Filosofi KopiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebasBelum DiperiksaGayapenulisan artikel atau bagian ini tidak
atau kurang cocok untuk Wikipedia.Silakan lihathalaman pembicaraan.
Lihat jugapanduan menulis artikel yang lebih baik.
Filosofi Kopi
PengarangDewi Lestari
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia
GenreRoman
PenerbitJakarta: Trudee Books & GagasMedia
Tanggal rilis2006
Halamanxi, 134 halaman
Filosofi Kopiadalah sebuah buku fiksi karyaDewi Lestariyang
akrab dipanggil dengan nama Dee. Selain Filosofi Kopi, karya lain
Dee adalahSupernova,Rectoverso, dan Perahu Kertas. Melalui buku
Filosofi Kopi ini, Dee ingin menghadirkan bagaimana perjuangan
seorang yang memiliki hobi terhadap kopi dan memaknai kopi dari
sudut pandang kehidupan. Buku ini dianugerahi sebagai karya sastra
terbaik tahun 2006 oleh majalahTempo. Pada tahun yang sama,
Filosofi Kopi juga berhasil dinobatkan menjadi 5 Besar Khatulistiwa
Award kategorifiksi.Daftar isi[sembunyikan] 1Daftar cerita
2Ringkasan Cerita 3Lihat pula 4Pranala luar 5ReferensiDaftar
cerita[sunting|sunting sumber]Buku ini berisi 18 tulisan yang
terdiri dari prosa lirik, cerita pendek, dan cerita tidak terlalu
pendek. Buku ini ditulis pada tahun 1995-2005.[1]1. Filosofi Kopi
(1996)2. Mencari Herman (2004)3. Surat Yang Tak Pernah Sampai
(2001)4. Salju Gurun (1998)5. Kunci Hati (1998)6. Selagi Kau Lelap
(2000)7. Sikat Gigi (1999)8. Jembatan Zaman (1998)9. Kuda Liar
(1998)10. Sepotong Kue Kuning (1999)11. Diam (2000)12. Cuaca
(1998)13. Lara Lana (2005)14. Lilin Merah (1998)15. Spasi (1998)16.
Cetak Biru (1998)17. Budha Bar (2005)18. Rico de Coro
(1995)Ringkasan Cerita[sunting|sunting sumber]Crita utama dalam
buku Filosofi Kopi bercerita tentang Ben dan Jody. Ben merupakan
seorang barista yang handal dalam meramu kopi. Bersama Jody, dia
mendirikan suatu kedai kopi yang disebutFilosofi Kopi Temukan Diri
Anda Di Sini.Ben memberikan sebuah deskripsi singkat mengenai
filosofi kopi dari setiap ramuan kopi yang disuguhkannya di kedai
tersebut. Kedai tersebut menjadi sangat ramai dan penuh pengunjung.
Suatu hari, seorang pria kaya menantang Ben untuk membuat sebuah
ramuankopi yang apabila diminum akan membuat kita menahan napas
saking takjubnya, dan cuma bisa berkata: hidup ini sempurna, dan
Ben berhasil membuatnya. Ramuan kopi yang disebut Ben's Perfecto
tersebut menjadi yang minuman terenak hingga seorang pria datang
dan mengatakan bahwa rasa kopi tersebut hanya "lumayan enak"
dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di suatu lokasi di Jawa
Tengah.Ben dan Jody yang penasaran langsung menuju lokasi tersebut
dan mereka menemukan secangkir kopi tiwus yang disuguhkan oleh
pemilik warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody meminum kopi
tersebut tanpa berbicara sedikitpun, dan hanya meneguk serta
menerima tuangan kopi yang disuguhkan oleh pemilik warung tersebut.
Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna dan ada cerita serta
filosofi yang menarik dari kopi tersebut. Ben yang merasa gagal
kembali ke Jakarta dan putus asa. Untuk mencari tahu cara menghibur
temannya, Jody kembali menemui pemilik warung di Jawa Tengah
tersebut dan sepulangnya dari sana, dia menghidangkan Ben segelas
Kopi Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, dia menmberikan sebuah
kartu bertuliskan "Kopi yang Anda minum hari ini Adalah: "Kopi
Tiwus. Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya".
Pada akhirnya Ben sadar bahwa dia selama ini mengambil jalan hidup
yang salah, dan Ben juga sadar bahwa hidup ini tidak ada yang
sempurna. Dengan demikian Ben kembali sadar dan melanjutkan
perjuangan serta hobinya di kedai filosofi
kopi.http://id.wikipedia.org/wiki/Filosofi_Kopi
Rahasia Cerita 'FILOSOFI KOPI' Dari Dee, Simpel Namun
PentingSelasa, 14 April 2015 11:28|Dewi Lestari
Dewi Lestari @foto: KapanLagi.com/Bayu HerdiantoKumpulan Berita
Terkait: Film Filosofi Kopi04Share179Tweet
Kapanlagi.com-Dewi Lestaripatut berbangga karena salah satu
kisah cerita pendeknya baru saja diangkat ke dalam layar lebar.
Yap,FILOSOFI KOPItelah digarap manis olehAngga Dwimas
Sasongkoselaku sutradara dengan sentuhan ajaibnya.Dirilis pada
tanggal 9 April 2015 kemarin, film ini dipenuhi banyak antusiasme
penonton. Wajar saja, sebab cerita yang ditawarkan dalamFILOSOFI
KOPImemang menyuguhkan kesegaran kisah yang belum pernah dibawa
oleh tontonan lain.Riset selalu jadi bagian penting dalam tulisan
saya, kadang riset lebih panjang agar kita yakin pada apa yang kita
tulis. Riset itu bisa menghidupkan cerita.Dewi Lestari
Ssst, ternyata ada sebuah rahasia lho di balik ceritaFILOSOFI
KOPIyang dibuat olehDewi Lestari. Menurut dia, untuk membuat sebuah
karya yang sempurna, para penulis harus atau wajib untuk melakukan
riset agar karya yang dihasilkannya tak mengada-ada.
Dewi Lestari @foto: KapanLagi.com/Bayu Herdianto"Riset selalu
jadi bagian penting dalam tulisan saya, kadang riset lebih panjang
agar kita yakin pada apa yang kita tulis. Riset itu bisa
menghidupkan cerita. Aku ngekost sebulan buat riset, pas film
PERAHU KERTAS, biar tahu," ujarDeeketika ditemui di acara Filosofi
Kopi Live in Concert di Rolling Stone Cafe, Ampera, Jakarta
Selatan, Senin (13/4) malam.KisahFILOSOFI KOPIyang diangkat dalam
film layar lebar ternyata belum membuat dirinya puas. Penulis yang
juga mengisisoundtrackdalam film ini pun mengungkapkan keinginannya
agar semua karya yang dibuatnya dapat dirilis dalam versi bahasa
asing."Saya kepingen karya saya bisa diterjemahkan ke bahasa asing,
meminta pemerintah aktif, nanti adaeventuntuk menunjang hal ini,
tapi saya belum bisa ngomong karenaevent-nya belum terlaksana,"
tambahnya.Simak Juga:Glenn Fredly Berikan Bibit Kopi di Konser
Filosofi KopiKonser Mini Buat Para Pecinta Kopi, Total Gratis Buat
Kamu!Suguhan Tabrakan Karakter di 'FILOSOFI KOPI', Seperti Apa?Dee
Ingin Julie Estelle - Chico Jericho Jadian, Ini BuktinyaDewi
Lestari: Dari Melamun, Tercipta
Semuanyahttp://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/rahasia-cerita-filosofi-kopi-dari-dee-simpel-namun-penting-9c042c.html
Resensi Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa
SatuDekade12DECJudul buku :Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa
Satu DekadePenulis : Dewi Dee LestariPenerbit : Truedee Books dan
GagasMediaTahun terbit : 2006Jumlah halaman : 134No. ISBN :
979-96257-3-4Buku Filosofi Kopi ini merupakan buku yang berisi
kumpulan 18 cerpen dan prosa yang ditulis Dee selama satu dekade
(tahun 1995 hingga 2005).Buku ini dianugerahi sebagai karya sastra
terbaik tahun 2006 oleh majalahTempo. Pada tahun yang sama,
Filosofi Kopi juga berhasil dinobatkan menjadi 5 Besar Khatulistiwa
Award kategorifiksi. Filosofi Kopi sendiri merupakan judul dari
salah satu cerpen, yang penulis jadikan sebagai cerita pembuka
dalam buku ini.Filosofi Kopi bercerita tentang dua orang pemuda
bernama Ben dan Jody yang memulai usaha kedai kopinya dari nol.
Usaha dan kegigihan mereka membuat kedainya menjadi incaran para
pecinta kopi dari berbagai daerah. Ben yang bertugas sebagai peramu
kopi sangat tergila-gila pada kopi, dan ia yakin bahwa setiap jenis
kopi memiliki filosofi tersendiri. Maka dari itu, ia yang telah
menjelajahi semua jenis kopi dari berbagai negara, membuat filosofi
untuk setiap kopi racikannya. Selain rasanya yang nikmat, hal
inilah yang menjadikan kedai kopi yang mereka namai Filosofi Kopi
diminati oleh banyak orang. Selain itu, Ben membuat kartu kecil
yang dibagikan kepada setiap orang sehabis berkunjung, yang
bertuliskan nama kopi yang diminum dan keterangan filosofinya.Suatu
hari datang salah seorang pria pecinta kopi yang memberikan
tantangan kepada Ben untuk menciptakan kopi yang apabila diminum
akan membuat peminumnya menahan napas dan hanya bisa berkata: hidup
ini sempurna. Apabila Ben dapat menciptakan kopi sempurna sesuai
keinginannya, maka ia akan memberikan uang sebesar Rp50 juta kepada
Ben. Ben yang ambisius tentu saja menerima tantangan tersebut.
Kerja kerasnya selama beberapa minggu membuahkan hasil. Kemudian
Ben menamai kopi tersebut BENs PERFECTO.Pagi-pagi sekali Ben
menelepon penantangnya dan akhirnya ia datang pada sore hari.
Disaksikan semua pelanggan, Ben menyuguhkan secangkir Bens
Perfecto. Pria itu menyeruput perlahan, setelah beberapa saat, ia
berkata, hidup ini sempurna. Kedai kopi tersebut pun dipenuhi tepuk
tangan pelanggan yang lain. Kemudian pria itu mengeluarkan selembar
cek kepada Ben dan berkata, Selamat. Kopi iniperfect.Sempurna.
Minuman tersebut menjadi menu favorit semua langganan, sehingga
omzet yang diraih pun meningkat.Di suatu pagi, datang seorang
pengunjung baru ke Filosofi Kopi. Jody langsung menyambutnya dan
merekomendasikan Bens Perfecto kepada tamunya. Ia setuju. Dalam
waktu singkat, Ben sudah menyuguhkan secangkir Bens Perfecto. Lalu
ia menanyakan pendapat tamu tersebut. Dengan wajah datar, tamu
tersebut hanya menjawab, lumayan jika dibandingkan kopi yang pernah
dicicipinya di suatu tempat di Jawa Tengah.Untuk memenuhi rasa
keingintahuannya, Ben dan Jody langsung menuju lokasi tersebut dan
mereka menemukan secangkir kopi tiwus yang disuguhkan oleh pemilik
warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody meminum kopi tersebut
tanpa berbicara sedikitpun. Kopi tersebut memiliki rasa yang jauh
lebih sempurna dibandingkan Bens Perfecto. Ben yang merasa gagal
kembali ke Jakarta dan putus asa. Untuk mencari tahu cara menghibur
temannya, Jody kembali menemui pemilik warung tersebut dan
sepulangnya dari sana, dia menghidangkan Ben segelas Kopi Tiwus.
Bersamaan dengan kopi tersebut, dia memberikan sebuah kartu
bertuliskanKopi yang Anda minum hari ini Adalah: Kopi Tiwus. Walau
tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya. Pada akhirnya
Ben sadar bahwa hidup ini tidak ada yang sempurna. Semangat Ben pun
kembali tumbuh dan melanjutkan perjuangan serta hobinya di kedai
Filosofi Kopi.Jika dibandingkan dengan cerpen yang lain, Filosofi
Kopi-lah yang paling saya sukai. Ceritanya sungguh menarik dan
mengandung pesan yang sangat dalam. Selain cerita tentang Ben, sang
peramu kopi, terdapat karya-karya lain yang bercerita tentang
pencarian cinta sejati, cinta bertepuk sebelah tangan, melupakan
masa lalu dengan sikat gigi, persahabatan, kisah cinta dari sudut
pandang kecoa.Buku ini berisi kata-kata yang tidak begitu saja
dimengerti. Sehingga untuk mendalami cerita dan prosa ini,
pembacanya harus cukup berpikir. Akan tetapi, jika dibandingkan
dengan Rectoverso yang pernah saya baca sebelumnya, Filosofi Kopi
masih termasuk bacaan yang lebih ringan. Namun tetap saja terdapat
beberapa karya yang menurut saya membingungkan, sebab dikemas dalam
prosa yang berbentuk puisi, atau sebaliknya. Satu kelemahan lainnya
adalah di cover buku tersebut yang menurut saya kurang menarik
minat baca para
remaja.https://dewirhy09.wordpress.com/2013/12/12/resensi-filosofi-kopi-kumpulan-cerita-dan-prosa-satu-dekade/
Jumat, 31 Januari 2014Review Buku: Filosofi Kopi (Dewi
Lestari)
Buku ini hasil pinjaman dari medankuLPM Arena:D Dan ini buku
pertama Dee yang aku baca, menarik sekali. Buku ini terdiri
darikumpulan cerpen dan prosa berjumlah 18 biji. Udah 5 hari yang
lalu aku baca, daripada ntar lupa.. mending sebagai pengingat aku
tulis saja isinya (karena kebiasaan, habis baca buku itu banyak
yang terselip trus gak bisa balik). Oke, cukup segitu prolognya..
langsung saja
Filosofi Kopi
Cerpen pertama (sesuai judul buku) Filosofi Kopi bercerita
tentang seorang barista (peramu kopi yang ahli beud) bernama Ben
yang mendirikan sebuah kedai kopi bersama temannya Jody. Ben sangat
berdidikasi sekali menjadi seorang barista. Bermacam-macam ramuan
kopi dalam menunya ia racik sendiri. Keunikan lain dari kedai ini,
Ben memberikan kartu kecil yang diberikan pada pengunjung bertulis
nama kopi yang diminum berserta filosofinya. Suatu hari ada orang
kaya berusia 30 tahun yang menginginkan rasa kopi yang
sempurna.kopi yang punya arti: kesuksesan adalah wujud kesempurnaan
hidup!(hal 9). Pengunjung kaya itu menantang Ben, ia berani membeli
kopi itu seharga 50 juta jika Ben berhasil menyuguhkan kopi
sempurna itu untuknya. Ben merasa tertantang.. sebagaithe mad
barista, kedai ia tutup, ia buat racikan itu siang dan malam..
hingga akhirnya kopi paling enak se-dunia hadir dan dinamai Bens
Perfecto. Dan bapak pengunjung kaya itu pun memberikan cek 50 juta
kepada Ben. Suatu hari lagi, ada seorang pria setengah baya yang
datang ke kedai Ben. Ia memesan kopi apa pun yang penting enak.
Maka, disuguhkanlah Bens Perfecto. Ben bercakap-cakap pada pria itu
mengenai rasanya. Pria itu ngomong: rasanya lumayan. Ben panik dan
berpikir: apa ada kopi yang lebih enak dari ini? Ben mengintrogasi
pria itu dan bertanya: dimana bapak menemukan rasa kopi lebih enak
dari ini?! Next, kedai ditutup. Ben dan Jody pergi ke sebuah
pedesaan di Jawa Tengah (di daerah klaten gitu). Disana Ben dan
Jody bertandang ke sebuah warung reyot milik pak Seno yang kata
orang-orang menjual kopi enak bernama: KOPI TIWUS. Setelah mencoba
kopi itu, Ben kalut dan merasa kalah.Pak Seno bilang, kopi itu
mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan dia benar. Kopi tiwus
telah membuatku sadar, bahwa aku barista terburuk. Bukan Cuma sok
tahu, mencoba membuat filosofi kopi lalu memperdagangkannya, tapi
yang paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di
dunia. bodoh! Bodoooh!(Hal 23)Lalu ia ingin memberikan cek 5o juta
itu kepada pak Seno, tapi Jody melarangnya. Terjadilah ketegangan
antara Ben dan Jody hingga kedai kopi mereka ditutup. Hingga
akhirnya, Jody memahami Ben, ia pergi ke warung pak Seno dan
memberikan cek itu. Jody mendekati Ben yang masih kalut. Jody
membuatkan secangkir kopi tiwus dan mendekatinya.bahwa uang puluhan
juta sekalipun tidak akan membeli semua yang sudah kita lewati.
Kesempurnaan itu memang palsuorang-orang ini tidak menuntut
kesempurnaan seperti Bens Perfecto. Mereka mencintaimu dan
Filososfi Kopi, apa adanya.Ben kembali bangkit dan kedai itu pun
kembali mengepul. Di tempat yang jauh dari Jakarta sana, pak Seno
bingung cek itu buat apa.
Cerpen kedua berjudul Mencari Herman. Singkatnya, cerpen ini
berkisah entang Hera yang berambisi mencari sosok bernama Herman,
sebuah nama yang dilontarkan dari seorang pria yang diam-diam
mencintainya. Bertahun-tahun ia mencari. Bahkan kefanatikannya akan
Herman ini mengakibatkan hidupnya hancur, dari drop out kuliah,
hamil di luar nikah, aborsi, hingga akhirnya ia meninggal
tersangkut di tengah jurang karena pria tak dikenal bernama Herman
Suherman.Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu
menggenapkan, tapi dua melenyapkan(Hal 31).
Cepern ketiga berjudul Surat yang Tak Pernah Sampai. Belum bisa
ku pahami seutuhnya, sekilas menceritakan tentang seorang yang
memendam cinta tapi tak pernah tersampai. Ia menulis surat untuk
orang yang dicintainya itu tapi kembali dikonsumsi sendiri. (Ada
yang mau menambahi??)
Prosa keempat berjudul Salju Gurun. Menurutku lebih mirip puisi
:) bagus banget nilai moralnya. Kasarannya jangan jadi orang
kebanyakan.. jadilah berbeda dan istimewa. Seperti kaktus dalam
gurun yang serba serupa. Seperti oase di lanskap gurun yang serba
luas. Seperti salju di tengah gurun (jadi ingat lagunya Anggun
:D).Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku
dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau
berbeda(Hal 49).
Prosa kelima (yang kembali mirip puisi-puisinya Kahlil Gibran)
berjudul Kunci Hati. Tentang sebuah ruang yang hanya bisa kita isi
sendiri dan kita yang memegang kuncinya. Ruang itu bernama inti
hati. Orang lain hanya berhak ada di terasnya.
Cerpen keenam berjudul Selagi kau Lelap.Bercerita tentang
seorang yang jatuh cinta selama tiga tahun. Suatu malam saat orang
yang dicintainya itu tidur, ia ekspresikan cintanya itu ke dalam
sebuah lamunan:Terkadang, benda-benda mati justru mendapatkan apa
yang paling kita inginkan, dan tak sanggup kita bersaing denganya.
aku iri pada baju tidurmu, handukmu, apalagi pada guling(Hal 54).
Haha, kisah ini mengingatkanku dengan pengalaman pribadiku, aku iri
pada sandal yang dipakai orang yang aku sukai, sampai ku ajak dia
ngomong, Sandal, andai aku jadi kamu.
Cerpen ketujuh berjudul Sikat Gigi. Mengisahkan tentang seorang
Tio yang mencintai gadis filsuf eksentrik bernama Egi. Namun, cinta
Tio bertepuk sebelah tangan. Egi mencintai pria lain, dan pria yang
dicintainya itu tidak mencintai Egi. Egi mempunyai hobi menyikat
gigi, hanya dengan menyikat gigi ia bisa lupa sejenak dengan dunia
dan pria yang dicintainya itu.Waktu saya menyikat gigi, saya tidak
mendengar apa-apa selain bunyi sikat. Dunia saya mendadak sempit
Cuma gigi, busa, dan sikat. Tidak ada ruang untuk yang lain.
Hitungan menit, Tio, tapi berarti banyak(Hal 59).
Prosa kedelapan berjudul Jembatan Zaman. Kasarannya bercerita
tentang umur. Waktu kita kecil sampai kita tua semua memiliki
masanya sendiri-sendiri. Yang kadang saat kita menua, kita tak
mampu mendengar bahasa-bahasa anak kecil .Setiap jenjang memiliki
dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi.
Tak bisa kembali ke kacamata yang sama, bukan berarti kita lebih
mengerti dari yang semula. Rambut putih tak menjadikan kita manusia
yang segala tahu(Hal 69). Tercipta kutub-kutub pemahaman yang
berbeda, yang tak akan bersua jika tidak dijembatani. Jembatan itu
adalah RENDAH HATI bukan KESOMBONGAN DIRI.
Prosa kesembilan berjudul Kuda Liar. Intinya, mari kita belajar
arti kebebasan pada kuda liar :)Hidup mereka indah dalam keinginan
bebas. Hari ini ke padang, esok ke gunung, tak ada yang bingung.
Kebimbangan tak pernah hadir karena mereka tahu apa yang dimau.
Yakin apa yang diingin. Lari mereka ringan karena tak ada yang
menunggangi(Hal 71). Yaa, seperti kata Dee,melambungkan mutu dalam
hidup yang cuma satu.
Cerepn kesepuluh berjudul Sepotong Kue Kuning. Tentang Indi
(seorang guru musik biola) dan selingkuhannya bernama Lei yang
sudah beristri. Dan aku masih belum mengeri, metafor apa yang
tersembunyi dalam diksi kue kuning itu?
Prosa kesebelas berjudul Diam. Tarik nafas. Mungkin tentang
seorang yang berduka, ia ada di ruang berukuran 4 x 6 neter. Ia
berkata-kata dalam diamnya.Diammu menginfeksi udara-_-
Prosa ke-dua belas berjudul Cuaca. Yang ku tangkap ini bercerita
tentang satir keadaan kita. Biasanya, kalau sedih itu selalu
ditutupi. Kenapa?karena awan mendung tak pantas jadi pajangan(hal
87)
Cerpen ke-tiga belas berjudul Lara Lana. Berkisah tentang Lana
manusia unik yang mempunyai kacung intelektual (seseorang yang
sekaligus dicintai Lana). Namun, seseorang itu menikah dengan orang
lain.
Prosa ke-empat belas berjudul Lilin Merah. Tentang ulang tahun
yang dirayakan melalui kesunyian.Berbahagialah, sesungguhnya engkau
mampu berulang tahun setiap hari(Hal 97)Prosa ke-lima belas
(menarik sekali menurutku) berjudul Spasi. Tentang sesuaatu yang
bernama jeda. Bahwa manusia akan bergerak jika ada jarak. Tulisan
akan mampu dibaca jika ada jeda. So, mari berkelana tapi tidak
dibebat dan berjalan secara beriringan.
Prosa ke-enam belas berjudul Cetak Biru. Mungkin (pandanganku)
berkisah tentang nasib dan usaha seseorang. Bahwa sejak lahir kita
diciptakan dengan cetak birunya masing-masing, yang memiliki
rancangan dan bangunan yang berbeda-beda. Saat kita gagal, pondasi
kita tidak hancur, hanya menunggu uluranmu, kekuatan hatimu, dan
rancangan cetak biru. Rancangan cetak biru disini apa berarti
sebuah tulisan atau planning gitu yaa????
Cerpen ke-tujuh belas berjudul Buddha Bar. Jujur, sekali membaca
aku nggak dong. Berkisah tentang lima sahabat: Nelly, Probo, Omen,
Jack, Bejo. Dengan karakter dan sikap mereka masing masing. Dan
Nelly menjadi satu-satunya anggota wanita. Probo dalam mitologi
Yunani itu kayak dewa Hermes. Omen, seorang lesbi yang tenang tapi
nggak nyambungan. Jack, seorang humoris yang hidup penuh dengan
keceriaan dan positivitas. Bejo, orang lugu yang menstabilkan
teman-temannya yang lain, tapi Bejo tanpa teman-temannya seperti
sebatang kayu.
Dannn.. cerpen terakhir berjudul Rico de Coro. Banyak ketawanya
aku membaca ini cerpen :D Ada saja imajinasi Dee. Tentang kecoak
yang bernama Rico de Coro yang mencintai gadis bernama Sarah.
Namun, Sarah memiliki kakak-kakak nakal bernama David dan Natalia
yang sering memburu para kecoak untuk disiksa atau sebagai santapan
ikan arwana mereka yang bernama Michael dan Meil. Suatu hari
Natalia membawa binatang eksperimen sekolah yang nggak jadi untuk
memburu para kecoak, ia mirip monster kecoak yang nggak jadi
bernama Tuan Absurdo. Ia mengandung racun, niatnya. kerajaan kecoak
ingin memanfaatkan tuan Absurdo untuk membalas David dan Natalia
karena mereka telah membunuh saudara-saudara kecoak. Tapi, tuan
absurdo membidik orang yang salah bernama Sarah. Namun, Rico datang
sebagai pahlawan bagi Sarah. Ia rela kena racun tuan absurdo dan
rela mati untuk melindungi Sarah. So sweet banget nih kecoak, haha.
Jangan-jangan, di dunia lain sana ada semut kecil bernama Kevin de
Antyang naksir sama aku, hahaha :D
Yogyakarta, 30 Januari 2014 jam 11:11
pm.http://pilea-eureka.blogspot.com/2014/01/review-buku-filosofi-kopi-dewi-lestari.html
Selasa, 13 November 2012Resensi "Filosofi Kopi"
Judul Buku : Filosofi Kopi
Oleh : Wahid Sabillah
Pengarang : Dewi "Dee" Lestari
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : 1 / Februari 2006
Tebal : (xii) + 132 hal. 20.5 Cm
Dewi "Dee" Lestari adalah seorang penyanyi, pengarang lagu, dan
penulis. menurut beliau ketika wawancara banyak yang bertanya
"kenapa tiba tiba menulis?". menurutnya konsep "tiba-tiba" itu
seakan-akan kemampuan/minat/bakat yang runtuh dari langit begitu
saja pada suatu malam, dan keesokan paginya beliau menyalakan
komputer dan menulis novel pertamanya "Supernova" bagai orang
kesurupan.
Bagi seorang Dee, menulis adalah karir panjang yang berjalan
secara paralel. beliau menganalogikan karir menulisnya seperti
Wombat. tidak ada yang tau apa yang dikerjakan Wombat selain
keluarganya, teman dekatnya, dan sahabatnya.
Filosofi Kopi adalah kumpulan cerita dan prosa 1 dekade yang
dibuat oleh Dee. dimana dalam buku ini terdapat 18 Bab. Filosofi
Kopi sendiri adalah judul yang diusung Dee pada Bab pertama yang
bercerita tentang Ben seseorang yang pergi berkeliling dunia untuk
mencari koresponden tentang kopi kopi terbaik. Ben pun mengajak
temannya yang bernama Jody untuk membuat suatu kedai kopi yang
pertamanya dinamakan "Kedai Koffie Ben dan Jody" lalu kedai
tersebut diubah namanya menjadi "Filosofi Kopi (Temukan Diri Anda
di Sini)", dikarnakan setiap orang yang minum di tempat tersebut
Ben selalu memberikan selembar kertas dan dituliskannya filosofi
filosofi yang dibuat sendiri oleh Ben.
Saya tidak bisa melepas buku ini sampai semua Bab nya
terselesaikan. Dee sangat pandai menggunakan kalimat dan kata kata
yang membuat saya mengucapkan "wiiiiiih" lalu membuat bulu kuduk
saya berdiri. Ide yang dimuat dalam cerita cerita dibuku ini juga
menarik. contohnya pada Bab ke 18 "Rico de Coro" Dee menceritakan
kisah tentang seekor kecoa jantan yang bernama Rico yang notabene
mencintai seorang manusia. Pada Bab ke 2 "Mencari Herman", Dee
menceritakan tentang seorang gadis yang terus menerus mencari
lelaki yang bernama Herman, dan akhirnya gadis tersebut harus
meregang nyawa karna seorang yang bernama Herman.
Dee adalah penulis yang sangat peka terhadap Ritme dan Tempo
dari setiap kalimat yang dia tuliskan, sehingga pembaca bukunya
tidak lelah karna harus mengernyitkan dahi sepanjang cerita
dibukunya tersebut, dan ini merupakan kelebihan selanjutnya dari
buku Filosofi Kopi.
Dalam buku ini Dee juga mencantumkan beberapa Prosa yang
"wiiiiiih". diantaranya pada Bab 3 "Surat yang Tak Pernah Sampai".
Pada bab ini Dee menuliskan beberapa istilah istilah yang jarang
kita dengar dan menurut saya kata kata tersebut adalah kata yang
sangat sastra dan kata yang sangatScienties, diantaranya "Stagnan",
"Kosmik". satu kalimat yang membuat bulu kuduk saya berdiri adalah
ketika Dee menuliskan:Kalau saja hidup tidak ber-evolusi, kalau
saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu,
kalau saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik, maka...
tanpa ragu kamu akan memilihsatudetik bersamanya untuk diabadikan,
cukup satu.cukup lama saya terhenyak ketika membaca seorang Dee
menuliskan beberapa "jika" yang membuat saya harus menerka,
memahami kata kata itu cukup lama. dan ketika saya berhasil sedikit
mengerti maksud tersebut sesaat bulu kuduk saya merinding.
Dee memang seorang penulis yang menurut saya tulisan nya tidak
"Encer" (saya mengambil istilah yang pernah beliau tuliskan di
blognya) tulisannya padat, berisi dan tidak boros.Dalam buku ini
banyak kata kata yang "AHA" (lagi lagi saya mengambil istilah AHA
yang pernah beliau tuliskan di blog nya), kata kata yang membuat
kita harus berfikir sejenak untuk memahami makna kata
tersebut.mungkin dari situlah saya bisa mengambil kekurangan buku
ini, mungkin. jujur saya adalah orang yang sangat menggilai semua
karya karya Dee dan saya sangat setuju dengan pendapat Goenawan
Mohammad pada awal buku ini. buku ini adalah buku yang cerkas, buku
yang tidak ruwet, buku yang mematuhi Ejaan dan Gramar, buku yang
ditulis oleh seorang eseis yang menunggu, dibalik seorang
pencerita.http://sabillahwahid.blogspot.com/2012/11/resensi-filosofi-kopi.html
Kita Dipertemukan Oleh BukuKamis, Maret 29, 2012Sastra dalam
Secangkir Kopi
Judul: Filosofi KopiPenulis: Dewi Lestari (Dee)Penerbit: Bentang
PustakaCetakan: I, Januari 2012Tebal: 152 halaman
Nama Dewi Lestari(yang akrab dipanggil Dee) masih harum. Seharum
buku ini yang sesungguhnya terbit pada 2006. Meski karya paling
anyarnya adalah Madre (2011), lantaran keharumannya, buku ini
diterbitkan kembali oleh penerbit yang berbeda. Bak aroma kopi
dalam cangkir, buku ini juga nampak harumnya masih belum pudar.
Pembaca masih merasakan sensasinya. Buku ini adalah kumpulan cerita
dan prosa satu dekade, rentang 1995 hingga 2005. Judulnya diambil
dari salah satu judul tulisan di dalamnya. Barangkali ini menjadi
tulisan andalan dari tulisan lainnya.
Seorang lelaki bernama Ben, peracik kopi yang mencari cita rasa
kopi yang sempurna. Saat mendapatkan kesempurnaan, maka saat itu
pula akan mendapatkan ketidaksempurnaannya. Ya, Ben memang
tergila-gila pada kopi. Dia berkeliling dunia demi mendapatkan
kopi-kopi terbaik dari seluruh negeri serta berkonsultasi dengan
para ahli peracik kopi. Walhasil, dia termasuk salah satu peramu
kopi handal. Dia membuka kedai kopi dengan nama Kedai Koffie. Dia
mengajak kawannya, Jody, sebagai manajernya.
Dia tidak sekadar meramu, mengecap rasa, tapi juga merenungkan
kopi yang dia buat. Ben menarik arti, membuat analogi, hingga
terciptalah satu filosofi untuk setiap jenis ramuan kopi. Baginya,
setiap kopi punya karakter masing-masing. Mulai dari cafe latte,
cappucino, hingga kopi tubruk. Lalu dia mengganti nama kedainya
menjadi Filosofi Kopi, berikut slogannya, Temukan Diri Anda di
Sini. Semua racikannya punya arti.
Kedainya menjadi magnet, banyak orang betah tinggal di situ.
Hingga suatu hari ada seorang pengusaha kaya mencari kopi yang
punya arti : kesuksesan adalah wujud kesempurnaan hidup. Berhubung
kopi tersebut tidak ada, maka lelaki itu menantang Ben untuk
membuatnya, dengan bayaran 50 juta, apabila Ben berhasil menemukan
racikan sesuai dengan arti tersebut. Ben tertantang.
Berminggu-minggu Ben melakukan uji coba. Kedainya berubah menjadi
laboratorium.
Ben berhasil menemukan racikannya. Kopi tersebut berhasil
memenangkan taruhannya. Sang pengusaha terkagum-kagum sembari
memberikan cek senilai 50 juta. kopi tersebut dinamakan Ben's
Perfecto; sukses adalah wujud kesempurnaan hidup. Keuntungan kedai
meningkat dan berlipat ganda sejak hadirnya kopi tersebut. Namun,
tak lama kemudian kebanggaannya pudar seketika, saat dia menemukan
warung kopi sederhana di puncak Merapi. Cita rasanya sungguh
aduhai. Barangkali itulah refleksi manusia modern. Idealisme
dibenturkan dengan kapitalisme. Haus kesempurnaan dan pengakuan.
Mengejar kemapanan dalam arti holistik.
Karya yang DipaksakanMembaca Filosofi Kopi dan Mencari Herman
adalah dua kisah tentang obsesi. Yang pertama obsesi perihal kopi
yang punya cita rasa sempurna, dan yang kedua obsesi akan sosok
bernama Herman. Dua-duanya mendapatkan jawaban dari
ketidaksengajaan dan kesederhanaan. Sama halnya Filosofi Kopi,
Mencari Herman juga kisah tentang pencarian kesempurnaan. Hera,
perempuan remaja, terobsesi mencari lelaki bernama Herman hingga
dewasa. Namun tidak kunjung menemuinya. Hingga Hera mati
mengenaskan.
Buku ini sebenarnya mempunyai potensi kumpulan cerpen, jika saja
beberapa tulisan prosa dikembangkan seperti halnya Filosofi Kopi,
Mencari Herman, dan Rico de Coro. Maka, dengan berat hati saya
katakan bahwa karya ini terlalu dipaksakan untuk menjadi sebuah
buku. Jadi, sebenarnya hanya beberapa tulisan saja yang pantas
dijadikan peran penting dalam buku ini. Selebihnya pelengkap saja,
sekadar mempertebal halaman agar dijadikan sebuah buku.
Kaver menjadi kelebihan tersendiri untuk buku ini. Meski agak
spekulatif juga dengan mempertebal kata "Kopi" dari yang lainnya.
Karena, bagi pembaca yang tidak tahu kalau ini adalah karya sastra,
boleh jadi menganggap buku ini tentang kopi atau filsafat. Dan,
bisa jadi, buku ini ditaruh di rak toko buku bagian tanaman atau
filsafat apabila karyawan toko buku buta atas isi buku ini.
Keegoisan penulis untuk memaksakan kehendak dengan memasukkan
tulisan-tulisan pendeknya sungguh sebentuk pemaksaan kepada
khalayak pembaca. Saya merasa terganggu oleh tulisan-tulisan
tersebut. Secara tidak langsung hal itu memengaruhi rasa suka saya
pada karya lainnya yang luar biasa, seperti Supernova dan Perahu
Kertas yang berkualitas prima itu. Mumpungisme telah dipraktikkan
oleh penulisnya. Seolah semua tulisan pasti disukai oleh
pembaca.
Mestinya dia tidak memaksakan kehendak untuk memilah dan memilih
tulisan sesuai kategorisasi. Jika tulisan prosanya masih sedikit,
sabarlah sebentar, tulis dulu prosa yang lainnya, sehingga ketika
sudah banyak bisa diterbitkan secara mandiri. Tulisan yang tidak
mesti dimasukan ke dalam buku, yang terkesan dipaksakan di
antaranya: Salju Turun, Kunci Hati, Selagi Kau Lelap, Jembatan
Zaman, Kuda Liar, Diam, Cuaca, Lilin Merah, Spasi, dan Cetak
Biru.
Meski tulisan-tulisan itu pendek namun harus diakui, bahasanya
begitu nyastra dan padat makna. Dalam Lilin Merah, misalnya, Dee
menulis dengan indah sekali. Adakalanya kesendirian menjadi hadiah
ulang tahun yang terbaik. Keheningan menghadirkan pemikiran yang
bergerak ke dalam, menembus rahasia terciptanya waktu. Lilin merah
berdiri megah di atas glazur, kilau apinya menerangi usia yang baru
berganti. Namun, seusai disembur napas, lilin tersungkur mati di
dasar tempat sampah. Hangat nyalanya sebatas sumbu dan usailah
sudah. Sederet doa tanpa api menghangatkanmu di setiap kue hari,
kalori bagi kekuatan hati yang tak habis dicerna usus. Lilin tanpa
sumbu menyala dalam jiwa, menerangi jalan setapakmu ketika dunia
terlelap dalam gelap. Berbahagialah, sesungguhnya engkau mampu
berulang tahun setiap hari.
Dee juga piawai dalam bermetafora. Dalam Spasi, bisa kita lihat.
Dee mengatakan, Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna
apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling
menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang
semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali
itu.
Saya berharap Dewi Lestari bisa menulis lebih bagus lagi, meski
sudah mapan. Biasanya, godaan seorang penulis yang sudah terkenal,
karyanya menjadi dangkal. Idealisme sudah tidak dibangun lagi. Dia
telah memasuki ranah industri, yang notabene-nya mengutamakan
keuntungan ketimbang kualitas karya. Saya rindu karya-karya Dee
semisal Supernova yang mengundang pro-kontra dan Perahu Kertas yang
asyik, kocak, namun tetap memerhatikan cita rasa sastranya. Kedua
karya itu sama-sama menjaga kedalaman makna dan kedetailannya.
M. IQBAL DAWAMI, penikmat sastra, tinggal di
Pati.http://resensor.blogspot.com/2012/03/sastra-dalam-secangkir-kopi.html