FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS (ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B KOMPILASI HUKUM ISLAM) SKRIPSI Oleh Khotibul Umam NIM 99210730 FAKULTAS SYARI'AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2006 Created with ReaSoft PDF Printer free trial. Purchase at http://www.reasoft.com/
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS(ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B
KOMPILASI HUKUM ISLAM)
SKRIPSI
Oleh
Khotibul UmamNIM 99210730
FAKULTAS SYARI'AHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MALANG 2006
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Umam, Khotibul, NIM 99210730. Fitnah Sebagai Penghalang Waris, AnalisisTerhadap Pasal 173 B Kompilasi Hukum Islam. Skirpsi, Jurusan Akhwal Al- Syahsyiyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang.
Pembimbing: H. Isroqun Najah, M. Ag.
Kata Kunci : Fitnah, Penghalang Waris.Salah satu maksud dan tujuan diturunkannya Syari’at Islam tidak lain
adalah untuk memberikan tuntunan bagi manusia dalam meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk itu perlu pemahaman yang benar terhadap syari’at tersebut agar tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan yang jauh dari kehendak Allah SWT.
Alqur’an adalah sumber dari hukum Islam begitu pula pada hukum waris, Alqur’an menyebutkan hukum waris dengan cukup jelas dan terperinci. Suatu yang istimewa dari hukum waris dibandingkan hukum yang lain yaitu, hukum waris disebutkan lebih terperinci dari pada hukum Islam yang lainnya.
Pada pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa perbuatan fitnah terhadap yang mewarisi adalah termasuk hal yang menghalangi waris, sedangkan didalam Dalil-dalil Baik Al- Qur’an maupun Al- Hadits hanya menyebutkan tiga penghalang waris yaitu Pembunuhan, Perbudakan dan Lain agama. Tidak terdapat dalil yang menyatakan bahwa fitnah menghalangi hak waris seseorang.
Penelitian ini mencoba menelaah bagaimana para ulama’ penggagas kompilasi hukum Islam memunculkan pasal yang menyebutkan Fitnah sebagai penghalang waris. Rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1) apa dasar hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b? 2) apa signifikansi pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b?
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah Mengetahui, memahami 1) dasar hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b 2) Signifikansi pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b, yang di pakai oleh para Ulama’
Penggagas Kompilasi Hukum Islam terutama pada adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan, untuk itu dalam penelitian ini mencoba menelusuri kembali metode yang diterapkan para ulama’ tersebut. Dari situ kemudian dapat diketahui secara ringkas mengapa fitnah dimasukkan dalam bab penghalang waris.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang didiarahkan pada usaha untuk menjelaskan tentang landasan pencantuman fitnahsebagai penghalang waris serta menjelaskan fitnah dari berbagai sudut pandang.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
positif adalah hukum kewarisan.1 Warisan adalah merupakan sebab pokok dalam
memiliki harta, masalah waris merupakan perkara perdata yang mempunyai
kompleksitas permasalahan dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan menyangkut
hukum personal dan berkaitan dengan harta benda seseorang. Dari itulah maka
dibentuk Peradilan Agama, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan umat Islam dalam hal Perdata Islam (Nikah, Waris, Shadaqah,
Wakaf) secara adil dan diterima semua pihak.
Lembaga Peradilan Agama ini telah terbentuk lama sebelum bangsa
Indonesia merdeka, lembaga ini mulai muncul pada abad XIX masehi tepatnya
dengan diterbitkannya Undang-undang Ordonantie Staatsblad pada 29 Januari
1882 tentang Peradilan Agama di Jawa dan Madura.2 Bahkan sebelum diakui
dengan resmi adanya Peradilan Agama oleh pemerintah kolonial Belanda,
lembaga ini telah diakui secara riil dalam masyarakat Islam di seluruh persada
Nusantara, walaupun dalam sistem dan prasarana yang masih sederhana.
Setelah diundangkannya Undang-undang Peradilan Agama No 7 Th 1989,
barulah Peradilan Agama melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman di ruang lingkup kompetensinya dengan sebenar-benarnya. Hal ini
bertolak belakang pada sebelum diundangkannya Undang-undang tersebut,
Peradilan Agama masih belum dapat melaksanakan fungsi yuridis formalnya
secara utuh, baik dalam hal susunan keorganisasian, kekuasaan, dan acara
perdatanya.
1A. Rahmad Budiono, Pembaharuan hukum Kewarisan Di Indonesia.(Citra Aditya Bhakti Bandung. 1999), V.2A Rasyid Roihan. Hukum Acara Peradilan Agama. (Jakarta: Rajawali Perss, 1991), 1.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Di dalam hukum positif Indonesia, fitnah memang adalah salah satu tindak
pidana, hal ini tercantum pada pasal 311 ayat (1) KUHP yang isinya jika
seseorang melakukan tindak pidana fitnah (tuduhan/prasangka) namun fitnah
tersebut tidak dapat di buktikan kebenarannya di pengadilan, maka seseorang
yang melakukan tindak pidana fitnah tersebut dapat dikenai sanksi pidana yang
berupa penjara dan pencabutan hak-haknya atas beberapa hal yang ditentukan.
4 Abdul Ghani Abdullah. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia.(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 129. 5 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Madzhab: Ja'fari, Hanafi, Maliki, Syafi'I, Hambali(Terj). (Jakarta: Lentera, 2001), 541.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Akan tetapi hal ini tidak bisa dikaitkan begitu saja, karena KUHP adalah hukum
positif yang berlaku sebagai dasar pengambilan hukum di Pengadilan Negeri,
apalagi seperti yang kita ketahui bahwa sebagian dari KUHP adalah produk
kolonial pada masa Indonesia belum mencapai kemerdekaannya. Sedangkan
Pengadilan Agama sebagai pengadilan dari umat Islam mempunyai rujukan
tersendiri yaitu KHI yang mengambil dasar hukum dari Al- Qur’an dan Al- Hadits
Hukum Islam telah mengatur waris dengan jelas dan terinci. Sedangkan
mengenai masalah penghalang waris juga telah di tetapkan dengan merujuk pada
dasar Nash yang kuat. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al- Qur’an surat
An-Nahl ayat 75:
Artinya; Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang kami beri rezki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji Hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui6
Kandungan ayat tersebut adalah sebuah penegasan bahwa antara seorang
hamba sahaya tidak dapat dibandingkan dengan tuannya kedudukannya, sehingga
6 Qs. An- Nahl, (16): 75.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya; suatu ilmu dengannya dapat kita ketahui orang-orang yang menerima pusaka, orang-orang yang tidak menerima pusaka, bagian yang diterima oleh tiap-tiap ahli waris dan cara membaginya.13
11Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 496.12M. Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dengan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 104. 13Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqhul Mawaris (Hukum Kewarisan dalam Syari'at Islam), (Jakarta: Bulan
bintang,1973), 18.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Yang dimaksud dengan berlainan Negara adalah, antara pewaris dan ahli
waris bertempat tinggal di dua Negara yang berbeda. Para ulama' ahli waris
sepakat bahwa berlainan Negara akan tetapi dua Negara tersebut sama-sama
Negara Islam tidak menjadi penghalang kewarisan.26
e. Pembunuhan
Pembunuhan adalah salah satu penghalang waris, pembunuhan yang
dimaksud disini adalah pembunuhan yang dilakukan kepada keluarga dengan
motif untuk memudahkan atau mempercepat bagi pihak yang membunuh untuk
mendapatkan warisan. Dalam hukum Islam pembunuhan adalah dosa yang
dikategorikan sangat besar hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Isra'
ayat 33:
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara dzalim maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya. Tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yng dapat pertolongan27
25Asaf Fyzee, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam (Jakarta: Wijaya, 1984), 62
26A.Rahmad Budiono, Pembaruan hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), 13
27 Qs.Al-Isra' (17): 33
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Fitnah berasal dari kosakata bahasa Arab Fitnatu, Fitan (jama') yang
berarti, Cobaan, bala', siksaan, gila, sesat dan kekacauan.30 Sedangkan menurut
istilah fitnah adalah, berita bohong atau tuduhan yang diada-adakan untuk
membinasakan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan atau kebenaran31.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia fitnah diartikan sebagai
perkataan yang bermaksud menjelekkan orang seperti, menodai nama baik,
merugikan kehormatan orang dan lain sebagainya. Fitnah juga diartikan tuduhan
tanpa bukti yang sifatnya mengakibatkan suatu kerugian bagi orang lain. Dalam
al- Qur'an kata-kata fitnah disebut sebanyak 34 kali dan ada 78 hadits sahih yang
memuat tentang fitnah.
Fitnah yang dalam bahasa Arab juga disebut Namimah dimaksudkan
sebagai berita bohong atau tuduhan yang diada-adakan untuk membinasakan
seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan atau kebenaran. Dalam al- Qur'an
telah menerangkan secara jelas tentang Fitnah dalam surat al- Hujuraat ayat 12
30Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung1990),30731 Tim penulis IAIN Syarief Hidayatillah, Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), 184
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: "Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah sesetengah kamu mengumpat sesetengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat lagi maha Pengasihani".32
Rasulullah SAW bersabda
ЁϙБϼ ЊΪ ΪϋБτ ϻϵБϽϰ"Artinya: Maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik dan kalau tidak, hendaklah diam." (Riwayat Mutafaq Allaih) 33
Rasululllah SAW memerintahkan untuk menjaga lidah dari hal-hal yang tidak
baik, jika tidak dapat melakukan hal tersebut maka lebih baik mendiamkan diri.
Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata, "Orang yang mengada-adakan cerita palsu
tentang orang Mu'min dengan tujuan untuk menghinanya, Allah akan
menghinanya pada Hari Pengadilan". Setiap muslim diwajibkan untk memelihara
kehormatan saudara sesama muslim, bukan malah menelanjangi aib dan mebuka
rahasia ataupun memfitnah.34
Dalam beberapa literatur penting, kata fitnah oleh para ahli bahasa Arab
dijelaskan sebagai kata yang mempunyai makna Ikhtibar (upaya untuk
menyingkap hakekat sesuatu) dan Imtihaan (pengujian). Oleh karena itu, kata
Fitnah ini sebenarnya digunakan untuk pengujian kadar keaslian Emas. Dengan
demikian, kata Fitnah merupakan gambaran segala bentuk penyingkapan atau
pengujian terhadap nilai keaslian., kebenaran dan kemurnian sesuatu. Jika
32Qs. Al Hujurat (49): 12.33S. Ansory al- Mansor, 48 Macam Perbuatan dosa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 8234
Abdurrahman I Doi, "Syari'ah The Islamic Law", Diterjemakan Zainuddin dan Rusydi Sulaiman, Hudud dan Kewarisan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 56
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
penyingkapan atas keaslian atau kemurnian Emas maka dilakukan dengan cara
membakar Emas tersebut sehingga dapat diketahui mana yang murni denngan
yang tidak, begitu pula pada orang mu’min maka fitnah adalah sebuah proses
pembakaran pribadi untuk membedakan mu’min yang teguh dengan mu’min yang
rapuh. Disamping itu fitnah juga merupakan pembersihan hati dari seorang
mu’min dari segala penyakit hati.
B. Sebab-sebab Fitnah
- Meninggalkan jihad
Allah SWT berfirman "Perangilah mereka sehingga tidak terjadi suatu
Fitnah dan seluruh agama menjadi milik Allah." Maksud (tafsir) dari ayat ini
menurut Sayyid Qutb adalah: Teks ini bersifat 'aam ad-dalalah (teks yang
mengandung pengertian umum) jihad yang tertera pada ayat tersebut tidak
semata-mata ditujukan ketika Asbabun Nuzul ayat ini, melainkan terus
berlangsung hingga akhir zaman. Setiap zaman muncul kekuatan Dzalim yang
jika tidak diperangi maka akan timbul Fitnah (mencegah manusia dari kebenaran
agama Allah).35
- Mengikuti hal-hal yang rancu
Dalam surat ali- Imran Alah SWT berfirman: Sedangkan orang yang
didalam hatinya condong pada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat Mutasyabihat untuk menimbulkan Fitnah dan mencari-cari takwilnya.
Dalam hal ini fitnah yang mmuasalnya mengikuti kerancuan adalah Fitnah Ibnu
35'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, "al- Fitnah ats- Tsalitsah al- Kubra: Madza A' adda al- Muslimin Laha?", diterjemahkan Gazi Saloom, Mala Petaka Besar Ketiga Melanda Umat Islam (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2002), 221.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Saba' yang tidak mempercayai kebangkitan Isa al- Masih namun ia mempercayai
kebangkitan Rasulullah SAW.36
Sudah menjadi hal yang diketahui umum bahwa fitnah kaum Nashrani
tentang Isa al-Masih karena mereka mengikuti hal-hal yang rancu, sedangkan
Allah berfirman dalam surat an- Nisa ayat 157 yang berbunyi:
Artinya : Dan mereka tidak membunuhnya dan tidak pernah menyalibnya, tetapi ada yang diserupakan kepada mereka”.37
- Mengikuti hawa nafsu
Dalam surat al- Maidah ayat 70 Allah SWT berfirman:
Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan Telah kami utus kepada mereka rasul-rasul. tetapi setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.38
Imam Ali RA pernah mengatakan: "Awal terjadinya fitnah itu adalah
karena adanya berbagai keinginan nafsu yang diikuti dan berbagai hukum yang
dibid'ahkan serta didalamnya mengandung pelanggaran terhadap Kitabullah, dan
dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.42
Imam Ali ra berkata: sesungguhnya saya mengingatkan kalian tentang
dunia. Sebab, sesungguhnya dunia itu sesuatu yang manis dannyata
menggodanya. Ia dikelilingi berbagai syahwat, dicintai untuk waktu yang singkat,
dijerikan dengan yang sedikit, dihiasi oleh harapan-harapan,dibungkus dengan
tipuan-tipuan. Keindahannya tidak akan abadikan kecelakaannya tidak akan
dipercaya. Ia menipu dan membahayakan. Berubah dan sirna. Tembus dan fana'.
Memakan dan merusak.43
- Melanggar perintah nabi
Dalam surat an- Nur ayat 63 Allah berfirman:
Artinya: Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.44
Mengenai ayat ini Ibnu katsir berkomentar: maka, berhati-hatilah orang
yang senantiasa melanggar perintah nabi, yaitu jalan, metode, system, sunnah, dan
42 Qs. Thaha (20): 131.43'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 226-227.44 Qs. An- Nur (24): 63.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Qais bin Abi Hazim: Abu Bakar
berdiri lalu memberikan pujian kepada Allah, kemudian berkata "Wahai manusia,
sesungguhnya kalian pernah membaca ayat al- Qur'an surat al- Maaidah ayat 105,
yang berbunyi,
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk.48
Dan sesungguhnya kami pernah pula mendengar Rasulullah SAW
bersabda: "Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran lalu mereka tidak
merubahnya maka bisa dipastikan Allah akan menimpakan azab kepada
mereka."49
- Dominasi norma-norma sosial atas norma-norma ketuhanan
Sesungguhnya Fitnah itu akan muncul jika orang-orang mengedepankan
norma-norma sosial yang mereka kenal atas norma-norma ketuhanan di dalam
interaksi sosial antar manusia. Dalam hadits Rasulullah disebutkan: "Jika kalian di
datangi orang yang agama dan akhlaknya kalian relakan, maka bergabunglah
48 Qs. Al- Maidah (5): 105. 49'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 229.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
dengannya. Jika tidak kalian lakukan, maka akan terjadi sebuah Fitnah dan
kerusakan besar di muka bumi."50
- Perempuan
Dalam surat Ali 'Imran ayat 14 Allah berfirman:
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."51
Dalam as- Shahihain disebutkan bahwa Nabi bersabda, "Tidak ada Fitnah
yang lebih berbahaya bagi para lelaki dibanding perempuan." Beliau juga
bersabda: "Sesungguhnya dunia itu nyata dan manis. Sesungguhnya Allah
memandatkan kalian semua sebagai wakilnya di dunia, lalu dia mengamanati
bagaimana kalian bertindak. Oleh karena itu, bertawakkallah kepada Allahdan
berhati-hatilah pada perempuan."52
- Sikap keras kepala dan kedzaliman dengan berbagai ragam
Abu Nu'aim mengeluarkan hadits dari Abu Idris al- Khaulani dari Abu
Ubaidah bin al- Jarah dari Umar bin Khaththab yang pernah berkata,"
50Ibid., 229. 51 Qs. Ali Imran (3): 14.52'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 229-230
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya".54
Sayyid Qutb menafsirkan ayat ini sebagai berikut, "Fitnah itu bisa berupa
ujian atau bencana. Masyarakat yang membiarkan kepada satu kelompok untuk
melakukan kedzaliman dengan menggunakan salah satu cara diantara berbagai
cara dan masyarakat itu tidak mau menghadapi, menghalangi orang-orang yang
membuat kerusakan maka masyarakat tersebut bisa dimasukkan kedalam
kelompok kedzaliman. Islam merupakan sebuah sistem solidaritas yang positif
yang tidak membiarkan terjadinya kedzaliman, kemungkaran dan kerusakan
terjadi di lingkungannya.55
- disaat fitnah: lidah lebih tajam dibanding pedang
Dalam surat at- Taubah ayat 47 Allah berfirman:
Artinya: Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas
54 QS. Al- Anfal (8): 25.55'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit., 230.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim."56
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar yang pernah berkata,
Rasulullah bersabda, "jauhilah fitnah-fitnah itu, karena pada saat itu, lidah lebih
tajam dari pada pedang."57
- Fitnah itu ketika terjadi kekosongan kepemimpinan yang berlandaskan
keimanan
Dalam surat Thaha ayat 85 Allah berfirman:
Artinya: "Allah berfirman: "Maka Sesungguhnya kami Telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka Telah disesatkan oleh Samiri."
Kisah Samiri telah memberikan sebuah gambaran bagaimana
berbahayanya sebuah kelompok yang tidak mempunyai seorang pemimpin
beriman dan kuat.58
- Fitnah selalu melampaui zaman
Artinya bahwa seorang ahli pada zaman disaat fitnah itu terjadi sulit untuk
mengenali dan memahaminya, namun seorang ahli pada zaman setelahnya baru
dapat mengerti Fitnah itu. Mengenai hal ini Imam Ali pernah mengatakan:
"Sesungguhnya fitnah itu jika didatangi maka ia menjadi samar-samar, dan jika
ditinggalkan maka ia menjadi jelas. Ketika ia dipungkiri ia akan datang sebaliknya
ketika ia dikenali maka ia telah pergi."59
56 Qs. Ar- Taubah (9): 47.57'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit., 231.58Ibid., 231.59Ibid., 232.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Fitnah sebagai sebuah sifat dan sebuah tindakan dibagi menjadi tiga
bagian:
1. Berdasarkan bentuk
Fitnah menurut bentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu Fitnah
kejahatan dan Fitnah kebaikan. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat
al- Anbiya' ayat 35 yaitu:
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan."60
Dengan kedua macam fitnah ini, Allah menguji para hamba-Nya dan
keduanya memiliki peran edukatif jika dalam menaggapinya menggunakan titik
tolak keimanan.61
2. Berdasarkan sumber fitnah
Fitnah menurut sumbernya dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Setan, jika fitnah itu bersumber dari setan maka itulah yang disebut
fitnah penyesatan dan pengelabuan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah surat al- A'raf ayat 27 yang artinya: "Hai anak Adam,
janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana
ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
60 QS. Al- Anbiya(21): 35.61'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 234.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
penafsiran-penafsiran terhadap gagasan yang telah dideskripsikan, memberikan
kritik terhadap gagasan dan melakukan analisa terhadap serangkaian gagasan
primer serta diakhiri sebuah konklusi ada atau tidaknya kelemahan dalam
pencantuman sebab fitnah tersebut.
5. Qiyas
A. Pengertian
Qiyas berasal dari kosa kata bahasa arab Qiyasun jama' dari Qaasun yang
berarti ukuran67, mengukur atau memastikan panjang, berat atau kualitas
sesuatu.68 Sedangkan pengertian Qiyas menurut ulama' ushul adalah:
menerangkan hukum suatu masalah yang tidak terdapat Nashnya baik dalam al-Qur'an maupun Al- Hadits dengan cara membandingkan dengan suatu masalah yang ditetapkan hukumnya berdasarkan Nash.69
Pengertian lain dari qiyas adalah menghubungkan atau menyamakan hukum suatu
masalah yang tidak ada kejelasan hukum (Nash) baik dalam al- Qur'an maupun al-
Hadits, dengan hukum suatu masalah yang telah ditegaskan hukumnya dalam
sumber hukum tersebut, karena adanya persamaan motif hukum antara kedua
peristiwa tersebut. Qiyas juga dipahami dengan arti menggabungkan atau
menyamakan atau menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum
ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalalah sebab, manfaat,
bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
67Mahmud Yunus, Op. Cit., 36368Muhammad Hashim Kamali, Principles Of Islamic Jurisprudence (The Islamic Text Society)
Diterjemahkan Noorhaidi, Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 255
69Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh (Jakartat: Pustaka Firdaus, 1999), 336.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.71
Metode Qiyas ini merupakan aktifitas pengambilan hukum menggunakan
akal atau analogi yang hanya di benarkan apabila penentuan masalah hukum baru
tidak ditemukan dalam al- Qur'an, al-Hadits atau Ijma' oleh karena itu ada
beberapa ulama' ushul yang tidak sependapat dalam menggunakan Qiyas sebagai
sebuah metode pangambilan hukum. Diantara yang tidak sependapat mengenai
penggunaan qiyas adalah Madzhab Zhahiriyah dan Syi'ah Imamiyah.72
Deduksi analogis berbeda dari interpretasi, dimana yang dimaksud deduksi
analogis adalah berkaitan dengan perluasan makna suatu Nash kepada masalah-
masalah yang tidak disinggung dalam makna lughawi suatu Nash. Oleh karena
itu, Qiyas merupakan metode yang berada di luar lingkup interpretasi. Qiyas
secara jelas ditekankan pada penentuan Illat yang sama antara dua buah masalah.
Pengidentifikasian Illat sering melibatkan penggunaan daya nalar para ahli
hukum, tidak hanya dengan menggunakan semantik Nash tetapi juga dengan
memahami tujuan-tujuan umum hukum.73
71 Qs. An- Nisa (4): 56.72Muhammad Abu Zahrah. Op. Cit, 340.73 Muhammad Hasyim Kamali, Op. Cit., 256.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.90
Dari firman Allah SWT di atas sebuah anjuran malahan bisa dikatakan sebuah
peringatan kepada seorang anak agar jangan memperlakukan kedua orang tuanya
dengan tidak baik walaupun itu hanya dengan kata-kata “ah”, dari sini dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa jangankan memfitnah hanya berkata “ah” saja
dilarang apalagi dengan memfitnah, Sungguh hal itu adalah sebuah dosa yang
sangat besar dan nyata siksanya di akhirat kelak.
Bagaimana kemudian jika seorang orang tua yang memfitnah anaknya
dengan tujuan yang sama seperti yang telah disampaikan diatas, apakah hal itu
sama saja dengan perbuatan seorang anak tadi? Jawabnya tentu saja! Walaupun
dengan kadar yang hanya Allah yang tahu. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT pada surat An- Nisa’ ayat 11 yang berbunyi:
90 Qs. Al- Isra (17): 23
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.91
Dari ayat tersebut, sudah menjadi sesuatu yang digariskan bahwa seorang
anak mendapatkan bagian waris yang ketentuannya ditentukan oleh Allah SWT
91Qs. An- Nisa’ (4): 11
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Dan dari sini dapat diambil Hukm Ashl bahwa fitnah bisa dijadikan
sebagai alasan penghalang waris yaitu fitnah dapat menghalangi waris seseorang
“jika poin-poin dalam pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam terpenuhi”. Dan yang
tidak kalah penting pembunuhan dan fitnah di dalam hukum Islam adalah
diharamkan, namun demikian sesuai tidaknya penjelasan di atas hanya Allah-lah
yang tahu Wallahu A’lam.
A. Landasan Hukum Pencantuman Fitnah Sebagai Penghalang Waris dalam
Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam
1. Kedudukan Fitnah Dalam Hukum
a. Kedudukan Fitnah dalam Hukum Islam
Didalam agama Islam kehormatan atau harga diri adalah ditempatkan di
tempat yang sangat tinggi, apalagi jika menyangkut keberadaan kehormatan
sesama muslim. Telah ditegaskan didalam sebuah hadis Rasulullah SAW:
Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya; tidal boleh menganiayanya, tidak boleh enggan menolongnya dan tidak boleh menghinakannya. (HR: Muslim)92
Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu, sehingga mencintai saudaranya (muslim) seperti mencintai diri sendiri. (HR: Bukhari)93
Barang siapa yang membela kehormatan saudaranya, maka Allah akan melindungi wajahnya dari api neraka pada hari kiamat. (HR: At-tirmidzi)94
Fitnah dalam hukum Islam adalah termasuk perbuatan pidana yang
mengakibatkan pelaku Fitnah dijatuhi sanksi. Dan fitnah adalah salah satu
92 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diterjemahkan oleh Mustofa ‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang muslim (PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H), 166.
93 Ibid., 165. 94 Ibid.,166.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
perbuatan yang hina di mana seseorang yang berbuat demikian mempunyai
maksud menghinakan saudaranya sesama Islam. Jika ada seseorang yang
menuduhkan suatu perbuatan kepada orang lain dan dengan tuduhan tersebut
orang yang dituduh mendapatkan hukuman (seperti pembunuhan atau perzinahan)
namun seseorang yang menuduh tidak dapat membuktikan kebenarannya dengan
mendatangkan empat orang saksi laki-laki yang menyaksikan perbuatan si
tertuduh, maka si penuduh akan dikenakan hukuman dera sebanyak delapan puluh
kali serta pencabutan hak mengajukan persaksian selama hidupnya hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat An- Nur ayat 4
Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.95
Ghibah (menyebut keburukan orang lain walaupun benar) amat buruk,
apalagi buhtan (memfitnah dan mengada-adakan keburukan seseorang). Orang
yang mendengar ucapan ghibah juga turut memikul dosa ghibah tersebut. Bila ada
kesempatan maka lebih utama baginya mengalihkan ghibah tersebut dengan
pembicaraan lain yang lebih bermanfaat dan tidak menyinggung perasaan orang
lain. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
95 Qs. An- Nur (24): 4
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
"Seseorang hamba yang membicarakan sesuatu yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya), akan dilempar ke neraka sejauh antara timur dan barat." (HR: Muslim)
Rasulullah menjelaskan, tatkala ditanya oleh seorang sahabat, "Wahai Rasulullah, apakah itu ghibah?" Lalu jawab Baginda, "Menyebut sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu di belakangnya!" Kemudian Baginda ditanya lagi, "Bagaimana sekiranya apa yang disebutkan ltu benar?" jawab Baginda, "Kalau sekiranya apa yang disebutkan itu benar, maka itulah ghibah, tetapi jika sekiranya perkara itu tidak benar, maka engkau telah melakukan buhtan (pembohongan besar)." (HR: Muslim, Abu Daud dan At-Tarmizi).96
Dari Ubadah bin Al- Shamit, katanya:” aku telah berbai’at kepada Nabi SAW. Bersama kaumku, lalu beliau SAW bersabda: “ aku menerima bai’at kamu sekalian tidak akan meperserikatkan Allah dengan sesuatu pun, tidak mencuri, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak memfitnah dengan tuduhan palsu dan menyebarluaskannya dan tidak membangkang terhadapku dalam hal-hal yang ma’ruf; maka barang siapa yang bersalah (melakukan salah satu dari larangan tersebut) maka ia harus menerima hukumannya didunia ini yang merupakan kaffarah dan penyucian baginya, dan barang siapa dilindungi Allah (dosanya itu), maka berpulang pada Allah-lah (urusannya), jika Allah menghendaki. Ia akan menghukumnya; dan bila Allah menghendakinya, Dia akan mengampuninya.””.(HR: Bukhari)97
Jauhilah oleh kalian berprasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. (HR: Bukhari)98
Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian salig berbantah-bantahan, janganlah saling memarahi, jangan saling membelakangi dan janganlah sebagian menjual pada penjualan yang lainnya, akan tetapi jadilah kalian hamba-hamba allah yang saling bersaudara (HR. Muslim).99
Mengenai kata-kata fitnah di dalam Al- Qur’an, tidak serta merta bisa
diartikan seperti yang disangka sebelumnya, bahwa fitnah berarti hujatan atau
persangkaan yang tidak benar terhadap orang lain. Dalam Al- Qur'an kata-kata
fitnah disebut sebanyak 34 kali, ayat-ayat fitnah tersebut bila merujuk pada
penjelasan para Mufassir maka akan ditemukan beragam makna mengenai fitnah.
96 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry. Op. Cit, 168.97Abdurrahman I Doi, Op. Cit., 57-58.98Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry. Op. Cit, 170. 99Ibid., 170.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
kosakata fitnah yang terdapat dalam redaksi ayat-ayat Al- Qur’an, seperti
misalnya dalam surat Al- Baqarah ayat 217:101
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) MasjidilHaram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. dan berbuat Fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.102
Artinya: Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir.103
Sebagian besar masyarakat mempunyai persepsi yang keliru dari kalimat yang
berbunyi ”Dan berbuat Fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh”,
dengan sebuah pengertian ketika seseorang melakukan fitnah, maka dosa yang
diakibatkan oleh perbuatan fitnah tersebut lebih besar dari pada dosa membunuh
jiwa seseorang.
Sedangkan Asbabun Nuzul dari potongan ayat yang artinya “berbuat
fitnah lebih kejam, lebih besa, lebih bahaya dosanya dari pada membunuh” pada
ayat 191 dan 217 surat Al- Baqarah adalah sebuah peristiwa terjadinya penyiksaan
kaum muslim oleh kaum musyrik Mekah pada masa sebelum fathu Mekah
(penaklukan Mekah) dan perbuatan ini lebih besar dosanya daripada pembunuhan
yang dilakukan oleh pasukan Abdullah ibn Jahesy,104 hal tersebut juga diperparah
bahwa terjadinya peristiwa tersebut pada malam pertama bulan Rajab dimana
peperangan diharamkan dilakukan pada bulan tersebut. Dengan demikian banyak
kekeliruan yang harus diluruskan, hal itu muncul di dalam memahami ayat ini dan
hal itu disebabkan oleh diabaikannya konteks turunnya ayat ini.105
Namun dalam kaitannya dengan penelitian ini, fitnah adalah sebagai salah
satu tindakan yang sangat tercela, surat Al- Baqarah ayat 191 dan 217
menyebutkan bahwa fitnah akibat dosanya lebih besar dari pembunuhan, hal
inilah yang diperlukan jawaban mengapa separti itu. Tafsir-tafsir Al- Qur’an
menjelaskan bahwa, kata fitnah yang berada dalam ayat-ayat Al- Qur’an
mempunyai arti yang sangat luas, jadi tidak semata-mata arti tersurat melainkan
arti tersirat juga perlu dikaji lebih dalam dan mendetail.
Islam mengharamkan ghibah (menggunjing, fitnah dan Qadzaf), karena
akibatnya sungguh sangat besar seperti dalam pepatah Setajam-tajam pisau, masih
lebih tajam lidah yang artinya ucapan komentar (fitnah) seseorang bisa lebih
menyakitkan daripada sebuah benda yang tajam sekalipun (Hal ini apakah
pembunuhan juga?). juga sabda Rasulullah, "jauhilah fitnah-fitnah itu, karena
pada saat itu, lidah lebih tajam dari pada pedang Ibaratnya, sebuah luka masih
bisa sembuh, tetapi luka di hati sangat sulit sembuh.106 Islam juga mengharamkan
seseorang mengucapkan kata-kata yang buruk tentang seseorang secara terus
terang karena hal itu sama dengan memakan bangkai saudara sesama muslim.107
105M. Quraish Shihab, Op Cit, 431106Http://Id. Wikipedia.Org./ wiki/ (diakses Tgl 6 Desember 2006)107Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Alqur’an, diterjemahkan As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- Hujuraat ayat 12 yang
berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.108
Dalam Tafsir Al- Misbah ayat ini menjelaskan posisi dari fitnah (dugaan,
prasangka tanpa kebenaran) didalam Al- Qur’an, dalam redaksi yang berbunyi
…jauhilah dari banyak dugaan…dimaksudkan bahwa umat Islam diperintahkan
menjauhi berbagai dugaan. fitnah apapun bentuknya adalah diharamkan dan
melakukannya bisa mengakibatkan si pelaku mendapatkan sangsi baik di dunia
maupun di akhirat yang sangat berat dan menyakitkan.
Rasulullah SAW dalam sabdanya yang berbunyi:
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW telah bersabda: jauhkanlah olehmu tujuh perbuatan yang dapat dibenci. Beliau nabi SAW. Ditanya: wahai Rasulullah apakah yang tujuh itu ? Nabi SAW menjawab,” mempersekutukan Allah, sihir, membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri (disersi) dari jihad di
108Qs. Al- Hujurat (49): 12.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
jalan Allah, dan memFitnah wanita baik-baik namun alfa (HR: Bukhari)109
Hadis tersebut juga menjelaskan posisi fitnah, dan jelas bahwa fitnah (dugaan) di
posisikan dalam salah satu dosa besar . Hal ini seiring dengan firman Allah dalam
surat Al- Ahzab ayat 58 yang berbunyi:
.Artinya: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.110
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.111
Dan dalam hadisnya Rasulullah SAW juga memberikan gambaran jelas
akibat fitnah dalam beberapa hadis yang berikut:
“Maukah kalian aku beri tahukan tentang dosa besar yang paling besar?”para sahabat menjawab:”tentu wahai Rasulullah”. Beliau bersabda:”mempersekutukan Allah, menyakiti kedua orang tua,” saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk, kemudian melanjutkan, “ingatlah, dan perkataan dusta serta persaksian palsu. ingatlah dan perkataan dusta
109Abdurrahman I Doi, Loc. Cit., 56.110Qs. Al- Ahzab (33): 58.111 Qs. An- Nur (24): 19.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
serta persaksian palsu.” Beliau terus mengulang- ulang sampai Abu Bakrah bergumam, “mudah-mudahan beliau diam.”(Mutafaq Alaihi)112
Mencerca muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran (HR: Bukhari, Muslim).113
Cukuplah seseorang dianggap berbuat jahat bila ia menghina saudaranya sesama muslim (HR: Mutafaq Alaih, Muslim).114
Tanda-tanda orang munafiq ada tiga: bila berbicara ia dusta, bila berjanji mengingkari dan bila di percaya dia berhianat. (HR: Bukhari, Muslim).115
Barang siapa mendengar berita suatu kaum, sedangkan mereka tidak menyukainya, niscaya disiramkan timah cair kedalam telinganya pada hari kiamat. (HR: Bukhari)116
Dari beberapa penjelasan tersebut dapatlah dipahami kedudukan dan
akibat fitnah didalam hukum Islam, apalagi dalam hadits yang pertama Rasulullah
SAW menyebutkan bahwa perkataan dusta dan persaksian palsu itu termasuk dosa
yang sangat besar dan Rasulullah SAW menyebutkannya dengan berulang-ulang.
Sedangkan hadits terakhir menyebutkan bahwa mendengarkan perkataan buruk
akan mendapat sangsi di akhirat kelak, apalagi memperkatakan hal-hal yang
buruk.
Aturan-aturan mengenai fitnah telah jelas diatur dan tertulis dalam karya-
karya ulama’-ulama’ Fiqh. Menurut Imam Malik117 dan Imam Hambali, fitnah
termasuk dalam kajian Fiqh Jinayat (hukum pidana Islam) dan orang yang
112Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diter jemahkan oleh Mustofa ‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang muslim (PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H
113Ibid., 169.114Ibid.115Ibid., 259.116Ibid., 173. 117Imam Malik Ibnu Anas. Al- Muwatta of Imam Malik Ibnu Anas the First Formulation of Islamic Law, terjemahan Inggris oleh Aisha Abdurrahman Bewley, diterjemahkan Indonesia oleh Dwi Surya Atmaja Al- Muwatta Imam Malik Ibnu Anas (Kumpulan Hadits dan Hukum Islam Pertama), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 480.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
tahun atau lebih penjara. Dengan demikian jika hal tersebut sebelumnya tidak ada
atau tidak termasuk maka pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam tidak berfungsi.
2. Kedudukan Pembunuhan dalam Hukum Islam
Pembunuhan adalah menghilangkan, melepaskan jiwa seseorang dari
raganya, sehingga menyebabkan orang tersebut meninggal atau kehilangan
nyawa.122 Pembunuhan juga berarti kejahatan atas jiwa yaitu dengan sengaja
membunuh atau menghilangkan nyawa yang tiada hak atau kebenaran atas
tindakan tersebut. Membunuh seseorang tanpa alasan yang dibenarkan oleh
syari’at adalah haram, dan tiada dosa yang lebih besar setelah kekafiran kecuali
membunuh seorang mukmin dengan tanpa alasan yang dibenarkan oleh
syari’at.123 Ibnu Abbas RA berkata “ sesungguhnya orang yang membunuh
dengan sengaja tidak ada tobat baginya “,124 dan Sufyan Ats- Tsaury berkata: “
seorang ahli ilmu jika ditanya tentang orang yang membunuh dengan sengaja,
mereka pasti berkata, ‘tidak ada tobat baginya’, “,125 hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al- Isra’ ayat 33
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
122Ansory al mansor, 48 macam perbuatan dosa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 23123Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Op. Cit, 773. 124Ahmad Asy- Syarbashi, Yas’alunaka Fi Ad- Din wa al- Hayah, diterjemahkan oleh Ahmad
kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.126
Larangan dalam membunuh dan juga akibatnya di sampaikan oleh
Rasulullah SAW dalam hadits yang artinya:
Dari Aisah r.a, dari Rasulullah beliau bersabda: tidak halal membunuh orang Islam tanpa disebakan tiga perkara: pezina yang sudah berkeluarga, lalu dirajam. Dan orang yang sengaja lalu dibunuh, serta orang yang keluar dari agama Islam yang menentang Allah dan Rasulnya lalu dihukum mati/di salib dibuang. (HR Abu Dawud, Imam Nasa’i)127
Perkara pertama yang diadili pada hari kiamat adalah pembunuhan. (HR: Muslim)128
Dari dalil-dalil tersebut diatas menjadi jelasa bahwa bagi ummat Islam
disyari’atkan untuk menjauhi perbuatan pembunuhan, hal ini dikarenakan
hukumannya sangat berat yaitu Qisash, Seikh Muhammad Abduh berpendapat
mengenai pembunuhan sengaja bahwa hal itu hampir mendekati dari
kemurtadan,129 walaupun tidak semua pembunuhan dijatuhi Qisash, namun
dibanding dengan kejahatan lain pembunuhan dalam Islam di berikan sangsi yang
paling berat. Seriusnya Islam dalam hal ini dikarenakan Islam sangat memandang
hidup manusia sangat suci dan mulia. Sampai pada sebuah kesimpuan bahwa
membunuh satu jiwa sama dengan membunuh semua jiwa dan menyelamatkan
satu jiwa sama dengan menyelamatkan semua jiwa hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al- Maidah ayat 32:
126Qs. Al- Israa’(17): 33.127Ansory al mansor, Loc. Cit, 24128 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Op. Cit., 733. 129Ahmad Asy- Syarbashi, Loc. Cit, 321.
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.130
Mengapa pembunuhan dilarang dalam Islam? Pembunuhan kaitannya
dengan kejahatan adalah mensegerakan sesuatu yang belum saatnya, dengan kata
lain mendahului kehendak. Sedangkan dalam Islam mensegerakan sesuatu yang
belum saatnya adalah dilarang. Mensegerakan sesuatu yang belum saatnya adalah
dilarang dalam Islam, Rasulullah SAWbersabda dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Turmudzi berbunyi:
Terburu-buru adalah dari Syaithan dan Hati-hati adalah dari Allah (HR. Turmudzi)131
Allah SWT berfirman dalam surat Al- Anbiya
130Qs. Al- Maidah (5): 32. 131Said Muhammad Daib Hawwa, Al- Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus, diterjemahkan oleh Aunur
Rafiq Shaleh Tahmid, Mensucikan jiwa : konsep tazkiyatun nafs terpadu, (Jakarta: Robbani pers 2004) hal 157
Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/
Artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.132
Dan Allah juga berfirman dalam surat Al- Israa ayat
Artinya: Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.133
Dari beberapa dalil diatas menunjukkan bahwa segala amal perbuatan
harus dilaksanakan setelah difahami dan dimengerti sedangkan untuk kedua hal
tersebut diperlukan perenungan dan sebuah proses yang membutuhkan waktu.
Terburu-buru disamping menghalangi tercapainya kematangan berfikir juga
menjadikan celah bagi setan memasukkan kejahatan kepada manusia secara tidak
disadari134
Selain dari itu sebagian kecil akibat dari pembunuhan adalah sangat
merugikan bagi korban, korban kehilangan hak untuk hidup dan yang ditinggal
merasakan kehilangan dan kasih sayang yang sangat. Sedangkan akibat bagi
masyarakat adalah kerusakan hubungan dan tatanan sosial baik antara dua
keluarga (si pembunuh dan korban) maupun masyarakat disekitarnya. Dengan
demikian pembunuhan dalam hukum Islam mempunyai kedudukan yang jelas dan
akibatnyapun sungguh jelas dipaparkan dalam dalil-dalil di atas.
Artinya: Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.137
Artinya: Dan Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.138
Jika memfitnah tersebut dikaitkan dengan keluarga, apalagi antara seorang
yang diwarisi dengan orang yang mewarisi biasanya mempunyai hubungan darah
yang sangat dekat, semisal ayah dengan anak, cucu dengan kakek, paman dengan
keponakan dan lain sebagainya. Maka sungguh sangat tidak masuk akal dan bisa
dikatakan sangat kejam serta tidak mempunyai pri kemanusiaan bila seseorang
memfitnah pewarisnya dengan tuduhan yang mengakibatkan si tertuduh (yang
mewarisi) dihukum pidana hanya demi mempercepat diri si yang diwarisi