Fisiologi Ginjal dalam pengeluaran UrinePengaturan keseimbangan
cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas ekstrasel.Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Pada saat seseorang dalam keadaan kekurangan
cairan, berarti asupan air berkurang maka harus ada keseimbangan
antara air yang keluar dan yang masuk kedalam tubuh.Mekanisme
homeostasis pada pengaturan eliminasi urine dapat dilakukan melalui
dua mekanisme: Mekanisme renin angiotensinogen- ADHHormon renin di
produksi pada bagian glomerulus ginjal, Ketika aliran darah ke
glomerulus menurun, sel jugstaglomerulus akan mensekresikan hormon
renin ke dalam aliran darah menuju hepar. Di dalam hepar, hormon
renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Lalu
angiotensin I menuju ke paru-paru, dan dikonversi menjadi
angiotensin II oleh ACE. Angiotensin II menstimulus hypotalamus
untuk mensekresikan ADH pada hypofisis posterior, kemudian hormon
ADH ini menuju ke tubulus ginjal dan akan meningkatkan penyerapan
air pada tubulus ginjal. Sehingga sedikit urine yang akan
dikeluarkan karena banyak zat-zat dan cairan yang diserap oleh
tubuh sehingga urine akan terlihat pekat atau berwarna lebih
kekuningan.Begitupula apabila tubuh kelebihan cairan maka hormone
ADH yang diproduksi pada kalenjer hipofisis akan menurun sehingga
sedikit air yang akan diserap oleh ginjal. Itulah yang menyebabkan
urine akan menjadi lebih encer dibanding yang orang yang kekurangan
cairan. Peranan Vasopresin/ Antidiuretik hormon (ADH)Peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel akan merangasng osmoreseptor di
hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hipothalamus
yaitu nervus vagus dan nervus glossofaringeus yang mensintesis
vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hypofisis posterior ke
dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus
koligentis. Ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus
koligentifus memicu terbentuknya aquoporin yaitu kanal air di
membrane bagian apeks di duktus koligentifus. Pembentukan aquoporin
ini memungkinkan terjadinya reabsorpsi cairan ke vasa recta. Hal
ini menyebabkan urine yang di bentuk di duktus koligentifus menjadi
sedikit dan hyperosmotik (pekat) sehingga cairan dalam tubuh tetap
dipertahankan. Mekanisme renin- angiotensin- aldosteron Ginjal
mensekresikan hormon renin sebagai respon terhadap penurunan NaCl.
Renin mengaktifkan angiotensinogen, suatu protein plasma yang
diproduksi oleh hati, menjadi angiotensin I. Angiotennsin I diubah
menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzyme yang
diproduksi oleh paru. Angiotensin II merangsang korteks adrenal
untuk mengsekresikan hormon aldosteron, yang merangsang reabsorpsi
Na+ oleh ginjal. Retensi Na+ menimbulkan efek osmotik yang menahan
lebih banyak H2O di cairan ekstrasel. Di tubulus proksimal dan
lengkung henle, persentasi reabsorpsi Na+ yang difiltrasi bersifat
konstan berapapun beban Na+. Reabsorpsi sejumlah bagian kecil di
bagian distal tubulus berada di bawah kontrol hormon aldosteron.
Tingkat reabsorpsi terkontrol ini berbanding terbalik dengan besar
beban Na+ di tubuh. Apabila terlalu banyak terdapat Na+ hanya
sedikit dari Na+ ini yang di reabsorpsi. Di pihhak lain apabila
terjadi kekurangan Na+, sebagian besar Na+ direabsorpsi sehingga
kandungan Na+ dalam urin sedikit. Hormon aldosteron juga merangsang
sintesis protein-protein baru di dalam sel-sel tubulus ginjal.
Protein-protein tersebut disebut aldosterone inducet proteins yang
meningkatkan reabsorpsi Na+ dengan dua cara. Pertama, mereka
terlibat dalam pembentukan saluran Na+ di membran luminal sel
tubulus distal dan pengumpul, sehingga meningkatkan perpindahan
pasif Na+ dari lumen ke dalam sel. Kedua, mereka menginduksi
sintesis pembawa Na+-K+ ATPase, yang disisipkan ke dalam membran
basolateral sel-sel tersebut. Hasil akhirnya adalah peningkatan
reabsorpsi Na+.Kerja Hormon ADH
Hormone Aldosteron