Strategi Desain : FIGURE AND GROUND Konsep Desain : MEMBATIK DENGAN ARSITEKTUR Teknik Desain : TESELASI Untuk membuat visual Figure and Ground Batik yang rumit ke dalam property Arsitektur yang modular digunakan bantuan geometri, dengan teknik rangkaian Teselasi Dari analisa motif Batik didapat kesimpulan komposisi visual Figure and Ground Komposisi Visual Figure and Ground batik diwujudkan dalam komposisi property Arsitektur bidang dan rongga SINTESA :
22
Embed
FIGURE AND GROUND DENGAN ARSITEKTUR TESELASI · 2011-12-21 · Untuk membuat visual Figure and Ground ... persepsi visual kita akan bereaksi terhadap Bentuk (figure) dan ... anyaman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Strategi Desain :
FIGURE AND GROUND
Konsep Desain : MEMBATIK DENGAN ARSITEKTUR
Teknik Desain :
TESELASI
Untuk membuat visual Figure and Ground Batik yang rumit ke dalam property Arsitektur yang modular digunakan bantuan geometri, dengan teknik rangkaian Teselasi
Dari analisa motif Batik didapat kesimpulan komposisi visual Figure and Ground
Komposisi Visual Figure and Ground batik diwujudkan dalam komposisi property Arsitektur bidang dan rongga
SINTESA :
Strategi Desain :
FIGURE AND GROUND
Komposisi Figure and Ground didapat sebagai ide awal dari analogi motif batik. Berdasar teori Persepsi Gestalt, persepsi visual kita akan bereaksi terhadap Bentuk (figure) dan sekelilingnya (ground). Dalam hal ini berkaitan dengan :
•Motif batik yang akan ditonjolkan •Bidang latarnya
Berdasar teori Sensori Ornamen Salingaros, komposisi bidang latar dengan motif yang ditonjolkan didapat melalui : Adanya kontras, batas, bentuk-bentuk simetri, keterpolaan, kedekatan, kesamaan, skala, tekstur dan warna. Implementasi pada desain nantinya akan berupa komposisi adanya bentuk-bentuk yang akan ditonjolkan dengan bidang latarnya
SINTESA :
Konsep Desain :
MEMBATIK DENGAN ARSITEKTUR
Didalam mentransformasikan Komposisi Figure and Ground pada batik secara 2D tentulah akan sangat berbeda dengan Desain Arsitektur secara 3D. Perbedaan yang mendasar dari komposisi 2D dengan 3D menurut Ching adalah adanya sifat meruang pada 3D. Menurut Wucius Wong unsur 2D & 3D sama-sama memiliki Konsep “Membatik dengan Arsitektur” disini diartikan sebagai membuat komposisi Figure and Ground motif batik dengan menyesuaikan sifat serta batasan-batasan yang terdapat pada properti-properti arsitektur seperti sifat & fabrikasi materialnya, sistem & modul struktur, serta sifat meruangnya itu sendiri
Komposisi Visual Figure and Ground batik diwujudkan dalam komposisi property Arsitektur bidang dan rongga
PERBEDAAN : Batik : -Lembaran kain -Skala kecil -Satu macam material -Stilasi tangan -Bentuk bebas
Desain Arsitektur : -Bentuk yang kompleks -Skala lebih luas -Bermacam-macam material -Fabrikasi -Mempunyai batasan modul dan struktur tertentu
SINTESA :
Konsep Desain :
MEMBATIK DENGAN ARSITEKTUR
Didalam mentransformasikan Komposisi Figure and Ground pada batik secara 2D tentulah akan sangat berbeda dengan Desain Arsitektur secara 3D. Perbedaan yang mendasar dari komposisi 2D dengan 3D menurut Ching adalah adanya sifat meruang pada 3D. Menurut Wucius Wong unsur 2D & 3D sama-sama memiliki konsep, Konsep “Membatik dengan Arsitektur” disini diartikan sebagai membuat komposisi Figure and Ground motif batik dengan menyesuaikan sifat serta batasan-batasan yang terdapat pada properti-properti arsitektur seperti sifat & fabrikasi materialnya, sistem & modul struktur, serta sifat meruangnya itu sendiri Property Arsitektur meliputi : Dinding, ruang, tekstur, warna, cahaya yang diimplementasikan dalam bidang dan rongga
PERBEDAAN : Batik : -Lembaran kain -Skala kecil -Satu macam material -Stilasi tangan -Bentuk bebas
Desain Arsitektur : -Bentuk yang kompleks -Skala lebih luas -Bermacam-macam material -Fabrikasi -Mempunyai batasan modul dan struktur tertentu
SINTESA :
Bundaran Waru
Graha Pangeran
Jl. A. Yani CITO
Lokasi Site : Jl. A. Yani dekat bundaran Waru
SMKN
Sucofindo
Eksisting Site
1. FASILITAS UTAMA : Informasi Budaya - R. Display/galery * Peta * Foto/gambar * Maket/miniatur * Benda - Perpustakaan - Data elektronik - R. kelas - R. Pertunjukan tertutup dan terbuka - R. Pertemuan besar dan kecil - Workshop 2. FASILITAS PENERIMA - Hall - Lobby - Informasi - Parkir 3. FASILITAS PENUNJANG - Toko Souvenir - Kantin - Studio Foto 4. FASILITAS PENGELOLA - Kantor Pengelola 5. FASILITAS SERVICE
SINTESA : Program fasilitas
SINTESA : Analogi batik & Arsitektur
SINTESA : Analogi batik & Arsitektur
SINTESA : Analogi batik & Arsitektur
SINTESA : Analogi batik & Arsitektur
Penutup/pelindung Identitas Seni Menutup, menumpuk, mengulang, menggambar
Motif Batik dihadirkan secara arsitektural melalui lapisan kulit kedua, melalui bidang-bidang yang berjajar seolah-olah adalah kain-kain Batik yang digantung
Komposisi bentuk massa diambil dari sifat kain dan motif batik yang cenderung lengkung, sehingga bentuk massa bangunan juga lengkung.
Sistem spaceframe pada kulit kedua bangunan
Unit geometri yang digunakan untuk mempersepsikan motif batik adalah :
segitiga sama sisi, rangka segitiga terbuat dari bilah bambu, yang dirangkai menggunakan system spaceframe dengan balljoint. Dipilih system spaceframe untuk memudahkan merangkai sesuai dengan kebutuhan panjang masing-masing sisinya 1m Penutup bidang digunakan bahan anyaman bambu yang dibentuk konoid dan dirangkai sesuai dengan modul-modul spaceframe
Untuk pengaplikasian lebih lanjut, unit-unit konoid anyaman bambu tersebut dapat dirangkai dan diberi warna yang berbeda untuk lebih menekankan pada motif batiknya.
Perpaduan spaceframe dan unit-unit konoid dapat memudahkan didalam pengaturan skala dan membentuk bidang dan rongga. Permainan cahaya dari dalam maupun dari luar bangunan akan didapat melalui bidang dan rongga yang terbentuk
Untuk menonjolkan motif(figure), maka pada bidang yang terdapat motifnya dibuat berongga, cekung dan transparan, sehingga kesan 3 dimensi didapat dari pandangan yang dapat menembus dibalik fasad tersebut
Kesan semi transparan didapat dari celah-celah unit konoid yang berfungsi sebagai penghawaan dan meneruskan cahaya baik di siang maupun malam hari.
Sedangkan bidang latar(ground) terbuat dari rangkaian unit-unit bambu konoid yang dibuat berwarna-warni.
Kesan 3 dimensi didapat dari bentuk cembung gelombang dari unit-unit konoid tersebut.
Fasad kulit kedua bangunan menggunakan unit-unit secondary skin dengan teknik teselasi dari anyaman bambu konoid yang diberi warna dengan rangka spaceframe.
Jajaran rangkaian unit-unit teselasi yang disusun dengan memakai prinsip-prinsip persepsi dan sensori ornament pada fasad bangunan memberikan image motif kain batik
Bidang latar
Bidang masif
Bidang cembung
Kesamaan bentuk
kedekatan
Bidang motif
Bidang transparan
Bidang cekung
Perbedaan skala
KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian, eksplorasi, analisa dan perancangan, maka didapat kesimpulan bahwa :
•Dalam menggali budaya bangsa yang dapat dijadikan inspirasi dalam membuat suatu perancangan desain Arsitektur yang beridentitas local, dapat diusulkan batik sebagai ide inspirasinya. •Metoda Analogi dapat digunakan sebagai metoda desain untuk mewujudkan motif batik ke dalam desain Arsitektur. •Komposisi Figure and Ground dapat dijadikan suatu ide awal dari strategi desain untuk mentransformasikan motif batik ke dalam desain Arsitektur. •Geometri dapat dijadikan suatu pemecahan masalah dari rumitnya bentuk motif batik, dengan cara menyederhanakan bentukan-bentukan motif batik ke dalam bentuk-bentuk geometri yang lebih sederhana. •Kemudian geometri-geometri tersebut dapat dirangkai menggunakan teknik Teselasi untuk mewujudkan motif batik tersebut ke dalam bangunan.
KELEBIHAN DESAIN TESIS DARI KAJIAN PRESEDEN YANG TELAH DIKAJI
•Menggunakan batik sebagai inspirasi perancangan arsitektur modern beridentitas Indonesia •Menemukan teknik teselasi sebagai cara untuk mentransformasikan bentuk-bentuk rumit stilasi batik 2 dimensi ke modular-modular material fabrikasi arsitektur 3 dimensi •Mengaplikasikan material bambu dan rotan, dengan teknologi dan arsitektur modern dan menggunakannya untuk mentransformasikan motif batik ke dalam desain arsitektur, sehingga dapat menginspirasi bahwa bambu dan rotan yang selama ini dikenal sebagai material lokal yang sederhana juga bisa diolah menjadi sesuatu yang modern dengan tampilan yang berbeda dalam wujud fasad bangunan