Top Banner
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN- KOMPONEN PENDIDIKAN) MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam Oleh: Khambali NPM 20010011005 Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MA Sobar Al Ghazal, Drs., M.Pd
45

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Feb 24, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN)

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM(DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-

KOMPONEN PENDIDIKAN)

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi SyaratUjian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Program Studi Pendidikan IslamKonsentrasi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

Khambali

NPM 20010011005

Dosen Pengampu:Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MASobar Al Ghazal, Drs., M.Pd

Page 2: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

B A N D U N G1433 H / 2012 M

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMI(DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-

KOMPONEN PENDIDIKAN)Oleh Khambali

NPM 20010011005

  

ABSTRAK

Pendidikan merupakan topik pembicaraan yang tak pernah ada ujungnya. Selalu adausaha untuk memperbaiki dalam setiap persoalannya. Ada yang berhasil, tetapi tidaksedikit yang gagal. Dalam upaya memecahkan persoalan (agenda) pendidikan,khususnya pendidikan Islami, maka diperlukan upaya yang dapat merancangbangundan memperbaiki pendidikan Islami dewasa ini. Penulis mencoba merumuskanformula pendidikan dengan maksud dapat merancabangun dan memperbaiki melaluikajian komponen-komponen pendidikan (hakikat manusia, hakikat pendidikan, dasarpendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, peserta didik, kelembagaan

Page 3: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

pendidikan, proses pendidikan, dan pengembangan pendidikan). Rumusan formulapendidikan dalam upaya memecahkan persoalan (agenda) pendidikan yang dimaksudadalah sebagai berikut: a) pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri darikomponen-komponen penting yang saling berhubungan. Oleh karena itu, dalam upayamemecahkan persoalan (agenda) pendidikan, maka komponen-komponen pendidikantersebut harus dipahami dan diinternaslisasi secara integral dan sesuai denganperkembangan zaman saat ini, baik itu dilihat dari sisi keilmuan, teknologi informasi,maupun dilihat dari sisi manusia itu sendiri, yakni makhluk sosial, religius dan lainsebagainya; b) perlu adanya upaya memupuk pemahaman yang sesuai dengankebutuhan dan persoalan yang harus dijawab oleh pendidikan tentang apa, siapa,mengapa dan bagaimana  manusia itu? sehingga harapan dalam pendidikan itusendiri dapat tercapai, disebabkan pendidikan dapat membantu manusia dalammemanusiakan manusia. Dengan kata lain bahwa pengetahuan, pemahaman danpemaknaan akan hakikat manusia itu sendiri merupakan komponen pendidikan yangharus diperbaiki; c) Untuk merealisasikan tujuan pendidikan, yakni memanusiakanmanusia, haruslah memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri, memilikipengetahuan. Intinya manusia harus mampu berpikir benar, baik dan indah; d)pendidikan akan selalu diwarnai oleh pandangan hidup (way of life). Maka mendesainpandangan hidup sesuai dengan kebutuhan dan harapan perkembangan zamanmerupakan salah satu faktor yang penting, dengan menetapkan danmempertimbangkan norma-norma atau nilai nilai kebenaran, kebaikan dankeindahan; e) sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang beragama Islam, makatujuan pendidikan yang diselenggarakan adalah tujuan yang memiliki orientasi untukmemanusiakan manusia secara kenegaraan (Indonesia), lebih jauh lagi memanusiakanmanusia Indonesia dengan tujuan memiliki kepribadian Islami; f) perlu mendesainmodel kurikulum. Model kurikulum harus didesain berdasakan paradigma denganmengutamakan pendidikan akhlak (pendidikan Agama); g) perubahan yang terjaditerhadap istilah dan bahkan makna dari istilah murid menjadi peserta didik,menyebabkan pendidik/guru tidak dapat berperan penuh dalam melakukanpembimbingan dan pelatihan terhadap peserta didik. Oleh karena itu perlu adanyamendesain/memperbaiki istilah tersebut yang merepresentasi dari tugas pendidikterhadap peserta didik; h) lembaga pendidikan (sekolah) dibentuk untuk melakukanproses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tiga tujuan setidaknya ingindicapai melalui sekolah yakni moralitas (akhlak), civic (cinta tanah air), danberpengatahuan; j) proses pendidikan pada dasarnya mambangun sebuahinternalisasi content pendidikan, Baik itu terkait dengan internalisasi pengetahuanterlebih lagi internalisasi nilai. Ada rambu-rambu penting yang perlu diperhatikanagar sebuah proses sukses melakukan internalisasi. Ada tiga tujuan pembelajaran,yaitu 1) tahu (knowing); 2) mampu melaksanakan apa yang diketahui (doing); dan 3)

Page 4: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

menjadi apa yang telah dilaksanakan itu (being). Untuk itu ada dua langkah pentingyang perlu dipersiapkan dan didesain oleh sebuah proses pendidikan, yaituketeladanan dan pembiasaan; dan k) pengembangan pendidikan merupakankomponen pendidikan yang terakhir, yang menjadi tonggak akhir dalam upayamemperbaiki dan memajukan pendidikan saat ini. Maka terdapat dua langkah pentingyang harus segera diambil, yaitu: Pertama, mengubah paradigma denganmengutamakan agama. Jadikan agama sebagai core sistem pendidikan. Kedua,mendesain model kurikulum. Model kurikulum harus didesain berdasakan paradigm,dan harus memperhatikan fitrah manusia dan perkembangan dunia modern. Iniberarti harus mengandung muatan lokal, nasional, dan global.

KATA KUNCI: Filsafat Pendidikan Islam dan Komponen.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari

komponen-komponen penting yang saling berhubungan. Kompenen-

komponen yang ada pada sistem tersebut merupakan bagian-bagian

yang mendukung satu salama lain, sehingga jika komponen/bagian

tersebut mengalami kerusakan atau tidak berjalan dengan baik,

maka yang menjadi cita-cita pendidikan akan tidak tercapai.

Dewasa ini, pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan

tersebut, memang menjadi bahan diskusi yang tetap aktual dan

menarik, sebab kesemuanya memiliki peran dan fungsi yang urgen

dalam mendukung dan menentukan keberhasilan pendidikan dan dalam 

memecahkan persoalan (agenda) pendidikan. Untuk itu, kajian dan

diskusi tentang bagaimana filsafat pendidikan Islam dalam  untuk

memecahkan persoalan (agenda) pendidikan melalui kajian komponen-

komponen pendidikan sangat dibutuhkan harus dikembangkan secara

dinamis sesuai dengan kebutuhan pelaku pendidikan Islam  sesuai

dengan tuntutan zaman.

Page 5: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Pengembangan dan pengkajian dalam diskusi atau seminar

pendidikan Islam, mengenai  filsafat pendidikan Islam dalam

memecahkan persoalan (agenda) pendidikan melalui kajian komponen-

komponen pendidikan tersebut harus dilakukan, khususnya para

pelaksana pendidikan Islam. Karena jika dalam  memecahkan

persoalan (agenda) pendidikan melalui kajian komponen-komponen

pendidikan yang digunakan masih bersifat taqlid, statis dan

cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan sesuai dengan

perkembangan zaman, maka akan berdampak terhadap kualitas

pendidikan umat Islam, terlebih lagi kualitas kehidupan umat

Islam itu sendiri yang akan terus terbelakang dan menjadi bulan-

bulanan institusi atau lembaga pendidikan yang menggunakan sistem

pendidikan selain Islam, lebih lagi institusi pendidikan yang

tidak mengatasnamakan Islam. Memang ada kecenderungan selama ini,

bahwa dinamika pendidikan Islam dalam tataran pelaksanaanya

kurang mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lain. Hal

itu tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya

adalah faktor dalam merumuskan atau merencanakan dan prosedur

yang diterapkan dalam perencanaan tersebut, yang seharusnya

mengadopsi dari konsepsi filsafat pendidikan Islami yang utuh dan

sesuai dengan tuntutan perkembanagan zaman, sehingga dapat

merancangbangun dan menyelenggarakan pendidikan yang baik atau

memperbaiki pendidikan yang selalu menjadi perhatian khalayak

para pelaksana pendidikan untuk dipecahkan.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang apa, bagaimana dan

mengapa persoalan (agenda) pendidikan melalui kajian komponen-

Page 6: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

komponen pendidikan menjadi tokoh atau pemeran utama dalam makalah

ini? maka perlu dilakukan kajian yang komprehensif dan mendalam

tentang persoalan (agenda) pendidikan melalui kajian komponen-

komponen pendidikan dalam perspektif filsafat pendidikan Islam.

Makalah ini sengaja disusun dengan harapan, kajian ini memberikan

pemahaman yang lebih utuh tentang konsep filsafat pendidikan

Islam dalam  memecahkan persoalan (agenda) pendidikan melalui

kajian komponen-komponen pendidikan, sehingga memberikan

kontribusi yang jelas terhadap pengembangan keilmuan di bidang

pendidikan Islam, khususnya di wilayah kajian filsafat Pendidikan

Islam. Namun, apa yang tertulis secara eksplisit dalam makalah

ini tentu kurang memadai untuk memenuhi harapan tersebut tanpa

adanya kritik, saran dan diskusi lebih lanjut tentang gagasan-

gagasan yang ada. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat konstruktif dari pembaca sehingga apa yang diharapkan

dapat terpenuhi dengan baik.

PEMBAHASANFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMI (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA)PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN)

Dalam upaya memecahkan persoalan (agenda) pendidikan, maka

terlebih dahulu yang harus dipahami adalah apa, siapa, di mana,

kapan, mengapa dan bagaimana persoalan pendidikan dewasa ini?

Sehingga menurut hemat penulis, persoalan yang terjadi dewasa

ini, dapat ditemukan titik-titik fokus yang menjadi sumber

permasalahan yang selalu dinamis dan semakin kompleks. Penulis

Page 7: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

berasumsi bahwa persoalan (agenda) pendidikan saat ini adalah

dampak dari pemahaman, perumusan, pelaksanaan dan pengendalian

(evaluasi) yang tidak dapat menjawab kebutuhan dan kesesuaian

dalam pendidikan dewasa ini.

Penulis mencoba membuat titik-titik fokus yang menjadi

sumber persoalan yang termuat dalam komponen-komponen pendidikan

itu sendiri, meliputi; hakikat manusia, hakikat pendidikan, dasar

pendidikan,  tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, peserta didik, kelembagaan

pendidikan, proses pendidikan, dan pengembangan pendidikan yang pada

makalah ini, penulis akan menjabarkan secara padat dan utuh

dengan harapan dapat menjawab persoalan pendidikan dewasa ini.

A.    HAKEKAT MANUSIA

Setiap orang memiliki filsafat yang berbeda-beda, baik itu

yang berupa ide-ide tentang benda-benda, sejarah, arti kehidupan,

mati, Tuhan, benar atau salah, maupun tentang keindahan atau

kejelekan dan sebagainya. Namun bagaimana persepsi filsafat

terhadap apa yang menjadi subyek dan kadang menjadi obyek dalam

berfilsafat tersebut? Oleh karena itu, penulis akan mengungkapkan

hakikat dari subjek/obyek yang berfilsafat (manusia) yang

merupakan subjek/obyek yang menjadi bagian integral dalam komponen-

komponen pendidikan dan menjadi subjek/obyek dalam  memecahkan

persoalan (agenda) pendidikan.

Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa karena pendidikan

adalah usaha untuk membantu manusia untuk memanusiakan dirinya,

maka pada pembahasan kali ini, akan dibahas tentang hakekat

manusia. Ada dua sudut pandang yang digunakan; manusia menurut

Page 8: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

manusia, dan manusia menurut Tuhan, yang pada kesempatan ini akan

dijelaskan sebagai berikut:

1.      Manusia Menurut Manusia

a)      Socrates mengungkapkan bahwa manuisa adalah sentral segalanya.

Dia akan mengatur dirinya dan alam dengan peraturan yang dia buat

sendiri.

b)      Plato (murid Socrates) menyebutkan bahwa manusia perlu

mengetahui siapa dirinya sebelum mengetahui yang ada di luar

dirinya. Dan untuk mengetahui sesuatu itu, manusia perlu

bertanya. Untuk itu dia perlu bantuan orang lain untuk menjawab

pelbagai pertanyaannya. Manusia terdiri dari jiwa (ada sebelum

kelahiran) dan tubuh (fisik). Jiwa akan abadi sedangkan tubuh

akan musnah. Jiwa manusia terdiri dari 3 elemen; kuda putih

(roh), kuda hitam (nafsu), dan kusir (rasio). Kuda hitam dan

putih secara bersama menarik kereta. Rasio bertugas mengendalikan

kereta. Pendidikan bertugas membantu rasio dalam mengendalikan

kereta tersebut.

c)      Rene Descartes (1596-1650) mengartikan ciri rasional pada

manusia adalah adanya kebebasan memilih dalam bertingkah laku.

Pada binatang kebebasan itu tidak ada. Maka berfikir itu sangat

sentral pada manusia.

d)     Immanuel Kant (1724-1804) memberi definisi bahwa manusia itu

adalah makhluk rasional yang bertindak berdasarkan alasan moral

yang bukan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Jadi

ciri manusia adalah berfikir baru bertindak. Pada binatang itu

tidak terjadi.

Page 9: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

2.      Manusia Menurut Tuhan

Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa penjelasan terbaik

tentang siapa manusia itu berasal dari pencipta manusia. Dan

karena Al-Quran adalah kitab yang masih asli dari Tuhan, maka

dari sanalah kita mengetahui apa yang Tuhan katakan tentang

manusia. Menurut Tuhan manusia adalah diciptakan oleh Tuhan. Al-

Quran menyebutkan bahwa manusia memiliki unsur jasmani, maka

perlu makan dan minum (QS. 7:31). Juga memiliki unsur akal, dan

ruh.  Menurut Al Syaibani, jasmani, akal, dan ruhani membangun

manusia laksana segitiga sama sisi. Ketiganya sama pentingnya

untuk dikembangkan.

Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang digunakan dalam

menunjukkan tentang manusia, yakni: insan, basyar dan bani Adam.

Basyar banyak mengacu pada pertian manusia dari segi fisik dan

nalurinya yang berbeda dengan makhluk lainnya. Sementara insan

menunjukkan manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga.

Manusia (insan) yang berbeda antara seorang dengan seorang yang

lain karena perbedaan fisik, mental dan kecerdasan. Bani Adam

menunjukkan pada semua manusia sebagai makhluk sosial (M. Quraish

Shihab, 1997 : 278).

Konsep manusia dalam Islam juga dapat diambil dari QS. Al-

Mu’minun ayat 12-14 menunjukkan bahwa manusia diciptakan Allah

dari saripati tanah yang dijadikan sperma (nuthfah) dan disimpan

di tempat yang kokoh. Kemudian nuthfah itu dijadikan segumpal

darah. Segumpal darah itu dijadikan segumpal daging. Lalu

Page 10: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

segumpal daging dijadika tulang. Tulang dibalut dengan daging

yang kemudian dijadikan Allah sebagai makhluk. Sedangkan dalam

QS. As-Sajadah ayat 7-9 ditegaskan pula bahwa setelah kejadian

manusia dalam kandungan mengambil bentuk, ditiupkan oleh Allah

ruh ke dalam tubuhnya, dan dijadikannya pendengaran, penglihatan

dan perasaan. Dengan demikian, QS. Al-Mu’minun ayat 12-14 dan QS.

As-Sajdah ayat 7-9 jelas menegaskan bahwa manusia tersusun dari

dua unsur materi dan immateri, jasmani dan rohani. Unsur materi

(tubuh) manusia berasal dari tanah dan ruh manusia berasal dari

subtansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik jasmani, yaitu

mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak. Ruh

mempunyai dua daya, yakni daya berpikir yang disebut akal yang

berpusat di kepala, dan daya rasa yang berpusat di hati (Rohiman

Notowidagodo, 1996 : 17). Unsur-unsur immateri yang lain yang ada

pada manusia itu terdiri dari ruh, aqal, dan nafsu (Mustafa

Zahri, 1976 : 121).

Dari uraian yang singkat tentang hakikat manusia, maka penulis

menyebutkan bahwa upaya yang pertama dan menjadi dasar dari

pemecahan persoalan (agenda) pendidikan adalah sejauh mana

pendidikan dapat memanusiakan manusia dengan pendidikan itu

sendiri? Oleh karena itu, perlu adanya upaya memupuk pemahaman

yang sesuai dengan kebutuhan dan persoalan yang harus dijawab

oleh pendidikan tentang apa, siapa, mengapa dan bagaimana  manusia

itu? sehingga harapan dalam pendidikan itu sendiri dapat

tercapai, disebabkan pendidikan dapat membantu manusia dalam

memanusiakan manusia. Dengan kata lain bahwa pengetahuan,

Page 11: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

pemahaman dan pemaknaan akan hakikat manusia itu sendiri merupakan

komponen pendidikan yang harus diperbaiki.

B.     HAKEKAT PENDIDIKAN

1.      Arti Pendidikan

Komponen pendidikan yang menjadi tolak ukur dalam

keberhasilan pendidikan adalah bagaimana memaknai hakikat pendidikan

itu sendiri. Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa orang Yunani

(600 SM) telah mengatakan bahwa pendidikan adalah

usaha mambantu manusia menjadi manusia. Pengertian ini

sesungguhnya masih sangat relevan hingga saat ini. Juga sangat

relevan dengan konsep Al-Quran.

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih

sempurna dan komperhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya

yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang

paling sempurna, Islam memili sumber ajaran yang termuat di dalam

Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang telah dibuktikan oleh para peneliti

ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan

dan pengajaran.Nabi Muhammad Saw., telah mencanangkan program

pendidikan seumur hidup (long life education). Dengan demikian, Islam

sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada Al-Qur’an dan

Al-Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang

pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini

ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan

manusia dan memecahkan persoalan manusia itu sendiri. Oleh karena

itu, Islam menegaskan bahwa pendidikan merupakan jembatan yang

menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan

Page 12: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi

merdeka, dan seterusnya.

Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli dari Barat

mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek

pendidikan? A. Yunus (1999:7) mengemukakan beberapa definisi

pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah :

a)   Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna

pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa

atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula

terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan

kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan

perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia

hidup;

b)   H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi)

dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang

telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar

kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar

intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia;

c)   Frederick J. Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau

kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia.

Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau

perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang; dan

d)  M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi

antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau

suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

2.      Pendidikan, Masalah yang Tidak Pernah Selesai

Page 13: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Ahmad Tafsir (2006)  menyatakan bahwa kapanpun dan di Negara

manapun baik negara berkembang maupun negara yang sudah maju

sekalipun, pendidikan selalu menjadi topik pembicaraan yang tak

pernah selesai. Selalu ada usaha untuk memperbaikinya. Ada yang

berhasil tetapi tidak sedikit yang gagal. Hal ini sesuai dengan

sifat manusia yang tidak pernah puas dan cenderung menyukai hal

baru (J.P. Sartri).

Sajjad Husein & Ali Ashraf (1986:98) mengungkapkan bahwa

dewasa ini dunia Islam tengah menghadapi berbagai permasalahan

seputar krisis pendidikan Islam serta problem lain yang sangat

menuntut upaya pemecahan secara mendesak. Sejalan dengan hal ini,

Khursid Ahmad menyatakan bahwa di antara persoalan-persoalan yang

dihadapi dunia Islam masa kini tentang persoalan pendidikan

adalah tantangan yang paling berat. Masa depan Islam akan sangat

tergantung pada bagaimana dunia itu menghadapi tantangan ini

(Machnun Hussein, 1983:ix). Oleh karena itu, inilah yang menuntut

agar selalu dilakukan pembaharuan (modernisasi) dalam hal

pendidikan dan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat

Islam.

Dari uraian di atas tentang hakikat pendidikan yang merupakan

bagian integral dari komponen-komponen pendidikan, maka penulis

berpendapat bahwa terdapat dua kata yang perlu digarisbawahi

mengenai hakikat pendidikan yaitu “membantu” dan “manusia” dan

ini yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri untuk memanusiakan

manusia. Untuk merealisasikan tujuan ini manusia haruslah

memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri, memiliki

Page 14: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

pengetahuan. Karena itulah manusia itu menjadi tujuan pendidikan

yang harus memiliki pengetahuan yang tinggi. Intinya manusia

harus mampu berpikir benar, baik dan indah. Selain itu, dalam

proses pendidikan, yakni memanusiakan manusia, maka tidak dapat

dipungkiri keberadaannya bahwa masalah-masalah dalam proses

pendidikan akan selalu ada, terlebih lagi bagi pendidikan Islam.

Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mampu dan dapat bersaing

dalam memajukan kualitas mansia itu sendiri sesuai dengan tujuan

pendidikan, lebih khusus lagi sesuai dengan tujuan pendidikan

Islam.

C. DASAR PENDIDIKAN

Dasar pendidikan merupakan konsepsi awal berpijaknya

pendidikan dimanapun, kapanpun dan siapapun. Ia merupakan

komponen pendidikan yang menyatu dan beriringan dengan tujuan

pendidikan itu sendiri. Dasar pendidikan terletak pada bagaimana

ia berpandangan? Ketika yang menjadi pandangan hidupnya adalah

agama, maka dasar dari pendidikannya pun akan sesuai dengan

pendangan hidupnya. Demikian pula, jika pandangan hidupnya adalah

Pancasaila dan UUD 1945, maka dasar pendidikannya pun akan

selaras dengan pandangan hidupnya.

Konsep Dasar pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia

termaktub di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 yaitu :

Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; Setiap warga negara wajibmengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; Pemerintahmengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yangmeningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

Page 15: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; Negaramemprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari anggaranpendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerahuntuk memenuhi kebutuhan n penyelenggaraan pendidikan nasional; dan Pemerintahmemajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilaiagama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umatmanusia.

Berdasarkan UUD 1945 pasal 31 di atas, maka sistem

pendidikan nasional dituangkan dalam UU No.20/2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Demikian pula Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa dasar

pendidikan yang digunakan, tidak keluar dari dasar negara

Pancasila. Namun, Pancasila belum diturunkan 100% ke dalam UU

Sisdiknas 2003 yang dipakai saat ini oleh pendidikan di

Indonesia. Lebih lanjut Ahmad tafsir mengungkapkan bahwa sebelum

mengetahui apakah dasar pendidikan dewasa ini sudah mengacu

kepada Pancasila? Maka terlebih dahulu pahamilah istilah berikut

ini, sebagai gambaran dasar pendidikan saat ini, yaitu sebagai

berikut:

1.      Rasionalisme

Page 16: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Rasionalisme berpegang pada prinsip bahwa akal adalah

pencari kebenaran. Dan kebenaran diukur dengan akal. Kebenaran

harus dimiliki agar derajat kemanusiaan semakin tinggi. Manusia

yang sebenarnya adalah yang derajat kemanusiaannya tinggi.

2.      Memperkuat Dasar Bagi Nilai-nilai

Terdapat 3 nilai dasar dalam hidup, yaitu benar-salah, baik-

buruk, indah-tidak indah. Seiap orang meninginkan nilai yang

diyakininya dapat lestari. Munculnya budaya yang beragam di

masyarakat merupakan bukti keinginan itu. Jadi budaya tidak lain

adalah bukti nyata adanya nilai. Nilai atau budaya mana yang

ingin dikembangkan oleh pendidikan? Setidaknya ada dua aliran

budaya yang tengah berebut pengaruh di dunia pendidikan

kita. Pertama, budaya yang berdasar pada nilai falsafah bangsa

Pancasila yang core nilainya Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua budaya

Barat. Budaya Barat yang falsafahnya dibangun dari Humanisme dan

Realisme yang melahirkan Positivisme yang menghasilkan metode

ilmiah dan metode riset. Seluruh produk metode riset digunakan

untuk mengatur kehidupan manusia maupun mengatur alam. Inti dari

budaya Barat adalah budaya mendewakan akal. Apakah budaya barat

memang pilihan, ataukah Pancasila? Tidak jarang sebagian para

pendidik secara tidak sadar talah memuja Barat. Padahal

sesungguhnya Barat sendiri mengakui bahwa budaya mereka adalah

budaya yang tidak memanusiakan manusia karena manusia yang unik

telah demikian disederhanakan. Manusia dianggap (diperlakukan)

seperti barang-barang produksi mesin.

Page 17: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Dari uraian singkat tentang dasar pendidikan yang masih terikat

menjadi bagian dari komponen-komponen pendidikan, maka penulis

berasumsi bahwa pendidikan akan selalu diwarnai oleh pandangan

hidup (way of life). Salah satu pandangan hidup adalah rasionalisme,

yang beranggapan bahwa kebenaran itu diperoleh melalui akal, atau

dengan kata lain akal itulah alat pencari dan pengukur kebenaran,

orang-orang sophis dalam penggunaan akal amatlah radikal.

Sekalipun akal yang berperan tetapi bukan merupakan satu-satunya

jalan. Bagi bangsa Indonesia, pandangan hidup yang harus

dijadikan pegangan adalah Pancasila, dan bukan hanya akal yang

menjadi pandangan hidup. Terlebih lagi bagi Muslim, tentunya

tidak hanya akal yang mereka gunakan saja melainkan potensi hati

dan jasad yang dapat mendesign pendidikan menjadi lebih baik.

Selanjutnya ketika  membicarakan mengenai design pendidikan tidak

akan terlepas dari nilai atau norma yang akan diterapkan.

Biasanya nilai baik dan buruk digunakan untuk menetapkan nilai,

adapun nilai indah dan tidak indah biasanya dikaitkan dengan

seni.

C.    TUJUAN PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan merupakan tempat perhentian dari seluruh

komponen pendidikan, tanpa tujuan pendidikan yang menjadi ruh

pada komponen-komponen pendidikan, maka pendidikan hanya tinggal

nama, karena tidak memiliki arah dan tujuan ke mana akan

berlabunya pendidikan. Oleh karena itu dalam pendidikan. wajib

hukumnya menentukan tujuan pendidikan sesuai dengan apa, di mana,

Page 18: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

kapan, siapa, mengapa dan bagaimana manusia itu akan menjalani

kehidupan dengan diiringi proses pendidikan.

Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa tujuan pendidikan

merupakan wujud dari pandangan hidup (why of life) dari orang yang

merumuskannya. Karena rumusan pendidikan dibuat oleh para manusia

(salah satunya wakil rakyat, DPR) maka pandangan hidup mereka

turut mewarnai bahkan tidak jarang terjadi perdebatan diantara

mereka. Asalkan rumusannya tidak terlalu jauh dari Pancasila dan

tidak mengancam keutuhan bangsa.

Lebih lagi bagi Islam, yang merupakan dien yang sempurna

yang telah menjawab segala macam permasalahan pendidikan dari

dulu hingga sekarang. Oleh karena itu sebagai seorang muslim

tentunya harus yakin akan sistem pendidikan yang berlandaskan

Islam tentunya akan membawa kemaslahatan bagi masyarakat. Salah

satu yang menjadi landasan berpijak dalam sistem pendidikan Islam

adalah tujuan pendidikan. Tujuan dari pendidikan Islam yang

diselenggarakan adalah memiliki lulusan yang diharapkan

seharusnya, memiliki; badan yang sehat, sehinga menjadi manusia

produktif;  cerdas, sehingga dapat menyelesaikan persoalan dengan

cepat dan tepat; dan beriman kuat, karena tidak semua masalah

bersifat rasional (dapat diselesaikan dengan kecerdasan). Ketiga

karakter tersebut dapat diuraikan lagi menjadi; lulusan harus

disiplin; jujur; kreatif; ulet; berdaya saing; dapat hidup

berdampingan (living together); demokratis; menghargai waktu; dan

mampu mengendalikan diri.

Page 19: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Secara umum tujuan pendidikan adalah manusia yang baik yang

akan membentuk masyarakat yang baik. Normatif memang. Lalu apa

ciri normarifnya? Masyarakat yang baik sering disebut

sebagai masyarakat madani dengan tiga ciri utama, yakni adanya

hukum yang manusiawi; adanya masyarakat yang taat hukum dan

kesamaan dimuka hukum; dan adanya penegak hukum yang berwibawa.

Selain itu, bagaimana tujuan pendidikan Islami itu? Tujuan

pendidikan Islam adalah dalam hal ini mempunyai upaya yang

terstruktur dan terprogram dalam manjalankan sistem pendidikannya

yang tidak lain bertujuan membentuk manusia yang memiliki hal-hal

sebagaimana penulis akan kemukakan berikut, yaitu:

1.   Berkepribadian Islam

Tujuan ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim,

yakni seorang muslim harus dapat memegang tegas identitasnya

sebagai seorang muslim dalam seluruh aspek kehidupan. Yaitu

mempunyai pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) yang

berlandaskan Islam. Ada tiga langkah yang pernah diterapkan

Rasulullah Saw. dalam membentuk pola pikir (aqliyah) dan pola

sikap (nafsiyah) Islam yaitu: Pertama, menanamkan aqidah Islam dengan

metode yang tepat, yakni sesuai dengan kategori aqidah aqliyah

(aqidah yang keyakinannya dicapai dengan melalui proses

berfikir); Kedua, mengajaknya untuk senantiasa menegakkan

bangunan cara berfikir dan berprilaku berlandaskan pondasi Islam;

dan Ketiga, mengembangkan kepribadiannya dengan cara membakar

semangatnya untuk bersungguh-sungguh dalam memperdalam tsaqofah

Page 20: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Islam dan mengamalkannya di seluruh aspek kehidupan sebagai wujud

ketakwaan terhadap Allah Swt.

2.   Menguasai Tsaqafah Islam

Tujuannya yaitu tidak lain merupakan konsekuensi kemusliman

seseorang. Islam mendorong setiap muslim untuk menjadi manusia

yang penuh ilmu. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin membagi

ilmu dalam dua kategori dilihat dari sisi kewajibannya yaitu:

Pertama, Ilmu yang digolongkan sebagai fardlu ‘ain, yakni ilmu yang

wajib dipelajari oleh setiap individu muslim yaitu ilmu-ilmu

tsaqafah Islam seperti: pemikiran Islam, ide dan hukum (fiqh)

Islam, bahasa arab, Al-Qur’an dan Al-Hadist dan sebagainya; dan

Kedua, Ilmu yang digolongkan sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu yang

wajib dipelajari oleh sebagian dari umat Islam seperti ilmu

kedokteran, pertanian, teknik, matematika dan sebagainya.

3.   Menguasai Ilmu Kehidupan (Iptek dan Keahlian)

Kewajiban untuk menguasai ilmu kehidupan seperti iptek dan

keahlian sangat diperlukan agar umat Islam dapat mencapai

kemajuan material, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai

khalifah di muka bumi. Sementara banyak dalam ayat Al-Qur’an yang

menyerukan untuk menggunakan akal untuk memikirkan segala

penciptaan Allah Swt. sehingga bisa didapat sains dan aplikasinya

berupa teknologi. Dari situlah akan membuahkan tambahan keimanan

kepada Allah Swt., terhadap semua penciptaan Allah Swt. dan

keagungan-Nya.

Page 21: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Dengan demikian, dari uraian singkat di atas tentang tujuan

pendidikan (bagian dari komponen pendidikan), maka penulis

menyatakan bahwa sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang

beragama Islam, maka tujuan pendidikan yang ditekankan pun bukan

hanya menjadi manusia yang berjiwa Pancasila, namun lebih dari

itu, yakni menjadi manusia yang memiliki kepribadian Islami dari

sisi aqidah, syariah dan akhlak, serta menguasai ilmu-ilmu

khazanah Islami. Selain itu, ia juga harus menguasai ilmu dan

teknologi yang sedang berkembang saat ini. Jadi, tujuan

pendidikan yang diselenggarakan adalah tujuan yang memiliki

orientasi untuk memanusiakan manusia secara kenegaraan

(Indonesia), lebih jauh lagi memanusiakan manusia Indonesia

dengan tujuan memiliki kepribadian Islami.

D.    KURIKULUM PENDIDIKAN

Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang sangat

mempengaruhi keberhasilan tujuan pendidikan, karena setiap apa

yang menjadi kebijakkannya adalah menghasilkan tercapai tidaknya

tujuan pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam merumuskan

kurikulum perlu juga mengamati dan mempertimbangkan komponen-

komponen yang lain, sehingga komponen pendidikan yang satu dengan

komponen pendidikan yang lain dapat berjalan dengan benar, baik

dan indah.

Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa kurikulum sering

diartikan sebagai program. Istilah ini sangat popular di dunia

Page 22: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

pendidikan. Biasanya berisi daftar mata pelajaran. Tetapi

sebenarnya tidak harus demikian. Kurikulum dapar saja berisi

daftar kegiatan misalnya kegiatan mengelas, berlari, menulis, dan

seterusnya. Yang tidak kalah penting di sini adalah paradigma dan

pendekatan yang akan digunakan guna mencapai tujuan kurikulum.

Sebagaimana pembagian jenis ilmu, maka paradigma dalam

mengembangkan ilmu juga harus tepat. Ilmu pengetahuan sain dapat

dicapai dengan metode ilmiah – empiris, ilmu yang bersifat

filsafat maka paradigmanya adalah rasional (tanpa empiris),

demikian juga ilmu mistik memiliki paradimnanya sendiri

(suprarasional dan metarasional paradigma). Jangan pernah

memberikan pengetahuan tetapi menggunakan paradigma yang tidak

tepat. Pendidikan Barat contohnya, telah melakukan kesalahan

fatal ketikan mengkaji ilmu agama dengan paradigma  sain –

empirik. Tentu saja kebanyakan mereka akan gagal.

Kurikulum ialah program dalam mencapai tujuan pendidikan.

Hal penting pertama yang harus diperhaikan ialah kurikulum itu

ditentukan oleh tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sementara

tujuan pendidikan itu mesti ditetapkan berdasarkan kehendak

manusia yang membuat kurikuum itu. Tatkala, hendak merancang

kurikulum pendidikan, yang terbayang pada ialah apa indikator

manusia yang baik itu. Manusia yang baik ialah manusia yang

akhlaknya baik; memiliki pengetahuan yang benar; dan Menghargai

keindahan. Tiga pilar ini yang menjadi isi semua kurikulum.

Dalam memandang persoalan kurikulum Islami, maka masih

sering hanya dimaknai secara parsial dan tidak integral (mencakup

Page 23: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

berbagai aspek kehidupan), sehingga peran pendidikan Islam di era

global sering hanya difahami sebagai pemindahan pengetahuan

(knowladge) dan nila-nilai (value) ajaran Islam yang tertuang

dalam teks-teks agama, sedangkan ilmu-ilmu sosial (Social Science)

dan ilmu-ilmu alam (Nature Science) dianggap pengetahuan yang umum.

Padahal Islam tidak pernah mendikotomikan (memisahkan dengan

tanpa terikat) antara ilmu-ilmu agama dan umum. Semua ilmu dalam

Islam dianggap penting asalkan berguna bagi kemaslahatan umat

manusia (M. Shofan, 2004:109)

Dalam menghadapi peradaban modern, yang perlu diselesaikan

adalah persoalan-persoalan umum internal pendidikan Islam yaitu,

persoalan dikotomik; tujuan dan fungsi lembaga pendidikan Islam,

dan persoalan kurikulum atau materi. Ketiga persoalan ini saling

interdependensi antara satu dengan lainnya, yang pada kesempatan

ini akan diuraikan sebagai berikut:

Pertama, persolan dikotomik pendidikan Islam, yang merupakan

persoalan lama yang belum terselesaikan sampai sekarang.

Pendidikan Islam harus menuju pada integritas antara ilmu agama

dan ilmu umum untuk tidak melahirkan jurang pemisah antara ilmu

agama dan ilmu bukan agama. Karena, dalam pandangan seorang

Muslim, ilmu pengetahuan adalah satu yaitu yang berasal dari

Allah Swt. (Suroyo, 1991:45). Mengenai persoalam dikotomi,

tawaran Fazlur Rahman, salah satu pendekatannya adalah dengan

menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang

secara umumnya di dunia Barat dan mencoba untuk “mengislamkan”nya

- yakni mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu dari

Page 24: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Islam. Lebih lanjut Fazlur Rahman, mengatakan persoalannya adalah

bagaimana melakukan modernisasi pendidikan Islam, yakni

membuatnya mampu untuk produktivitas intelektual Islam yang

kreatif dalam semua bidang usaha intelektual bersama-sama dengan

keterkaiatan yang serius kepada Islam (Fazlur Rahman,

1982 :155,160). A.Syafi’i Ma’arif (1991 : 150), mengatakan bahwa

jika konsep dualisme dikotomik berhasil ditumbangkan, maka dalam

jangka panjang sistem pendidikan Islam juga akan berubah secara

keseluruhan, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi;

Kedua, perlu pemikiran kembali tujuan dan fungsi lembaga-lembaga

pendidikan Islam (Anwar Jasin, 1985:15) yang ada; dan

Ketiga, persoalan kurikulum atau materi Pendidikan Islam, meteri

pendidikan Islam “terlalu dominasi masalah-maslah yang

bersifat normatif, ritual dan eskatologis. Materi disampaikan

dengan semangat ortodoksi kegamaan, suatu cara dimana peserta

didik dipaksa tunduk pada suatu “meta narasi” yang ada, tanpa

diberi peluang untuk melakukan telaah secara kritis. Pendidikan

Islam tidak fungsional dalam kehidupan sehari-hari, kecuali hanya

sedikit aktivitas verbal dan formal untuk menghabiskan materi

atau kurikulum yang telah diprogramkan dengan batas waktu yang

telah ditentukan.

Mencermati persoalan yang dikemukakan di atas, maka perlu

menyelesaikan persoalan internal yang dihadapi pendidikan Islam

secara mendasar dan tuntas. Sebab pendidikan sekarang ini juga

dihadapkan pada persoalan-persoalan yang cukup kompleks, yakni

bagaimana pendidikan mampu mempersiapkan manusia yang

Page 25: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

berkualitas, bermoral tinggi dalam

menghadapi perubahan masyarakat yang begitu cepat, sehingga

produk pendidikan Islam tidak hanya melayani dunia modern, tetapi

mempunyai pasar baru atau mampu bersaing secara kompetitif dan

proaktif dalam dunia masyarakat modern.

E.     PESERTA DIDIK

Peserta didik dan pendidik merupakan satu kesatuan dalam

komponen-komponen pendidikan itu sendiri. Peserta didik tidak

akan dapat terdidik dan menjadi manusia seutunya, jika tanpa

dorongan, arahan dan bimbingan pendidik dalam upaya tercapainya

tujuan pendidikan.Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa ada tiga istilah yang sering

digunakan untuk menunjukkan peserta didik yakni murid, anak didik, dan

peserta didik. Ahmad Tafsir menanalisa alasan masing-masing penggunaan

istilah dan merekomendasikan untuk (tetap) menggunakan istilah

‘murid’. Adapun perbedaan istilah tersebut adalah sebagai berikut:

Murid Mengandung makna kesungguhan belajar, keprihatinan guru, pembelajaran lebih barokah dan manusiawi. Seorang murid mestilah mendahulukan kesucian jiwa, mengurangi keterkaitan dengan kesibukan duniawiyah, dan tidak sombong terhadap orang-orang berilmu.

Anak didik

Diharapkan guru mencintainya seperti mencintai anak sendiri.

Peserta didik

Istilah paling mutakhir yang sangat mementingkan ‘proses’ belajar. Peran guru semakin dikurangi hingga menjadi 25% saja atau jika mungkin 0%

Page 26: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut

dengan tilmidz jamaknya adalah talamid, yang artinya adalah “murid”,

maksudnya adalah “orang-orang yang menginginkan pendidikan”.

Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah thalib, jamaknya

adalah thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah

“orang-orang yang mencari ilmu”. Ini sesuai dengan sabda

Rasulullah Saw: “Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah

mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani)

Namun secara definitif yang lebih detail para ahli teleh

menuliskan beberapa pengertian tentang peserta didik, yaitu

sebagai berikut:

1.    Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memilki

sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan

(Samsul Nizar, 2002:25).

2.    Pasal 1 ayat 4 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan

pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

3.    Abu Ahmadi (Abu Ahmadi, 1991:26)  mengungkapkan bahwa peserta

didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,

bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat

manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan

sebagai suatu pribadi atau individu

Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli di

atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang

Page 27: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun

psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi

tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.

Samsul Nizar (2002:20) sebagaimana yang dikutip oleh

Ramayulis (2008:36) mengklasifikasikan peserta didik sebagai

berikut:

1.      Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi memiliki

dunianya sendiri.

2.      Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan

pertumbuhan.

3.      Peserta didik adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan

individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan

dimana ia berada.

4.      Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani,

unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya

akal hati nurani dan nafsu.

5.    Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah

yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis

Abdul Mujib dalam Ramayulis (2004: 98) mengungkapkan bahwa

Al-Ghozali memberikan penjelasan tentang kewajiban peserta didik,

yaitu sebagai berikut:

1.      Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqoruh kepada Allah

SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak didik dituntut

untuk mensucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang

tercela. Allah SWT berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Ad- Dzariat: 56)

Page 28: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku

adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-

An’am: 163)

2.      Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah

ukhrowi. Allah SWT berfirman: “Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih

baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”(QS. Adh-Dhuha: 4).

3.      Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan

kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya.

4.      Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai

aliran.

5.      Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun

untuk duniawi.

6.      Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang

mudah menuju pelajaran yang sukar.

7.      Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada

ilmu yang lainnya, sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu

pengetahuan secara mendalam.

8.      Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang

dipelajari.

9.      Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

10.  Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan,

yaitu ilmu yang dapat bermanfaat dalam kehidupan dinia akherat.

11.  Anak didik harus tunduk pada nasehat pendidik.

Selanjutnya, siapakah pendidik sebenarnya? Orang tua adalah

pendidik paling utama. Kepolisian, LSM, parpol, termasuk (juga)

guru adalah sebagai pendidik pada batas-batas wewenangannya

Page 29: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

masing-masing. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam UU

No.20 Tahun 2003, Pasal 39 ayat 2 dijelaskan bahwa Pendidik

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi. Selanjutnya dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1

BAB 1 tentang Ketentuan umum menyebutkan bahwa Tenaga

Kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,

pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan

sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

F.     LEMBAGA PENDIDIKAN

Lembaga pendidikan merupakan komponen pendidikan yang

menjadi tempat atau lingkungan pendidikan, yang menurut hemat

penulis bahwa lembaga pendidikan di sini adalah dapat

diistilahkan dengan lingkungan pendidikan yang meliputi,

lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Namun dengan

berjalannya pengertian-pengertian baru, maka lembaga pendidikan

yang dimaksud saat ini lebih cenderung kepada lembaga pendidikan

dalam bentuk sekolah. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan

oleh Ahmad Tafsir (2006) yang menyatakan bahwa secara konseptual

lembaga pendidikan (sekolah) dibentuk untuk melakukan proses

pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tiga tujuan

setidaknya ingin dicapai melalui sekolah

yakni moralitas (akhlak), civic (cinta tanah air), dan

Page 30: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

berpengatahuan. Lebih lanjut, Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa

untuk pendidikan untuk masa depan dan kecenderungan abad ke-21

ialah terjadinya globalisasi dan pasar bebas menuntut tambahan

kemampuan lulusan sebuah lembaga pendidikan. Dunia yang tanpa

batas (borderless word), pasar bebas (WTO-word trade organization) telah

diciptakan, dan tatanan dunia baru telah lahir. Namun demikian,

dunia pendidikan Indonesia masih menghadapi tiga masalah besar,

yaitu; sistem yang terlalu kaku, budaya korup (peringkat 2

dunia), dan belum berorientasi pada pemberdayaan dan

mengantisipasi abad 21. Model Sekolah abad 21 haruslah menekankan

pada kompetensi, pendidikan agama sebagai landasan terbentuknya

karakter dan kepribadian; bahasa Inggris aktif; pendidikan sains;

dan pendidikan keterampilan.

G.    PROSES PENDIDIKAN

Proses pendidikan merupakan salah satu dari komponen

pendidikan yang menurut Ahmad Tafsir (2006) adalah satu hal yang

penting untuk diperhatikan yang menjadi topik dalam pembahasan

ranah filsafat bahwasanya sebuah proses pendidikan mestilah

mambangun sebuah internalisasi content pendidikan. Baik itu

terkait dengan internalisasi pengetahuan terlebih lagi

internalisasi nilai. Ada rambu-rambu penting yang perlu

diperhatikan agar sebuah proses sukses melakukan internalisasi.

Ada tiga tujuan pembelajaran, yaitu 1) tahu (knowing); 2) mampu

melaksanakan apa yang diketahui (doing); dan 3) menjadi apa yang

telah dilaksanakan itu (being). Tiga hal tersebut berlaku untuk

semua disiplin ilmu baik ilmu yang tidak bersifat nilai, apalagi

Page 31: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

yang bersifat nilai. Untuk itu ada dua langkah penting yang perlu

dipersiapkan dan didesain oleh sebuah proses pendidikan, yaitu

keteladanan dan pembiasaan.

Pada pendidikan nilai, khususnya agama (Islam) dalam 

pelaksanaan keteladanan dan pembiasaan, mestilah ada action nyata.

Untuk itu perlu juga diketahui dan diperhatikan tahap-tahap

berikut khususnya ketika menginternalisasi praktik ibadah.

Menurut Al-Ghazali, ibadah itu melalui tahapan sebagai berikut:

1. Tahap ilmu, beribadah harus dengan ilmu sesuai dengan

petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

2. Tahap taubat, dengan taubat maka dosa akan diampuni, akan

mendapat pertolongan, dan ibadah akan diterima.

3. Tahap godaan, godaan dapat berupa dunia, makhluk, syetan,

hawa nafsu.

4. Tahap penghalang, penghalang dapat berupa rezeki dan

tuntutan hawa nafsu, kurang ridho, dan musibah.

5. Tahap pendorong, khauf dan raja’.

6. Tahap perusak, riya’ dan ujub.

7. Tahap puji dan syukur, jika semua tahap 1-6 dapat dilalui

dengan baik, maka seorang akan dapat merasakan nimatnya

beribadah. Maka pantaslah ia bersyukur dengan memuji

kebesaran Allah.

Page 32: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Satu lagi hal penting yang perlu diperhatikan dan

dipraktikkan dalam proses pendidikan yaitu doa. Doa adalah

kekuatan yang efektif. Doa yang paling efektif adalah yang

dilakukan oleh orang lain untuk saudaranya.

Terkait dengan biaya pendidikan, maka Ahmad Tafsir (2006)

menyatakan bahwa sumber daya terbesar yang harus dikeluarkan

dalam  pendidikan sesungguhnya adalah pada proses. Di Indonesia,

pendidikan Islam khususnya, seringkali menjadikan biaya yang

besar sebagai alibi keterbalakangan. Tetapi penulis kurang

sependapat jika dikatakan kita ini miskin. Yang benar adalah kita

tidak mampu mengelola harta, kurang bisa membuat skala prioritas

dalam beribadah. Ambil contoh, misalnya ibadah haji. 200.000

orang setiap tahunnya menunaikan haji ke Baitullah. 4%

diantaranya adalah orang yang sudah pernah berhaji. Jika 4 persen

(8.000 orang) ini mau menyisihkan uangnya untuk invertasi

pendidikan, maka akan ada 8.000 orang x Rp30.000.000 = 240

milyar. Bagaimana jika 10 tahun uang itu dideposito, maka akan

bertambah 200%. Belum lagi deposito tahun ke-2, ke-3, dst. Dan

masih ada lagi potensi lain; zakat, infaq, dll. Sayangnya, ummat

Islam – meminjam istilah Sutan Takdir Alisyahbana – masih sangat

menganut budaya ekspresif (rasa) dari pada progresif.

H.    PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

Page 33: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Pengembangan pendidikan merupakan komponen pendidikan yang

terakhir, yang menjadi tonggak akhir dalam upaya memperbaiki dan

memajukan upaya-upaya pendidikan.

Pengembangan pendidikan jika ditinjau dari sisi filsafat

pendidikan Islam, maka akan sesuai dengan apa yang diungkapkan

oleh Ahmad Tafsir (2006) yang menyatakan bahwa pancasila adalah

dasar Negara dan harus mampu diturunkan ke dalam UUD. Selanjutnya

harus diturunkan secara konsisten ke dalam semua UU, termasuk UU

Sisdiknas. Jika dilihat dari sisi filsafat, sesungguhnya

Pancasila memiliki 4 ide (bukan 5 ide), yaitu; (1) Kemanusiaan

yang berdasarkan keimanan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2)

Persatuan yang berdasarkan keimanan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(3) Kerakyatan yang berdasarkan keimanan Kepada Tuhan Yang Maha

Esa, dan (4) Keadilan sosial yang berdasarkan keimanan Kepada

Tuhan Yang Maha Esa. UU Sisdiknas haruslah menjadi salah satu

wujud dari empat ide tersebut. UU Sisdiknas yang baru no. 20

tahun 2003, setidaknya telah mencoba menerjemahkan ide tersebut.

Pada UU tersebut tertuang tujuan pendidikan yaitu untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, … (BAB II pasal

3). Persoalanya adalah kalimat “beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa” belum amat jelas maksudnya. Ini menjadi pangkal

persoalan untuk kemudian terjadi inkonsistensi.  Jikapun ini

dianggap telah konsisten, tetapi pada tataran teknis

inkonsistensi terulang lagi. Tidak adanya spirit “beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa” begitu terasa dalam permen-

Page 34: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

permen, maupun PP tentang pendidikan Indonesia. Untuk

menyempurnakan kurikulum pendidikan, diusulkan agar ditegaskan

bahwa “keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

adalah core (inti) sistem pendidikan Indonesia” dan sekaligus

dijadikan sebagai paradigma pendidikan Indonesia.

Ahmad Tafsir lebih lanjut mengungkapkan bahwa persoalan

pendidikan saat ini begitu kompleks, sehingga membutuhkan

perbaikan secara signifikan. Ia menyebutkan bahwa untuk

memperbaiki pendidikan saat ini terdapat dua langkah penting yang

harus segera diambil, yaitu: Pertama, mengubah paradigma dengan

mengutamakan pendidikan akhlak. Ini berarti pendidikan agama.

Jadikan agama sebagai core sistem pendidikan. Kedua, mendesain

model kurikulum. Model kurikulum harus didesain berdasakan

paradigm, dan harus memperhatikan fitrah manusia dan perkembangan

dunia modern. Ini berarti harus mengandung muatan lokal,

nasional, dan global.

Ahmad Tafsir pun menggugat pendidikan saat ini, yang masih

menghasilkan lulusan yang suka menang sendiri dan memaksakan

kehendak, suka narkoba dan tawuran, suka curang dan tidak punya

kepekaan sosial, bahkan suka serakah dan korupsi. Padahal itu

semua, termasuk koruptor adalah orang yang gagal menjadi manusia

sekalipun dia seorang pejabat atau pengusaha sukses. Jadi

kegagalan pendidikan bukan hanya tidak memenuhi standar lapangan

kerja. Masalah yang lebih besar adalah pendidikan saat ini belum

dapat menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia. Lebih lanjut

Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa, bangsa-bangsa yang dimusnahkan

Page 35: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Tuhan itu bukan karena tidak menguasai iptek atau kurang pandai,

tapi karena buruknya akhlak. Bukankah orang yang tidak berakhlak

itu derajatnya lebih rendah dari binatang. Oleh karena itu, kata

para filosof, pendidikan dimakudkan untuk membantu memanusiakan

manusia. Pendidikan tersebut harus mencakup unsur jasmani, rohani

dan kalbu, perpaduan ketiga unsur itu dalam desain pendidikan

akan menghasilkan lulusan dengan nilai kemanusiaan yang tinggi

Insya Allah.

Selanjutnya, dalam persoalan tantangan paradigma pendidikan

Islam dalam menghadapi perkembangan perubahan zaman modern dan

memasuki era millennium ketiga, yang seakan-akan menyudutkan dan

menganaktirikan sistem pendidikan Islami klasik, maka para ahli

pendidikan Islam sudah seharusnya memiliki formula dalam

merancabangun dan memperbaiki pendidikan saat ini. Hal tersebut

terungkap dengan sebuah pertanyaan, yaitu desain pendidikan

Islami yang bagaimana, yang mampu menjawab tantangan

perubahan ini? Desain pendidikan Islami yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

Pertama, lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendisain

ulang fungsi pendidikannya, dengan memilih apakah (a) model

pendidikan yang mengkhususkan diri pada pendidikan keagamaan saja

untuk mempersiapkan dan melahirkan ulama-ulama dan mujtahid-

mujtahid tangguh dalam bidangnya dan mampu menjawab persoalan-

persoalan aktual atau kontemporer sesuai dengan perubahan zaman,

(b) model pendidikan umum Islami, kurikulumnya integratif antara

materi-materi pendidikan umum dan agama, untuk mempersiapkan

Page 36: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

intelektual Islam yang berfikir secara komprehensif, (c) model

pendidikan sekuler modern dan mengisinya dengan konsep-konsep

Islam, (d) atau menolak produk pendidikan barat, berarti harus

mendisain model pendidikan yang betul-betul sesuai dengan konsep

dasar Islam dan sesuai dengan lingkungan sosial-budaya Indonesia,

dan (e) pendidikan agama tidak dilaksanakan di sekolah-sekolah

tetapi dilaksanakan di luar sekolah, artinya pendidikan agama

dilaksanakan di rumah atau lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat berupa kursur-kursus, dan sebagainya.

Kedua, disain “pendidikan harus diarahkan pada dua dimensi”, yakni :

(a) dimensi dialektika (horisontal), pendidikan hendaknya dapat

mengembangkan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam

hubungannya dengan alam atau lingkungan sosialnya. Manusia harus

mampu mengatasi tantangan dan kendala dunia sekitarnya melalui

pengembangan Iptek, dan (b) dimensi ketunduhan vertikal,

pendidikan selain menjadi alat untuk memantapkan, memelihara

sumber daya alami, juga menjembatani dalam memahamai fenomena dan

misteri kehidupan yang abadi dengan maha pencipta. Berati

pendidikan harus disertai dengan pendekatan hati (M. Irsyad

Sudiro, 1995:2).

Ketiga, sepuluh paradigma digunakan untuk membangun paradiga

baru pendidikan Islam, yakni (a) pendidikan adalah proses

pembebasan; (b) pendidikan sebagai proses pencerdasan; (c)

pendidikan menjunjung tinggi hak-hak anak; (d) pendidikan

menghasilkan tindakan perdamaian; (e) pendidikan adalah proses

pemberdayaan potensi manusia; (f) pendidikan menjadikan anak

Page 37: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

berwawasan integrative; (g) pendidikan wahana membangun watak

persatuan; (h) pendidikan menghasilkan manusia demokratik; (i)

pendidikan menghasilkan manusia yang peduli terhadap lingkungan;

dan (j) sekolah bukan satu-satunya instrumen pendidikan (Djohar,

1999:12).

Tiga hal yang dikemukakan di atas merupakan tawaran desain

pendidikan Islam yang perlu diupayakan untuk membangun paradigma

pendidikan Islam dalam menghadapi perkembangan perubahan zaman

modern dan memasuki era milenium ketiga. Karena, “kecenderungan

perkembangan semacam dalam mengantisipasi perubahan zaman

merupakan hal yang wajar-wajar saja. Sebab kondisi masyarakat

sekarang ini lebih bersifat praktis-pragmatis dalam hal aspirasi

dan harapan terhadap pendidikan” (S.R.Parker, 1990), sehingga

tidak statis atau hanya berjalan di tempat dalam menatap

persoalan-persoalan yang dihadapi pada era masyarakat modern dan

post masyarakat modern.

Untuk itu, Pendidikan dalam masyarakat modern, pada dasarnya

berfungsi untuk memberikan kaitan antara anak didik dengan

lingkungan sosiokulturalnya yang terus berubah dengan cepat, dan

pada saat yang sama, pendidikan secara sadar juga digunakan

sebagai instrumen untuk perubahan dalam sistem politik, ekonomi

secara keseluruhan. Pendidikan sekarang ini seperti dikatakan

oleh Ace Suryadi dan H.A.R. Tilar (1993), tidak lagi dipandang

sebagai bentuk perubahan kebutuhan yang bersifat konsumtif dalam

pengertian pemuasan secara langsung atas kebutuhan dan keinginan

yang bersifat sementara. Tetapi, merupakan suatu bentuk investasi

Page 38: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

sumber daya manusia (human investment) yang merupakan tujuan

utama; pertama, pendidikan dapat membantu meningkatkan

ketrampilan dan pengetahuan untuk bekerja lebih produktif

sehingga dapat meningkatkan penghasilan kerja lulusan pendidikan

di masa mendatang. Kedua, pendidikan diharapkan memberikan

pengaruh terhadap pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan

(equality of education opportunity) (A. Malik Fadjar, 1995:1).

Selain itu dalam menghadapi era milenium ketiga ini

nampaknya pendidikan Islam harus menyiapkan sumber daya manusia

yang lebih handal yang memiliki kompotensi untuk hidup bersama

dalam era global. Menurut Djamaluddin Ancok (1998:5), “salah satu

pergeseran paradigma adalah paradigma di dalam melihat apakah

kondisi kehidupan di masa depan relatif stabil dan bisa

diramalkan (predictability). Pada milenium kedua orang selalu

berpikir bahwa segala sesuatu bersifat stabil dan bisa

diprediksi. Tetapi, pada milenium ketiga semakin sulit untuk

melihat adanya stabilitas tersebut. Apa yang terjadi di depan

semakin sulit untuk diprediksi karena perubahan menjadi tidak

terpolakan dan tidak lagi bersifat linier”. Maka, pendidikan

Islam sekarang ini desainnya tidak lagi bersifat linier tetapi

harus didisan bersifat lateral dalam menghadapi perubahan zaman

yang begitu cepat dan tidak terpolakan.

Untuk itu, lebih lanjut Djamaluddin Ancok yang mengutip

Hartanto, Raka & Hendroyuwono (1998) mengatakan bahwa pendidikan

(termasuk pendidikan Islam) harus mempersiapkan ada empat kapital

yang diperlukan untuk memasuki milenium ketiga, yakni kapital

Page 39: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

intelektual, kapital sosial, kapital lembut, dan kapital spritual. Tantangan ini

tidak muda untuk penyelesaiannya, tidak seperti membalik telapak

tangan. Untuk itu, pendidikan Islam sangat perlu mengadakan

perubahan atau mendesain ulang konsep, kurikulum dan materi,

fungsi dan tujuan lembaga-lembaga, proses, agar dapat meneuhi

tuntatan perubahan yang semakin cepat.

Dari pembahasan di atas mengenai perkembangan pendidikan

pada abad modern, maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Dalam

menghadapi perubahan masyarakat modern, secara internal

pendidikan Islam harus menyelesaikan persoalan dikotomi, tujuan

dan fungsi lembaga pendidikan Islam, dan persolalan kurikulum

atau materi yang sampai sekarang ini belum terselesaikan. (2)

Lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendesain ulang fungsi

pendidikan, dengan memilih model pendidikan yang relevan dengan

perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. (3) Pendidikan Islam

didesain untuk dapat membantu meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan untuk bekerja lebih produktif sehingga dapat

meningkatan kerja lulusan pendidikan di masa datang. Selain itu

perlu disain pendidikan Islam yang tidak hanya bersifat linier

saja, tetapi harus bersifat lateral dalam menghadapi perubahan

zaman yang begitu cepat. (4) Pendidikan Islam harus mengembangkan

kualitas pendidikannya agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan

masyarakat yang selalu berubah-berubah. Lembaga-lembaga

pendidikan Islami harus dapat menyiapkan sumber insani yang lebih

handal dan memiliki kompotensi untuk hidup bersama dalam ikatan

masyarakat modern.

Page 40: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

KESIMPULAN

Sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan dalam penulisan

makalah ini, yaitu penulis ungkapkan dalam bentuk pertanyaan;

bagaimana filsafat pendidikan Islami dalam upaya memecahkan

persoalan (agenda) pendidikan Islami melalui kajian komponen-

komponen pendidikan? Dan bagaimana upaya komponen-komponen

pendidikan dalam merancangbangun dan memperbaiki pendidikan Islam

dewasa ini? Dari kedua pertanyaan tersebut, maka penulis mencoba

merumuskan formula pendidikan untuk menjawab pertanyaan seputar

pendidikan tersebut dengan maksud dapat merancabangun dan

memperbaiki melalui komponen-komponen pendidikan (hakikat manusia,

hakikat pendidikan, dasar pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan,

peserta didik, kelembagaan pendidikan, proses pendidikan, dan pengembangan

pendidikan). Rumusan formula pendidikan dalam upaya memecahkan

persoalan (agenda) pendidikan yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1.      Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-

komponen penting yang saling berhubungan. Oleh karena itu, dalam

upaya memecahkan persoalan (agenda) pendidikan, maka komponen-

komponen pendidikan tersebut harus dipahami dan diinternaslisasi

secara integral dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini,

baik itu dilihat dari sisi keilmuan, teknologi informasi, maupun

dilihat dari sisi manusia itu sendiri, yakni makhluk sosial,

religius dan lain sebagainya.

2.      Perlu adanya upaya memupuk pemahaman yang sesuai dengan

kebutuhan dan persoalan yang harus dijawab oleh pendidikan

Page 41: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

tentang apa, siapa, mengapa dan bagaimana  manusia itu? sehingga

harapan dalam pendidikan itu sendiri dapat tercapai, disebabkan

pendidikan dapat membantu manusia dalam memanusiakan manusia.

Dengan kata lain bahwa pengetahuan, pemahaman dan pemaknaan akan

hakikat manusia itu sendiri merupakan komponen pendidikan yang

harus diperbaiki.

3.      Terdapat dua kata yang perlu digarisbawahi mengenai hakikat

pendidikan yaitu “membantu” dan “manusia” dan ini yang menjadi

tujuan pendidikan itu sendiri untuk memanusiakan manusia. Untuk

merealisasikan tujuan ini manusia haruslah memiliki kemampuan

dalam mengendalikan diri, memiliki pengetahuan. Intinya manusia

harus mampu berpikir benar, baik dan indah.

4.      Pendidikan akan selalu diwarnai oleh pandangan hidup (way of

life). Maka mendesain pandangan hidup sesuai dengan kebutuhan dan

harapan perkembangan zaman merupakan salah satu factor yang

penting, dengan mempertimbangkan norma-norma atau nilai nilai

kebenaran, kebaikan dan keindahan.

5.      Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang beragama Islam, maka

tujuan pendidikan yang diselenggarakan adalah tujuan yang

memiliki orientasi untuk memanusiakan manusia secara kenegaraan

(Indonesia), lebih jauh lagi memanusiakan manusia Indonesia

dengan tujuan memiliki kepribadian Islami.

6.      Perlu mendesain model kurikulum. Model kurikulum harus

didesain berdasakan paradigm dengan mengutamakan pendidikan

akhlak (pendidikan Agama),

Page 42: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

7.      Perubahan yang terjadi terhadap istilah dan bahkan makna dari

istilah murid menjadi peserta didik, menyebabkan pendidik/guru

tidak dapat berperan penuh dalam melakukan pembimbingan dan

pelatihan terhadap peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya

mendesain/memperbaiki istilah tersebut yang merepresentasi dari

tugas pendidik terhadap peserta didik.

8.      Lembaga pendidikan (sekolah) dibentuk untuk melakukan proses

pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tiga tujuan

setidaknya ingin dicapai melalui sekolah

yakni moralitas (akhlak), civic (cinta tanah air), dan

berpengatahuan.

9.      Proses pendidikan pada dasarnya mambangun sebuah

internalisasi content pendidikan, Baik itu terkait dengan

internalisasi pengetahuan terlebih lagi internalisasi nilai. Ada

rambu-rambu penting yang perlu diperhatikan agar sebuah proses

sukses melakukan internalisasi. Ada tiga tujuan pembelajaran,

yaitu 1) tahu (knowing); 2) mampu melaksanakan apa yang diketahui

(doing); dan 3) menjadi apa yang telah dilaksanakan itu (being).

Untuk itu ada dua langkah penting yang perlu dipersiapkan dan

didesain oleh sebuah proses pendidikan, yaitu keteladanan dan

pembiasaan.

10.  Pengembangan pendidikan merupakan komponen pendidikan yang

terakhir, yang menjadi tonggak akhir dalam upaya memperbaiki dan

memajukan pendidikan saat ini. Maka terdapat dua langkah penting

yang harus segera diambil, yaitu: Pertama, mengubah paradigma

dengan mengutamakan agama. Jadikan agama sebagai core sistem

Page 43: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

pendidikan. Kedua, mendesain model kurikulum. Model kurikulum

harus didesain berdasakan paradigm, dan harus memperhatikan

fitrah manusia dan perkembangan dunia modern. Ini berarti harus

mengandung muatan lokal, nasional, dan global.

DAFTAR PUSTAKA

A. Malik Fadjar. (1995). Menyiasati Kebutuhan Masyarakat ModernTerhadap Pendidikan Agama Luar Sekolah, Seminar dan LokakaryaPengembangan Pendidikan Islam Menyongsong Abad 21, IAIN,Cirebon. 

A. Yunus. (1999). Filsafat Pendidikan, Bandung: CV. Citra SaranaGrafika.

A. Syafi'i Ma'arif. (1991). Pendidikan Islam di Indonesia antara Citadan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana. 

Abdul Mujid. (2004). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.

Abu Ahmadi. (1991). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad Tafsir. (2006). Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani,Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: RemajaRosdakarya.

Anwar Jasin. (1985). Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan IslamTinjauan Filosofis, Jakarta: Conference Book, London.

Depag RI. (1994). Al-Qur’an dan Terjemah. Semarang: PT KumudasmoroGragindo.

Djamaluddin Ancok. (1998). Membangun Kompotensi Manusia dalam MileniumKe Tiga, Psikologika, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi,Nomor : 6 Tahun III, UII. 

Page 44: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN MELALUI KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN) FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN (AGENDA) PENDIDIKAN

Djohar. (1990). Omong Kosong, Tanpa Mengubah UU No. 2/89, Koran Harian"Kedaulatan Rakyat".

Fazlur Rahman. (1982). Islam and modernity, Transformation IntelectualTradition. Chicago: The University Chicago Press.

H.A.R. Tilar. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan NasionalDalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia. 

Himpunan Peraturan Perundangan-undangan. (2009). Undang-undangSisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). Bandung: Fokusmedia.

Husain, Sajjad, dan Ali Ashraf. (1986). Crisis Muslim Education(Krisis Pendidikan Islam), terj., Rahmani Astuti. Bandung:Risalah.

M. Irsyad Sudiro. (1995). Pendidikan Agama dalam Masyarakat Modern,Seminar dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Pendidikan Agama LuarSekolah dalam Masyarakat Modern, Cirebon.

M. Shofan. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik. Yogyakarta:Ircisod-UMG Press.

M. Quraish Shihab. (1997). Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atasPelbagai Persoalan Umat. Bandung : Penerbit Mizan.

Machnun Husein. (1983). Pendidikan Agama Dalam Lintasan Sejarah   , Cet. 1. Mustafa Zahri. (1976). Kunci Memahami   Tasawuf , Surabaya: BinaIlmu.

Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rohiman Notowidagdo. (1996). Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al Qur'andan Hadits. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

S.R. Parker, et.al. (1991). Sosiologi Industri. Jakarta: RinekaCipta. 

Samsul Nizar. (2002). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: CiputatPress.