-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
1/79
8.Mengapa Plato,Socrates dianggap pioneer filsafat Yunani?
Plato diperkirakan lahir sekitar tahun 427 SM. Ia adalah filosof
yang menjembatani dunia
menusia dengan dunia yang abstrak. Pemikiran Plato melampaui
semua jenis ilmu
pengetahuan, baik matematika hingga ilmu astronomi. Bahkan
muncul pernyataan bahwa
filsafat yang ada sekarang ini hanyalah catatan-catatan kaki
terhadap pemikiran Plato.
Plato adalah seorang yang jenius dalam banyak hal. Ia adalah
murid dari Socrates. Oleh
karena itu cara berpikir dan caranya memandang dunia kurang
lebih mirip Socrates. Karya-
karyanya yang kebanyakan berupa dialog ditulisnya dalam prosa
Yunani yang sangat indah,
dan merupakan karya seni di bidang filsafat.
Plato dianggap sebagai profesor pertama di dunia. Tokoh filosof
Yunani ini mendirikan sebuah
sekolah tingkat tinggi bernama Akademi Platonik. Sekolah ini
adalah yang pertama dalam
sejarah dunia Barat. Ia banyak menulis buku, di antaranya yang
paling terkenal adalah
"Republik ". Tulisan-tulisan Plato memiliki karakteristiknya
sendiri. Hampir semua tulisanPlato yang ditulis saat ia muda banyak
berkiblat pada tulisan-tulisan gurunya, Socrates.
Keunikan tulisan Plato terletak pada tulisannya yang bukan
berbentuk narasi melainkan
dialog. Ia merasa bahwa itulah bentuk tulisan yang cocok untuk
menumpahkan pemikirannya.
Terkadang Plato menggunakan mite untuk menjabarkan pemikirannya
yang abstrak. Oleh
karena itu karya-karya Plato lebih mirip karya sastra yang
ringan dibaca tetapi berisi, bukan
karya ilmiah yang berat, padat, dan ringkas.
Pandangan sang tokoh filosof terhadap dunia ini cukup unik.
Salah satu yang diakui dunia
adalah gagasannya mengenai idea. Ide, menurut Plato, bukan
sekadar gagasan yang
dihasilkan melalui proses pemikiran seseorang. Menurutnya, ide
tidaklah dihasilkan dari
proses berpikir, justru proses berpikirlah yang tergantung pada
ide. Ide adalah sesuatu yang
independen.
Socrates adalah tokoh filosof Yunani yang terlahir di Athena. Ia
hidup pada era kejayaan kota
itu, sekitar 470 SM. Socrates adalah seorang penanya ulung. Dia
selalu bertanya dan terus
bertanya untuk mencari kebenaran atas sesuatu yang menjadi
kegelisahannya.
Socrates selalu menghasilkan pertanyaan baru atas jawaban yang
diberikan oleh orang-orang
yang ditanyainya. Dengan demikian, orang yang menjawab itu
seakan dipaksa untuk menarik
kembali jawabannya. Socrates adalah filosof yang melahirkan
fajar pemikiran rasional di
dunia
Ciri khas pemikiran Socrates adalah bahwa adanya sebuah definisi
absolut dalam satu
permasalahan. Pengetahuan hakiki melalui penalaran dalam
dialog-dialog merupakan
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
2/79
pembuka jalan dasar-dasar ilmu filsafat Yunani. Socrates adalah
tokoh filosof pertama yang
ajaran-ajarannya menempatkan manusia sebagai objek filsafat.
Para pemikir sebelumnya tidak memerhatikan hal ini. Pemikiran
dan gagasan seputar manusia
merupakan ide inti pemikiran Socrates yang dijadikan dasar
filsafat sampai sekarang. Sampai
kini, Socrates disebut sebagai bapak etika atau filsafat moral
dan filsafat secara general
9.Apa yang dimaksud dengan Neoplatonisme,apa hubungan dengan
Plato dan Plotinus?
Neoplatonisme Plotinus
Latar Belakang
Permulaan Abad pertengahan terdapat beberapa tokoh utama seperti
plotinus (204-270), augustinus (354-
430), anselmus (1033-1109), thomas aquinas (1225-1274), dll.
Barangkali plotinus lah yang menjadi pemula
pada abad pertengahan ini dengan membawa paham neoplatonismenya.
Dan pada makalah ini,
pembahasan akan dikhususkan pada filsafat neoplatonisme sebagai
bentuk lanjutan dari pembahasan
sebelumnya (idealisme plato).
Secara ringkas, plotinus adalah filsuf pertama yang mengajukan
teori penciptaan alam semesta. Ia yang
mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori tersebut
merupakan jawaban terhadap pertanyaan
thales kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta
ini. Plotinus menjawab: bahannya
adalah Tuhan. Teori plotinus tersebut untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam pembahasan makalah ini.
A. Pengertian Neoplatonisme
Kata neoplatonisme terdiri dari beberapa rangkaian kata yaitu,
neo, plato dan isme. Kata neo memiliki arti
baru, sedangkan Plato merujuk pada seorang filosof yang
mencetuskan konsep realitas idea dalam teori
filsafatnya, isme memiliki arti faham. Jadi apabila dirangkai
memiliki pengertian ide-ide baru yang muncul
dari ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Faham
ini bertujuan menghidupkan kembali filsafat
yang dikemukakan oleh Plato. Meskipun begitu tidak berarti bahwa
pengikut-pengikutnya tidakterpengaruh dengan aliran yang dibawa
oleh para filsuf selain Plato. Dapat disimpulkan juga bahwa
aliran
neoplatonisme merupakan sintesa dari semua aliran filsafat
sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat
istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh Plotinus dari
Mesir. Faham neoplatonisme memiliki ciri-
ciri umum, diantaranya :
a. Aliran ini menggabungkan filsafat Platonis dengan tren-tren
utama lain dari pemikiran kuno, kecuali
epikuarisme. Bahkan sistem ini mencakup unsur-unsur relegius dan
mistik.
b. Menggunakan filsafat Plato dan menafsirkannya dengan cara
khusus. Cara interpretasi itu cenderung
mengaitkan Allah dengan prinsip kesatuan seperti yang tampak
dalam proses emanasi.
B. Biografi Plotinos ( 205270 )Plotinos dilahirkan pada tahun
204 M di Lykopolis di Mesir, yang pada waktu itu dikuasai oleh
Roma. Pada
tahun 232 M ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada
seorang guru yang bernama Animonius
Saccas selama 11 tahun. Pada tahun 243M ia mengikuti Raja
Gordianus III berperang melawan Persia. Pada
usia 40 tahun ia pergi ke Roma. Di sana ia menjadi pemikir
terkenal pada zaman itu. Ia meninggal di
Minturnea pada 270 M di Minturnae, Campania, Italia. Ia bermula
mempelajari filosofi dari ajaran Yunani,
terutama dari buah tangan Plato. Plotinos mulai menulis
karya-karyanya dalam usia 50 tahun. Pendapat-
pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah
didasarkan pada filsafat Plato, terutama
http://aminfuadi99.blogspot.com/2011/04/neoplatonisme-plotinus.htmlhttp://aminfuadi99.blogspot.com/2011/04/neoplatonisme-plotinus.html
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
3/79
ajarannya tentang idea tertinggi, baik atau kebaikan. Oleh
karena itu maka filsafat Plotinos disebut
Platonisme.
Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang
berjumlah 54 karangan. Karangan itu
dikelompokkan menjadi 6 set yang tiap set berisi 9 karangan.
Masing-masing set itu disebut
ennead,diantaranya:
1. Ennead pertama berisi tentang masalah etika, kebajikan,
kebahagiaan, bentuk-bentuk kebaikan,kejahatan, dan masalah
penacabutan dari kehidupan.
2. Ennead kedua berisi tentang fisik alam semesta,
bintang-bintang, potensialitas dan aktualitas, sirkulasi
gerakan, kualitas dan bentuk, dan kritik terhadap
gnostisisme.
3. Ennead ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang
dunia, seperti masalah iman, kuasa Tuhan,
kekekalan, waktu, dan tatanan alam.
4. Ennead keempat berisi tentang sifat dan fungsi jiwa.
5. Ennead kelima berisi tentang roh Ketuhanan (alam idea).
6. Ennead keenam berisi tentang free will dan ada yang menjadi
realitas.
C. Ajaran Plotinos1. Teori Metafisika Plotinus
Kesamaan antara Plato dan Plotinus terletak pada konsep realitas
idea. Meskipun begitu terdapat pula
perbedaan diantara keduanya. Pada Plato idea bersifat umum,
sedangkan pada Plotinus idea bersifat
partikular sama dengan dunia yang partikular. Sistem metafisika
Plotinus ditandai oleh transendens.
Menurut pendapatnya di dalam fikiran terdapat tiga realitas, The
one, The Mind dan The Soul.
The One (Yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo. Yaitu
realitas yang tidak mungkin difahami
melalui metode sains, indera dan logika. Ia berada di luar
eksisitensi, di luar segala nilai. Keberadaannya
bersifat transenden dan hanya dapat dihayati. Ia dapat didekati
dengan tanda-tanda dalam alam. Realitas
kedua adalah nous (the mind). Ini adalah gambaran tentang yang
Esa dan di dalamnya mengandung idea-
idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek.
Kandungan nous adalah benar-benar
kesatuan. Untuk menghayatinya mesti malalui perenungan.
Sedangkan the soul yang merupakan bagian
ketiga dari filsafat Plotinus diartikan sebagai arsitek semua
fenomena yang ada di alam ini. Soul
mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia
dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah
energi yang ada di belakang dunia dan pada waktu yang sama ia
adalah bentuk-bentuk alam semesta.
Dalam ajaran Plotinus, jiwa tidak bergantung pada materi, atau
dengan kata lain jiwa aktif dan materi
bersifat pasif. Oleh karena iru jiwa merupakan esensi tubuh
material. Tubuh dengan segala
keterbatasannya ini berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh
kejahatan. Ia mempunyai jarak yang jauh
dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat demikian bukan
lantas mengabaikan jasad seperti
orang-orang gnostik. Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat
bahwa Yang Paling Awal merupakan
Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori
emanasinya yang belum pernah diajukan oleh
filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk meniadakan anggapan
keberadaan Tuhan sebanyakmakhlukNya.
Alam ini diciptakan melalui proses emanasi yang berlangsung
tidak dalam waktu. Sebab ruang dan waktu
terletak pada tingkat terbawah dari emanasi, ruang dan waktu
adalah pengertian dalam dunia yang lahir.
Dalam emanasi The One (Yang Esa) tidak mengalami perubahan. Yang
Esa adalah semuanya, tetapi tidak
mengandung di dalamnya satu pun dari barang yang banyak
(makhluk). Dasar makhluk tidak mungkin
kalau makhluk itu sendiri, akan tetapi Yang Esalah yang menjadi
dasar semua makhluk. Di dalam filsafat
klasik Yang Esa itu dikatakan sebagai penggerak yang pertama
(al-muharrik al-awwal), yang berakibat Yang
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
4/79
Esa didiskripsikan berada di luar alam nyata. Dalam emanasi
Plotinus alam ini terjadi dari Yang Melimpah,
yang mengalir itu tetap menjadi bagian Yang Melimpah. Sehingga
dapat disimpulkan dari teori Plotinus
bahwa alam berada dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan
suatu benda dengan
bayangannya. Makin jauh yang mengalir dari Yang Asal, maka makin
tidak sempurna ia. Alam ini
merupakan bayangan yang asal akan tetapi tidak sempurna seperti
halnya Yang Asal.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak
filsafat Plotinus berkisar pada konsep YangSatu. Artinya, semua
yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu. Oleh
karenanya dalam
realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:
a. Dari atas ke bawah.
Teori yang pertama ini dapat digambarkan sebagaimana dalam
emanasi. Pancaran dari Yang Satu
memancar menjadi budi (nus). Akal Budi ini sama dengan ide-ide
Plato yang dianggap Plotinus sebagai
intelek yang memikirkan dirinya. Jadi akal budi sudah tidak satu
lagi. Hal ini karena dalam akal budi
terdapat dualisme (pemikiran dan yang difikirkan). Dari akal
budi itu muncullah Jiwa Dunia (psykhe).
Akhirnya dari jiwa dunia ini mengeluarkan materi (hyle) yang
bersama dengan jiwa dunia merupakan jagat
raya. Karena materi memiliki tingkatan paling rendah, maka ia
berupa makhluk yang paling kurang
sempurna dan sumber-sumber kejahatan.
b. Dari bawah ke atas
Terma kedua ini dapat pula dikatakan dengan kebersatuan dengan
Yang Satu. Inilah yang menjadi tujuan
dari filsafat yang dikonsep oleh Plotinus. Pada bagian kedua ini
jiwa manusia harus memusatkan diri
kepada diri sendiri terlebih dahulu, meninggalkan kesenangan
obyek-obyek panca indera serta menaikkan
alam pemikirannya kepada alam pemikiran ke-Tuhan-nan. Dengan
demikian jiwa bisa mencapai alam jiwa-
akal Mutlak (spirit-Nous). Fase terakhir dari perjalanan menuju
ketuhanan hanya bisa dicapai dengan
mistik atau semedi (estatic-mystical experience) yang oleh
Plotinus disebut dengan istilah terbang dari
pribadi ke Pribadi (the flight of the alone to Alone) artinya
menuju kepada Tuhan. Demikian corak mistik
dan agama pemikiran Plotinus. Pemikiran tersebut kemudian oleh
St. Agustinus dan Dyonisius ke dalam
ajaran agama Masehi, dan dengan demikian Plotinus dianggap
sebagai bapak mistik barat.
2. Ajaran tentang Jiwa
Menurutnya jiwa adalah suatu kekuatan ilahiyah dan merupakan
sumber kekekalan. Alam semesta berada
dalam satu jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara
kuantitatif karena jiwa adalah sesuatu yang satu.
Satu disini dapat diartikan dalam setiap individu terdapat jiwa,
sehingga jiwa berjumlah sangat banyak.
Dari jiwa dengan jumlah yang sangat banyak tadi, antara jiwa
yang satu dan lainnya memiliki kesatuan.
Dalam filsafat Plotinus dikemukakan pula adanya reinkarnasi
sebagaimana dalam teori filsafat Plato. Selain
itu jiwa telah ada sebelum keberadaan jasmani, sehingga jiwa
bersifat kekal. Reinkarnasi ditentukan oleh
perilaku manusia pada saat hidupnya dan hanya jiwa yang kotor
sajalah yang mengalami reinkarnasi. halini dikarenakan jiwa yang
bersih dan tidak ada ikatan dengan dunia ia akan bersatu dengan
Tuhan.
Menurutnya jiwa yang tinggi adalah jiwa yang tidak mengingat
apa-apa kecuali Yang Tinggi.
3. Ajaran tentang Etika dan Estitika
Dalam pembahasan etika, Plotinus mengawalinya dengan membahas
kebebasan berkehendak yang
dimiliki manusia. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan, akan
tetapi kebebasan tidak dapat diartikan
secara lahiriyah. Kebebasan yang dimaksud disini adalah manusia
bebas memilih kepada kebaikan ataukah
keburukan. Menurutnya jiwa manusia berada dalam jiwa ilahi
(cenderung untuk baik) sehingga Plotinus
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
5/79
menyimpulkan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh jiwa manusia
dikarenakan jiwa manusia sebagian dari
jiwa Ilahi. Meskipun begitu manusiapun harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia telah
diberi pikiran untuk memilih dan kebebasan untuk menentukan
piihan. Kemampuan dalam memilih hal
yang baik ini digerakkan oleh cinta yang disandarkan kepada Yang
Esa.
Menurut Plotinus esensi keindahan tidak terletak dalam bentuk
yang kasat mata, akan tetapi esensinya
terletak pada keintiman seorang hamba dengan Tuhannya Yang Maha
Sempurna. Dari pernyataannya initimbul semacam sekala menaik
tentang keindahan, mulai dari keindahan yang inderawi naik ke
emosi
kemudian ke susunan alam semesta yang bersifat immaterial. Jadi
keindahan itu bertingkat mulai dari
keindahan inderawi hingga keindahan Ilahiah. Menurutnya pula,
hal itu dikatakan indah apabila mengikuti
bentuk ideal. Penciptaan keindahan harus melalui komunikasi
pikiran yang mengair dari Tuhan.
Selain membicarakan keindahan Plotinus juga membicarakan tentang
kejahatan. Pada intinya kejahatan
tidak memiliki realitas metafisis, merupakan perbuatan aku yang
rendah dan bukan realitas pada manusia.
Sedangkan realitas manusia merupakan realitas aku yang murni
yang terdiri dari logos dan nous. Logos
menerima dari nous (akal) idea-idea yang kekal. Dengan perantara
logos (pikiran), jiwa hanya dapat
melakukan tugas yang mulia yang tujuannya bersatu dengan Tuhan.
Kejahatan bukan realitas, akan tetapi
kejahatan ada sebagai pelengkap dalam kesempurnaan alam.
4. Ajaran tentang Ilmu
Idea keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus, karena ia
menganggap sains berada di bawah metafisik dan
metafisika lebih rendah daripada keimanan. Surga lebih berarti
daripada bumi sebab surga itu merupakan
tempat peristirahatan jiwa yang mulia. Dari pendapatnya ini
Plotinus mengekang kebebasan akal dengan
doktrin-doktrin agamanya ini. Tidak hanya Plotinus, pengikutnya
Simplicius bahkan tidak memberi ruang
gerak kepada filsafat rasional. Menurutnya orang yang
mempelajari filsafat rasional sama halnya
melakukan kesia-siaan belaka bahkan mereka harus dimusuhi. Dari
doktrin inilah akhirnya kaisar Justianus
melarang pengajaran filsafat (apapun) di Athena dan menghukum
berat orang-orang yang
mempelajarinya.
Begitu pula Agustinus yang mengganti akal dengan iman sehingga
potensi rasional yang diakui pada zaman
Yunani digantikan dengan kuasa Tuhan. Menurutnya tidak perlu
dipimpin oleh pendapat yang memiliki
kebenaran relatif, karena agama memiliki kebenaran yang mutlak.
Dari kesemua isi filsafat neo-Platonisme
berujung bahwa kehidupan pertapa adalah kehidupan yang
terbaik.
D. Pengikut Plotinus
Sesudah Plotinus, neoplatonisme hanya menghasilkan sedikit saja
filosof yang berbobot, antara lain:
1. Parphyry (233-301). Dia adalah salah satu murid Plotinus yang
mengumpulkan karya Plotinus dan
menyebarkannya dalam bentuk ennead. Ia mengatakan bahwa setiap
orang bijak tentu menghormati
Tuhan sekalipun dengan cara diam. Orang bijak selalu melatih
diri untuk mengenal Tuhan, berdoa dan
bertaubat serta melakukan kebaikan. Sedangkan orang yang bodoh
akan menodai Tuhan sekalipun seringberdoa dan bertaubat.
2. Lamblichus (w. 330). Ia berpendapat manusia tidak mungkin
memahami Tuhan dan ajaranNya.
3. Proclus, pendapatnya manusia tidak akan selamat tanpa
iman.
Setidaknya dari ketiga pendapat murid Plotinus dapat diketahui
bahwa iman menang secara mutlak. Tidak
ada lagi ruang bagi rasio untuk berfilsafat. Mereka memandang
rendah keberadaan filsafat bahkan
diakatakan bahwa filsafat tidak sesuai dengan penyelamatan.
Tidak ada perkembangan penting dalam
pemikiran ini, karena semuanya mengulang pemikiran Plotinus.
Dengan lahirnya ajaran Plotinus ini, dapat
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
6/79
dikatakan berakhirnya alam pikiran Yunani. Sebab corak pemikiran
Yunani yang bercirikan intelektual dan
rasional sudah tertutup oleh corak pikiran Plotinus yang
bersifat mistik, irasional dan hanya dapat
ditangkap oleh perasaan saja.
Kesimpulan
1. Neoplatonisme merupakan ide-ide baru yang muncul dari ide-ide
filsafat yang telah dimunculkan olehPlato. Aliran neoplatonisme
juga merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu,
dimana
plato diberi tempat istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali
oleh plotinus dari mesir
2. Teori emanasi yang diajukan plotinus merupakan teori tentang
penciptaan yang belum pernah
diungkapkan oleh filsuf sebelumnya
3. Paham neoplatonisme ini mencakup dua gerakan, yaitu gerak
kebawah yang merupakan emanasi dari
tuhan dan gerak ke atas yang merupakan penyatuan hamba dengan
tuhannya
10.Apa yang dimaksud dengan filsafat hellenisme
,parepatetik,patristic,skolastik dan filsafat perennial?
Hellenisme
Istilah Hellenisme adalah istilah modern yang diambil dari
bahasa Yunani kuno Hellenizein,
yang berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani
(Ahmad Tafsir, 1990:53).
Menurut Poerwantana, dkk (1994:68) membagi fase ini menjadi fase
Hellenisme dan fase
Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah fase yang pemikiran
filsafatnya hanya dimiliki
oleh orang-orang Yunani, sejak abad ke 4 SM. Sedangkan fase
Hellenisme Romawi ialah yang
datang sesudah masa tersebut meliputi kerajaan Romawi.
Istilah Hellenistik mulai digunakan abad ke 19 oleh sejarawan
Jerman Droysen. Untuk
memudahkan pengertian periode Hellenisme, Ahmad Tafsir
(1990:53), memberikan definisi
bahwa periode Hellenistik dapat dimulai sejak meninggalnya
Aristoteles sampai mulai
berkembangnya agama Kristen.
Adapun ciri-ciri filsafat Hellenisme diantaranya adalah :
1. Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini,
belajar seperti pada abad ke 20 ini
menjadi lebih terspesialisasi.
2. Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi
pada aplikasi.
3. Jiwa filsafat Hellenisme ialah aklektik, usaha-usaha
diarahkan untuk mengharmoniskan
pendapat yang berlawanan.
4. Etika dijadikan perhatian yang dominan.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
7/79
5. Pada zaman ini filsafat lebih lekat dengan agama dibandingkan
dengan zaman Hellenis lama
(Yunani).
6. Lama periode ini kurang lebih 300 tahun. Jatuhnya filsafat
langsung disambung oleh neo-
pythagorean dan neo-platonisme (Ahmad Tafsir, 1990:53).
Peripatetik sering disebut dengan logika formal yang menuntut
kebenaran
proposisi.[1]Artinya untuk mencapai suatu kebenaran diperlukan
kesinambungan kausalitas
terhadap setiap fenomena yang terjadi. Metode ini berawal dari
filsafat yunani, khususnya
filsafat Plato dan Aristoteles.[2]Mengenai konsep alam,
perspektif peripatetik berupaya untuk
memadukan kosmos ke dalam sebuah system rasional yang luas. Alam
dipandang sebagai
sebuah wilayah yang harus dianalisis dan dipahami.
Pengetahuannya dicapai melalui metode
rasiosinasi itu sendiri yang instrument utamanya adalah logika.
Oleh karena itu, madzhab ini
di dalam islam diidentikkan dengan rasionalisme, meskipun
rasionalisme dalam Islam tidak
pernah terlepas dari wahyu. Observasi dan eksperimen, yang
berada di jantung empirisme
modern bukanlah aspek khas madzhab ini.[3]
AliranParipatetik__1. A. PENDAHULUAN
Aliran Peripatetic merupakan aliran yang pertama muncul di dunia
filsafat. Hal ini sangat
menarik untuk di kaji mengingat dalam Aliran-aliran ini terdapat
berbagai masalah yang
perlu di kritisi. Awal mula dikenalnya istilah filsafat
peripatetik, adalah setelah
meninggalnya salah satu tokoh besar filsafat yunani kuno, yaitu
Aristoteles atau dengan
kata lain orang-orang biasa menyebutnya dengan pasca
Aristoteles. Yang dimana setelah
meninggalnya Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajarannya adalah
para muridnya,
kemudian dinamakan kelompok peripatetik. Istilah peirpatetik ini
merujuk pada
kebiasaan Aristoteles dalam mengajarkan filsafatnya kepada
murid-muridnya. Dalam
bahasa arab peripatetik disebut dengan istilah masyaiatau
masyaiyin, yang berarti ia
yang berjalan memutar atau berkeliling. Adapun yang mengatakan
bahwa istilah
peripatetik dalam nuansa sejarahnya lebih menunjukan kepada
pengertian tempat
Aristoteles mengajar, bukan kepada kebiasaan Aristoteles
mengajar sambil berjalan-jalan
Aliran Peripatetic ini tidak hanya dikalangan barat saja,
melainkan di dunia Islam
memiliki tokoh-tokoh yang sangat luar biasa yang cukup
berpengaruh di dunia, seperti Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu Sina dan
para-pemikir-pemikir yang lain yang termasuk dalam
Aliran filsafat peripatetic.
Ada berbagai masalah yang di kritisi Oleh Al-Ghazali mengenai
pemikiran Peripatetik
yang memahami tentang Keabadian alam, Tentang tuhan tidak
mengetahui hal-hal yang
juzI atau yang particular, dan juga pemahamantentang kebangkitan
kembali jasad
http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn1http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn1http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn2http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn2http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn3http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn2http://g/Take%20Home%20Test.docx%23_ftn1
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
8/79
manusia di alam yang baru atau di Alam akhirat. Al-Gozali
memiliki banyak argument
untuk menanggapi permasalahan ini.
Namun Dalam makalah ini mungkin tidak banyak yang di bahas,
namun pemakalah
berusaha untuk memunculkan ide-ide baru bagi siapa yang
membacanya sehingga timbul
gagasan-gagasan baru yang lebih baik. dan bisa termotifasi untuk
mencari kembali yang
bisa menambah pengetahuan tentang peripatetic.
BAB II
1. A. Sejarah Lahirnya Madzhab Peripatetik
Pada masa awal peripatetik, khususnya ketika baru ditinggal oleh
Aristoteles, pandangan
filsafat Yunani yang bercirikan Aristotelian tidak banyak
mengalami benturan-benturan
yang berarti. Akan tetapi, ketika semangat peripatetik atau
semangat mempertahankan
corak berfikir Aristoteles masuk kedunia islam pada abad
pertengahan, dan bertemu
dengan ortodoksi, batang tubuh ajaran islam, maka munculah
gesekan-gesekan untuk
menjelaskan ajaran agama dengan logika.
1. 1. Awal Lahirnya Madzhab Peripatetik
Awal mula dikenalnya istilah filsafat peripatetik, adalah
setelah meninggalnya salah satu
tokoh besar filsafat yunani kuno, yaitu Aristoteles atau dengan
kata lain orang-orang biasa
menyebutnya dengan pasca Aristoteles. Yang dimana setelah
meninggalnya Aristoteles
yang meneruskan ajaran-ajarannya adalah para muridnya, kemudian
dinamakan
kelompok peripatetik. Istilah peirpatetik ini merujuk pada
kebiasaan Aristoteles dalammengajarkan filsafatnya kepada
murid-muridnya. Dalam bahasa arab peripatetik disebut
dengan istilah masyaiatau masyaiyin, yang berarti ia yang
berjalan memutar atau
berkeliling. Adapun yang mengatakan bahwa istilah peripatetik
dalam nuansa sejarahnya
lebih menunjukan kepada pengertian tempat Aristoteles mengajar,
bukan kepada
kebiasaan Aristoteles mengajar sambil berjalan-jalan.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
9/79
Dr. Ahmad Fuad al-Ahnawi menjelaskan tentang interpretasi yang
sebenarnya atas
peripatetikisme dan corak yang membedakannya dengan
Aristotelisme. Ia mengatakan
bahwa: antara aliran Aristotelisme dan Masyaiyyah
(peripatetikisme) terdapat perbedaan,
walaupun kedua-duanya merupakan filsafat Aristoteles. Aliran
Aristotelisme mempunyai
corak khusus (rujukannya) tidak sampai keperguruannya, dan tidak
sampai pula
ketangan para murid dan penafsirnya. Sedangkan Masyaiyyah
merupakan suatu aliran
dari perguruan yang didirika oleh Aristoteles. Dimana
tulisan-tulisannya menjadi pelita
yang menerangi jalan perguruannya yang berlangsung sejak abad
keempat sebelum
masehi hingga zaman Ibn Rusyd yakni abad ketiga belas
Masehi.
Perkembangan peripatetik, secara sederhana dapat dikatakan
relatif sejajar dengan
perkembangan akademia. Artinya, bahawa pada awalnya peripatetik
hanya meneruskan
dari prinsif-prinsif filsafat Aristoteles, sebagaimana akedemia
meneruskan karya-karyawarisan Plato dengan terutama mementingkan
ajaran tentangidea-idea dan matematika.
Demikian juga para murid Aristoteles meneruskan usaha-usaha
gurunya, khususnya
melakukan penyelidikan ilmiah yang sangat empiristik dan logis.
Akan tetapi berbeda
dengan Plato didalam mempengaruhi masa kuno yang akan mendatang.
Karena Plato
tetap dikenal masa kuno Yunani dan Romawi dekemudian hari.
Sedangkan pengaruh
filsafat Aristoteles sempat mengalami masa jeda, baru pada abad
pertengahan, pengaruh
Aristoteles atas pemikiran filsafat islam dan pada giliran
selanjutnya atas modern barat
mulai menampakkan pengaruh yang besar, bahkan melebihi pengaruh
Plato sendiri.
Sebagaimana Al-Ahnawi mengatakan bahwa Filsafat Islam lebih
banyak diwarnai
aliran mayaiyyah.
Jadi madzhab peripatetik ini adalah aliran yang memiliki
hubungan Benang Merah
dengan Aristoteles. Karena kelahiran ini dilatarbelakangi oleh
semangat meneruskan dan
menghidupkan filsafat Aristoteles. Sebagaimana dengan Akademia
Plato yang melahirkan
Neo-Platonisme pada akhir abad keempat Masehi
Sekalipun filsafat peripatetik mengalami masa jeda yang lumayan
sangat lama, danpengaruhnya yang dominan baru terjadi pada abad
pertengahan, namun sebelum
menyebutkan tokoh-tokoh besar peripatetik didunia islam, pada
abad pertengahan
masehi, karena baik peripatetik awal maupun peripatetik islam,
keduanya, sebagaimana
Aristoteles memiliki corak yang relatif sama, yaitu, sama-sama
menonjol dalam bidang
filsafat alam. Adapun diantara tokoh-tokoh awal itu adalah,
Theophrastos, Dikaiarkhos,
dan Strato.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
10/79
Adapun beberapa beberapa filosof yang dikategorikan kapada
aliran peripatetik lainnya,
diantaranya adalah al-Kindi (w. 866), al-Farabi (w. 950), Ibn
Sina (w. 1030), Ibn Rusyd (w.
1196), dan Nashir al-Din Thusi (w. 1274).[1]Adapun ciri khas
dari aliran peripatetik ini
dipandang dari sudut metodologis dan epistemologisnya dikenal
dengan beberapa hal: 1)
modus ekspresi atau penjelasan dari para filosof peripatetik
bersifat sangat diskursif
(bahtsi), yaitu menggunakan logika formal yang didasarkan pada
penalaran akal. 2)
karena sifatnya yang diskursif, maka filsafat yang merka
kembangkan bersifat tak
langsung. Dikatakan tak langsung karena untuk menangkap objeknya
mereka
menggunakan symbol, baik berupa kat-kata atau konsep maupun
representasi. 3)
penekanan yang sangat kuat dari rasio-rasio sehingga kurang
memprioritaskan
pengenalan intuitif, yang sangat dikenal dalam aliran lain,
seperti Isyraqi (Iluminasionis)
mauopun Irfani (gnostik). Adapun cirri khas lain dari aliran
peripatetik yang berkaitan
dengan aspek ontologis. Misalnya, dalam ajaran mereka yang biasa
disebut hylomorfisme,yaitu ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang
ada di dunia ini terdiri atas dua unsur
utamanya, yaitu materi dan bentuk.
Kelompok peripatetik ini merupakan aliran filsafat yang
menekankan kepada
pembahasan tentang alam, atau bisa juga disebut dengan filsafat
alam. Menurut kesaksian
masa kuno, Aristoteles mengarang banyak karya, yang banyak
memuat dokumentasi
ilmiah dan empiris. Dan sebagian karya-karyanya itu adalah
disusun oleh Aristoteles
sendiri, dan sebagian yang lainnya lagi oleh para murid-muridnya
dibawah naungan
peripatetik.
1. Tokoh- tokoh Peripatetik Awal
Sekalipun filsafat peripatetik ini mengalami jeda dan
pengaruhnya yang dominan baru
terjadi pada abad pertengahan, namun kita wajib mengetahui
beberapa tokoh angkatan
pertama dari madzhab peripatetik sebelum disebut tokoh-tokoh
besar peripatetik di dunia
islam pada abad pertengahan Masehi, karena baik peripatetik awal
maupun peripatetik
islam. keduanya, sebagaimana Aristoteles, memiliki corak yang
relatif sama, yaitu sama-
sama menonjol dalam bidang filsafat alam. Adapun tokoh-tokoh
awal filsuf peripatetik
yaitu sebagai berikut (ada dua kelompok, yang terkenal dan yang
kuraang terkenal).
1. Theophrastos
Ia berasal dari Eresos (tepatnya di pulau lesbos), yang
menggantikan Aristoteles sebagai
kepala madzhab peripatetik pada tahun 323-2 sebelum masehi.
Menurut perkiraan ahli
sejarah filsafat, ia meninggal pada tahun 288-7 sebelum masehi,
atau 287-6 sebelum
masehi. Dibawah kepemimpinannya madzhab peripatetik berkembang
relatif pesat.
http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn1
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
11/79
Theophrastos telah mengerjakan segala bidang keahlian yang
dikuasi oleh gurunya,
Aristoteles. Akan tetapi kebanyakan karangan yang ditulisnya
saat ini sulit untuk dapat
dijumpai lagi. Sedikit yang masih tersimpan adalah dua karya
besarnya tentang ilmu
tumbuh-tumbuhan di samping beberapa karangan kecil lainnya.
Memang tidak banyak yang bisa diketahui tentang perjalanan
filsafatnya, hanya ada
catatan yang perlu disampaikan disini, ialah bahwa Theophrastos
termasuk salah satu
tokoh yang boleh dianggap sebagai historigrafer filsafat yang
pertama, karena ia sempat
menulis satu karya yang berisi kumpulan beberapa pendapat
filsuf, khususnya dalam
bidang filsafat alam. Namun, seperti biasanya, karya besar ini
tidak dapat ditemukan lagi
secara utuh, kecuali hanya di temukan beberapa fragmen saja dari
karangannya yang
masih ada.
1. Dikaiarkhos
Ia lahir dan dibesarkan di Messene. Tidak banyak yang dapat
diketahui tentangnya.
Termasuk apakah ia satu murid langsung dari Aristoteles, ataukah
hidup sezaman dengan
Aristoteles.
Mengingat tahun lahirnya dan meninggalnya tidak di ketahui
secara pasti. Sejarah
filsafatnya bisa kita ketahui, karena ia meninggalkan sebuah
karangan besar yang banyak
dikutip oleh beberapa filsuf selanjutnya. Dan dari para
pengutipnya itulah, ia
dikelompokkan ke dalam madzhab peripatetik sesudah Theophrastos.
Karangan besar
dari Dikaiarkhos ini merupakan salah satu karya tentang
perkembangan kebudayaan
Yunani, sejak masa mitologi yunani kuno, sampai pada masa
aristoteles.
1. Strato
Strato merupakan seorang tokoh filsuf peripatetik yang berasal
dari Lampsakos. Ia
mengepalai madzhab peripatetik setelah meninggalnya
Theophrastos. Dalam karya-
karyanya, Strato banyak memusatkan perhatiannya pada fisika,
dimana ia sangat
dipengaruhi oleh ajaran demokritos, seorang tokoh utama atomisme
dari zaman yunanikuno. Sekalipun ia menolak teologi dalam alam, dan
tetap mencoba menerangkan kejadian
alam secara mekanistis, sebagaimana halnya demokritos, akan
tetapi ia berbeda pendapat
dengan demokritos dan tidak menerima ajaran atomismenya, karena
Strato berkeyakinan
bahwa materi dalam alam dapat dibagi-bagi secara
terus-menerus.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
12/79
1. Tokoh- tokoh Lain
Dari masa kuno, kita telah banyak mewarisi karya-karya
Aristoteles atau diinstinbatkan
kepada Aristoteles. Daftar karya-karya Aristoteles yang tertua
disusun oleh Diogenes
Laertions. Dari daftar yang disusun oleh diagones itulah,
terlihat bahwa Aristoteles dan
para kelompok peripatetik, merupakan aliran filsafat yang
menekankan kepada
pembahasan tentang alam inderawi, atau bisa pula disebut dengan
para filsuf alam.
Menurut kesaksian kuno, Aristoteles mengarang banyak karya, yang
banyak memuat
dokumentasi ilmiah dan empiris. Kiranya dapat diandaikan bahwa
sebagian karya-karya
itu memang disusun oleh Aristoteles sendiri, dan sebagian lagi
oleh murid-muridnya
aristoteles dibawah naungan madzhab peripatetik. Namun,
kebanyakan dari karya-karya
besar itu, adalah berasal dari periode Aristoteles sewaktu ia
mengajar dalam Lykeion
hampir semua karya-karya itu sekarang hampir tidak ada lagi.
Yang perlu dicatat dari penuturan para historiografer tersebut
adalah bahwa materi
bahasan filsafat peripatetik pada masa-masa awal, tidak banyak
mengalami perubahan
yang berarti, yaitu lebih menekankan pada materi pembahasan di
dalam wilayah filsafat
alam sebagaimana yang lazim dilakukan oleh penadahulu mereka,
Aristoteles. Sekalipun
Aristoteles sendiri tidak pernah mengesampingkan sama sekali
obyek-obyek di luar alam
fisik, atau yang di istilahkan oleh Aristoteles di dalam banyak
karyanya sebagai metafisika
atau sesuatu yang berada di luar yang fisik. Aristoteles tidak
pernah secara khusus
menulis satu buku pun tentang metafisika, kecuali ia hanya
pernah menyinggung bahwa
ada sesuatu obyek bahasan di luar yang fisik, yang ia istilahkan
dengan metafisika itu.
1. Peripatetik di Dunia Islam
Para ilmuan arab, sebagaimana yang telah di singgung dalam
beberapa pertemuan yang
lalu, para ilmuan arab sudah mengadakan usaha yang berarti untuk
menyelaraskan,
bukan hanya filsafat yunani dengan ajaran islam, akan tetapi
juga dengan unsur-unsur
campuran yang terdapat di dalam filsafat yunani sendiri.
Walaupun tidak secara langsung
semangat patriskisme berperan untuk mendamaikan pertentangan
yang terjadi antara
ilmuwan dengan agama, pada sisi lain terjadi peralihan
besar-besaran dari dunia filsafatyunani kedalam dunia islam dalam
semangat keilmuwan murni. Hal ini ditandai dengan
penterjemahan buku-buku yunani, yang berpusat di bait al
hikmahkhususnya, ke dalam
bahasa timur, terutama bahasa arab. Upaya penerjemahan ini
membawa pengaruh yang
sangat besar dengan di tandai lahirnya banyak tokoh filsuf di
dunia islam.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
13/79
Tanpa bermaksud mengurangi kebesaran tokoh yang lain, kami hanya
mengambil tiga
tokoh saja, karena menurut kami ketiganya ini sudah dapat
mewakili yang memilki
korelasi yang relevansi yang baik.
1. Tokoh-tokoh Peripatetik Islam
2. Al Kindi
Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq ibn
al-Shabah Ibn Imran Ibn
Ismail Ibn Muhammad Ibn al-Asyats Ibn Qeis al-Kindi. Beliau di
kenal sebagai filsuf
muslim keturunan arab pertama, atau meminjam istilah madjid
fakhry dengan gelar
filosof dariarab .
Al-Kindi hidup pada masa kejayaan pemerintahan daulah Abbasiyah,
di mana dia hidup
pada lima periode pemerintahan Abbasiyah yang populer, di mulai
sejak pemerintahan al-Amin (809-813 M), al-Mamun (813-833 M),
al-Mutashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847
M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). pada lima periode, dinasti
Abbasiyah ini dikenal
suatu masa kejayaan dengan adanya minat yang besar terhadap ilmu
dan
perkembangannya intelektual, khususnya faham muktazillah sebagai
pengajar di bait al
hikmahyang mengusai bahasa suryani dengan baik, ia banyak
menerjemahkan dan
mengarang buku-buku ilmiah. Melalui lembaga bait al hikmah, ia
sangat di kenal dan
berjasa dalam gerakan penerjemahan, di samping dikenal sebagai
pelopor yang
memperkenalkan tulisan-tulisan Yunani, Suriyah, dan India kepada
dunia islam. Pada
saat al-Mutawakkil memerintah dinasti abbasiyah, al-Kindi sempat
dicurigai sebagai
orang yang kurang memiliki hormat kepada agama. Karena ia
mengajarkan filsafat
Aristoteles dari Yunani, bahkan perpustakaan miliknya, Kindiyah
sempat ditutup. Namun
akhirnya kindiyah di buka kembali, setelah al-Mutawakkil
mengetahui bahwa tuduhan
terhadap al-Kindi hanyalah fitnah dan hasutan yang dilakukan
oleh dua putra Ibn Syakir,
Muhammad dan Ahmad.
Al-Kindi merupakan orang pertama yang merintis jalan upaya
penyesuaian filsuf yunani
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam (ortodoksi), sementara
filsuf Arab atau Islamselanjutnya bisa disebut hanya meneruskan apa
yang telah di lakukan al -Kindi. Jalan
pertama yang di rintis al-Kindi ini merupakan titik awal
lahirnya filsafat Islam, sekalipun
filsafat islam masih dalam tanda petik . Mengingat al -Kkindi
sendiri kurang jelas dan
tegas memilih, ketika menghadapi lebih-lebih saat
menginplementasikan aliran filsafat
Aristoteles (baca masyaiyah peripatetik) dan aliran filsafat
neoplatinus (aliran platinus).
Kerancuan ini terjadi akibat beredarnya revisi yang dilakukan
Proclus terhadap karya
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
14/79
tulis Platinus, yang terkenal dengan nama Enneade (tasuat) atau
Rububiyah (ketuhanan).
Sebagaimana yang di jelaskan oleh al-Ahwani, ketika al-Kindi
mengulas masalah-masalah
tentang kecakapan jiwa, banyak pengamat menilai bahwa ia sedikit
menyimpang dari
tradisi Aristoteles sendiri. Karena ia membedakan antara
kecakapan-kecakapan vegetatif,
sensitif, rasional dan motif. Dengan demikian, konsep tiga
bagian platonik tentang jiwa
sering kali disatukan tanpa pemilihan sebagaimana mestinya.[2]Ia
menggambarkan
penginderaan sebagai tindakan memisahkan bentuk indera dari
obyek indera, dengan
bantuan indera. Sementara akal, menurut al-Kindi mempunyai
analogi tertentu dengan
sensai (penginderaan). Dengan syarat bahwa:
1. Akal melepaskan bentuk obyek-obyek spestes dan genera.
2. Akal menjadi identik dengan obyeknya dalam tindakan berfikir.
Dalam risalahnya
tentang akal, al kindi mengembangkan pandangan Aristotelian
tentang akal, yang ia
yakini sama hakikatnya dengan pandangan Plato. Dengan
demikianlah, menurutMadjid Fakhry, letak perbedaan antara al -kindi
denga Aristoteles, Nampak dalam
pengantarnya tentang akal.
Menurut al-Kindi, realitas itu di bangun di atas dasar
pengetahuan manusia yang berbeda.
Pertama adalah saluran pengalaman indera, yang berkaitan erat
dengan saluran
penangkapan manusia terhadap obyek-obyek lahir dengan cara yang
mudah dan langsung
melalui indera manusia. Kedua, pengalaman saluran rasional,
yaitu pengenalan secara
intuitif dengan cara mengambil kesimpulan secara logis dan
niscaya dari obyek pertama
pengenalan. Obyek pengenalan seperti itu bersifat universal,
juga immaterial, lagi pula
baik pembayangan (representasi) maupun bayang-bayang inderawi
tidak pernah di
bentuk, karena penginderaan maupun pembayangan keduanya
berkaitan erat dengan hal-
hal yang partikular.
Sekalipun al kindi tidak menyetujui pendapat plato yang
mengatakan bahwa jiwa berasal
dari alam idea, akan tetapi argumennya tentang pemilihan jiwa
dari tubuh, dan jiwalah
yang mengatur tubuh, lebih dekat kepada pemikiran plato dari
pada aristoteles. Dimana
aristoteles menyebut bahwa jiwa adalah baharu dan berubah,
karena ia merupakan form
(bentuk) bagi tubuh (materi). Bentuk tidak bisa tinggal. Tanpa
materi, keduanyamembentuk kesatuan sensual, dan kemusnahan badan
berbanding lurus dengan
kemusnahan jiwa. Sementara Plato mengatakan bahwa kesatuan
antara jiwa dan badan
adalah kesatuan accidental dan bersifat temporal. Binasanya
badan tidak mengakibatkan
lenyapnya jiwa. Menurut al-Kindi, jiwa adalah prinsip kehidupan
yang mempengaruhi
tubuh organik untuk beberapa saat lamanya, kemudian
melepaskannya tanpa
mempengaruhi kejasmaniannya. Menurutnya, jiwa disertai oleh tiga
daya.
http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn2
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
15/79
1. Al-Quwwah al-Ayahwaniyah adalah daya nafsu
2. Al-Quwwah al-Ghadabiyah adalah daya marah
3. AlQuwwah al-Aqilah adalah daya fikir
4. Al Farabi
Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Tarkhan Ibn
Auzalagh. Sebutan al-Farabi diambil dari nam Kota Farab, tempat
di mana ia
dilahirkan pada tahun 257 H/870 M. atau tepatnya di daerah
Wasij, termasuk wilayah
distrik atrar. Oleh karena itu, al-Farabi di kalangan
orang-orang Latinabad tengah, sering
disebut dengan nama Abu Nashr (abunaser, diambil dari nama
aslinya). Ayahnya, seorang
jenderal ternama di Persia dan ibunya seorang berkebangsaan
Turki.
Sejak kecil, al-Farabi memiliki kecakapan yang luar biasa di
dalam bahasa, ia telah
mengusai bahasa Persia, Turkistan dan Kurdistan dengan baik
kecuali bahasa Yunani danSuryani[3],yaitu bahasabahasa ilmu
pengetahuan dan filsafat, ia kurang menguasainya.
Ia memperdalami semua ilmu yang telah diselidiki al-Kindi. Tidak
mengherankan apabila
pandangan filsafatnya tidak jauh berbeda dengannya,[4]karena ia
mempelajari dan
mengenal filsafat dari buku-buku al-Kindi, baik buku
terjemahan-terjemahan dan
komentar-komentar al-Kindi atas filsafat yunani maupun
faham-faham al-Kindi sendiri.
Untuk ilmu tata bahasa dan sastra arab, ia pelajari dari Abu
Bakar al-Saraj, seorang
ilmuan Baghdad yang kemudian juga berguru pada al-Farabi dalam
bidang logika.
Sementara untuk ilmu logika, al-Farabi memperoleh dari ilmuan
Baghdad lainnya, yaitu
Abu Bisyr mattinus Ibn Yunus, yang juga memberikan pelajaran
tentang filsafat. Abu
bisyr ini adalah seorang Kristen Nestorian yang banyak
menterjemahkan karya-karya
filsafat yunani, di samping itu al-Farabi juga belajar filsafat
kepada Yuhana Ibn Hailan.[5]
Para ahli sepakat untuk memberikan pujian setinggi-tingginya
kepada al-Farabi, terutama
sebagai ahli logika yang mashyur dan juru bicara Plato serta
Aristoteles pada masanya,
karena ia dengan tekun telah berusaha memperbaiki studi logika,
meluaskan dan
melengkapi aspek-aspek yang lebih rumit yang telah diabaikan
oleh al-Kindi, dimana al-
Kindi memang dalam bidang logika (manthiq) agak lemah dan sering
melakukan telaah
yang cenderung, asal saja terhadap logika. Kelebihan al -Farabi
di bidang logika dapat diukur dari jumlah dan
kelengkapan-kelengkapan komentar dan para phrase-phrasenya
tentang logika Aristoteles.
Di dalam karya pertamanya tentang filsafat Plato, al-Farabi
memperlihatkan
pengetahuannya yang luas tentang kumpulan tulisan (corpus)
platonic. Mengenai
kumpulan tulisan tersebut, ia bukan saja memaparkan semua
dialog, akan tetapi juga
http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn5http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn4http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn3
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
16/79
surat-surat (epistles) Plato, dan memberikan suatu penjabaran
yamg singkat tentang
materi pokok filsafatnya. Kadar pengetahuannya tentang pemikiran
filsafat Plato,
diperlihatkan saat ia memberikan ringkasan terhadap salah satu
karya Plato tentang
hukum (the laws), yang menunjukan apresiasi dan minatnya yang
besar terhadap filsafat
moral dan politik dari seoarng filsuf besar, Plato.
Sedangkan karya keduanya al-Farabi, yang memuat pemikiran
Aristoteles (dalam edisi
bahasa inggris M. Mahdi menterjemahkan: al farabis philosophy of
Aristoteles),dimana
konon Aristoteles menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan
cara untuk
mencapai kebahagiaan manusia dan bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan yang
baik, yang harus manusia usahakan. Karya ini memuat penelitian
al farabi terhadap
seluruh bidang filsafat Aristotelian, dimulai dengan logika dan
diakhiri dengan metafisika
yang memuat teori-teori tentang kebahagiaan.
1. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husain Ibn Abdillah Ibn Hasan
Ibn Ali Ibn Sina, atau
di kenal dengan seoarng filsuf islam terbesar dengan sebutan
syek al rais di lahirkan di
desa Afsyanah (Efshene), dekat Bukhora, transoxiana/Persia pada
tahun 370 H/980 M.
Ayahnya berasal dari kota balakh dan pindah ke Bukhara,
sedangkan ibunya berasal dari
kota Khairmatsu, satu wilayah dengan kota Bukhara. Di
Khairmaitsu ayah Ibnu Sina
pernah diangkat oleh Nuh Ibn Manshur sebagai penguasa di Kota
itu. Hasil perkawinan
dengan sattara, ia di karuniai tiga orang anak: yaitu Ali,
Husein (ibn sina) dan
Muhammad.[6]
Pada usia dua puluh tahun, ayahnya meninggal dunia. Kemudian ia
meninggalkan
Bukhara menuju Jurjan. Di Kota ini, ia mengajar dan mengarang,
dan seorang muridnya
yang bernama Abu Ubaid al-Juzajani telah menulis sejarah hidup
Ibnu Sina. Karena
adanya kekacauan politik, Ibnu Sina pindah ke Khawarazan dan
bertemu dengan
penguasa setempat, Syamsuddaulah, yang kemudian mengangkatnya
menjadi menteri
karena jasa-jasa mengobati penyakit yang di derita oleh penguasa
itu. Di kota ini, Ibnu
Sina menulis suatu buku yang lengkap mengenai masalah-masalah
filsafat Aristotelestentang bagian alam yaitu dalam kitabnyaAl
Syifa, di samping melanjutkan tulisannya
tentang ilmu kedokteran, dalam Al Qanun F i al Thibb,yang bagian
pertamanya telah
ditulis di Jurjan.
Sebagaimana al farabi dan pendahulunya yang lain, semisal
al-Kindi, maka Ibnu Sina
sekalipun banyak dipengaruhi Aristoteles, namun tak urung dalam
teori emanasinya
http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6http://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/08/aliran-paripatetik__/#_ftn6
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
17/79
sempat diwarnai neoplatonisme, unsur yang berasal dari filsafat
Aristoteles dan Platonik
berusaha di padukan, untuk tidak mengatakan dicampur baurkan,
atau menurut istilah
Nurkholis Madjid; Ibn Sina telah menegakkan bangunan neoplatonis
di atas dasar
kosmologi Aristoteles-ptolemi, yang di dalam bangunan itu di
gabungkan konsep menurut
paham emanasi. Hal ini bisa di lihat dari pandangannya tentang
akal. Ibnu Sina, para
filsuf peripatetik lainnya, mengatakan bahwa tuhan itu adalah
akal (Al-Aql). Akal ini
samping memikirkan dirinya, ia juga memikirkan sesuatu hal di
luar sebab timbulnya akal
lain yang disebut akal pertama.
1. B. Karakteristik Aliran Peripatetik
Istilah peripatetik merujuk kepada kebiasaan Aristoteles dalam
mengajar murid-
muridnya. Peripatetik yaitu ia yang berjalan memutar, ini
menunjukkan pada
kebiasaan Aristoteles yang biasa mengajar muridnya sambil
berkeliling berjalan ketika iasedang mengajarkan filsafat, maka
istilah peripatetik ditujukan kepada pengikut setia
Aristoteles.
Yang membedakan aliran peripatetic dengan aliran lainnya yaitu
dari sudut metodologis
atau epistemologis, ontologis, dan emanasi. Berikut diantaran
beberapa cirri dari segi
metodologisnya; a). Modus penjelasan para filosof peripatetic
yang bersifat diskursif yang
menggunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran akal.
Metode yang mereka
gunakan adalah metode penarikan kesimpulan dari pengetahuan yang
telah diketahui
dengan baik dan mereka biasa menyebutnya dengan premis mayor dan
minor, dan jika
telah ditemukan term dari kedua premis tersebut biasa disebut
dengan middle term.
Dalam filsafat istilah seprti itu biasa disebut dengan
silogisme. b). Dikarenakan sifat
aliran ini yang diskursif, maka filsafat yang mereka kembangkan
bersifat tidak langsung
karena dalam menangkap objeknya mereka biasanya menggunakan
symbol, baik yang
berupa kata-kata atau konsep maupun representative. Modus
perolehan ini biasa disebut
dengan istilahhushuli(perolehan) yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui
perantara yang biasa disebut dengan inferensial dan buiasanya
dikontraskan dengan
modus pengenalan lain yang disebut debngan istilah hudhuriyang
menangkap objeknyasecara langasung. c). penekanan yang sangat kuat
pada pengenalan rasio sehingga kurang
memprioritaskan pengenalan intuitif yang biasa dilakukan pada
aliran filsafat lain.
Karena terlalu mengggunakan penekanan yang kuat terhadap
penalaran daya akliah,
maka aliran ini sering dikatakan sebagai aliran yang tidak
mendapatkan pengetahuan
yang otentik namun hanya bergantung kepada pendahulu mereka
saja, namun dengan
demikian tidak berarti bahwa mereka tidak mengakui adanya
intuisi suci, tetapi bagi
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
18/79
mereka itu hanya dapat dimiliki oleh para Nabi atau Wali. Dengan
demikian mereka
sendiri lebih menggantungkan pada daya-daya atau kekuatan
semata.
Cirri lain dari aliran ini dari segi ontologism bisa dilihat
dari ajaran mereka yang biasa
disebut dengan istilah hylomorfysmeyang mengatakan bahwa apa pun
yang ada di dunia
ini terdiri dari dua bentuk utama yang materi dan bentuk. Dalam
sejarahnya, ajaran ini
dirumuskan dengan jelas oleh Aristoteles dari ajaran gurunya
Plato yang mengatakan
bahwa apa yang ada di dunia ini tidak lain hanya bayang-bayang
dari ide-ide yang ada di
dunuia atas yang kemudian biasa disebut dengan Platonic I deas.
Yang dimaksud bentuk
disini bukanlah bentuk fisiknya melainkan semacam esensi
(hakikat) dari sesuatu
sedangkan yang disebut materi adalah bahan yang tidak akan
mewujud kecuali setelah
bergabung dengan bentuk tadi.
Dalam dunia Islam, hampir seluruh filosof yang beraliran
peripatetic seperti al-Kindi, al-
Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd memiliki pandangan hylomorfysme
yang dengan demikian
para filosif tersebut dapat disebut filosof peripatetic.
Cirri yang kuat dari hylomorfysme ini dapat kita lihat dari
ajaran para filosof peripatetic
seperti al-Farabi dan Ibn Sina yang menyebut bahwa akal aktif
sebagai pemberi bentuk.
Ajaran ini mengatakan bahwa alam fisik ini terdiri atas materi
dan bentuk dan materi
yang disebut disini harus dipahami sebagai bahan yang memiliki
potensial dalam
menerima bentuk apa pun, namun tidak dapat atau belum berbentuk
fisik dan Ibn Sina
menyebut meteri ini sebagai mumkin al-wujud, yaitu suatu
kemungkinan atau potensi dari
sesuatu untuk mewujud namun belum mewujud. Agar potensi ini
dapat mewujud maka
pelu ditambahkan kepadanya bentuk. Seperti yang kita ketahui
bahwa semua benda yang
dapat kita lihat di alam semesta ini tentunya telah mendapat
bentuk masing-masing, dan
menurut keyakinan mereka akal aktiflah yang telah memberikan
mereka bentuk- bentuk
tertentu kepada benda-benda tersebut.
Kemudiaan cirri lainnya yaitu dari teori emanasi yang dimana
cirri ini agak menyimpangdari Aristotelianisme murni. Kelahiran
teori ini dikarenakan al-Farabi yang merasa
kecewa terhadap bukuMetafisika Aristoteles yang berisi bahwa
kitab metafisik tersebut
tidak banyak membahas tentang Tuhan yang dalam Islam merupakan
tema pokok dalam
metafisika. Dan dikatakan pula bahwa hanya dalam kitab
Lambdadari bukunya itu
Aristoteles berbicara tentang Tuhan, namun tidak ada keterangan
yang memuaskan
tentang bagaimana Tuhan menciptakan alam.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
19/79
Setelah al-Farabi, kemudian Ibn Sina dalam aspek lain dari
teologi Aristoteles merasa
kecewa. Kemudian al-Farabi mencari keterangan yang kiranya dapat
memuaskan rasa
ingin tahunya tersebut. Maka dengan demikian, ketika al-Farabi
mengenal teori emanasi
Plotinus, pendiri aliran Neo-Platonik ini, ia menjadikannya
solusi dari persoalannya
tersebut. Karena menurut al-Farabi, teori emanasi ini telah
dapat menjawab pertanyaan
yang mendasar yaitu bagaimana dari Tuhan Yang Esa muncul dunia
yang beraneka. Dan
disesuaikan juga dengan teori astronomis yang berkambang saat
itu yang didominasi oleh
teori Ptolemius, seprti yang diajarkannya dalam kitab Almagest,
maka al-Farabi
menghasilkan teori emanasi yang lebih canggih dari teori asli
Plotinus.
Seperti yang telah diceritakan tadi bahwa persoalan utama yang
melandasi munculnya
teori emanasi adalah bagaimana dari Tuhan yang satu muncul alam
semesta yang
beraneka, padahal ada dictum filosofis yang telah diterima
secara umum yangmenyatakanbahwa bahwa dari yang satu akan muncul
yang satu juga. Misalnya sebuah planet tidak
akan muncul jika tidak memiliki sufficient reason untuk
keberadaanya. Karena itulah
al-Farabi Dan Ibn Sina berusaha keras dalam menjelaskan sebab
efisiensi dari apa pun
yang muncul di alam semesta.
Berikut akan kami jelaskan sedikit tentang perbadaan antara
teori emanasi al-Farabi dan
Ibn Sina.
a) Teori emanasi al-Farabi
Menurut al-Farabi, yang pertama muncul tentunya yaitu Tuhan Yang
Maha Esa. Al-
farabi menggambarkan Tuhan sebagai akal yang tugasnya adalah
berpikir, dan dari
konsekuensi pemikiran-Nya ini adalah munculnya akal pertama yang
dari sudut wujud
dan sifatnya sangat dekat dengan Tuhan. Karena Tuhan itu Esa
maka dari-Nya hanya
akan muncul satu akal saja dan sebagai akibatnya yang kemudian
disebut dengan akal
pertama. Sampai sini belum terjadi adanya keanekaragaman alam,
tetapi ketika alam
pertama terbentuk maka potensi keanekaraan pada selain Tuhan
(yang disebut alam)sudah terbentuk karena akal pertama menurut
al-Farabi telah bisa berpikir bukan hanya
tentang Tuhan melainkan juga tentang dirinya sendiri.sementara
Tuhan hanya memiliki
satu objek pemikiran yaitu dirin-Nya sendiri. Dari sinilah kita
dapat melihat bahwa akal
pertama memiliki dua jenis prinsip, yaitu yang pertama adalah
prinsip keesaan, yang bisa
menghasilkan akal berikutnya, dan yang kedua prinsip keanekaan,
karena memikirkan
dirinya muncullah benda-benda samawi. Hal ini juga terjadi pada
akal-akal berikutnya
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
20/79
yang dari akal kedua sampai akal kesepuluh. Dengan demikian
al-Farabi telah dapat
menjelaskan bagaimana dati Tuhan Yang Esa muncul alam yang
semesta.
b) Teori emanasi Ibn Sina
Teori emanasi Ibn Sina memiliki dasar yang sama denga teori
emanasi al-Farabi, hanya
saja di sini ada penjelasan yang lebih lengkap berkenaan dengan
beberapa hal,
diantaranya; Pertama ,tentang pemilihan wujud yang menjadi tiga
macam yaitu, wajib al-
wujud, mumtani al-wujud, dan mumkin al-wujud.
Mumtani al-wujud tentunya tidak merujuk pada apa pun karena
kemustahilannya,
sedangkan mumkin al-wujud merujuk kepada alam semesta yaitu alam
ssemesta ketika
berbentuk potensi daninilah yang dimaksud oleh Arisstoteles
dengan materi awal. Tetapiketika alam semesta telah mewujud maka
Ibn Sina tidak lagi menyebutnya
sebagai mumkin al-wujud tetapi wajib al-wujud. Namun untuk
membedakannya
dengan wajib al-wujud yang pertama (Tuhan) maka Ibn Sina
menyebutnya denganwaji b al-
wujud lighairihi (wujud actual karena yang lain) sementara Tuhan
disebut oleh Ibn Sina
Sebaga wajib al-wujud lidzatihi (actual selalu karena diri-Nya
sendiri).
Kedua, karena akal pertama dan juga akal-akal selanjutnya dapat
berpikir tentang tiga
objek yaitu Tuhan sebagai wajib al-wujud linafsihi ,atau wujud
niscaya karena diri-Nya
sendiri, kemudian alam sebagai mumkin al-wujud li nafsihi , dan
alam sebagai wajib al-
wujud lighairihi(yang actual karena sebab yang lain) maka,
akibat yang muncul dari
pemikiran akal-akal tersebut adalah juga tiga macam. Tiga hal
yang muncul dari akal
pertama tersebut ialah: 1. Akal kedua, 2. Jiwa (Malaikat) Langit
Pertama, 3. Tubuh
Langit Pertama, dan seterusnya. Namun kekecualian terjadi pada
akal kesepuluh karena
ia tidak mampu lagi memikirkan akal yang kesebelas, tetapi
justru dengan memberikan
bentuk pada materi menimbulkan alam yang fana yang dalam istilah
Aristoteles disebut
dunia generasi dan korupsi, yaitu duinia yang kita kenal dimana
tempat munculnya batu-
batuan, hewan dan kita manusia, atau yang biasa disebut dengan
Dunia Bawah Bulan (TheSublunar Worl d).
1. C. Kritik Al-Ghazali Terhadap Peripatetic
Pada dasarnya kritik yang dilakukan oleh Al-Ghazali yang
terdapat dalam buku tahafut
al-falasifah terdapat 20 permasalahan yang di soroti, namun
Al-ghazali mengatakan
bahwa 17 diantara permasalahan tersebut hanyalah menambahkan,
dan 3 hal penting
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
21/79
yang sangat dan paling disoroti adalah yang pertma, sanggahan
Al-Ghazali tentang
Keabadian Alam, kedua sanggahan terhadap hal yang particular
ataupun juzI, dan ketiga
adalah mengenai kemunculan kembali adanya kebangkitan
jasmani.
Berikut ini penjelasan masing-masing.
1. Untuk menjelaskan keabadian
Untuk menjelaskan ini, Al-Gshazali terlebih dahulu menjelaskan
perbedaannya dengan
peripatetic, mengenai maslah waktu dan gerak. Dimana menurut
para pilusuf peripatetic,
ala mini azali tanpa adanya permulaan waktu bagi wujudnya dan
tanpa ada batas
akhirnya. Berarti dari pernyataan tersebut adanya kehancuran
alam semesta (fana)
adalah suatu hal ketidak mungkinan. Serta ala mini akan tetap
begini adanya.
Selain itu juga, jikalau kita lihat dari pendapat peripatetic
ini, menurut akal kita secara
rasional sendiripun, jikalau tidak ada penghancuran, atau tidak
adanya fana atau
kemusnahan, mana mungkin kita bisa menyaksikan bagaimana
pohon-pohon roboh dan
mati, daun-daun berjatuhan atau berguguran, serta ketika api
melalap atau membakar
hutan-hutan kayu-kayu kering, maka itupun merupakan sebuah tanda
kemusnahan atau
ke fanaan alam semesta.
Tapi dari kalangan peripatetic ini tetap mengatakan bahwasanya
alam sebagai akibat, dan
sebabnya adalah azali dan abadi. Oleh karena itu jikalau sebab
abadi atau azali, maka
akibatpun akan azali. Pendapat tersebut dipengaruhi oleh hal
yang priora dan pasteriora.
Alasan lain adalah bahwa apabila alam fana, maka ketiadaan akan
terjadi sesudah
wujudnya. Dengan demikian, kata sesudah akan melekat pada alam.
Ini berarti
mengafirmasi waktu. Alasan selanjutnya, masalah wujud tidak akan
pernah berhenti,
karena wujud yang mungkin harus.
Menurut Al-Ghazali, alasan ketiga bisa dijawab dengan setiap
yang baru (hadits) dan
perbuatan (fiil) meski tercipta dan berpermulaan waktunya, dan
semua masa mendatangtidak termasuk wujud bagi kita meskipun
datangnya berturut ataupun secara bersamaan,
namun masa lalu adalah wujud yang nyata dan datangnya
berturut-turut meskipun tidak
scara bersama-sama.
Pada proses penciptaan, dari ketiadaan, dimana dari ketiadaan
itu sendiri tidak dapat
diandaikan akan tiada, sedang tiada, dan telah tiada, karena
pengandaian tersebut
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
22/79
sekaligus bersamaan dan sekaligus penciptaan dengan waktu.
Apabila hal ini dilihat dari
sudut pandang rasional semata, maka tidak memustahilkan
mengandaikan pada
keabadian alam, namun brikutnya bisa diterima tentang
kebakaannya, beserta dengan
ketiadaannya. Karena menurut mereka, apabila alam lenyap,
kemungkinan wujud harus
tetap ada, dan yang mungkin tidak pernah berubah menjadi
mustahil. Akan tetapi harus
di ingat, bahwa kemungkinan itu adalah sangat relative. Mereka
sangat dipengaruhi
bahwa segala Sesutu yang ada di pengaruhi oleh materi, demikian
juga Sesutu yang lenyap
juga memerlukan suatu materi. Dan yang karena materi itu,iya
akan lenyap.argumen ini
muncul dan adanya karena muncul prinsip bentuk dan materi.
Dimana suatu bentuk
materi-materi dan mnyatakan bahwa setiap yang berbentuk fisik
tidak akan lenyap. Tapi
yang lenyap adalah bentuk-bentuk dan aksiden-aksiden (arradah).
Jadi bentuk silogis
dari argument tersebut adalah:
1. Apabila materi rusak, maka keruskan harus terjadi
2. Tapi konsekwensi itu mustahil.
3. Oleh sebab itu, kata yang pertama (1) itu mustahil.
Menurut Alghazali, disinilah adanya kesimpulan yang tidak lazim,
karena kata-kata yang
pertama menjadi tidak benar, kecuali apabila disusul dengan kata
apabila materi rusak,
maka kerusakan tak dapat dihindarkan. Alasan ini disebabkan oleh
adanya kemustahilan,
bahwa kerusakan itu adalah satu-satunya cara yang mana Sesutu
merusak. Sebaliknya
kerusakan adalah sutu keadaan dimana kehancuran terjadi. Dan
tidak diragukan bahwa
sesutau bisa rusak ketika Sesutu tersebut dalam keadaan
sempurna.
Sebenarnya argument tentang keabadian alam hanyalah kekhawairan
yang ada dalam
madzhab peripatetic akan adanya sebuah kekosongan waktu. Yang
mana ketika alam
sebelum dicipta dan sesudah dicipta maka ada sebuah kekosongan
waktu, namun hal ini
tidak mungkin, mengingat tuhan adalah sang pencipta. Dan bahkan
seperti yang kita
ketahui bhwa tuhan pula lah yang menciptakan waktu.
Jadi kesimpulannya adalah alam ini azali sebagaiman wujud tuhan
yang tidakberpermulaan dan tidak berpenghabisan serta begitu
seterusnya. Jelas bisa dilihat bahwa
teori peripatetic ini sangat di pengaruhi teori emanasi
Plotinus.
1. 2. Sanggahan Al- Ghazali Mengenai Tuhan tidak Memiliki
Pengetahuan yang Juzi
Mengenai hal ini Al-Ghazali masih menganggap bahwa pemikiran
dari madzhab
peripatetic ini masih dipengaruhi oleh tentang berjalannya waktu
dari telah, sedang,
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
23/79
dan akan. Pengetahuan juziah didapat dan harus diketahui dari
waktu yang lampau
atau telah, sekarang atau masa akan datang secara masing-masing.
Sementara menurut
penganut faham peripatetic, bahwa tuhan tidak pernah berubah
dengan keadaannya.
Sedangkan seperti kita ketahui bahwa pengetahuan kita berubah
jika objek yang kita
ketahui berubah.
Jadi menurut pendapat madzhab ini, kesimpulannya adalah, tuhan
tidak pernah berubah,
sehingga Dia tidak mengetahui hal yang terperinci dan hanya
mengetahui yang general
saja.
Urutan-urutan analogi dan logika mereka sangat bersifat empiris,
karena mereka tidak
bisa membedakan yang diciptakan dan yang menciptakan.
1. 3. Sanggahan Al-Ghazali Terhadap Kebangkitan Kembali Jasad
Tubuh
Banyak argument-argument rasional yang telah membuktikan tentang
kemustahilan
adanya kebangkitan kembali tubuh-tubuh, bahkan mereka telah
berhasil
membuktikannya dengan adanya sifat antromorfis yng dimiliki oleh
tuhan. Mereka telah
menguraikan dari berbagai segi entang teori mereka. Pertama,
kebangkitan kembali,
berarti adanya perbaikan tubuh yang dilakukan oleh tuhan
terhadap suatu hal yang sudah
lenyap eksistensinya, dan bahkan kebangkitan kembali terhadap
kehidupan yang telah
tiada. Dengan kaa lain menurut mereka, bahwa material tubuh
tetap sebagia tanah, dan
jika adanya konsep dibangkitkan kembali, maka manusia diciptakan
kembali dan disusun
seperti manusia pertama kembali diciptakan.
Kedua, jiwa adalah maujud yang tetap hidup, meskipun tubuh telah
mati, sedangkan yang
ketiga adalah manusia hidup bukan karena tubuh manusia itu
sendiri, melainkan karena
jiwa yang bersemayam dalam tubuh.
Namun menurut peripatetic ketiga kemungkinan diatas tidak dapat
diterima, karena itu
bertentangan dengan prinsip-prinsip umum teori penciptaan, yaitu
terdiri dari bentuk danwujud.
Al-ghazali menyatakan bahwa jika ada suatu kemungkinan kembali
bangkitnya tubuh
yang telah hidup didunia, maka bagaimana dengan manusia yang
dilahirkan atau dengan
manusia yang cacat, jika ketika mereka dimasukan ke surge,
apakah mereka akan
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
24/79
ditampilkan dengan keadaan seperti semula. Bukan hal yang
mustahil menurut al-Ghazali
bahwa tuhan menciptakan materi-materi yang lain yang lebih
sempurna.
Patristik merupakan sebuah zaman yang berlangsung setelah zaman
Perjanjian Baru
sampai abad ke-8.[1]
Ada juga beberapa yang mengatakan bahwa zaman ini masih
berlangsung sampai zamanThomas Aquinas.[1]
Istilah Patristik ini pertama kali digunakan
oleh bapa-bapa gereja setelah zaman para rasul hingga abad
ke-8.[1]
Bapa-bapak gereja di
zaman ini dikenal dengan banyaknya hasil karya, seperti
menghasilkan tulisan-tulisan
yang berguna dan penting bagi kekristenan.[1]
Selain itu, bapa-bapa gereja ini juga sangat
kuat mempertahankan kebenaran iman Kristen dalam menghadapi
bidaah-bidaah atau
ajaran sesat yang melanda kekristenan pada saat itu.[1]
Tokoh-tokoh atau yang dikenal
bapa-bapa gereja pada zaman Patristik adalahYustinus
Martir,Athanasius, Clement dari
Aleksandria, Gregorius dari Nyssa, Tertulianus, Origenes,
Iranaeus dari Lyons, Cyprianus,
Basilius, Agustinus dari Hippo, Cyrillus dari Aleksandria,
Pelagius, dan Nestorius.[2]
Selain
tokoh-tokoh yang dikenal sebagai bapa-bapa gereja, Patristik
juga dikenal dengan ibadah
tahunan yang dirayakan oleh gereja di zaman Patristik, yaitu
Paskah, Pentakosta, danPondok Daun.
[3]Ketiga perayaan tahunan ini merupakan perayaan yang langsung
berakar
pada tradisi Yahudi dan dirayakan setiap hari minggu.[3]
Skolastisisme adalah nama sebuah periode diAbad Pertengahanyang
dimulai sejak abad
ke-9 hingga abad ke-15.[1]
Masa ini ditandai dengan munculnya banyak sekolah (dalam
bahasa Latinschola ) dan banyak pengajar ulung.[1]
Selain itu, skolastik juga menunjuk
pada metode tertentu, yakni metode yang mempertanyakan dan
menguji berbagai hal
secara kritis danrasional,diperdebatkan, lalu diambil
pemecahannya.[1]
Ciri dari metode
skolastik adalah kerasionalan dari apa yang dihasilkan
Filsafat Umum Masa Skolastik
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Filsafat skolastik sangat erat kaitannya dengan filsafat
patristik yang mana filsafat skolastik muncul
setelah filsafat patristik. Filsafat skolastik membicarakan
pemikiran tentang sesuatu yang berkaitan
dengan sekolah.
Tentunya kita semua sangat dekat dengan masalah sekolah atau
pendidikan sebelum jenjang di
perguruan tinggi. Dalam pembahasan kali ini kami akan sedikit
menguraikan tentang filsafat
skolastik.
http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinashttp://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinashttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Rasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Skolastisisme#cite_note-Simon-1http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Rasid-3http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Patristics-2http://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinashttp://id.wikipedia.org/wiki/Patristik#cite_note-Kamus-1
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
25/79
2. Rumusan Masalah
1. Apa yag dimaksud dengan filsafat skolastik?
2. Kapan munculnya masa skolastik?
3. Faktor apa saja yang mendorong lahirnya masa skolastik?
3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian flsafat skolastik.
2. Mengetahui waktu munculnya masa skolastik.
3. Mengetahui penyebab munculnya masa skolastik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Masa Skolastik
Istilah skolastik adalah sifat yang berasal dari kata school,
yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti
aliran atau kaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan
corak khas dari sejarah filsafat
abad pertengahan.
Istilah skolastik pun berasal dari bahasa latin scholasticus
yang berarti murid, sebagai suatu gerakan
filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara
akal budi manusia dengan
keimanan. Atau menerapkan metafisika Yunani ke dalam keyakinan
Kristiani. Metode yang digunakan
ialah disputatio, yaitu membandingkan argumentasi diantara yang
pro dan kontra.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
26/79
Istilah ini pertama kali muncul di Ghalia degan tokohnya
Abaelardus, Anselmus dan Petrus
Lombardus, dan mengalami kejayaan pada abad 12 dengan tokohnya
Thomas Aquinas, Beraventura,
Dun Scotus dan Ockham.[1]
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai
berikut.
a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak
semata-mata agama.
b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi
atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir,sifat ada,
kejasmanian, baik buruk.
c. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk
jajaran pengetahuan alam kodrat, akan
dimasukan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal.
d. Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena bannyak
dipengaruhi oleh ajaran gereja.[2]
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena
beberapa faktor berikut.
Faktor Religius
Maksud faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berkehidupan religius. Mereka
beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah
suci Yerussalem, dunia ini
bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air
mata saja (tempat kesedihan).
Sebagai Dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia
tidak dapat sampai ke tanah airmya
(Surga) dengan kemampuan sendiri, sehingga harus ditolong.
Karena manusia itu menurut sifat
kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan
(diwariskan) oleh Adam, mereka juga
berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan
pemberi bahagia. Ia akan
memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan
jalan pengampunan inilahmanusia dapat tertolong agar dapat mencapai
tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah
yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.[3]
Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang
diupayakan oleh biara-biara, gereja,
ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari
para penulis latin, Arab (Islam), dan
Yunani.
2. Masa Skolastik
Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode,yaitu:
1. skolastik awal belangsung dari tahun 800-1200;
2. skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;
3. skolastik akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn1
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
27/79
1. Skolastik awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik
mulai merosot, terlebih lagi pada
abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada
saat itu terjadi serangan terhadap
Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabanya ikut runtuh
yang telah dibangun selama
berabad-abad.[4]
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung
(742-814)[5]dapat memberikan
suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan, termasuk kehidupan
manusia dan pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad
pertengahan, dimana arah pemikirannya
berbeda sekali dengan sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini di
tandai dengan skolastik yang didalamnya
banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di
sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik initimbul pertama kalinya
di Biar Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke
Jerman
dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau Artes
liberals, meliputi tata bahasa, retorika,
dialektika( seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan, dan musik.
Peter Abaelardus ( 1079-1180 )
Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian
yang keras dan pandangannya sangat
tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan
pejabat gereja. Ia termasuk orang
konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantic
sekaligus sebagai rasionalistik, artinyaperanan akal dapat
menundukan kekuatan iman.Iman harus mau didahului akal. yang
harus
dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima
oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus
sejalan dengan iman, Abaelardus
memberikan alasan bahwa berpikir itu ada di luar iman( di luar
kepercayaan). Karena itu sesuai
dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam
teologi, yatiu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
2. Skolastik Puncak.
Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari
tahun 1200-1300 dan masa ini
juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya
Universitas-universitas dan ordo-
ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau
memajukan ilmu pengetahuan,
disamping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat
ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Berikut ini pendapat factor mengapa masa skolastik mencapai
puncaknya.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn4
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
28/79
a. Adanaya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina
sejak abad ke-12 sehingga sampai
abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang lurus.
5
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis.
Universitas ini merupakan gabungan dari
beberapa sekolah.
c. Beridirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena
banyaknya perhatian orang terhadap
ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang
semarak pada abad ke-13.
Albertus Magnus (1203-1280)
Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus[6]juga terkenal
sebagai cendikiawan abad
pertengahan. Ia mempunyai kepandaian yang luar biasa. Di
Universitas Padua ia belajar artes liberals,
ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, Filsafat Aristoteles,
belajar teologi diBologna, dan masuk
ordo domican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen
filsafat dan teologi.
Terakhir dia diangkat sebagai Uskup Agung. Pola pemikirannya
meniru Ibnu Rusyd dalam menulis
tentang Aritoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan
penelitian dalam ilmu biologi dan
ilmu kimia.[7]
Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas. Yang artinya Thomas
yang suci dari Aquinas.
Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seoarang dokter gereja
bangsa Italia. Menurut pendapatnya,
semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan
jalan yang berbeda-beda,
sedangkan ilmu berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia
mengimbau bahwa agar orang-orang untuk
mengetahui hukum alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap dalam
kepercayaan. Tidak ada
kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai
timbul secara ketuhanan walaupun
iman di ungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar
kekuatan pikiran.
Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan
meneruskan ajaran Aristoteles, akan
tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus, hal ini
di sebabkan oleh adanya suatu
anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai di kenal pada abad
ke-12 telah diolah dan tercemar
oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat
membahayakan ajaran Kristen. Keadaan ini
bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di
fakultas-fakultas, bahkan dianggpnya
sebagai pelajaran penting yang harus di pelajari.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6198008497935863840#_ftn6
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
29/79
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut diatas (dari ahli
pikir Arab atau Islam), Albertus
Magnus dan Thoman Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau
selipan dari Ibnu Rusyd,
denga menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga,
bagian-bagian ajaran Aristoteles yang
bertentangan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari
ajaran Aristoteles telah diselaraskan
dengan ajaran iliah (suatu sintesis antara kepercayaan dan
akal).
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah
buku Summa theologiae dan
sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah
mendapatkn kemenangan dan sangat
mempengaruhi seluuh perkembangan skolastik.
3. Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam
pemikiran filsafat yang menjadi
kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi( kemandegan)
7
William Ockham(1285-1349)
pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui
barang-barang dan kejadian-kejadian
individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan unmum
tentang alam hanya merupakan
abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini,
dapat dilalui hanya lewat intuisi,
bukan logika.
Nicolas causasus ( 1401-1464)
Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu
lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan
indra kita akan mendapatkan pengetahuan benda-benda berjasad,
yang sifatnya tidak sempurna.
Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pergertian yang
abstrak berdasar pada sajian
atau tangkapan indra. Dengan ituisi, kita akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi.
4. Skolasti Arab (Islam)
Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah
Skolastik Islam jarang dipakai
dikalangan umat islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu
kalam atau filsafat islam. Dalam
pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat islam biasanya
dipisahkan.
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
30/79
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir islam (Pemikir Arab
atau islam pada masa Skolastik) yaitu
Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli
pikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai
berikut:
A. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah
mengenal filsafat Ariestoteles
sehingga yang dikenal hanya buku logika Ariestoteles.
8
B. Orang-orang Barat itu mengenal Ariestoteles berkat tulisan
dari para ahli pikir islam, terutama
dari Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai ahli pikir
Skolastik latin.
C. Skolastik Islam yang membawakan perkembangan Skolastik
latin.
Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli
pikir islam tersebut memberikan
sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu
pengetahuan. Sebagian para ahli pikir
islam menganggap bahwa filsafat Ariestoteles dan Plato benar,
mereka mengadakan perpaduan dan
singkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian masuk ke Eropa yang
merupakan sumbangan islam paling besar.
Dengan demikian, dalam pembahasan Skolastik islam terbagi
menjadi dua periode, yaitu:
a. Periode Mutakallimin (700-900)
b. Periode filsafat islam (850-1200)
Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli
pikir islam atas kemajuan dan
peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat)
tidak mengakui secara terus terang
jasa para ahli pikir islam itu dalam mengantarkan kemoderenan
Barat.
9
-
5/21/2018 Filsafat Albert Satria
31/79
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Maka dapat kami simpulkan bahwa filsafat Skolastik adalah
filsafat yang mendominasikan kepada
ilmu pengetahuan, berfikir dan yang dipengaruhi oleh ajaran
gereja. Filsafat Skolastik muncul pada
abad ke-8 Masehi setelah pemikiran filsafat patristik mulai
merosot pada abad ke-5 hingga ke-7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Skolastik
adalah faktor religius dan faktor ilmu
pengetahuan.
Filsafat perenial(Latin:philosophia perennis),[note 1]
yang juga disebut Perenialisme, adalah
sebuah sudut pandang dalamfilsafat agamayang meyakini bahwa
setiap agama di dunia
memiliki suatu kebenaran yang tunggal dan universal yang
merupakan dasar bagi semua
pengetahuan dan doktrin religius.
Gagasan perenialisme sudah ada sejak zaman kuno dan dapat
ditemui dalam berbagai agama
dan filsafat dunia. Istilahphilosophia perennispertama kali
digunakan olehAgostino
Steuco(14971548),[1]
yang mendasarkannya dari tradisi filosofis yang sebelumnya sudah
ada,
yaitu dariMarsilio Ficino(14331499) danGiovanni Pico della
Mirandola(146394).
Pada akhir abad ke-19, gagasan ini dipopulerkan oleh
pemimpinMasyarakat TeosofissepertiH.
P. BlavatskydanAnnie Besantdengan nama "Kebijaksanaan-Agama"
atau "Kebijaksanaan
Kuno".[2]
Pada abad ke-20, gagas