Kamis, 22 April 2010
SIFAT-SIFAT UMUM KAYU
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifatyang
berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat
agak berbeda, jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Dalam
hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut
diketahui lebih dahulu, sebelum kayu dipergunakan sebagai bahan
bangunan,industri kayu maupun untuk pembuatan perabot. Sifat
dimaksud antara lainyang bersangkutan dengan sifat-sifat anatomi
kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat
kimianya. Di samping sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda
satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua
kayu yaitu:
1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat
simetri radial.
2. Kayu tesusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam
dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia
berupa selulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin
(non-karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperllihatkan
sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya
(longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh
struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang
sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan
horisontal pada batang pohon.
4. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu
dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan
kelembaban dan suhu udara di sekitarnya.
5. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga
terbakar, terutama jika kayu keadaannya kering.
Bila sebatang pohon dipotong melintang dan permukaan potongan
melintang itu dihaluskan, maka akan tampak suatu gambaran
unsur-unsur kayu yang tersusun dalam pola melingkar dengan suatu
pusat di tengah batang serta deretan sel kayu dengan arah mirip
jari-jari roda ke permukaan batang. Sebuah sumbu dapat dibayangkan
melewati pusat itu dan merupakan salah satu sumbu arah utama yang
disebut sumbu longitudinal; sumbu ini disebut sumbu arah radial.
Selanjutnya yang tegak lurus dengan jari-jari kayu, tetapi tidak
memotong sumbu longitudinal, dinamakan sumbu arah tangensial.
Ketiga sumbu arah utama ini sangat penting zrtinyabagi keperluan
mengenal sifat-sifsat kayu hyang khas. Yaitu antara lain sifat
anisotropik yang telah disebut, perbedaan dalam kekuatan kayu,
kembang susut kayu dan aliran zat cair di dalam kayu.
Di samping itu mengenal kekuatan kayu yang menahan beban,
ternyata lebih besar pada arah sumbu longitudinal daripada
arah-arah yang lain. Demikian pula zat cair lebih cepat dan lebih
mudah pada arah longitudinal daripada arah sumbu radial dan
tangensial. Sebaliknya kembang susut kayu terbesar terdapat pada
arah tangensial.
SIFAT-SIFAT FISIK KAYUBeberapa hal yang tergolong dalam sifat
fisik kayu adalah : Berat Jenis, Keawetan Alami, Warna,
Higroskopik, Berat, Kekerasan dan lain-lain.
Berat jenisKayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar
0,20 sampai 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka
sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya.
Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya.
Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara berat suatu
volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu
standar.
Keawetan Kayu AlamiTernyata berbeda-beda pula. Yang dimaksut
dengan keawetaan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan dari
unsure-unsur perusak kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk,
cacing laut dan mahluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu
tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di
dalam kayu yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak
kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di
dalamnya serta merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki
tectoquinon, kayu ulin memiliki silica dan lain-lain.
Warna KayuAda beraneka macam, antara lain warna kuning,
keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman,
kemerah-merahan dan lain sebaginya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat
pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu
dapat dipengaruhi oleh faktor tempat di dalam batang, umur pohon
dan kelembaban udara.
HigroskopikKayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Selanjutnya masuk dan
keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering,
akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut.
TeksturTekstur ialah ukuran relative sel-sel kayu. Yang dimaksut
dengan sel kayu ialah serat-serat kayu. Jadi dapat dikatakan
tekstur ialah ukuran relative serat-serat kayu. Berdasarkan
teksturnya, kayu dapat digolongkan ke dalam :
Kayu bertekstur halus, contoh : giam, lara, kulim dll
Kayu bertekstur sedang, contoh : jati, sonokeling dll
Kayu bertekstur kasar, contoh : meranti, kempas dll
SeratBagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang menunjukkan
arah sel-sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon asal
potongan tadi. Arah serat dapat ditentukan oleh alur-alur yang
terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika
arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel
itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang,
dikatakan kayu itu berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi
lagi menjadi:
Serat berpadu; bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan
yang berselang-seling, menyimpang ke kiri kemudian ke kanan
terhadap sumbu batang, contoh kayu: kulim, renghas, kapur.
Serat berombak; serat-serat kayu yang membentuk gamabaran
berombak, contoh kayu: renghas, merbau dan lain-lain
Serat terpilin; serat-serat kayu yang membuat gambaran terpilin
(puntiran), seolah-olah batang kayu dipilin mengelilingi sumbu,
contoh kayu: bintangur, kapur, dammar dan lain-lain
Serat diagonal; yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu
atau papan, yang digergaji sedemikian rupa sehingga tepinya tidak
sejajar arah sumbu, tetapi membentuk sudut dengan sumbu.
Berat kayuBerat sesuatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat
kayu yang tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar
air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di dalamnya. Berat suatu
jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang
bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berdasarkan
berat jenisnya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam kelas-kelas
sebagai berikut:
Sangat berat = lebih besar dari 0,90
Berat = 0,75 - 0,90
Agak berat = 0,60 - 0,75
Ringan = lebih kecil dari 0,60
Sebagai contoh jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat
adalah giam, balau, dan lain-lain. Masuk kelas berat misalnya
kulim,sedangkan agak berat misalnya bintangur dan yang termasuk
ringan misalnya pinus dan balsa.
KekerasanPada umumnya terdapat hubungan langsung antara
kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga temasuk
kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang
lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan
sebagai berikut:
Kayu sangat keras, contoh: balau,giam, dan lain-lain.
Kayu keras, contoh: kulim, pilang dan lain-lain.
Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan
lain-lain.
Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain
Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu
tersebut arah melintang dan mencatat atau menilai kesan perlawanan
oleh kayu itu pada saat pemotongan dan kilapnya bidang potongan
yang dihasilkan. Kayu yang sangat keras akan sulit dipotong
melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil
potongannyaakan member tanda kilauan pada kayu. Kayu yang lunak
akan mudah rusak, dan hasil potongan melintangnya akan memberikan
hasil yang kasar dan suram.
Kesan rabaKesan raba sesuatu jenis kayuadalah kesan yang
diperoleh pada saat kita meraba permukaan kayu tersebut. Ada kayu
bila diraba member kesan kasar, halus, licin, dingin dan
sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda itu untuk tiap-tiap jenis
kayu tergantung dari: tekstur kayu, besar kecilnya air yang
dikandung, dan kadar zat ekstraktif di dalam kayu. Kesan raba ialah
licin, apabila tekstur kayunya halus dan permukaannya mengandung
lilin. Sebaliknya apabila keadaan tekstur kayunya kasar. Kesan raba
dingin ada pada kayu bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi,
sebaliknya terasa panas bila teksturnya kasar dan berat jenisnya
rendah. Jati member kesan agak berlemak atau berlilin kalau diraba;
sedangkan kayu renghas memberi kesan gatal pada kulit (alergi).
Bau dan RasaBau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu itu lama
tersimpan di udara luar. Untuk mengetahui bau dan rasa kayu perlu
dilakukan pemotongan atau sayatan baru pada kayu atau dengan
membasahi kayu tersebut. Sebab ada jenis-jenis kayu mempunyai bau
yang cepat hilang, atau memiliki bau yang merangsang. Sifat bau
dari kayu dapat digambarkan sesuai dengan bau yang umum dikenal.
Untuk menyatakan bau kayu yang dihadapi, sering kali kita gunakan
bau sesuatu benda yang umum dikenal, misalnya: bau bawang putih
(kulim), bau keasam-asaman (ulin), bau zat penyamak (jati), bau
kamper (kapur) dan lain sebagainya. Kesan raba dan bau tidak jauh
berbeda. Adanya persamaan di antara kesan bau an rasa disebabkan
oleh adanya hubungan erat yang terdapat pada indera pembau dan
indera perasa kita.
Nilai dekoratif :Umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan
dibuat untuk tujuan tertentu yang hanya mementingkan nilai
keindahan tertentu pada kayu tersebut. Nilai dekoratif sesuatu
jenis kayu tergantung dari penyebaran warna, arah serat kayu,
tekstur dan pemunculan ria-riap tumbuh yang bersama-sama muncul
dalam pola atau bentuk tertentu. Pola gambar inilah yang membuat
sesuatu jenis kayu yang memilikinya mempunyai suatu nilai
dekoratif. Kayu-kayu yang memiliki nilai dekoratif antara lain:
sonokeling, sonokembang, renghas, eboni, dan lain sebagainya.
Sifat-sifat lain :Sifat lain antaranya sifat pembakaran. Semua
jenis kayu dapat terbakar,tergolong dalam tingkatan menjadi arang
dan sampai menjadi abu. Sifat mudah terbakar ini pada satu pihak
memberi keuntungan, misalnya kalau kayu itu akan dipergunakan
sebagai bahan pembakar. Di lain pihak ada sifat yang merugikan,
misalnya kalau kayu itu dipakai sebagai bahan perabot atau
bangunan. Walaupun demikian kayu tidak dapat ditinggalkan, karena
kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan yang lebih besar bila
dibandingkan dengan sifat-sifat logam. Proses pembakaran sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, kimia dan anatomi kayu.
Umunya jenis-jenis kayu dengan pembuluh-pembuluh besar lebih mudah
terbakar daripada jenis-jenis kayu yang berat. Selanjutnya
kandungan dammar yang banyak mempercepat pula pembakaran. Dengan
adanya sifat-sifat ini, maka jenis kayu yang dapat digolongkan ke
dalam kelas daya tahan bakar misalnya kayu: merbau, ulin, jati dan
lain sebagainya. Daya tahan bakar yang kecil, misalnya kayu: balsa,
sengon, pinus dan lain sebagainya. Daya tahan bakar kayu dapat
ditingkatkan dengan membuat kayu itu menjadi anti api (fire proof)
antara lain:
Menutup kayu itu dengan bahan lapisan yang tidak mudah terbakar,
yang berfungsi melindungi lapisan kayu di bawahnya terhadap api.
(Asbes, pelat logam dan lain sebagainya).
Menutup kayu itu dengan bahan-bahan kimia yang bersifat mencegah
terbakarnya kayu, misalnya: jenis cat tahan api, persenyawaan garam
antara lain amoniun dan boor zuur
Dengan mengimpregnir kayu itu dengan macam-macam bahan kimia
yang bersifat mengurangi terbakarnya kayu. Ada juga bahan-bahan
lain yang menghasilkan gas yang dapat mencegah api tersebut.
Sifat kayu tehadap suara :
1. Sifat akustik : sifat akustik kayu sangat penting dalam
hubungan dengan alat-alat music dan konstruksi bangunan. Dasar
akustik menunjukkan, bahwa kemampuan untuk meneruskan atau tidak
meneruskan suara erat hubungannya dengan elastisitas kayu. Jadi
sepotong kayu dapat bergetar bebas, jika dipukul akan mengeluarkan
suara tingginya tergantung pada frekuensi alami getaran kayu
tersebut. Frekuensi ini ditentukan oleh kerapatan/elastisitas dan
ukuran kayu tersebut. Kayu yang telah kehilangan elastisitas
misalnya akibat serangan jamur, jika dipukul akan memberikan suara
yang keruh, sedang kayu yang sehat suaranya akan nyaring.
2. Sifat resonansi : yaitu turut bergetarnya dengan gelombang
sxuara, karena kayu memiliki sifat elastisitas. Kualitas nada yang
dikeluarkan oleh kayu sangat baik. Oleh sebab itu banyak kayu
dipakai untuk alat-alat music: kulintang, piano, biola, guitar, dan
lain-lain. Kemampuan benda untuk mengabsorpsi suara tergantung pada
masa dan pada sifat-sifat akustik permukaan benda, yaitu mampu
tidaknya permukaan benda mengabsorpsi suara atau memantulkan suara.
Struktur kayu mempunyai sifat demikian, sehingga kalau kayu tidak
dapat bergetar dengan mudah, permukaannya mempunyai sifat meredam
gelombang suara. Karena itu kayu serupa ini baik kalau dipakai
sebagai lantai atau parket.
SIFAT MEKANIK KAYU
Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu
untuk menahan muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari
luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan
untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Kekuatan kayu memegang
peranan penting dalam penggunaan kayu untuk bangunan, perkakas dan
lain penggunaan. Hakekatnya hamper pada semua penggunaan kayu,
dibutuhkan syarat kekuatan. Dalam hubungan ini dibedakan beberapa
macam kekuatan sebagai berikut:
Keteguhan tarikKekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu
ialah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik
kayu itu. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah sejajar arah
serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada
kekuatan tarik sejajar arah serat dan keteguhan tarik ini mempunyai
hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan.
Keteguhan tekan/kompresiKeteguhan tekan suatu jenis kayu ialah
kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu dipergunakan untuk
penggunaan tertentu. Dalam hal ini dibedakan 2 macam kompresi yaitu
kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah serat.
Keteguhan kompresi tegaklurus serat menentukan ketahanan kayu
terhadap beban. Seperti halnya berat rel kereta api oleh bantalan
di bawahnya. Keteguhan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan
kayu dan keteguhan geser. Keteguhan kompresi tegaklurus arah serat
pada semua kayu lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar
arah serat.
Keteguhan geserYang dimaksud dengan keteguhan geser ialah suatu
ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuanya menahan gaya-gaya, yang
membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau bergelingsir dari
bagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan 3 macam
keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegaklurus arah
serat dan keteguhan geser miring. Pada keteguhan geser tegaklurus
arah serat jauh lebih besar daripada keteguhan geser sejajar arah
serat.
Keteguhan lengkung (lentur)Ialah kekuatan untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan
beban-beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus
dipikul oleh kayu tersebut, misalnya blandar. Dalam hal ini
dibedakan keteguhan lengkung static dan keteguhan lengkung pukul.
Yang pertama enunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara perlahan-lahan, sedangkan keteguhan pukul adalah kekuatan
kayu yang menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti
pukulan.
KekakuanKekakuan kayu baik yang dipergunakan sebagai blandar
ataupun tiang ialah suatu ukuran kekuatannya untuk mampu menahan
perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan
dengan istilah modulus elastisitas yang berasal dari
pengujian-pengujian keteguhan lengkung statik.
KeuletanKeuletan ialah suatu istilah yan biasa dipergunakan bagi
lebih dari satu sifat kayu. Misalnya kayu yang sukar dibelah,
dikatakan ulet. Ada pula pengertian bahwa kayu yang ulet itu adalah
kayu yang tidak akan patah sebelum bentuknya berubah karena
beban-beban yang sama atau mendekati keteguhan maksimumnya, atau
kayu yang telah patah dan dilekuk bolak-balik tanpa kayu tersebut
putus terlepas. Dalam uraian ini keuletan kayu diartikan sebagai
kemmpuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relative besar
atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian. Keuletan kebalikan dari kerapuhan kayu dalam arti bahwa
kayu yang ulet akan patah secara berangsur-angsur dan memberi suara
peringatan tentang kerusakannya. Sifat keuletan itu terutama
merupakan faktor yang penting untuk menentukan kepastian suatu
jenis kayu tertentu untuk digunakan sebagai tangkai alat pemukul,
alat-alat olahraga dan lain penggunaan sebagai bagian alat untuk
mengerjakan sesuatu.
KekerasanYang dimaksud dengan kekerasan kayu ialah suatu ukuran
kekuatan kayu menahan gaya yang membuat takik atau lekukan padanya.
Juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan
(abrasi). Dalam arti yang terakhir kekerasan kayu bersamaan
keuletannya merupakan suatu ukuran tentang ketahanannya terhadap
pengausan kayu. Hal ini merupakan suatu pertimbangan dalam
menentukan suatu jenis kayu untuk digunakan sebagai lantai rumah,
balok pengerasan, pelincir sumbu,dan lain-lain. Kekerasan dalam
arah sejajar serat pada umumnya melampaui kekerasan kayu dalam arah
lain.
h. Keteguhan belahSifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan
kayu menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Tegangan belah
adalah suatu tegangan yang terjadi karena adanya gaya yang berperan
sebagai baji. Suatu sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik
dalam pembuatan sirap ataupun pembuatan kayu bakar.sebaliknya
keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan jenis
ukir-ukiran (patung). Contoh: kayu ulin baik untuk pembuatan sirap,
kayu sawo baik untuk pembuatan patung ataupun popor senjata dan
lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa kebanyakan kayu lebih mudah
terbelah sepanjang jari-jari (arah radial) daripada dalam arah
sejajar lingkaran tahun (tangensial). Ukuran-ukuran yang dipakai
untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat-sifat
mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor- faktor yang
mempengaruhi sifat-sifat mekanik secara garis besar dapat
digolongkan dalam dua kelompok yaitu:
Faktor-faktor luar (eksternal) antara lain: pengawetan kayu,
kelambaban lingkungan, pembebanan dan cacat-cacat yang disebabkan
jamur serta serangga perusak kayu. Faktor kedua yaitu faktor dalam
kayu (internal) yang bersangkutan antara lain: dan lain sebagainya.
Sifat kekuatan tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda. Berdasarkan
kekuatannya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam 5 kelas kuat
yaitu: kelas kuat I sampai dengan kelas kuat V. kayu dari kelas
kuat I memiliki kekuatan lebih dari kayu kelas II, dan seterusnya.
Untuk penggunaan konstruksi berat dianjurkan dipakai jenis-jenis
kayu dengan kelas kekuatan I. Untuk perumahan dapat dipakai
jenis-jenis dari kelas II. Kesimpulannya ialah bahwa tiap-tiap
penggunaan harus disesuaikan dengan kelas kekuatannya
SIFAT KIMIA KAYUKomponen kimia kayu di dalam kayu mempunyai arti
yang penting, karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu. Juga
dengan mengetahuinya, kita dapat membedakan jenis-jenis kayu.
Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu
terhadap serangan makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula
menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil
yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu
daun jarum terdiri dari 3 unsur:
Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
Unsur non- karbohidrat terdiri dari lignin
Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan
dinamakan zat ekstraktif
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak
merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak tedapat dalam
dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding
primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding
sel kayu. Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah:
Karbon 50%
Hidrogen 6%
Nitrogen 0,04 0,10%
Abu 0,20 0,50%
Sisanya adalah oksigen.
Bidang orientasi kayu1. Bidang tangensial : bidang yang
diperoleh dengan memotong kayu tegaklurus salah satu jari-jari
kayu, searah serat, tidak melalui sumbu kayu.
2. Bidang radial : bidang yang diperoleh dengan memotong kayu
searah serat melalui sumbu kayu.
3. Bidang aksial/ kepala kayu : bidang yang diperoleh dengan
memotong kayu tegaklurus dengan sumbu kayu.
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh
faktor tempat tumbuh,iklim dan letaknya di dalam batang atau
cabang.
Selulosa:Adalah bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding
sel. Bahan dasar selulosa ialah glukosa, gula bermartabat enam,
dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul glukosa disambung menjadi
molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan
menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi
industri- industry yang memakai selulosa sebagai bahan baku
misalnya: pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan lain
sebagainya.
Lignin:Merupakan bagian yang bukan karbohidrat, sebagai
persenyawaan kimia yang jauh dari sederhana, tidak berstruktur,
bentuknya amorf. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka molekul
selulosa, antara lain terdapat pula lignin. Kedua bagian ini
merupakan suatu kesatuan yang erat, yang menyebabkan dinding sel
menjadi kuat menyerupai beton bertulang besi. Selulosa laksana
batang-batang besi dan lignin sebagai semen betonnya. Lignin
terletak terutama dalam lamella tengah dan dinding primer. Kadar
lignin dalam kayu gubal lebih tinggi daripada kayu teras. (Kadar
selulosa sebaliknya).
Hemiselulosa:Sealin kedua bahan tersebut di atas, kayu masih
mengandung sejumlah zat lain sampai 15- 25%. Antara lain
hemiselulosa, semacam selulosa berupa persenyawaan dengan
molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa dapat
tersusun oleh gula yang bermartabat lima dengan rumus C5H10O5
disebut pentosan atau gula bermanfaat enam C6H12O6 disebut hexosan.
Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding-dinding sel
juga sebagai bahan zat cadangan.
Zat ekstraktif:Umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut
seperti: eter, alcohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 8%
dari berat kayu kering tanur. Termasuk didalamnya minyak-minyakan,
resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat wsarna. Zat
ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi
terdapat dalam rongga sel. Zat ekstraktif memiliki arti yang
penting dalam kayu karena:
Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu
jenis kayu
Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu
Dapat digunakan sebagai bahan industry
Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan
pada alat-alat pertukangan.
Abu:Di samping persenyawaa-persenyawaan organik, di dalam kayu
masih ada beberapa zat organik, yang disebut bagian-bagian abu
(mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan selulosa
habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 1% dari berat
kayu.
Diposkan oleh Uli Adriani S. di 18:58 0 komentar
Link ke posting ini
BAGIAN KAYU DAN JENIS KAYU MENURUT SUSUNANNYA
BAGIAN-BAGIAN KAYU
Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa kayu terdiri dari
beberapa bagian.
1. KULITAdalah bagian yang terdapat pada bagian terluar, dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu kulit luar yang mati, mempunyai
ketebalan yang bervariasi menurut jenis pohon dan kulit bagian
dalam yang bersifat hidup dan tipis.Kulit berfungsi sebagai
pelindung bagian-bagian yang terdalam, terhadap kemungkinan
pengaruh dari luar yang bersifat merusak, misalnya iklim, serangan
serangga, hama, kebakaran serta perusak kayu lainnya. Selain itu
berfungsi sebagai jalan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian
tanaman.
2. KAMBIUMMerupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening,
melingkari kayu, ke arah luar membentuk kayu yang baru. Dengan
adanya kambium maka pohon lambat laun bertambah besar. Pertumbuhan
meninggi ditentukan oleh jaringan meristem. Kambium terletak antara
kulit dalam dan kayu gubal.
3. KAYU GUBALBagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel
yang masih hidup, terletak di sebelah dalam kambium dan berfungsi
sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan.
Tebal lapisan kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon. Umumnya
jenis yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal
dibandingkan dengan kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai
warna terang.
4. KAYU TERASTerdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui
perubahan-perubahan sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian
dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan
lain-lain proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung
berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap. Tidak mutlak
semua kayu teras demikian. Hanya pada jenis-jenis yang kayu
terasnya berisi tiloses. Pada beberapa jenis tertentu kayu teras
banyak mengandung bahan-bahan ekstraktif, yang member keawetan pada
kayu tersebut, membuat lebih berat dan lebih awet. Akan tetapi
tidak semua jenis kayu yang memilikizat ekstraktif sudah dapat
dipastikan keawetannya. (Misalnya yang mempunyai kandungan zat
gula, zat gtepung dan lain sebagainya).
5. HATIMerupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran
tahun (tidak mutlak pada pusat bontos). Hati berasal dari kayu
awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium.
Oleh karena itu umumnya mempunyai sifat rapuh atau sifat lunak.
6. LINGKARAN TAHUNBatas antara kayu yang terbentuk pada
permulaan dan pada akhir suatu musim. Melalui lingkaran-lingkaran
tahun ini dapat diketahui umur pohon. Apabila pertumbuhan diameter
(membesar) terganggu oleh musim kering karena pengguguran daun,
ataupun serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat terdiri lebih
dari satu lingkaran tahun (lingkaran tumbuh) dalam satu musim yang
sama. Hal ini disebut lingkaran palsu. Lingkaran tahun dapat mudah
dilihat pada beberapa jenis kayu daun lebar. Pada jenis- jenis
lain, lingkaran tahun ada kalanya sulit dibedakan terutama di
daerah tropic, karena pertumbuhan praktis berlangsung sepanjang
tahun.
7. JARI-JARIDari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang,
berfungsi sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah diproses
di daun guna pertumbuhan pohon.
JENIS KAYU MENURUT SUSUNANNYA
Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu
teras, dengan nama lain pohon kayu teras. Perbedaan kayu teras dan
kayu gubal tampak jelas. Kayu teras mempunyai warna gelap, terdapat
di sebelah dalam batang dan bagian luarnya adalah kayu gubal
berwarna terang.
Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu
masak, tidak memiliki kayu teras. Pada pohon masak dari luar,
perbedaan antara kayu teras dan kayu gubal tidak begitu jelas. Dari
luar arah kedalam kelihatan warnanya makin gelap, maka dikatakan
masak dari luar.
Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal
seluruhnya, tidak memiliki kayu masak dan kayu teras. Dengankata
lain, pohon kayu gubal yaitu pohon yang mempunyai kayu tidak begitu
keras. Seluruh penampang batang adalah tempat penyalur makanan dan
mempunyai warna terang.
Sedangkan untuk yang satu ini adalah pohon yang mempunyai kayu
gubal, kayu masak dan kayu teras. Pohon masak dari dalam ini
mempunyai kayu teras yang kecil lambat laun membesar. Kelihatan
tiga perbedaan dari dalam kea rah luar teras, kayu masak dan kayu
gubal.
Keterangan :G = kayu gubalM = kayu masakT = kayu teras
Diposkan oleh Uli Adriani S. di 18:48 0 komentar
Link ke posting ini
FAKTOR-FAKTOR PERUSAK KAYU
Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena
keadaan yang mengakibatkan kekuatan kayu menurun, harga kayu
menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau kayu sama
sekali tak terpakai.
Kerusakan yang dimaksud antara lain: retak-retak,
pecah,belah,serangan jamur, serangan serangga dan
kerusakan-kerusakan akibat perilaku manusia yang kurang cermat
dalam mengelola kayu. Misalnya: pemeliharaan hutan yang kurang
baik, penebangan pohon yang salah,pembagian batang yang keliru,
cara menggergaji yang keliru serta cara pengeringan kayu yang tidak
sesuai, sehingga kerusakan-kerusakan tersebut di atas akan
mengurangi mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu
secara maksimal.
FAKTOR-FAKTOR PERUSAK KAYUMenurut asalnya dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
Secara alam dari pohon itu sendiri selama proses tumbuh
Yang berasal dari luar
Faktor perusak yang datang dari luar terbagi 2 macam, yaitu:
Oleh makhluk hidup (biologis)
Oleh bukan makhluk hidup (non biologis)
Ada 3 macam, yang diakibatkan oleh makhluk hidup yaitu :1. Oleh
serangga2. Oleh jamur/cendawan (fungi)3. Oleh cacing laut (marine
borers)
Yang diakibatkan oleh bukan makhluk hidup dibagi 3, yaitu :1.
Oleh faktor fisik, misalnya : udara, cahaya, air, panas, api dan
lain sebagainya2. Oleh faktor mekanik, misalnya : pukulan, gesekan,
tekanan dan lain sebagainya3. Oleh faktor kimia, misalnya : asam
dan basa
Selain faktor-faktor perusak kayu di atas, dapat pula
ditambahkan, untuk saat ini dapat dikatakan bahwa manusialah yang
paling bertanggung jawab terhadap kerusakan kayu dan otomatis
kerusakan hutan sebagai tempat kayu hidup pada umumnya.
CACAT MATA KAYUMata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang
berada di dalam kayu. Mata kayu dapat dibedakan atas:
1. Mata kayu sehat : mata kayu yang tidak busuk, berpenampang
keras, tumbuh kukuh dan rapat pada kayu, berwarna sama atau lebih
gelap dibandingkan dengan kayu sedkitarnya.
2. Mata kayu lepas : mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada
kayu, biasanya pada proses pengerjaan, mata kayu ini akan lepas
tidak ada gejala busuk.
3. Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda
pembusukan dan bagian-bagian kayunya lunak atau lapuk, berlainan
dengan bagian- bagian kayu sekitarnya.
Pengaruh mata kayu :
1. Mengurangi sifat keteguhan kayu. Hal ini terjadi karena serat
mata kayu relatif tegak lurus serat batang pohon. Sedangkan
keteguhan tegak lurus serat lebih rendah dibandingkan dengan
keteguhan sejajar serat. Disamping itu pula serat serat di
sekeliling mata kayu tidak teratur.
2. Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu
(mata kayu sehat/mata hidup).
3. Mengurangi keindahan permukaan kayu.
4. Menyebabkan lubangnya lembaran lembaran finir.
PECAH DAN RETAKPada badan serat kayu bulat atau pada bontos kayu
bulat sering terlihat adanya serat-serat yang terpisah memanjang.
Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, lebar terpisahnya serat yang
tidak melebihi 2 mm, dinamakan retak. Apabila tidak lebih dari 6
mm, dikatakan pecah dan kalau lebarnya lebih dari 6 mm, disebut
belah. Cacat-cacat ini disebabkan:
Ketidakseimbangan arah penyusutan pada waktu kayu menjadi
kering.
Tekanan di dalam tubuh kayu yang kemudian terlepas pada waktu
kayu ditebang.
Kurang hati hati pada waktu melakukan penebangan sehingga kayu
robek, atau menimpa benda benda keras.
Cacat cacat ini akan mengurangi keteguhan tarik, demikian pula
keteguhan kompresi akan berkurang, karena distribusi tegangan
tegangan yang disebabkan oleh adanya suatu beban tidak merata.
Demikian pula keteguhan kompresi akan berkurang, karena distribusi
tegangan-tegangan yang disebabkan oleh adanya suatu beban tidak
merata. Demikian pula keteguhan geser sangat terpengaruh oleh cacat
kayu ini, karena pengurangan langsung dari luasnya daerah yang
menahan geseran.
PECAH BUSUR DAN PECAH GELANGPecah busur ialah pecah yang
mengikuti arah lingkungan tumbuh, bentuknya kurang dari setengah
lingkaran. Sedangkan pecah gelang ialah kelanjutan pecah busur yang
kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh atau lebih dari
setengah lingkaran. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan dalam
penyusutan pada waktu kayu mengering, juga karena tegangan di dalam
kayu yang tiba-tiba terlepas pada waktu penebangan. Pengaruh cacat
ini serupa halnya dengan pengaruh cacat belah dan pecah.
CACAT HATI RAPUHSebelum membahas hati rapuh, perlu diketahui
terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan hati itu. Hati ialah
pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Hati berbeda dengan pusat
bontos. Letak hati mungkin saja tidak sama letaknya dengan pusat
bontos. Tapi ada kalanya berimpit. Pengertian rapuh ialah tahap
pertama proses pembusukan. Bagian kayu rapuh menunjukkan
tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatannya. Justru yang
dimaksud dengan hati rapuh disini, tidak menunjukkan tanda-tanda
pembusukkan yang nyata. Hati rapuh ini merupakan tanda khas yang
umum dimiliki kayu daun lebar di daerah tropis seperti misalnya
kayu meranti dan lain sebagainya. Cacat ini mengurangi kekuatan
terhadap kayu. Proses pembuatan finir secara rotary (pengupasan)
akan mengalami kesulitan karena tidak adanya kekuatan dari sumbu
(tombol) mesin untuk mencekam dolok tersebut.
CACAT AKIBAT ARAH SERATAda beberapa jenis kayu (lara, kesambi,
dan lain lain) yang memiliki serat yang berpadu. Secara umum
dianggap sebagai kerugian karena kayu itu sukar dikerjakan. Dari
lain pihak kayu semacam ini mempunyai keteguhan belah yang tinggi,
untuk keperluan tertentu sangat baik. Serat berombak mempunyai
keberatan yang sama dengan serat berpadu. Tapi bisa menimbulkan
lukisan yang indah. Untuk keperluan tertentu sangat tinggi
nilainya. Lain jenis kayu memiliki serat yang melintang artinya
jalannya serat tidak sejajar dengan sumbu batang. Kayu yang
digergaji dari batang semacam ini sudah tentu akan mewarisi serat
yang melintang pula. Serat ini akan membuat keteguhan kayu
berkurang. Kelainan jalannya semua serat ini dapat memberikan pola
gambaran pada bidang-bidang kayu gergajian, sehingga merupakan
sifat yang digemari untuk perkakas rumah/perabot. Hanya sulit dalam
pengerjaan terutama pada waktu diketam. Untuk keperluan kayu
bangunan dan konstruksi, unsur kekuatan diutamakan, jalan serat
lurus lebih disukai. Pada pekerjaan menggergaji potongan-potongan
kayu yang kecil, kita masih dapat memperhatikan jalannya serat,
tetapi pada kayu yang panjang umumnya sulit didapat serat yang
lurus. Penyimpangan arah serat atau kemiringan serat umumnya
dinyatakan dalam suatu perbandingan misalnya: 1:6; 1:9; 1:10. Arti
1:6; kemiringan serat adalah 1 cm dalam jarak 6 cm sepanjang suatu
garis sejajar sumbu batang. Untuk lainnya serupa pula. Semakin
besar sudut penyimpangan, pengaruhnya semakin buruk.
CACAT AKIBAT SERANGAN ORGANISME PERUSAK KAYU
1. Jamur Penyerang KayuJamur penyerang kayu dapat dibedakan
menjadi:
Jamur pembusuk kayu
Jamur pelapuk kayu
Jamur penyebab noda kayu
Bagi perkembangan jamur pembusuk kayu sangat diperlukan bahan
makanan yang cukup di dalam kayu, kelembapan yang cukup, sedikit
udara dan suhu yang layak. Pengaruh jamur pembusuk kayu yang
menghancurkan dinding-dinding pada perkembangan lanjut dari
pembusukan mengakibatkan kehancuran total struktur kayu. Dengan
demikian kekuatan kayu akhirnya akan mengalami penurunan yang
nyata. Tetapi pada tahap permulaan serangan jamur itu, timbul
kerapuhan kayu yang nyata dengan akibat bahwa bahan yang terserang,
cenderung untuk patah secara mendadak jika diberi beban dengan
perubahan bentuk sedikit saja serta patahan yang halus tidak
berserpih. Pada lain pihak jamur penyebab noda kayu hanya mempunyai
pengaruh sedikit terhadap kekuatan kayu dan biasanya tidak
menurunkan kekuatan yang besar. Hanya ditinjaundalam segi keindahan
akan menurun, karena timbulnya warna-warna yang kotor
(noda-noda).
2. Serangga Perusak KayuSerangga-serangga perusak kayu antara
lain rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Sudah barang tentu
kekuatan kayu akan berkurang, karena serangga-serangga tersebut
merusak kayu dengan membuat lubang-lubang terowongan di dalam kayu.
Sebagai makanan dan tempat tinggal serangga perusak kayu tersebut.
Pembahasan lebih lanjut dalam bab pengawetan kayu.
3. Lubang Gerek dan Lubang Cacing LautLubang gerek ialah
lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek,
atau cacing-cacing laut. Lubang cacing laut ialah lubang-lubang
pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut. Umumnya
penggerekan tersebut menyerang kayu yang baru ditebang. Kadangkala
pada pohon yang masih tegak berdiri. Serangga ini tidak dapat hidup
pada kayu gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya
memerlukan jamur. Padahal agar jamur dapat hidup diperlukan kadar
air yang cukup tinggi. Serangan-serangan akan lebih berat pada
bagian kayu yang menghadap tanah yang terlindung dari sinar
matahari langsung. Sedangkan cacing laut menyerang kayu yang berada
di air laut. Lubang gerek mengurangi keindahan. Bila banyak
menggerombol akan mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu sama
sekali mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula cacat
pada lubang cacing laut.
Diposkan oleh Uli Adriani S. di 18:34 0 komentar
Link ke posting ini
PENGERINGAN KAYU
Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang
terdapat di dalam kayu. Telah diutarakan di muka, bahwa kadar air
kayu memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pemakaian kayu.
Untuk berbagai macam kegunaan dengan kondisi udara tertentu kayu
memerlukan batas kandungan kadar air. Oleh karena itu masalah
pengeringan merupakan factor yang penting pada kayu. Dengan adanya
pengeringan akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai
berikut:
Menjamin kestabilan dimensi kayu. Sebab di bawah titik jenuh
serat, perubahan kadar air dapat mengakibatkan kembang susut pada
kayu. Sebaliknya bila kayu dikeringkan sampai mendekati kadar air
lingkungan, maka sifat kembang susut ini akan dapat teratasi,
bahkan dapat diabaikan
Menambah kekuatan kayu. Makin rendah kadar air kayu yang
dikandung, akan semakin kuat kayu tersebut.
Membuat kayu menjadi ringan. Dengan demikian ongkos angkutan
berkurang.
Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu. Sebab umumnya jasad
renik perusak kayu atau jamur tak dapat hidup di bawah persentase
kadar air + 20%.
Memudahkan pengerjaan selanjutnya, antara lain: pengetaman,
perekatan, finishing, pengawetan serta proses-proses kelanjutan
lainnya.
PROSES PENGERINGAN KAYUPergerakan air di dalam kayu terjadi dari
daerah berkelembapan tinggi ke daerah yang berkelembapan lebih
rendah. Kayu akan mongering dan bagian luar ke dalam kayu. Dengan
kata lain permukaan kayu lebih cepat mengering daripada bagian
dalamnya. Proses keluarnya air dalam proses pengeringan disebut
proses evaporasi. Evaporasi akan terjadi bila kadar air di dalam
kayu lebih besar dari kadar air keseimbangan (EMC). Selama proses
pengeringan kayu berlangsung, yang terlebih dahulu keluar adalah
air bebas yang terdapat dalam rongga sel. Setelah itu menyusul air
yang terikat pada dinding-dinding sel. Keadaan titik air bebas
telah habis keluar, tetapi air terikat masih dalam keadaan jenuh,
dinamakan keadaan pada titik jenuh serat (FSP=Fiber Saturation
Point). Perubahan kadar air yang dialami kayu pada keadaan di atas
titik jenuh serat ini tidak mempengaruhi bentuk dan ukuran kayu.
Tetapi segala perubahan bentuk dan ukuran kayu. Oleh sebab itu
perubahan-perubahan kadar air di bawahtitik ini sangat mempengaruhi
sifat-sifat fisik dan mekanik kayu. Pada setiap usaha pengeringan
kayu hal ini harus mendapat perhatian yang khusus.
Macam - Macam PengeringanKita mengenal dua cara pengeringan yang
umum dipergunakan yaitu:
Pengeringan alam-udara
Pengeringan buatan
1. Pengeringan Kayu dengan Alam atau UdaraKeuntungan : - biaya
relative murah, tanpa peralatan yang mahal- pelaksanaannya lebih
mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli- pengeringan dengan tenaga alam
/ udara (matahari)- kapasitas dan sortimen kayu tidak terbatas
Kerugian:- waktu yang dipergunakan cukup lama (tergantung
cuaca)- memerlukan areal / lapangan yang cukup luas- memerlukan
persediaan kayu lebih banyak- cacat cacat yang timbul sulit
diperbaiki kembali- kadar air akhir umumnya masih cukup tinggi
Cepat atau lambatnya kayu mengering tergantung dari beberapa
faktor yaitu :
1. Iklim: yaitu besar/kecilnya curah huja, intensitas penyinaran
matahari, ada/tidaknya kabut
2. Suhu: Didalam keadaan udara yang tetap, makin tinggi suhu,
makin cepat kayu mengering.
3. Kelembaban udara : Dalam keadaan suhu yang tetap, makin
rendah kelembaban udara, makin cepat proses pengeringan.
4. Peredaran udara : Berfungsi mengganti udara yang basah dengan
udara yang kering sehingga pengeringan dipercepat.
5. Kadar air awal : Makin basah kayu itu pada awalnya, makin
lama pula proses pengeringannya.
6. Jenis kayu : Beberapa jenis kayu akan lebih cepat mengering,
umumnya kayu lunak akan lebih cepat mongering daripada kayu yang
lebih keras.
7. Letak kayu : Umumnya kayu gubal lebih cepat mengering
daripada kayu teras.
8. Ukuran kayu : Tebal tipisnya kayu yang akan dikeringkan.
9. Cara penyusunannya dengan menggunakan ganjal/sticker
2. Pengeringan Kayu dengan Cara Buatan (Kiln Drying)Pengeringan
ini merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan udara. Dengan
kemajuan dan perkembangan teknologi modern, meningkatkan permintaan
akan kayu berkualitas tinggi, maka timbul usaha pengeringan buatan
yang lebih efektif dan lebih efisien daripada pengeringan buatan
yang lebih efektif dan lebih efisien daripada pengeringan
udara.
Keuntungan: Waktu pengeringan sangat singkat
Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan,
disesuaikan dengan tujuan penggunaan
Kelembaban udara (RH), temperature dan sirkulasi udara dapat
diatur sesuai dengan jadwal pengeringan
Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu
dapat diperbaiki
Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan
persediaan kayu yang banyak
Tidak membutuhkan tempat yang luas
Kualitas hasil jauh lebih baik
Kerugian: Memerlukan investasi/modal yang besar
Memerlukan tenaga ahli pengalaman
Sortimen kayu yang akan dikeringkan tertentu
Jenis Dry Kilna. Compartment Kiln Tingkat kekeringan kayu
sama
Pintu masuk lori sama dengan pintu keluar
Arah pergerakan udara melintang kiln
Tidak membutuhkan ruang yang besar
b. Progessive Kiln Tingkat kekeringan kayu berbeda
Pintu masuk dan keluar tidak sama
Arah pergerakan udara berlawanan dengan arah lori
Merupakan bentuk terowongan
Pekerjaan pengeringan kayu dengan kiln dapat dibagi dalam 4
tahap yaitu :
1. Tahap penyediaan alat alat
2. Tahap penumpukan/penyusunan kayu
3. Tahap pengambilan contoh contoh kayu pengamatan
4. Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup
: penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu
serta kelembaban udara di dalam kiln.
PELAKSANAAN PENGERINGAN KAYU
Seperti disebutkan pada artikel sebelumnya bahwa dalam pekerjaan
pengeringan kayu dengan kiln dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Tahap penyediaan alat alat
2. Tahap penumpukan/penyusunan kayu
3. Tahap pengambilan contoh contoh kayu pengamatan
4. Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup
: penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu
serta kelembaban udara di dalam kiln.
A. Tahap Penyediaan AlatSelain mesin pengering yang sudah
lengkap dengan peralatannya, ada beberapa alat lagi yang masih
perlu disediakan, antara lain alat pengukur kadar air kayu
(Hydrometer) untuk mengetahui kadar air di dalam kayu setiap waktu
diperlukan. Batas pembacaan alat tersebut tidak lebih dari 60% yang
dikandung oleh kayu. Atau bila kita tidak memiliki alat ini, dapat
digunakan alat timbangan dan oven (tungku pemanas) untuk
mengeringkan potongan contoh contoh kayu pengamatan hingga tercapai
tingkat kering mutlak. Sebagai sumber pemanas dalam kiln pada
umumnya digunakan uap panas dengan menggunakan ketel uap. Uap panas
yang dihasilkan dialirkan melalui radiator (pemancar panas) ke
dalam kiln. Sebab pemberian uap panas ke dalam kiln pada tumpukan
kayu, akan mempercepat proses keringnya kayu tersebut. Untuk
mengukur suhu dan kelembaban udara digunakan 2 alat termometer :
termometer kering (dry bulb temperature) dan termometer basah (wet
bulb temperature). Penunjukan suhu pada termometer basah selalu
lebih rendah daripada suhu termometer kering. Selisih kedua suhu
pada termometer ini akan menunjukkan kelembaban udara (RH) =
Relative Humidity. Selain sumber panas, peredaran udara di dalam
kiln berperanan pula, sebab dengan adanya peredaran udara, suhu dan
kelembaban udara di dalam kiln dapat merata. Di samping peredaran
udara itu bertujuan juga untuk mengeluarkan uap air yang telah
keluar dari permukaan kayu dari ruang kiln. Dengan sirkulasi ini,
udara yang panas dapat mencapai seluruh bagian permukaan kayu,
sehingga pengeringan dapat berlangsung cepat dan merata. Kecepatan
peredaran udara yang tinggi diutamakan pada saat permulaan
pengeringan, terutama untuk kayu yang masih basah agar tidak
terserang jamur. Peredaran udara di dalam kiln dapat ditimbulkan
oleh :
Perbedaan temperatur : karena pemanasan (sebab udara panas lebih
ringan daripada udara dingin)
Tenaga kipas (fan) yang dibedakan atas 2 macam yaitu radial fan
(centrifugal blowers) dan axial fan. Fan ini terpasang di dalam
ataupun di luar kiln (external fan dan internal fan).
B. Tahap Penumpukan/ Penyusunan KayuSebagai syarat mutlak,
fondasi dan lantai harus kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi
kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Kayu yang akan
dikeringkan harus diseragamkan dalam hal : jenis kayu, kualitas
kayu, ketebalan kayu, kadar air awal. Dengan keseragaman ini, maka
pelaksanaan pengeringan akan lebih sempurna. Kayu ada yang
diletakkan langsung diatas pondasi, tapi ada pula dengan
menggunakan lori. Pada umumnya cara terakir lebih banyak dipakai.
Agar peredaran udara merata pada seluruh bagian permukaan kayu,
maka lapisan papan tingkat demi tingkat harus diberi ganjel.
Tumpukan kayu secara keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi
dengan ganjel lurus, baik secara vertical maupun horizontal.
Selanjutnya pada bagian teratas tumpukan diletakkan beban pemberat
yang merata keseluruh bagian tumpukan kayu untuk menghindari
kemungkinan perubahan bentuk selama proses pengeringan.
C. Tahap Pengambilan Contoh-contoh PengamatanYang terpenting
dalam pembuatan contoh kayu pengamatan adalah bagaimana caranya
agar benar benar kayu itu mewakili kelompoknya. Karena contoh
pengamatan sangat berguna sebagai petunjuk dalam menentukan langkah
langkah perubahan kondisi pengeringan. Kadar air kayu awal yang
akan dikeringkan, perlu diketahui lebih dahulu, sebab langkah
langkah perubahan suhu dan kelembaban udara selama pengeringan
berlangsung, didasarkan atas besarnya kangdungan kadar air sebelum
dikeringkan. Contoh pengamatan diletakkan di dalam tumpukan kayu
sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemeriksaan. Contoh pengamatan
ini sebagai petunjuk nantinya secara periodic diamati perubahan
perubahannya, yang menjurus pada kerusakan yang mungkin timbul
selama pengeringan berlangsung. Sehingga dengan demikian dapat
diketahui apakah pengeringan tersebut berjalan terlalu cepat atau
lambat, apakah kadar air kayu yang diinginkan telah tercapai dan
apakah ada kerusakan yang terjadi sebelum proses pengeringan
berakhir.
D. Penggunaan Jadwal Pengeringan (Skema Pengeringan)Skema
pengeringan merupakan suatu daftar yang memuat tahap-tahap
perubahan suhu dan kelembaban udara dalam proses pengeringan
berdasarkan kayu. Berdasarkan sifat-sifat kayu secara umum maka
skema pengeringan untuk beberapa jenis kayu dapat dikelompokkan
dalam beberapa macam. Dari skema pengeringan dapat dilihat, bahwa
pada awal mulainya pengeringan, ketika kayu masih mengandung banyak
air, dipergunakan suhu yang rendah dengan kelembaban yang tinggi.
Selanjutnya secara bertahap suhu pengeringan dinaikkan, kelembaban
udara diturunkan bertahap. Dengan naiknya suhu, kadar air kayu akan
menurun secara bertahap sampai kadar air sesuai yang
diharapkan.Agar dicapai pengeringan yang sempurna dengan kerusakan
yang tak berarti, maka suhu dan kelembaban udara di dalam kiln
perlu diamati, diatur sesuai dengan skema pengeringan yang
digunakan selama pengeringan berlangsung. Pada kiln yang modern
dengan perlengkapan yang lebih lengkap, alat-alat dapat mengatur
sendiri secara otomatis sesuai kondisi yang diinginkan, sehingga
perkembangannya selalu dapat diikuti. Cepat atau lambatnya muatan
kayu dikeringkan tergantung dari beberapa faktor seperti kadar air
kayu awal, kadar air kayu akir yang diinginkan, jenis kayu yang
dikeringkan, tebal tipisnya kayu, kipas angin, dan kualitas alat
kiln itu sendiriKadang kadar air kayu menjelang tahap-tahap terakir
pengeringan tidak merata. Dengan adanya perbedaan kadar air
terutama pada bagian permukaaan dan bagian dalam kayu, maka akan
timbul tegangan-tegangan pada kayu, akirnya pada kayu akan timbul
cacat. Sehingga dalam hal ini perlu adanya tindakan penyamaan.
Dengan istilah lain perlu proses equalizing dan conditioning, yang
mempunyai tujuan menghilangkan tegangan-tegangan yang timbul pada
kayu selama proses proses pengeringan berlangsung, agar diperoleh
kadar air kayu yang sama pada setiap papan. Pelaksanaan equalizing
dan conditioning harus didasarkan pada kenyataan yang ada dari
contoh-contoh kayu pengamatan.Pada tahap penggunaan jadwal
pengeringan, perlu dilakukan pencatatan jalannya pengeringan. Agar
pengeringan berhasil dengan baik maka setiap langkah perlu dicatat.
Tujuan pencatatan ini untuk mengawasi hasil pengeringan, sebagai
tindakan penyesuaian pemakaian jadwal pengeringan, sehingga
kerusakan yang mungkin terjadi akibat pengeringan dapat diperkecil.
Adapun data-data yang perlu dicatat adalah
Pengeringan : nomor urut muatan/kiln, nama pengawas.
Kayu : jenis kayu, sortimen, kubikasi, kadar air kayu akhir yang
dikehendaki.
Perubahan kondisi pengeringan : suhu dan kelembaban udara dari
waktu ke waktu tertentu dengan menyesuaikan perkembangan keadaan
kayu.
Jadwal pengeringan yang digunakan.
Cacat-cacat yang terjadi selama dan setelah kayu
dikeringkan.
Selain pencatatan data-data teknis diatas, perlu pula dicatat
data-data ekonomis, antara lain pemakaian bahan bakar atau listrik,
lamanya pengeringan dan lain sebagainya yang termasuk biaya
pengeluaran.
KERUSAKAN KAYU AKIBAT PROSES PENGERINGAN
Dalam garis besar kerusakan yang timbul disebabkan oleh 3 hal
:
Akibat penyusutan kayu
Serangan jamur pembusuk
Bahan kimia di dalam kayu (zat ekstraktif)
Kerusakan Akibat Penyusutan KayuTerjadi pada saat kayu
mengering. Umumnya pada pengeringan dengan kiln atau secara alami
dapat timbul kerusakan akibat penyusutan ini, disebabkan kurang
hati-hati dalam pelaksanaan. Di antara ketiga golongan kerusakan
kayu, kerusakan oleh penyusutan adalah yang paling banyak terjadi.
Hal ini perlu mendapat perhatian, agar kerusakan tersebut dapat
dicegah dengan jalan menurunkan suhu atau menaikkan kelembaban
udara. Kerusakanny biasanya bisa berupa retak pecah atau yang
lainnya.
Cacat-cacat serupa yang diakibatkan penyusutan antara lain
adalah :
Pecah ujung (end checks) dan pecah permukaan (surface
checks)
Pecah dimulai pada bagian ujung kayu dan menjalar sepanjang
papan
Retak di bagian dalam kayu (honeycombing)
Casehardening
Bentuk mangkok (cupping) : perubahan bentuk melengkung pada arah
lebar kayu
Bentuk busur (bowing) : perubahan bentuk melengkung pada arah
memanjang kayu
Menggelinjang (twist)
Perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)
Cacat-cacat bentuk ini sukar dihindari, tetapi dapat dikurangi
dengan cara penumpukan yang baik dan meletakkan beban pemberat pada
bagian atas tumpukan serta tidak memberikan suhu yang terlalu
tinggi selama proses pengeringan.
Kerusakan Akibat Serangan Jamur PembusukKerusakan ini terjadi
pada permulaan pengeringan. Jamur itu sendiri sebenarnya telah
melekat sebelum kayu tersebut dikeringkan dalam kiln. Yang banyak
diserang umumnya adalah bagian kayu gubal. Karena jamur dapat
tumbuh subur pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, maka
untuk mengendalikan kerusakan ini ialah dengan mempercepat
pengeringan pada suhu lebih tinggi. Umumnya kerusakan ini hanya
mengubah warna kayu, tidak menurunkan sifat mekanik kayu.
Kerusakan Akibat Bahan Kimia Di Dalam KayuKayu memiliki
kandungan beberapa zat, diantaranya adalah zat ekstraktif. Melalui
reaksi kimia zat ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau noda
kimia pada kayu. Perubahan ini tidak mempengaruhi kekuatan kayu itu
sendiri, hanya pengruh yang tidak baik terhadap penglihatan mata
saja. Hal itu terjadi karena bereaksinya zat ekstraktif dengan
panas yang ada pada kiln.
Diposkan oleh Uli Adriani S. di 17:58 0 komentar
Link ke posting ini
PENGAWETAN KAYU
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu
dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai
lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan
kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap
factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri.
Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan
kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula
umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap,
belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun
tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah. Demikian pula
kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak
kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap
tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu
tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya
keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati.
Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda,
disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.
FAKTOR-FAKTOR PERUSAK DALAM PENGAWETAN KAYUKeawetan kayu
dikatakan rendah, bila dalam pemakaian tidak tercapai umur yang
diharapkan sesuai dengan ketentuan kelas awet. Dalam hal ini perlu
diketahui apakah factor penyebabnya. Adapun factor penyebab
kerusakan digolongkan menjadi:
Penyebab non-makhluk hidup terdiri dari:
1. Faktor fisik
2. Faktor mekanik
3. Faktor kimiaPenyebab makhluk hidup terdiri dari:
1. Jenis jamur (aneka macam)
2. Jenis serangga (aneka macam)
3. Jenis binatang laut (aneka macam)Penyebab non-makhluk
hidup:Faktor non-makhluk hidup ialah pengaruh yang disebabkan oleh
unsure pengaruh alam dan keadaan alam itu sendiri.
1. Faktor fisik, ialah keadaan atau sifat alam yang mampu
merusak komponen kayu sehingga umur pakainya menjadi pendek. Yang
termasuk factor fisik antara lain: suhu dan kelembaban udara, panas
matahari, api, udara, dan air. Semua yang termasuk faktor fisik itu
mempercepat kerusakan kayu bila terjadi penyimpangan. Misalnya bila
kayu tersebut terus-menerus kena panas maka kayu akan cepat
rusak.
2. Faktor mekanik, terdiri atas proses kerja alam atau akibat
tindakan manusia. Yang termasukfaktor mekanik antara lain: pukulan,
gesekan, tarikan, tekanan, dan lain sebagainya. Faktor mekanik
berhubungan erat sekali dengan tujuan pemakaian.
3. Faktor kimia, juga mempunyai pengaruh besar terhadap umur
pakai kayu. Faktor ini bekerja mempengaruhi unsure kimia yang
membentuk komponen seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa. Unsur
kimia perusak kayu antara lain: pengaruh garam, pengaruh asam dan
basa.
Penyebab kerusakan oleh makhluk hidup:Makhluk hidup perusak kayu
beraneka macam, kebanyakan serangan perusak ini sangat cepat
menurunkan nilai keawetan dan umur pakai kayu. Ada jenis yang
langsung memakan komponen kayu tersebut, ada juga yang melapukkan
kayu, mmengubah susunan kimia kayu, tetapi ada pula yang hanya
merusak kayu dengan mengubah warna menjadi kebiru-biruan kotor.
Jenis-jenis serangga sering melubangi kayu untuk memakan selulosa
dan selanjutnya menjadikan tempat bersarang. Adapun jenis-jenis
perusak kayu makhluk hidup antara lain:
1. Jenis jamur (cendekiawan atau fungi), ialah jenis tumbuhan
satu sel, yang berkembang biak dengan spora. Hidupnya sebagai
parasit terhadap makhluk lain. Umumnya hidup sangat subur di daerah
lembab. Jamur terkenal sebagai perusak kayu kering. Sifat utama
kerusakan oleh jamur ialah pelapukan dan pembusukan kayu, tapi ada
juga kayu yang hanya berubah warnanya menjadi kotor, misalnya jamur
biru (blue stain). Macam-macam jamur antara lain: jamur pelapuk
kayu, jamur pelunak kayu dan jamur pewarna kayu.
2. Jenis serangga, merupakan perusak kayu yang sangat hebat,
terutama di daerah tropic misalnya: Indonesia, Malaysia, Filipina,
dan lain-lain. Serangga tersebut makan dan tinggal di dalam kayu.
Macam-macam serangga perusak kayu antara lain: rayap tanah, rayap
kayu kering, dan serangga bubuk kayu.
3. Jenis binatang laut, terkenal dengan nama Marine borer. Kayu
yang dipasang di air asin akan mengalami kerusakan yang lebih hebat
daripada kayu yang dipasang di tempat lain. Hampir semua jenis kayu
mudah diserang oleh binatang laut. Akan tetapi, ada pula beberapa
jenis kayu yang memiliki factor ketahanan, karena adanya zat
ekstraktif yang merupakan racun bagi binatang laut, antara lain:
kayu lara, kayu ulin, kayu giam, dan lain-lain. Setelah diketahui
bahwa faktor utama perusak kayu ialah makhluk hidup tertentu, jelas
bahwa kayu dapat dilindungi dengan cara mengawetkan. Nilai pakai
kayu itu sendiri akan lebih awet dan tahan terhadap perusak-perusak
yang telah dijelaskan di muka. Caranya ialah dengan memasukkan kayu
secara umum berarti: usaha manusia untuk menaikkan keawetan kayu
dan umur pakainya, sehingga keperluan akan kayu lebih terpenuhi.
Umur penggunaan kayu yang pendek dapat diperpanjang sesuai dengan
kebutuhan. Oleh karena itu pengawetan kayu selalu ditujukan pada
kayu yang berkeawetan rendah. Jenis-jenis kayu inilah yang perlu
ditingkatkan daya tahannya dalam pemakainnya. Pengawetan kayu dari
segi ilmiah teknis juga merupakan usaha untuk memperbesar sifat
keawetan kayu, sehingga penggunaan kayu dapat lebih lama. Tapi yang
terpenting, pengawetan kayu berarti: memasukkan bahan racun ke
dalam kayu, sebagai pelindung terhadap makhluk-makhluk perusak kayu
yang datang dari luar, yaitu jenis-jenis serangga, jamur dan
binatang laut. Prinsip memasukkan bahan pengawet (wood
preservative) sampai saat ini menunjukkan hasil yang terbaik. Semua
industri pengawetan kayu umumnya menggunakan prinsip ini, hanya
macam bahan pengawet berikut cara atau proses memasukkannya yang
berbeda.
Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena:
Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit,
dan sulit didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup
mahal.
Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan
mudah didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih
mudah. Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor
keawetannya saja yang kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan
terlebih dahulu.
Di lain pihak dengan pengawetan kayu orang berusaha mendapatkan
keuntungan financial.
Tujuan pengawetan kayu:
Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya
memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam
pemakaian.
Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan
rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian,
mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang
cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.
Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan,
sehingga pengangguran dapat diatasi.
PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU
Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di
bawah ini:
Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam
dan sebanyak mungkin di dalam kayu.
Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap
pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
Faktor waktu yang digunakan.
Metode pengawetan yang digunakan.
Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air
kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat
lainnya.
Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang
melaksanakannya.
JENIS PENGAWETAN KAYU Pengawetan remanen atau sementara
(prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan perusak
kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk
kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara
lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik
untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu
dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam
pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun
digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan
kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas
pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet
yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan
remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan
penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua
metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan
retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif
dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.
Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:A. Pengawetan metode
sederhana :1. metode rendaman
2. metode pencelupan
3. metode pemulasan
4. metode penyemprotan
5. metode pembalutan
B. Pengawetan metode khusus :1. metode proses sel penuh
2. metode proses sel kosong
BAHAN PENGAWET KAYUBahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia
yang telah diketemukan dan sangat beracun terhadap makhluk perusak
kayu, antara lain: arsen(As), tembaga(Cu), seng(Zn), fluor(F),
chroom(Cr), dan lain-lain. Tidak semua bahan pengawet akan baik
digunakan dalam pengawetan kayu. Dalam penggunaan harus
diperhatikan, sifat-sifat bahan pengawet agar sesuai dengan tujuan
pemakaian. Faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang
baik:
Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.
Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.
Bersifat permanent tidak mudah luntur atau menguap.
Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain, misalnya: logam,
perekat, dan cat/finishing.
Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.
Tidak merusak sifat-sifat kayu: sifat fisik, mekanik, dan
kimia.
Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.
Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.
Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat, dan murah.
Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu
jenis bahan pengawet. Dalam praktek biasanya diperhatikan
sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada tujuan pemakaian kayu
itu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawet kayu harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.
Syarat-syarat kesehatan.
Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan
resiko serangan perusak kayu yang hebat, perlu diambil bahan
pengawet yang tidak mudah luntur dan cukup beracun bagi jamur. Bagi
kayu untuk bangunan di bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang
tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat,
politur, dan lain-lain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan,
digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak mudah mengubah
warna kayu tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen
umumnya digenakan untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang
akan digunakan di tempat yang berhubungan dengan air laut umumnya
diawetkan dengan penggunaan tipe CCA (tembaga-chroom-arsen) atau
dengan creosot, carbolineum, yang memiliki kadar racun yang
tinggi.
Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang
digunakan:
1. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa
sebagai bahan pengencer.
2. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak
sebagai bahan pengencer.
3. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat
diencerkan dengan bermacam-macam minyak.
1. Bahan pengawet larut air:Tipe bahan pengawet ini memiliki
sifat-sifat umum sebagai berikut:
Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan
tepung.
Tidak mengotori kayu.
Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau
cat) setelah kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu.
Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam
kayu.
Mudah luntur.
Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan
digunakan di dalam rumah (perabot, dan lain-lain) yang umumnya
terletak di bawah atap. Dianjurkan, setelah kayu perabot tersebut
diawetkan dan dikeringkan, selanjutnya di-finishing. Gunanya untuk
menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh oleh
udara lembab, sebab kayu cenderung untuk membasah (sifat
higroskopis). Nama-nama bahan pengawet dalam perdagangan antara
lain: Tanalith C, Celcure, Boliden, Greensalt, Superwolman C,
Borax, Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi larutan dapat
berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah diawetkan
(rata-rata 5-10%).
2. Bahan pengawet larut minyak:Sifat-sifat umum yang dimiliki
sebagai berikut:
Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk
(tepung). Pada waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam
pelarut-pelarut antara lain: solar, minyak disel, residu, dan
lain-lain.
Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak
tidak dapat bertoleransi dengan air.
Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit
(alergis).
Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada
permukaan kayu.
Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya
toleransi antara minyak dan kandungan air pada kayu.
Mudah terbakar.
Tidak mudah luntur.
Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain:
PCP (Pentha Chlor Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate,
Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol,
Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex, Dieldrien, dan Aldrin.
3. Bahan pengawet berupa minyak:Sifat-sifat yang dimiliki oleh
bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki
oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan
dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan
mengotori tempat. Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-nama
perdagangan yang terkenal antara lain: Creosot, Carbolineum,
Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan pengawet larut
minyak dan berupa minyak tidak begitu luas dalam penggunaan, orang
lebih cenderung menggunakan bahan pengawet yang lain dalam arti
mudah dan praktis.
TEKNIK PENGAWETAN KAYU
Teknik atau cara pengawetan yang digunakan akan berpengaruh
terhadap hasil atau umur pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan
selain tergantung dari faktor tempat kayu nantinya akan
digunakan/dipasang, perlu juga dipertimbangkan faktor ekonomisnya.
Banyak cara pengawetan yang dapat dilaksanakan, mulai cara
sederhana sampai kepada cara yang relative sukar dengan peralatan
yang mahal (modern).
Menyiapkan kayu yang akan diawetkan:Setiap cara pengawetan
bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam, sebanyak mungkin ke
dalam kayu secara merata sesuai dengan jumlah retensi yang
diperlukan. Agar diperoleh hasil pengawetan yang baik perlu
diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila
menggunakan bahan pengawet berupa minyak atau larut minyak dengan
cara tekanan/vakum (kadar air yang dikandung sekitar 20-25%).
2. Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan
khusus, kayu tidak perlu dikuliti.
3. Sortimen kayu atau bentuk kayunya (kayu gergajian atau
dolok).
4. Kayu dianjurkan dalam bentuk siap pakai, tidak diperkenankan
dipotong, dibelah, diserut, ataupun pengerjaan lain setelah
diawetkan, sebab akan membuka permukaan kayu yang telah terlapisi
bahan pengawet. Bila pengerjaan lanjutan terpaksa harus dilakukan
maka bagian yang terbuka dan tidak tembus bahan pengawet perlu
dilabur bahan pengawet secara merata.
5. Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan
pengawetan.
6. Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.
CARA PENGAWETAN KAYU1. Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak
larutan baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan)
bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa
hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam,
jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat
dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain
rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman
dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton,
kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau
rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam.
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan
dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk
membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran
penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain,
maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara
rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau
rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih
dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa
garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet
larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang
diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah
atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
2. Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan
bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan
waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini:
penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya
melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara
penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan
di industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur
blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol.
Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan
dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih
dahulu.
3. Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat
dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan
diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat
retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara
pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a.
Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi
atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk
kayu basah. b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum
banyak dan belum merusak kayu (represif). c. Untuk pengawetan kayu
yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila
serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat
(ganas).
4. Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk
mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk
cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan
kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah
proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
5. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :
1. Proses sel penuh antara lain :
Proses Bethel
Proses Burnett2. Proses sel kosong antara lain :
Proses Rueping
Proses Lowry
Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping
langsung memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai 4
atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan
pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan
langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan
dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum
selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan
bahan pengawet.
URUTAN KERJA DALAM PENGAWETANAda dua macam urutan kerja pada
proses pengawetan kayu :
1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat
agar jangan terjadi kebocoran.
Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg,
selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam
kayu.
Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke
dalam tangki pengawet hingga penuh.
Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan
proses tekanan sampai sekitar 8 15 atmosfer selama kurang lebih 2
jam.
Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan
dari tangki kembali ke tangki persediaan.
Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 15 menit,
dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan
pengawet.
2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup
rapat.
Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer,
selama 10 20 menit.
Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet
dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 8 atmosfer selama
beberapa jam
Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan
permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut
: pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen
sel, sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE PENGAWETAN KAYU1. Metode
Rendaman
Keuntungan :
Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah
konsentrasi bila berkurang)
Kerugian :
Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
Peralatan mudah terkena karat
Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
Kayu basah agak sulit diawetkan
2. Metode Pencelupan
Keuntungan :
Proses sangat cepat
Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
Peralatan cukup sederhana
Kerugian :
Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu
sangat tipis
3. Metode Pelaburan dan Penyemprotan
Keuntungan :
Alat sederhana, mudah penggunaannya
Biaya relatif murah
Kerugian :
Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
Mudah luntur
4. Metode Pembalutan
Keuntungan :
Peralatan sederhana
Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kerugian :
Pemakaian bahan pengawet boros
Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)
5. Metode Vakum dan Tekanan
Keuntungan :
Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)
Waktunya relatif singkat sekali
Dapat mengawetkan kayu basah dan kering
Kerugian :
Modal yang diperlukan besar
Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial
PROSES AKHIR PENGAWETAN KAYUAda 3 hal yang perlu diperhatikan
pada akhir proses pengawetan kayu :
1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman)
harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan
kayu yang mengakibatkan tergoresnya permukaan yang telah
terlapiskan bahan pengawet.
2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan
pengeringan secara alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan,
tidak semua bahan pengawet dapat dikeringkan secara pengeringan
buatan (dry kiln). Sebab dengan pengeringan yang mendadak, bahan
pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan
bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut minyak dan berupa
minyak mengijinkan pengeringan akhir dengan kiln. Setelah kayu
benar-benar kering, penggunaan dapat dilakukan.
3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di
tempat terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara. caranya seperti
penyusunan kayu gergajian dengan menggunakan sticker.