FI &
FISIKA TEKNIK
ii
FISIKA TEKNIK
Penulis :
Nila Aila
Pondi Udianto
Fengky Adie Perdana
Penerbit :
Polinema Press
FISIKA TEKNIK
iii
FISIKA UNTUK SAINS & TEKNIK
Hak Cipta © Nila Aila
Pondi Udianto
Fengky Adie Perdana
Hak Terbit pada POLINEMA PRESS
Penerbit POLINEMA PRESS, Politeknik Negeri Malang
Jl. Soekarno-Hatta no.09 PO BOX 04 Malang 65141
Telp. (0341) 404424, 404425
Fax. (0341) 404420
UPT. Percetakan dan Penerbitan
Gedung AU ground floor
www.polinemapress.org
press.polinema.ac.id
Anggota APPTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia) no.
207/KTA/2016
Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) no. 177/JTI/2017
Cetakan Pertama, Juni 2021
ISBN : 978-623-6562-91-8
xiv;161 hlm.; 15,5 x 23 cm
Setting & Layout : Putra Fanda Hita
Cover Design : Putra Fanda Hita
Penyunting : Abd. Muqit
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini
dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari
penerbit. Pengutipan harap menyebutkan sumber.
FISIKA TEKNIK
iv
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
FISIKA TEKNIK
v
KATA PENGANTAR
Disiplin Ilmu Fisika Teknik termasuk salah rumpun Ilmu Fisika, sebagai
matakuliah yang bertujuan untuk memberi pemahaman terhadap
mahasiswa tentang besaran, dimensi, satuan vector, dan analisis gaya-gaya
yang wajib dikuasai oleh mahasiswa Teknik sipil. Kehadiran Buku Fisika
Teknik, yang ditulis oleh Nila Alia, Pondi Udianto, dan Fengky Adie
Perdana, sebagai dosen Fisika ini dapat memperkaya pengetahuan bagi
mahasiswa Teknik Sipil. Ketiga penulis ini memiliki kompetensi yang
cukup memadai di bidang Ilmu Fisika. Buku yang ditulisnya membahas
tujuh topik yang perlu dikuasai oleh mahasiswa yatu: (1) pengukuran; (2)
besaran skalar dan besaran vektor; (3) kinematika gerak; (4) dinamika
gerak; (5) statika; (6) usaha dan energi; dan (7) momentum linier dan
impuls.
Secara substansial, para penulis buku ini menjelaskan 7 (tujuh) topik
di bidang Fisika Teknik. Kesatu, menjelaskan pengukuran merupakan hal
yang paling dasar dalam fisika untuk melakukan pengujian suau teori
dengan membandingkan suatu besaran yang diukur dan besaran standar,
sehingga dalam melakukan aktivitas pengukuran diperlukan sistem satuan
yang konsisten. Kedua, menjelaskan besaran skalar merupakan besaran
yang hanya ditentukan oleh besar nilainya saja, misalnya panjang, massa,
waktu, dan kelajuan. Sedangkan besaran vektor merupakan besaran yang
ditentukan oleh besar nilai dan arahnya, misalnya kecepatan, percepatan,
dan gaya. Ketiga, membahas tentang kinematika gerak merupakan salah
satu cabang ilmu fisika yaitu mekanika yang dibagi kedalam tiga cabang
ilmu, yaitu kinematika, dinamika, dan statika. Keempat, menjelaskan
berkaitan dengan dinamika gerak. Kelima, statika yang berkaitan dengan
titik berat benda yang menjadi penyeimbang suatu benda, dimana semua
bagian benda terpusat pada titik tersebut. Keenam, tentang usah dan energi.
Istilah usaha memiliki pengertian yang jelas berbeda dalam fisika dari
artinya dalam kehidupan sehari-hari. Ketujuh, tentang momentum dan
impuls, bahwa eetiap benda yang bergerak mempunyai momentum yang
besarnya berbanding lurus dengan massa dan kecepatan benda.
FISIKA TEKNIK
vi
Kekuatan buku ini sebagai bahan ajar selain materi-materi ajar yang
bersifat teoritis juga dilengkapi dengan contoh-contoh soal yang praktis
dan pelatihan-pelatihan untuk mempermudah pembelajaran bagi
mahasiswa sehingga dapat lebih cepat pemahamannya. Saya menilai buku
ini layak untuk diterbitkan, selain untuk bahan ajar bagi mahasiswa juga
dapat dijadikan bahan rujukan bagi para peminat fisika teknik di
lingkungan perguruan tinggi vokasional di Indonesia. Selamat membaca
dan menyimak.
Bogor, 20 September 2021
Asessor/Editor/Trainer/Penulis,
Dr. H. Abdu Rahmat Rosyadi, S.H., M.H
FISIKA TEKNIK
vii
PRAKATA
Penguasaan ilmu dasar teknik merupakan sesuatu yang mutlak
diperlukan. Fisika merupakan ilmu dasar yang menunjang bidang ilmu lain
baik yang bersifat murni maupun terapan. Dalam kehidupan, kita
seringkali melakukan pengamatan terhadap suatu besaran tertentu.
Pengamatan terhadap suatu besaran fisis akan dilanjutkan dengan
pengukuran besaran tersebut. Mata kuliah fisika teknik tidak terlepas dari
kegiatan pengamatan dan pengukuran dengan menggunakan alat ukur.
Untuk dapat melakukan pengukuran dengan baik diperlukan perhatian
terhadap beberapa faktor diantaranya metode, kondisi alat, hingga analisa
data hasil pengukuran yang selanjutnya menarik kesimpulan. Ketelitian
sangat diperlukan dalam kegiatan pengukuran agar hasil ukur yang
diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam konteks ilmiah, hasil pengukuran harus dapat dipertanggung
jawabkan baik untuk keperluan praktis maupun sains itu sendiri, sehingga
hasil pengukuran yang dilaporkan harus memenuhi aturan tertentu
sehingga pembaca mendapatkan manfaatnya. Buku ini menyajikan materi
mata kuliah fisika teknik sebagai dasar yang erat kaitannya dengan teknik
mesin utamanya berkaitan dengan pengukuran dan aturan formal yang
perlu diketahui dalam kerangka ilmiah.
Agar dapat berhasil mempelajari dan memanfaatkan buku ini,
berusahalah secara sungguh-sungguh dan memahami teori yang diberikan
dalam kegiatan perkuliahan maupun materi pada buku ini dengan
membacanya. Jika materi belum Anda pahami dalam penjelasan buku ini,
silakan mencari sumber lain ataupun dapat menanyakan kepada penulis
melalui telepon ataupun email.
FISIKA TEKNIK
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
PRAKATA .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB I PENGUKURAN .......................................................................... 1
A. Besaran ............................................................................................. 1
B. Sistem Satuan ................................................................................... 1
BAB 2 BESARAN SKALAR DAN BESARAN VEKTOR ................ 21
A. Besaran Skalar ................................................................................ 21
B. Besaran Vektor ............................................................................... 21
BAB 3 KINEMATIKA GERAK ......................................................... 35
A. Gerak Lurus .................................................................................... 35
B. Gerak Melingkar ............................................................................. 51
C. Gerak Parabola ............................................................................... 62
BAB 4 DINAMIKA GERAK ............................................................... 69
A. Medan Grafitasi .............................................................................. 73
B. Energi Potensial Grafitasi ............................................................... 76
C. Potensial Grafitasi........................................................................... 78
D. Hukum Kekekalan Energi Medan Grafitasi .................................... 80
E. Gerakan Planet ................................................................................ 81
F. Hukum Newton .............................................................................. 83
G. Dinamika Gerak Rotasi ................................................................... 92
BAB 5 STATIKA (KESEIMBANGAN) ........................................... 105
A. Titik Berat Benda.......................................................................... 105
FISIKA TEKNIK
ix
B. Keseimbangan .............................................................................. 109
BAB 6 USAHA DAN ENERGI .......................................................... 123
A. Usaha .......................................................................................... 123
B. Energi .......................................................................................... 127
C. Aplikasi Penggunaan W = Ek ..................................................... 129
D. Daya .......................................................................................... 133
BAB 7 MOMENTUM LINIER DAN IMPULS................................ 139
A. Pengertian Momentum dan Impuls ............................................... 139
B. Hukum Kekekalan Momentum ..................................................... 139
C. Tumbukan ..................................................................................... 140
BAB 8 GERAK HARMONIK ........................................................... 145
A. Frekuensi ...................................................................................... 146
B. Proyeksi Gerak Melingkar Beraturan............................................ 146
C. Periode Gerak harmonik ............................................................... 148
D. PHASE ( ) ................................................................................. 150
E. Superposisi dua gerak harmonik sederhana yang frekuensinya .... 150
F. Energi pada gerak harmonis sederhana ......................................... 152
G. Contoh-contoh Gerak Harmonik ................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 159
BIODATA PENULIS........................................................................... 161
FISIKA TEKNIK
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. vektor dengan panjang dan arah sama ............................... 23
Gambar 2. 2. vektor dengan panjang sama dan arah berlawanan ........... 23
Gambar 2. 3. vektor dengan panjang ...................................................... 23
Gambar 2. 4. Cara jajaran genjang ......................................................... 24
Gambar 2. 5. Cara segitiga ..................................................................... 25
Gambar 2. 6. Pengurangan vektor .......................................................... 25
Gambar 2. 7. Operasi vektor sudut 0O .................................................... 25
Gambar 2. 8. Operasi vektor sudut 90O .................................................. 25
Gambar 2. 9. Operasi vektor sudut 180o (arah R sama dengan kedua
vektor) .................................................................................................... 25
Gambar 2. 10. Penguraian Vektor 90o .................................................... 26
Gambar 2. 11. Cara jajaran genjang ....................................................... 26
Gambar 2. 12. Cara polygon ................................................................... 26
Gambar 2. 13. Penguraian vektor secara analitis .................................... 27
Gambar 2. 14. Vektor tiga dimensi ......................................................... 27
Gambar 2. 15. ilustrasi perakitan baterai ................................................ 29
Gambar 2. 16. Arah putar vektor tiga dimensi ........................................ 29
Gambar 2. 17. Tanda perputaran vektor ................................................. 30
Gambar 3. 1. Skala jarak dan perpindahan ............................................. 35
Gambar 3. 2. Diagram jarak ................................................................... 36
Gambar 3. 3. Diagram kecepatan ........................................................... 36
Gambar 3. 4. posisi titik materi dua dimensi .......................................... 36
Gambar 3. 5. posisi titik materi tiga dimensi .......................................... 37
Gambar 3. 6. Vektor perpindahan........................................................... 38
Gambar 3. 7. Perubahan kecepatan......................................................... 38
Gambar 3. 8. Perubahan percepatan ....................................................... 40
Gambar 3. 9. Diagram percepatan .......................................................... 41
Gambar 3. 10. Grafik percepatan dengan vo=0 ....................................... 42
Gambar 3. 11. Grafik percepatan dengan vo 0.................................... 42
Gambar 3. 12. Grafik perlambatan ......................................................... 42
Gambar 3. 13. Grafik x terhadap t untuk a>0 ......................................... 42
Gambar 3. 14. Grafik x terhadap t untuk a<0 ......................................... 42
Gambar 3. 15. Gerak jatuh bebas............................................................ 43
Gambar 3. 16. Gerak benda dilempar ke bawah ..................................... 43
Gambar 3. 17. Gerak benda dilempar ke atas ......................................... 44
Gambar 3. 18. Arah v pada gerak melingkar .......................................... 50
Gambar 3. 19. Posisi sudut ..................................................................... 51
FISIKA TEKNIK
xi
Gambar 3. 20. Vektor perubahan posisi ................................................. 52
Gambar 3. 21. Perubahan kecepatan sudut ............................................. 52
Gambar 3. 22. Roda bersinggungan ....................................................... 54
Gambar 3. 23. Roda terhubung rantai ..................................................... 54
Gambar 3. 24. Roda setitik pusat ............................................................ 54
Gambar 3. 25. Hubungan s, θ, R............................................................. 55
Gambar 3. 26. Arah percepatan tangensial ............................................. 56
Gambar 3. 27. Benda di luar dinding melingkar ..................................... 57
Gambar 3. 28. Benda di luar dinding melingkar dengan simpangan ...... 57
Gambar 3. 29. Benda di dalam dinding melingkar bawah ...................... 58
Gambar 3. 30. Benda di dalam dinding melingkar atas dengan simpangan
............................................................................................................... 58
Gambar 3. 31. Benda di dalam dinding melingkar bawah dengan
simpangan .............................................................................................. 58
Gambar 3. 32. Benda di dalam dinding melingkar atas .......................... 58
Gambar 3. 33. Benda diputar vertikal bawah.......................................... 58
Gambar 3. 34. Benda diputar vertikal atas dengan simpangan ............... 59
Gambar 3. 35. Benda diputar vertikal bawah dengan simpangan ........... 58
Gambar 3. 36. Benda diputar vertikal atas .............................................. 59
Gambar 3. 37. Benda diputar mendatar .................................................. 59
Gambar 3. 38. Gerak benda pada tikungan ............................................. 59
Gambar 3. 39. Lintasan parabola proyektil yang meninggalkan titik
awalnya .................................................................................................. 60
Gambar 4. 1. Arah gaya grafitasi ............................................................ 66
Gambar 4. 2. Resultan gaya grafitasi ...................................................... 67
Gambar 4. 3. Pesawat menuju lubang hitam ........................................... 70
Gambar 4. 4. gaya tarik benda bermassa M dan m ................................. 78
Gambar 4. 5. arah gaya dan percepatan gerak benda .............................. 79
Gambar 4. 6. gaya tarik menarik ............................................................ 80
Gambar 4. 7. gaya tarik menarik dengan banyak gaya ........................... 80
Gambar 4. 8. gaya yang membentuk sudut θ dengan horisontal ............. 81
Gambar 4. 9. hubungan gaya normal dan gaya berat .............................. 82
Gambar 4. 10. Besar gaya Normal pada beberapa keadaan .................... 82
Gambar 4. 11. Benda digantung terhadap pengaruh aksi-reaksi ............. 82
Gambar 4. 12. T dan W pada benda diam............................................... 83
Gambar 4. 13. T dan W pada benda bergerak ke atas ............................. 83
Gambar 4. 14. T dan W pada benda bergerak ke bawah ......................... 83
Gambar 4. 15. arah percepatan pada katrol............................................. 83
Gambar 4. 16. percepatan pada katrol .................................................... 84
Gambar 4. 17. komponen gaya pada benda di atas bidang miring .......... 84
Gambar 4. 18. komponen momen gaya pada batang ringan ................... 89
FISIKA TEKNIK
xii
Gambar 4. 19. Arah percepatan tangensial momen gaya ........................ 89
Gambar 4. 20. momen inersia bola terhadap sumbu yang menyinggung
permukaan bola ...................................................................................... 91
Gambar 4. 21. Bola menggelinding pada bidang datar ........................... 94
Gambar 4. 22. Bola menggelinding pada bidang miring ........................ 94
Gambar 5. 1. Komponen momen gaya pada poros ............................... 106
Gambar 5. 2. Kompnen koppel ............................................................. 106
Gambar 5. 3. Lampu gantung ............................................................... 107
Gambar 5. 4. Lampu gantung ............................................................... 107
Gambar 5. 5. Keseimbangan stabil benda digantung ............................ 108
Gambar 5. 6. Keseimbangan labil benda digantung ............................. 108
Gambar 5. 7. Keseimbangan indiferen benda digantung ...................... 109
Gambar 5. 8. Keseimbangan stabil di atas bidang datar ....................... 109
Gambar 5. 9. Keseimbangan labil di atas bidang datar ......................... 110
Gambar 5. 10. Keseimbangan indiferen di atas bidang datar ................ 111
Gambar 6. 1. usaha oleh gaya F ............................................................ 117
Gambar 6. 2. (a) pegas diregangkan; (b) panjang normal pegas; (c) pegas
ditekan; (d) grafik F dan x untuk sistem pegas-balok ........................... 118
Gambar 6. 3. usaha dengan gaya pada simpangan 30o .......................... 119
Gambar 6. 4. usaha dengan gaya pada simpangan 30o .......................... 119
Gambar 6. 5. usaha oleh gerak jatuh bebas ........................................... 121
Gambar 6. 6. komponen usaha pada sudut 0o ....................................... 122
Gambar 6. 7. komponen usaha bidang datar dengan gaya pada sudut
............................................................................................................. 123
Gambar 6. 8. komponen usaha pada bidang miring dengan gaya pada
sudut 0o ................................................................................................. 123
Gambar 6. 10. komponen usaha pada bidang miring ............................ 124
Gambar 6. 11. komponen usaha pada bidang miring ............................ 124
Gambar 6. 9. Komponen usaha pada bidang miring dengan gaya pada
sudut .................................................................................................. 124
Gambar 8. 1. Simpangan pada pegas .................................................... 136
Gambar 8. 2. Proyeksi gerak pada lingkaran ........................................ 138
Gambar 8. 3. Sudut phase lingkaran ..................................................... 141
Gambar 8. 4. Gerakan bandul tunggal .................................................. 143
Gambar 8. 5. Zat cair pada pipa U ........................................................ 144
FISIKA TEKNIK
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Besaran dengan Satuan USCS ................................................ 4
Tabel 1. 2. Besaran Pokok dan Turunan dengan Satuan SI ...................... 5
Tabel 1. 3. Definisi Satuan Besaran Standar dalam SI.............................. 6
Tabel 1. 4. Angka Konversi Satuan .......................................................... 7
Tabel 1. 5. Awalan SI ............................................................................. 10
Tabel 1. 6. Dimensi Besaran Dasar ........................................................ 12
Tabel 1. 7. Aturan Angka Penting .......................................................... 14
Tabel 2. 1. Contoh penulisan vektor secara grafis .................................. 23
Tabel 2. 2. Penguraian vektor ................................................................. 27
Tabel 4. 1. Momen Inersia beberapa benda terhadap sumbu putarnya ... 90
Tabel 4. 2. Perbedaan Menggelinding pada Bidang Datar dan Bidang
Miring .................................................................................................... 94
Tabel 4. 3. Besaran dan korelasi gerak translasi dan gerak rotasi ........... 95
Tabel 4. 4. Persamaan gerak translasi dan gerak rotasi untuk GLBB ..... 95
Tabel 5. 1. titik berat benda teratur linier.............................................. 101
Tabel 5. 2. titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen.... 102
Tabel 5. 3. titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen ... 103
Tabel 5. 4. titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen ... 104
Mesin 3D Printing Double Extruders 2X2.1.2 Meter
xiv
PENDAHULUAN
Fisika terapan teknik merupakan mata kuliah dasar bidang rekayasa
yang dalam penerapannya banyak membahas tentang mekanika. Semua
materi dalam mekanika tidak terlepas dari angka dan bilangan hitung dasar
yang telah mahasiswa dapatkan pada jenjang pendidikan sebelumnya,
sehingga penguasaan kemampuan menghitung menjadi wajib dalam mata
kuliah ini. Untuk itu,sebelum Anda mempelajari materi dalam buku ini,
silahkan kerjakan pretest di bawah dalam waktu 20 menit tanpa bantuan
siapapun.
Isilah soal di bawah ini dengan tepat!
1. 2 − 3 x (−4) + 8 − 33: 9 x (8 − 10) + 6 = ⋯
2. 3
4+ 2
1
8− 3
3
4+ 4
1
2− 5
7
12= ⋯
3. 4
3+
2
6−
6
4:
5
2−
2
4 x
7
3= ⋯
4. 1
3+
1
2+
1
4+
1
5−
1
6 = ⋯
5. 27
10 x 1
2
5: 3
6
5= ⋯
6. (1
4+ 2
1
2) : (1
5
6−
7
4) = ⋯
7. (4
2
3+1
1
2)(3
1
5−5
2
3)
3
4+
2
5−
5
3
= ⋯
8. 9𝑥−6
5=
3
4, tentukan nilai 𝑥 = ⋯
9. 4𝑥−8+7𝑥+18
2𝑥−4= 8, tentukan nilai 𝑥 = ⋯
10. 𝑥2 − 8𝑥 = 0, tentukan nilai 𝑥 = ⋯
11. 4𝑥2 − 14𝑥 + 12 = 0, tentukan nilai 𝑥 = ⋯
12. 0,375
5000= ⋯
13. 0,0003 + 0,6
14. 0,543 + 15,738 = ⋯
15. 19,731 − 21,538 = ⋯
16. 0,274 − 1,638 + 6,927 = ⋯
17. 1,32 x 3,405 = ⋯
18. 6,255 ∶ 0,5 = ⋯
19. (0,43 + 0,574) ∶ 0,2 = ⋯
20. −5 (−6)
4(6−8)= ⋯
21. 64
6−7 = ⋯
22. (
1
2)
5
(1
4)
−2 = ⋯
Mesin 3D Printing Double Extruders 2X2.1.2 Meter
xv
23. (23 𝑥 42) ∶ 22 = ⋯
24. 3𝑥 − 12 = 12𝑥 − 40 − 5𝑥, tentukan nilai 𝑥 = ⋯
25. 4% dari 80 = ⋯
26. 31
2% dari 1500 = ...
27. 𝑥5 = 243, tentukan nilai 𝑥 = ⋯
28. 𝑦 = (33 − 8)2, tentukan nilai 𝑦 = ⋯
29. Urutkan dari yang terkecil ke yang tertinggi: 1
6 ; 0,12 ;
3
20
30. Urutkan dari yang terkecil ke yang tertinggi: 3
5 ; 0,45 ;
6
16
31. Jadikan pecahan 27
45 ke dalam bentuk desimal!
32. Jadikan pecahan 7
300 ke dalam bentuk desimal!
33. Jadikan 641
3% ke dalam bentuk desimal!
34. Jadikan 0,043 ke dalam bentuk persen!
35. Jadikan 6,67 ke dalam bentuk persen!
FISIKA TEKNIK
1
BAB I
PENGUKURAN
A. Besaran
Definisi besaran adalah sifat-sifat benda yang dapat diukur, seperti
massa, suhu, panjang. Besaran fisika terdiri dari besaran dasar (pokok),
besaran turunan, dan besaran pelengkap. Besaran dasar (pokok)
merupakan besaran yang tak tergantung pada besaran lain, ada 7 besaran
dasar dalam fisika yaitu massa, suhu, intensitas cahaya, panjang, kuat
arus, jumlah zat, dan waktu. Besaran turunan merupakan besaran yang
diturunkan dari besaran dasar, misalnya kecepatan, percepatan, gaya,
tekanan. Sedangkan besaran pelengkap adalah besaran yang diperlukan
untuk membentuk besaran turunan, misalnya sudut datar dan sudut ruang.
Pengukuran merupakan hal yang paling dasar dalam fisika untuk
melakukan pengujian suau teori, yaitu membandingkan suatu besaran
yang diukur dengan besaran standar, sehingga dalam melakukan aktivitas
pengukuran diperlukan sistem satuan yang konsisten (misalnya
pengukuran panjang, dalam SI satuannya meter). Aktivitas pengukuran
yang dilakukan dengan membandingkan besaran yang diukur dengan
suatu alat ukur disebut pengukuran langsung, misalnya untuk mengukur
temperatur ruang, maka diperlukan termometer. Sedangkan pengukuran
yang dilakukan melalui besaran-besaran lain yang dapat diukur disebut
pengukuran tidak langsung, misalnya untuk mengukur kecepatan
diperlukan mengukur perpindahan benda yang ditempuh dan waktu yang
diperlukan oleh benda untuk berpindah. Hasilnya dari suatu pengkuran
dapat berupa angka (kuantitatif) maupun pernyataan yang merupakan
sebuah kesimpulan (kualitatif).
B. Sistem Satuan
Setiap besaran memiliki satuan yang berbeda dengan besaran
lainnya. Penggunaan satuan dalam kaitannya antara besaran yang satu
dengan besaran yang lain perlu diatur melalui suatu sistem yang disebut
sistem satuan. Sistem satuan dibagi menjadi beberapa, antara lain:
1. Sistem gaussian (cgs)
Sistem gausian (centimeter-gram-second) merupakan satuan
berdasarkan besaran panjang, massa, dan waktu. Dari asal katanya
“Gauss” merupakan satuan dari medan magnet pada
elektrodinamika. Oleh karena itu satuan ini lebih sering digunakan
pada elektrodinamika (listrik magnet) dan sering pula digunakan
pada satuan pengukuran benda-benda berukuran kecil untuk
menghemat penulisan ordo.
FISIKA TEKNIK
2
2. Sistem di USA (USCS) & UK
Sistem satuan yang digunakan di USA dan UK sering disebut
sebagai sistem kebiasaan
Tabel 1. 1. Besaran dengan Satuan USCS
No. Besaran Satuan USCS Simbol satuan
1 Massa Slug Slug
2 Suhu Derajat Rankine ᵒR
3 Panjang Foot Ft
4 Waktu Second S
5 Berat (Gaya) Pound Lb
3. Sistem Internasional (SI)
Sistem Internasional mulai berlaku sejak 1960 pada konferensi
Internasional dari “Bureu of Weights add Measures”. Sistem
Internasional (SI) memiliki sifat antara lain:
a. Bersifat metrik (desimal), tidak sukar dalam perhitungan;
b. Bersifat mutlak,tidak bergantung pada lokasi;
c. Bersifat praktis, sudah banyak dipergunakan;
d. Bersifat koheren, setiap besaran dengan SI dapat dikalikan atau
dibagikan pada besaran dengan SI lain dan menghasilkan
besaran dengan SI juga;
e. Bersifat lengkap, memiliki sejumlah besaran dasar yang
mencakup semua besaran fisis yang ada.
Tabel 1. 2. Besaran Pokok dan Turunan dengan Satuan SI
No. Besaran Pokok Satuan SI Simbol
1 Massa Kilogram Kg
2 Suhu Kelvin K
3 Intensitas Cahaya Candela Cd
4 Panjang Meter M
5 Kuat Arus Ampere A
6 Jumlah Zat Mole Mol
7 Waktu Sekon S
Besaran Turunan
8 Frekuensi hertz Hz
9 Gaya, berat newton N
FISIKA TEKNIK
3
No. Besaran Pokok Satuan SI Simbol
10 Tekanan, tegangan pascal Pa
11 Energi, kerja, kalor joule J
12 Daya watt W
13 Muatan listrik coulomb C
14 Tegangan/potensial volt V
15 Kapasitas listrik farad F
16 Impedansi listrik,
hambatan listrik,
rekatansi
Ohm Ω
17 Konduktansi listrik siemens S
18 Fluks masgnet weber W
19 Induktansi henry H
dst...
Besaran Pelengkap
20 Sudut Datar radian Rad
21 Sudut Ruang steradian Sr
Tabel 1. 3. Definisi Satuan Besaran Standar dalam SI
No Besaran Definisi Satuan
1 Massa 1 Kilogram adalah massa satu silinder yang terbuat
dari platinum-iridium yang disimpan di kota Sevres,
Perancis.
2 Suhu 1 Kelvin adalah xT
16,273
1, dengan T adalah suhu
titik tripel
3 Intensitas
Cahaya
1 candela adalah intensitas cahaya dalam arah tegak
lurus pada permukaan benda hitam seluas
m2
600
1pada suhu cair platina dengan tekanan luar
101.352 N/m2.
4 Panjang 1 meter adalah 1.650.763,72 x panjang gelombang
dalam ruang hampa yang dipancarkan oleh atom
kripton -86 pada peralihan antara tingkat energi 2 P10
dan 5 d5.
5 Kuat Arus 1 Ampere adalah arus listrik yang bila dialirkan
dalam dua kawat lurus sejajar pada jarak 1 meter
dalam ruang hampa menghasilkan gaya sebesar 2 x
FISIKA TEKNIK
4
No Besaran Definisi Satuan
10-7 Newton pada setiap meter kawat.
6 Jumlah Zat 1 mole adalah banyaknya zat yang mengandung unsur
dasar zat yang sama jumlahnya dengan jumlah atom
carbon -12 yang massanya 0,012 kg.
7 Waktu
1 sekon adalah 077,631.192.9 x , dengan
1
0
=
frekuensi pancaran yang dikeluarkan pada peralihan
elektron atom cesium 133 antara dua tingkat
“hyperfine”, yaitu tingkat f=4, mf=0, ke tingkat f=3,
mf=0.
Untuk menyatakan satuan suatu besaran dari sistem satuan tertentu ke
sistem satuan lainnya, misal besaran panjang dengan satuan meter diubah
kedalam satuan mil ataupun foot, maka diperlukan angka yang disebuat
angka konversi. Berikut adalah beberapa angka konversi:
Tabel 1. 4. Angka Konversi Satuan
No Satuan Nilai Konversi No Satuan Nilai
Konversi
Panjang Waktu
1 1 inci 2,54 cm 1 1 Hz 1 s1−
2 1 foot 1’2 in 2 1 tahun 365 hari = 52
minggu = 12
bulan
3 1 foot 0,3048 m 3 1 tahun
kabisat
366 hari
4 1 mil 5280 ft 4 1 hari 24 jam
5 1 mil 1,609 km 5 1 fortnight 14 hari
6 1 mil 1760 yds 6 1 jam 60 menit
7 1 m 39,37 in 7 1 menit 60 s
8 1 yard 0,9144 m 8 1
millenium
1000 tahun
9 1 yard 3 ft = 36 in =
5280 ft
9 1 abad 100 tahun
10 1 furlong 220 yard = 660 ft 10 1 dekade 10 tahun
Massa Daya
1 1 lbm 0,45359 kg 1 1 hp 745,7 Watt
2 1 slug 32,174 lbm 2 1 W 1 J/s
FISIKA TEKNIK
5
No Satuan Nilai Konversi No Satuan Nilai
Konversi
(pound mass) =
14,59 kg
3 1 mt 1,102 st Luas
4 1 mt 19,684 cwt (lmp) 1 1 ft
2
144 in2
5 1 mt 22,046 cwt (Us) 2 1 in2 6,4516
cm2
6 1 lt 1,016 mt 3 1 m2
1550 in2
7 1 nt 0,9842 lt 4 1 acre 43559,66
ft2
=
0,4047 ha
8 1 pound 0,45359237 kg 5 1 ha 10 m2
Tekanan Volume
1 1
mkg2
/
0,2048 psf 1 1 cc 1 cm3
2 1
cmg2
/
0,0142 psf 2 1 ft
3
1782 in3
3 1 Mpa 10 cmkg2
/ 3 1 L 1 dm3
4 1 Mpa 142 psi 4 1 gallon 3,785412 L
5 1 psi 70,31 cmg2
/ 5 1 barret 158,9873 L
6 1 psi 6900 Pa
Energi Kecepatan
1 1 kw 1,341 hp 1 1 mph
(miles per
hour)
0,8689762
knot
2 1 k cal 3,968 Btu 2 1 knot 1852 km/jam
= 514,44 m/s
3 1 k cal/kg 1,80 Btu/lb
4 1 Rp 0,7457 kw
Gaya
1 1 N 1 skgm2
/ =
100000 dyne
3 1 lb 16 oz
(ounce) =
4448 N
FISIKA TEKNIK
6
1. Kecepatan aliran air pada sebuah selang adalah 0,35
knot. Hitung nyatakan kecepatan aliran air tersebut
dalam satuan m/s!
Jawab:
1 knot = 514,44 m/s
0,35 knot= 0,35 x 514,44 = 180 m/s
2. Sebuah tangki bahan bakar minyak berbentuk silindris
berdiameter 4 meter dengan tinggi 6 meter. Berapa
banyak minyak untuk mengisi tangki tersebut hingga
penuh? Nyatakan dalam satuan liter!
Jawab:
Volume tangki = Lalas x h
= xhD2
41
= ¼ x 3,14 x 42 x 6
= 75,4 m3
Jadi banyak minyak untuk mengisi tangki 75,4 m3
Bila dinyatakan dalam liter:
1 liter = 1 dm3
75,4 m3 = 75,4 x 103 liter
Contoh Soal
No Satuan Nilai Konversi No Satuan Nilai
Konversi
2 1 dyne = 1
gcm/s2 106
2248−
x lb
(pound)
4 1 lbf
(pound
force)
32,174 pdl
(poundal)
FISIKA TEKNIK
7
1. Debit aliran air dalam suatu pipa sebesar 50 m3/jam.
Tentukan debit tersebut dalam satuan mm3/s dan
ft3/jam!
2. Balok berukuran 5m x 6m x 2m akan diisi bahan
bakar minyak, tentukan berapa banyak bahan bakar
minyak untuk memenuhi balok tersebut dalam
satuan liter dan barret?
3. Ubahlah satuan berikut:
a. 7,7 newton = ...................................... dyne
b. 0,8.10-2 g/cm3 = .................................. kg/m3
c. 8,3.103 N/m2 = .................................... dyne/cm2
d. 90 m/det = .......................................... km/jam
e. 7,8 joule = ........................................... erg
f. 8,9 dyne/cm3 = .................................... N/m3
g. 0,8 . 10-8 m = ...................................... mikro
h. 0,3.10-4 kg = ....................................... mg
Latihan Soal 1.1
Selain angka konversi, ada pula awalan yang dapat diaplikasikan ke
dalam satuan SI untuk membentuk sebuah satuan yang menandakan
kelipatan dari satuan tersebut. Berikut awalan SI yang sering digunakan:
Tabel 1. 5. Awalan SI
No Nama Awalan SI Simbol Faktor Pengali (10n)
1 Yotta Y 10
24
2 Zetta Z 1021
3 Exa (Eksa) E 10
18
FISIKA TEKNIK
8
No Nama Awalan SI Simbol Faktor Pengali (10n)
4 Peta P 10
15
5 Tera T 10
12
6 Giga G 10
9
7 Mega M 10
6
8 Kilo K 10
3
9 Hekto H 10
2
10 Deka Da 10
1
11 Desi d 10
1−
12 Centi c 10
2−
13 Mili m 10
3−
14 Mikro 10
6−
15 Nano n 10
9−
16 Piko p 10
12−
17 Femto f 1015−
18 Atto a 10
18−
19 Zepto z 10
21−
20 Yocto y 10
24−
Cara penulisan bilangan dalam bentuk pangkat seperti di atas sering kali
disebut sebagai notasi ilmiah. Atau biasa ditulis a x 10n.
a disebut sebagai
signifikan, merupakan
bilangan real yang
memenuhi syarat 1 ≤
a ˂ 10
n disebut sebagai
eksponen, merupakan
bilangan bulat yang
Soal Aplikatif
Ban sebuah mobil diperkirakan akan
bertahan hingga 50.000 mil.
Hitunglah berapa banyak putaran
yang dilakukan ban tersebut hingga
mencapai 50.000 mil?
FISIKA TEKNIK
9
Panjang sirkuit balap F1 adalah 5.793 km, nyatakan panjang
sirkuit tersebut degan awalan satuan Mega!
Jawab:
1 Mega = 106 meter
5.793 km = 5.793 x 103 meter
5.793 km = 5.793 x 103 M = 5,793 M
Contoh
Soal
memenuhi positif dan negatif.
Contoh penulisan bilangan dengan notasi ilmiah:
massa bumi adalah 5.970.000.000.000.000.000.000.000 kg = 5,97 x
1024 kg
muatan elektron
Cxx
C 1010
19
196,1
6,1
1
000.000.000.000.000.000.16
1 −==
C. Dimensi
Dimensi menyatakan sifat fisis dari suatu kuantitas, dengan maksut
untuk memudahkan pernyataan suatu besaran turunan dengan
menggunakan besaran dasar yang dinyatakan dengan simbol. Dimensi
bisa pula digunakan untuk mengoreksi suatu persamaan.dengan
memperlakukan sebagai kuantitas aljabar misalnya perkalian dan
pembagian, serta penjumlahan dan pengurangan untuk satuan yang sama.
Dimensi untuk besaran dasar sebagai berikut:
Tabel 1. 6. Dimensi Besaran Dasar
Besaran Dasar Dimensi
Panjang L
Massa M
Waktu T
Suhu Θ
Intensitas Cahaya J
Kuat Arus I
Jumlah Zat N
FISIKA TEKNIK
10
Tentukan dimensi dari
a. Kecepatan
b. Percepatan
c. Gaya
Jawab:
a. Kecepatan (V) = s/t
= L/T = L T-1
b. Percepatan (a) = V/t
= L T-1 / T = L T-2
c. Gaya (F) = m x a
= M L T-2
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
11
1. Tentukan dimensi dari besaran-besaran berikut:
a. Tekanan ( P = Gaya tiap satuan luas )
b. Usaha ( W = Gaya x jarak perpindahan )
c. Daya ( P = Usaha tiap satuan luas )
d. Momentum ( M = Massa x kecepatan )
e. Massa Jenis ( ρ = Massa / volume )
f. Berat Jenis ( S = berat / volume )
g. Energi potensial grafitasi ( Ep = m g h )
h. Energi Kinetik ( Ek = 1/2 m v2 )
i. Momen Inersia ( I = massa x jarak kuadrat )
j. Inpuls ( Inpuls = gaya x waktu )
2. Buktikan bahwa setiap suku persamaan berikut memiliki
dimensi sama
=++ vhgP2
2
1.. konstan
Latihan Soal 1.2
D. Ketidakpastian Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran sering kali menghasilkan data ukur
yang tidak sebenarnya, baik karena keterbatasan alat ukur maupun karena
kondsi lingkungan yang disebut dengan ketidakpastian pengukuran.
Pendekatan ketidakpastian hasil perhitungan dapat dituliskan dengan
menggunakan aturan angka penting.
1. Angka Penting
Angka penting merupakan bilangan yang diperoleh dari hasil
perhitungan yang masih dapat dipastikan. Berikut aturan untuk angka
penting:
FISIKA TEKNIK
12
Tabel 1. 7. Aturan Angka Penting
No Aturan Angka Penting Contoh
1 Semua angka bukan nol adalah
angka penting
1234 4 angka penting
52,1 3 angka penting
2 Angka nol termasuk angka penting,
ketika:
Terletak diantara angka bukan
nol
Terletak di belakang angka
bukan nol terakhir dalam
bilangan yang mempunyai
tanda desimal
201 3 angka penting
13,00 4 angka penting
1300* 2 angka penting
3,50 3 angka penting
0,004* 1 angka penting
3 Semua angka dalam notasi ilmiah
adalah angka penting
2,40 x 104 3 angka penting
*semua ordo (10n) bukan merupakan angka penting (1300 = 13 x 102,
0,004 = 4 x 10-3)
Pengoperasian dengan angka penting:
a. Penjumlahan dan pengurangan, hasil yang diperoleh harus
memiliki angka di belakang koma yang jumlah digitnya sama
dengan salah satu kuantitas yang dioperasikan dengan jumlah digit
paling sedikit.
Contoh: 1,21 + 2,1 + 8,243
= 11,6
12,48 –
8,3 = 4,2
b. Perkalian dan
pembagian, hasil yang
diperoleh harus
memiliki angka
penting yang sama
jumlahnya dengan
salah satu kuantitas
yang dioperasikan
dengan jumlah digit
paling sedikit.
Contoh: 6,2 : 3, 45 = 1,8
4,2 x 9 = 37,8
Soal Aplikatif
Fungsi dasar karburator pada mobil
adalah “mengatomisasi” bahan
bakar dan mencampurnya dengan
udara agar menghasilkan
pembakaran yang cepat. Asumsikan
bahwa 30,0 cm3bahan bakar
diatomisasi menjadi N tetesan
berbentuk bola, masing-masing
berjari-jari 2,00 10-5 m. Berapa total
luas permukaan tetesan-tetesan
yang berjumlah N tersebut?
FISIKA TEKNIK
13
1. Tuliskan jumlah angka penting pada soal berikut:
a. 250,27
b. 6,9001
c. 9,500
d. 0,0721
e. 600000,3
f. 0,00009
g. 2,7.10-9
2. Bulatkan bilangan di bawah ini menjadi dua angka
penting
a. 9,56936
b. 0,000693
c. 8,9696
d. 45,38254
3. Hitunglah dengan menggunakan aturan angka penting
a. 2,471 + 8,25 = .........................
b. 953,4 - 583,67 = .......................
c. 42,6 + 41,76 - 32,458 = ....................
d. 46,54 : 7,4 = ........................
e. 2,851 x 0,42 =......................
f. 63400 : 1433 = ...............
g. 4,976 + 539,5467 + 73,5 = ................
h. 1,72 x 1,746 + 3,47 =........................
Latihan Soal 1.3
FISIKA TEKNIK
14
2. Notasi Ilmiah
Notasi ilmiah biasa disebut dengan bentuk baku, untuk
mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang besar atau yang terlalu
kecil. Penulisan notasi ilmiah berupa p . 10n dengan p dan10 merupakan
angka-angka penting dan 10n disebut orde (n bilangan bulat positif atau
negatif).
Contoh: - 0,00000435 = 4,35 . 10 -6
- 345000000 = 3,45 . 10 8
Berikut ini beberapa nama alat ukur besaran:
1. Mistar : untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai
batas ketelitian 0,5 mm.
2. Jangka sorong :
untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai
batas ketelitian 0,1 mm.
3. Mikrometer : untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai
batas ketelitian 0,01mm.
4. Neraca : untuk mengukur massa suatu benda.
5. Stop Watch : untuk mengukur waktu mempunyai batas ketelitian
0,01 detik.
6. Dinamometer : untuk mengukur besarnya gaya.
7. Termometer : untuk mengukur suhu.
8. Higrometer : untuk mengukur kelembaban udara.
9. Ampermeter : untuk mengukur kuat arus listrik.
10. Ohm meter : untuk mengukur tahanan ( hambatan ) listrik
11. Volt meter : untuk mengukur tegangan listrik.
12. Barometer : untuk mengukur tekanan udara luar.
13. Hidrometer : untuk mengukur berat jenis larutan.
14. Manometer : untuk mengukur tekanan udara tertutup.
15. Kalorimeter : untuk mengukur besarnya kalor jenis zat.
FISIKA TEKNIK
15
3. Ketidakpastian Pengukuran
Alat ukur dikatakan tepat jika memiliki akurasi yang baik, yaitu hasil
pengukuran menunjukkan ketidakpastian yang kecil. Hal ini bisa terjadi
ketika alat dalam keadaan terkalibrasi dengan baik, pengertian kalibrasi
disini dapat dilakukan dengan membandingkan alat ukur dengan referensi
standar, bila referensi standar tidak ada, maka dapat membandingkan
hasil ukur dengan hasil ukur alat ukur lain yang lebih teliti, dan apabila
masih tidak dapat dilakukan, maka hasil ukur dapat dibandingkan dengan
hasil lain yang dapat digunakan sebagai acuan misalnya melalui hasil
perhitungan secara teoritik. Alat ukur bisa disebut presisi ketika
pengukuran besaran dilakukan berulang, maka alat ukur menghasilkan
data yang sama seperti sebelumnya, sehingga sifat presisi alat ukur
bergantung pada resolusi (mampu mengukur untuk skala perubahan yang
kecil) dan stabilitas (penunjukan hasil baca yang tidak berubah-ubah
selama pengukuran) alat ukur.
Ketidakpastian pengukuran menyatakan besar simpangan hasil ukur
dari nilai benar yang seharusnya. Penulisan ketidakpastian pengukuran
( )x diletakkan setelah penulisan hasil pengukuran yang diawali ,
dengan maksud nilai benar pada pengukuran tersebut berada pada
jangkauan xx −0
dan xx +0
.
Keterangan:
( )xx x =0
satuan yang sesuai
=x besaran yang diukur
=x0nilai yang diperoleh dari pengukuran
=x ketidakpastian pada pengukuran
Berikut beberapa macam ketidakpastian:
a. Ketidakpastian berdasar sumbernya
1) Ketidakpastian oleh adanya nilai skala terkecil (NST) alat ukur
Ketidakpastian yang diperkirakan oleh adanya skala terkecil dapat
dilakukan ketika pengukurannya tunggal (pengukuran hanya dilakukan
satu kali). Hasil pengukuran dengan membaca skala pada alat ukur hanya
dapat dipastikan hingga batas (jumlah angka) tertentu. Misalnya
pengukuran dengan menggunakan mistar dapat digunakan untuk
mengukur dalam jangkauan milimeter saja, skala terkecil mistar sebesar 1
mm, sehingga bila objek yang diukur melebihi 1 mm namun kurang dari
2 mm, maka kelebihan tersebut hanya dapat diperkirakan. Berikut cara
menentukan ketidakpastian pengukuran ( x ) dari skala terkecil:
FISIKA TEKNIK
16
Dalam pengukuran tunggal, meja belajar diukur dengan mistar
dan terbaca skala 94,5 cm, bagaimana penulisan hasil
pengukuran tersebut bila memperhatikan ketidakpastiannya.
Jawab:
NST mistar = 0,1 cm
Sehingga cmx 05,01,0.2/1 ==
Jadi Panjang Meja= ( )cm05,05,94
Contoh
Soal
NSTx .2/1=
(1.1)
Apabila goresan terlalu tajam atau terlalu tipis, maka ketidakpastian bisa
lebih kecil dari NST.2/1 , sehingga menggunakan persamaan:
NSTx .5/1=
(1.2)
2) Ketidakpastian bersistem
Ketidakpastian bersistem memberikan efek tetap terhadap hasil ukur
dan dengan analisa lebih lanjut, efek tersebut tidak akan mempengaruhi
hasil yang diharapkan. Ketidakpastian ini berasal dari keadaan awal,
lingkungan, metode pengamatan, ataupun dasar teori dari suatu
persamaan yang mengabaikan faktor besaran lain dan berpengaruh dalam
eksperimen.Ketidakpastian bersistem terdiri dari:
a) Kesalahan dari lingkungan
Kesalahan ini akibat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada
penunjukan skala hasil pengukuran, misalnya suhu dan tekanan
lingkungan.
b) Kesalahan kalibrasi
Kesalahan kalibrasi diakibatkan adanya pergeseran skala pada alat
ukur yang digunakan dibandingkan dengan referensi standar untuk
jenis alat ukur yang sama, misalnya neraca yang terkalibrasi skala
menunjukkan penyimpangan 1 gram, apabila neraca digunakan untuk
mengukur massa, maka menunjukkan hasil yang selalu lebih tinggi 1
gram. Sehingga disarankan setiap kali akan menggunakan alat ukur,
FISIKA TEKNIK
17
lakukan pengkalibrasian dengan referensi standar, baik dengan
menggunakan standar untuk jenis alat ukur yang sama, catatan atau
grafik.
c) Kesalahan Paralaks
Kesalahan arah pandang saat membaca skala, misalnya membaca
skala dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri (mata dalam posisi
tidak tegak lurus dengan skala baca) mengakibatkan pembacaan skala
tidak sesuai dengan penunjukan skala pada alat ukur.
Untuk mengetahui adanya ketidakpastian bersistem yaitu dengan
melakukan metode pengukuran dan penggunaan alat ukur yang berbeda-
beda, selanjutnya dianalisis untuk memastikan kontribusi ketidakpastian
bersistemnya. Kemudian dari ketidakpastian bersistem ini dapat
diupayakan pengukuran yang baik yaitu dengan meminimalkan adanya
ketidakpastian pengukuran.
3) Ketidakpastian Acak
Ketidakpastian acak bersifat fluktuatif (tidak tetap) yaitu pengukuran
kadang menunjukkan nilai yang terlalu besar atau nilai terlalu kecil yang
disebabkan oleh lingkungan misalnya gerakan molekul udara, tegangan
listrik, getaran mekanik, perubahan suhu, dan lainnya. Penyebab dari
ketidakpastian acak sering kali diluar kemampuan manusia untuk
mengendalikan, namun bisa diminamilisir seperti pengukuran dilakukan
pada ruang tertutup yang pengaruh anginnya tidak terlalu besar, sumber
tegangan yang tepat (tidak terlalu tinggi), serta pengukuran dilakukan
secara berulang sehingga dapat diperoleh nilai rata-rata hasil pengkuran..
b. Cara menentukan ketidakpastian
Nilai ketidakpastian dapat ditentukan dari banyak faktor, sehingga
untuk menentukan ketidakpastian diperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai metode analisis data. Semakin kecil ketidakpastian )( x yang
dicapai, maka semakin tepat hasil pengukuran yang dilakukan. Berikut
cara untuk menentukan nilai ketidakpastian sesuai dengan jenis datanya:
1. Data tunggal atau data yang diperoleh cukup sekali pengamatan
Pengukuran tunggal terjadi karena keterbatasan waktu dan alat ukur,
ketidakpastian hasil yang diukur pada pengukuran tunggal dapat
diperoleh dengan menaksis ralat berdasarkan ½ skala terkecil.
2. Data berulang atau data yang diperoleh lebih dari satu kali
pengamatan
Pada pengukuran berulang, data diperoleh dari hasil rata-rata nilai
sampel yang telah didapatkan dari pengamatan yang ditentukan dengan
cara:
FISIKA TEKNIK
18
n
xxxxx
xx
n
o
n
iio
++++=
==
...321
1
(1.3)
ketidakpastian pada nilai rata-rata dapat dihitung dari deviasi standar
yang ditentukan sebagai berikut:
( )
−
−==
1
221
2
1
n
xxns
ii
nx
x
(1.4)
Ketidakpastian )( x pada data tunggal maupun data berulang
tersebut disebut dengan ketidakpastian mutlak yang memberikan
informasi mengenai “mutu alat ukur yang digunakan namun belum
mengungkapkan mutu pengukuran”. Mutu pengukuran dinyatakan
dengan ketidakpastian relatif, dengan persamaan:
Ketidakpastian relatif = %100.xo
x
(1.5)
Suatu alat disebut baik apabila , dan alat dikatakan jelek
apabila atau .
Pada ketidakpastian relatif dikalikan dengan 100% dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa
a) Ketelitian 1% memberikan hak untuk menuliskan sampai dua angka
di belakang koma pada ketelitian mutlaknya
b) Ketelitian 10% memberikan hak untuk menuliskan sampai satu angka
di belakang koma pada ketelitian mutlaknya
FISIKA TEKNIK
19
Hasil pengukuran hambatan dengan menggunakan ohm meter
diperoleh data sebagai berikut:
=== mmm xxx 4,3,3321
, tuliskan data hasil
pengukuran dengan ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian
relatif!
Jawab:
=++
=
++=
m
n
x
xxxx
o
o
3,33
433
321
Deviasi standar
( )
−
−=
1
221
2
1
n
xxn ii
nx
==
=
−
−
++−++
mx
x
3,03
1
2222
3
1
2
100102
13
)433()433(3
2
1
2
1
Ketidakpastian relatif = %100.xo
x
= %9%100.3,3
3,0=
Penulisan data hasil pengukuran dengan ketidakpastian relatif
( )%93,3 = mx
Penulisan data hasil pengukuran dengan ketidakpastian mutlak
( )xx x =0
( ) = m3,03,3
Contoh Soal
FISIKA TEKNIK
20
1. Pada pengukuran tunggal suatu balok diperoleh data
panjang (6,25±0,02) cm, lebar (2,526±0,002) cm, dan
tinggi (5,72±0,02) cm. Tentukan:
a. Angka penting volume balok
b. Ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif
volume balok
2. Diperoleh data pengukuran berulang suatu balok sebagai
berikut:
No Panjang
(p±Δp) cm
Lebar
(l±Δl) cm
Tinggi
(t±Δt) cm
1 (5,264±0,002) (3,342±0,003) (2,7145±0,0003)
2 (5,259±0,002) (3,346±0,003) (2,7137±0,0003)
3 (5,279±0,002) (3,339±0,003) (2,7151±0,0003)
4 (5,260±0,002) (3,338±0,003) (2,7143±0,0003)
5 (5,264±0,002) (3,347±0,003) (2,7141±0,0003)
Xo
Tentukan:
a. Rata-rata panjang, lebar, dan tinggi balok beserta
deviasi standarnya
b. Ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif
volume balok
Latihan Soal 1.4
FISIKA TEKNIK
21
BAB 2
BESARAN SKALAR DAN BESARAN VEKTOR
A. Besaran Skalar
Selain besaran pokok dan besaran turunan, ada jenis besaran lain
berdasarkan sifat yang menyangkut arah, yaitu besaran skalar dan besaran
vektor. Besaran skalar adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besar
nilainya saja, misalnya panjang, massa, waktu, dan kelajuan.
B. Besaran Vektor
Besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besar nilai dan
arahnya, misalnya kecepatan, percepatan, dan gaya. Penulisan besaran
vektor dengan menggunakan huruf kapital dan diberikan topi pada bagian
atasnya (misal: F→
atau F−
), sedangkan secara grafis besaran vektor dapat
dilukiskan sebagai sebuah anak panah. Panjang anak panah menunjukkan
nilai atau besar vektor dan anak panah (titik ujung) menunjukkan arah
vektor.
Tabel 2. 1. Contoh penulisan vektor secara grafis
No. Contoh Gambar
1 A = B, jika kedua vektor
tersebut mempunyai panjang
dan arah yang sama.
Gambar 2. 1. vektor dengan
panjang dan arah sama
2 −
−
A adalah vektor yang
panjangnya sama dengan
panjang A−
tetapi arahnya
berlawanan dengan arah A−
Gambar 2. 2. vektor dengan
panjang sama dan arah berlawanan
3 k A
−
adalah vektor yang
panjangnya k kali panjang
A−
, dengan arah yang sama
dengan A−
jika k positif. Dan
berlawanan dengan A−
jika k
negatif.
Gambar 2. 3. vektor dengan
panjang
FISIKA TEKNIK
22
Sifat-sifat besaran vektor:
1 Komutatif : A
−
+ B−
= B−
+ A−
2 Asosiatif : A
−
+ ( B−
+ C−
) = ( A−
+ B−
) + C−
Sifat lainnya yaitu
a ( A−
+ B−
) = a A−
+ a B−
dan / A−
/ + / B−
/ / A−
+ B−
/
1. Operasi Besaran Vektor (Resultan)
Operasi bilangan vektor digunakan untuk menentukan vektor
pengganti dari dua buah vektor atau lebih yang biasa disebut dengan
resultan.
a. Dua buah Vektor
1) Cara Jajaran genjang, digunakan ketika dua buah vektor setitik
tangkap dan membentuk sudut tertentu
Gambar 2. 4. Cara jajaran
genjang
Resultan :
R = ++ cosFF.2FF 21
2
2
2
1
(2.1)
=
=
sin
R
sin
F
sin
F
1
2
2
1
(2.2)
2) Cara Segitiga, digunakan ketika titik ujung sebuah vektor bertemu
dengan titik tangkap vektor lainnya
a) Penjumlahan dua vektor
FISIKA TEKNIK
23
Gambar 2. 5. Cara segitiga
b) Pengurangan dua vektor
Gambar 2. 6. Pengurangan vektor
Keterangan: A B A B− = + −( )
3) Operasi vektor dalam keadaan istimewa
a) Dua vektor membentuk sudut 0O
Gambar 2. 7. Operasi vektor sudut 0O
b) Dua buah vektor yang saling tegak lurus (sudut 90O)
Gambar 2. 8. Operasi vektor sudut 90O
FISIKA TEKNIK
24
Hitunglah jumlah dari vektor A dan vektor B pada bidang xy
berikut
A= (3,0 i + 3,0 j) m dan B= (3,0 i - 5 j) m
Jawab:
R = A + B
= (3,0 i + 3,0 j) + (3,0 i - 5 j)
= (6,0 i – 2 j)
Sehingga nilai resultan penjumlahan vektor A dan B adalah:
R = =
= m
Contoh
Soal
c) Dua buah vektor yang membentuk sudut 180o (arah resultan sama
dengan arah kedua vektor)
Gambar 2. 9. Operasi vektor sudut 180o (arah R sama dengan kedua
vektor)
4) Penguraian vektor yang saling tegak lurus
Gambar 2. 10. Penguraian
Vektor 90o
/ / / / cosv vX =
(2.3)
/ / / / sinv vY =
(2.4)
/ / / / / /v v vX Y= +2 2
(2.5)
FISIKA TEKNIK
25
b. Lebih dari dua vektor
Untuk menjumlahkan vektor sebidang yang lebih dari dua dapat
menggunakan cara grafis (jajaran genjang & polygon) serta cara analitis.
1) Cara grafis
Cara jajaran genjang
Gambar 2. 11. Cara jajaran
genjang
v AB adalah resultan dari A dan
B
v R adalah resultan dari A , B
dan C
Cara Polygon
Gambar 2. 12. Cara polygon
v R adalah resultan dari A , B dan C
2) Cara analitis
Secara analitis, vektor dua dimensi diuraikan menjadi komponen
vektor searah sumbu x dan vektor searah sumbu y dari koordinat cartesius
Gambar 2. 13. Penguraian vektor secara analitis
Penguraian vektor:
Tabel 2. 2. Penguraian vektor
Vektor v x = v cos v y = v sin
v1
v2
1
2
v1 x = v cos 1
v2 x = v cos 2
v1 y = v sin 1
v2 y = v sin 2
FISIKA TEKNIK
26
v3 3 v3 x = v cos 3 v3 y = v sin 3
v x = .............. v y = ............
Resultan / v R / = ( ) ( ) + v vX Y
2 2
Arah resultan: tg =
v
v
Y
X
(2.6)
c. Operasi Vektor tiga dimensi
Untuk vektor tiga dimensi (ruang) dapat diuraikan atas komponen
pada sumbu x, y, dan z.
Gambar 2. 14. Vektor tiga dimensi
i , j , k masing-masing
vektor satuan (karena besar
masing-masing vektor sama
dengan 1 pada sumbu x, y
dan z.
2. Operasi Besaran
(vektor-skalar ; vektor-
vektor)
a. Perkalian vektor –
skalar, hasil dari
perkalian dua besaran ini
adalah besaran vektor.
Contohnya adalah
perkalian vektor A
dengan skalar b (b A
searah A apabila nilai b
> 0, dan berlawanan arah
dengan A apabila nilai
b < 0.
Soal Aplikatif
Sebuah stasiun radar menemukan
sebuah kapal yang akan tenggelam
dengan jarak 17,3 km 136o searah
jarum jam dari utara. Dari stasiun
yang sama, sebuah pesawat
penyelamat terdeteksi pada jarak
horisontal 19,6 km 153o searah
jarum jam dari utara, dengan
ketinggian 2,2 km.
a. Tuliskan posisi vektor dari kapal
yang akan tenggelam terhadap
pesawat, lambangkan i sebagai
timur, j sebagai utara, dan k
sebagai atas!
b. Berapa jarak antara pesawat dan
kapal?
FISIKA TEKNIK
27
Tentukan nilai perkalian titik antara (i . i) dan (i . j) !
Jawab:
Sejenis
i • i = i • i cos 0o
= ( 1 ) • ( 1 ) ( 1 )
= 1
Tak Sejenis
i • j = i • j cos 90o
= ( 1 ) • ( 1 ) ( 0 )
= 0
Contoh
Soal
b. Perkalian vektor – vektor, perkalian dua jenis besaran vektor ini
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Perkalian titik (Dot Product) yaitu perkalian antar vektor dengan
hasil berupa besaran skalar. Contoh: A • B = C
C merupakan besaran skalar yang besarnya C = / A / • / B / cos
adalah sudut antara A dan B .
Contoh lain adalah mencari nilai usaha (W) = gaya ( F ) •
perpindahan ( x_
) = / F / • / x_
/ cos
FISIKA TEKNIK
28
2) Perkalian silang (Cross Product) yaitu perkalian antar vektor dengan
hasil berupa
besaran
vektor.
Contoh: A x
B = C . C
besaran
vektor yang
besarnya C
= / A / x / B /
sin .
adalah sudut
antara A dan B ,
karena C adalah
vektor maka
memiliki arah
yang selalu tegak
lurus bidang yang
dibentuk oleh
vektor A dan
B ,menurut aturan
sekrup kanan
(berlawanan
arah jarum jam). Contoh dari vektor A diputar ke vektor B
Gambar 2. 16. Arah putar vektor tiga dimensi
Soal Aplikatif
Dalam sebuah ilustrasi perakitan baterai,
sebuah robot pertama-tama mengangkat
sebuah benda lurus ke atas dan kemudian
menggerakkannyake timur membentuk
seperempat lingkaran dengan jari-jari 4,8
cm yang kemudian diletakkkan pada
sebuah bidang vertikal yang membentang
dari timur ke barat. Selanjutnya robot
mengangkat benda tersebut ke atas dan
menggerakkannya ke utara membentuk
seperempat lingkaran dengan jari-jari 3,7
cm yang kemudian diletakkan pada sebuah
bidang vertikal yang membentang dari
utara ke selatan. Hitunglah:
a. Besar perpindahan total dari benda
b. Sudut perpendahan total yang dibentuk
terhadap bidang vertikal
Gambar 2. 15. ilustrasi perakitan
baterai
FISIKA TEKNIK
29
Contoh perkalian silang:
Sejenis
i x i = i • i sin 0o
= ( 1 ) • ( 1 ) ( 0 )
= 0
Tak Sejenis
Untuk mendapatkan hasil perkaliannya
dapat digunakan diagram berikut ini.
Gambar 2. 17. Tanda perputaran vektor
Perjanjiaan tanda untuk putaran :
- POSITIF: berlawanan arah jarum jam
- NEGATIF: Searah jarum jam.
FISIKA TEKNIK
30
1. Tentukan resultan berikut
A (satuan)
B (satuan) α (o)
4 4√3 30
6 2√2 45
4 8 60
8 4 90
2. Gambarkan dan tentukan resultan vektor-vektor berikut:
3. Dua buah vektor masing-masing 4 satuan dan 5 satuan
setitik tangkap dengan resultan √57 satuan, tentukan sudat
yang dibentuk oleh kedua vector tersebut!
4. Resultan dua buah vektor yang saling tegak lurus adalah
40 satuan. Salah satu vektor besarnya 25 satuan. Hitunglah
besar vektor yang lain!
5. Resultan dua buah vektor yang besarnya 18 satuan dan 12
satuan adalah 21 satuan. Jika sudut yang diapit oleh vektor
semula yaitu , hitunglah tg !
6. Dari titik A, Badu berjalan menuju arah Timur sejauh 8 km
dan sampai di titik B keudian melanjutkan perjalanannya
dengan arah Utara sejauh 12 km dan sampai di titik C.
Berapakah jarak AC?
7. Sebuah perahu bergerak ke arah utara dengan kecepatan
15 km/jam, mendapat dorongan dari angin yang arahnya
ke barat dengan kecepatan 8 km/jam. Bagaimanakah
kecepatan dan arah perahu sekarang?
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
31
8. Sebuah benda ditarik oleh dua buah gaya masing-masing
besarnya 4 newton. Kedua gaya itu membentuk sudut
600. Berapakah besar resultan kedua gaya tersebut?
9. Dua buah vektor v1 = 4,5 satuan dan v2 = a satuan
berada pada satu titik tangkap. Jika jumlah kedua
vektor itu 8,5 satuan, dan membentuk sudut 600. Berapa
nilai a?
10. Tiga buah vektor setitik tangkap dan sebidang, v1 = 12
satuan; v2 = 6 satuan. Sudut antara v1 dan v2 adalah 1200.
Jika resultan ketiga vektor tersebut adalah nol. Berapakah
besarnya v3 dan berapa besar sudut yang dibentuk oleh v1
dan v3?
11. Diketahui tiga buah vektor berikut:
Gambarkan:
a. A + B - 3 C
b. 2 C - 12
( 2 B - A )
12. Dua buah gaya F1 dan F2 saling membentuk sudut 30o.
Resultan kedua gaya tersebut 24N. Jika perbandingan
F1 : F2 = 5 : 3, berapakah nilai F1 dan F2 tersebut?
13. Dua buah vektor gaya F1 dan F2 berada pada satu titik
tangkap, nilai masing-masing sebesar 6 N dan 2 N
saling mengapit sudut 60o, tentukan selisih kedua
vektor gaya tersebut!
14. Dua buah vektor gaya F1 dan F2 saling membentuk sudut
1200 dan resultan 20N. Jika sudut antara F1 dan
resultannya adalah 60o. Maka besar F1 dan F2 adalah...
15. Diketahui dua buah titik pada koordinat cartesius yaitu a
(0,6) dan b (2,6), jika A= oa dan B= ob, tentukan: (a)
besar A (b) besar B (c) besar A + B (d)
besar A - B
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
32
16. Tiga buah gaya F1, F2 dan F3 bekerja pada satu titik
dengan F1 = 12 N, F2 = 7N dan F3 = 7√3. Jika sudut F1 =
00 terhadap sumbu x; F2 = 1200 terhadap F1; F3 = 900
terhadap F2. tentukan resultan ketiga gaya tersebut!
17. Tentukan resultan dari 5 buah vektor setitik tangkap di
angka 0 pada koordinat cartesius berikut:
No Vektor Sudut Nilai
1. 45o 16 satuan
2. 60o 24 satuan
3. 180o 12 satuan
4. 210o 34 satuan
5. 300o 8 satuan
18. Tentukan resultan dan arah sudut yang terbentuk dari 6
buah vektor setitik tangkap di angka 0 pada koordinat
cartesius berikut:
No Vektor Sudut Nilai
1. 0o 10 satuan
2. 45o 4 satuan
3. 60o 2 satuan
4. 135o 8 satuan
5. 180o 4 satuan
6. 240o 6 satuan
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
33
19. Diketahui dua buah vektor yaitu A = 3 i + 4 j + 5 k dan
B = 2 i - 3 j + 4 k , dari dua vektor tersebut tentukan:
a. Besar tiap vektor
b. Jumlah vektor (A+B) dengan menggunakan vektor
satuan
c. Besar dan arah dari jumlah vektor (A+B)
d. Selisih vektor (A-B) dengan menggunakan vector
satuan
e. Besar dan arah dari selisih vektor (A-B)
f. Dot product (A • B)
g. Cross product (A x B)
20. Tentukan sudut yang diapit oleh vektor A = 3 i + 4 j +
5 k dan B = -2 i - 3 j + k !
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
35
Seorang anak berjalan dari X1 ke X2 kemudian menuju X3 yang
ditunjukkan dengan gambar berikut:
Gambar 3. 1. Skala jarak dan perpindahan
Berapakah jarak dan perpindahan gerak anak tersebut?
Jawab:
Jarak dari X1 ke X2 dan X3: 5 + 9 = 14
Perpindahan dari X1 ke X2 dan X3: 5 – 9 = -4
Contoh
Soal
BAB 3
KINEMATIKA GERAK
Salah satu cabang ilmu fisika yaitu mekanika, mekanika ini dibagi
kedalam tiga cabang ilmu, yaitu kinematika, dinamika, dan statika. Bab
ini akan membahas tentang kinematika gerak, yaitu ilmu yang
mempelajari gerak tanpa mengindahkan penyebab gerak tersebut. Dua
jenis kinematika yang dibahas yaitu gerak lurus dan gerak melingkar,
termasuk gerak parabola.
A. Gerak Lurus
Gerak merupakan perubahan kedudukan (jarak) suatu benda dari
titik asalnya (titik acuan), sedangkan gerak lurus yaitu gerak suatu benda
yang lintasannya berupa garis lurus. Contoh: gerak jatuh bebas. Gerak
lurus dibedakan menjadi 2 yaitu gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak
lurus berubah beraturan (GLBB).
Perbedaan jarak dan perpindahan pada gerak lurus yaitu jarak
merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda sedangkan
perpindahan adalah perubahan posisi suatu benda yang dihitung dari
posisi awal(acuan) benda tersebut dan tergantung pada arah geraknya.
Perpindahan bernilai positif apabila arah gerak ke kanan, dan bernilai
negatif apabila arah gerak ke kiri.
FISIKA TEKNIK
36
1. Gerak lurus beraturan (GLB)
Yaitu gerak dengan lintasan berupa garis lurus dan kecepatan tetap
(x=v . t), dengan x adalah perubahan posisi, v = kecepatan, dan t =
waktu).
Grafik v terhadap t
Gambar 3. 2. Diagram jarak
Besarnya jarak/perpindahan
sebanding dengan luas bidang
Grafik x terhadap t
Gambar 3. 3. Diagram kecepatan
Kecepatan rata-rata selalu tetap
dalam selang waktu sembarang
Posisi titik materi pada bidang datar dapat dinyatakan dengan
r = x i + y j
FISIKA TEKNIK
37
Hitung dan gambarkan posisi titik materi r = 5 i + 3 j !
Jawab:
/ r / = / 0A / = 2 2
5 3+
= 25 9+ = 34 satuan
Gambar posisi titik materi r = 5 i + 3 j
Gambar 3. 4. posisi titik materi dua dimensi
Contoh
Soal
Posisi titik materi pada ruang tiga dimensi dapat dinyatakan dengan r =
x i + y j + z k
FISIKA TEKNIK
38
Hitung dan gambarkan posisi titik materi r = 4 i + 3 j + 2
k !
Jawab: / r / = 2 2 2
4 3 2+ +
= 16 9 4+ +
= 29 satuan
Gambar posisi titik materi r = 4 i + 3 j + 2 k
Gambar 3. 5. posisi titik materi tiga dimensi
Contoh
Soal
Gerakan titik materi secara keseluruhan dapat diamati jika posisinya
setiap saat diketahui. Perubahan letak titik materi setiap saat disebut
dengan kecepatan. Titik materi yang bergerak dari A yang posisinya r 1
pada saat t1, ke titik B yang posisinya r 2 pada saat t2.
FISIKA TEKNIK
39
Gambar 3. 6. Vektor perpindahan
Vektor
perpindahannyr r r= −2 1
dan selang waktu yang
dipergunakan titik materi untuk
bergerak dari A ke B adalah
t t t= −2 1
Sehingga kecepatan rata-rata:
vr
t
r rt t
= =−
−
2 1
2 1
(3.1)
Kecepatan rata-rata tidak tergantung pada lintasan titik materi, tetapi
tergantung dari posisi awal ( 1r ) dan posisi akhir (
2r ). Jika ingin
diketahui kecepatan titik materi pada suatu saat misal saat titik materi
berada di antara A dan B, maka menggunakan persamaan kecepatan
sesaat
vdr
dt=
(3.2)
Apabila kecepatan sesaat merupakan turunan pertama dari posisi terhadap
waktu (t) maka Besarnya kecepatan disebut dengan kelajuan,
/ / / /vdr
dt=
Kelajuan dapat pula berarti panjang lintasan dibagi waktu yang
bersangkutan. Nilai dari komponen kecepatan sesaat dari suatu titik
materi dapat dilihat dari kemiringan grafik yang dibentuk oleh komponen
posisi (r) terhadap waktu (t).
FISIKA TEKNIK
40
Gambar 3. 7. Perubahan kecepatan
Persamaan kecepatan sesaat dari grafik:
v1 = tg 1
(3.3)
v2 = tg 2
(3.4)
Semakin besar derajat kemiringan grafik, maka semakin besar pula nilai
kecepatannya. Posisi dari suatu titik materi yang bergerak merupakan
fungsi waktu, oleh karena itu, vektor posisi r dapat ditulis sebagai r =
r (t) artinya r merupakan fungsi waktu (t). Kecepatan titik materi pada
sebuah bidang datar/ruang dapat ditulis
XvdX
dt= ;
YvdY
dt= ;
ZvdZ
dt=
(3.5)
Dengan X, Y, Z merupakan fungsi dari waktu
Sebaliknya, untuk menentukan posisi titik materi jika diketahui fungsi
kecepatannya maka dapat diselesaikan dengan integral
( )( )
v tdX t
dt=
( ) ( )dX t v t dt= .
( ) ( )dX t v t dt = .
( ) ( )X t v t dt= .
(3.6)
FISIKA TEKNIK
41
Diketahui persamaan kecepatan suatu materi v(t) = 2 t + 5
m/det, tentukan persamaan posisi titik materi tersebut!
Jawab:
r = v dt
2 5t + dt
r = t 2 + 5 t + C meter
Dengan C adalah suatu konstanta, nilai C dapat diperoleh
dengan suatu syarat batas tertentu, misalnya: t = 0 dan r (t) = 0
maka harga C dapat dihitung C = 0.
Contoh
Soal
Kecepatan titik materi dapat berubah-ubah setiap saat baik besar,
arah, ataupun keduanya yang disebabkan oleh adanya percepatan dialami
titik materi tersebut. Jika pada saat t1 kecepatan v1 dan pada saat t2
kecepatannya v2, percepatan rata-ratanya dalam selang waktu t = t 2 -t 1
didefinisikan sebagai
av
t
v vt t
= =−
−
2 1
2 1
(3.7)
Dengan percepatan sesaat
aL i m
t
v
t
dv
dt=
→=
0
( )( )
adv
dt
d dr
dt t
d r
dt= = =
2
2
(3.8)
Percepatan merupakan turunan pertama dari kecepatan terhadap waktu (t)
atau turunan kedua dari posisi terhadap waktu (t). Kecepatan sesaat dari
suatu titik materi dapat dilihat dari kemiringan komponen grafik
kecepatan (v) terhadap waktu (t)
FISIKA TEKNIK
42
Gambar 3. 8. Perubahan percepatan
Persamaan percepatan sesaat dari grafik:
a 1 = tg 1
(3.9)
a 2 = tg 2
(3.10)
Percepatan pada arah masing-masing sumbu bidang/ruang dapat
dituliskan:
adv
dt
d x
dtX
X= =
2
2 (3.11)
adv
dt
d y
dtY
Y= =
2
2 (3.12)
adv
dt
d z
dtZ
Z= =
2
2 (3.13)
Untuk menentukan kecepatan dari grafik fungsi percepatan terhadap
waktu dengan cara
mengintegralkannya
( )v v a dtt t
t
= + 00
(3.14)
Soal Aplikatif
Sebuah pesawat jet mendarat dengan
kelajuan 100 m/s dan dapat melaju
dengan percepatan maksimum -5 m/s2
hingga berhenti.
a. Ketika pesawat tersebut menyemtuh
landasan, berapa selang waktu
minimal yang dibutuhkan pesawat
sebelum berhenti?
b. Dapatkah pesawat tersebut mendarat
di bandara yang kecil dengan panjang
landasan 0,8 km?
FISIKA TEKNIK
43
2. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
Yaitu gerak dengan lintasan berupa garis lurus dan perubahan
kecepatannya tetap (a = t
v
). Persamaan GLBB bila kelajuan awal (v0)
dan kelajuan setelah selang waktu t (vt):
Gambar 3. 9. Diagram
percepatan
a = t
vovt −
at = vt - v0
vt = v0 + at (3.15)
Hubungan kedua persamaan di atas menjadi: asvovt 222 +=
Jarak yang ditempuh=luas grafik v terhadap t
x = Luas trapesium
= ( v0 + vt ) . 12
t
= ( v0 + v0 + at ) . 12
t
= ( 2 v0 + at ) . 12
t
x = v0t + 12
at2
(3.16)
GLBB dengan a > 0 disebut dengan percepatan, yaitu ketika
percepatannya searah dengan kecepatan benda. GLBB dengan a<0
disebut dengan perlambatan, yaitu ketika percepatannya berlawanan arah
dengan kecepatan benda.
Grafik v terhadap t
Gambar 3. 10. Grafik
Gambar 3. 11.
Grafik percepatan
Gambar 3. 12.
Grafik
FISIKA TEKNIK
44
Sebuah partikel memiliki kecepatan 4i + 5j m/s saat t0 = 2 s.
Berapakah kecepatan partikel jika percepatannya -8i + 4j m/s2?
Jawab:
vt = v0 + a (t – t0)
= (4i + 5j) + (-8i + 4j) (t - 2)
= (4 – 8 (t – 2))i + (5 + 4 (t – 2))j
= (-4 t + 8)i + (9 t – 18)j m/s
Contoh
Soal
percepatan dengan vo=0
a > 0
v0=0
vt = v0 + at
vt = at
dengan vo 0
a > 0
v0 0
vt = v0 + at
perlambatan
a < 0
v0 0
vt = v0 + at
Grafik x terhadap t
Gambar 3. 13. Grafik x
terhadap t untuk a>0
a > 0; x = v0t + 12
at2
Gambar 3. 14. Grafik x terhadap t untuk
a<0
a < 0; x = v0t + 12
at2
GLBB lainnya adalah gerak vertikal:
FISIKA TEKNIK
45
a. Gerak jatuh bebas: GLBB tanpa kecepatan awal (v0) dimana
percepatannya disebabkan karena gaya tarik bumi dan disebut
percepatan grafitasi bumi (g)
Gambar 3. 15. Gerak jatuh bebas
b. Gerak benda dilempar ke bawah: GLBB dipercepat dengan
kecepatan awal (v0)
Soal Aplikatif
Seorang perempuan dilaporkan
telah jatuh dari lantai 17 sebuah
gedung yang memiliki ketinggian
144 kaki. Perempuan tersebut
mendarat pada sebuah kotak
ventilator besi dan terperosok
sedalam 18 inci hingga menderita
luka ringan. Dengan mengabaikan
gesekan udara, hitunglah:
a. Kelajuan perempuan tersebut
sebelum ia bertumbukan
dengan ventilator
b. Percepatan rata-rata
perempuan tersebut ketika
menabrak kotak ventilator
c. Waktu yang dibutuhkan untuk
menabrak kotak ventilator
vt = g . t (3.17)
y = 12
g t2 (3.18)
FISIKA TEKNIK
46
Gambar 3. 16. Gerak benda dilempar ke
bawah
c. Gerak benda dilempar ke atas: GLBB diperlambat dengan
kecepatan awal (v0)
Gambar 3. 17. Gerak
benda dilempar ke atas
vt = v0 – gt (3.21)
y = v0t - 12
gt2 (3.22)
vt2 = vo
2 - 2 g.h (3.23)
Syarat gerak vertikal ke atas:
a. Benda mencapai ketinggian maksimum jika vt = 0
b. Benda sampai di tanah jika y = 0
Tinggi maksimum:
hm = g2
v2
o (3.24)
vt = v0 + gt (3.19)
y = v0t + 12
gt2 (3.20)
Soal Aplikatif
Seorang mahasiswa teknik mesin yang penuh rasa ingin tahu mendaki
sebuah karang terjal di tepi pantai setinggi 50 m. Ia melempat dua
buah batu secara vertikal ke air pantai dengan perbedaan waktu 1 s
serta mengamati batu-batu tersebut menyebabkan percikan air. Apabila
batu pertama memiliki kelajuan awal 2 m/s, hitunglah:
a. Berapa lama waktu yang dibutuhkan batu kedua untuk menyentuh
air setelah batu pertama dilepaskan?
b. Berapa kecepatan awal yang harus dimiliki batu kedua jika ia
menyentuh air secara bersamaan dengan batu pertama?
FISIKA TEKNIK
47
1. Dalam waktu 5 12
jam, sebuah kendaraan dapat menempuh
jarak sejauh 290 km, tentukan:
a. Berapa kecepatan rata-rata kendaraan?
b. Dengan kecepatan rata-rata tersebut, berapa jarak
ditempuh selama 9 jam?
2. Sebuah partikel bergerak searah dengan sumbu x,
persamaan percepatannya a = 3t + 2 (a dalam m/s2 dan t
dalam detik). Mula-mula partikel tersebut terletak pada x =
5 meter dengan kecepatan 3 m/detik, hitunglah:
a. Posisi partikel pada t = 3 detik
b. Kecepatan partikel pada t = 8 detik
3. Suatu benda bergerak sepanjang sumbu-x mengikuti
persamaan x = 2t3 + t2 - 3 dengan x dalam meter dan t
dalam detik, tentukan:
a. Persaman kecepatan dan persamaan percepatan
b. Posisi, kecepatan dan percepatan pada t = 2 s
c. Kecepatan rata-rata serta percepatan rata-rata antara t
= 1 s dan t = 2 s
4. Suatu benda dengan kecepatan awal nol dipercepat dengan
ax = 4 m/s2 dan ay = -5 m/s2 selama periode 2 sekon.
Hitunglah nilai dan arah v di akhir waktu itu!
5. Gerakan sebuah partikel merupakan fungsi posisi yang
dinyatakan dengan persamaan a = 2x + 3 (a dalam m/det2
dan x dalam meter) pada saat x = 0 kecepatannya 2
m/detik. Hitunglah kecepatan partikel tersebut pada saat x
= 8 m!
Latihan Soal 3.1
FISIKA TEKNIK
48
6. Benda bergerak sepanjang sumbu x dengan persamaan
61062
1 234 ++−−=−
ttttr . Dimanakah posisi benda
tersebut pada saat kecepatnnya maksimum?
7. Benda bergerak sepanjang sumbu x menurut grafik
percepatan berikut:
Pada saat t = 0, v = 0 dan r = 0. hitunglah posisi benda
pada saat detik ke-10!
8. Benda A dan B bergerak sepanjang sumbu x, menurut
grafik percepatan di bawah ini, keduanya berangkat
bersamaan dari tempat dan menuju arah yang sama, pada
saat t = 0, v = 0 dan r = 0, kapan dan dimanakah A dan B
bertemu kembali?
9. Sebuah perahu berlayar dari A ke B dengan kecepatan 8
km/jam dan kembali dari B ke A dengan kecepatan 12
km/jam, hitunglah:
a. Kecepatan rata-rata perahu
b. Kecepatan arus sungai
Latihan Soal 3.1
FISIKA TEKNIK
49
10. Berilah penjelasan dan tuliskan persamaan gerak grafik-
grafik berikut ini:
11. Sebuah kendaraan bergerak dengan kecepatan 100
km/jam, menempuh jarak 12
s yang pertama dan dengan
kecepatan 50 km/jam, menempuh jarak 12
s yang lain.
Hitunglah kecepatan rata-rata kendaraan tersebut!
12. Sebuah benda P berangkat dari A kearah B dengan
kecepatan 6 cm/s; 5 s kemudian berangkat sebuah benda
Q dari B kearah A dengan kecepatan 3 cm/s. AB = 150
cm, jika gerak P dan Q beraturan, sesudah berapa detik,
terhitung dari berangkatnya P, mereka bertemu dan
berapa jarak AP pada saat itu?
13. Sebuah perahu berlayar arah tegak lurus tepi sungai
dengan kecepatan 6 km/jam, arus sungai membawa
perahu tersebut sejauh 150 m ke hilir. Jika lebar sungai 12
km, tentukan:
a. Kecepatan arus sungai;
b. Waktu yang diperlukan oleh perahu menyeberangi
sungai
Latihan Soal 3.1
.
FISIKA TEKNIK
50
dengan kecepatan awal 50 m/det. Jika panjang lintasan
AB = 850 m. Tentukan posisi dan waktu kedua kendaraan
itu bertemu!
20. Bola dilempar vertikal ke atas dan mencapai ketinggian
maksimum 15 m. Jika grafitasi setempat = 10 m/det2,
hitunglah waktu yang dibutuhkan benda untuk sampai ke
bumi dan hitunglah tinggi maksimum jika kecepatan
awalnya diperbesar 2x semula!
21. Sebuah benda dilemparkan vertikal ke atas dan 4 detik
kemudian tiba di bumi. Bila grafitasi di tempat tersebut
10 m/det2, Hitunglah:
a. Kecepatan awal (v0)?
b. Tinggi maksimum yang dicapai oleh benda ?
22. Sebuah sepatu jatuh bebas dari ketinggian 20 m. Jika
grafitasi pada saat itu = 10 m/det2. Hitung jarak yang
ditempuh sepatu Selama 0,1 detik yang pertama dan
Selama 0,1 detik yang terakhir!
23. Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian ‘h’ m di atas
tanah. (g = 10 m/det2). Selama satu detik terakhir, benda
itu telah menjalani setengah dari seluruh lintasannya.
Hitunglah ‘h’ dan waktu yang diperlukan oleh benda
untuk tiba di bumi!
24. Posisi suatu partikel sebagai fungsi waktu ada pada tabel
di bawah ini
t(det) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
s(m) 0 2,2 6,9 13,9 23,1 34,3 47,2 61,6 77,1 93,4 110
Berdasarkan tabel tersebut, hitunglah:
a. Kecepatan rata-rata 4 detik pertama dan seluruh
perjalanan
b. Kecepatan rata-rata pada interval t = 3 detik dan t = 5
detik
25.
Latihan Soal 3.1
FISIKA TEKNIK
51
25. Mobil A dan mobil B berangkat dari tempat yang
sama, mempunyai arah yang sama menurut grafik di
bawah ini
Kapan dan dimanakah mereka bertemu kembali?
Latihan Soal 3.1
B. Gerak Melingkar
Gerak melingkar beraturan yaitu gerak suatu benda dengan kelajuan
konstan pada suatu lingkaran (di sekeliling lingkaran). Kecepatan gerak
melingkar beraturan selalu tetap namun arahnya selalu berubah, arah
kecepatan selalu menyinggung lingkaran, maka v selalu tegak lurus garis
yang ditarik melalui pusat lingkaran ke sekeliling lingkaran tersebut.
Gambar 3. 18. Arah v pada gerak melingkar
Posisi atau kedudukan sebuah titik dalam gerak melingkar dapat
dinyatakan dalam Koordinat Polar. Sebagai = (t) untuk r yang tetap.
FISIKA TEKNIK
52
Dengan demikian posisi titik hanya tergantung dari waktu (t) saja, yaitu
= (r,t) untuk r dan t yang berubah.
1. Besaran pada gerak melingkar
Beberapa besaran pada gerak melingkar antara lain:
Radian
Satu radian ( = 1 radian) adalah besarnya sudut dalam lingkaran
yang panjang busurnya sama dengan jari-jarinya. Satu radian
dipergunakan untuk menyatakan posisi suatu titik yang bergerak
melingkar (beraturan maupun tak beraturan) atau dalam gerak rotasi.
Gambar 3. 19. Posisi sudut
= S
R (radian)
(3.25)
S = panjang busur
R = jari-jari
Keliling lingkaran = 2 x radius, gerakan melingkar dalam 1 putaran = 2
radian.
1 putaran = 3600 = 2 rad.
1 rad =360
2 = 57,30
Frekuensi dan periode
Frekuensi adalah banyaknya putaran per detik (f=n/t) dan memiliki
satuan Hz atau cps (cycle per second), sedangkan periode adalah waktu
yang diperlukan untuk satu kali berputar mengelilingi lingkaran
(T=t/n=1/f) dengan satuan sekon.
Kecepatan linear dan kecepatan sudut (kecepatan anguler)
Kecepatan linear yaitu kecepatan suatu benda untuk mengelilingi
lingkaran (2R) dalam waktu t derik atau dapat diformulasikan V = s
t=
2Rf. Sedangkan kecepatan anguler (sudut) adalah perubahan dari
perpindahan sudut persatuan waktu (setiap saat). Biasanya dinyatakan
dalam radian/detik, derajat perdetik, putaran perdetik (rps) atau putaran
permenit (rpm). Suatu titik materi yang bergerak dari A yang posisinya 1
pada saat t1, ke titik B yang posisinya 2 pada saat t2
FISIKA TEKNIK
53
Gambar 3. 20. Vektor perubahan posisi
Vektor perpindahannya
= 2 - 1 dan selang waktu
yang dipergunakan titik
materi untuk bergerak dari
A ke B adalah t = t2 - t1
Jika ingin diketahui kecepatan sudut sesaat dari titik materi pada suatu
saat, misal saat titik materi berada di antara A dan B dipergunakan
kecepatan sudut sesaat, yang formulasinya
atau secara matematis ditulis
=
d
dt (3.26)
Nilai dari komponen kecepatan sudut sesaat dari suatu titik materi dapat
dilihat dari kemiringan grafik yang dibentuk oleh komponen posisi
terhadap t.
Gambar 3. 21. Perubahan kecepatan sudut
1 = tg 1
(3.27)
2 = tg 2
(3.28)
Sedangkan untuk menentukan posisi titik materi jika dketahui fungsi
kecepatan sudut diselesaikan dengan integral .
( )( )
td t
dt=
( ) ( )d t t dt =
( ) ( )d t t dt =
FISIKA TEKNIK
54
Tali sepanjang 1 meter mengikat sebuah benda kemudian diputar
vertikal. Jika waktu yang digunakan untuk melakukan satu kali
putaran adalah 0,5 sekon. Hitunglah laju putaran dan kecepatan
sudut benda!
Jawab:
Keliling lintasan benda (s) = 2R = 2 x 3,14 x 1 m = 6,28 m
Laju putaran benda (v) = =
Kecepatan sudut benda () = 2
T = = 12,6 rad/s
Contoh
Soal
( ) ( ) t t dt=
(3.29)
untuk 1 putaran maka: = 2
T rad/detik atau = 2 f. Dengan
demikian besar sudut yang ditempuh dalam t detik: = t atau = 2 f
t. Jika V = 2Rf, maka korelasi persamaan pada kecepatan linear (V) dan
kecepatan sudut () adalah:
V = R.
(3.30)
Percepatan sudut
Kecepatan sudut suatu titik materi dapat berubah-ubah setiap saat, baik
besar, atau arah, ataupun kedua-duanya yang disebabkan oleh karena
adanya percepatan sudut yang dialami titik materi tersebut. Jika pada saat
t1 kecepatan sudutnya 1 dan pada saat t2 kecepatan sudutnya 2, percepatan sudut rata-ratanya dalam selang waktu t = t2 - t1 didefinisikan:
= =−
−
t t t
2 1
2 1
, dan percepatan sudut sesaatnya
( )( )
= = =d
dt
d d
dt t
d
dt
2
2
(3.31)
FISIKA TEKNIK
55
2. Sistem gerak melingkar pada susunan roda
a. Sistem langsung:
pemindahan gerak melalui
persinggungan roda yang
satu dengan roda yang
lain. Pada sistem langsung
ini kelajuan liniernya
sama, sedangkan kelajuan
anguler tidak sama.
Gambar 3. 22. Roda bersinggungan
v1 = v2, tetapi 1 2
b. Sistem tak langsung:
pemindahan gerak dengan
menggunakan ban
penghubung atau rantai.
Pada sistem ini kelajuan
liniernya sama, sedangkan
kelajuaan angulernya tidak
sama.
Gambar 3. 23. Roda terhubung rantai
v1 = v2, tetapi 1 2
c. Sistem roda pada satu
sumbu (CO-Axle): titik-
titik yang terletak pada
satu jari mempunyai
kecepatan anguler yang
sama, tetapi kecepatan
liniernya tidak sama.
Gambar 3. 24. Roda setitik pusat
A = R = C, tetapi v A v B v C
FISIKA TEKNIK
56
3. Percepatan Tangensial dan Percepatan Sentripetal
Gambar 3. 25. Hubungan s, θ,
R
Diketahui titik A berada pada
lingkaran berjari-jari R dengan titik
pusatnya O. Kemudian bidang lingkaran
tersebut diputar sehingga dalam gerak
linier, A bergerak sampai titik B dengan
menempuh jarak S, sedang sudut yang
ditempuh. Karena adalah sudut
pusat lingkaran dan s adalah busur lingkaran, berlakulah s = . R. Bila
sudut yang ditempuh () cukup kecil, demikian panjang busurnya (s)
cukup kecil dalam waktu (t), maka berlakulah:
v = R
v
t tR=
at = . R
(3.32)
Percepatan di atas
disebut dengan percepatan
tangensial yaitu percepatan
yang arahnya
bersinggungan dengan
lingkaran. Jika suatu benda
melakukan gerak dengan
kelajuan tetap mengelilingi
suatu lingkaran, maka arah
dari gerak benda tersebut
mempunyai perubahan
yang tetap. Dalam hal ini,
benda harus mempunyai
percepatan yang merubah
arah dari kecepatan tersebut. Arah dari percepatan ini akan selalu tegak
lurus dengan arah kecepatan, yakni arah percepatan selalu menuju kearah
pusat lingkaran. Percepatan yang mempunyai sifat-sifat tersebut
dinamakan percepatan sentripetal yang diformulasikan:
Soal Aplikatif
Sebuah kereta melambat saat memutari
tikungan tajam dari 90 km/jam
menjadi 50 km/jam dalam waktu 15
sekon untuk memutari tikungan
tersebut. Bila jari-jari tikungan 150 m,
hitunglah percepatan saat kelajuan
kereta mencapai 50 km/jam dengan
anggapan kereta terus melambat pada
waktu ini dengan kelajuan sama!
FISIKA TEKNIK
57
ar ( tan )kecepa linier pada benda
jari jari lingkaran
2
−
( )a
v
R
R
RRr = = =
2 2
2
. (3.33)
Gambar 3. 26. Arah percepatan
tangensial
Gambar di samping
memperlihatkan bahwa
percepatan tangensial (at)
arahnya tegak lurus dengan
percepatan sentripetal dan
bersinggungan dengan keliling
lingkaran yang berpusat di O.
Gaya yang menyebabkan benda bergerak melingkar beraturan
disebut gaya sentripetal yang arahnya selalu ke pusat lingkaran.
Sedangkan gaya reaksi dari gaya sentripetal (gaya radial) ini disebut gaya
sentrifugal yang arahnya menjauhi pusat lingkaran, diformulasikan
dengan:
F = m . a
Fr = m . ar
Fr = m . v
R
2
atau Fr = m 2 R (3.34)
Keterangan:
Fr = gaya sentripetal/sentrifugal
m = massa benda
v = kecepatan linier
R = jari-jari lingkaran
Gerak melingkar berubah beraturan yaitu gerak suatu benda dengan
percepatan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran).
Persamaan gerak melingkar dengan sumbu tetap:
t = 0 + .t
(3.35)
= 0t + 1/2 .t 2
(3.36)
t2 = 02 + 2.
(3.37)
Keterangan:
FISIKA TEKNIK
58
Baling-baling kipas angin beputar dengan kecepatan sudut 600
rpm dari keadaan diam selama 50 s. Hitunglah besar sudut yang
telah diputari oleh tabung tersebut dan jumlahputaran selama
waktu tersebut!
Jawab:
Kecepatan sudut () = 600 rpm =
Percepatan sudut (α) =
Sudut yang diputari tabung (∆θ) = 0.t + 1/2 .t 2 = 0 +
Jumlah putaran (n) =
Contoh
Soal
ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik
ωo= kecepatan sudut awal
= posisi sudut
4. Contoh dan persamaan benda bergerak melingkar
a. Gerak benda di luar dinding
melingkar
Gambar 3. 27. Benda di luar dinding
melingkar
w - N = m . R..mR
v 22
=
Gambar 3. 28. Benda di luar
dinding melingkar dengan
simpangan
w cos - N = m .
R..mR
v 22
=
FISIKA TEKNIK
59
b. Gerak benda di dalam dinding
melingkar
Gambar 3. 29. Benda di dalam dinding
melingkar bawah
N – w = m . R..mR
v 22
=
Gambar 3. 30. Benda di dalam dinding
melingkar atas dengan simpangan
N = m . v
R
2
- m . g cos
Gambar 3. 31. Benda di
dalam dinding melingkar
bawah dengan simpangan
N - w cos = m .
R..mR
v 22
=
Gambar 3. 32. Benda di
dalam dinding melingkar atas
N = m . v
R
2
- m . g
Benda dihubungkan tali, diputar vertikal
FISIKA TEKNIK
60
Gambar 3. 33. Benda diputar vertikal
bawah
T = m . g + m .
v
R
2
Gambar 3. 34. Benda diputar vertikal
atas dengan simpangan
T = m .
v
R
2
- m . g cos
Gambar 3. 35. Benda diputar
vertikal bawah dengan
simpangan
T = m . g cos + mv
R
2
Gambar 3. 36. Benda diputar
vertikal atas
T = m . v
R
2
- m . g
c. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan
centrifugal/konis)
FISIKA TEKNIK
61
Gambar 3. 37. Benda diputar mendatar
T cos = m . g
T sin = m . R..mR
v 22
=
Periodenya T = 2
L
g
cos
R adalah jari-jari lingkaran
d. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar
Gambar 3. 38. Gerak benda pada
tikungan
N . k = m . v
R
2
N = gaya normal
N = m . g
FISIKA TEKNIK
62
Dari keadaan diam, sebuah mobil bergerak dengan percepatan
konstan dan kecepatan 40 m/s selama 10 sekon. Apabila
litasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari 300 m, hitunglah
percepatan saat menyinggung lintasan, percepatan sentripetal
dan percepatan total saat kecepatan 30 m/s!
Jawab:
Percepatan saat menyinggung lintasan:
Percepatan sentripetal saat kecepatan 30 m/s:
Percepatan total:
Contoh
Soal
C. Gerak Parabola
Gerak parabola merupakan gerak dengan lintasan berbentuk
lengkung yang dapat diasumsikan dengan percepatan grafitasi bumi (g)
konstan selama berlangsung gerak dengan arah ke bawah dan
mengabaikan pengaruh hambatan udara.
FISIKA TEKNIK
63
Gambar 3. 39. Lintasan parabola proyektil yang meninggalkan titik
awalnya
Sumber: Serway & Jewett (84; 2004)
Dari gambar lintasan proyektil, dapat diketahui bahwa pada saat
posisi tertinggi (puncak), nilai kecepatan (vy) = 0 dan jarak tembak
maksimal (pada kordinat y) = 0. Sehingga dapat dituliskan persamaan
pada masing-masing kordinat yaitu:
cos0vvx =
(3.38)
tvx = cos0
(3.39)
tgvvy −= sin0
(3.40)
2
02
1sin gttvy −=
(3.41)
Nilai kecepatan total:
v = 2
y
2
x vv +
(3.42)
Keterangan:
x= jarak yang ditempuh benda pada sumbu x
y= jarak yang ditempuh benda pada sumbu y
FISIKA TEKNIK
64
vx= kecepatan di sumbu x
vy= kecepatan di sumbu y
v0= kecepatan awal
t= waktu
g= percepatan grafitasi
Tinggi maksimum proyektil (ymax) dapat dicari dari substitusi nilai t pada
persamaan (vy) ke persamaan jarak yang ditempuh benda pada sumbu y
(y) dengan mengingat vy pada saat posisi tertinggi sama dengan nol
t = g
sinvo (3.43)
sehingga diperoleh persamaan:
ymax= (3.44)
Sedangkan untuk mencari jarak maksimal (xmax) dengan cara yang
sama dengan mencari ymax, namun karena jarak maksimal memiliki
jangkauan yang
merupakan dua kali
waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai puncak
(tx = 2 ty)
t = g
sinv2 o
(3.45)
sehingga persamaannya
menjadi:
xmax=
(3.46)
(tidak berlaku jika
dilempar dari puncak;
jadi harus menggunakan
hy −= )
Soal Aplikatif
Ikan Archerfish (panjang 20 hingga 25 cm)
tinggal di perairan payau Asia Tenggara
dari India sampai Filipina. Ika ini
menangkap mangsa dengan
menyemburkan air ke serangga baik yang
sedang terbang maupun diam.serangga
tersebut kemudian jatuh ke dalm air dan
ikan menelannya. Ikan ini memiliki
ketepatan bidikan pada jarak 1,2 m hingga
1,5 m, bahkan terkadang dapat membidik
dari jarak 3,5 m. Bentuk lidah yang
tergulung dan membentuk tabung,
memudahkan ikan menyemburkan air
berkecepatan tinggi dari mulutnya ketika
secara tiba-tiba ikan menutup insangnya.
Apabila ikan ini membidik serangga dari
jarak 2 m dengan sudut 30o diatas sumbu
horisontal, hitunglah kecepatan air yang
harus disemburkan jika jarak jatuh vertikal
yang diperbolehkan dalam lintasan menuju
sasaran tersebut maksimal adalah 3 cm?
FISIKA TEKNIK
65
Seseorang akan menyelam dengan melompat dari tebing pada
arah horisontal dengan kelajuan 1,4 m/s dan menyentuh air 4
sekon kemudian. Hitunglah tinggi tebing dari permukaan air!
Jawab:
Komponen kecepatan:
Komponen gerak vertikal (saat menyentuh air, y = 0),
sehinga:
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
66
1. Sebuah batang OA memiliki panjang 1 meter dan titik B
berada di tengah-tengah OA. Batang diputar beraturan
pada O dengan kelajuan tetap. Bila A dalam 1 sekon
berputar sebanyak 10 kali. Hitunglah kecepatan linear dan
kecepatan sudut titik A & B!
2. Roda belakang sebuah sepeda memiliki jari-jari 30 cm.
Sedangkan jari-jari gigi roda belakang dan roda putaran
kaki masing-masing 6 cm dan 10 cm. Apabila kecepatan
sepeda 16 km/jam dan gigi roda belakang terhubung
dengan roda putaran kaki, hitunglah:
a. Kecepatan sudut roda belakang
b. Kecepatan linier gigi roda belakang
c. Kecepatan sudut roda putaran kaki
3. Sebuah benda bermassa 10 kg diikat dengan tali ketiang.
Jika benda tersebut bergerak melingkar horisontal pada
jari-jari 4 m dan kecepatan sudutnya 100 putaran tiap
sekonnya, berapakah tegangan talinya?
4. Berapa kecepatan maksimum dari mobil yang bermassa m
dan bergerak mengelilingi taman berbentuk lingkarang
yang berjari-jari 30 m, dan koefesien geraknya 0,5?
5. Sebuah partikel bergerak melingkar beraturan. Dua detik
yang pertama menempuh busur sepanjang 60 cm, Bila
jari-jari lingkaran 5 cm, hitunglah:
a. Kelajuan linier
b. Kelajuan anguler
c. Dispacement anguler (sudut pusat yang ditempuh)
6. Ada tiga buah roda yaitu A, B, dan C dengan jari-jari
masing-masing 40 cm, 10 cm, 25 cm. Roda A dan roda B
berada pada satu poros, roda B dan roda C dihubungkan
dengan bebat (sejenis tali ban),
Latihan Soal 3.2
FISIKA TEKNIK
67
apabila roda C berputar 30 kali tiap menit, hitunglah
a. Kecepatan anguler A
b. Percepatan titik O yang berada di tepi roda A
7. Sebuah benda bermassa 35 gram diputar dan diberi beban
penggantung bermassa 125 gram dan g = 10 m/s2. Jika
benda diputar dengan jari-jari putaran yang tetap dan
bidang lintasannya horisontal, hitunglah percepatan
Sentripetal pada benda itu!
8. Benda bermassa 100 gram digantung pada tali dan diputar
vertikal dengan kecepatan tetap 3 m/det pada jari-jari 4
meter. Hitunglah gaya tegangan tali pada saat benda
berada di bawah dan di atas!
9. Partikel bergerak melingkar beraturan pada benda yang
memiliki diameter 2 m, dalam 1 detik, partikel tersebut
menempuh lintasan 1/3 lingkaran. Hitunglah kecepatan
sudut dan kecepatan linear partikel!
10. Roda berbentuk cakram homogen berputar 5.400 rpm.
Hitunglah kecepatan linier sebuah titik yang berada 30 cm
dari sumbu putarnya!
11. Benda bermassa 2 kg, diikat dengan tali dan diputar
vertikal beraturan dengan kecepatan linier 8 m/s,
hitunglah:
a. Tegangan tali pada saat benda berada di titik terendah
b. Tegangan tali pada saat benda berada di titik tertinggi
c. Tegangan tali pada titik yang memiliki sudut 30o
dari garis vertikal melalui pusat lingkaran
12. Mobil bermassa 1 ton, berada pada puncak sebuah bukit
berbentuk setengah lingkaran dengan diameter 8 meter,
saat dipuncak bukit, mobil tersebut memiliki kecepatan 2
m/s, hitunglah gaya normal yang bekerja pada mobil
tersebut!
Latihan Soal 3.2
FISIKA TEKNIK
68
13. Sebuah mobil mempunyai koefisien gesekan antara ban dan
jalan 0,4, jika mobil tersebut berbelok pada belokan yang
berdiameter 16 meter, berapakah kecepatan minimum agar
ban tidak slip?
Latihan Soal 3.2
FISIKA TEKNIK
69
BAB 4
DINAMIKA GERAK
Telah dijelaskan pada bab 3 tentang gerak tanpa mengindahkan
penyebab gerak tersebut. Bab 4 ini membahas tentang gerak dengan
memperhatikan gaya-gaya penyebab gerak tersebut yaitu hukum newton.
Adalah Sir Isaac Newton yang terkenal dengan hukum-hukum Newton I,
II dan III, juga terkenal dengan hukum Grafitasi Umum. Didasarkan pada
partikel-partikel bermassa senantiasa mengadakan gaya tarik menarik
sepanjang garis yang menghubungkannya, Newton merumuskan
hukumnya tentang grafitasi umum yang menyatakan “Gaya antara dua
partikel bermassa m1 dan m2 yang terpisah oleh jarak r adalah gaya tarik
menarik sepanjang garis yang menghubungkan kedua partikel tersebut,
dan besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan”.
F = G m m
r
1 2
2
(4.1)
F = Gaya grafitasi (N).
G = Konstanta grafitasi (G = 6,67 x 10-11 N m
kg
2
2)
m = massa benda (Kg)
r = jarak antara kedua partikel (m)
Gaya grafitasi adalah besaran vektor yang arahnya senantiasa menuju
pusat massa partikel.
Gambar 4. 1. Arah gaya grafitasi
Untuk gaya grafitasi yang disebabkan oleh beberapa massa tertentu, maka
resultan gayanya ditentukan secara geometris. Misalnya dua buah gaya F1
dan F2 yang membentuk sudut , resultan gayanya dapat ditentukan
berdasarkan persamaan:
F F F F F= + +1
2
2
2
1 22 cos
(4.2)
FISIKA TEKNIK
72
1. Dua buah benda masing-masing massanya 8 kg dan 20
kg terpisahkan pada jarak 4 meter satu dengan yang
lain. Tentukan gaya grafitasi antara kedua benda itu!
2. Gaya tarik grafitasi antara du buah benda bermassa
adalah 2,0 x 10-10 N. Bila massa benda adalah 4 kg dan
10 kg. Tentukanlah jarak antara kedua benda itu!
3. Massa 7 kg terpisah pada jarak 2 meter dari massa yang
lain. Gaya grafitasi antara kedua benda adalah sebesar 4
x 10-10. Tentukan massa benda yang lain!
4. Tiga buah bola bermassa masing-masing 1kg, 2kg dan
3kg diletakkan pada titik sudut segitiga sama sisi
dengan panjang sisi 2 meter. Tentukanlah gaya yang
dialami bola bermassa 2 kg dalam susunan ini!
5. Dua buah bola bermassa masing-masing 5 kg terpisah
pada jarak 2 3 meter. Tentukanlah gaya tarik grafitasi
yang dialami oleh bola bermassa 7 kg dan terletak pada
jarak 3 meter dari kedua massa tersebut!
6. Sebuah bola bermassa 2 kg terletak pada titik pusat
sistem sumbu koordinat. Bola lainnya yang masing-
masing bermassa 14 kg, 32 kg dan 26 kg terletak pada
titik-titik koordinat (3,0), (3,4) dan (0,4). Satuan
koordinat dalam meter, hitunglah gaya yang dialami
oleh bola yang bermassa 2 kg!
7. Dua massa masing-masing 4 kg dan 10 kg terpisah
sejauh 1,5 meter. Tentukanlah gaya grafitasi pada massa
1 kg yang terletak pada suatu titik 0,6 meter dari massa
4 kg dan 1 meter dari massa 10 kg!
8. Dua buah benda bermassa 4 kg dan 10,5 kg terpisah
pada jarak 6 meter. Agar gaya tarik grafitasi yang
dialaminya sama
Latihan Soal 4.1
FISIKA TEKNIK
73
dengan nol, Tentukanlah letak bola bermassa 7 kg!
9. Di titik A dan C dari suatu bujur sangkar ABCD ditempatkan
massa sebesar 2 kg dan 1 kg. Bila gaya tarik menarik antara
kedua massa tersebut besarnya 0,4 Gnewton, tentukanlah
panjang sisi bujur sangkar tersebut!
Latihan Soal 4.1
A. Medan Grafitasi
Kuat medan grafitasi (intensitas grafitasi) oleh gaya grafitasi
didefinisikan sebagai Perbandingan antara gaya grafitasi yang
dikerjakan oleh medan dengan massa yang dipengaruhi oleh gaya
grafitasi tersebut. Dalam bentuk persamaan, dapat dinyatakan dengan
g = F
m
(4.3)
Keterangan:
g = kuat medan grafitasi (N.kg-1)
F = Gaya grafitasi (N)
m = Massa benda (kg)
Kuat medan grafitasi dapat ditimbulkan oleh suatu benda bermassa.
Misalkan dua buah benda bermassa masing-masing m dan m’ terpisah
pada jarak r. Maka gaya grafitasi oleh kedua benda itu adalah
F = Gm m
r
'2
(4.4)
Nilai tetapan G =
Bila dihitung kuat medan grafitasi yang dilami oleh massa m’ sebagai
akibat dari gaya grafitasi di atas, maka di peroleh
gF
m
Gm m
r
mG
m
r= = =
'
'
'
2
2
(4.5)
FISIKA TEKNIK
74
Persamaan di atas
menunjukkan kuat
medan grafitasi oleh
benda bermassa m
pada suatu titik
berjarak r dari benda
tersebut.
Kuat medan
grafitasi merupakan
besaran vektor yang
arahnya selalu
menuju ke pusat
benda yang
menimbulkannya.
Sehingga kuat medan
grafitasi di suatu titik
oleh beberapa benda
bermassa diperoleh
dengan
menjumlahkan
vektor-vektor medan
grafitasi oleh tiap-
tiap benda. Sebagai
contoh: Kuat medan
grafitasi yang
ditimbulkan oleh dua
benda yang kuat
medannya saling
membentuk sudut ,
dapat dinyatakan
dengan persamaan:
g g g g g= + +1
2
2
2
1 22 cos (4.6)
Soal Aplikatif
Sebuah pesawat luar angkasa berbentuk
silinder memiliki massa total (pesawat &
penumpang) 1 ton dan panjang 100 m.
Pesawat tersebut berada terlalu dekat
dengan sebuah lubang hitam yang
memiliki massa 100 kali massa matahari.
Bagian depan pesawat mengarah ke
lubang tersebut yang jarak antara ujung
pesawat dan pusat lubang hitam adalah
10 km. Hitunglah:
a. Gaya total yang bekerja pada
pesawat tersebut
b. Selisih antara medan gravitasi yang
diberikan kepada bagian depan
pesawat dan bagian belakang
pesawat. Selisih percepatannya
bertambah sangat cepat ketika
pesawat mendekati lubang hitam.
Perbedaan percepatan tersebut
mengakibatkan badan pesawat
mengalami tekanan yang luar biasa,
dan perlahan membuatnya hancur
Gambar 4. 3. Pesawat menuju
lubang hitam
FISIKA TEKNIK
75
Sebuah satelit memiliki jari-jari 6000 km, jika diketahui kuat
medan gravitasi di permukaan satelit tersebut 6 N/kg. Hitunglah
massa satelit tersebut!
Jawab:
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
76
1. Benda bermassa 3 kg berada pada suatu tempat dibawah
pengaruh gaya grafitasi sebesar 8 x 10-10 N. Tentukanlah
kuat medan grafitasi yang dialami oleh benda tersebut!
2. Tentukanlah kuat medan grafitasi pada suatu titik berjarak
5 meter dari benda bermassa 42 kg!
3. Dua buah bola masing-masing bermassa 0,4 kg dan 0,8 kg
terpisah pada jarak 5 cm. Tentukanlah kuat medan grafitasi
pada suatu titik yang berjarak 5 cm dari kedua massa
tersebut!
4. Tiga buah bola masing-masing bermassa 12 kg, 34 kg dan
20 kg berturut-turut terletak di titik-titik (3,0), (3,4) dan
(0,4). Bila satuan koordinat dalam meter, tentukanlah kuat
medan grafitasi di titik pusat koordinat!
5. Dua buah bola masing-masing bermassa 5 kg terpisah pada
jarak 2 3 . Tentukanlah kuat medan grafitasi pada suatu
titik yang berjarak 3 cm dari kedua massa tersebut!
6. Dua buah benda masing-masing bermassa 0,2 kg terpisah
pada jarak 1,5 meter satu dengan yang lain. Tentukanlah
kuat medan grafitasi di suatu titik yang terletak 0,2 meter
dari massa 0,2 kg dan 0,6 meter dari massa 0,6 kg!
7. Massa bulan ialah 1/81 dari massa bumi, dan jari-jarinya ¼
kali jari-jari bumi. Tentukanlah perbandingan periode
sebuah ayunan yang berada di permukaan bumi dan yang
berada di permukaan bulan!
Latihan Soal 4.2
B. Energi Potensial Grafitasi
Benda bermassa m yang terletak diluar permukaan bumi dengan
jarak r dari pusat bumi, memiliki energi potensial sebesar:
Ep = - G M m
r
.
(4.7)
Keterangan
Ep = Energi potensial grafitasi (joule)
G = Konstanta grafitasi
M = massa bumi (kg)
m = massa benda (kg)
FISIKA TEKNIK
77
r = Jarak pusat benda ke pusat bumi (m)
Persamaan energi potensial grafitasi diawali dengan tanda negatif (-),
hal ini menunjukkan jika benda bergerak di bawah pengaruh gaya
grafitasi. Dari jarak tak terhingga () ke jarak r maka energi potensialnya
akan berkurang, karena dipergunakan untuk menambah energi kinetik
dengan makin besarnya laju benda saat bergerak mendekati bumi.
Apabila mula-mula benda berada di tempat yang jauh tak hingga (r = )
dengan energi kinetik sama dengan nol, maka dalam perjalanan
mendekati bumi, medan grafitasi merubah energi potensial menjadi
energi kinetik. Ketika sampai di permukaan bumi, energi kinetik benda
sama dengan energi potensial grafitasinya.
12
2mv GM m
R=
.
Keterangan:
m = massa benda (kg)
M = massa bumi (kg)
R = jari - jari bumi (m)
v = kecepatan benda di permukaan bumi (m/s)
Pada medan grafitasi, hukum kekekalan energi mekanik total berlaku,
ditunjukkan dengan persamaan:
Emek = Ek + Ep
Emek = 12
2mv GM m
R−
.
(4.8)
Jika Ep(A)= energi potensial di titik A dan Ep(B)= energi potensial di
titik B, maka beda energi potensialnya sama dengan
Ep(B) - Ep(A) = - G M m (1 1
r rB A
− )
(4.9)
Keterangan:
rA = jarak titik A ke pusat bumi.
rB = jarak titik B pusat bumi.
oleh karena usaha merupakan perubahan energi potensial maka usaha
yang dilakukan sepanjang garis dari A ke B dapat dinyatakan dengan :
WA----> B = - G M m (1 1
r rB A
− )
(4.10)
dengan WA----> B = Usaha dari A ke B.
FISIKA TEKNIK
78
C. Potensial Grafitasi
Potensial grafitasi didefinisikan sebagai tenaga potensial grafitasi
per satuan massa, yang dapat dituliskan dengan persamaan:
vEp
m=
(4.11)
Keterangan:
v = potensial grafitasi (Joule/kg)
Ep = Energi potensial grafitasi (Joule)
m = massa benda (kg)
Energi potensial grafitasi benda bermassa m’ yang terletak pada jarak r
dari pusat massa benda bermassa m dapat kita nyatakan dengan
persamaan
Ep = - G m m
r
'
(4.12)
Bila massa m’ terletak di sebuah titik (misalkan titik p) maka potensial
grafitasi di titik p yang dialami oleh massa m’ dapat ditentukan dengan
persamaan:
VEp
r
Gm m
r
m= =
−'
'
V Gm
r= − (4.13)
Keterangan:
V = potensial grafitasi pada jarak r dari massa m
m = massa benda
r = jarak tempat yang mengalami potensial grafitasi ke benda
Potensial grafitasi merupakan besaran skalar, sehingga potensial
yang disebabkan oleh berapa benda bermassa merupakan jumlah aljabar
dari potensial grafitasi masing-masing benda bermassa tersebut
Vt = V1 + V2 + V3 + ...... + Vn
Beda potensial antara dua titik dalam medan grafitasi didefinisikan
sebagai potensial di titik yang satu dikurangi dengan potensial di tItik
yang lain. Usaha yang dilakukan untuk membawa massa m dari satu titik
ke titik lain lewat sembarang lintasan sama dengan massa benda (m) kali
beda potensial antara kedua titik tersebut.
WA----> B = m (VB - VA)
(4.14)
Dengan WA----> B = Usaha dari A ke B.
FISIKA TEKNIK
79
1. Hitunglah energi potensial grafitasi yang dialami oleh
massa sebesar 4 kg dan terletak dipermukaan bumi jika
massa bumi 6 x 1024 kilogram. Jari-jari bumi 6,38 x 106
meter dan konstanta grafitasi 6,67 x 1011 Nm2/kg2!
2. Hitunglah energi potansial grafitasi yang dialami oleh
massa sebesar 6 kg dan terletak pada jarak 8 meter dari
suatu benda yang bermassa 50 kg!
3. Benda bermassa 12 kg berada pada suatu tempat memiliki
energi potensial grafitasi yang besarnya sama dengan 8 x
108 joule. Hitunglah potensial grafitasi yang dialami oleh
benda tersebut!
4. Hitunglah potensial grafitasi pada suatu titik yang terletak
4 meter dari suatu benda bermassa 30 kg!
5. Diketahui gambar berikut memiliki massa m1 = 0,3 kg
dan massa m2 = 0,1 kg
a. Hitunglah potensial grafitasi yang disebabkan oleh
massa m1 dan m2 di titik O dan di titik A
b. Hitunglah usaha yang dilakukan untuk mengangkut
massa m = 0,01 kg dari titik A ke titik O
6. Dua massa masing-masing 0,3 kg dan 0,8 kg terpisah
sejauh 0,2 meter, hitunglah:
a. Potensial grafitasi pada titik 0,04 meter dari massa
0,3 kg dan 0,08 meter dari massa 0,8 kg
b. Usaha yang diperlukan untuk memindahkan massa
sebesar 1 kg dari titik jauh tak hingga kesuatu titik
yang terletak 0,08 meter dari massa 0,8 kg
Latihan Soal 4.3
FISIKA TEKNIK
80
D. Hukum Kekekalan Energi Medan Grafitasi
Gerakan benda dalam medan grafitasi yang memiliki energi tidak
sama di semua titik sebaiknya dipecahkan dengan perhitungan potensial
grafitasi. Dengan mengabaikan gaya-gaya gesekan, hukum kekekalan
energi
Ek + Ep = konstan.
Ek(1) + Ep(1) = Ek(2) + Ep(2)
Dengan membatasi gerakan massa m dalam medan grafitasi yang
ditimbulkan oleh titik tunggal yang tetap atau bola homogen bermassa m
Ek = 12
mv2 dan Ep = m V = - G M m
r
Sehingga diperoleh
12
m(v1)2 - G M m
r1
= 12
m(v2)2 - G M m
r2
(v2)2 = (v1)2 + 2G M (1 1
2 1r r− )
(4.15)
Sebuah benda yang dilemparkan lurus ke atas dari permukaan bumi
hanya dapat naik sampai jarak tertentu yaitu pada saat energi kinetik
benda sama dengan nol, kemudian akan kembali lagi ke permukaan bumi.
Jika suatu benda dilemparkan dari permukaan bumi dengan energi kinetik
yang besarnya sama dengan energi potensial dipermukaan bumi, maka
energi totalnya sama dengan nol. Hal ini berarti benda bergerak ke jauh
tak terhingga atau lepas dari bumi. Kecepatan awal yang terjadi ini
disebut kelajuan lepas, dan dapat ditentukan dengan persamaan
12
mv2 = G M m
R
v Rg= 2
(4.16)
FISIKA TEKNIK
81
1. Diketahui massa bulan 6,7 x 1022 kg dan radiusnya 1,5 x
106 meter. Hitunglah berapa kecepatan benda dari
permukaan bulan hingga mencapai jarak yang sama
dengan radius bulan!
2. Sebuah benda ditembakkan ke atas dari permukaan bumi.
Jika percepatan grafitasi di anggap konstan dan besarnya
sama dengan 10 m/det2, jari-jari bumi 6.400 Km,
hitunglah kecepatan benda agar dapat mencapai
ketinggian 500 km!
3. Sebuah titik bermassa dilepaskan dari jarak 3R dari pusat
bola rongga berdinding tipis dari keadaan diam. Bola
tersebut memiliki radius R, massa M dan letaknya tetap.
Gaya yang bekerja pada titik bermassa tersebut hanyalah
gaya grafitasi yang ditimbulkan oleh bola rongga. Jika
pada bola terdapat lubang kecil yang dapat dilalui titik
bermassa saat jatuh, tentukan:
a. Kecepatan ketika tepat sampai pada lubang
tersebut
b. Kecepatan ketika melewati titik pusat bola
4. Hitunglah kecepatan sebuah benda yang jatuh dari
ketinggian h menuju ke permukaan bumi dengan
mengabaikan gesekan!. Nyatakan jawabnya dengan
percepatan g dipermukaan Bumi dan radius bumi R.
Dalam hal ini h dianggap demikian besar sehingga
perubahan percepatan grafitasi harus diperhitungkan.
5. Hitunglah kecepatan benda yang harus ditembakkan dari
permukaan bumi sehingga mencapai ketinggian sama
dengan 2 kali jari-jari bumi!
Latihan Soal 4.4
E. Gerakan Planet
Menurut Keppler (hukum Keppler), perbandingan antara T2 dari
gerakan planet yang mengelilingi matahari terhadap r3 adalah konstan.
T
rc
2
3
= (4.17)
FISIKA TEKNIK
82
Keterangan:
T = periode
r = jari-jari lintasan
( T1 )2 : ( T2 )2 = ( r1 )3 : ( r2 )3
(4.18)
Dan dari gerak melingkar beraturan dapat diperoleh:
v = 2 r
T
(4.19)
Karena planet bergerak pada lintasan yang tetap maka terdapat gaya
sentripetal yang mempertahankan planet tetap pada lintasannya.
Gambar 4. 4. gaya tarik
benda bermassa M dan m
F GM m
r=
2
Gaya sentripetal dalam hal ini adalah gaya
grafitasi yang dialami oleh planet yang
disebabkan oleh matahari. Bila massa planet
m dan massa matahari M maka gaya
grafitasi antara planet dan matahari pada
jarak r, adalah:
(4.20)
Gaya ini merupakan gaya sentripetal, bila selama mengitari matahari
planet bergerak dengan laju tetap sebesar v, maka dapat dinyatakan
bahwa:
GM m
rm
v
r2
2
=
GM
rv= 2
v GM
r=
(4.21)
Jika planet bergerak dengan kelajuan sudut maka dapat dinyatakan
suatu persamaan dalam bentuk: 2 = GM
r 3 (4.22)
Keterangan:
= kelajuan sudut
M = massa matahari
r = jari-jari lintasan
FISIKA TEKNIK
83
F. Hukum Newton
Hukum yang membahas tentang gerak disebut dengan hukum
newton, hukum ini membahas gaya-gaya yang menyebabkan gerak. Gaya
merupakan tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan
gerak, dengan demikian jika benda ditarik/didorong maka pada benda
bekerja gaya dan keadaan gerak benda dapat dirubah. Gaya termasuk
besaran vektor, karena gaya ditentukan oleh besar dan arahnya.
1. Hukum I Newton
Hukum I Newton atau biasa disebut hukum kelembaman
menyatakan bahwa Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada
sebuah benda sama dengan nol (∑F = 0), maka benda tersebut akan tetap
diam (bila dalam keadaan diam) dan bergerak lurus beraturan (bila dalam
keadaan bergerak lurus beraturan). Karena benda bergerak translasi,
maka pada sistem koordinat Cartesius dapat dituliskan Fx = 0 dan Fy
= 0.
2. Hukum II Newton
Hukum II Newton berbunyi ‘percepatan yang ditimbulkan oleh gaya
yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dan searah dengan gaya
itu dan berbanding terbalik dengan massa benda’, atau dapat dituliskan
dalam persamaan:
Gambar 4. 5. arah gaya dan percepatan
gerak benda
a F
m atau F m .a (4.23)
Keterangan
Besaran Notasi MKS CGS
Gaya F newton (N) dyne
Massa M Kg gram
Percepatan A m/det2 cm/det2
FISIKA TEKNIK
84
Pengembangan hukum II newton misalnya:
a. Jika pada benda bekerja banyak gaya yang horisontal maka berlaku:
F = m . a
Gambar 4. 6. gaya tarik
menarik
F1 + F2 - F3 = m . a
Arah gerak benda
sama dengan F1 dan
F2 jika F1 + F2 > F3
Arah gerak benda sama dengan F3 jika F1 + F2 < F3 ( tanda a = - )
b. Jika pada beberapa benda bekerja banyak gaya yang horisontal maka
berlaku:
F = m . a
Gambar 4. 7. gaya tarik menarik dengan banyak gaya
F1 + F2 - F3 = (m1 + m2) . a
c. Jika pada benda bekerja gaya yang membentuk sudut dengan arah
mendatar maka berlaku:
F cos = m . a
Soal Aplikatif
Jarak antara dua tiang telepon
adalah 50 m, saat seekor burung
bermassa 1 kg mendarat di kabel
tengah-tengah kedua tiang, kabel
tersebut turun sejauh 0,2 m.
a. Gambarlah diagram benda
bebas dari soal cerita tersebut
b. Dengan mengabaikan massa
kabel, hitunglah tegangan yang
diberikan burung pada kabel?
FISIKA TEKNIK
85
Gambar 4. 8. gaya yang membentuk sudut θ dengan horisontal
3. Hukum III Newton
Hukum III Newton sering disebut dengan hukum aksi-reaksi,
maksutnya bila sebuah benda A (gaya aksi) melakukan gaya pada benda
B, maka benda B (gaya reaksi) juga akan melakukan gaya pada benda A
yang besarnya sama tetapi berlawanan arah, atau bisa ditulis dengan Faksi
= - Freaksi.
Sebuah peluru yang bermassa 2 gram ditembakkan dari senapan
dengan kelajuan 150 m/s ke sebuah kubus di hadapannya. Jika
peluru menancap ke dalam kubus hingga 8 cm. Hitunglah gaya
yang dilakukan kubus untuk menghentikan peluru!
Jawab:
Laju akhir peluru adalah nol, karena setelah menancap ke kubus,
peluru tidak bergerak kembali, maka:
Tanda negatif menunjukkan perlambatan
Gaya yang dilakukan kubus untuk menghentikan peluru:
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
86
a. Pasangan aksi reaksi pada bidang datar/miring
Gambar 4. 9. hubungan gaya
normal dan gaya berat
w = - N
w = gaya berat benda memberikan gaya
aksi pada lantai.
N = gaya normal (gaya yang tegak lurus
permukaan tempat di mana benda
berada).
Hal ini bukan pasangan Aksi - Reaksi.
(tanda (-) hanya menjelaskan arah
berlawanan)
Macam - macam keadan (besar) gaya normal
N = w cos N = w - F sin N = w + F sin
Gambar 4. 10. Besar gaya Normal pada beberapa keadaan
b. Pasangan aksi reaksi pada benda yang digantung
Gambar 4. 11. Benda digantung terhadap
pengaruh aksi-reaksi
Balok digantung dalam
keadaan diam pada tali
vertikal. Gaya w1 dan
T1 bukanlah pasangan
aksi - reaksi, meskipun
besarnya sama,
berlawanan arah dan
segaris kerja.
Sedangkan yang
merupakan pasangan
aksi - reaksi adalah
gaya: T1 dan T’1, juga
gaya T2 dan T’2
FISIKA TEKNIK
87
Hubungan tegangan tali terhadap percepatan
Gambar 4. 12. T dan W pada
benda diam
a. Bila benda dalam keadaan
diam, atau dalam keadan
bergerak lurus beraturan maka:
T = m . g
T = gaya tegangan tali.
Gambar 4. 13. T dan W pada
benda bergerak ke atas
b. Benda bergerak ke atas dengan
percepatan a maka:
T = m . g + m . a
T = gaya tegangan tali.
Gambar 4. 14. T dan W pada
benda bergerak ke bawah
c. Benda bergerak ke bawah
dengan percepatan a maka:
T = m . g - m . a
T = gaya tegangan tali.
Gerak benda yang dihubungkan dengan katrol
Gambar 4. 15. arah percepatan
pada katrol
Dua buah benda m1 dan m2
dihubungkan dengan karol melalui
sebuah tali yang diikatkan pada ujung-
ujungnya. Apabila massa tali diabaikan,
dan tali dengan katrol tidak ada gaya
gesekan, maka akan berlaku
persamaan-persamaan:
Sistem akan bergerak ke arah m1 dengan percepatan a.
Tinjauan benda m1 Tinjauan benda m2
T = m1.g - m1.a (persamaan 1) T = m2.g + m2.a (persamaan 2)
Persamaan 1 dan 2 dapat disubstitusikan menjadi:
FISIKA TEKNIK
88
m1 . g - m1 . a = m2 . g + m2 . a
m1 . a + m2 . a = m1 . g - m2 . g
( m1 + m2 ) . a = ( m1 - m2 ) . g
a =( )
( )
m m
m mg1 2
1 2
−
+
(4.24)
Persamaan tersebut digunakan untuk mencari percepatan benda yang
dihubungkan dengan katrol. Percepatan benda pada sisitem katrol dapat
juga ditinjau dari keseluruhan sistem:
Gambar 4. 16.
percepatan pada
katrol
Sistem akan bergerak ke arah m1 dengan
percepatan.
Oleh karena itu semua gaya yang terjadi yang
searah dengan arah gerak sistem diberi tanda
positif, yang berlawanan diberi tanda negatif.
F = m . a
w1 - T + T - T + T - w2 = ( m1 + m2 ) . a
w1 - w2 = (m1 + m2 ) . a
( m1 - m2 ) . g = ( m1 + m2 ) . a
a = ( )
( )
m m
m mg1 2
1 2
−
+
Benda bergerak pada bidang miring
Gaya - gaya yang bekerja pada benda:
Gambar 4. 17. komponen gaya
pada benda di atas bidang miring
Gaya gesekan antara permukaan
benda yang bergerak dengan
bidang tumpu benda akan
menimbulkan gaya gesek yang
arahnya senantiasa berlawanan
dengan arah gerak benda. Terdapat dua jenis gaya gesek:
gaya gesek statis (fs): bekerja pada saat benda diam → fs = N.s
gaya gesek kinetik (fk): bekerja pada saat benda bergerak → fk = N.
k
Jika F < fs , benda diam →f = F ; Jika F = fs , benda diam →f = fs ;
Jika F > fs , benda diam →f = fk
FISIKA TEKNIK
89
Benda bermassa 8 kg berada pada bidang datar, jika benda ditarik
ke kanan arah horisontal dengan gaya 20 N, apakah yang terjadi
pada benda tersebut? (.diketahui s = 0,4 dan .k = 0,2)
Jawab:
Gaya gesek statik maksimum:
Karena gaya tarik (20
N) < (32 N) sehingga
benda belum bergerak
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
90
Sebuah lampu digantung seperti pada
gambar. Berapakah gaya tegangan talinya?
Sebuah lampu digantung seperti pada
gambar. Berapakah gaya tegangan talinya?
Benda seberat 200 N digantung dengan
susunan seperti pada gambar.
Hitunglah gaya tegangan talinya!
Benda seberat 200 N digantung dengan
susunan seperti pada gambar. Hitunglah gaya
tegangan talinya!
Dari gambar disamping ini. Tentukan:
a. Gaya tegangan tali
b. Gaya yang dikerjakan engsel terhadap
balok penopang jika massa balok
diabaikan.
Latihan Soal 4.5
FISIKA TEKNIK
91
7. Kendaraan yang massanya 1 ton bergerak dari kecepatan
8 m/det menjadi 15 m/det selama 4 detik. Berapakah
gaya yang bekerja pada kendaraan tersebut?
8. Kendaraan bermassa 1 ton berjalan dengan kecepatan 40
m/det dan memiliki rem yang menghasilkan gaya 4000
N. Hitunglah:
a. Lama rem bekerja sampai kendaraan berhenti
b. Jarak yang ditempuh kendaran selama rem bekerja
9. Benda massanya 8 kg tergantung pada ujung kawat.
Hitunglah besarnya tegangan kawat, jika:
a. Benda bergerak ke atas dengan percepatan 4 m/det2
b. Benda bergerak ke bawah dengan percepatan 4
m/det2
10. Seutas tali dipasang pada katrol yang ujung-ujungnya di
beri beban 8 kg dan 10 kg. Jika gesekan tali dengan
katrol diabaikan, hitunglah percepatan dan tegangan tali!
11. Sebuah benda mula-mula diam bekerja gaya F selama 3
detik, setelah F dihilangkan maka bekerja gaya dari arah
yang berlawanan sebesar 4 N, sehingga setelah 8 detik
kemudian kecepatannya menjadi 0. Hitunglah berapa
besar gaya F!
12. Sebuah benda mula-mula diam berada di atas bidang
datar kasar dengan koefisien gesekan statis 0,4 dan
koefisien gesekan kinetik 0,3, jika massa benda 10 kg,
ditarik dengan gaya 50 newton mendatar, setelah 5 detik
gaya 50 newton dihilangkan, hitunglah jarak yang
ditempuh benda mulai bergerak hingga berhenti kembali!
13. Diketahui gambar berikut
Latihan Soal 4.5
6. Sebuah benda mendapat gaya sebesar 50 N, sehingga dalam
waktu 5 detik kecepatannya menjadi 36 m/det dari keadaan
diam. Berapa berat benda jika g= 10 m/det2?
FISIKA TEKNIK
92
mA = 10 kg dan mB = 40 kg disusun sedemikian hingga terjadi
kesetimbangan, dengan tg = ¾. jika lantai pada bidang
miring licin sempurna, hitunglah mC
14. Sebuah benda mula-mula dalam keadaan diam berada pada
bidang miring kasar dengan sudut kemiringan 30o dan
koefisien gesekan kinetiknya 0,2. Jika massa benda 6 kg dan
ditarik dengan gaya 15 newton, tentukan arah gerak benda,
dan jarak yang ditempuh selama 4 detik!
Latihan Soal 4.5
G. Dinamika Gerak Rotasi
Dalam gerak translasi, besaran yang membuat benda bergerak linier
disebut dengan gaya, sedangkan pada gerak rotasi besaran yang
menimbulkan gerak disebut dengan momen gaya. Momen gaya ( )
didefinisikan sebagai perkalian gaya dengan lengan momen panjang garis
yang ditarik dari pusat rotasi tegak lurus ke garis kerja gaya). Peninjauan
dari sebuah batang ringan (massa diabaikan) ujung) ditekan sebagai pusat
lingkaran dan diujung lain terdapat gaya F membentuk sudut .
Gambar 4. 18. komponen momen gaya
pada batang ringan
= F l Sin.
(4.25)
Momen gaya adalah besaran
vektor maka mempunyai
arah. Positif jika arah putar
searah dengan arah jarum
jam, sedangkan negatif jika
arah putar berlawanan arah
dengan arah jarum jam
1. Momen Inersia
Sebuah benda bermassa m diikat dengan seutas tali panjangnya l.
Kemudian pada benda diberikan gaya F sehingga benda dapat berputar
dengan sumbu putar O.
FISIKA TEKNIK
93
Gambar 4. 19. Arah percepatan
tangensial momen gaya
Percepatan tangensial yang di dapat
oleh benda massa m menurut
hukum II Newton: F = m . at
Ruas kiri dan kanan dikalikan
dengan r, sehingga diperoleh:
F . r = m . at . r
F . r = m . ( . r) . r
F . r = m . r 2 . ,
(4.26)
m . r 2 disebut dengan momen inersia (I ), sehingga momen gaya
dapat dituliskan = I .
karena benda terdiri dari komponen-komponen massa kecil. Momen
Inersia dari total komponen massa dapat ditulis
I = m . r 2
(4.27)
Besarnya momen inersia sebuah benda tergantung dari bentuk benda dan
sumbu putarnya.
Tabel 4. 1. Momen Inersia beberapa benda terhadap sumbu putarnya
No
.
Gambar Nama Momen Inersia
1
Batang
Kurus
terhadap
sumbu
terhadap
pusat dan
tegak lurus
pada
panjangnya.
IM
=2
12
2
Batang
Kurus
terhadap
sumbu
terhadap
sumbu yang
melalui
IM
=2
3
FISIKA TEKNIK
94
No
.
Gambar Nama Momen Inersia
salah satu
ujungnya
dan tegak
lurus pada
panjangnya.
3
Cincin tipis
terhadap
sumbu
silinder.
I M R= 2
4
Cincin tipis
terhadap
salah satu
diameternya
.
IM R
=2
2
5
Silinder
pejal
terhadap
sumbu
silinder.
IM R
=2
2
6
Silinder
berongga
(atau cincin)
terhadap
sumbu
silinder.
( )IM
R R= +2
1
2
2
2
7
Silinder
pejal (atau
cakram)
terhadap
diameter
pusat.
IM R M
= +2 2
4 12
FISIKA TEKNIK
95
Diketahui sebuah bola bermassa M dengan jari-jari R.
Bagaimanakah persamaan momen inersia bola terhadap sumbu
yang menyinggung permukaan bola jika momen inersia terhadap
pusat massa adalah !
Jawab:
Gambar 4. 20. momen inersia bola terhadap sumbu yang
menyinggung permukaan bola
Contoh
Soal
No
.
Gambar Nama Momen Inersia
8
Cincin tipis
terhadap
salah satu
garis
singgungnya
.
IM R
=3
2
2
9
Bola pejal
terhadap
salah satu
diameternya
.
IM R
=2
5
2
10
Kulit bola
tipis
terhadap
salah satu
diameternya
.
IM R
=2
3
2
FISIKA TEKNIK
96
2. Energi Kinetik Rotasi
Sebuah benda tegar yang berotasi dengan laju sudut mengelilingi
suatu sumbu tetap. Masing-masing partikel yang massanya m mempunyai
energi kinetik: Ek mV m r= =1
2
1
2
2 2 2 , r adalah jarak masing-masing
partikel terhadap sumbu rotasi, dengan demikian energi kinetik total (Ek
total) dapat ditulis:
Ek m r m r= + +1
21 1
2
2 2
2 2( .... )
Ek m r=1
2
2 2( )
( )Ek Itotal
=1
2
2
(4.28)
3. Momentum sudut (anguler)
Benda yang massanya (m) yang berada pada posisi (r) relatif
terhadap titik O dan mempunyai momentum linier (p). Sedangkan
besarnya momentum sudut (L) didefinisikan
pxrL = , jika diketahui P = m . v sehingga momentum sudut
menjadi:
L = m . v . r
L = m ( . r ) r
L = m r2
L = I .
(4.29)
Bila tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda, maka momentum sudut
sebuah benda atau suatu sistem adalah konstan (tetap) dan ini disebut
Hukum Kekekalan Momentum Anguler.
L 1 = L 2
I 1 . 1 = I 2 . 2
(4.30)
FISIKA TEKNIK
97
4. Peristiwa menggelinding pada bidang datar dan bidang miring
Tabel 4. 2. Perbedaan Menggelinding pada Bidang Datar dan Bidang
Miring
Diketahui sebuah bola (pejal) menggelinding tanpa slip pada
lintasan datar dengan kecepatan 4 m/s. Massa bola (pejal) 15
kg dan jari-jarinya 10 cm, hitunglah momentum translasi,
energi kinetik translasi, momentum sudut terhadap pusat
massa, dan energi kinetik rotasi!
Jawab:
Momentum translasi/linier bola:
Energi kinetik translasi/linier bola
Kecepatan sudut:
Momen inersia terhadap pusat massa bola:
Momentum sudut terhadap pusat massa bola:
Energi kinetik rotasi:
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
98
Pada bidang datar Pada bidang miring
Gambar 4. 21. Bola
menggelinding pada bidang
datar
Agar silinder dapat
menggelinding (melakukan dua
macam gerakan translasi dan
rotasi) maka bidang alasnya
harus kasar, artinya ada gaya
gesekan antara silinder dengan
alasnya. Apabila bidang alasnya
licin maka silinder akan
tergelincir yang berarti hanya
melakukan gerak translasi saja.
Gerak Translasi
F - fg = m . a dan
N - m.g = 0
Gerak Rotasi.
gaya gesek saja yang dapat
menimbulkan momen gaya.
= I .
= fg . R
I . = fg . R
Gambar 4. 22. Bola menggelinding
pada bidang miring
Gerak Translasi.
m . g sin - fg = m . a dan
N = m . g cos
Gerak Rotasi.
= I .
= fg . R
I . = fg . R
Dengan mensubstitusikan kedua
persamaan di atas dan memasukkan
nilai momen inersia di dapat
percepatan benda saat menggelinding
turun dari bidang miring.
5. Korelasi gerak translasi dan gerak rotasi
Persamaan-persamaan pada gerak translasi dan gerak rotasi terdapat
hubungan yang saling berkaitan, penyebab gerak translasi adalah gaya,
sedangakan penyebab gerak rotasi adalah momen gaya.
Tabel 4. 3. Besaran dan korelasi gerak translasi dan gerak rotasi
FISIKA TEKNIK
99
GERAK TRANSLASI GERAK ROTASI Korelasiny
a
Pergeseran
linier
S Pergeseran
sudut s = . R
Kecepatan
linier v
ds
dt= Kecepatan
sudut
=
d
dt v = . R
Percepatan
Linier a
dv
dt= Percepatan
sudut
=
d
dt a = . R
Kelembama
n translasi
(massa)
M Kelembama
n rotasi
(momen
inersia)
I I = m.r2
Gaya F = m . a Torsi
(momen
gaya)
= I . = F . R
Energi
kinetik Ek m v=
1
2
2
Energi
kinetik Ek m v=
1
2
2
-
Daya P = F . v Daya P = . -
Momentum
linier
p = m.v Momentum
anguler L = I . -
Persamaan gerak translasi dan gerak rotasi dengan percepatan tetap pada
gerak lurus berubah beraturan dan gerak melingkar berubah beraturan.
Tabel 4. 4. Persamaan gerak translasi dan gerak rotasi untuk GLBB
Gerak Translasi (Arah Tetap)
untuk GLBB
Gerak Rotasi (Sumbu Tetap)
untuk GMBB
vt = v0 + at t = 0 + .t
s = vot + 1/2 a t 2 = 0t + 1/2 .t 2
vt 2 = v0
2 + 2 a.s t2 = 02 + 2.
FISIKA TEKNIK
100
1. Sebuah batang panjang 1 meter dengan poros diujung
batang, batang dalam keadaan horizontal kemudian
dilepaskan. Jika g = 10 m/s2, hitunglah:
a. Percepatan sudut pada saat dilepaskan
b. Percepatan sudut pada saat batang berada 30o dari
mula-mula
c. Percepatan sudut batang pada saat keadaannya
vertikal
2. Sebuah bola digantungkan pada seutas tali yang
panjangnya 0,5 m sehingga dapat berayun. Ketika bola
tersebut berada pada posisi 30o terhadap garis vertikal,
mempunyai kecepatan 1 m/s. Hitunglah:
a. Percepatan sentripetal
b. Percepatan tangensial
c. Percepatan bola pada posisi 30o terhadap garis
vertikal
3. Sebuah batu gerinda berjari-jari 4 cm diputar dengan
kecepatan sudut 10 rad/s serta percepatan sudut 6 rad/s2.
Tentukan percepatan tangensial dan arah percepatan batu
gerinda!
4. Sebuah roda berputar mula-mula dengan 1 = 8 rad/s.
Setelah interval 2 sekon, putarannya dipercepat sehingga
2 = 26 rad/s. Carilah percepatan sudut rata-rata selama
waktu itu!
5. Percepatan sudut suatu roda adalah 10 rad/s2. Carilah
waktu yang digunakan untuk perubahan kecepatan sudut
dari 80 rad/s menjadi 300 rad/s!
6. Sebuah partikel berputar pada lingkaran yang
mempunyai persamaan = 4t2 + 3t, dengan diukur
dalam radian dan t dalam detik. Carilah kecepatan sudut
dan percepatan sudut sesudah 5 sekon!
7.
Latihan Soal 4.6
Latihan Soal 4.6
FISIKA TEKNIK
101
7. Sebuah roda yang berputar pada kecepatan 5
putaran/detik mengalami percepatan sudut sebesar 3
rad/s2. Berapakah waktu diperlukan agar mencapai
kecepatan sudut sebesar 20 putaran/detik dan berapa
jumlah putaran yang telah dilakukan roda dalam waktu
itu?
8. Lingkaran berputar dengan persamaan at = 3t + 4 (a
dalam m/s2 dan t dalam detik). Bila jari-jari lingkaran 1
m sedangkan pada keadaan awal kecepatan tepi
lingkaran 3 m/s, hitunglah:
a. Kecepatan sudut pada saat t = 5 detik
b. Percepatan radial dan percepatan tangensial pada
saat t = 5 sekon
c. Sudut yang ditempuh selama 4 detik
9. Suatu benda, mula-mula diam ( = 0 dan = 0 pada t =
0) dipercepat dalam lintasan melingkar berjari-jari 1,2 m
mengikuti persamaan = 100 t2 - 36 t + 12.
Tentukanlah:
a. Posisi sudut
b. Kecepatan sudut benda itu sebagai fungsi waktu
c. Komponen percepatan tangensial serta komponen
percepatan sentripetalnya
10. Sebuah roda bermassa 4 kg dengan jari-jari 30 cm,
berputar dengan kecepatan 260 rpm, hitunglah momen
inersia dan energi kinetik rotasi benda itu!
11. Sebuah bola bermassa 0,5 kg dengan jari-jari 4 cm
berputar dengan 20 putaran/detik pada sebuah sumbu
melalui titik pusatnya. Berapakah energi kinetik rotasi
dan momentum sudutnya?
12. Baling-baling suatu pesawat bermassa 80 kg dengan
radius girasi 90 cm. Berapakah momen inersia baling-
baling itu?
agar baling-baling dapat dipercepat dengan percepatan
Latihan Soal 4.6
Latihan Soal 4.6
FISIKA TEKNIK
102
sudut 3 putaran/s2?, berapa pula torsi yang diperlukan?
13. Gambar dibawah ini menunjukkan gaya 40 N
dikerjakan secara tangensial pada tepi roda berjari-jari
20 cm. dan bermomen inersia 40 kg.m2, hitunglah:
a. Percepatan sudut
b. Kecepatan sudut roda 5 detik setelah roda
mulai berputar dari keadaan diam
c. Energi kinetik rotasi setelah 5 detik
14. Perhatikan dan selesaikan soal berikut
Gambar disamping
menunjukkan massa = 500
gram menggantung pada
ujung tali yang dililitkan
pada tepi roda dengan jari-
jari r = 12 cm. Setelah
dilepas dari keadaan diam,
diketahui bahwa massa
dalam waktu 5 detik turun
sebanyak 2 meter.
Berapakah momen inersia
roda!
15. Perhatikan dan selesaikan soal berikut
Gambar disamping
menunjukkan sistem katrol.
Momen inersia sistem katrol itu
adalah I = 1,8 kg.m2 dengan r1 =
40 cm dan r2 =10 cm.
Berapakah percepatan sudut
sistem katrol dan berapakah
tegangan tali T1 dan T2?
16. Suatu roda gila (flywhell) berjari-jari 10 cm, dan momen
inersianya 0,5 kg m2 dililiti seutas tali. Tali ini ditarik
oleh gaya tegangan yang tetap sebesar 30 N sehingga
roda berputar melalui sudut 2 radian. Jika kecepatan
sudut awal 2 rad/s, hitunglah kecepatan sudut akhir roda!
Latihan Soal 4.6
Latihan Soal 4.6
FISIKA TEKNIK
103
17. Suatu cakram besar sedang berputar melalui poros
vertikal yang melalui titik pusatnya dengan I = 4000 kg
m2. Pada saat cakram berputar dengan kecepatan 0,150
putaran/detik. Seorang yang bermassa 80 kg meloncat
pada cakram hingga jatuh pada jarak 2,5 m dari poros
perputaran cakram. Berapakah kecepatan perputaran
sesudah itu?
18. Diketahui bola pejal menggelinding beraturan pada lantai
datar dengan kecepatan 30 m/s. Tanpa menghiraukan
gesekan, sampai seberapa tinggikah benda dapat naik?
19. Perhatikan dan selesaikan soal berikut
Diketahui massa A = 4 kg dan massa B = 3kg,
a. Jika massa katrol diabaikan, Hitunglah percepatan
dan gaya tegangan tali jika g = 10 m/s2!
b. Jika massa katrol 2 kg, Hitunglah percepatan dan
gaya tegangan tali jika g = 10 m/s2!
20. Perhatikan gambar dan selesaikan soal berikut
Diketahui Massa A=massa B = 6 kg. tg = 0,75, k =
0,2.
a. Jika massa katrol diabaikan. Hitung percepatan dan
gaya tegangan tali!
Latihan Soal 4.6
Latihan Soal 4.6
FISIKA TEKNIK
104
b. Jika massa katrol 2 kg. Hitung percepatan dan gaya
tegangan tali!
21. Diketahui dua buah katrol dilekatkan menjadi satu
masing-masing berjari-jari 10 cm dan 20 cm.
benda A diikatkan dengan tali yang ujungnya dililitkan
pada katrol besar dan benda B dihubung kan dengan
katrol kecil, jika massa A = 2 kg dan massa B = 8 kg dan
g = 10 m/s2. Hitunglah percepatan benda A dan B serta
gaya tegangan talinya. Jika momen insersia kedua katrol
= 1,84 kg m2.
22. Jika sebuah bola pejal, sebuah silinder dan sebuah cincin
yang massanya sama, bergerak tanpa tergelincir dan
mulai bergerak dari ketinggian h. manakah yang
mempunyai kecepatan pada saat di dasar, buktikan!
23. Sebuah silinder pejal bermassa 10 kg dihubungkan
dengan tali yang massanya diabaikan ke katrol dan
digantungkan sebuah benda massa 5 kg. Jika massa katrol
2 kg, silinder pejal tidak slip, hitung percepatan pada
pusat silinder pejal dan hitung gaya-gaya tegangan tali!
24. Jika sebuah bola pejal, sebuah silinder dan sebuah cincin
yang massanya sama, bergerak tanpa tergelincir dan
mulai bergerak dari ketinggian h. manakah yang
mempunyai kecepatan pada saat di dasar, buktikan!
Latihan Soal 4.6
Latihan Soal 4.6
FISIKA TEKNIK
105
BAB 5
STATIKA (KESEIMBANGAN)
A. Titik Berat Benda
Sebelum mempelajari keseimbangan, harus dipahami dulu tentang
titik berat benda. Pengertian titik berat yaitu titik yang menjadi
penyeimbang suatu benda, dimana semua bagian benda terpusat pada titik
tersebut. Benda disebut homogen apabila massa jenis tiap-tiap bagian
benda sama. Berikut persamaan titik berat benda homogen:
1. Untuk benda linier (berbentuk
garis) x
l x
l
n n
0 = .
; yl y
l
n n
0 = .
(5.1)
2. Untuk benda luasan (benda
dua dimensi) x
A x
A
n n
0 = .
; yA y
A
n n
0 = .
(5.2)
3. Untuk benda ruang
(berdimensi tiga) x
V x
V
n n
0 = .
; yV y
V
n n
0 = .
(5.3)
Sifat-sifat titik berat:
1. Benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri,
maka titik beratnya terletak pada sumbu simetri atau bidang simetri
tersebut.
2. Untuk benda homogen yang mempunyai dua bidang simetri (bidang
sumbu) maka titik beratnya terletak pada garis potong kedua bidang
tersebut.
3. Benda yang mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui
satu garis, maka titik beratnya terletak pada titik potong ketiga
simetri tersebut.
4. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada
posisi benda.
Tabel 5. 1. titik berat benda teratur linier
Nama benda Gambar benda letak titik
berat
Keterangan
1. Garis lurus
x0 = 12
l
z = titik
tengah garis
FISIKA TEKNIK
106
Nama benda Gambar benda letak titik
berat
Keterangan
2. Busur
lingkaran
y Rtali busur AB
busur AB0 =
R = jari-jari lingkaran
3. Busur
setengah
lingkaran
yR
0
2=
Tabel 5. 2. titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen
Nama benda Gambar benda Letak
titik berat
Keterangan
1. Bidang
segitiga
y0 = 13
t
t = tinggi
z =
perpotongan
garis-garis
berat
AD & CF
2. Jajaran
genjang,
Belah
ketupat,
Bujur
sangkar
Persegi
panjang
y0 = 12
t
t = tinggi
z =
perpotongan
diagonal AC
dan
BD
3. Bidang
juring
Lingkara
n
y Rtali busur AB
busur AB0
23
=
R = jari-jari lingkaran
FISIKA TEKNIK
107
Nama benda Gambar benda Letak
titik berat
Keterangan
4. Bidang
setengah
Lingkara
n
yR
0
4
3=
R = jari-jari lingkaran
Tabel 5. 3. titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen
Nama benda Gambar benda Letak titik
berat
Keterangan
1. Bidang
kulit
Prisma
z pada titik
tengah garis
z1z2 y0 = 12
l
z1 = titik berat
bidang alas
z2 = titik berat
bidang atas
l = panjang sisi
tegak.
2. Bidang
kulit
silinder.
tanpa
tutup )
y0 = 12
t
A = 2 R.t
t = tinggi
silinder
R = jari-jari
lingkaran alas
A = luas kulit
Silinder
3. Bidang
Kulit
Limas
T’z = 13
T’ T
T’T = garis
tinggi ruang
FISIKA TEKNIK
108
Nama benda Gambar benda Letak titik
berat
Keterangan
4. Bidang
kulit
Kerucut
zT’ = 13
T T’
T T’ = tinggi
kerucut
T’ = pusat
lingkaran alas
5. Bidang
kulit
setengah
bola.
y0 = 12
R
R = jari-jari
Tabel 5. 4. titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen
Nama benda Gambar benda Letak titik
berat
Keterangan
1. Prisma
beraturan
.
z pada titik
tengah garis
z1z2
y0 = 12
l
V = luas alas
kali tinggi
z1 = titik berat
bidang alas
z2 = titik berat
bidang atas
l = panjang sisi
tegak
V = volume
Prisma
2. Silinder
Pejal
y0 = 12
t
V = R2 t
t = tinggi
silinder
R = jari-jari
Lingkaran alas
FISIKA TEKNIK
109
Nama benda Gambar benda Letak titik
berat
Keterangan
3. Limas
pejal
Beratura
n
y0 = 14
T T’
= 14
t
V = luas alas
x tinggi
3
T T’ = t =
tinggi
limas beraturan
4. Kerucut
pejal
y0 = 14
t
V = 13
R2 t
t = tinggi
kerucut
R = jari-jari
lingkaran alas
5. Setengah
bola
Pejal
y0 = 38
R
R = jari-jari
bola.
B. Keseimbangan
Statika merupakan ilmu yang mempelajari tentang keseimbangan
benda. Benda dikatakan seimbang apabila benda tersebut dalam keadaan
diam atau pusat massanya bergerak dengan kecepatan tetap. Dalam
kaitannya dengan pusat massa, terdapat satu besaran yang menyebabkan
benda bergerak yang disebut momen gaya dengan persamaan:
= d . F (5.4)
Keterangan: = momen gaya
d = lengan momen
F = gaya
Perjanjian tanda untuk Momen Gaya:
Momen gaya yang searah jarum jam bertanda positif.
Momen gaya yang berlawanan arah jarum jam bertanda negatif
Diketahui sebuah poros dengan lengan momen d, maka besar momen
gayanya adalah:
FISIKA TEKNIK
110
Gambar 5. 1. Komponen momen gaya pada
poros
(5.5)
Besaran lainnya yaitu koppel atau dua gaya
yang sama besar tetapi berlawanan arah dan
memiliki garis-garis kerja yang berbeda.
Momen koppel terhadap semua titik sama
besar, yaitu : F . d Gambar 5. 2. Kompnen
koppel
Secara umum keseimbangan benda digunakan pada benda tegar
(benda yang tidak berubah bentuk bila diberi gaya luar) dalam bentuk
partikel. Pengertian partikel disini yaitu benda dengan ukuran yang dapat
diabaikan, sehingga benda dapat digambarkan sebagai titik dan gerak
yang dialami hanyalah gerak translasi. Keseimbangan dibagi menjadi tiga
macam:
1. Keseimbangan translasi, yaitu apabila benda tak mempunyai
percepatan linier (a = 0), hal ini terjadi ketika benda diam atau
bergerak lurus beraturan atau F = 0 atau Fx = 0 dan Fy = 0.
Fx = Resultan gaya pada komponen sumbu x.
Fy = Resultan gaya pada komponen sumbu y.
2. Keseimbangan rotasi, yaitu apabila benda tidak memiliki percepatan
anguler atau benda tidak berputar ( = 0), hal ini terjadi ketika
benda diam atau bergerak melingkar beraturan.
3. Keseimbangan translasi dan rotasi, apabila benda mempunyai kedua
syarat keseimbangan yaitu F = 0 dan = 0.
FISIKA TEKNIK
111
Soal Aplikatif
Soal Aplikatif Lampu sorot taman bermassa 20 kg dan ditopang ujungnya oleh
sebuah batang horisontal ringan yang tergantung pada tiang.
Gambar 5. 3. Lampu gantung
Lampu juga ditopang oleh seutas kabel pada sudut 30o terhadap
tiang horisontal. Hitunglah:
a. Tegangan pada kabel
b. Gaya horisontal dan vertikal yang diberikan batang horisontal
oleh tiang vertikal
Lampu sorot taman bermassa 20 kg dan ditopang ujungnya oleh
sebuah batang horisontal ringan yang tergantung pada tiang.
Gambar 5. 4. Lampu gantung
Lampu juga ditopang oleh seutas kabel pada sudut 30o terhadap
tiang horisontal. Hitunglah:
c. Tegangan pada kabel
d. Gaya horisontal dan vertikal yang diberikan batang horisontal
oleh tiang vertikal
FISIKA TEKNIK
112
Diketahui sebuah batang dengan poros pada ujungnya, batang
memilki panjang 60 cm dengan massa 1 kg. Pada tengah batang
dilakukan gaya sebesar 10 N dengan arah 30o terhadap garis
hubung dari poros ke titik kerja gaya. Hitunglah percepatan sudut
rotasi batang!
Jawab:
Momen inersia terhadap sumbu rotasi:
Momen gaya yang bekerja pada batang:
Percepatan rotasi batang saat dikenai gaya:
Diketahui sebuah batang dengan poros pada ujungnya, batang
memilki panjang 60 cm dengan massa 1 kg. Pada tengah batang
dilakukan gaya sebesar 10 N dengan arah 30o terhadap garis
hubung dari poros ke titik kerja gaya. Hitunglah percepatan sudut
rotasi batang!
Jawab:
Momen inersia terhadap sumbu rotasi:
Momen gaya yang bekerja pada batang:
Percepatan rotasi batang saat dikenai gaya:
Contoh
Soal
Contoh
Soal
Pada benda yang diam (Statis) terdapat 3 macam keseimbangan benda
statis, yaitu Stabil (mantap / tetap), Labil (goyah / tidak tetap), dan
Indiferen (sebarang / netral). Berikut penjelasan dengan contoh ketiga
macam keimbangan statis:
1. Pada benda yang digantung
a. Keseimbangan stabil terjadi apabila gaya yang diberikan pada benda
tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke kedudukan
semula. Sebuah papan empat persegi panjang digantungkan pada
sebuah sumbu mendatar di P (sumbu tegak lurus papan). Titik berat
Z dari papan terletak vertikal di bawah titik gantung P, sehingga
papan dalam keadaan ini setimbang stabil. Jika ujung A papan di
putar sedikit sehingga titik beratnya semula (Z), maka kalau papan
dilepaskan ia akan berputar kembali kekeseimbangannya semula.
FISIKA TEKNIK
113
Gambar 5. 5. Keseimbangan stabil
benda digantung
Hal ini disebabkan karena adanya
suatu koppel dengan gaya berat G
dan gaya tegangan tali T yang
berputar kekanan. (G = N),
sehingga papan tersebut kembali
kekeseimbangannya semula yaitu
seimbang stabil.
b. Keseimbangan labil terjadi apabila gaya yang diberikan pada benda
dihilangkan, maka benda tidak akan dapat kembali ke kedudukan
semula.
Gambar 5. 6.
Keseimbangan labil
benda digantung
Jika titik gantung P tadi sekarang berada
vertikal di bawah titik berat Z maka papan
dalam keadaan seimbang labil Kalau ujung A
papan diputar sedikit naik kekiri sehingga titik
beratnya sekarang (Z’) di bawah titik beratnya
semula (Z), maka kalau papan dilepaskan ia
akan berputar turun ke bawah, sehingga
akhirnya titik beratnya akan berada vertikal di
bawah titik gantung P.
Hal ini disebabkan karena adanya suatu koppel dengan gaya berat G
dan gaya tekanan (tegangan tali) T yang berputar kekiri (G = T),
sehingga papan turun ke bawah dan tidak kembali lagi
kekeseimbangannya semula.
c. Keseimbangan indiferen terjadi apabila gaya yang diberikan pada
benda dihilangkan, maka benda akan berada dalam keadaan
keseimbangan, tetapi di tempat yang berlainan.
FISIKA TEKNIK
114
Gambar 5. 7.
Keseimbangan
indiferen benda
digantung
Jika titik gantung P berimpit dengan titik berat
Z, maka papan dalam keadaan ini setimbang
indiferen. Kalau ujung A papan di putar naik,
maka gaya berat G dan gaya tekanan T akan
tetap pada satu garis lurus seperti semula (tidak
terjadi kopel) sehingga papan di putar
bagaimanapun juga ia akan tetap seimbang
pada kedudukannya yang baru.
2. Pada benda yang terletak di atas bidang datar
a. Keseimbangan stabil, terjadi apabila gaya yang diberikan pada
benda tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke
kedudukan semula.
Gambar 5. 8.
Keseimbangan stabil di
atas bidang datar
Sebuah pararel epipedum siku-siku
(balok) diletakkan di atas bidang datar,
maka dalam keadaan ini seimbang
stabil, gaya berat G dan gaya tekanan
N yang masing-masing bertitik
tangkap di Z (titik berat balok) dan di
A terletak pada satu garis lurus.
Jika balok tersebut diputar naik sedikit dengan rusuk B sebagai
sumbu perputarannya, maka gaya tekanan N akan pindah ke B,
dan dalam keadaan ini akan pindah ke B, serta akan timbul
suatu koppel dengan gaya-gaya G dan N yang berputar ke
kanan (G = N) sehingga balok tersebut kembali
keseimbangannya semula yaitu seimbang stabil. Kesimpulannya
jika sebuah benda yang dalam keadaan seimbang stabil
diadakan perubahan kecil, maka titik berat benda tersebut akan
naik (sehingga timbul koppel)
b. Keseimbangan labil, terjadi apabila gaya yang diberikan pada
benda dihilangkan, maka benda tidak akan dapat kembali ke
kedudukan semula. Sebuah pararel epipedum miring (balok
miring) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang
alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka dalam keadaan ini
FISIKA TEKNIK
115
setimbang labil, gaya berat G dan gaya tekanan N yang masing-
masing melalui rusuk B dari balok tersebut terletak pada satu
garis lurus.
Gambar 5. 9. Keseimbangan
labil di atas bidang datar
Titik tangkap gaya tekanan N
ada pada rusuk N. Jika balok
tersebut diputar naik sedikit
dengan rusuk B sebagai
sumbu putarnya, maka gaya
tekanan N yang berputar
kekiri (G = N), sehingga
balok tersebut akan turun
kebawah dan tidak kembali
lagi ke keseimbangannya
semula.
Kesimpulannya jika sebuah benda yang dalam keadaan
seimbang labil diadakan perubahan kecil, maka titik berat benda
tersebut akan turun (sehingga timbul koppel).
c. Keseimbangan indiferen, terjadi apabila gaya yang diberikan
pada benda dihilangkan, maka benda akan berada dalam
keadaan keseimbangan, tetapi di tempat yang berlainan. Sebuah
bola diletakkan diatas bidang datar, dalam keadaan ini bola
seimbang indiferen.
Gambar 5. 10.
Keseimbangan indiferen di
atas bidang datar
Jika bola dipindah / diputar,
maka gaya berat G dan gaya
tekanan N akan tetap pada satu
garis lurus seperti semula (tidak
terjadi koppel), sehingga bola
berpindah / berputar
bagaimanapun juga ia akan tetap
seimbang pada kedudukan yang
baru.
Kesimpulannya jika sebuah benda yang dalam keadaan
setimbang indiferen diadakan perubahan kecil, maka titik berat
benda tersebut akan tetap sama tingginya seperti semula
(sehingga tidak timbul koppel).
FISIKA TEKNIK
116
Diketahui sebuah roda pada mobil berbentuk silinder pejal
berdeameter 50 cm dan memiliki massa 30 kg dapat
menanggung beban sebesar 3000 N. Jika koefisien gesek statik
antara roda dan jalan adalah 0,2, hitunglah percepatan
maksimum mobil agar tidak terjadi selip!
Jawab:
Momen inersia terhadap pusat massa roda:
Gaya gesek statik maksimum antara roda dengan jalan:
Torsi maksimum yang memutar roda:
Percepatan sudut maksimum roda:
Percepatan translasi maksimum agar roda tidak selip:
Diketahui sebuah roda pada mobil berbentuk silinder pejal
berdeameter 50 cm dan memiliki massa 30 kg dapat
menanggung beban sebesar 3000 N. Jika koefisien gesek statik
antara roda dan jalan adalah 0,2, hitunglah percepatan
maksimum mobil agar tidak terjadi selip!
Jawab:
Momen inersia terhadap pusat massa roda:
Gaya gesek statik maksimum antara roda dengan jalan:
Torsi maksimum yang memutar roda:
Percepatan sudut maksimum roda:
Percepatan translasi maksimum agar roda tidak selip:
Contoh
Soal
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
117
1. Hitunglah nilai tegangan tali pada susunan kesetimbangan
ini
2. Hitunglah T1 dan T2 dari susunan kesetimbangan berikut
3. Diketahui rangkaian dengan mA = 15 kg dan mB = 60 kg
disusun sedemikian hingga terjadi kesetimbangan, dengan
tg = ¾. Hitunglah:
a. mC jika lantai pada bidang
miring licin sempurna
b. mC jika bidang miring kasar
dengan koefisien gesekan
statis 0,2
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
118
4. Gaya 8 N, 6 N, 5 N, 3 N, 7 N, 9 N dan 4 N bekerja
terhadap persegi panjang yang sisi-sisinya berukuran: 4
m x 2 m seperti terlihat pada gambar, tentukan jumlah
aljabar momen gaya dengan pusat:
a. Titik A
b. Titik B
c. Titik C
d. Titik O
5. Sebuah batang horisontal AC yang panjangnya 10 m
bekerja tiga buah gaya 3 N, 2 N dan 4 N, tentukan:
a. Resultan dari gaya-gaya tersebut
b. Momen gaya yang bekerja pada sumbu-
sumbu yang melalui A, B dan C
c. Letak titik tangkap gaya Resultannya
6. Batang AB yang panjangnya 5 meter dan berat diabaikan
bekerja 5 buah gaya. Jika tg = ¾, tentukan besar dan
letak dari gaya resultannya!
7. Gaya 8 N, 6 N, 5 N, 3 N, 7 N, 9 N dan 4 N bekerja
terhadap persegi panjang yang sisi-sisinya berukuran: 4
m x 2 m seperti terlihat pada gambar, tentukan jumlah
aljabar momen gaya dengan pusat:
Latihan Soal
Latihan Soal
7. Batang AB dengan panjang 6 m mendapat gaya pada ujung-
ujungnya, tentukan besar dan letak gaya resultannya!
FISIKA TEKNIK
119
8. Sebuah batang homogen AB panjangnya 8m dan
massanya 50 kg ditahan pada kedua ujungnya.
Dimanakah beban 1000 N diletakkan pada batang itu
agar tekanan-tekanan di A dan B memiliki perbandingan
2 : 1. Berat batang dianggap bertitik tangkap di tengah-
tengah batang.
9. Diketahui batang AB homogen, memiliki massa 25 kg,
panjang 4 meter, menumpu pada lantai di A dan pada
tembok vertikal di B. Jarak dari B ke lantai 2 meter;
batang AB menyilang tegak lurus garis potong antara
lantai dan tembok vertikal.
Berapa besarnya gaya K
mendatar yang harus di
berikan pada batang di A
supaya batang tetap
seimbang? Hitung juga
tekanan pada A dan B!
10. Batang AB yang homogen, memiliki massa 25 kg dan
panjang 4 meter, bersandar di atas tembok yang
tingginya 2 meter. Ujung A dari batang menumpu pada
lantai dan berjarak 4 meter dari tembok.
Berapa besarnya gaya
K mendatar yang harus
diberikan pada batang
di A supaya batang
tetap seimbang? Hitung
juga gaya-gaya tekanan
pada A dan C!
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
120
11. Sebuah balok kayu bermassa 20 kg dikerjakan gaya K =
80 N yang mengarah kebawah yang garis kerjanya
berimpit dengan garis kerja gaya berat balok.
Tentukan letak dan besar gaya tekanan N
(gaya reaksi) yang dilakukan bidang terhadap
balok tersebut!
12. Balok kayu, memiliki massa 10 kg, panjang 20 cm
dikerjakan gaya K = 80 N.
Tentukan letak dan besar gaya tekanan
N (gaya reaksi) yang dilakukan bidang
terhadap balok!
13. Batang AB bermassa 12 kg, panjang 5 meter. Ujung B
diikat dengan tali dan ujung tali yang lain diikat di C pada
sebuah tembok vertikal. Ujung A dari batang bertumpu
pada tembok itu juga. Dalam keadaan seimbang, tali
membuat sudut 300 dengan tembok.
Hitunglah:
a. Gaya tegangan tali
b. Tekanan tembok di A
c. Sudut yang dibuat batang
dengan tembok
14. Diketahui batang seberat 60 N seperti pada gambar.
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
121
Berapa besar tegangan pada kabel pendukungnya dan
berapa komponen dari gaya yang dikerjakan oleh engsel
pada batang!
15. Batang lurus homogen AB (massanya 12 kg), di A
dihubungkan dengan tembok vertikal oleh sebuah sendi,
sehingga batang AB dapat berputar pada bidang yang
tegak lurus pada tembok. Tengah-tengah batang AB
dihubungkan dengan tali pada tembok sedemikian
sehingga tali tersebut tegak lurus pada tembok dan
kencang. Batang tersebut membentuk sudut 600 dengan
tembok. Pada ujung B dari batang digantungkan benda
massanya 30 kg.
Tentukan:
a. Diagram gaya-gaya
b. Gaya tegangan dalam tali
c. Besar dan arah gaya sendi
16. Sebuah bidang miring AB (panjangnya 50 meter)
bersendi pada kakinya yaitu titik A. Puncak B
dihubungkan oleh tali BC dengan tembok vertikal yang
melalui A. Bidang miring bersudut 300 dengan horisontal
dan tali BC arahnya mendatar. Pada bidang miring dan
tembok vertikal bersandar sebuah bola berjari-jari 5 meter
dan massanya 15 kg, jika berat bidang miring diabaikan,
Hitunglah:
a. Gaya-gaya
tekanan oleh
bidang miring dan
tembok pada bola
b. Gaya tegangan
dalam tali
c. Gaya sendi
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
123
BAB 6
USAHA DAN ENERGI
A. Usaha
Hampir semua isilah-istilah yang digunakan pada bab sebelumnya,
baik kecepatan, gaya, massa dan lainnya memiliki makna yang mirip baik
dalam fisika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun istilah usaha
memiliki pengertian yang jelas berbeda dalam fisika dari artinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Jika suatu gaya (F) menyebabkan perpindahan sejauh
−
x , maka gaya
(F) melakukan usaha sebesar W, yaitu
W = F .
−
x . cos
(6.1)
Gambar 6. 1. usaha oleh gaya F
Keterangan:
W = usaha
F = gaya
= sudut antara
gaya dan
perpindahan
−
x =
perpindahan
Usaha merupakan besaran skalar dengan satuan N.m atau joule. Tanda
dari usaha bergantung dari arah F relatif terhadap
−
x . Usaha yang
dilakukan oleh gaya yang bekerja dikatakan positif ketika proyeksi F
terhadap
−
x memiliki arah yang sama dengan perpindahannya. Usaha
merupakan suatu perpindahan energi, jika usaha yang dilakukan pada
sebuah sistem bernilai positif, maka energi dipindahkan pada sistem
tersebut. Jika usaha yang dilakukan pada sebuah sistem bernilai negatif,
maka energi dipindahkan dari sistem. Bagaimana usaha yang dilakukan
oleh pegas? Gaya yang dilakukan oleh sebuah pegas berubah seiring
perubahan posisinya. Jika pegas ditarik atau ditekan sejauh jarak pendek
dari posisi setimbangnya, maka pegas mengerjakan sebuah gaya pada
balok yang dapat dinyatakan sebagai
−
x
F
F F cos
F cos
FISIKA TEKNIK
124
(6.2)
Keterangan:
x= posisi balok relatif terhadap posisi setimbangnya
k= konstanta pegas (ukuran kekakuan pegas)
tanda negatif pada persamaan gaya pegas menunjukkan bahwaarah gaya
yang dikerjakan oleh pegas selalu berlawanan terhadap perpindahan dari
posisi setimbangnya.
FISIKA TEKNIK
125
Gambar 6. 2. (a) pegas diregangkan; (b) panjang normal pegas; (c) pegas
ditekan; (d) grafik F dan x untuk sistem pegas-balok
Sumber: Serway & Jewett (191; 2004)
FISIKA TEKNIK
126
Seorang mendorong gerobak dengan posisi 30o terhadap
horisontal dan gaya sebesar 60 N. Berapakah usaha yang
dilakukan oleh gaya pada gerobak saat dipindahkan sejauh 5
meter?
Jawab:
Gambar 6. 3. usaha dengan gaya pada simpangan 30o
W = F .
−
x . cos
= 60 N . 5m . cos 30o
= 270 joule
Seorang mendorong gerobak dengan posisi 30o terhadap
horisontal dan gaya sebesar 60 N. Berapakah usaha yang
dilakukan oleh gaya pada gerobak saat dipindahkan sejauh 5
meter?
Jawab:
Contoh
Soal
Contoh
Soal
Soal Aplikatif
Soal Aplikatif
Suspensi truk sering kali memiliki “pegas-pegas bantuan” yang
dipasangkan untuk beban-beban yang lebih berat. Pengaturan tersebut
disebut pegas daun dengan sebuah pegas kawat bantuan yang
dipasangkan di atas roda. Pegas bantuan dipasangkan ketika pegas
daun utama ditekan dengan jarak yo dan kemudian membantu
menyokong setiap tambahan beban. Konstanta pegas dari pegas daun
adalah 5,25 x 105 N/m, konstanta pegas bantuan 3,60 x 105 N/m, dan
yo = 0,5 m, hitunglah:
a. Berapa tekanan dari pegas daun untuk sebuah beban seberat 5 x
105 N/m?
b. Berapa besar usaha yang dilakukan dalam menekan pegas-pegas
ini?
FISIKA TEKNIK
127
Benda bergerak dengan energi kinetik 150 Joule dari keadaan
diam. Apabila benda berpindaah sejauh 20 m, hitunglah usaha
dan gaya rata-ratanya jika arah gaya sama dengan arah
perpindahan benda!
Jawab:
Usaha yang dilakukan gaya
Gaya jika arah gaya sama dengan arah perpindahan benda (θ
= 02)
Benda bergerak dengan energi kinetik 150 Joule dari keadaan
diam. Apabila benda berpindaah sejauh 20 m, hitunglah usaha
dan gaya rata-ratanya jika arah gaya sama dengan arah
perpindahan benda!
Jawab:
Usaha yang dilakukan gaya
Contoh
Soal
Contoh
Soal
B. Energi
Suatu sistem dikatakan mempunyai energi/tenaga, jika sistem
tersebut mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha. Besarnya
energi suatu sistem sama dengan besarnya usaha yang mampu
ditimbulkan oleh sistem tersebut. Oleh karena itu, satuan energi sama
dengan satuan usaha dan energi juga merupakan besaran skalar. energi
dapat digolongkan menjadi beberapa macam, diantaranya Energi
mekanik (energi kinetik + energi potensial), energi panas, energi listrik,
energi kimia, energi nuklir, energi cahaya, energi suara, dan sebagainya.
1. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang
bergerak.
Ek = ½ m v2
(6.3)
Usaha = perubahan energi kinetik
W = Ek = Ek2 – Ek1
(6.4)
Keterangan:
Ek = Energi kinetik
m = massa benda
v = kecepatan benda
FISIKA TEKNIK
128
2. Energi Potensial adalah rgi yang dimiliki oleh suatu benda karena
pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini juga
disebut energi diam, karena benda yang diam juga dapat memiliki
energi potensial.
Gambar 6. 5. usaha oleh
gerak jatuh bebas
Jika tiba-tiba tali penggantung pada
gambar disamping putus, benda akan
jatuh.dalam hal ini benda melakukan
usaha, karena adanya gaya berat (w)
yang menempuh jarak h. Besarnya
Energi potensial benda sama dengan
usaha yang sanggup dilakukan gaya
beratnya selama jatuh menempuh jarak
h.
Ep = w . h = m . g . h (6.5)
Energi potensial yang
dimiliki pegas merupakan
energi yang dimiliki pegas
karena keelastikannya.
Gaya pegas (F) = k . x
(6.6)
Ep Pegas (Ep) = ½ k. x2
(6.7)
Hubungan usaha dengan
Energi Potensial:
Keterangan:
k = konstanta gaya pegas
x = regangan
W = Ep = Ep1 – Ep2
(6.8)
m
m h
h
Soal Aplikatif
Soal Aplikatif
Sebuah mesin pemancang beton bermassa
2100 kg digunakan untuk memasukkan
rangka baja ke dalam tanah. Mesin
tersebut jatuh sejauh 5 m sebelum
menyentuh bagian atas rangka baja dan
ini menggerakkan baja tersebut 12 cm
lebih jauh ke dalam tanah sebelum
akhirnya berhenti. Dengan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan energi,
hitunglah gaya rata-rata yang dikerjakan
rangka baja pada mesin pemancang
beton ketika mesin tersebut dihentikan!
Sebuah mesin pemancang beton bermassa
2100 kg digunakan untuk memasukkan
rangka baja ke dalam tanah. Mesin
tersebut jatuh sejauh 5 m sebelum
menyentuh bagian atas rangka baja dan
ini menggerakkan baja tersebut 12 cm
lebih jauh ke dalam tanah sebelum
akhirnya berhenti. Dengan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan energi,
hitunglah gaya rata-rata yang dikerjakan
rangka baja pada mesin pemancang
beton ketika mesin tersebut dihentikan!
FISIKA TEKNIK
129
Benda bermassa 2 kg digantungkan pada ujung pegas dan pegas
mengalami pertambahan panjang 5 cm. Hitunglah besar energi
potensial jika penyimpangan pegas 3 cm!
Jawab:
Berat benda yang digantungkan pada pegas
Benda bermassa 2 kg digantungkan pada ujung pegas
dan pegas mengalami pertambahan panjang 5 cm.
Hitunglah besar energi potensial jika penyimpangan
pegas 3 cm!
Jawab:
Berat benda yang digantungkan pada pegas
Konstanta pegas:
Contoh
Soal
Contoh
Soal
3. Energi Mekanik
Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi
potensial suatu benda.
Em = Ek + Ep
Hukum kekekalan energi mekanik: Energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan
Em1 = Em2
Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2
(6.9)
C. Aplikasi Penggunaan W = Ek
Aplikasi penggunaan usaha sama dengan energi kinetiknya terjadi
pada bidang datar dan bidang miring. Berikut persamaan aplikasi W =
Ek:
Konstanta pegas:
Energi potensial pegas ketika terjadi penyimpangan 3 cm:
Energi potensial pegas ketika terjadi penyimpangan 3 cm:
Contoh
Soal
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
130
1. Pada bidang datar dengan gaya pada sudut 0o
- fk . s = ½ m (Vt2 – Vo
2)
fk = w . k
2. Pada bidang datar dengan gaya pada sudut
F cos - fk . s = ½ m (Vt2 – Vo
2)
fk = (w – F sin ) k
3. Pada bidang miring dengan gaya pada sudut 0o
Vo
Vo fk
fk
s
s
F
F
Vo
Vo
fk
fk
s
s
V
o
V
o
N
N
s
s
w cos
w cos
w sin
Gambar 6. 6. komponen usaha pada sudut 0o
Gambar 6. 7. komponen usaha bidang datar dengan gaya pada
sudut
FISIKA TEKNIK
131
- w sin - fk . s = ½ m (Vt2 – Vo
2)
fk = (w cos ) k
4. Pada bidang miring dengan gaya pada sudut
(F cos - w sin - fk) . s = ½ m (Vt2
– Vo2)
fk = (w cos - F sin ) k s
s
F
F
N
N
F sin Fcos
F sin Fcos
V
o
V
o
w
w
w cos
w cos
w sin
w sin
Gambar 6. 8. komponen usaha pada bidang miring dengan gaya pada sudut 0o
Gambar 6. 9. Komponen usaha pada bidang miring dengan
gaya pada sudut
FISIKA TEKNIK
132
Mobil bermassa 800 kg didorong pada lintasan dengan
kemiringan 15o sejauh 200 m. Hitunglah kerja maksimum yang
diperlukan untuk mendorong mobil jika kelajuan mobil saat
didorong adalah tetap! (tanpa gesekan)
Jawab:
Gambar 6. 10. komponen usaha pada bidang miring
Ketinggian lintasan
Usaha:
Mobil bermassa 800 kg didorong pada lintasan dengan
kemiringan 15o sejauh 200 m. Hitunglah kerja maksimum yang
diperlukan untuk mendorong mobil jika kelajuan mobil saat
didorong adalah tetap! (tanpa gesekan)
Jawab:
Gambar 6. 11. komponen usaha pada bidang miring
Ketinggian lintasan
Usaha:
Contoh
Soal
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
133
D. Daya
Pada pembahasan usaha sebagai metode perpindahan energi, daya
digunakan untuk membedakan gaya dengan kemampuan menghasilkan
energi yang cepat atau lambat. Misalnya adalah seseorang mendorong
balok menaiki bidang
miring, usaha yang
dilakukan orang tersebut
adalah sama baik ketika
menggunakan bidang
miring pendek ataupun
panjang, meskipun gaya
yang diperlukan lebih kecil
ketika menggunakan bidang
miring yang lebih panjang
(gaya harus bekerja lebih di
sepanjang jarak yang lebih
besar). Hal ini disebabkan
gaya yang dikerjakan oleh
bidang miring arahnya 90o
terhadap perpindahan (h),
sehingga tidak memberikan
usaha pada balok. Contoh
ini menunjukkan adanya
selang waktu yang berbeda
selama usaha dilakukan.
Daya didefinisikan
sebagai laju waktu dari perpindahan energi, atau didefinisikan sebagai:
6.10
Dengan W adalah usaha; F= gaya; s= perpindahan; t= waktu; v=
kelajuan.
Satuan daya adalah watt, sedangkan kilowatt-jam merupakan satuan
energi bukan daya (jumlah energi yang dipindahkan oleh listrik ke
perangkat listrik selama satu periode).
Soal Aplikatif
Soal Aplikatif
Seseorang yang memiliki rumah di
pegunungan terpencil berencana
untuk memasang sistem
pembangkit listrik tenaga air.
Sungai terdekat lebarnya 3 m dan
dalam 0,5 m. Air megalir 1,2 m/s
di tepi air terjun setinggi 5 m.
Pembuatnya hanya dapat
menjanjikan efisiensi 25% dalam
mengubah energi potensial sistem
air-bumi menjadi energi listrik.
Hitunglah daya yang akan
diperoleh. (PLTA berskala besar
yang memanfaatkan air terjun yang
jauh lebih besar, biasanya lebih
efisien)
Seseorang yang memiliki rumah di
pegunungan terpencil berencana
untuk memasang sistem
pembangkit listrik tenaga air.
Sungai terdekat lebarnya 3 m dan
dalam 0,5 m. Air megalir 1,2 m/s
di tepi air terjun setinggi 5 m. Pembuatnya hanya dapat
menjanjikan efisiensi 25% dalam
mengubah energi potensial sistem
air-bumi menjadi energi listrik.
Hitunglah daya yang akan
diperoleh. (PLTA berskala besar
yang memanfaatkan air terjun yang
jauh lebih besar, biasanya lebih
efisien)
FISIKA TEKNIK
134
Gaya 60 N digunakan untuk menarik benda agar berpindah
sejauh 40 m dalam waktu 10 s. Jika arah gaya sama dengan arah
perpindahan benda, hitunglah daya yang dilakukan gaya tersebut!
Jawab:
Arah gaya sejajar dengan perpindahan sehingga daya:
Gaya 60 N digunakan untuk menarik benda agar
berpindah sejauh 40 m dalam waktu 10 s. Jika arah
gaya sama dengan arah perpindahan benda,
hitunglah daya yang dilakukan gaya tersebut!
Jawab:
Arah gaya sejajar dengan perpindahan sehingga
daya:
Contoh
Soal
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
135
1. Sebuah benda meluncur di atas papan kasar sejauh 4 m,
mendapat perlawanan gesekan dengan papan sebesar
150 newton. Berapa besar usaha dilakukan oleh benda?
2. Gaya sebesar 50 newton bekerja pada sebuah gaya. Arah
gaya membentuk sudut 30o dengan bidang horizontal.
Jika benda berpindah sejauh 50 m. Berapa besarnya
usaha?
3. Gaya sebesar 60 newton menyebabkan benda yang
massanya 12 kg (g = 10 m/s2) berpindah horizontal
sejauh 8 m. Hitunglah besar usaha dan besar perubahan
energi potensial!
4. Hitunglah besar usaha jika sebuah elevator yang
beratnya 1000 N dinaikkan setinggi 60 m hitung pula
energi potensial elevator setelah dinaikkan!
5. Berapa besar usaha untuk menaikkan 2 kg setinggi 3 m
di atas lantai? Berapa pula besar energi potensial benda
pada kedudukan yang baru ? (g = 10 m/s2)
6. Untuk menaikkan kedudukan benda yang massanya 300
kg ke tempat x meter lebih tinggi, diperlukan kerja
sebesar 10.000 joule. Berapakah nilai x? (g = 9,8 m/s2)
7. Gaya sebesar 200 newton dapat menggerakkan benda
dengan daya 1 HP. Berapakah besar kecepatan benda?
8. Benda massanya 8 kg, jatuh dari ketinggian 5 m di atas
tanah ( g = 9,8 m/s2) Berapa nilai energi kinetik benda
pada saat mencapai tanah?
9. Benda massanya m kg bergerak di atas papan kasar
dengan kecepatan 12 m/s. Jika besarnya koefisien
gesekan 0,3. Hitunglah waktu dan jarak yang ditempuh
benda setelah benda berhenti (g = 10 m/s2)!
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
136
10. Sebuah bom yang massanya m kg ditembakkan dengan
kecepatan 500 m/s oleh meriam yang panjangnya 5 m.
Berapa besar gaya yang diperlukan untuk menembakkan
bom tersebut?
11. Gaya sebesar 100 newton bekerja pada benda bermassa
40 3 kg. Arah gaya membentuk sudut 30o dengan
horizontal. Hitung kecepatan benda setelah berpindah
sejauh 15 m!
12. Benda beratnya w Newton (g = 9,8 m/s2) mula-mula
dalam keadaan diam. Gaya besarnya 15 newton bekerja
pada benda selama 8 detik. Jika gaya telah melakukan
usaha sebesar 3000 joule, berapa w dan berapa besarnya
daya dalam watt?
13. Kereta api seberat 225.000 newton bergerak dengan
kecepatan 62 km/jam. Kereta api itu dihentikan oleh rem
yang menghasilkan gaya gesek sebesar 8000 newton.
Berapa besar usaha gaya gesek dan berapa jarak
ditempuh kereta api selama pengereman (g = 9,8 m/s2)?
14. Sebuah batu bermassa 0,2 kg (g = 9,8 m/s2) dilemparkan
vertical ke bawah dari ketinggian 30 m dan dengan
kecepatan awal 10 m/s. Berapa energi kinetik dan energi
potensial 1 detik setelah bergerak?
15. Di dalam suatu senapan angin terdapat sebuah pegas
dengan konstanta pegas 25.000 dyne/cm. Ketika peluru
dimasukkan, per memendek 3 cm. Hitunglah berapa
kecepatan peluru ketika keluar dari senapan itu!
(Gesekan peluru dengan dinding senapan diabaikan,
massa peluru 4 gram)
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
137
16. Sebuah benda dijatuhkan bebas dari ketinggian 300
m jika grafitasi setempat 10 m/s2 maka hitunglah
kecepatan dan ketinggian benda saat Ek = 5 Ep!
17. Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian 85 m (g =
9,8 m/s2). Hitunglah kecepatan benda waktu tiba di
tanah?
18. Sebuah peluru bermassa 5 gram bergerak dengan
kecepatan 500 m/s mengenai paha seorang pencuri
dan menembus sedalam 2 cm. Hitunglah gaya yang
diderita paha pencuri tersebut?
19. Seseorang dengan berat 600 N memanjat sebuah
pohon setinggi 10 m dengan kecepatan konstan
selama 10 sekon. Berapa daya yang dilakukan
orang tersebut?
20. Sebuah bola lampu hemat energi engan daya 30 W
mampu menghasilkan tingkat penerangan yang
sama dengan lampu biasa yang bekerja pada daya
100 W. Masa pakai bola lampu hemat energi
tersebut adalah 10.000 jam dengan harga jual Rp.
150.000, sedangkan lampu biasa memiliki masa
pakai 800 jam dengan harga jual Rp. 10.000.
Hitunglah penghematan total yang didapat dengan
menggunakan satu bola lampu hemat energi selama
masa pakainya dibandingkan dengan menggunakan
bola lampu biasa dalam periode waktu yang sama,
dengan asumsi biaya energi Rp. 800 per kW-jam!
21. Sebuah benda dijatuhkan bebas dari ketinggian 300
m jika grafitasi setempat 10 m/s2 maka hitunglah
kecepatan dan ketinggian benda saat Ek = 5 Ep!
22. Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian 85 m (g =
9,8 m/s2). Hitunglah kecepatan benda waktu tiba di
tanah?
23. Sebuah peluru bermassa 5 gram bergerak dengan
kecepatan 500 m/s mengenai paha seorang pencuri dan
menembus sedalam 2 cm. Hitunglah gaya yang diderita
paha pencuri tersebut?
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
139
BAB 7
MOMENTUM LINIER DAN IMPULS
A. Pengertian Momentum dan Impuls
Setiap benda yang bergerak mempunyai momentum yang besarnya
berbanding lurus dengan massa dan kecepatan benda. Suatu benda yang
bermassa m bekerja gaya F yang konstan, maka setelah waktu t benda
tersebut bergerak dengan kecepatan:
vt = v0 + a . t
vt = v0 + m
F. t
F . t = m . vt – m.vo
(7.1)
Impuls = momentum
Momentum ialah hasil kali sebuah benda dengan kecepatan benda itu
pada suatu saat. Momentum merupakan besaran vector yang arahnya
searah dengan Kecepatannya. Satuan dari mementum adalah kg m/det
atau gram cm/det. Sedangkan impuls adalah: Hasil kali gaya dengan
waktu yang ditempuhnya. Impuls merupakan besaran vector yang
arahnya se arah dengan arah gayanya. Perubahan momentum adalah
akibat adanya impuls dan nilainya sama dengan impuls.
IMPULS = PERUBAHAN MOMENTUM
B. Hukum Kekekalan Momentum
Misalkan benda A dan B masing-masing mempunyai massa mA dan
mB dan masing-masing bergerak segaris dengn kecepatan vA dan vB
dengan vA > vB. Setelah tumbukan kecepatan benda berubah menjadi vA’
dan vB’. Bila FBA adalah gaya dari A yang dipakai untuk menumbuk B
dan FAB gaya dari B yang dipakai untuk menumbuk A, maka menurut
hukum III Newton:
FAB = - FBA
FAB . t = - FBA . t
mA vA’ – mA vA = - (mB vB’ – mB
vB)
mA vA + mB vB = mA vA’ + mB vB’
arah kekanan v +
arah ke kiri v -
(7.2)
Jumlah momentum dari A dan B sebelum dan sesudah tumbukan
adalah sama/tetap. Hukum ini disebut sebagai hukum kekekalan
momentum linier.
FISIKA TEKNIK
140
Sebuah mainan dari plastik bermassa 500 gram jatuh ke
lantai dengan kecepatan 8 m/s dan memantul kembali
dengan kecepatan 5 m/s. Jika waktu tumbukan antara
mainan dengan lantai adalah 0,3 sekon, hitunglah impuls
dan gaya yang dilakukan lantai pada mainan!
Jawab:
Momentum sebelum tumbukan
Momentum setelah tumbukan
Impuls yang dilakukan laintai pada mainan
Gaya yang dilakukan laintai pada mainan
Sebuah mainan dari plastik bermassa 500 gram jatuh ke
lantai dengan kecepatan 8 m/s dan memantul kembali
dengan kecepatan 5 m/s. Jika waktu tumbukan antara
mainan dengan lantai adalah 0,3 sekon, hitunglah impuls
dan gaya yang dilakukan lantai pada mainan!
Jawab:
Momentum sebelum tumbukan
Momentum setelah tumbukan
Impuls yang dilakukan laintai pada mainan
Gaya yang dilakukan laintai pada mainan
Contoh
Soal
Contoh
Soal
C. Tumbukan
Pada setiap jenis tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum
tetapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan energi mekanik karena
sebagian energi mungkin diubah menjadi panas akibat tumbukan atau
terjadi perubahan bentuk. Macam-macam tumbukan yaitu:
1. Tumbukan elastis sempurna, yaitu tumbukan yang tak mengalami
perubahan energi, Koefisien restitusi e = 1
2. Tumbukan elastis sebagian, yaitu tumbukan yang tidak berlaku
hukum kekekalan energi mekanik sebab ada sebagian energi yang
diubah dalam bentuk lain, misalnya panas, Koefisien restitusi 0 < e
< 1
3. Tumbukan tidak elastis, yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum
kekekalan energi mekanik dan kedua benda setelah tumbukan
melekat dan bergerak bersama-sama, Koefisien restitusi e = 0
FISIKA TEKNIK
141
Nila koefisien restitusi (e) untuk semua jenis tumbukan dapat dicari
dengan menggunakan persamaan:
BA
BA
vv
vve
−
−−=
||
(7.3)
||; BA vv = kecepatan benda A dan B setelah tumbukan.
vA ; vB = kecepatan benda A
dan B sebelum tumbukan
Energi yang hilang setelah
tumbukan dapat dicari
dengan persamaan:
Ehilang = Eksebelum tumbukan -
Eksesudah tumbukan
Ehilang = ½ mA vA2 + ½ mB
vB2 – ½ mA (vA’)2 + ½
mB (vB’)2
Tumbukan yang terjadi jika
bola dijatuhkan dari
ketinggian h meter dari atas
lantai
Kecepatan bola waktu
menumbuk lantai
vA = gh2
Kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan adalah 0
vB = vB’ = 0
Dengan memsukkan persamaan tumbukan elstis sebagian
BA
BA
vv
vve
−
−−=
||
0
0|
−
−−=
A
A
v
ve
A
A
v
ve
|
−=
h
he
'=
h’ = tinggi pantulan
h = tinggi bola jatuh
Untuk mencari tinggi pntulan ke-n dapat dicari
dengan:
hn = h0 e2n
(7.4)
Soal Aplikatif
Soal Aplikatif
Foto stroboskopis berkecepatan
tinggi menunjukkan bahwa ujung
dari tongkat golf bermassa 200 g
diayunkan dengan kelajuan 55 m/s
sesaat sebelum mengenai sebuah
bola golf yang sedang berada
dalam keadaan diam. Setelah
terjadi tumbukan, ujung tongkat
golf tersebut mengayun (dalam
arah yang sama) dengan kelajuan
40 m/s. Cari kelajuan bola golf
setelah terjadi benturan!
Foto stroboskopis berkecepatan
tinggi menunjukkan bahwa ujung
dari tongkat golf bermassa 200 g
diayunkan dengan kelajuan 55 m/s
sesaat sebelum mengenai sebuah
bola golf yang sedang berada
dalam keadaan diam. Setelah
terjadi tumbukan, ujung tongkat
golf tersebut mengayun (dalam
arah yang sama) dengan kelajuan
40 m/s. Cari kelajuan bola golf
setelah terjadi benturan!
FISIKA TEKNIK
142
Benda A bermassa 0,8 kg bergerak ke kanan dengan kecepatan
50 m/s bertumbukan dengan benda B bermassa 1,8 kg yang
bergerak ke kanan juga dengan kecepatannya 20 m/s. Jika
setelah terjadi tumbukan, benda B bergerak ke kanan dengan
kecepatan 30 m/s, hitunglah koefisien elastisitasnya!
Jawab:
Momentum benda A sebelum tumbukan
Momentum benda B sebelum tumbukan
Momentum benda B setelah tumbukan
Momentum benda A setelah tumbukan
Kecepatan benda A setelah tumbukan
Koefisien elastisitas
Benda A bermassa 0,8 kg bergerak ke kanan dengan kecepatan
50 m/s bertumbukan dengan benda B bermassa 1,8 kg yang
bergerak ke kanan juga dengan kecepatannya 20 m/s. Jika
setelah terjadi tumbukan, benda B bergerak ke kanan dengan
kecepatan 30 m/s, hitunglah koefisien elastisitasnya!
Jawab:
Momentum benda A sebelum tumbukan
Momentum benda B sebelum tumbukan
Momentum benda B setelah tumbukan
Contoh
Soal
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
143
1. Seorang pemain bisbol akan memukul bola bermassa 1
kg yang datang padanya dengan kecepatan 12 m/s, saat
dipukul, bola bersentuhan dengan pemukul dalam waktu
0,01 detik sehingga bola berbalik arah dengan kecepatan
18 m/s, hitunglah:
a. momentum awal
b. momentum akhir
c. perubahan momentumnya
d. gaya yang diderita bola
2. Dua buah benda bermassa 4 kg dan 10 kg bergerak
berlawanan arah dengan kecepatan masing-masing 12
m/s dan 8 m/s. Jika terjadi tumbukan sentral, hitunglah:
a. Kecepatan masing-masing benda dan hilangnya
energi jika tumbukannya elastis sempurna
b. Kecepatan masing-masing benda dan energi yang
hilang jika tumbukannya tidak elastis sama sekali
3. Massa perahu sekoci 220 kg bergerak dengan kecepatan
2 m/s. dalam perahu tersebut terdapat orang dengan
massa 60 kg. Tiba-tiba orang tersebut meloncat dengan
kecepatan 5 m/s. Hitunglah kecepatan sekoci sesaat
(setelah orang meloncat)
a. arah loncatan berlawanan dengan arah sekoci
b. arah loncatan searah dengan arah perahu
4. Benda jatuh di atas tanah dari ketinggian 10 m. Ternyata
benda terpantul setinggi 1 meter. Hitunglah:
a. Koefisien kelentingan
b. Kecepatan pantulan benda
c. Tinggi pantulan ketiga
5. Sebuah peluru bermassa 0,05 kg ditembakkan dengan
kelajuan 500 m/s yang diarahkan pada sepotong kayu
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
144
bermassa 3,5 kg dan digantung pada seutas tali. Jika
peluru berada di dalam kayu, hitunglah kecepatan kayu
sesaat setelah tumbukan!
6. Bola seberat 8 newton bergerak dengan kelajuan 2 m/s dan
menumbuk sentral bola lain yang beratnya 15 N dan
bergerak berlawanan arah dengan kecepatan 8 m/s.
Hitunglah kelajuan masing-masing bola sesudah
tumbukan, apabila:
a. koefisien restitusinya 1/3
b. tumbukan tidak lenting sama sekali
c. tumbukan lenting sempurna
7. Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 3 m di atas sebuah
lantai lalu memantul setinggi 0,8 m. Hitunglah koefisien
restitusi antara bola dan lantai!
8. Sebuah truk dengan berat 80.000 newton bergerak ke arah
utara dengan kecepatan 8 m/s bertumbukan dengan truk
lain yang massanya 4 ton dan bergerak ke Barat dengan
kecepatan 20 m/s. Kedua truk menyatu dan bergerak
bersama-sama. Hitung besar dan arah kecepatan truk
setelah tumbukan!
9. Dua buah benda A dan B yang masing-masing massanya
30 kg dan 50 kg bergerak segaris lurus saling mendekati.
A bergerak dengan kecepatan 12 m/s dan B bergerak
engan kecepatan 5 m/s. Kedua benda kemudian
bertumbukan sentral. Hitunglah energi kinetik yang hilang
jika sifat tumbukan tidak lenting sama sekali!
10. Sebuah peluru bermassa 10 gram ditembakkan pada
ayunan balistik yang massanya 5 kg, sehingga ayunan naik
0,2 cm setelah umbukan. Peluru mengeram di dalam
ayunan, hitunglah energi yang hilang!
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
145
BAB 8
GERAK HARMONIK
Setiap benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan
mempunyai percepatan yang tetap. Hal ini menunjukkan pada benda
senantiasa bekerja gaya yang tetap baik arah maupun besarnya. Apabila
gaya selalu berubah-ubah, maka percepatannya juga berubah ubah. Gerak
yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut Gerak Periodik,
gerak ini dapat dinyatakan dalam fungsi sinus atau cosinus, sehingga
dapat juga disebut dengan gerak harmonik. Gerak periodik yang bergerak
bolak balik melalui sebuah lintasan yang sama disebut dengan osilasi
(getaran).
Posisi pada saat resultan gaya bekerja pada partikel yang bergetar
sama dengan nol disebut posisi seimbang. Sebuah contoh diketehui benda
bermassa m digantungkan pada ujung pegas, dan pegas mengalami
pertambahan panjang, dalam keadaan seimbang, gaya berat w sama
dengan gaya pegas F dengan resultan gaya sama dengan nol, dan beban
diam.
Gambar 8. 1. Simpangan pada pegas
Dari posisi seimbang, diberikan simpangan sejauh y dan pada beban
bekerja gaya F yang cenderung menggerakkan beban keatas. Gaya pegas
merupakan gaya penggerak, meskipun gaya pegas sebanding dengan
simpangan pegas.
F = - k y dengan k merupakan tetapan pegas
(8.1)
Persamaan tersebut mengindikasikan bahwa semakin kecil simpangan
maka semakin kecil pula gaya penggerak. Saat beban dilepas dari
P
O
Q
FISIKA TEKNIK
146
kedudukan P, beban akan bergerak bolak balik sepanjang garis P-O-Q.
Gerak bolak-balik tersebut disebut dengan getaran dan getaran yang gaya
penggeraknya sebanding dengan simpangannya disebut Gerak Harmonis
(Selaras). Tanda negatif (-) harus selalu digunakan karena arah F dan Y
selalu berlawanan. Pada gerak harmonis ini berlaku hukum II Newton
yaitu: F = m . a (8.2)
Dengan gaya pemulih gerak benda: F = - k . y
Apabila persamaan 8.1 dan 8.2 disubstitusi, maka menghasilkan
persamaan differensial gerak harmonik sederhana berikut:
− = + =k y md y
dtatau
d y
dt
k y
m.
.2
2
2
20
(8.3)
Pada getaran, simpangan yang terbesar dan terjauh disebut dengan
Amplitudo (A). Saat simpangan benda y, maka percepatannya adalah:
a = m
ky
m
F −=
(8.4)
A. Frekuensi
Satu getaran yaitu gerakan dari P-O-Q-O-P, waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan satu getaran tersebut disebut dengan periode (T),
sedangkan banyaknya getaran dalam satu detik disebut dengan frekuensi.
T = t/n = 1/f (sekon)
(8.5)
f = n/t = 1/T (Hertz)
(8.6)
B. Proyeksi Gerak Melingkar Beraturan
Keterkaitan gerak melingkar dengan gerak harmonik ditunjukkan
dengan contoh gerak bolak-balik piston menjadi gerak putaran pada
sebuah kendaraan bermotor ataupun gerak putar pada sebuah mesin jahit
menjadi gerak bolak-balik jarum mesin jahit.
FISIKA TEKNIK
147
Gambar 8. 2. Proyeksi gerak pada lingkaran
Diketahui gambar 8.2, gerak melingkar beraturan titik C dalam tiap-
tiap saat diproyeksikan pada garis tengah AB, titik proyeksinya yaitu titik
D bergerak dari O-A-O-B-O, dengan kata lain titik D bergerak menyusuri
AB bolak-balik. Amplitudo gerak titik D adalah R dan periodenya sama
dengan periode gerak melingkar beraturan. Bila dalm t detik titik C
menempuh sudut , maka
= .t
(8.7)
Pada waktu yang sama titik D mempunyai simpangan
y = A sin → y = A sin .t
(8.8)
Kecepatannya saat itu adalah
vt = v cos → vt = v cos .t → vdy
dtA t= = + cos ( )
(8.9)
Percepatan saat itu : at = ac sin = 2 A sin .t (8.10)
Oleh karena arah percepatan ke bawah, maka tandanya negatif :
adv
dtA t= = − + 2 sin ( )
(8.11)
Bila massa titik D adalah m, besar gaya yang bekerja pada titik itu :
F = m.a = -m 2 A sin .t
A
B
O C
D
V
V
R
FISIKA TEKNIK
148
F = - m 2 y
(8.12)
F = - k . y (karena m 2 merupakan bilangan konstan sehingga dapat
dituliskan dengan k)
Persamaan tersebut menyatakan bahwa gaya yang bekerja pada titik D
sebanding dengan simpangannya. Jadi proyeksi gerak melingkar
beraturan adalah Gerak Harmonis.
Jika persamaan di atas merupakan persamaan gerak mulai dari titik
setimbang, maka persamaan secara umum ketika tidak mulai dari titik
kesetimbangan adalah y = A sin (.t + o )
(8.13)
C. Periode Gerak harmonik
Persamaan 8.12 menunjukkan bahwa k = m 2, jika waktu t dalam
persamaan y = A sin ( t + o ) ditambah dengan maka
y A t= + +sin [ ( / ) ] 2
= + +A tsin ( ) 2
y A t= +sin ( )
Jadi fungsi tersebut berulang kembali setelah selang waktu 2
. Oleh
karena itu,2
adalah periode gerak harmonik, atau T =
2
Karena 2 =k
m maka diperoleh :
Tm
k= =
22
(8.14)
dan m
kf
2
1
2
1==
(8.15)
jadi :
= =22
fT
(8.16)
FISIKA TEKNIK
149
Ketika ditarik dengan gaya 10 N, sebuah pegas mengalami
pertambahan panjang 2 cm, hitunglah:
a. Konstanta pegas
b. Simpangan pegas jika diberi gaya 12 N
c. Simpangan pegas jika digantungkan beban 3 kg
d. Kecepatan osilasi pegas ketika digantungkan beban 500 g
Jawab:
a. Konstanta pegas
b. Simpangan pegas ketika diberi gaya 12 N
c. Ketika digantungkan beban 3 kg, pegas mengalami gaya
tarik sebesar
Sehingga simpangan pegas adalah:
d. Kecepatan osilasi pegas ketika digantungkan beban 500 g
Contoh
Soal
Contoh
Soal
FISIKA TEKNIK
150
D. PHASE ( )
Phase suatu titik yang bergetar didefinisikan sebagai waktu sejak
meninggalkan titik seimbang dibagi dengan periodenya.
Gambar 8. 3. Sudut phase lingkaran
Bila titik Q bergetar t detik maka phasenya :
Q
t
T= =
360
(8.17)
Sesudah bergetar ( t + T ) detik phasenya : ( )
=+
= +t T
T
t
T1
(8.18)
Keadaan titik Q sesudah bergetar sama dengan keadaan titik Q saat
bergetar. Lebih gampang dipahami bahwa titik-titik yang phasenya
t
T
t
T
t
Tdst, , .......1 2+ + keadaannya sama.
Titik-titik yang phasenya sama mempunyai perbedaan phase : 0, 1, 2, 3 ,
4,..... dst. Sedangkan titik-titik yang keadaannya berlawanan mempunyai
perbedaan phase : 1
21
1
22
1
23
1
2, , , ............dst .
E. Superposisi dua gerak harmonik sederhana yang frekuensinya
sama
Permisalan sebuah benda melakukan 2 gerak harmonik secara
bersama-sama dengan persamaan :
y1 = A1 sin ( t + 1 ) dan y2 = A2 sin ( t + 2 )
secara matematis resultan geraknya: y = y1 + y2
A sin ( t + ) = A1 sin ( t + 1 ) = A2 sin ( t + 2 )
Menurut persamaan trigonometri :
A sin ( t + ) = A sin t cos + A cos t sin
(8.19)
A1 sin ( t + 1 ) = A1 sin t cos 1 + A1 cos t sin 1 (8.20)
FISIKA TEKNIK
151
A2 sin ( t + 2 ) = A2 sin t cos 2 + A2 cos t sin 2 (8.21)
sehingga diperoleh hubungan persamaan:
A cos = A1 cos 1 + A2 cos 2
(8.22)
A sin = A1 sin 1 + A2 sin 2
(8.23)
jadi tg
=
+
+
A A
A A
1 2
1 2
sin sin
cos cos
1 2
1 2
(8.24)
Sedangkan amplitudo resultan gerak diperoleh dengan mengkuadratkan
persamaan di atas:
A2 = A1 2 + A2
2 + 2 A1 A2 cos ( 1 - 2 )
atau
( )A A A A A= + + −1
2
2
2
1 2 1 22 cos
(8.25)
Penyelesaian dengan cara grafis dapat dilakukan dengan menggambar
masing-masing persamaan gerak harmonis kemudian dijumlahkan secara
aljabar dari masing-masing amplitudo setiap detik getarannya.
Misalkan dua buah gerak harmonis masing-masing :
y1 = 3 sin ( t + 30o ) dan y2 = 2 sin ( t + 60o )
Cara matematis.
A1 = 3 cm dan A2 = 2 cm
( )A A A A A= + + −1
2
2
2
1 2 1 22 cos
( )A = + + −3 2 2 3 2 30 602 2 . . cos
A = + +9 4 121
23
A = ....................
=
+
+arc tag
A A
A A
1 2
1 2
sin sin
cos cos
1 2
1 2
= .......
Persamaan gerak superposisinya : y = ............ sin ( t + ....... )
FISIKA TEKNIK
152
F. Energi pada gerak harmonis sederhana
Energi pada gerak harmonik sederhana adalah kekal .
E(total) = Ep + Ek
(8.26)
Ep = 1
2k y2
= 1
2m 2 A2 sin2 ( t + )
(8.27)
Ek = 1
2m v2
= 1
2m A cos ( t + )2
= 1
2m 2 A2 cos2 ( t + )
(8.28)
E(total) = Ep + Ek
= 1
2m 2 A2 sin2 ( t + ) +
1
2m 2 A2 cos2 ( t + )
=1
2m 2 A2 ( sin2 ( t + ) + cos2 ( t + ))
Soal Aplikatif
Soal Aplikatif
Piston pada sebuah mesin bensin berosilasi dengan gerak
harmonik sederhana sehingga posisinya berubah ubah seperti
pesamaan:
y = (4,0 cm) cos (2t + π/6),
dengan t dinyatakan dalam detik. Pada saat t = 0, hitunglah
(a) posisi piston
(b) kecepatan piston
(c) percepatan piston
(d) periode dan amplitudo gerak piston
FISIKA TEKNIK
153
=1
2m 2 A2 atau E(total) =
1
2k A2
(8.29)
G. Contoh-contoh Gerak Harmonik
1. Gerak bandul tunggal
Gambar 8. 4. Gerakan bandul tunggal
Diketahui bandul O tergantung pada tali yang panjangnya . Bandul
diberi simpangan . Saat dilepas, bandul melakukan gerak bolak-balik
menyusuri AOB. Bila massa bandul m, berat w = m.g, maka saat bandul
berada di A, persamaan gaya penggeraknya yaitu:
F1 = m.g sin = m.g
1AO
(8.30)
karena sudut kecil, AO1 dapat disamakan dengan : AO = y
F1 = m.g
y → F1 = y
gm
.
(8.31)
gm. adalah bilangan tetap, jadi F1 = k.y
Persamaan tersebut menyatakan bahwa gaya penggerak sebanding
dengan simpanganny dan bandul melakukan gerak Harmonis. Karena
gerakan bandul gerak harmonik, periodenya dapat dicari dari rumus
periode Gerak harmonis.
B
O1
O
A
F1
w = m.g
FISIKA TEKNIK
154
T=
gm
m
.2
T = g
2
(8.32)
Keterangan:
T = waktu ayun bandul dalam detik,
= panjang bandul dalam meter, dan
g = percepatan grafitasi dalam m/det2.
2. Gerak zat cair dalam pipa U
Gambar 8. 5. Zat cair pada pipa U
Pipa U yang luas penampangnya sama (A) sebagian berisi zat cair,
permukaan zat cair menempati posisi O. Bila panjang zat cair dan
massa jenisnya , maka massa seluruh zat cair = .A. Kemudian zat
cair diberi simpangan y, perbedaan tinggi permukaan zat cair pada kedua
kaki menjadi 2y. Berat zat cair yang tingginya 2y merupakan gaya
penggerak zat cair.
Jika F = 2y .A.g, sedangkan 2A g adalah bilangan tetap k, maka dapat
dituliskan F = k.y, dengan gaya penggerak sebanding simpangannya,
gerak zat cair tersebut merupakan gerak Harmonis.
O
2y
y
FISIKA TEKNIK
155
Periode gerak zat cair dapat dicari dengan persamaan berikut :
T = k
m2
= gA
lA
..2
..2
T = g
2
(8.33)
FISIKA TEKNIK
156
1. Sebuah benda melakukan gerak harmonis sederhana
dalam 10 detik dengan 200 getaran. Pada saat simpangan
30 cm kecepatannya ½ kali kecepatan maksimumnya.
Hitunglah amplitudo getaran ini!
2. Suatu pegas ketika diberi beban 2 kg, maka akan
bertambah panjang cm2
40
, kemudian beban di tarik
lagi ke bawah sejauh 3 cm dan dilepaskan. Hitunglah
besar energi kinetik pada saat 1/3 detik. g = 10 m/s2!
3. Suatu benda melakukan gerak harmonis sederhana, suatu
ketika perbandingan energi potensial dan energi
kinetiknya adalah 1. Pada saat itu geraknya ke atas dan
simpangan berada di bawah titik setimbang. Jika
amplitudo gerak harmonis sederhana 10 cm dan waktu
untuk mencapai keadaan itu 1/15 detik Hitunglah
kecepatan gerak harmonis sederhana saat itu!
4. Suatu benda melakukan gerak harmonis sederhana pada
saat simpangannya 5 cm di atas titik setimbang. Apabila
percepatannya 1000 2 cm/s2 menuju titik setimbang dan
arah geraknya ke bawah. Hitunglah waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai keadaan tersebut jika pada
saat itu kecepatannya 100 3 cm/s!
5. Sebuah benda bergetar harmonik sederhana dengan
persamaan y = 4 sin ( 3 t + /6), y dalam meter, t
dalam detik, dan besaran sudut dalam radian. Tentukan :
a. Amplitudo, frekuensi dan periode geraknya
b. Posisi, kecepatan dan percepatan pada saat t = 2
detik
c. Kecepatan dan percepatan maksimumnya
d. Ek dan Ep saat t = 1 detik jika m = 100 gram
e. Energi totalnya
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
157
6. Sebuah benda yang massanya 0,5 kg dihubungkan
dengan pegas ideal yang konstanta pegasnya 25 N/m,
benda tersebut bergetar pada bidang horisontal yang
licin tanpa gesekan. Tentukan:
a. Energi sistem dan kecepatan maksimum benda
apabila amplitudo = 4 cm.
b. Kecepatan benda pada saat simpangannya 3 cm.
c. Energi kinetik dan energi potensial sistem pada saat
simpangannya 3 cm
7. Sebuah benda serentak melakukan dua gerak harmonik
sederhana dengan persamaan:
y1 = 15 sin ( 30 t + /3)
y2 = 20 sin ( 30 t + /6)
(y dalam cm dan besaran sudut dalam radian)
Tentukan:
a. Persamaan gerak resultan
b. Simpangan gerak resultan pada saat t = 0,2 detik
8. Sebuah pegas dapat memanjang hingga 32 cm jika di
tarik gaya 0,5 N. Sebuah benda yang massanya 50 gram
digantungkan pada ujung pegas kemudian diberi
simpangan 32 cm dari titik seimbangnya setelah itu
dilepaskan, hitunglah:
a. Periodenya
b. Persamaan gerak dari benda tersebut
c. Kecepatan, percepatan, energi kinetik, energi
potensial pada saat simpangannya 20 cm
9. Dua getaran selaras masing-masing dinyatakan dengan
persaman: y1 = 12 sin 8t dan y2 = 15 sin (8t + /4)
amplitudo dalam cm. Hitunglah:
a. Periode masing-masing getaran
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
158
b. Beda fase kedua getaran
c. Kecepatan dan percepatan maksimum masing-
masing getaran selaras tersebut
d. Resultan getaran dari dua getaran selaras
tersebut
10. Berapa simpangan getaran selaras yang bergerak
vertikal, agar pada saat itu energi potensialnya
sama dengan energi kinetiknya, jika amplitudo 8
cm!
11. Benda yang bermassa 100 gram bergetar selaras
vertikal dengan amplitudo 4 cm dan frekuensinya
10 cps. Pada suatu ketika fasenya 1/12, hitunglah:
a. Simpangan pada saat itu
b. Gaya yang bekerja pada saat itu
c. Energi potensial terhadap kedudukan
setimbang pada saat itu
d. Kelajuan dan perlajuan benda pada saat itu
e. Energi kinetik benda pada saat itu
12. Ditentukan persaman getaran adalah y = 8 sin
50t, y dalam cm dan t dalam detik, tentukan:
a. Persamaan percepatannya
b. Percepatan maksimumnya
c. Bila fasenya = 1/5, berapa lama benda bergetar
d. Hitung besarnya kecepatan getar pada saat t =
1/60 detik
13. Suatu benda melakukan gerak harmonis sederhana
pada saat simpangannya 8 cm di atas titik
setimbang yang mempunyai kecepatan ½ kali
kecepatan maksimumnya denga arah gerak ke
bawah, sedangkan percepatan maksimum gerak
harmonis sederhana adalah 80002 3 cm/s2
Hitunglah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
itu!
Latihan Soal
Latihan Soal
FISIKA TEKNIK
159
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. 2007. Fisika Dasar 1 (Edisi Revisi). Bandung:
ITB Press.
Buckla, D., Mc Lanchlan, W. 1992. Applied Electronics Instrumentation
and Measurement, Macmillan Publishing Comp.
Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas . Jakarta: Erlangga.
Cromer, Alan H.1994. Fisika untuk Ilmu-ilmu Hayati. Yogyakarta: UGM
Press.
Fazely, Ali R. 2015. Foundation of Physics for Scientists and Engineers,
Volume 1: Mechanics, Heat and Sound. 1st Edition. E-book:
bookboon.com.
F. W. Sears, M. W. Zemansky. 1982. Fisika untuk Universitas 1:
Mekanika, Panas, Bunyi. Bandung: Penerbit Binacipta.
G. Woan. 2000. The Cambridge Handbook of Physics Formulas.
Cambridge: Cambridge University Press.
Giancoli, Dauglas C. 1988. Physics for Scientist and Engineers. 2nd Ed.
Prentice Hall.
Halliday David, Robert Resnick, and Jearl Walker. 2008. Fundamentals
of Physics. 8th Ed.: John Wiley & Sons (Asia).
Halman, J.P. 1999. Experimental Methods For Engineers, Mc-Graw Hill
International Edition.
Kane, Joseph W dan Morton M Sternheim. 1991. Fisika edisi ke 3.
Bandung: ITB Press.
Newman, Jay. 2008. Physics of the Life Sciences. DOI: 10.1007/978-0-
387-77259-2_1. Springer Science & Business Media, LLC.
Nolan, Peter J., 1993. Fundamentals of College Physics. Melbourne,
Australia: Wm. C. Brown Publisher.
Ohanian, Hans C. 1989. Physics. 2nd. Norton.
Paul G, Hewitt. 1993. Conceptual Physics. 7th edition. Harper Collins
College Publisher: San Fransisco.
Pujiyanto, Eka. 2004. Sains Fisika. Jakarta: Erlangga.
P. A. Tipler. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Radi, Hafez A. & John O. Rasmussen. 2012. Principles of Physics for
Scientists and Engineers. Berlin, Germany: Springer-Verlag Berlin
and Heidelberg GmbH & Co.KG.
R. Feynman. 1964. The Feynman Lectures on Physics Volume 1. London:
Addison-Wesley Publishing Company.
Sears, Francis Weston. 1991. University Physics. Canada: Addison
Wesley.
FISIKA TEKNIK
160
Serway & Jewett. 2004. Physics for Scientist and Engineers. 6th Edition.
Pomona: Thomson Brooks/Cole.
Stanford A. L. & J. M. Tanner. 1985. Physics for Students of Science and
Engineering. Georgia nstitute of Technology: Academic Press.
Soedojo, Dr. Peter. 1999. Fisika. Jogjakarta: CV. Andi Offset.
Sulistyo. 2007. Intisari Belajar Fisika. Bandung: Pustaka Setia.
Sunardi. 2006. Fisika. Bandung: Ytrama Widya.
Supardi, Bibit. 2004. Jelajah Fisika. Jakarta: Erlangga.
Sutrisno.1982. Fisika Dasar. Bandung: ITB Press.
Young Hugh D. & Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Jilid 1.
10th. Jakarta: Erlangga.
FISIKA TEKNIK
161
BIODATA PENULIS
Nila Alia
Lahir di Pamekasan, 24 september. Penulis dibesarkan di Kediri, Jawa
Timur dan menempuh Pendidikan dasar di SDN Banjarmlati II Kediri
(1997-2003), kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 4
Kediri (2003-2006) dan pendidikan menengah di
SMA Negeri 5 Kediri (2006-2009). Ia melanjutkan S1
pendidikan fisika di Universitas Negeri Surabaya
(2009-2013), Pascasarjana pendidikan sains (fisika) di
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun
2014-2015. Saat ini, penulis berprofesi sebagai staf
pengajar di Politeknik Negeri Malang dari tahun
2016-sekarang terutama pada mata kuliah fisika.
Buku-buku yang pernah ditulis diantaranya adalah buku praktikum fisika
(Pendukung Mata kuliah Fisika Teknik) dan buku Operational Amplifier
(OpAmp).
Pondi Udianto
Lahir di Tulungagung, 13 Agustus. Lulus dari SDN 1 Bandung tahun
1982, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Bandung hingga lulus tahun
1985. Selanjutnya melanjutkan ke SMPP Negeri Tulungagung yang
kemudian berubah nama menjadi SMAN 2
Tulungagung dan lulus tahun 1988. Pendidikan S1
ditempuh di Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Brawijaya dan lulus tahun 1993. Pada tahun 1994
diterima sebagai dosen Proyek di Politeknik
Universitas Brawijaya Malang dan menjadi PNS pada
tahun 1996. Pendidikan S2 di tempuh di Pasca Sarjana
Teknik Mesin Universitas Brawijaya dan lulus tahun
2010.
Fengky Adie Perdana
Penulis Lahir di Wonogiri, 28 Januari. Menempuh
pendidikan di SDN 2 Mojoreno pada tahun 1996-
2002, SMPN 1 Sidoharjo tahun 2002-2005, SMAN 2
Wonogiri tahun 2005-2008, kemudian melanjutkan S1
Pendidikan Fisika UNS tahun 2009-2013, S2
Pendidikan Fisika UNS tahun 2014-2015, dan
terhitung dari tahun 2018-sekarang, penulis
menempuh S3 pendidikan IPA (Riset Bidang Energi)
POLINEMA PRESSPOLITEKNIK NEGERI MALANG
Jl. Soekarno-Hatta no.09 PO BOX 04 Malang 65141Telp. (0341) 404424, 404425
Fax. (0341) 404420UPT. Percetakan dan Penerbitan
Gedung AU ground [email protected]
www.polinemapress.org9 786236 562758
ISBN : 978-602-66956-9-7
Fengky Adie Perdana Ĩ ÑŌÞÕÒŒ I MOÒǾ ŇÒ J ŎŌŎŊÒǾÒÆ ČÐ ĤMŌÞMǾÒB Ì ÑŌÑÖŐÞO ŐÑŌŇÒŇÒÔMŌ ŇÒ Ĭ GÍ Č Mojoreno pada tahun 1996 -2002, SMPN 1 Sidoharjo tahun 2002 -2005, SMAN 2 Wonogiri tahun 2005 -2008, kemudian melanjutkan S1 Pendidikan Fisika UNS tahun 2009 -2013, S2 Pendidikan Fisika UNS tahun 2014 -2015, dan terhitung dari tahun 2018 -sekarang, penulis menempuh S3 pendidikan IPA (Riset Bidang Energi)
Pondi Udianto I MOÒǾ ŇÒ İ ÞÕÞŌŊMŊÞŌŊÆ ĈĊ ĖŊÞŒPÞŒB I ÞÕÞŒ ŇMǾÒ Ĭ GÍ Ĉ ĘMŌŇÞŌŊ PMOÞŌ 1982, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Bandung hingga lulus tahun 1985. Selanjutnya melanjutkan ke SMPP Negeri Tulungagung yang kemudian berubah nama menjadi SMAN 2 Tulungagung dan lulus tahun 1988. Pendidikan S1 ditempuh di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya dan lulus tahun 1993. Pada tahun 1994 diterima sebagai dosen Proyek di Politeknik Universitas Brawijaya Malang dan menjadi PNS pada tahun 1996. Pendidikan S2 di tempuh di Pasca Sarjana Teknik Mesin Universitas Brawijaya dan lulus tahun 2010.
Nila Alia Lahir di Pamekasan, 24 september. Penulis dibesarkan di Kediri, Jawa Timur dan menempuh Pendidikan dasar di SDN Banjarmlati II Kediri (1997-2003), kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 4 Kediri (2003-2006) dan pendidikan menengah di SMA Negeri 5 Kediri (2006-2009). Ia melanjutkan S1 pendidikan fisika di Universitas Negeri Surabaya (2009-2013), Pascasarjana pendidikan sains (fisika) di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun 2014-2015. Saat ini, penulis berprofesi sebagai staf pengajar di Politeknik Negeri Malang dari tahun 2016-sekarang terutama pada mata kuliah fisika. Buku-buku yang pernah ditulis diantaranya adalah buku praktikum fisika (Pendukung Mata kuliah Fisika Teknik) dan buku Operational Amplifier (OpAmp).