Filsafat Ilmu dan LogikaFrom FeureaupediaJump to: navigation,
search Filsafat Ilmu: secara etimologis, Filsafat ilmu berasal dari
istilah Filsafat dan Ilmu. Filsafat adalah suatu kajian rasional,
kritis radikal, komprehensif, serta sistematis terhadap segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Contents[hide]
1 Pendahuluan o 1.1 Pengertian 1.1.1 Arti Logika 1.1.2
Klasifikasi Disiplin Ilmiah 1.1.3 Objek Material dan Objek Formal
1.1.4 Tempat Logika sebagai Disiplin Ilmiah 1.1.5 Objek Material
Logika: Arti Berpikir 1.1.6 Objek Formal Logika 1.1.7 Penalaran
1.1.8 Hukum berpikir/azas berpikir 1.1.8.1 Azas identitas 1.1.8.2
Azas Kontradiksi 1.1.8.3 Azas pengecualian kemungkinan ketiga
1.1.8.4 Azas alasan yang cukup 1.1.8.5 Azas bahwa kesimpulan tidak
boleh melampaui daya dukung dari premis-premisnya/pembuktiannya
1.1.9 Premis dan kesimpulan 1.1.10 Argumen atau argumentasi 1.1.11
Wacana argumentatif 1.1.12 Jenis Argumen 1.1.12.1 Argumen deduktif
1.1.12.2 Argumen induktif 2 Validitas dan Kebenaran 3 Penalaran o
3.1 Inference 3.1.1 INFERENSI LANGSUNG: KONVERSI & OBVERSI
3.1.1.1 CATATAN o 3.2 Obversi o 3.3 Silogisme
3.3.1 ATURAN DASAR SILOGISME 3.3.2 AKSIOMA SILOGISME 3.3.3 DALIL
SILOGISME 3.3.4 BENTUK SILOGISME 3.3.5 CORAK SILOGISME 3.3.6
VALIDITAS SILOGISME 3.3.7 DICTUM DE OMNI ET NULLO 3.3.8
POLISILOGISME 3.3.8.1 SORITES ARISTOTELIAN (SORITES PROGRESIF)
3.3.8.2 SORITES GOCLENIA (SORITES REGRESIF) 3.3.8.3 PROSEDUR
MENENTUKAN VALIDITAS ARGUMEN 3.3.9 INDUKSI
4 Ujian 5 Diktat
PendahuluanPengertianArti LogikaKeseharian; Logika/logis
menyangkut cara, sikap hidup yg masuk akal/reasonable. Dlm arti
teknis/ilmiah, Logika merupakan sebuah disiplin ilmiah. Disiplin
ilmiah artinya kegiatan akal budi/intelektual yg dipelajari untuk
memperoleh pengetahuan & pemahaman dlm bidang tertentu secara
sistematik-rasional yg terikat/tunduk ada
aturan-aturan/prosedur/metode tertentu.
Klasifikasi Disiplin IlmiahA.G.M van Melsen, membagi keseluruhan
disiplin atas 2 kelompok besar:
Disiplin Non Empirik adalah kegiatan akal budi utk secara
rasional memperoleh pengetahuan yg tidak tergantung/bersumber pada
pengalaman.
Kebenaran disiplin tsb tidak memerlukan pembuktian empirikal,
hanya membutuhkan pembuktian rasional/rational proof dan
konsistensi rasional. Disebut juga pengetahuan a priori. Termasuk
Filsafat & Matematika.
Disiplin Empirik adalah kegiatan intelektual yg secara rasional
berusaha memperoleh pengetahuan faktual ttg kenyataan aktual yg
bersumber pada empiri/pengalaman.
Kebenaran disiplin tsb menuntut pembuktian empirikal disamping
pembuktian rasional & konsistensi. Disebut juga pengetahnan a
posteriori. Termasuk ilmu alam & ilmu-ilmu manusia. Menurut
D.F. Scheltens, membedakan pengetahuan manusia atas:
Ilmu-ilmu Positif dalam ilmu yg mempelajari
fakta-fakta/kenyataan empiris berdasarkan observasi utk mengenali
keajegan-keajegan di dlm fakta-fakta kenyataan tsb. Termasuk: Ilmu
Alam dan llmu Manusia.
Ilmu-ilmu formal adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk dan
pola-pola hubungan antar pernyataan dan tidak menghasilkan
keputusan/proposisi tentang kenyataan. Termasuk: Logika dan
Matematika.
Objek Material dan Objek FormalObjek Material adalah segala
sesuatu yang dipelajari manusia secara rasional sistematis.
Seperti: Semesta dan segala isinya. Objek Formal adalah objek
material dipandang dari sudut tertentu, yakni sudut/konteks suatu
pernyataan inti dengan menggunakan metode tertentu. Atau Objek
Formal adalah salah satu aspek/faset dari objek material yang
dipelajari dari sudut pandang tertentu dengan cara/metode
tertentu.
Tempat Logika sebagai Disiplin IlmiahLogika termasuk dalam
bidang refleksi kefilsafatan. Filsafat adalah kegiatan intelektual
yang secara kritis-radikal mencoba memahami hakekat sesuatu dengan
segala implikasinya berdasarkan kekuatan akal budi tanpa
menggantungkan diri pada otoritas manapun. Filsafat terbagi
atas:
Metafisika/ontologi: Hakekat hal yang ada. Epistemologi: Hakekat
pengetahuan dan landasan pengetahuan. Logika: Hakekat berpikir.
Estetika: Hakekat nilai keindahan.
Istilah logika dari bahasa Yunani; Kata kerja 'logike', kata
benda 'logos' yang berarti perkataan sebagai manifestasi pikiran
manusia. Jadi secara etimologis, logika berarti ilmu/disiplin
ilmiah yang mempelajari jalan pikiran yang dinyatakan dalam
bahasa.
Objek Material Logika: Arti BerpikirLogika adalah cabang
filsafat yang mempelajari kegiatan berpikir manusia. Objek material
logika adalah kegiatan berpikir. Secara teknis, berpikir adalah
proses rohani/kegiatan akalbudi yang berada dalam kerangka bertanya
dan berusaha untuk memperoleh jawaban. Faktor-faktor yang
memungkinkan manusia bisa berpikir:
Jika pernyataan/pendiriannya dibantah orang lain Jika terjadi
perubahan mendadak dalam lingkungannya
Jika ia ditanya
Berpikir merupakan upaya untuk meemcahkan masalah. Sering juga
disebut berpikir refleksif. Berpikir refleksif berarti
terarah/teratur, yakni berpikir untuk menjawab pertanyaan yang
terus menerus menjadi pusat perhatian. Menurut tujuannya, kegiatan
berpikir dibagi atas:
Berpikir teoretikal yaitu kegiatan berpikir yang ditujukan untuk
mengubah pengetahuan. Berpikir praktikal yaitu berpikir untuk
mengubah keadaan/situasi.
Objek Formal LogikaBentuk-bentuk, pola-pola kegiatan berpikir
manusia dan struktur kombinasi pernyataanpernyataan secara formal.
Dari bentuk/pola dan kombinasi pernyataan-pernyataan tersebut
menunjukkan adanya aturan-aturan tertentu. Jadi kegiatan berpikir
yang lurus/tepat adalah kegiatan berpikir y ang sesuai dengan
aturan-aturan tersebut. Aturan itulah yang dipelajari dalam logika.
Jadi, logika adalah bagian dari filsafat yang mempelajari
metode-metode, asas-asas dan aturan-aturan yang harus dipenuhi
untuk dapat berpikir secara tepat, lurus, benar dan jernih. Maka
tujuan dari logika adalah:
Membedakan cara berpikir yang tepat dari yang tidak tepat.
Memberikan metode dan teknik untuk menguji ketepatan cara berpikir
Merumuskan secara eksplisit asas-asas berpikir yang sehat dan
jernih.
PenalaranKegiatan berpikir merupakan proses dalam akal budi yang
berupa gerakan dari satu pikiran ke pikiran yang lain. Pikiran
merupakan suatu unsur dalam proses rohani yang membutuhkan kalimat
yang lengkap untuk dapat menyatakannya secara penuh dan bermakna.
Dari sudut bentuk, kalimat adalah rangkaian kata-kata yang tersusun
dengan cara-cara tertentu. Dari sudut isinya, kalimat adalah suatu
gagasan/rangkaian gagasan. Jadi, dipandang dari sudut bentuknya,
proses berpikir itu adalah rangkaian pernyataan yang tersusun
dengan cara tertentu. Kegiatan menghubungkan pikiran-pikiran itu
untuk memunculkan sebuah kesimpulan. Jadi proses dalam akal budi
yang berupa kegiatan menghubungkan suatu pikiran dengan pikiran
yang lain untuk menarik sebuah kesimpulan disebut penalaran.
Contoh:
Semua manusia akan mati. Socrates adalah manusia. Jadi Socrates
akan mati.
Gajah adalah binatang. Binatang adalah makhluk hidup. Jadi,
gajah adalah makhluk hidup.
Tuhan adalah cinta. Cinta adalah buta. Jadi, Tuhan adalah buta.
(grammatically correct, but it is a logical fallacy)
Beberapa Honda adalah mobil. Beberapa mobil adalah Suzuki. Jadi,
beberapa Suzuki adalah Honda. (logical fallacy)
Beberapa tanaman adalah bunga Beberapa bunga adalah objek
berwarna merah Jadi, beberapa tanaman adalah objek berwarna
merah.
Semua kerbau adalah binatang berkaki empat. Semua harimau adalah
binatang berkaki empat. Jadi semua kerbau adalah harimau.
Hukum berpikir/azas berpikirGuna mengembangkan aturan-aturan,
metode-metode dan teknik-teknik tentang cara berpikir, logika
mengacu pada azas-azas berikut: Azas identitas Bunyinya:
Setiap hal adalah apa dia itu adanya. Setiap hal adalah sama
dengan dirinya sendiri. Setiap subjek adalah predikatnya
sendiri.
Rumus: A adalah A; A=A. Azas Kontradiksi
Bunyinya: Keputusan-keputusan yang saling berkontradiksi tidak
dapat dua-duanya benar dan sebaliknya, tidak dapat dua-duanya
salah. Rumus: A adalah tidak sama dengan bukan A (non-A). A adalah
bukan non-A. Azas pengecualian kemungkinan ketiga Bunyinya:
Setiap hal adalah A atau bukan A. Keputusan-keputusan yang
saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga
keputusan-keputusan itu tidak dapat menerima kebenaran dari sebuah
keputusan ketiga/diantara keduanya. Salah satu dari dua keputusan
tersebut harus benar. Kebenaran yang satu bersumber dari kebenaran
yang lain.
Azas alasan yang cukup Bunyinya:
Setiap kejadian harus mempunyai alasan yang cukup.
Azas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya dukung dari
premispremisnya/pembuktiannya
Premis dan kesimpulanPremis adalah pernyataan/rangkaian
pernyataan yang dipertautkan satu dengan lainnya sehingga
memunculkan sebuah pernyataan tertentu. Premis berfungsi
sebagai:
Pernyataan dasar/awal untuk menarik sebuah pernyataan
baru/kesimpulan. Pernyataan yang digunakan untuk mendukung,
membenarkan/membuktikan kebenaran kesimpulan.
Kesimpulan/konklusi adalah sebuah pernyataan tertentu yang
dimunculkan berdasarkan pernyataan/rangkaian pernyataan. Ddk:
Premis dan kesimpulan merupakan pengertian korelatif; artinya
pengertian-pengertian yang selalu berkaitan satu dengan yang
lainnya, dan masing-masing tidak dapat berdiri sendiri.
Argumen atau argumentasiArgumen adalah kesatuan kumpulan
pernyataan yang dinamakan premis/premis-premis dan kesimpulan yang
dihasilkan oleh kegiatan menalar. Atau argumen adalah sekelompok
pernyataan yang didalamnya terdapat satu pernyataan sebagai
kesimpulan yang diperoleh dari pernyataan-pernyataan lainnya atau
premis-premis.
Terkadang dalam satu argumen terdapat hanya ada satu premis
saja: Contoh: Inem menikah dengan jalal sebagai premis sudah dapat
disimpulkan: Jalal menikah dengan Inem. Namun, secara umum
argumen-argumen memerlukan lebih dari satu premis untuk memunculkan
satu kesimpulan yang sah. Contoh: Jalal mencintai Inem belum dapat
disimpulkan Inem mencintai jalal. Masih diperlukan bukti/fakta lain
untuk mendukung munculnya pernyataan Inem mencintai Jalal. Dapat
terjadi, dari hanya satu premis ditarik lebih dari satu kesimpulan.
Contoh:
Papan tulis itu hijau, dapat disimpulkan bahwa: Papan tulis itu
tidak hitam, atau: Papan tulis itu tidak putih.
Catatan: Dalam Teori Argumentasi, perkataan argumen dipakai
dalam arti premis/alasan.
Wacana argumentatifPembicaraan argumentatif/wacana argumentatif
adalah pembicaraan dengan mengajukan pendapat/pandangan yang
dilengkapi dengan alasan-alasan/pertimbangan sebagai
bukti/ketepatan dan aliran pikiran tertentu untuk meyakinkan
kebenaran pendapat yang diungkapkan dalam pernyataan-pernyataan.
Contoh: Bandingkan Susan Stebbing dalam bukunya A Modern Elementary
Logic, halaman 2-3 tentang Toleransi. Percakapan antara Samuel
Johnson dan Mayo yang dikutip dari Biografi Dr. Samuel Johnson
karya Boswell: I introduced the subject of toleration. JOHNSON:
'Every society has the right to preserve public peace and order,
and therefore has a good right to prohibit the propagation of
opinions which have a dangerous tendency. To say the magistrate has
this right, is using an inadequate word; it is the society for
which the magistrate is agent. He may be morally or theologically
wrong in restraining the propaga tion of opinions which he thinks
dangerous, but he is politically right.' MAYO : C I am of opinion,
Sir, that every man is entitled to liberty of conscience in
religion; and that the magistrate cannot restrain that right.'
JOHNSON: 'Sir, I agree with you. Every man has a right to liberty
of con science, and with that the magistrate cannot interfere.
People confound liberty of thinking with liberty of talking; nay,
with liberty of preaching. Every man has a physical right to think
as he pleases; for it cannot be discovered how he thinks. He has
not a moral right, for he ought to inform himself and think justly.
But, Sir, no member of a society has a right to teach any doctrine
contrary to what the society holds to be true. The magistrate, I
say, may be wrong in what he thinks: but while he thinks himself
right, he may and ought to enforce what he thinks.' MAYO: 'Then,
Sir, we are to remain always in error, and truth never can prevail;
and the magistrate was right in persecut ing the first Christians.'
JOHNSON: 'Sir, the only method by which truth can be established is
by martyrdom. The magistrate has a right to enforce what he thinks;
and he who is
conscious of the truth has a right to suffer. I am afraid there
is no other way of ascertaining the truth, but by persecution on
the one hand and enduring it on the other.
Jenis ArgumenMenurut sifat hubungan antara premis dan kesimpulan
argumen dibedakan atas: Argumen deduktif Dalam premis-premisnya
sudah memuat kesimpulan. Premis-premis sudah mengimplikasikan
kesimpulan. Kesimulan sudah tersirat (implisit) dalam
premis-premis. Hubungan antara premis dan kesimpulan: Hubungan
implikatif. Sifat pembuktian pada argumen deduktif adalah
konklusif/meyakinkan/berkepastian. Jadi premis-premisnya diterima
sebagai benar, prosedur memunculkan kesimpulan sah, maka kesimpulan
pasti benar. Argumen induktif Premis-premis tidak mengimplikasikan
kesimpulan. Kesimpulannya belum/tidak tersirat dalam
premis-premisnya. Namun premis-premis tersebut sudah cukup kuat
memberikan landasan untuk menerima kesimpulan yang ditarik.
Hubungan antara premis dan kesimpulan adalah hubungan
probabilitas/kemungkinan. Sifat/kekuatan pembuktiannya adalah
inkonklusif/kurang berkepastian. Contoh: Penarikan kesimpulan
berdasarkan statistik.
Validitas dan KebenaranEtimologis: Validitas dari bahasa latin;
Validus artinya kuat. Dalam logika, valid berarti sah, absah, kuat,
sahih. Perkataan Validitas/keabsahan/kesahihan, untuk logika
dipakai dalam arti penentuan valid/tidaknya sebuah argumen. Suatu
argumen dikatakan valid bila: Kesimpulannya berakar dalam
premis-premisnya/premispremis meniscayakan kesimpulan yang
bersangkutan. Proses penalaran dalam argumen berlangsung sesuai
dengan azas-azas dan aturan-aturan untuk menalar. Jadi, validitas
suatu argumen tergantung pada bentuk argumen dan tidak ditentukan
oleh isi argumen yang bersangkutan. Isi argumen dinilai berdasarkan
kebenaran, sedangkan yang dapat dinilai benar atau salah adalah
pernyataannya. Benar berarti adanya kesesuaian antara pernyataan
dengan fakta. Jadi, benar adalah masalah fakta. Suatu pernyataan
adalah benar bila isinya sesuai dengan fakta. Ada 4 teori
kebenaran:
Teori Korespondensi: Sebuah pernyataan adalah benar jika isinya
sesuai dengan/mencerimnkan kenyataan sebagaimana adanya.
Teori Koherensi: Kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah
pernyataan dnegan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah diterima
sebagai benar. Teori Pragmatik: Kebenaran adalah efektifitas. Teori
Intersubjektifitas: Kebenaran adalah kesesuaian/konsensus yang
dapat dicapai/diterima oleh orang/para ahli.
Contoh:
Tuhan adalah cinta. Cinta adalah buta. Jadi, Tuhan adalah
buta.
Ini adalah contoh argumen yang tidak valid dan kesimpulannya
salah.
Semua orang adalah peramah. Beberapa petenis adalah bukan orang
sopan. Jadi, beberapa petenis adalah bukan peramah.
Semua pernyataannya (Premis-premis & kesimpulan) benar, tapi
argumen tidak valid.
Semua mantan Presiden adalah orang yang bertanggung jawab.
Sukarno adalah orang bertanggung jawab. Jadi, Sukarno adalah mantan
Presiden.
Argumennya tidak valid dengan semua pernyataan yang benar.
Revolusi Prancis terjadi sesudah Revolusi Russia. Revolusi
Indonesia terjadi sesudah Revolusi Prancis. Jadi, Revolusi
Indonesia terjadi sesudah Revolusi Russia.
Argumennya valid dengan kesimpulan yang benar tetapi dengan satu
premis yang salah. (Revolusi Prancis terjadi sebelum Revolusi
Russia) Catatan: Dalam kegiatan berpikir dapat terjadi diajukan
argumen-argumen:
Dengan kesimpulan yang benar, ditarik dari premis-premis yang
salah melalui argumen yang valid. Dengan premis-premis yang benar
dengan kesimpulan yang salah melalui argumen yang tidak valid.
Dengan premis-premis yang benar dengan kesimpulan yang salah
melalui argumen yang tidak valid.
Ingat: Validitas suatu argumen tidak ditentukan oleh kebenaran
dari pernyataan-pernyataan yang mewujudkan argumen tersebut. Namun,
perlu diingat, setiap pernyataan mempunyai
implikasiimplikasi/konsekuensi-konsekuensi.
PenalaranKegiatan akal budi yg melihat, memahami sebuah /
sejumlah proposisi kemudian berdasarkan pemahaman ttg proposisi /
sejumlah proposisi serta hubungan antar-proposisi tsb, akal budi
memunculkan sebuah proposisi baru: ARGUMEN ARGUMEN terdiri atas: 1.
Premis-premis / proposisi antecedens: proposisi yg dijadikan
landasan utk memunculkan Kesimpulan 2. Kesimpulan / proposisi
konsekuens: proposisi baru yg dimunculkan berdasarkan proposisi yg
sudah diketahui
InferenceMenurut prosesnya, kegiatan penalaran tersusun atas dua
tahap: Pemahaman sebuah proposisi / sejumlah proposisi &
hubungan antara proposisi2 tsb Tindakan akal budi memunculkan
sebuah proposisi baru / kesimpulan: INFERENSI INFERENSI adl
tindakan akal budi memunculkan proposisi baru / kesimpulan
berdasarkan proposisi2 antecedens Tindakan Inferensi Berdasarkan
Jumlah Premis 1. INFERENSI LANGSUNG: Inferensi yg kesimpulannya
ditarik dari hanya satu premis (proposisi yg digunakan utk
penarikan kesimpulan). Konklusi yg ditarik tidak boleh lebih luas
dari premisnya. 2. INFERENSI TAK LANGSUNG: Inferensi yg
kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi
membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi2
lama.
INFERENSI LANGSUNG: KONVERSI & OBVERSIKONVERSI Konversi adl
proses inferensi langsung yg berasal dari sebuah proposisi, di mana
SUBJEK & PREDIKAT SEBUAH PROPOSISI DITUKAR / DIBALIK TEMPATNYA
sehingga YG SEMULA SUBJEK MENJADI PREDIKAT & PREDIKAT MENJADI
SUBJEK (tanpa mengubah kualitas & kebenaran yg terkandung di
dlmnya). Proposisi yg diperoleh dari HASIL PENUKARAN TEMPAT disebut
KONVERSE Sedangkan PROPOSISI ASAL yg mengalami pertukaran disebut
KONVERTEND Hasil konversi bila dikonversi kembali menjadi proposisi
semula. JADI, Konvertend & Konverse ekuivalen ( = ) CATATAN
HANYA PROPOSISI E & I SAJA YG BISA DIKONVERSI SECARA PENUH
(E) Tak ada kucing adalah anjing (konvertend) [= semua kucing
adalah bukan anjing] (E) Tak ada anjing adalah kucing (konverse)
(I) Beberapa pejabat adl orang-orang yg jujur (I) Beberapa orang
yang jujur adalah pejabat
KONVERSI PENUH TIDAK DPT DILAKUKAN TERHADAP PERNYATAAN (A)
Semua petani adalah orang-orang rajin (A) Semua orang rajin
adalah petani (A)
PENJELASAN: Pernyataan kedua tidak sama dgn pernyataan pertama,
karena di luar petani terdapat juga orang-orang rajin, misalnya
para nelayan. Sebagaimana dibahas dlm bab sebelumnya, kebenaran
proposisi A akan menjamin kebenaran proposisi I, hal yg sama
berlaku di sini: di satu sisi, semua petani adalah orang-orang
rajin (A) menjamin kebenaran beberapa petani adl orang-orang rajin
(I). Di lain sisi, pernyataan (A) Semua petani adalah orang-orang
rajin bisa juga menjamin pernyataan (I) sbg hasil konverse dari
pernyataan (A) di atas: BEBERAPA ORANG YANG RAJIN ADALAH PETANI
Perubahan dari pernyataan (A) ke pernyataan (I) disebut Konverse
dengan pembatasan. Jadi, proposisi A dpt dikonversi dgn pembatasan
sederhana, di mana ciri kuantitatif universal nya diubah menjadi
kuantitatif partikular. Namun, setelah dikonversi hasilnya
(konversenya) tidak dpt dikonversi kembali, sebab konversi dari
proposisi I adl proposisi I. PROPOSISI O TIDAK BISA DIKONVERSI
Beberapa jalan adl bukan sarana yg diperlukan Beberapa sarana yg
diperlukan adl bukan jalan Kedua proposisi di atas tidak mengandung
amanat yg sama Konvertend Konverse = Beberapa P adl S (I) = Semua P
adl bukan S (E) = Beberapa P adl S ( I )
A) Semua S adl P E) Semua S adl bukan P I) Beberapa S adl P
O) Beberapa S adlbukan P = Nihil KETERANGAN: Jika proposisi A
dikonversikan, hasilnya proposisi I Jika proposisi E dikonversikan,
hasilnya tetap proposisi E Jika proposisi I dikonversikan, hasilnya
tetap proposisi I Proposisi O tidak dapat dikonversikan
ObversiObversi adl proses inferensi langsung yg berupa menarik
dari sebuah proposisi (proposisi asal, premis) sebuah proposisi
baru (kesimpulan) yg punya predikatnya kontradiksi dari term
predikat
asal, yg disertai dgn mengubah kualitas proposisi asalnya. Atau
sebuah proses perubahan dgn menyangkal lawan dari suatu proposisi
afirmatif. Kontradiksi ~ komplemen: semua perangkat di luar
perangkat yang diketahui. Mis. komplemen dari term putih adl semua
warna lain: merah, hitam, hijau, biru, kelabu. Bisa dikatakan,
komplemen dari term putih adalah non-putih, komplemen dari S adl
non-S, dsb. Untuk memperoleh sebuah obverse yg senilai dgn
obvertendnya maka harus ditempuh dua prosedur: 1. Mengubah kualitas
dari pernyataan obvertend. Kalau kualitasnya afirmatif maka harus
harus dijadikan negatif, sebaliknya, jika kualitasnya negatif maka
harus dijadikan afirmatif 2. Menggantikan term predikat dengan
komplemennya. Jika term predikat dari obvertend adalah P maka P
harus diganti dengan non-P. Kalau term predikatnya adl non-P maka
harus diganti dgn P PERNYATAAN ASLI YG DISANGKAL DISEBUT OBVERTEND,
sedangkan PROPOSISI YG DIHASILKAN DENGAN OBSERSI DISEBUT OBVERSE
SEMUA PROPOSISI TRADISIONAL DPT DIOBVERSI PROPOSISI A OBVERTEND
Semua mahasiswa adalah orang2 intelek
OBVERSE:
Semua mahasiswa adl bukan orang2 intelek Semua mahasiswa adl
bukan non-orang2 yg intelek
PROPOSISI E OBVERTEND
Tak ada orang gila adl orang waras [= semua orang gila adalah
bukan orang waras]
OBVERSE:
[Semua orang gila adalah orang waras] Semua orang gila adalah
non-orang waras
PROPOSISI I
OBVERTEND
Beberapa makanan adl makanan berlemak
OBVERSE
[Beberapa makanan adl bukan makanan berlemak] Beberapa makanan
adl bukan non-makanan berlemak
PROPOSISI O OBVERTEND
Beberapa pengajar adalah bukan diktator
OBVERSE
Beberapa pengajar adalah diktator Beberapa pengajar adalah
non-diktator Obvertend Obverse Semua S adl bukan non-P (E)
(A) Semua S adl P
(E) Semua S adl bukan P Semua S adl non-P (A) LAKUKAN KONVERSI
DARI PUTUSAN-PUTUSAN INI. LALU HASIL KONVERSINYA DIOBVERSIKAN! 1.
Semua orang Indonesia berkulit sawo matang 2. Pandai besi itu
pandai memukul besi 3. Baju-baju itu buatan luar negeri 4. Tidak
ada barang impor yang murah harganya 5. Semua mahasiswa bukan anak
SMA 6. Tak seorang pun suka diremehkan martabatnya 7. Tidak semua
orang yang menikah itu bahagia 8. Sebagian mahasiswa tidak pernah
membolos 9. Ada orang yang tidak dapat dipercaya 10. Ada dosen yang
melaksanakan tugasnya dengan baik 11. Polisi berhasil menangkap
pencuri itu 12. Barang-barang impor dianggap menaikkan gengsi
SilogismeInferensi tidak langsung yg kesimpulannya ditarik dari
hanya dua premis saja. Tersusun atas 3 buah proposisi: dua sbg
premis & satu sbg kesimpulan
Semua manusia adalah makluk rasional
Semua filsuf adalah manusia Jadi, Semua filsuf adl makhluk
rasional
PERHATIAN: Sebuah proposisi terdiri atas dua term: SUBJEK &
PREDIKAT Karena sebuah silogisme tersusun atas tiga proposisi maka
dlm sebuah silogisme terdpt 6 term. Dari contoh di atas terlihat
tiga term: manusia, makhluk rasional, filsuf; yg masing2nya muncul
dua kali sehingga menjadi 6 term. Dari 3 term tsb: term manusia
(muncul satu kali), term filsuf, makhluk rasional (muncul dua kali:
satu kali dipremis & satu kali di kesimpulan) Sebuah silogisme
formal terdiri atas enam (6) unsur:
Term Tengah (M) ~ Term yg hanya muncul dlm premis2: satu kali
dlm premis mayor & satu kali dlm premis minor. Term Mayor (P) ~
Term yg dlm kesimpulan berkedudukan sbg predikat. Term Minor (S) ~
Term yg dlm kesimpulan berkedudukan sebagai subjek. Premis Mayor ~
premis yg memuat term mayor Premis Minor ~ premis yg memuat term
minor
Kesimpulan ~ proposisi yg dimunculkan dari premis2 & yg
memuat term minor & term mayor Urutan sebuah silogisme: Premis
mayor, Premis Minor
ATURAN DASAR SILOGISMEATURAN DASAR I SILOGISME TERDIRI ATAS
HANYA 3 PROPOSISI: DUA SBG PREMIS & SATU SBG KESIMPULAN Kadang2
argumen silogistik dikemukakan secara tidak lengkap: salah satu
premis atau kesimpulannya dikemukakan secara secara implisit ~
ENTHYMEME PREMIS MAYOR TIDAK DISEBUTKAN
Ia adalah seorang kepala negara Jadi, ia memiliki kekuasaan
(Premis mayor: Siapa saja yang menjadi kepala negara memiliki
kekuasaan)
PREMIS MINOR DIKEMUKAKAN SECARA IMPLISIT
Semua filsuf adalah pemikir refleksif Karena itu, Sokrates
adalah pemikir refleksif (Premis minor: Sokrates adalah flsuf)
KONKLUSI DIKEMUKAKAN SECARA IMPLISIT
Semua tindakan kejahatan akan dikenai sanksi hukum Korupsi
adalah tindak kejahatan (Jadi, tindak korupsi akan dikenai sanksi
hukum)
ATURAN DASAR II SETIAP PROPOSISI DIRUMUSKAN DLM SALAH SATU
BENTUK DARI PROPOSISI klasik: A, E, I, O Acapkali terjadi, ada
silogisme yg memuat proposisi singular, yi proposisi yg kelas yg
berkedudukan sbg term subjeknya hanya punya satu anggota Soekarno
adl Presiden pertama RI = proposisi universal (A) atau E
(tergantung pd kualitasnya); Jampang adl jagoan Betawi (A), Pitung
adl bukan astronot (E)
ATURAN III SETIAP SILOGISME MEMUAT HANYA TIGA TERM
Semua astronot adalah penerbang Amir adalah astronot Jadi, Amir
adalah penerbang
Kadang2 terjadi pelanggaran aturan dasar 3 ini, bila dipakai
istilah / ungkapan bermakna ganda (EKUIVOKASI) & perkataan tsb
dlm silogisme ybs digunakan dlm dua arti. Akibatnya, silogisme tsb
terdiri atas lebih dari tiga term (melanggar aturan 3).
Tuhan adalah cinta Cinta adalah buta Jadi, Tuhan adalah buta
PENJELASAN: Perkataan (1) Cinta adl proposisi, (2) Tuhan adl
cinta berarti kasih sayang / penyerahan diri secara penuh bagi
subjek yg lain. Cinta dlm proposisi (3) Cinta adalah buta berarti
hasrat yg kuat utk memiliki sesuatu / subJek bagi dirinya sendiri.
Jadi, dlm silogisme tsb sesungguhnya terdpt 4 term. The Fallacy of
Four Terms/ Quaternio Terminorum / Kerancuan 4 term ~ tidak
valid
AKSIOMA SILOGISMESebuah argumen disebut Silogisme bila memenuhi
ke-3 aturan dasar silogisme di atas. Sebuah argumen disebut valid
bila memenuhi 5 AKSIOMA SILOGISME berikut: 1. Sekurang2nya satu
term tengah harus didistribusikan 2. Term yg di dlm kesimpulan
didistribusikan, harus didistribusikan juga di dlm premisnya
3. Sekurang2nya satu premis harus afirmatif 4. Bila salah satu
premisnya negatif maka kesimpulannya juga harus negatif 5. Bila
kedua premisnya afirmatif maka kesimpulan juga harus afirmatif
INGAT: Aksioma 1 & 2 adalah aksioma ttg distribusi term Aksioma
3, 4 dan 5 adalah aksioma ttg kualitas.
DALIL SILOGISMEBerdasarkan aksioma dpt dijabarkan tiga dalil
silogisme: Sekurang2nya satu premis harus universal Jika salah satu
premisnya partikular maka kesimpulannya juga partikular Jika premis
mayornya partikular maka premis minornya harus afirmatif Dalil
silogisme & Aksioma berbeda: 1. Dalil Silogisme dibuktikan
berdasarkan aksioma silogisme, tapi aksioma silogisme tidak perlu
dibuktikan (jabaran dari defenisi silogisme) 2. Silogisme merup
kombinasi dari beberapa proposisi. Kombinasi proposisi2 tsb
menunjukkan bentuk (figure) & corak (moods / modus). 3. Bentuk
& corak kombinasi proposisi2 tsb akan menentukan validitas
silogisme Jadi, tidak semua corak pada bentuk kombinasi proposisi2
dpt menghasilkan silogisme valid.
BENTUK SILOGISMEWujud silogisme berdasarkan kedudukan / posisi
term tengah di dlm proposisi2 yg mewujudkan silogisme tsb.
Berdasarkan term tengah di dlm premis2, dibedakan 4 bentuk
silogisme.
S: subject of the conclusion. P: predicate of the conclusion. M:
the middle term.
BENTUK I : term tengah menjadi subjek dlm premis mayor &
predikat dlm premis minor.
M P (Semua manusia adalah berakal budi) S M (Semua mahasiswa
adalah manusia) S P (Semua mahasiswa adalah berakal budi)
BENTUK II : term tengah menjadi predikat dlm premis mayor &
premis minor
P M (semua sarjana adalah lulusan PT) S M (Jessica adalah bukan
lulusan PT) S P (Jessica adalah bukan sarjana)
BENTUK III: term tengah menjadi subjek dari premis mayor &
premis minor
M P (Semua guru adalah pendidik) M S (Semua guru adalah manusia)
S P (Sebagian manusia adalah pendidik)
BENTUK IV (BENTUK GALENIA / GALEN) : term tengah menjadi
predikat dari premis mayor & subjek dari premis minor
P M (Semua filsuf adalah pemikir) M S (Semua pemikir adalah
cendekiawan) S P ( Sebagian cendekiawan adalah filsuf)
CORAK SILOGISMEWujud silogisme berdasarkan kuantitas &
kualitas dari proposisi2 yg membentuk silogisme Perbedaan silogisme
berdasarkan perbedaan susunan jenis proposisi2 (tradisional) yg
membentuk silogisme tsb. Ada 16 kemungkinan kombinasi proposisi yg
mewujudkan silogisme:
HURUF PERTAMA dari proposisi2 di atas berkedudukan sbg PREMIS
MAYOR. HURUF KEDUA berkedudukan sbg PREMIS MINOR. Tidak semua
kombinasi proposisi di atas menghasilkan silogisme yg valid. 1.
Berdasarkan Aksioma ttg kualitas (Aksioma 3): Kombinasi2 EE, OE,
EO, OO pasti tidak dapat menghasilkan silogisme yg valid 2.
Berdasarkan Dalil I: Kombinasi2 II, OI, IO tidak dapat menghasilkan
silogisme yg valid 3. Berdasarkan Dalil III: kombinasi2 OE tidak
dapat menghasilkan silogisme yang valid Dengan demikian, kombinasi
proposisi2 tradisional yg menghasilkan sillogisme yg valid: A A, A
E, A O, A I, E A, E I, I A, O A
AKAN TETAPI: 1. Tidak semua corak yg delapan di atas
menghasilkan silogisme yg valid pd semua Bentuk Silogisme. 2.
Setiap Bentuk Silogisme berlaku aturan2 khusus yg menentukan
kombinasi/corak2 yg menghasilkan silogisme yg valid bagi masing2
Bentuk Silogisme. 3. Para ahli Logika memberi nama khusus pada
corak2 silogisme yg valid. BENTUK SILOGISME YANG SAHIH Premis minor
harus afirmatif & premis mayor harus universal Modus Nama AAA
EAE AII EIO bArbArA cElArEnt dArII fErIO
Salah satu premis harus negatif & premis mayor harus
universal Modus Nama AEE cAmEstrEs EAE AOO EIO cEsArE bArOcO
fEstInO
Premis minor harus afirmatif & kesimpulan harus partikular
Modus Nama AAI EAO AII frEsIsOn IAI OAO dIsAmIs bOcArdO #Premis
mayor harus universal jika salah satu premisnya negatif 1. Premis
minor tidak dapat partikular jika premis mayornya afirmatif 2.
Kesimpulan tidak dapat universal jika premis minor afirmatif Modus
AAI EIO brAmAntIp frEsIsOn Nama dArAptI fElAptOn dAtIsI
AEE dImArIs EAO
cAmEnEs fEsApO
VALIDITAS SILOGISMESilogisme dikatakan valid bila memenuhi
ketiga aturan dasar & kelima aksioma, SEBALIKNYA Dikatakan
tidak valid jika tidak memenuhi aturan dasar dan aksioma. BAGAIMANA
MEMERIKSA VALIDITAS SILOGISME? 1. Periksa silogisme: memenuhi
aturan dasar atau tidak. 2. Bila memenuhi aturan dasar, periksa
silogisme: sesuai dgn aksioma atau tidak. 3. Bila tidak memenuhi
salah satu aksioma, silogisme tidak valid. ATURAN2 SILOGISME YG
DIPAKAI DLM PENGUJIAN SILOGISME: 1. Aturan Dasar 3. Setiap
silogisme hanya memuat 3 term: Mayor, Minor, & Tengah. 2.
Aksioma 1. Sekurang2nya satu term tengah didistribusi (atau
memiliki luas universal) 3. Aksioma 2. Jika term subjek atau
predikat dalam kesimpulan didistribusi (atau luasnya universal),
term tersebut juga didistribusi dalam premis asalnya (luasnya juga
universal). 4. Aksioma 3. Sekurang2nya satu premis universal. Jika
sampai aksioma 3, tidak ada peraturan yg dilanggar, silogisme yg
sedang diuji dinyatakan VALID. Jika satu saja aturan di atas
dilanggar, silogisme dpt dinyatakan TIDAK VALID. PELATIHAN PROSEDUR
PEMERIKSAAN VALIDITAS SILOGISME Kata2 petunjuk kesimpulan Kata2
petunjuk premis Oleh karena itu, Dengan demikian, Karena itu, Jadi,
Konsekuensinya, Membutikan bahwa, Hasilnya, Dengan alasan ini,
Artinya, Maka, Maka dari itu, sebab karena sebagaimana halnya.
seperti juga halnya, lantaran disebabkan sedangkan, .. dan, ...
tetapi (tapi, melainkan),... ... atau, .... ... padahal,.... ...
sedangkan,.... sementara itu,..
DICTUM DE OMNI ET NULLOAristoteles merumuskan aksioma: DICTUM DE
OMNI ET NULLO. Jika pada semua/setiap anggota dari sebuah kelas
(term) diberikan predikat yg afirmatif/negatif maka dapat diberikan
predikat dgn cara yg sama kepada setiap hal yg termasuk kelas itu.
DICTUM DE OMNI
Jika sebuah subjek secara universal diafirmasi maka juga setiap
anggota dari kelas yg berkedudukan sbg subyek harus diafirmasi.
Semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi Fatimah adalah
sarjana Fatimah adalah lulusan perguruan tinggi
Term Lulusan perguruan tinggi di atas secara logis berlaku bagi
semua kelas sarjana. Artinya, jika Fatimah secara logis menjadi
anggota kelas sarjana maka term lulusan PT berlaku juga bagi
Fatimah. DICTUM DE NULLO Jika sebuah subjek secara universal
disangkal (dinegasi) maka setiap hal yg menjadi anggota kelas yg
berkedudukan sbg subjek itu harus disangkal (dinegasi)
Manusia adalah bukan kera Rizal adalah manusia Rizal adalah
bukan kera
Term kera menegasi term manusia. Karena Rizal tercakup dalam
ekstensi term manusia, term kera itu pun menegasi Rizal Catatan:
Dictum de omni et nullo, hanya berlaku bagi corak2 silogisme yg
termasuk dlm Bentuk I. Jika dictum de omni et nullo diterapkan pada
silogisme dari Bentuk I maka hasilnya kerangka berpikir
berikut:
Jika setiap (semua) M adalah P dan Semua (beberapa) S adalah M
Maka, Semua (beberapa) S adalah P
Utk membuktikan validitas corak2 silogisme dlm bentuk II, III,
IV harus digunakan proses REDUKSI. CARANYA: memperlihatkan
ekuivalensi dari corak2 silogisme tsb dgn salah satu dari corak2
silogisme yg termasuk dlm Bentuk I: MP, SM, SP. Prosesnya dgn
cara:
Mengonversi proposisi2 yg bersangkutan dan / atau mentransposisi
premis2nya. Mentransposisi premis2: mengubah premis mayor menjadi
premis minor & premis minor menjadi premis mayor. Silogisme a
Silogisme b
Semua Quakers adl pasifis Tiada pasifis adl tentara Tiada
tentara adl pasifis Semua Quakers adl pasifis
Tiada tentara adl Quakers Tiada Quakers adl tentara Tiada
tentara adl Quakers = Semua tentara adl bukan Quakers
INGAT:
Rumus proposisi E: Semua S adalah bukan P dpt juga diungkapkan
dgn rumus: Tiada S adalah P. Silogisme a bercorak AEE (CAmEstrEs)
dlm bentuk II Silogisme b bercorak EAE (CElArEnt) dlm Bentuk I
Term2 kedua silogisme tsb sama = ekuivalen
Ekuivalen antara kedua silogisme tsb diperoleh lewat: 1.
Mentransposisi premis2: Premis mayor dlm silogisme a diubah menjadi
premis minor dlm silogisme b. 2. Mengkonversi kesimpulan &
mengonversi premis minor dari silogisme a yg dlm silogisme b
berkedudukan sbg premis mayor. Dgn cara yg sama corak2 silogisme yg
lain dari bentuk I, II, III, IV dapat direduksi pada salah 1 dari
corak silogisme dlm bentuk I (satu)
POLISILOGISMEPOLISILOGISME Rangkaian beberapa silogisme yg di
dlmnya kesimpulan dari satu silogisme menjadi satu premis dari
silogisme berikutnya. PROSILOGISME Silogisme yg kesimpulannya
menjadi premis (yg tidak dinyatakan) dari silogisme berikutnya
EPISILOGISME Silogisme yg didahului prosilogisme SORITES
Polisilogisme yg dlmnya hanya kesimpulan penutup yg dinyatakan
secara eksplisit & premis2 diatur sedemikian rupa sehingga
setiap dua premis yg berurutan memuat sebuah term yg sama.
Contoh:
Semua diktaktor adalah ambisius Semua orang yg ambisius adl
tidak berbelaskasihan Semua orang tidak berbelaskasihan adl orang
ganas Semua yg ganas adl orang yang ditakuti Semua org yg ditakuti
adl org yg patut dikasihani Jadi, Semua diktaktor adl orang yg
patut dikasihani.
SORITES ARISTOTELIAN (SORITES PROGRESIF) Premis minornya yg
lebih dahulu dikemukakan, & Term yg sama dlm 2 premis yg
berurutan muncul mula2 sbg predikat & kemudian sbg subjek.
Bentuk Logika:
Semua A adalah B Semua B adalah C Semua C adalah D Semua D
adalah E
Jadi, Semua A adalah E SUSUNAN SORITES ARISTOTELIAN Predikat
proposisi pertama menjadi subjek proposisi kedua, predikat
proposisi kedua menjadi subjek proposisi ketiga, demikian
seterusnya hingga pada akhirnya ditarik konklusi yg subjeknya adl
subjek proposisi pertama & predikatnya adl predikat proposisi
terakhir UTANG BUDI adl utang karena seseorang menerima kebaikan
dari org lain. Utang karena seseorang menerima kebaikan dari org
lain adl utang yg tidak dpt dibayar kembali dgn uang. Utang yg
tidak dpt dibayar kembali dgn uang adl utang yg tidak mungkin dapat
dibalas sepenuhnya. Utang yg tidak mungkin dapat dibalas sepenuhnya
adl utang yang DIBAWA MATI. JADI, UTANG BUDI DIBAWA MATI Aturan
Khusus dari Silogisme tsb: 1. Hanya satu premis, yi yg terakhir, yg
dpt negatif. Pelanggaran terhdp aturan ini akan menyebabkan
terdapatnya 2 premis negatif dlm salah satu dari silogisme2 yg
mewujudkan sorites tsb. 2. Hanya satu premis, yi yg pertama, yg dpt
partikular. Pelanggaran terhadap aturan ini akan menyebabkan
terjadinya kerancuan term tengah tidak didistribusikan. SORITES
GOCLENIA (SORITES REGRESIF) Premis mayornya dinyatakan lebih
dahulu., & Term yg sama yg terdpt dlm dua premis yg tersusun
secara berurutan: pertama muncul pertama2 sbg subjek & kemudian
sbg predikat Bentuk logikalnya:
Semua D adalah E Semua C adalah D Semua B adalah C Semua A
adalah B Jadi, Semua A adalah E
Aturan khusus dari bentuk Sorites Goclenian:
Hanya satu premis ~ yg pertama ~ yg dpt negatif Hanya satu
premis ~ yg terakhir ~ yg dpt partikular
Jika mereka yg tidak berteman adl sengsara, dan mereka yang hina
tidak berteman, & mereka yg mengkhianati tanah airnya adl hina,
& mereka yg memuja kekuasaan demi berkuasa itu adl pengkhianat
tanah airnya, & quislings memuja kekuasaan demi berkuasa itu
sendiri maka quislings adl sengsara. CATATAN: Pada contoh di atas,
argumennya dinyatakan sbg rangkaian implikasi, tidak sbg pengajuan
premis2. Semua pembicaraan di atas adalah argumen deduktif:
Kesimpulanya sudah tersirat di dlm premis2nya. Agar dpt
dikualifikasi sbg argumen yg valid, sekurang2nya argumen tsb harus
memiliki satu proposisi universal sbg premisnya. PROSEDUR
MENENTUKAN VALIDITAS ARGUMEN Apakah argumen yg dihadapi itu
silogisme (argumen deduktif) atau argumen induktif. Jika argumen
induktif, kaji tinggi-rendahnya probabilitas argumen itu
berdasarkan kriteria penentuan derajat probobilitas argumen
induktif. Jika silogisme, apakah sudah dirumuskan dlm proposisi2
tradisional. Jika belum, ubah dahulu menjadi proposisi2 tadisional.
Apakah sudah tersusun menurut urutan Premis Mayor, Premis Minor,
& kesimpulan? Jika belum, urutkan dahulu, utk itu, tentukan
terlebih dahulu kesimpulannya dgn memanfaatkan kata2 petunjuk:
seperti, karena itu, demikian, jadi (utk menentukan kesimpulan)
atau karena, sebab, berhubung (untuk menentukan premis, dsb.). Jika
sudah, kaji dgn Aturan Dasar 3. Apakah terjadi pelanggaran terhdp
ATURAN DASAR 3. Jika ya, langsung simpulkan: silogisme itu tidak
valid. Jika ATURAN DASAR 3 terpenuhi, kaji dgn AKSIOMASI 1. Apakah
terjadi pelanggaran terhdp AKSIOMA 1 (KERANCUAN TERM TENGAH). Jika
ya, simpulkan: silogisme itu tidak valid. Jika AKSIOMA 1 terpenuhi,
kaji dgn AKSIOMA 2 Apakah tejadi pelanggaran terhdp AKSIOMA 2:
Apakah terjadi kerancuan Mayor Tidak Sah? Jika ya, simpulkan:
silogisme itu tidak valid Apakah terjadi kerancuan Minor Tidak Sah?
Jika ya, simpulkan: silogisme itu tidak valid Jika AKSIOMA 2
terpenuhi, kaji dg AKSIOMA 3 Apakah terjadi pelanggaran AKSIOMA 3
(Kerancuan premis2 Negatif?) Jika ya, simpulkan: silogisme itu
tidak valid. Jika jawabannya Tidak maka dpt disimpulkan: silogisme
tsb valid.
INDUKSIARGUMEN INDUKTIF: Penalarannya bertolak dari proposisi2
partikular / singular (produk pengamatan inderawi) sbg premis2nya
shg hubungan antara premis2 & kesimpulan tidak bersifat
konklusif, tapi PROBABILITAS.
Tidak dapat dikualifikasi valid / tidak valid, tapi DINILAI
berdasarkan derajat tinggi-rendah probalitasnya. ARGUMEN INDUKTIF ~
analogi ~ kegiatan membanding2kan dua hal / lebih (proposisi
partikular / singular) utk kemudian berdasarkan kesamaan2 &
perbedaan2 yg ditemukan menarik kesimpulan tertentu ANALOGI
Argumentatif : Penggunaan analogi utk menarik kesimpulan (argumen
logikal) Non-argumentatif
Deskriptif: Penggunaan analogi utk memberikan gambaran ttg
sesuatu Eksplanatif: Menerangkan sesuatu yg belum dikenal dgn
membandingkannya dgn sesuatu yg lain yg sudah lebih dikenal yg
memiliki kesamaan2 ttt dgn sesuatu yg hendak dijelaskan.
2 JENIS ARGUMEN INDUKTIF: Argumen Analogikal Penalaran yg berupa
menarik kesimpulan dgn bertolak dari kesamaan antara dua / lebih
hal dlm satu / lebih aspek kesamaan dari hal2 tsb dlm aspek2
lainnya Struktur argumen: Dari sejumlah kesamaan ciri / sifat pada
dua / lebih hal (objek, kejadian), ditarik kesimpulan adanya
kesamaan ciri / sifat yg lain pada hal2 yg bersangkutan. Bentuk
Argumen:
a, b, c, d Semuanya punya sifat P & Q a, b, c Semuanya
mempunyai sifat R
Karena itu, d mempunyai sifat R
[a,b,c,d] adalah satuan di dalam argumen analogis, sedangkan
[P,Q, dan R] adalah aspek di dalam argumen analogis.
Amir, Budi, Cecep, & Doni adalah baik hati dan jujur Amir,
Budi, dan Cecep adalah tidak sombong Doni adalah juga tidak
sombong
Generalisasi Induktif
Terjadi ~ berdasarkan sifat / ciri yg sama yg ada pada sejumlah
hal (kejadian, objek) tertentu, disimpulkan, semua hal (kejadian,
objek) tertentu tsb punya sifat / ciri yg sama tsb. ATAU apa yg
beberapa kali terjadi dlm kondisi ttt, dapat diharapkan akan selalu
terjadi bila kondisi yg sama terpenuhi. Salah satu jenis
Generalisasi Induktif yg kerap kali terjadi adl Induksi ENUMERASI
SEDERHANA. Bentuk Logikalnya:
Kejadian 1 dari gejala A disertai oleh keadaan S Kejadian 2 dari
gejala A disertai oleh keadaan S Kejadian 3 dari gejala A disertai
oleh keadaan S
Karena itu, semua kejadian dari gejala A disertai oleh keadaan S
Amir memecahkan cermin (K1) lantas tangannya patah (G A) maka
disebut nasib buruk, Badu memecahkan cermin (K2) lantas kakinya
terkilir (G A) maka disebut nasib buruk, Cecep memecahkan cermin
(K3) lantas kepalanya benjol (GA) maka disebut nasib buruk. Karena
itu, memecahkan cermin (semua K) sehingga tangan patah, kaki
terkilir, dan kepala benjol (G A) adalah nasib buruk.
PERBEDAAN antara Argumen Analogikal & Generalisasi Induktif
terdapat pada KESIMPULAN Kesimpilan Argumen Analogikal adalah
berupa proposisi partikular/singular, kesimpulan Generalisasi
Induktif adalah berupa proposisi universal.