BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi jalan yang kita lewati saat ini sering mengalami kerusakan, tidak sedikit jalan-jalan yang mengalami kerusakan yang cukup parah akibat berbagai macam faktor. Dalam laporan penelitian kali ini, penulis akan meneliti kerusakan jalan yang terjadi pada sepanjang jalan Cikutra Barat, Tubagus Ismail kota Bandung, Jawa Barat. Jalan Cikutra Barat dan Tubagus Ismail merupakan salah satu jalan yang tiap pagi dan sore harinya dipadati oleh kendaraan baik kendaraan roda 2 maupun roda 4, karena jalan- jalan tersebut berlokasi di daerah Bandung Tengah dan merupakan salah satu akses menuju pusat kota. Di sepanjang jalan Cikutra Barat dan Tubagus Ismail kita dapat menemukan badan jalan yang mengalami kerusakan yang cukup parah, terdapat lubang-lubang besar, hancurnya trotoar jalan, permukaan jalan yang tidak rata, padahal jalan-jalan tersebut sudah sering diperbaiki tetapi tetap saja rusak kembali. Kerusakan badan jalan pada daerah tersebut bukan hanya satu atau dua kali dalam kala ulang satu tahun, maka dari itu para pengguna jalan harus senatiasa berhati-hati jika menggunakan jalan tersebut. karena dengan rusaknya badan FIRMAN FIRDAUS Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kondisi jalan yang kita lewati saat ini sering mengalami kerusakan, tidak sedikit
jalan-jalan yang mengalami kerusakan yang cukup parah akibat berbagai macam faktor.
Dalam laporan penelitian kali ini, penulis akan meneliti kerusakan jalan yang terjadi pada
sepanjang jalan Cikutra Barat, Tubagus Ismail kota Bandung, Jawa Barat.
Jalan Cikutra Barat dan Tubagus Ismail merupakan salah satu jalan yang tiap pagi
dan sore harinya dipadati oleh kendaraan baik kendaraan roda 2 maupun roda 4, karena
jalan-jalan tersebut berlokasi di daerah Bandung Tengah dan merupakan salah satu akses
menuju pusat kota.
Di sepanjang jalan Cikutra Barat dan Tubagus Ismail kita dapat menemukan badan
jalan yang mengalami kerusakan yang cukup parah, terdapat lubang-lubang besar,
hancurnya trotoar jalan, permukaan jalan yang tidak rata, padahal jalan-jalan tersebut
sudah sering diperbaiki tetapi tetap saja rusak kembali.
Kerusakan badan jalan pada daerah tersebut bukan hanya satu atau dua kali dalam
kala ulang satu tahun, maka dari itu para pengguna jalan harus senatiasa berhati-hati jika
menggunakan jalan tersebut. karena dengan rusaknya badan jalan maka daya gesek ban
dengan jalan tidak berfungsi secara optimal. Sehingga tingkat kenyaman dan keamanan
jalan menjadi berkurang.
FIRMAN FIRDAUS Page 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Kerusakan badan jalan yang terjadi saat ini tidak lepas dari berbagai macam masalah
yang masih belum diselesaikan.
Penyebab-penyebab terjadinya kerusakan badan jalan dapat diakibatkan oleh :
1. Kondisi tanah (soil parameter) yang tidak cocok untuk dijadikan material
pembentuk jalan.
2. Tingkat keseriusan dan ketelitian yang rendah dari para perencana dalam
merencanakan komposisi material pembentuk badan jalan agar kuat terhadap
beban kendaraan.
3. Curah hujan dan suhu kota Bandung yang tiap kali berubah-ubah.
4. Masuknya air ke dalam badan jalan akibat jalan yang berongga, sehingga pada
saat kondisi kadar air maksimum terjadi pengembangan material jalan (swelling
accident), jika dibiarkan maka badan jalan akan mengalami retak-retak dan jika
terjadi secara continu maka badan jalan akan pecah.
5. Saluran drainase di pinggir jalan (selokan/parit) yang tidak direncanakan untuk
menampung kapasitas air pada saat curah hujan maksimum.
6. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik.
Penyebab-penyebab kerusakan badan jalan yang telah didentifikasi diatas saling
berhubungan satu dengan lainnya. Secara umum penelitian ini memerlukan pandangan
dari berbagai macam ilmu, tetapi kali ini penulis akan meneliti kerusakan badan jalan dari
aspek geoteknik.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari adanya penelitian mengenai kerusakan badan jalan Cikutra Barat dan
Tubagus Ismail ini adalah :
1. Mengetahui perilaku tanah pada jalan Cikutra Barat dan Tubagus Ismail
2. Mengetahui karakteristik tanah dan batuan yang digunakan dalam
perencanaan jalan Cikutra Barat dan Tubagus Ismail.
FIRMAN FIRDAUS Page 2
3. Mengetahui komposisi yang layak digunakan dalam perencanaan jalan
Cikutra Barat dan Tubagus Ismail.
4. Mengetahui layak atau tidaknya presentase nilai CBR yang terdapat pada jalan
Cikutra Barat dan Tubagus Ismail
D. Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat dari adanya penelitian mengenai kerusakan badan jalan
Sadang Serang dan Tubagus Ismail ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas badan jalan agar berfungsi secara optimal. Dan manfaat dari aspek
geoteknik yaitu agar para perencana mengetahui soil properties pada tanah dasar (sub
grade) jalan Cikutra Barat dan Tubagus Ismail untuk merencanakan jalan tersebut.
FIRMAN FIRDAUS Page 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Proses Terbentuknya Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terekat satu dengan
yang lain (di antaranya mungkin material organik). Rongga-rongga di antara bagian-
bagian tersebut berisi udara dan/atau air.
Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan
kimiawi dan mekanis (kecuali tanah organi : gambut). Terutama sekali batuan ditulari
oleh pelapukan kimiawi. Mineral yang peka terhadap pelapukan akan berubah
menjadi mineral lempung yang berbutir sangat halus. Pelapukan mekanis, misalnya
“desakan es” (frost wedging), atau kegiatan yang dilakukan oleh tumbuhan dan
binatang, membantu proses pemecahan tersebut pada proses ini, tanah dapat tetap
berada pada tempat pembentukannya. Maka akan jelaslah bagi kita bahwa sifat yang
dimiliki tanah akan bergantung pada batuan induknya dan pada faktor-faktor seperti
iklim, topografi, organisme, dan waktu.
Seringkali tanah yang telah lapuk mengalami perpindahan tempat dari batuan
induknya. Perpindahan ini dapat diakibatkan oleh gaya-berat (proses kemiringan) atau
media transportasi, seperti air, angin, dan es. Di negeri Belanda dikenal endapan
sungai (fluviatil), endapan pantai (litoral), endapan oleh angin (eolik), endapan oleh
es ( glasial), dan endapan oleh laut (marien). Batuan induk, proses pelapukan, dan
media transportasi mempunyai pengaruh terhadap sifat material tanah yang pada
akhirnya diendapkan di suatu tempat. Setelah mengendap, pada material tanah
tersebut masih berlangsung berbagai perubahan. Oleh karena itu, terbentuklah
berbagai jenis tanah, dengan distribusi besar butiran, tahapan penyatuan, bentuk
butiran, dan lain sebagainya, yang berbeda-beda.
FIRMAN FIRDAUS Page 4
Klasifikasi, Susunan, dan Struktur Tanah
Sifat-sifat fisis-kimiawi tanah ditentukan dari susunan dan struktur tanah yang
bersangkutan. Pada umumnya klasifikasi tanah dilakukan terhadap besar butiran.
Klasifikasi ukuran butiran tidak mencakup susunan mineralogis dari tanah. Pada
umumnya volume mineral pun tidak ditentukan. Pada tanah yang seringkali
menimbulkan masalah, seringkali kita perlu menentukan volume mineralnya. Pada
lempung, hal ini secara teratur dilakukan difraksi-ronsen. Biasanya lempung terdiri
dari mineral kuarsa dalam fraksi ukuran lempung (quick-clay).
Konsolidasi Tanah
Akibat pembebanan, maka tanah akan mengalami konsolidasi. Pada tanah
kohesif, mula-mula beban dipikul oleh kerangka butiran dari bagian-bagian yang
padat maupun oleh air dalam pori-pori. Jika beban diberikan dalam waktu yang lama,
maka air akan tertekan perlahan-lahan dari bagian tanah yang dibebani. Sebagai
akibat rendahnya permeabilitas material yang bersangkutan, proses ini berlangsung
perlahan-lahan, namun akhirnya volume tanah akan berkurang. Berkurangnyua
volume ini berkaitan dengan pembebanan. Konsolidasi merupakan pula sebuah
proses alamiah. Setiap lempung akan berkonsolidasi jika terhadapnya diendapkan
lapisan yang lebih muda.
Tanah yang mengandung lempung bisa mempunyai waktu konsolidasi yang
cukup lama, bervariasi daei satu tahun sampai ratusan tahun.
Penurunan dapat terjadi pula pada tanah yang tak-berkohesi (pasir, kerikil) yang
dibebani. Biasanya penurunan berlangsung dengan cepat karena tingginya
permeabilitas tanah, sehingga air akan cepat terdesak ke luar. Pebedaan dalam
kecepatan konsolidasi ini merupakan salah satu perbedaan terpenting di antara
berbagai jenis tanah. Kerapatan-relatif kerapatan-minimum dan kemungkinan
kerapatan-maksimalnya.
Sebagian material berbutir mempunyai rentang (range) perbandingan pori-pori
yang besar. Apabila pasir digetarkan dan dipadatkan, maka butiran-butirannya akan
lebih rapat satu sama lain dan dilaboratorium dapat kita tentukan perbandingan-
minimal pori-porinya.
FIRMAN FIRDAUS Page 5
Air
Ada kalanya air merupakan benda galian. Pengambilan air, air minum dan/atau air
industri, tidak hanya sebagai air permukaan, tetapi juga sebagai air-tanah di dassar
tanah.
Beberapa jenis sedimen-bukan hanya yang lepas saja, tetapi juga batuan padat-
adalah berpori-pori. Seringkali pori-pori ini berisi zat cair, biasanya air, ada kalanya
gas. Tidak selamanya air permukaan dapat dilihat lepas dari air-tanah. Mengubah
tinggi-air alami tanpa terlebih dahulu mengetahui keadaan tanah dasarnya dapat
mengakibatkan banyak kesulitan atau menelan biaya yang besar (misalnya
terendamnya bendungan dan tanggul, berubahnya aliran air-tanah, menegeringnya
atau munculnya sumber air baru (tuntutan ganti rugi)).
Pemunculan Air
Air dapat muncul ke permukaan bumi dalam bentuk :
a) Meteorik, yaitu air hujan yang meresap jauh ataupun tidak begitu jauh ke
dalam dasar tanah (benda galian, pengambilan air), ada kalanya juga memfosil
dan tertinggal di dalam lapisan tanah tua sehubungan dengan permukaan bumi tua
(diskordansi).
b) Dalam endapan-endapan muda dekat pantai masih kita temukan sisa air
laut ( Belanda Barat)
c) Air tersekap atau air formasi banyak kita temukan dlaam tanah dasar yang
dalam. Air ini hampir selalu asin hingga mencapai kadar garam 20%, jadi lebih
asin daripada air laut yang hanya 3,5%. Komposisi unsur-unsur yang larut tidak
sama dengan air laut. Air ini selain berasal dari sisa air laut mungkin juga berasal
dari air yang dikeluarkan pada waktu berlangsungnya perubahan sedimen dan
metamorfisis batuan.
d) Air muda (juvenile water) yang berasal dari aktivitas vulkanik; uap dan
uap air dari magma, lava dan sebagainya.
FIRMAN FIRDAUS Page 6
Jenis Kerusakan Perkerasan Jalan
Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum
mencapai umur rencana. Kegagalan pada perkerasan dapat dilihat dari kondisi kerusakan
fungsional dan strukturalnya.
Kerusakan fungsional adalah apbila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
yang direncanakan. Sedangkan kerusakan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak
pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan.
Kegagalan fungsional pada dasarnya tergantung pada derajat atau tingkat kekasaran
permukaan, sedangkan kegagalan struktural disebabkan oleh lapisan tanah dasara yang
tidak stabil, beban lalu lilntas, keleahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan
sekitar.
Jenis Kerusakan Perkerasan Berdasarkan Metode Bina Marga
Jenis kerusakan perkerasan lentur dapat dibedakan atas :
1. Retak (cracking)
2. Distorsi (distorsion)
3. Cacat permukaan (disintegration)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding/flusing)
6. Penurunan pada bekas penananman utilitas
a. Retak (cracking)
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
1. Retak halus atau retak garis ( hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sama
dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau
bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat
meresapkan air ke dalam permukaan dan dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah
seperti retak kulit buaya bahkan kerusakan seperti lubang dan amblas. Retak ini dapat
berbentuk melintang dan memanjang, dimana retak memanjang terjadi pada arah sejajar
dengan sumbu jalan, biasanya pada jalur roda kendaraan atau sepanjang tepi perkerasan
atau pelebaran, sedangkan untuk retak melintang terjadi pada arah memotong sumbu
FIRMAN FIRDAUS Page 7
jalan, dapat terjadi pada sebagian atau seluruh lebar jalan. Metode pemeliharaan dan
penanganan :
Untuk retak halus (< 2 mm) dan jarak antara retakan renggang, dilakukan
metode perbaikan P2 (laburan aspal setempat).
Untuk retak halus (< 2 mm) dan jarak antara retakan rapat, dilakukan