Nama : Anggi kusuma&m.iqbal BAB I KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS 1.1 Latar belakang Sel adalah unit terkecil, fungsional, struktural, hereditas, produksi, dan kehidupan yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu membran, sitoplasma, dan inti. Membran atau plasmalemma menyelubingi sel dengan fungsi mengatur keluar mansuknya zat, menyampaikan atau menerima rangsang, dan strukturnya terdiri dari dua lapisan lipoprotein yang diantara molekul terdapat pori. (Yatim, 1987). Peranan membran dalam aktivitas seluler yaitu mengatur keluar masuknya bahan antara sel dengan lingkungannya, antara sel dengan organel-organelnya. Selain itu membran juga berperan dalam metabolisme sel. Organel-organel sel seperti nukleus, kloroplas, mitokondria, dan retikulum endoplasma juga diselubungi membran. Berdasarkan dari komposisi kimia membran dan pemeabilitasnya terhadap solut maka dapat disimpulkan bahwa membran sel terdiri atas lipid dan protein. Pada membran terdapat lapisan ganda dan molekul-molekul posfolipid yang letaknya teratur sedemikian rupa sehingga ujung karbon yang hidropobik terbungkus sedemikian rupa di dalam sebuah lapisan amorf dalam senyawa lipid. Komponen protein membran digambarkan sebagai suatu selaput yang menutupi kedua belah permukaan dan lapisa biomolekul posfolipid. (Prawiranata, 1981). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Nama : Anggi kusuma&m.iqbal
BAB I
KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS
1.1 Latar belakangSel adalah unit terkecil, fungsional, struktural, hereditas, produksi, dan kehidupan
yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu membran, sitoplasma, dan inti. Membran
atau plasmalemma menyelubingi sel dengan fungsi mengatur keluar mansuknya zat,
menyampaikan atau menerima rangsang, dan strukturnya terdiri dari dua lapisan
lipoprotein yang diantara molekul terdapat pori. (Yatim, 1987).
Peranan membran dalam aktivitas seluler yaitu mengatur keluar masuknya bahan
antara sel dengan lingkungannya, antara sel dengan organel-organelnya. Selain itu
membran juga berperan dalam metabolisme sel. Organel-organel sel seperti nukleus,
kloroplas, mitokondria, dan retikulum endoplasma juga diselubungi membran.
Berdasarkan dari komposisi kimia membran dan pemeabilitasnya terhadap solut maka
dapat disimpulkan bahwa membran sel terdiri atas lipid dan protein. Pada membran
terdapat lapisan ganda dan molekul-molekul posfolipid yang letaknya teratur sedemikian
rupa sehingga ujung karbon yang hidropobik terbungkus sedemikian rupa di dalam
sebuah lapisan amorf dalam senyawa lipid. Komponen protein membran digambarkan
sebagai suatu selaput yang menutupi kedua belah permukaan dan lapisa biomolekul
posfolipid. (Prawiranata, 1981).
Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup dari
sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yang luar biasanya ini tebalnya kira-kira hanya 8
nm dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan ke
luar sel yang dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki
permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat
melintasinya dengannya lebih mudah dari pada substansi yang lainnya. Salah satu
episode yang paling awal dalam evolusi kehidupan mungkin berupa pembentukan
membran yang membatasi suatu larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari
larutan sekelilingnya, tetapi masih bisa melakukan penyerapan nutrien dan pembuangan
produk limbahnya. Kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawinya ini
1
dengan lingkungannya merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan, dan membran
plasma inilah yang membuat keselektifan ini bisa terjadi. (Campbell, dkk, 2002).
Adanya sifat hidrofobik di bagian tengah lapisan lipid membran plasma menyebabkan
membran tersebut tidak mudah ditembus oleh molekul polar, sehingga membran sel
mencegah keluarnya komponen-komponen dalam sel yang larut dalam air. Namun, sel
juga memerlukan bahan-bahan nutrisi dan membuang limbahnya ke luar sel. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, sel harus mengembangkan suatu sistem/mekanisme khusus
untuk transpor melintasi membran sel. (Subowo, 1995).
Diketahui bahwa pada membran sel terdapat lapisan protein yang membentuk struktur
globular yang terikat pada permukaan membran yang disebut sebagai protein ekstrinsink,
ada juga yang berintegrasi ke dalam membran sebagai protein intrinsink, protein ini
melintas membran membentuk kanal protein (protein transport). Kanal protein ini
merupakan pori yang hidrofilik yang memungkinkan dilewati bahan terlarut polar seperti
ion. (Anonimous, 2008).
Membran ini, utamanya tersusun atas protein dan lipida, sedikit karbohidrat.
Kandungan protein dan lipida ini bervariasi tergantung dari jenis membran plasma dari
organ sel yang bersangkutan (membran sel, mitokondria, kloroplas). Tiga macam lipida
polar yang utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida
polar, asam lemak yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi
antara panjang dan tingkat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam
lemak berpengaruh terhadap titik cair. (Anonimous, 2008).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian pelarut larutan secara eksternal
maka interaksi fisiologi dapat terjadi diantara aliran-aliran antara pelarut. Untuk
mengukur berbagai pelarut berbagai membran “nilella transinans” bahwa membran
terutama plasmolemma dan protoplasma yang diplasmolisis mungkin sangat berbeda
dengan sel yang normal kurang atau lebih lumid karena tingkat volumenya dari protoplas
yang diplasmolisi sulit diukur dengan tiap terjadinya. (Willking, 1989).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan
strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan
polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan.
Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai
saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata,
berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul
sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel. Membran sel
2
terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat
hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam,
sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair.
Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa
protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda
fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti
vakuola, mitokondria, dan kloroplas. (Anonimous, 2008).
Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan
fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama,
yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil
hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan
molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk
dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated
diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion
dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif
harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP,
ataupun juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport. (Anonimous,
2008).
Sifat khusus membran lainnya disamping susunan kimianya adalah sifat
fungsionalnya yang semi permeabel (permeabel diferensial). Air melalui membran secara
pasif berdasarkan gradien potensial air. Beberapa solut dapat lewat tetapi dengan
kecepatan dan mekanisme yang berbeda-beda. Pada membran tidak hidup,
perbedaan permeabilitas bergantung pada besar kecilnya molekul yang hendak lewat dan
ditentukan pula oleh besarnya pori-pori membran. Tetapi pada membran plasma(sel
hidup) besarnya molekul tidak berpengaruh. Hal ini diduga ada kaitannya dengan
kelarutan za itu dalam salah satu komponen membran. Jadi, membran bukan sekedar
lapisan yang pasif. (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2008).
Mambran sangat beragam, tetapi permeabilitas dapat terjadi tanpa menghiraukan
bagaimana fungsi membran selama pergerakan larutan lebih dibatasi dibandingkan
pergerakan air. (Gelston, 1961).
Membran plasma juga dikenali sebagai membran sel. Sel ini merupakan suatu
bahagian dalam suatu sel. Membran plasma mempunyai selaput nipis, kenyal, dan separa
telap. Membran plasma mempunyai ketebalan di antara 7.5 hingga 8 nanometer. Ia
terbina daripada dua lapisan lipid dan protein. Membran plasma berfungsi untuk
3
mengasingkan kandungan sel daripada persekitaran luar. Ia juga dapat mengawal
pergerakan bahan ke dalam dan keluar sel. Ia telap kepada air dan lipid tetapi tidak telap
kepada bahan-bahan tidak berpola. Molekul-molekul kecil dan bahan larut lipid dapat
melalui lapisan lipid dengan mudah. Contoh molekul-molekul kecil ialah air,oksigen,
karbon dioksida.Selain itu, membran plasma berfungsi untuk melindungi organel-organel
di dalam sel. (Anonimous, 2008).
1.2 Teori DasarSetiap sel eukariotik sistem membran yang kompleks. Membran sel secara umum
berperan dalam pertukaran bahan-bahan sel dan lingkungan sekitarnya serta organel sel.
Dalam sistem membran juga berlangsung reaksi metabolisme seluler. Membran plasma
atau plasmolema suatu sel tumbuhan tinggi merupakan batas luar dari protoplasma yang
berhadapan dengan dinding sel.
Berdasarkan ultra struktur dan fungsi membran terbukti bahwa membran tersusun
oleh protein, lemak, dan karbohidrat. Sifat khusu membran lainnya di samping susunan
kimianya adalah sifat ungsionalnya yang semi permeabel (permeabel differential). Air
melalu membran secara pasif berdasarkan gradien potensial air. Beberapa solut dapat
lewt tetapi dengan kecepatan dengan mekanisme yang berbeda-beda. Pada membran
tidak hidup, perbedaan permeabilitas baergantung besar kecilnya molekul yang hendak
lewat dan ditentukan pula oleh besarnya pori-pori membran, sedangkan pada membran
plasama (sel hidup) besarnya molekul tidak berpengaruh. Hal ini diduga ada kaitannya
dengan kelarutan zat itu dalam salah satu komponen membran.
1.3 Tujuan
Melihat pengaruh berbagai perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas
membran sel
1.4 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan, yaitu : daun Rhoe discolor, air destilsasi, alkohol 70%
Alat yang digunakan, yaitu : Hotplate, termometer, bor untuk membuat potongan
berbentuk silinder dengan garis tengah 0,5 cm, rak tabung reaksi, saringan teh, cawan
petridis, pengaduk, dan gelas piala
4
1.5 Cara Kerja
2. Ambil daun Rhoe discolor lalu cuci sampai bersih dari debu dan kotoran.
3. Lubangi daun tersebut dengan bor yang telah dipersiapkan sebanyak 200 buah,
lalu rendam dalam air destilasi agar cairan sel atau antosianin pada bagian
yang dilukai bisa tercuci bersih.
4. Siapkan larutan aseton sebanyak 100 ml.
5. Persiapkan potongan daun Rhoe discolor masing-masing sebanyak 50 buah
untuk 4 perlakuan, yaitu :
a. Dalam aseton 50%
b. Dalam air temperatur 400C
c. Dalam air temperatur 600C
d. Dalam air temperatur 800C
6. Ambil 50 buah potongan daun yang pertama direndam dalam aseton 50%
selama 15 menit, kemudian disaring dengan saringan teh, lau dimasukkan
dalam 10 ml air destilasi. Biarkan selam 30 menit, lalu disaring kembali.
Larutan hasil saringan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
7. Selanjutanya diambil 50 potongan daun berikutnya untuk perlakuan
berikutnya. Rendam daun-daun tersebut ke dlam air destilasi dengan
temepratur 400C, 600C, dan 800C selama 15 detik, kemudian disaring dan
dimasukkan dalam 10 ml air destilasi dan biarkan selama 30 menit. Kemudian
saring kembali, selanjutnya destilasi dan biarkan selama 30 menit. Kemudian
saring kembali, selanjutnya masing-masing hasil saringan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
8. Untuk menghindari kekeliruan pasanglah label pada masing-masing perlakuan
9. Perbedaan yang terjadi pada masing-masing perlakuan dicatat dalam lembar
pengamatan.
1.6 Hasil PengamatanHasil pegamatan perubahan warna air akibat perlakuan pada daun Rhoe discolor
Perlakuan Tingkat perubahan warnaAseton 50% +++++400C +600C +++800C ++++Keterangan: +agak keruh, ++keruh, +++keruh mendekati merah muda, ++++ agak merah
muda, +++++merah muda, ++++++ merah hampir seperti merah epidermis.
5
1.7 PembahasanMembran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar-masuknya zat antara
lingkungan luar dan lingkuangan dalam sel. Memban sel memiliki permeabilitas yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: ukuran solut, kelarutan lemak, derajat
ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta
derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas
membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi
membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa terdapat empat mekanisme pertukaran
zat pada membran sel, yaitu : Difusi, Osmosis, Transport Aktif dan Bulk Transport.
Osmosis dapat diasumsikan dengan molekul air yang cukup kecil untuk melewati
fosfolipid serta aquaporin. Masuknya air ke dalam sel disebabkan oleh beberapa
faktor; contohnya pada sel tumbuhan biasanya dikarenakan oleh potensial air pada
dinding sel.
Sedangkan difusi merupakan perpindahan netto suatu molekul dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan ini dipicu oleh energi kinetik yang
menyebabkan molekul bergerak acak. Setelah mengalami difusi, molekul di dalam sel
akan mengalami keseimbangan dan menyebar rata dalam ruang volum sel tersebut.
Tekadang, konsentrasi suatu zat yang dibutuhkan oleh sel berada dalam batas yang
kurang memadai pada lingkungan luar sel (tanah) dibandingan dengan lingkungan
dalamnya. Dalam situasi seperti ini, salah satu protein penyusun sel, yaitu carrier
protein, bertugas untuk membawa molekul dan ion dari dalam tanah ke dalam sel
dengan melawan gradien konsentrasi. Mekanisme ini biasa disebut sebagai transport
aktif (Anonim, 2010)
Setelah dilakukannya semua perlakuan untuk mengamati pengaruh kimia
terhadap sifat permeabilitas membran sel pada tanaman Rhoe discolor, kemudian
dilakuknnya pengamatan, terdapat hasil yang menunjukan perbedaan adanya
pengaruh perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas membran sel.
Pengamatan yang pertama yaitu pada 50 buah potongan daun Rhoe discolor
yang diberi perlakuan dengan direndam didalam aseton 50% selama 15 menit lalu
dimasukkan kedalam air 10 ml dan dibiarkan 30 menit. Setelah dilakukan pengamatan
terhadap kekeruhan air, ternyata tingkat kepekatan warnanya yang paling tinggi yakni
berwarna merah muda. Sedangkan untuk daun Rhoe discolor yang masing-masing
6
sebanyak 50 buah yang direndam dalam air dengan suhu 400C selama 15 detik lalu
direnadam dalam air detilasi 10 ml selama 30 menit memiliki kepekatan warna yang
paling rendah yakni agak keruh dan yang direndam dengan air dengan suhu 600c dan
800c selama 15 detik memiliki kepekatan warna yakni masing-masing berwarna agak
merah dan meraj muda.
1.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap membran sel memiliki
permeabilitas yang berbeda-beda. Pengaruh yang diberikan pada membran sel pun
menyebabkan reaksi yang berbeda oleh setiap membran sel dan hal ini ditunjukkan
dengan tingkat kepekatan warna yang berbeda-beda pula. Membran sel akan
mengalami kerusakan jika diberikan perlakuan suhu yang ekstrim. Semakin tinggi
suhu yang diberikan, maka kerusakan pada membran akan semakin parah.
1.9 Daftar Pustaka
Anonim.2012. Komposisi kimia membran sel dan faktor faktor yang mempengaruhi
4.1 Latar belakangSemua tumbuhan membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkecambahan.
Begitu juga dengan biji suatu tanaman. Dalam perkecambahan, biji membutuhkan air
untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm.
Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak kulit biji
yang sudah lunak sampai pecah.
Pada praktikum kali ini, kami ingin melihat pengaruh lama perendaman
terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau, yang mana dilakukan dengan
perlakuan yang berbeda-beda yaitu waktu lama perendaman yang berbeda selang 4
jam. Dengan waktu perendaman yang berbeda, maka akan dapat dilihat pertambahan
berat biji kacang hijau yang berbeda pula, yaitu semakin lama waktu perendaman,
maka semakin besar pertambahan berat biji kacang hijau.
4.2 Tujuan Tujuan Pratikum ini adalah:
22
1. Mengetahui pengaruh lamanya perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang tanah
2. Melihat pengaruh kinetin terhadap perkecambahan biji kacang hijau dan kacang tanah,dan padi
4.3 Teori DasarBanyaknya air yang memadai merupakan syarat utama
terjadinya perkecambahan, air dapat menghilangkan masa dormansi dari biji. Perkecambahan merupakan permulaan kembali pertumbuhan embrio di dalam biji. Yang diperlukan adalah suhu yang cocok , dan persediaan oksigen yang cukup. Terbuka terhadap cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan persyaratan untuk perkecambahan untuk beberapa kasus. (Kimball. 1983).
Perkecambahan dapat diartikan sebagai suatu perubahan morfologis seperti penonjolan akar lembaga (radikal), dapat juga diartikan munculnya pertmbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa:1. Imbibisi air dan absorbsi air2. Hidrasi jaringan 3. Absorbsi jaringan 4. Pengaktifan enzim dan pemecahan5. Transport molekul yang terhidrolisis kesumbu embrio6. Peningkatan respirasi dan asimilasi7. Inisiasi pembelahan dan pembesaran sel8. Munculnya embrio
Proses penyerapan air oleh bijisebagai akibat tarikan terhadap molekul air karena besarnya potensi matrik dari dinding sel dan bahan-bahan lain yang terkandung dalam sel. Oleh sebab itu, penyerapan air akan tetap berlansung pada biji dalam keadaan dorman, baik biji tersebut hidup (viable) atau mati. Penyerapan air oleh biji sepenuhnya merupakan peristiwa fisika yang dikenal
23
dengan imbibisi. Setelah terjadi proses tersebut terjadilah reaksi enzimatis dan beberapa proses metabolism segera dimulai.
Dalm proses perkecambahan fitihormon sangat diperlukan, yaitu:
a. Giberelin untuk menggiatkan enzim hidrolitikb. Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan
munculnya akar lembaga c. Auksin meningkatkan pertumbuhan karena pembesaran
koleoriza akar lembaga dan pucuk embaga dan aktifitas
geotropi yaitu orientasi yang besar pada pertumbuhan akar
dan pucuk, terlepas dari orientasi.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah:
a) Konsentrasi air
Konsentrasi yang dimaksud disini adalah konsentrasi air diluar biji
dibandingkan dengan konsentrasi air didalam biji.
b) Permeabilitas kulit biji atau membrane biji.
Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan
permiabel.
c) Suhu
Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan difusi air ke
dalam biji sampai batas waktu tertentu.
d) Luas permukaan biji yang kontak dengan air.
Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas
permukaan.
e) Tekanan hidrostatik
Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan tekanan
hidrostatik. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam biji akan
memperlambat penyerapan air.
f) Spesies
Masing – masing spesies mempunyai kecepatan penyerapan tertentu.
g) Komposisi kimia
24
Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap lebih cepat
sampai tingkat tertentu dibandingkan dengan biji yang kadar
karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi.
h) Umur biji
Biji tua menyerap lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak (Firdaus
dkk, 2006).
4.4 Bahan dan AlatBahan yang digunakan, yaitu: biji kacang hijau yang
ukurannya sama seberat 5 g sebanyak 8 bagianAlat yang digunakan, yaitu: kantong plastic, timbangan
analitik, tisu, cawan petri, kertas saring dan gunting.
4.5 Cara Kerja4.5.1 Pengaruh lama perendaman terhadp penyerapan air oleh biji
kacang tanah1. Timbang biji kacang tanah yang ukurannya hampir
sama sebesar 5 g sebanyak 8 bagian2. Masing-masing bagian direndam dalam kantong plastic
yang berisi air selama 2, 6, 20, 14, 183. Setelah selesai masa perlakuan biji kacang tanah
dikeringkan dengan cara meniriskan air diletakkan di atas kertas tisu, kemudian ditimbang biji tersebut dan data hasil pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan.
4.5.2 Pengaruh kinetin terhadap perkecambahan Biji kacang tanah, kacang hijau
1. Siapkan larutan kinetin 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm masing-masing 60 ml
2. Masing-masing konsentrasi larutan dimasukkan kedalam cawan petri (setiap cawan petri berisi 10 ml larutan) dan diberi label.
25
3. Masukkan kertas saring kedalam cawan petri yang telah diberi laruan tersebut
4. Masukkan kedalam masing-masing cawan petri biji kacang tanah, kacang hijau sebanyak 10 buah dan hitung persentase biji yang berkecambah
4.6 Hasil Pengamatan4.6.1 Pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air olehbiji
kacang hijau
Lama perendaman
(jam)
Berat biji (g) Pertaambahan (g)
Keadaan BijiAwal Akhir
2 5 8,12 3,12 Kulit biji belum mengelupas/masih keras
Warna masih hijau pekat
Radikula belum keluar
6 5 7,84 2,84 Kulit biji ada yang mulai mengelupas
Biji kacang hijau bertambah besar
Radikula mulai
keluar
10 5 8,41 3,41 Kulit biji merekah Biji kacang hijau
lebih besar dari perendaman sebelumnya
Sebagian radikula sudah keluar
Warna lebih terang dari sebelumnya
14 5 8,13 3,13 Kulit biji semakin merekah
Biji kacang hijau semakin besar dari perendaman 10 jam
Radikula sudah
26
keluar Warna lebih terang
dari perendaman 10 jam
18 5 8,26 3,26 g Sebagian kulit biji
sudah mengelupas
Biji kacang hijau
semakin membesar
Radikula sudah
mencuat keluar
Warna kulit biji
yang belum
mengelupas lebih
terang dari
sebelumnya
4.6.2 Pengaruh kinetin terhadap perkecambahan Biji Kacang tanah, kacang hijau,dan padi
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh lama
perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan
27
dengan pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji yang berbeda untuk
setiap perlakuan.
Terjadinya pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji kacang hijau
ini, disebabkan karena adanya peristiwa imbibisi, yaitu merupakan peristiwa fisika
dimana air masuk ke dalam biji.
Menurut Dwidjoseputro (1991), sel-sel biji kacang yang kering mempunyai
nilai osmosis yang rendah, sehingga mempunyai nilai potensial osmotik yang rendah
dan mempunyai nilai defisit tekanan osmotik yang tinggi, sehingga apabila biji yang
kering direndam dalam air dalam waktu yang lama akan terjadi peristiwa imbibisi
yang sebenarnya juga merupakan suatu proses difusi air atau osmosis. Hanya saja
pada imbibisi, zat yang menyerap air merupakan koloid atau zat padat seperti biji
tumbuhan yang keras.
Semakin lama waktu perendaman, maka akan semakin besar penambahan
berat biji. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya air yang diserap sehingga biji
mengembang dan mengeluarkan radikula.
Menurut Heddy (1990), mengembangnya material tersebut karena matreriasl
tersebut mengabsorbsi air, yang berarti bahwa molekul-molekul yang diabsorbsi akan
diikat pada permukaan zat yang mengabsorbsi. Oleh karena peristiwa imbibisi ini
dianggap didasari oleh proses difusi karena di dalam peristiwa imbibisi tidak terdapat
membran yang membatasi antara molekul yang di imbibisi dengan molekul yang
mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat yang melakukan imbibisi
selalu naik selama proses imbibisi berlangsung. Penambahan volume dalam peristiwa
imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat mula-mula, dnegan zata
yang di imbibisi apabila dalam keadaan bebas.
Namun, pada praktikum kali ini, terjadi sedikit perbedaan yang mana pada
perendaman jam, terjadi penurunan berat biji dibanding dengan yang direndam
selama jam. Hal ini dapat terjadi diperkirakan karena berbedanya kondisi biji sebelum
direndam seperti permeabilitas kulit biji, luas permukaan biji yang kontak dengan air,
dan konsentrasi air untuk merendam biji tersebut.
Menurut Firdaus, dkk (2006), Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyerapan air oleh biji adalah: Konsentrasi air (konsentrasi air diluar biji
28
dibandingkan dengan konsentrasi air didalam biji), Permeabilitas kulit biji atau
membrane biji (Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan
permiabel), Suhu(Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan difusi air
ke dalam biji sampai batas waktu tertentu), Luas permukaan biji yang kontak dengan
air (Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan),
Tekanan hidrostatik (Meningkatnya volume air yang masuk akan menimbulkan
tekanan hidrostatik. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam biji akan memperlambat
penyerapan air), Spesies (Masing–masing spesies mempunyai kecepatan penyerapan
tertentu), Komposisi kimia (Biji yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap
lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan dengan biji yang kadar
karbohidratnya tinggi atau kadar minyaknya tinggi), dan Umur biji (Biji tua menyerap
lebih cepat dan membutuhkan air lebih banyak).
4.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Adanya pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang
hijau.
2. Syarat untuk mengaktifkan embrio adalah: air yang cukup, suhu, oksigen, dan
cahaya.
3. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji.
4. Penyerapan air oleh biji sepenuhnya merupakan peristiwa fisika yang dikenal
sebagai imbibisi.
5. Air masuk ke dalam biji melalui proses imbibisi dan osmosis.
6. Imbibisi air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia sehingga
perkecambahan dapat terjadi.
7. Perkecambahan dapat diartikan sebagai suatu perubahan morfologis seperti
penonjolan akar lembaga (radikula).
8. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah:
Konsentrasi air, Permeabilitas kulit biji atau membran biji, Suhu, Luas
permukaan biji yang kontak dengan air, Tekanan hidrostatik, Spesies, Umur
biji, dan Komposisi kimia.
9. Penyerapan air akan tetap berlangsung baik pada biji dalam keadaan dorman
atau tak dorman.
29
4.9 Daftar PustakaDwidjoseputro, 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia.
JakartaFirdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru. Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. JakartaKimball, John. 1983. Biologi jilid II edisi ke lima. Erlangga. Jakartaloveless. RA. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropika. PT. Gramedia Utama. Jakarta.Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Penerbit ITB. Bandung Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta
4.10 LampiranGambar biji kacang tanah yang direndam selama 10 jam
Gambar Penimbangan Biji Kacang Tanah yang direndam dengan jarak waktu lama perendaman yang berbeda selang 4 jam