http://mediaantroposfer.blogspot.com/2009/11/antroposfer-dan-aspek- kependudukan.html Pengendalian peledakan penduduk peledakan penduduk bisa menimbulkan dampak, maka tiap negara memikirkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. setiap negar memiliki kebijakan sendiri mengenai hal itu, dua diantarannya adalah : 1. insentif dan sanksi Insentif akan diberikan pada pasangan dengan sedikit anak. Sementara, pasangan yang memiliki banyak anak akan diberi sanksi. Misalnya harus membayar pajak lebih besar. Cina merupakan salah satu contoh negara yang menerapkan metodeinsentif dan sanksi . Seperti kita ketahui bahwa cina memiliki penduduk yang beser. Tercatat dari hasil sensusu tahun 2000, jumlah penduduknya 1,3 M. Penduduk cina kurang lebih 22 %dari total penduduk dunia. sejak tahun 1979, pemerintah cina mengkampanyekan kebijakan "satu anak tiap pasangan". Setiap pasangan dicina hanya diperbolehkan memiliki satu anak. Jika pasangan memiliki lebih dari satu anak, tanpa, ijin dari pemerintah, dianggap ilegal. 2. pendidikan tentang keluarga berencana Di beberapa negara pasangan suami-istri diajari beberapa cara untuk mengendalikan jumlah anak. Sebagian contoh, dibangladesh lebih dari 24.000 wanita setiap tahunnya dikirim ke daerah perkotaan untuk diajak dan diberikan penyuluhan tentang keluarga berencana. dengan penyuluhan ini diharapkan mereka bisa mengatur jumlah anak. Bagaiman di Indonesia ? Di Indonesia, pengendalian laju pertumbuhan penduduk juga dilakukan dengan kampanye program keluarga berencana. program ini mengajarkan kepada pasangan suami istri untuk memiliki hanya dua anak saja. laki-laki atau perempuan sama saja. Bagai pegawai negeri, pemerintah menerapkan program insetif, yakni tunjangan anak. Sejalan dengan kampanye keluarga berencana, tunjanagan anak bagi pegawai negeri hanya diberikan sampai anak kedua saja. Hal itu diberlakukan dengan tujuan agar pasangan suami istri membatasi jumlah anak. Dampak dari peledakan penduduk, dampaknya diantara lain: • Pertumbuhan Penduduk Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi hampir dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi 195,29 juta pada tahun 1995 dan menjadi 198,20 juta pada tahun 1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk telah turun secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
peledakan penduduk bisa menimbulkan dampak, maka tiap negara memikirkan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk. setiap negar memiliki kebijakan sendiri
mengenai hal itu, dua diantarannya adalah :
1. insentif dan sanksi
Insentif akan diberikan pada pasangan dengan sedikit anak. Sementara, pasangan yang
memiliki banyak anak akan diberi sanksi. Misalnya harus membayar pajak lebih besar.
Cina merupakan salah satu contoh negara yang menerapkan metodeinsentif dan sanksi.
Seperti kita ketahui bahwa cina memiliki penduduk yang beser. Tercatat dari hasilsensusu tahun 2000, jumlah penduduknya 1,3 M. Penduduk cina kurang lebih 22 %dari
total penduduk dunia. sejak tahun 1979, pemerintah cina mengkampanyekan kebijakan
"satu anak tiap pasangan". Setiap pasangan dicina hanya diperbolehkan memiliki satu
anak. Jika pasangan memiliki lebih dari satu anak, tanpa, ijin dari pemerintah, dianggap
ilegal.
2. pendidikan tentang keluarga berencana
Di beberapa negara pasangan suami-istri diajari beberapa cara untuk mengendalikan jumlah anak. Sebagian contoh, dibangladesh lebih dari 24.000 wanita setiap tahunnya
dikirim ke daerah perkotaan untuk diajak dan diberikan penyuluhan tentang keluarga
berencana. dengan penyuluhan ini diharapkan mereka bisa mengatur jumlah anak.
Bagaiman di Indonesia ? Di Indonesia, pengendalian laju pertumbuhan penduduk juga
dilakukan dengan kampanye program keluarga berencana. program ini mengajarkan
kepada pasangan suami istri untuk memiliki hanya dua anak saja. laki-laki atau
perempuan sama saja.
Bagai pegawai negeri, pemerintah menerapkan program insetif, yakni tunjangan anak.Sejalan dengan kampanye keluarga berencana, tunjanagan anak bagi pegawai negeri
hanya diberikan sampai anak kedua saja. Hal itu diberlakukan dengan tujuan agar
pasangan suami istri membatasi jumlah anak.
Dampak dari peledakan penduduk, dampaknya diantara lain:
• Pertumbuhan Penduduk
Selama 25 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi
hampir dua kali yaitu dari 119,2 juta pada tahun 1971 menjadi 195,29 juta pada tahun
1995 dan menjadi 198,20 juta pada tahun 1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan
penduduk telah turun secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980
Rasio jenis kelamin penduduk selama tiga periode sensus berada dibawah angka
100 yaitu 97,2 pada tahun 1971, 98,8 pada tahun 1980 dan 99,4 pada tahun 1995 dan
tahun 1996. menjadi 99,07.
Pada penduduk kelompok umur 0-14 tahun perkembangan rasio jenis kelamin
cenderung tetap diatas 100 yang berarti anak laki-laki lebih banyak dibandingkan anakperempuan sedangkan pada penduduk umur 15-64 (penduduk umur produktif)
mengalami kenaikan walaupun masih dibawah 100 dan pada kelompok umur 65+
mengalami penurunan dari 94,16 pada tahun 1971 menjadi 86,80 pada tahun 1995.
• Penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin .
Rincian penduduk Indonesia menurut golongan umur (dalam persen) dan jenis
kelamin tergambar dalam piramida penduduk hasilsensus tahun 1971, 1980 dan tahun
1990, menunjukkan ciri yang menarik antara lain :
Pertama, struktur umur penduduk Indonesia masih tergolong “muda”. Artinya
proporsi penduduk dibawah 15 tahun masih tinggi walaupun secara berangsur mulai
menurun, yaitu dari 43,97% pada tahun 1971 menjadi 40,90% pada tahun 1980 dan
36,6% pada tahun 1990 kemudian turun menjadi 33,54% pada tahun 1995.
Kedua, Proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) semakin bertambah yaitu
2,51% pada tahun 1971 menjadi 3,25% pada tahun 1980 dan 3,88% pada tahun 1990
menjadi 4,25% pada tahun 1995. Sedangkan proporsi anak dibawah lima tahun terlihat
menurun yaitu 16,1% pada tahun 1971 menjadi 14,4% pada tahun 1980, menjadi 11,7%
pada thun 1990 dan menjadi 11,3% pada tahun 1994, pada tahun 1995 menjadi 11,1%
dan menjadi 10,13 pada tahun 1996. Ketiga, perbandingan laki-laki dan perempuan/sexratio cenderung meningkat. Persentase penduduk menurut komposisi penduduk menurut
umur terjadi perubahan komposisi, yaitu semakin kecilnya proporsi penduduk tidak
produktif yaitu yang berumur muda (0-14 th) dan umur lanjut (65 th keatas). Hal ini
berarti bahwa angka ketergantungan/angka beban tanggungan semakin kecil. Pada
tahun 1971 tercatat sebesar 87 per 100 turun menjadi 61 per 100 pada tahun 1995 dan
pada tahun 1996 menjadi 57 per 100 berarti secara rata-rata tanggungan setiap 100
penduduk produktif telah berkurang dari 87 pada tahun 1971 menjadi 61 pada tahun
1995 dan pada tahun 1996 menjadi 57
• Angka Kelahiran Kasar (CBR)
Berdasarkan perkiraan yang dihitung Biro Pusat Statistik (BPS), menunjukkan
bahwa Angka Kelahiran Kasar di Indonesia telah menurun dari 33,7 per 1000 penduduk
pada periode 1980-1985 menjadi 28,7 per 1000 penduduk dan 25,3 per 1000 penduduk
pada periode 1985-1990 dan 1990-1995.
• Transmigrasi
Pelaksanaan pengiriman transmigran dari 8 Propinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sejak tahun 1985 – 1993 telah mencapai 571.805 KK (+ 2,6 juta jiwa termasuk
Komposisi penduduk 10 tahun keatas di kota maupun desa menurut status
perkawinan di Indonesia menunjukkan bahwa penduduk pria dan wanita mengalami
perubahan status perkawinannya.
Pada tahun 1990 persentase penduduk wanita berumur 10 tahun keatas dengan
status kawin 54,2%, belum kawin 33,4%, cerai hidup 3,1% dan cerai mati 9,3%.Sedangkan penduduk pria dengan status kawin 53,4%, belum kawin 43,9%, cerai hidup
1,0% dan cerai mati 1,6%. Bila dibandingkan dengan tahun 1996 persentase penduduk
wanita berumur 10 tahun keatas dengan status kawin 54,88%, belum kawin 33,99%,
cerai hidup 2,35% dan cerai mati 8,77%, sedangkan pada penduduk laki-laki status
belum kawin 42,04%, kawin 55,69%, cerai hidup 0,69% dan cerai mati 1,58%.
• Angka Kelahiran Total (TFR)
Berdasarkan hasil SUPAS 1985, Angka Kelahiran Total (TFR) tahun 1980-1985
adalah 4,1 per wanita usia subur. Berarti dalam jangka waktu lima tahun tersebut angkaini mengalami penurunan sebesar 19,5%. Sedangkan hasil Sensus 1990 menunjukkan
bahwa TFR sebesar 3,3 per wanita usia subur.
Pengelompokan propinsi menurut perkiraan TFR tahun 1990-1995 dan 1995-2000
seperti terlihat pada Tabel II.A.7 di atas, menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah
propinsi yang mempunyai TFR kurang dari 3 sedangkan jumlah propinsi pada kelompok
TFR diatas 3 menurun. Bahwa angka kelahiran menurut kelompok umur ibu terjadi
penurunan pada setiap periode akan tetapi penurunannya tidak secepat seperti pada
periode tahun delapan puluhan. Hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran pada saat ini
sudah cukup rendah yaitu rata-rata setiap Ibu usia 15-49 pada periode tahun 1992-1994
melahirkan anak sebesar 2,86 anak.
• Ratio Ibu/Anak
Perbandingan jumlah anak usia 0 – 4 tahun terhadap wanita usia subur (15 – 49
tahun) pada tahun 1971 adalah 667 anak per 1000 wanita usia subur. Keadaan pada
tahun 1990 dan tahun 1991 telah menurun dari 536 menjadi 460 anak per seribu wanita.
Sedangkan keadaan pada tahun 1992, tahun 1994 dan tahun 1996 menjadi 448, 427 dan
364.
Propinsi yang paling tinggi angka rationya adalah Propinsi Timor Timur, NTT, Sulawesi Tenggara, dan NTB, sedangkan yang paling rendah adalah Propinsi, DKI Jaya, DI
Yogyakarta dan Bali
• Rata-rata anak lahir hidup.
Rata-rata anak yang pernah dilahirkan oleh wanita pernah kawin merupakan
salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur tingkat kelahiran. Rata-rata
anak yang pernah dilahirkan oleh wanita kawin usia 15-49 tahun 10 pada tahun 1994
dan pada tahun 1996 sebesar 2 0rang anak.
Masalah-masalah kependudukan diatas baik secara langsung maupun tidak langsungmenyebabkan menyebabkan terjadinya peledakan penduduk, akibat adanyanya
peledakan penduduk menyebabkan sumber daya alam yang ada dieksploitasi tanpa
memperhatikan etika lingkungan karena penduduk yang pesat tersebut membutuhkan
sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pada akhirnya timbullah
masalah lingkungan baik berupa pencemaran, polusi, maupun bencana alam. Untuk itu
perlu di canangkan program KB, Transmigrasi, membuat undang-undang tentang
perkawinan, guna mengatasi masalah kependudukan.
**Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin**
1. Menghitung jumlah penduduk
Untuk mengetahui jumlah penduduk suatu daerah, propinsi, atau negara dapat di
lakukan beberapa cara, seperti sensus penduduk, registrasi atau pencatatan atau survei.
a. Sensus penduduk
Sensus berasal dari bahasa latin census yang berarti penaksiran harta benda seorang
warga negara pencatatan nama warga negara, misal untu pemungutan pjak.
Sensus dapat dibedakan atas dua macam, yakni sensus de factor dan de jure. Sensus defacto adalah perhitungan penduduk atau pencacahan penduduk yang dilakukan setiap
orang yang pada waktu sensus diadkan berada pada wilayah sensus. Sementra sensus
de jure adalah pencacahan yang hanya dikenal pada penduduk yang benar-benar
bertempat tinggal dalam wilayah sensus tersebut
b. Register
Registrasi adalah catatan secara continue/terus menerus yang dilakukan oleh dinas
terkait terhadap penduduk suatu wilayah administrasi.
c. Survei
Survei merupakan pencacahan penduduk metode dengan cara mengambil contohdaerah. Jadi, pencacahan penduduk metode survei tidak dilakukan diseluru wilayh
negara, melainkan hanya pada daerah-daerah tertentu yang dianggap mewakili seluru
wilayh negara tersebut.
• Macam-macam komposisi penduduk
1. Berdasarkan aspek biologis
Misalnya : penduduk di suatu desa digolongkan berdasarkan umur dan jenis kelamin.
2. Berdasarkan aspek sosial
Misalnya : penduduk digolongkan berdasarkan tingkat pendidikan dan status
perkawinan.
3. Berdasarkan aspek ekonomis
Misalnya : penduduk digolongkan berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan.
4. Berdasarkan aspek geografis
Misalnya : penduduk di golongkan berdasarkan lokasi tempat tinggal.
• Piramida penduduk
Struktur piramida penduduk :
a. Sumbu vertical untuk distribusi umur
b. Sumbu horizontal untuk menyatakan jumlah penduduk
c. Horisontal kiri untuk laki-laki dan horizontal kanan untuk perempuan.
Menurutnya kondisi ini diperparah lagi dengan kebiasaan orang Indonesia yang tidak bisa
mengganti bahan makanan pokok dengan makanan pengganti, seperti beras diganti dengan sagu
atau mie.
"Orang Indonesia kalau belum makan nasi belum makan namanya" candanya
Belum lagi masalah pemenuhan kebutuhan energi listrik yang akan semakin tinggi. Menurutnya,PLN akan kerepotan memasok listrik ke daerah-daerah di Indonesia.
"Jadi wajar kalau listrik kita byarpet melulu" ujarnya.
Selain itu, masalah ledakan penduduk juga akan berimbas pada keamanan masyarakat. Ironisnya,
menurut Yayat lagi, ledakan penduduk ini tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
"Masyarakat jadi banyak yang menganggur. Karena masalah pengangguran ini, keamanan akan
semakin rentan," tuturnya.
Yayat menambahkan, dampak ledakan penduduk saat ini memang belum terlalu dirasakan. Hal ini
menurutnya, membuat masyarakat tidak terlalu peduli terhadap akan persoalan ini.
"Orang menjadi tidak peduli karena dampaknya belum terasa pada dirinya, kalau orang macet
tekunci, orang baru teriak," tandasnya.(ftr/ftr)
Dampak Negatif yang Terjadi akibatLedakan Penduduk dan Cara Menga
Dampak Negatif yang Terjadi akibat Ledakan Penduduk dan Cara Mengatasinya
1) Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan yang terjadi akibat masalah ledakan penduduk adalah polusi. Tingkat
polusi bergerak naik seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk disuatu area
permukiman. Polusi ditimbulkan dari asap hasil pembuangan kendaraan bermotor yang
jumlahnya saat ini semakin meningkat tajam. Hal ini terlihat semakin tingginya frekuensi
kemacetan yang terjadi dijalan-jalan yang membuat jalan di kota tidak lancer lagi di lalui.
Ujung dari semua ledakan penduduk itu adalah kerusakan lingkungan dengan segaladampak ikutannya seperti menurun kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan serta
hilangnya fungsi ruang terbuka.
2) Dampak Sosial dan Kesehatan
Dampak sosial yang terjadi akibat masalah ledakan penduduk adalah kemiskinan, karena
banyaknya penduduk, lapangan pekerjaan terbatas, akibatnya banyaklah yang
menganggur. Kemiskinan berkaitan erat dengan kemampuan mengakses pelayanan
kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian penyakit
masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular seperti diare, penyakit lever, dan
Kepadatan manusia berdampak pada pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.
1. Faktor Alam
Pencemaran lingkungan dapat terjadi secara alami, contohnya letusan gunung, gempa bumi,
perubahan iklim, banjir, kekeringan, dan angin topan. Biasanya manusia hanya dapat
memperkirakan dan mengurangi dampaknya.
1. Faktor Manusia
Manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam dari
lingkungannya. Jika populasi manusia makin banyak, maka makin banyak sumber daya alam
yang diambil dari lingkungannya. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan
pencemaran.
Ada beberapa perilaku manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia secara global,
antara lain: 1) Penebangan hutan hujan tropik di Indonesia dapat berpengaruh 180 pada
perubahan iklim global karena hutan merupakan paru-paru dunia.
2) Uji coba senjata nuklir berpengaruh pada perubahan iklim global. hasil pembakaran dapat
menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menyebabkan es mencair sehingga
permukaan air laut meningkat dan dapat menenggelamkan daratan.
3) CO2
E. Peranan Manusia Mengatasi Pencemaran Lingkungan
Manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi pencemaran lingkungan
yang terjadi akibat ulah manusia sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan manusia untuk
mengatasi pencemaran lingkungan akan diuraikan berikut ini:
1. Melakukan Penghijauan Salah satu cara mengatasi pencemaran tanah adalah penghijauankembali dengan cara memberi humus tanah, sehingga tanaman kembali subur.
2. Rotasi Tanaman Rotasi tanaman adalah salah satu upaya yang dilakukan untukmempertahankan kesuburan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menanam jenis
tanaman yang berbeda pada tempat yang sama secara bergantian.3. Penggunaan Pupuk Seperlunya
Penggunaan pu puk buatan seperti urea, ZA, dan NSP yang berlebihan sangat merusak
lingkungan karena dapat menyebabkan eutrofikasi dan dapat meningkatkan keasaman
Tarakan meskipun ternyata memiliki tenaga penyuluh namun ternyata hanya ada satu
orang.
Kondisi itu menyebabkan pihaknya harus bekerja keras dengan mengoptimalkan kinerja
dari petugas penyuluh lapangan. Upaya itu ternyata tidak sia-sia karena meskipun
jumlahnya sangat minim namun mampu menekan angka kelahiran.
Ia memperkirakan bahwa apabila program KB tidak mendapat dukungan semua pihak
terlibat maka dalam beberapa tahun jumlah penduduk Kaltim mengalami pertumbuhan
sangat pesat.
"Yang perlu masyarakat pahami bahwa peran BKKBN bukan melarang pasangan
keluarga untuk memiliki anak namun hanya mengarah bagi keluarga untuk menjaga
jarak kelahiran," katanya.
Dampak negatif karena melahirkan dengan jarak dekat, kata dia, antara lain
menyebabkan anak kurang terurus serta membahayakan kesehatan ibu, mengingat
secara medis, saraf-saraf yang putus saat bersalin diperkirakan bisa pulih sekitar empat
sampai lima tahun kemudian.
Data BKKBN menunjukan bahwa pertumbuhan pendudukan secara nasional setiap tahun
bertambah 1,3 persen atau jumlah penduduk Indonesia bertambah 3,2 juta jiwa per
tahun.
Antisipasi Masalah Sosial
Pihak BKKBN Kaltim gencar kembali menjalankan program keluarga berencana (KB)
karena diarahkan untuk mengantisipasi berbagai masalah sosial di daerah itu.
"Memang belum terasa sekarang namun manfaat dalam upaya mengantisipasi berbagai
masalah sosial itu baru terasa antara 10 hingga 15 tahun ke depan, seperti soal
pendidikan, lapangan kerja dan lainnya," kata Kasi Advokasi Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) BKKBN Kaltim, Sudibyo.
Ia menjelaskan bahwa KB bukan hanya pada pengaturan jarak kelahiran, namunberbagai masalah terkait ekonomi, pendidikan dan sejumlah masalah sosial lain.
"Kini di Kaltim terdapat penduduk sekitar tiga juta jiwa. Meskipun penduduknya relatif
sedikit ketimbang luas wilayah namun ternyata sudah banyak masalah sosial yang
muncul, seperti banyaknya pengangguran, kemiskinan dan masalah kependudukan.
Salah satu antisipasi melalui program KB," imbuh dia.
Jika program KB yang dijalankan beberapa tahun sebelumnya tidak berhasil, maka
penduduk Kaltim saat ini lebih dari enam juta jiwa. Jika hal itu terjadi, maka jumlah
pengangguran, kriminal, anak yang tidak sekolah, dan kemiskinan dimungkinkan lebihbanyak dari pada yang terjadi saat ini.