DEWI NURUL HIKMAH – ENENG SUSANTI – IIM APRIL YANTI – JUNAEDI - NURHASANAH
DEWI NURUL HIKMAH – ENENG SUSANTI –IIM APRIL YANTI – JUNAEDI - NURHASANAH
Nama asli Imam al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad, Al-
Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali. Lahir di Thusi
daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H (1058 M).
Ayahnya adalah seorang pemintal benang, tapi ia merupakan
ahli tasawuf yang hebat.
• Al Ghazali belajar pada beberapa orang guru:
Pada masa kecilnya ia mempelajari ilmu fiqh di negerinya
sendiri pada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Rozakani
(teman ayahnya yang merupakan orang tua asuh al-Ghazali)
dan Imam Abi Nasar Al-Ismaili di negeri Jurjan.
• Di Naisabur ia belajar pada Imam Al-Haromain.
• al-Ghazali dilantik oleh perdana menteri Nizam al Muluk pada
tahun 484 H/1091 M. Sebagai guru besar (profesor) pada
perguruan Tinggi Nizamiyah yang berada di kota Baghdad. Ia
mengajar di perguruan tinggi tersebut selama 4 (empat)
tahun.
• ia juga diangkat sebagai konsultan (mufti) oleh para ahli
hukum Islam dan oleh pemerintah dalam menyelesaikan
berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.
Dalam kehidupannya, ia sering menerima jabatan di
pemerintahan, mengenai daerah yang pernah ia
singgahi dan terobosan yang ia lakukan antara lain:
a. Di Baghdad ia menjadi guru besar di perguruan
Nidzamiyah selama 4 (empat) tahun.
b. Ia meninggalkan kota Baghdad untuk berangkat ke
Syam, di Syam ia menetap hampir 2 (dua) tahun untuk
berkhalwat melatih dan berjuang keras membersihkan diri,
akhlak, dan menyucikan hati hati dengan mengingat Tuhan
dan beri’tikaf di mesjid Damaskus.
c. kemudian ia menuju ke Palestina untuk mengunjungi
kota Hebron dan Jerussalem, tempat di mana para Nabi
sejak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa mendapat wahyu
pertama dari Allah.
d. lalu ia berangkat ke Mesir, yang merupakan pusat kedua
bagi kemajuan dan kebesaran Islam sesudah Baghdad.
e. Dari Palestina (Kairo), iapun melanjutkan perjalanannya
ke Iskandariyah. Dari sana ia hendak berangkat ke Maroko
untuk memenuhi undangan muridnya yang beranama
Muhammad bin Taumart (1087-1130 M), yang telah merebut
kekuasaanya dari tangan kaum Murabithun, dan mendirikan
pemerintahan baru yang bernama Daulah Muwahhidun. Ia
mengurungkan niatnya untuk pergi memenuhi undangan ke
Maroko, ia tetap tinggal di Mekkah, ia berasalan untuk
melaksanakan kewajiban yang ke lima dalam rukun Islam,
yakni melaksanakan ibadah haji, kemudian ia menziarahi
kuburan Nabi Ibrahim.
f. Selanjutnya ia kembali ke Naisabur, di sana ia mendirikan
Madrasah Fiqh, madrasah ini khusus untuk mempelajari ilmu
hukum, dan membangun asrama (khanqah) untuk melatih
Mahasiswa-mahasiswa dalam paham sufi di tempat
kelahirannya.
Ihya Ulum Ad-Din (membahas ilmu-ilmu agama), Tahafut al-Falasifah (menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari segiagama). Al-Munqidz min adh-Dhalal (menerangkan tujuan danrahasia-rahasia ilmu). Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahlikalam), Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandungdalam al-Qur’an), Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentangarti nama-nama Tuhan), Faishal At-Tafriq Baina Al-Islam WaAl-Zindiqah (perbedaan antara Islam dan Zindiq), Al-Qisthas Al-Mustaqim (jalan untuk mengatasi perselisihan pendapat). Al-Mustadhhir, Hujjat Al-Haq (dalil yang benar), Mufahil Al-Khilaffi Ushul Ad-Din (menjauhkan perselisihan dalam masalah ushulad-din), Kimiya As-sa’adah (menerangkan syubhat ahli ibadah),Al-Basith (fiqh), Al-Wasith (fiqh), Al-Wajiz (fiqh), Al-Khulasahah Al-Mukhtasharah (fiqh), Yaqut At-Ta’wil fi TafsirAt-Tanzil (tafsir 40 jilid), Al-Mustasfa (ushul fiqh), Al-Mankhul(ushul fiqh), Al-Muntaha fi ‘ilmi Al-Jadal (cara-cara berdebatyang baik), Mi’yar Al-‘ilmi, Al-Maqashid (yang dituju), Al-Madnun bihi ’ala Ghairi Ahli, Misykat Al-anwar (pelajarankeagamaan), Mahku An-Nadhar,
Kitab Ihya Ulumuddin berisi
paduan indah antara fiqh,
tasawuf dan falsafat
U
L
A
S
A
N
Dalam kitab Tahafut al Falasifa
dan al Munqidz min ad-dlalal, Al
Ghazali menentang filosof-filosof
Islam bahkan mengkafirkan
mereka.Dalam kitab Munqiz min al-Dhalal, al-
Ghazali mengelompokkan filsosof menjadi
3 (tiga) golongan:
Filosof Materialis (Dhariyyun)
Filosof Naturalis (Thabi’iyyun)
Filosof Ke-Tuhanan (Ilahiyun)
Dalam kitab ini Ia juga menyatakan bahwa
kepercayaan yang dianutnya adalah
kepercayaan orang-orang tasawuf
Dalam kitab ‘Ala Ghairi
Ahlihi ia justru mengakui
qadimnya alam
Dalam kitab Mi’raj as Salikin, ia
menentang orang-orang tasawuf
yang mengatakan adanya
kebangkitan rohani saja.
Dalam kitan Mizan Al
Amal dikatakan bahwa
ketiga persoalna tentang
kekafiran kaum filsafat
merupakan kepercayaan
dari orang-orang tasawuf
juga
Pemikiran Filsafat Al-Ghazali
Ada 4 Unsur pemikiran yang
mempengaruhi filsafat Al Ghazali, yaitu
aliran-aliran yang ia tentang:
1. Unsur pemikiran kaum Muttakallimin
(aliran ilmu kalam)
2. Unsur pemikiran kaum filsafat
3. Unsur kepercayaan kaum batiniah
4. Unsur kepercayaan kaum sufi
Menurut Al Ghazali, ada tiga hal yang bisa
menyebabkan seorang filosof itu menjadi
kafir, yaitu karena pemikiran mereka
mengenai:
1. Qadimnya alam semesta
2. Ketidaktahuan tuhan terhadap peristiwa-
peristiwa kecil
3. Pengingkaran terhadap kebangkitan
jasmani
Mengenai kejadian alam dan dunia, Al-Ghazali berpendapat bahwa dunia itu berasal dari iradat (kehendak) tuhan semat-mata, tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Iradat tuhan itulah yang diartikan penciptaan. Pengikut Aristoteles, menamakan suatu peristiwa sebagai hukum pasti sebab dan akibat (hukum kausalitas), sedangkan Al-Ghazali seperti juga Al-Asy’ari berpendapat bahwa suatu peristiwa itu adalah iradat Tuhan, dan Tuhan tetap bekuasa mutlak untuk menyimpangkan dari kebiasaan-kebiasaan sebab dan akibat tersebut. Contoh: kasus tidak terbakarnya Nabi Ibrahim ketika dibakar dengan api.
Para filosof muslim di kala itu mengatakan bahwa alam ini qadim. Sebab qadimnya Tuhan atas alam sama halnya dengan qadimnya illat atas ma’lulnya (ada sebab akibat), seperti yang dikemukakan dalam teori emanasi. Sedangkan bagi al-Ghazali, alam haruslah tidak qadim dan ini berarti pada awalnya Tuhan ada, sedangkan alam tidak ada, kemudian Tuhan menciptakan alam maka alam ada di samping adanya Tuhan.
Bantahan Al Ghazali terhadap Qadimnya alam semesta
Bantahan Al Ghazali tentang Ketidaktahuan tuhan
terhadap peristiwa-peristiwa kecil
Menurut al-Ghazali para filosof Muslim itu mempunyai pemahaman bahwa Allah sebagai Tuhan umat Muslim hanya mengetahui zat-Nya sendiri dan tidak bisa mengetahui yang selain-Nya. Ibnu Rusyd berpendapat Tuhan hanya tahu yang universal, bukan perkara yang kecil (partikular). Ini bertentangan dengan dalil al-Qur’an:
وما يضون فيه إال كنا عليكم شهودا إذ تف وما تكون في شأن وما تتلو منه من قرآن وال تعملون من عمل
ة في األرض وال في السماء وال أص ين تاب مب غر من ذلك وال أكبر إال في ك يعزب عن ربك من مثقال ذر
Artinya: ”Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”(Q.S. Yunus: 61)
Bantahan Al Ghazali terhadap
Pengingkaran kebangkitan jasmani
Banyak dari para filosof berpendapatbahwa yang akan dibangkitkan nantinyadi alam akhirat adalah rohani semata,sedangkan jasmani (jasad) akan hancur.Maka dari itu, ketika di akhirat nanti,tentang adanya kebahagiaan ataupunkepedihan di sana yang dapatmerasakan adalah rohani. Sedangkanjasmani (jasad) merasakan kebahgiaandan kepedihan hanya saat di dunia saja.Menurut al-Ghazali, berdasarkangambaran al-Qur’an dan al-Hadits NabiMuhammad SAW. Tentang kehidupan diakhirat bukanlah mengacu padakehidupan rohani saja. Tetapi padakehidupan rohani dan jasmani. Jasad
dibangkitkan dan disatukan denganjiwa-jiwa manusia yang pernah hidup didunia untuk merasakan nikmat surgawiyang bersifat rohani-jasmani.Dalam bukunya Tahafut al-Falasifah al-Ghazali juga mengatakan; banyakhadits yang mengatakan bahwa roh-rohmanusia merasakan adanya kebaikanatu siksa kubur dan lainnya. Semua inisebagai indikasi adanya kekekalan jiwa.Sedangkan kebangkitan jasmani secaraeksplisit telah ditegaskan dalam syara’,yakni berarti jiwa dikembalikan padatubuh, baik tubuh semula maupuntubuh yang lain, atau tubuh yang barudijadikan.
Dalam Al Munqiz min Ad Dhalal Al-Ghazali berpendapat bahwa :
”ilmu hati merupakan konsekuensi logis bagi ilmu-ilmu manusia, karena ada
dua alam, yakni alam lahir dan alam bathin. Jika ilmu-ilmu (pengetahuan)
menguasai ilmu lahir dengan analisa dan keterangan, maka harus ada ilmu
khusus untuk menjelaskan ilmu bathin. Pengetahuan-pengetahuan itu sendiri
ada dua, yaitu inderawi dan sufi (lahir dan bathin). Sarana untuk mengenal
pengetahuan-pengetahuan lahir adalah panca indera, sedang metoda untuk
mencapai pengetahuan-pengetahuan bathin harus kembali kepada mereka
(kaum sufi) yang mengatakan bahwa kesederhanaan, zuhud, dan amal-amal
praktis seluruhnya adalah jalan untuk mempersepsi berbagai realitas yang
tersembunyi dan ilham yang melampaui penglihatan dan pendengaran. Maka
ma’rifat adalah tujuan yang luhur bagi tasawuf.
Dalam The Juwels of the Qur’an (mutiara al-Qur’an) dan Mizan Al-Amal
(timbangan amal), al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi empat bagian :
- Pembagian ilmu-ilmu menjadi bagian teoritis dan praktis.
- Pembagian pengetahuan menjadi pengetahuan yang dihadirkan (hudhuri)
dan pengetahuan yang dicapai (hushuli).
- Pembagian atas ilmu-ilmu religius (sya’iyyah) dan intelektual (aqliyah).
- Pembagian ilmu menjadi ilmu-ilmu fardhu’in (wajib atas setiap individu) dan
fardhu kifayah (wajib atas umat).
Berdasarkan apa yang telah dibahas sebelumnya, dapat
diketahui bahwa Al Ghazali telah melakukan pembaharuan
pada berbagai bidang: filsafat, ilmu kalam dan juga tasawuf.
al-Ghazali lebih tepat digolongkan dalam kelompok
pembangunan agama yang jalan pemikirannya didasarkan
pada sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.
Apabila memakai sumber lain dari Islam maka sumber-
sumber ini hanya dijadikan sebagai alat untuk maksud
menghidupkan ajaran-ajaran agama dan untuk membantu
menerangi jalan menuju Allah SWT.