks pendidikan diperoleh dari gabunganHarapanLamaSekolah(HLS)danRata-rataLamaSekolah(RLS). Indeks Pendidikan dihitung dengan cara sebagaiberikut:
c) IndeksPengeluaran
Indeks pengeluran digunakan untuk mengukurkualitashidup layak.Standarhidup layakadalah tingkatkesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai
17
dampaksemakinmembaiknyaekonomi.UNDPmengukurstandarhiduplayakmenggunakanProdukNasionalBruto(PNB)perkapitayangdisesuaikan,sedangkanBPSdalammenghitungstandarhiduplayakmenggunakanrata-ratapengeluaran per kapita riil yang disesuaikan denganparitasdayabeli(purcashingpowerparity).Penghitunganparitas daya beli dilakukan berdasarkan 96 komoditaskebutuhan. Untuk menghitung paritas daya beli(purcashing power parity) digunakan rumus sebagaiberikut:
Nilai IPM menunjukan seberapa tingkatkeberhasilan pembangunan manusia disuatu wilayahatau negara. IPM dapat digunakan menjadi salah satutolakukur apakah suatunegara termasuknegaramaju,negaraberkembangataupunnegara terbelakang.SelainituIPMjugadapatdigunakanuntukmengukurpengaruhdari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup dankesejahteraanmasyarakatsuatuNegara.Samahalnyadi
19
Provinsi Jawa Barat, Tabel 2.3 berikut ini Angka IPMdihitungberdasarkanmetodebaruyangdikeluarkanolehBadanPusatStatistikpadatahun2014.
Berdasarkan tabel 2.3, Angka Harapan Hidup(AHH) Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatanselamaperiode2013-2017sebesar3.63tahun.Selainitu,besaranpeningkatanHarapanLamaSekolah(HLS)antaratahun2013dantahun2017adalahsebesar0.61 tahun.Peningkatan untuk komponen Rata-rata Lama Sekolah
(RLS)antaratahun2013-2017adalahsebesar0.56tahun.Pada periode tersebut juga terjadi peningkatanpengeluaranperkapitamasyarakatsebesarRp872,7/hari.TerlihatpulaIndeksPembangunanManusia(IPM)besertakomponen-komponennya terusmengalami peningkatansetiaptahunnyaselamaperiode2013–2017.
selama periode 2013-2017 menunjukkan perlambatan,namunterjadipenurunanTingkatPengangguran,TingkatKemiskinan,danTingkatKetimpanganEkonomi.
v Pada periode 2013-2017, kualitas hidup masyarakatProvinsi Jawa Barat yang diukur dengan IndeksPembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatansetiap tahunnya, namun Rata-rata Lama Sekolah (RLS)masih di bawah 8 tahun atau setara kelas 2 SekolahMenengahPertama(SMP).
22
DAFTARPUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.(2018). IndeksPembangunanManusiaProvinsiJawaBarat2013-2017.Bandung:BadanPusatStatistik.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.(2018). Jumlah
Penduduk Provinsi Jawa Barat 2013-2017. Bandung:BadanPusatStatistik.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.(2018). Laju