Top Banner
FERMENTASI URINE SAPI BALI (Bos javanicus) SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum) Disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Semarapura OLEH : XI IPA 1 1. Ni Wayan Manik Hartini (05) 2. Luh Winda Cipta Pratiwi (07) 3. Luh Made Wina Jayanti (18) 4. Ni Made Inki Arianti (22) 5. Ni Luh Nilam Brahaneswari (24) 6. Ida Ayu Cindy Agririsky (25) 7. Hendra Setiawan (28) PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA TAHUN AJARAN 2011/2012
34

Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

Feb 01, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

FERMENTASI URINE SAPI BALI (Bos javanicus)

SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum)

Disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia

di SMA Negeri 1 Semarapura

OLEH : XI IPA 1

1. Ni Wayan Manik Hartini (05)

2. Luh Winda Cipta Pratiwi (07)

3. Luh Made Wina Jayanti (18)

4. Ni Made Inki Arianti (22)

5. Ni Luh Nilam Brahaneswari (24)

6. Ida Ayu Cindy Agririsky (25)

7. Hendra Setiawan (28)

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA

TAHUN AJARAN 2011/2012

Page 2: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang

berjudul “Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair

untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)”. Karya

ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan salah satu tugas mata pelajaran

Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Semarapura.

Karya ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. I Nyoman Mudjarta, selaku Kepala SMA Negeri 1 Semarapura atas

bantuan moral dan material yang diberikan.

2. Dra. Ni Kadek Sukartini, selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1

Semarapura atas bimbingan dalam penyusunan karya tulis ini.

3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan.

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis

ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini berguna bagi kita semua.

Semarapura, Pebruari 2012

Penulis

Page 3: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

iii

“Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair

untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)”

A B S T R A K S I

Ni Wayan Manik Hartini, dkk., 2012, 21 halaman

Pertumbuhan penduduk menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat

memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Begitu pula

dengan kebutuhan akan tomat (Solanum lycopersicum) yang terus meningkat

setiap tahunnya. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi tanaman tomat

mutlak diperlukan, sehingga kebutuhan akan tomat dapat terpenuhi dengan baik.

Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah melalui penggunaan pupuk organik

cair (POC) hasil fermentasi urine Sapi Bali (Bos javanicus).

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,

Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian ini dilakukan selama 4 hari yaitu tanggal

19 Pebruari 2012 sampai 23 Pebruari 2012. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini

tergolong penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah Sekretariat

Kelompok Tani Ternak Satwa Winangun Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,

Kabupaten Klungkung. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah fermentasi

urine sapi Bali dan produksi tanaman tomat. Sesuai dengan tujuan penelitian, data

yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara terpimpin.

Data-data yang terkumpul diolah secara deskriptif kualitatif yang diawali dengan

proses editing, mengkode data dan diakhiri dengan penarikan simpulan yang

bersifat umum.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa fermentasi

urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai POC dapat meningkatkan produksi

tanaman tomat (Solanum lycopersicum) setelah mengalami beberapa tahapan

pengolahan, yaitu tahap penampungan, aerasi, fermentasi serta tahap penambahan

tepung rumput laut dan bio-pestisida. Mekanisme penggunaan POC yang tepat

bagi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) yaitu dengan takaran 250 cc bio-

urine ditambahkan 1 liter air dan diberikan setiap dua minggu sekali pada

tanaman. Pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)

berpengaruh terhadap hasil produksi dan fisik tanaman tomat (Solanum

lycopersicum), dimana POC hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dapat

meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) sebesar 10%.

Kata Kunci : Urine Sapi Bali (Bos javanicus), Pupuk Organik Cair, dan Tanaman

Tomat (Solanum lycopersicum).

Page 4: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Abstrak .......................................................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iv

Daftar Tabel .................................................................................................. v

Daftar Gambar ............................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 3

1.5 Hipotesis Penelitian .................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Fermentasi ................................................................................ 5

2.2 Sapi Bali (Bos javanicus) ......................................................... 5

2.3 Pupuk Organik Cair ................................................................. 7

2.4 Tomat (Solanum lycopersicum ) ............................................... 7

BAB III METODE PENULISAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 11

3.2 Jenis Penelitian ........................................................................ 11

3.3 Subjek dan Objek Penelitian .................................................... 11

3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 11

3.5 Metode Pengolahan Data ......................................................... 12

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 13

4.2 Pembahasan ............................................................................. 17

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 20

5.2 Saran ........................................................................................ 20

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 5: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

v

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1.1 Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa Kotoran

Ternak Padat dan Cair …..…………………………………… 13

4.1.4 Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Tanaman Tomat

(Solanum lycopersicum) ……………………………………… 16

Page 6: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1. Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa Kotoran

Ternak Padat dan Cair …..…………………………………… 17

2. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Tinggi Tanaman

Tomat (Solanum lycopersicum) ……………………………… 18

3. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Produksi Tanaman

Tomat (Solanum lycopersicum) ……………………………… 19

Page 7: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk menuntut tersedianya bahan pangan yang

dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Begitu

pula dengan kebutuhan akan tomat (Solanum lycopersicum) yang terus

meningkat setiap tahunnya. Menurut data statistik Departemen Pertanian

tahun 2001, konsumsi per kapita buah tomat tahun 1996 sebesar 1.24 kg dan

meningkat menjadi 1.29 kg pada tahun 1999, atau meningkat 1.39% per

tahun. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi tanaman tomat mutlak

diperlukan, sehingga kebutuhan akan tomat dapat terpenuhi dengan baik.

Namun seiring krisis ekonomi yang dialami oleh negara Indonesia

sampai sekarang, dampaknya juga dirasakan oleh para petani. Daya beli

masyarakat tani menjadi berkurang dan ditambahkan lagi harga pupuk dan

sarana produksi lain yang semakin tinggi. Masalah ini menyebabkan petani

tidak banyak menerapkan budidaya yang baik untuk meningkatkan

produksinya.

Masalah lain dari pupuk anorganik (kimia) yang digunakan selama ini

adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk

anorganik yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi

tidak sempurna. Meski pupuk tersebut mampu meningkatkan produksi

tanaman, namun di sisi lain pupuk tersebut memberikan dampak negatif

terhadap lahan pertanian. Efek pupuk tersebut terhadap lingkungan telah

banyak dirasakan oleh masyarakat petani, penggunaan pupuk anorganik yang

terus menerus menyebabkan ketergantungan dan lahan mereka menjadi lebih

sukar untuk diolah.

Dewasa ini, sistem budidaya secara organik tengah dikembangkan.

Setelah menjalani proses yang cukup lama, sistem budidaya secara organik

menampakan hasil yang cukup signifikan. Salah satunya sistem budidaya

organik dengan memanfaatkan pupuk organik cair (POC).

Page 8: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

2

Di Bali sendiri usaha pengembangan budidaya organik melalui

pemanfaatan POC sudah banyak dikembangkan. Bahan dasar yang digunakan

untuk pembuatan POC pun bermacam-macam, dimulai dari sisa buah-buahan

dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol),

urine sapi, urine kelinci, tulang udang, cangkang kepiting, hingga susu basi.

Namun diantara sekian banyak pilihan tersebut, urine sapi Bali (Bos

javanicus) merupakan bahan POC yang tengah menjadi primadona.

Produk yang dibuat ini pun mempunyai keunggulan tersendiri yaitu

harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak

membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang

menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-

buahan, bunga dan lain-lain. Selain itu manfaat lain yang dapat diperoleh

melalui POC berbahan dasar urine sapi Bali ini antara lain, POC mempunyai

efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur

kandungan organik tanah karena memiliki bermacam-macam jenis kandungan

unsur hara yang diperlukan tanah selain itu juga menghasilkan produk

pertanian yang aman bagi kesehatan.

Upaya pengembangan POC berbahan dasar urine sapi Bali ini juga

mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Peluang pasar masih terbuka

lebar karena masih kurangnya pasokan. Hal tersebut merupakan faktor yang

menunjukkan bahwa pengembangan usaha POC berbahan dasar urine sapi

Bali merupakan sebuah budidaya pertanian yang patut dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa pengembangan usaha POC

berbahan dasar urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk meningkatkan produksi

tanaman tomat (Solanum lycopersicum) memberikan manfaat yang besar bagi

masyarakat pada umumnya dan petani khusunya. Oleh karena itu, pada

tulisan ini akan dikaji potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan

dasar pupuk organik cair untuk meningkatkan produksi tanaman tomat

(Solanum lycopersicum) beserta cara pengolahnnya dan mekanisme

penggunaanya.

Page 9: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

3

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu

sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan pupuk

organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?

2. Bagaimana pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk

organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?

3. Bagaimana mekanisme penggunaan pupuk organik cair hasil fermentasi

urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk tanaman tomat (Solanum

lycopersicum)?

4. Bagaimana pengaruh urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk

organik cair terhadap produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai

bahan pupuk organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum).

2. Untuk mengetahui pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai

pupuk organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum).

3. Untuk mengetahui mekanisme penggunaan pupuk organik cair hasil

fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk tanaman tomat (Solanum

lycopersicum).

4. Untuk mengetahui pengaruh urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk

organik cair terhadap produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum)

1.4. Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak antara lain sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, memberikan sumbangan pemikiran mengenai alternatif

pupuk organik cair yang dapat dikembangkan dalam skala besar dan

teknologi pertanian yang alami dengan memanfaatkan limbah peternakan

khususnya urine sapi Bali (Bos javanicus).

Page 10: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

4

2. Bagi pengusaha tani, memberikan alternatif pupuk organik cair untuk

meningkatkan produksi dan intensifikasi pertanian, serta cara pengolahan

dan mekanisme penggunaanya. Sehingga dapat menambah penghasilan

dan kesejahteraan pengusaha tani.

3. Bagi masyarakat, memberikan sumbangan pemikiran tentang potensi urine

sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan dasar pupuk organik cair untuk

meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) serta cara

pengolahan dan mekanisme penggunaanya, mengingat urine sapi Bali (Bos

javanicus) terdapat dalam jumlah besar serta memiliki nilai ekonomis yang

rendah dan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga kurang berdaya

guna bagi masyarakat.

4. Bagi penulis, dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan

mengenai potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan dasar

pupuk organik cair untuk meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum

lycopersicum) serta cara pengolahan dan mekanisme penggunaanya.

1.5. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu fermentasi urine sapi Bali

(Bos javanicus) sebagai pupuk organik cair dapat meningkatkan produksi

tanaman tomat (Solanum lycopersicum).

Page 11: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Fermentasi

Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun

anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke

substrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan

bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme

penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat

menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut.

Joo (1990) melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk

skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang

dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang bagus tetapi

juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi.

Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi anaerob telah

dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat

yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi sellulosa menjadi glukosa selama

proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses

dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat

berguna dan alternatif energi pedesaan ( Joo, 1990).

2.2. Sapi Bali (Bos javanicus)

Sapi Bali (Bos javanicus) merupakan sapi potong asli Indonesia yang

merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Sapi Bali

merupakan keturunan banteng (Bibos banteng) yang berhasil dijinakkan dan

mengalami perkembangan pesat di Pulau Bali. Sapi Bali asli mempunyai

bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali termasuk sapi

dwiguna (kerja dan potong).

Sapi Bali berukuran sedang (berat badan untuk sapi Bali jantan

mencapai hingga 450 kg, sementara betinanya hingga 350 kg), dadanya

dalam, mempunyai tanduk, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping.

Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung dan bulu ujung ekornya

Page 12: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

6

berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih.

Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian bibir bawah tepi, bagian

dalam telinga, serta keempat kakinya mulai dari tarsus dan carpus ke bawah

sampai kuku. Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk

garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor (Murtidjo,

1992).

Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi

Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata

atau sawo matang menjadi coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu

mencapai usia dewasa. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau

merah bata apabila sapi itu dikebiri. Sedangkan untuk sapi Bali betina tidak

mengalami perubahan warna hingga dewasa, yaitu berwarna merah bata atau

sawo matang.

Sapi Bali (Bos javanicus) hidup dari rumput, bambu, buah-buahan,

dedaunan, dan ranting muda. Sapi Bali umumnya aktif baik malam maupun

siang hari, tapi pada daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi sebagai

hewan nokturnal. Sapi Bali memiliki kecenderungan untuk berkelompok pada

kawanan berjumlah dua sampai tiga puluh ekor

Ada 11 provinsi utama yang memiliki populasi sapi Bali terbanyak.

Populasi terbanyak di Sulawesi Selatan, Bali, NTT (Nusa Tenggara Timur),

NTB (Nusa Tenggara Barat), Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo,

Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Lampung. Sapi

Bali merupakan sumberdaya genetik hewan asli Indonesia, karena kerabat

liarnya ada di Indonesia.

Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang ciri-cirinya khas dan

berbeda dari bangsa sapi lainnya. Sapi Bali merupakan sapi yang memiliki

banyak sifat unggul diantaranya adalah memiliki efisiensi reproduksi yang

tinggi, daging dan karkasnya berkualitas baik dan persentase karkasnya tinggi

(karkasnya bahkan bisa mencapai 57%), cepat beranak, tahan terhadap

penyakit, selanjutnya yang juga sangat menarik adalah daya adaptasinya

terhadap lingkungan yang sangat baik, dan yang tidak kalah penting adalah

kemampuannnya menggunakan sumber pakan yang terbatas, dapat hidup di

Page 13: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

7

lahan kritis, serta memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan. Tidak heran

bila Sapi Bali merupakan sapi terbaik di antara sapi-sapi yang ada di dunia

(Murtidjo, 1992).

2.3. Pupuk Organik Cair

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk

menyediakan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk juga merupakan

vitamin bagi tanah yang dapat membuat tanah lebih gembur dan subur.

dengan tanah yang gembur dan subur itulah, maka tanaman dapat tumbuh dan

menghasilkan buah dan daun yang besar, sehat, dan dalam jumlah banyak.

Pupuk organik cair, adalah jenis pupuk yang berbentuk cair tidak

padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting

guna kesuburan tanah. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil

pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran

hewan dan manusia yang mengandung unsur haranya lebih dari satu unsur.

Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai

dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair, maka

jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya

tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang

dibutuhkan. Pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak

akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, sebab itu tadi

pupuk ini 100 persen larut dan merata (Primantoro, 1995).

Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat secara cepat

mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga

mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair tidak merusak

humus tanah walaupun seringkali digunakan. Selain itu pupuk ini juga

memiliki zat pengikat larutan hingga bisa langsung digunakan pada tanah

tidak butuh interval waktu untuk dapat menanam tanaman.

2.4. Tomat (Solanum lycopersicum)

Tanaman tomat diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:

Kingdom: Plantae, divisio: Spermatophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas:

Page 14: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

8

Dicotyledoneae, ordo: Solanales, famili: Solanaceae, genus: Solanum,

spesies: S. lycopersicum dan nama binomial: Solanum lycopersicum. (Redaksi

Agromedia, 2007).

Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar

serabut yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman

tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-

40 cm, namun dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman

tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan

unsur hara dari dalam tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan tanah di

bagian atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi

buah, serta benih tomat yang dihasilkan (Redaksi Agromedia, 2007).

Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-

buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar.

Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali,

namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Tanaman tomat dibiarkan

melata dan cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara

keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001). Daun tomat berbentuk

oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-

celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip

kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat

tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau, dan berbulu

(Redaksi Agromedia, 2007). Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan

tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau

tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun

kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong

yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi

tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri

karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup

kemungkinan terjadi penyerbukan silang (Wiryanta, 2004).

Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan

berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau

kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam:

Page 15: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

9

lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15

cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada

yang hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih

dari dua seperti tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih

terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah

serta kelopak bunga yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga (Pitojo,

2005). Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih

kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji

saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan

dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada

varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Umumnya biji

digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah

ditanam 5-10 hari (Salisbury dan Ross, 1995).

Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang

cukup. Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit.

Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya

tumbuh benih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman

tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi

faktor penghambat dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika

kebutuhan air dapat dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah

tidak akan terjamin baik hasilnya. Iklim yang basah akan membentuk

tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan di daerah pegunungan

akan timbul penyakit daun yang dapat membuat fatal pertumbuhannya.

Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat

pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran). Walaupun tomat tahan

terhadap kekeringan, namun tidak berarti tomat dapat tumbuh subur dalam

keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh karena itu baik di dataran tinggi

maupun dataran rendah dalam musim kemarau, tomat memerlukan

penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan produksinya

(Rismunandar, 2001). Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih

tomat adalah 25-300C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman

tomat adalah 24 -280C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan

Page 16: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

10

terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan

buahnya yang kurang sempurna. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman tomat adalah 80%. Sewaktu musim hujan, kelembaban

akan meningkat sehingga resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung

tinggi. Karena itu, jarak tanamnya perlu diperlebar dan areal pertanamannya

perlu dibebaskan dari segala jenis gulma (Wiryanta, 2004). Tanaman tomat

membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk produksi yang

menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai. Daerah yang

beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap awan.

Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan

busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik

bagi pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga (Cahyono,

2005).

Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,

latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari

jenis lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan

organik yang tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan

dengan peredaran dan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan

oksigen penting bagi pernapasan akar yang memang rentan tehadap

kekurangan oksigen. Kadar oksigen yang mencukupi di sekitar akar bisa

meningkatkan produksi buah. Oksigen di sekitar akar bisa juga meningkatkan

penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan besi (Redaksi Agromedia, 2007).

Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang

gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,

dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup

mulai tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Harjadi dan

Sunaryono, 1989).

Page 17: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,

Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian ini dilakukan selama 4 hari yaitu

tanggal 19 Pebruari 2012 sampai 23 Pebruari 2012.

3.2. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Dalam penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana potensi, pengolahan dan

mekanisme penggunaan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk

organik cair untuk meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum

lycopersicum).

3.3. Subyek dan Obyek Penelitian

Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Sekretariat Kelompok

Tani Ternak Satwa Winangun Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,

Kabupaten Klungkung. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah

fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dan produksi tanaman tomat

(Solanum lycopersicum).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, data yang diperlukan dalam

penelitian ini didapatkan melalui wawancara terpimpin dengan seorang

narasumber yang bernama I Ketut Darmawan dengan dipandu daftar

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk organik

cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?

Page 18: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

12

2. Bagaimana pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk

organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?

3. Bagaimana mekanisme penggunaan pupuk organik cair hasil fermentasi

urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk tanaman tomat (Solanum

lycopersicum)?

4. Bagaimana pengaruh urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk

organik cair terhadap produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?

3.5. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam

penelitian karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan

makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data dalam

penelitian ini diolah secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang diawali

dengan proses editing, mengkode data dan diakhiri dengan penarikan

simpulan yang bersifat umum.

Page 19: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

13

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan di Desa Tangkas, Kecamatan

Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali, diperoleh data-data sebagai berikut:

4.1.1. Potensi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik

Cair untuk Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum).

Terdapat bermacam-macam urine yang dapat dipilih menjadi

bahan dasar pupuk organik cair (POC) antara lain urine manusia, kuda,

kambing, sapi dan lain-lain. Namun di antara pilihan tersebut, urine

sapi khususnya sapi Bali (Bos javanicus) merupakan pilihan yang tepat

untuk meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum).

Urine sapi Bali (Bos javanicus) berpotensi untuk meningkatkan

produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) karena mengandung

unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman baik itu unsur hara makro

maupun mikro.

Table 4.1.1. Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa

Kotoran Ternak Padat dan Cair

Nama ternak dan

bentuk kotorannya

Nitrogen

(%)

Fosfor

(%)

Kalium

(%)

Air

(%)

Kuda-padat 0.55 0.30 0.40 75

Kuda-cair 1.40 0.02 1.60 90

Kerbau-padat 0.60 0.30 0.34 85

Kerbau-cair 1.00 0.15 1.50 92

Sapi-padat 0.40 0.20 0.10 85

Sapi-cair 1.00 0.50 1.50 92

Kambing-padat 0.60 0.30 0.17 60

Kambing-cair 1.50 0.13 1.80 85

Domba-padat 0.75 0.50 0.45 60

Domba-cair 1.35 0.05 2.10 85

Babi-padat 0.95 0.35 0.40 80

Babi-cair 0.40 0.10 0.45 87

(Hadi, 2004).

Page 20: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

14

Berdasarkan sumber pustaka di atas, didapatkan bahwa ternak

dengan kotoran cair menghasilkan unsur hara yang lebih tinggi

daripada kotoran padat, baik itu kuda, kerbau, sapi, kambing, domba,

ataupun babi.

Sapi merupakan pilihan yang tepat, karena selain mudah

diternakkan, keberdaan sapi di Bali sangat melimpah ruah. Selain itu,

sapi Bali khususnya juga mengandung unsur hara makro berupa

Nitrogen, Posfor, dan Kalium serta unsur mikro berupa Kalsium,

Magnesium, Besi, Zinc, Natrium, dan Klorin yang dapat meningkatkan

produksi tanaman tomat, karena mampu merangsang pertumbuhan

akar, batang, daun, dan buah dari tumbuhan tersebut. Selain itu pupuk

organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dapat

memperbaiki struktur tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi,

terutama pada tanah-tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia

secara berlebihan. Urine sapi juga aman dan ramah lingkungan, tanpa

menimbulkan efek yang berbahaya baik untuk tanah maupun untuk

tanaman itu sendiri.

4.1.2. Pengolahan Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk

Organik Cair untuk Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum).

Urine sapi Bali (Bos javanicus) tidak begitu saja dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair, melainkan harus diolah

terlebih dahulu melalui beberapa tahapan pengolahan, sehingga akan

dihasilkan pupuk organik cair yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman tomat (Solanum lycopersicum).

Adapun tahapan pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus)

sebagai bahan dasar pupuk organik cair (POC) adalah sebagai berikut:

1. Urine sapi yang telah didapat dari saluran yang sengaja dibuat oleh

para peternak, ditampung dalam 2 bak. Bak pertama merupakan

bak untuk mengendapkan urine sapi. Sedangkan bak kedua untuk

fermentasi urine sapi.

2. Pada bak pertama urine diangkat dengan menggunakan pompa ke

tangga aerasi. Tujuan aerasi adalah membuang gas-gas amoniak

Page 21: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

15

(NH3), asam sulfida (H2S), serta gas-gas lainnya yang

membahayakan dalam pembuatan POC dari urine sapi. Bila gas-

gas tersebut tidak dibuang dapat menyebabkan efek panas pada

saat disemprotkan pada tanaman. Proses aerasi sendiri memerlukan

waktu kurang lebih 15 jam.

3. Urine sapi yang telah diaerasi dipindahkan ke bak kedua, yaitu bak

fermentasi melalui mesin pemompa. Di bak kedua urine yang telah

diendapkan ditambahkan bakteri, seperti asam laktat (Lactobacillus

spp), bakteri pengurai atau bakteri fotosintetik

(Rhodopseudomonas spp), dan bakteri fermentasi atau yeast

(Saccharomyces spp) yang berguna untuk meningkatkan

kandungan unsur hara pada urine. Proses fermentasi ini

memerlukan waktu 14 hari.

4. Setelah difermentasi selama 2 minggu urine dimasukkan ke dalam

bak penampungan. Kemudian ditambahkan unsur-unsur lain

seperti tepung rumput laut dan bio-pestisida. Tepung rumput laut

berfungsi sebagai zpt (zat penambah tumbuh) atau zat perangsang

yang dapat menyebabkan tanaman tumbuh lebih tinggi karena

rumput laut mengandung hormon pertumbuhan (hormon auksin)

serta unsur mikro yang tinggi. Sedangkan bio-pestisida dibuat dari

ekstrak beberapa tanaman berkhasiat seperti sirih, kunyit, jahe,

lengkuas, temu ireng. Fungsi dari bio-pestisida adalah sebagai

pengusir hama dan sebagai antibody atau antibiotik alami untuk

tumbuhan. Sehingga dihasilkan bio-urine yang memiliki unsur hara

lengkap serta berfungsi sebagai pestisida organik.

4.1.3. Mekanisme Penggunaan Pupuk Organik Cair Hasil Fermentasi

Urine Sapi Bali (Bos javanicus)untuk Tanaman Tomat (Solanum

lycopersicum).

Hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) yang telah

mengalami pengolahan hingga menjadi pupuk organik cair tidak begitu

saja dapat digunakan. Adapun mekanisme penggunaan pupuk organic

Page 22: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

16

cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dalah sebagai

berikut:

1. Takaran yang tepat untuk proses pemberian pupuk yaitu 250 cc

bio-urine ditambahkan 1 liter air. Hal tersebut di atas bertujuan

untuk mencegah tumbuhan mati mendadak, karena pupuk organik

cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) bersifat keras

sehingga perlu distabilkan dengan penambahan air sebanyak 1 liter.

2. Selain itu, campuran tersebut dapat diberikan pada tanaman setiap

dua minggu sekali, karena unsur organik pada bio-urine

memerlukan waktu yang cukup lama (sekitar 2 minggu) untuk

proses reaksinya.

4.1.4. Pengaruh Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai

Pupuk Organik Cair terhadap Produksi Tanaman Tomat

(Solanum lycopersicum).

Pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos

javanicus) membawa pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum). Hasil produksi

tanaman tomat (Solanum lycopersicum) yang diberikan nutrisi berupa

fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) mengalami peningkatkan

sekitar 10 %.

Table 4.1.4. Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Tanaman

Tomat (Solanum lycopersicum)

No. Minggu Perlakuan (cm)

Dengan Urine Tanpa Urine

1. I 5,4 5,6

2. II 8,7 9,4

3. III 18,3 15

4. IV 29,7 22,3

5. V 68,3 47,2

Hasil produksi

(kg/tanaman) 3,4 2,8

(Hadi, 2004).

Page 23: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

17

Dari pengamatan terhadap tinggi tanaman tomat (Solanum

lycopersicum) pada awal pertumbuhan terlihat sedikit tertinggal dari

yang tanpa diberi urine tetapi pada minggu ketiga sampai produksi,

pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat hal ini disebabkan karena

perkembangan perakaran tanaman sudah lebih sempurna begitu juga

terhadap penyerapan nutrisinya.

Selain itu pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali

(Bos javanicus) juga berpengaruh terhadap fisik tanaman tomat. Daun

tanaman tomat lebih hijau dan lebar, batang tanaman tomat lebih

kokoh dan pertambahan tinggi tanaman sekitar 15-20 cm lebih dari

tanaman yang tanpa diberikan POC Bio-urine. Buah tomat pun lebih

besar, berwarna lebih cerah, tidak berongga, serta buah tomat tidak

cepat busuk sampai 1 minggu dibandingkan dengan tomat biasa yang

hanya bisa bertahan 4-5 hari.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil kajian terhadap jenis dan kandungan zat hara pada

beberapa kotoran ternak baik padat maupun cair didapatkan data sebagai

berikut:

Gambar 1. Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa

Kotoran Ternak Padat dan Cair

Page 24: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

18

Tampak bahwa kotoran ternak sapi cair mengandung persentase unsur

zat hara yang paling berimbang, sehingga kotoran ternak sapi cair, khususnya

sapi Bali (Bos javanicus) merupakan pilihan yang tepat, yang dapat dipilih

sebagai bahan utama pupuk organik cair untuk meeningkatkan produksi

tanaman tomat (Solanum lycopersicum).

Keunggulan dari POC hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)

juga dapat dilihat dari proses pengolahannya. Dalam proses pengolahan urine

sapi Bali (Bos javanicus) menjadi POC dibutuhkan waktu yang cukup

singkat, yakni ± 15 hari hingga dapat digunakan. Alat dan bahan yang

digunakan dalam proses pengolahan merupakan alat dan bahan yang masih

terjangkau harganya, sehingga tidak akan menjadi masalah bagi para petani.

Selain itu POC memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman tomat.

Gambar 2. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Tinggi

Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

Berdasarkan hasil kajian terhadap tinggi tanaman tomat selama 5

minggu, didapatkan data bahwa pertambahan tinggi tanaman dengan POC

sekitar 15-20 cm lebih dari tanaman tanpa POC pada minggu kelima. Pada

awal pertumbuhan tanaman dengan POC terlihat sedikit tertinggal dari

tanaman tanpa POC, yaitu selama ± 2 minggu. Hal ini disebabkan karena

proses reaksi dari pupuk tersebut berlangsung selama 2 minggu. Setelah

Page 25: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

19

proses tersebut, maka pada minggu ketiga akan tampak pertumbuhan yang

begitu pesat, karena nutrisi-nutrisi hasil reaksi tanaman terhadap pupuk telah

berhasil diserap dengan sempurna oleh tanaman.

Gambar 3. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Produksi

Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

Sementara itu, berdasarkan kajian terhadap produksi tanaman tomat

selama 5 minggu, didapatkan hasil seperti pada Gambar 3. Tanaman tomat

tanpa POC berhasil memproduksi buah tomat sekitar 2,8 kg/tanaman,

sedangkan tanaman tomat dengan POC berhasil memproduksi buah tomat

sekitar 3,4 kg/tanaman. Sehingga produksi tanaman tomat dengan POC lebih

banyak 0,6 kg dari produksi tanaman tomat tanpa POC. Dari hasil tersebut,

untuk mencari persentase peningkatan produksi tanaman tomat, dapat

dihitung dengan rumus selisih jumlah hasil produksi tanaman dibagi jumlah

produksi total tanaman, yaitu (0,6 kg : 6,2 kg). Akan diperoleh persentase

peningkatan produksi sebesar 10%.

Page 26: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

20

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk organik cair

berpotensi meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum

lycopersicum) karena mengandung unsur hara makro berupa Nitrogen,

Posfor, dan Kalium serta unsur mikro berupa Kalsium, Magnesium,

Besi, Zinc, Natrium, dan Klorin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

dan perkembangan tanaman.

5.1.2 Urine sapi Bali (Bos javanicus) dapat digunakan sebagai pupuk organik

cair setelah melalui tahapan-tahapan yaitu tahap penampungan, aerasi,

fermentasi serta tahap penambahan tepung rumput laut dan bio-

pestisida.

5.1.3 Mekanisme penggunaan fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)

sebagai pupuk organik cair yang tepat bagi tanaman tomat (Solanum

lycopersicum) yaitu dengan takaran 250 cc bio-urine ditambahkan satu

liter air dan diberikan setiap dua minggu sekali pada tanaman.

5.1.4 Pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)

berpengaruh terhadap hasil produksi dan fisik tanaman tomat (Solanum

lycopersicum).

5.2 Saran

5.2.1 Kepada pihak pengelola industri pupuk diharapkan untuk mencoba

memanfaatkan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan dasar

pupuk organik cair sehingga penggunaan bahan anorganik dapat

diminimalisir.

5.2.2 Kepada para petani diharapkan untuk mencoba memanfaatkan pupuk

organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk

meningkatkan produksi tanaman, khususnya tanaman tomat (Solanum

lycopersicum).

Page 27: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

21

5.2.3 Penelitian yang dilakukan penulis hanya terbatas pada studi

pendahuluan yang dilakukan melalui proses wawancara, sehingga

diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi fermentasi urine

sapi Bali (Bos javanicus) untuk meningkatkan produksi tanaman tomat

(Solanum lycopersicum) beserta mekanisme yang tepat bagi tanaman.

Page 28: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

22

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang. 2005. Tomat, Budidaya dan Analisis Usaha Tani, Kinisius,

Yogyakarta.

Departemen Pertanian. 2001. Statistik Pertanian 2000. Jakarta: Departemen Pertanian

(Deptan).

Hadi, Setiono. 2004. Urine Sapi Bangkitkan Harapan Petani. Fakultas Pertanian IPB:

Bogor.

Harjadi, S. S., H. Sunaryono. 1989. Budidaya Tomat. Hal: 1-25. Dalam: Harjadi, S.

S. (Ed.) Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas

Pertanian IPB: Bogor.

Joo, Y.H. 1990. Peningkatan Produksi Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.

Murtidjo, 1992. Memelihara Ayam Kampung Sistem Baterai. Yogyakarta: Kanisisus.

Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius, Yogyakarta

Primantoro. 1995. Permasalahan Pertanian adalah Permasalah Hidup Mati.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Direktorat+Gizi+Departemen+Ke

sehatan+RI+tahun+1972+dalam+Tim+Penulis+Penebar+Swadaya%2C+1999

&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.ipb.

ac.id%2Findex.php%2Fjurnalagronomi%2Farticle%2Fdownload%2F1525%2

F597&ei=ANQ8T-77E83HrQfptNG8Bw&usg=AFQjCNHEHXkDj177QHPt

GvU6z3PGZhHwyw. [Diakses, 10 Pebruari 2012]

Rahman. 1989. Teknologi Tepat Guna Instan. Yogyakarta: Kanisius.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Direktorat+Gizi+Departemen+Ke

sehatan+RI+tahun+1972+dalam+Tim+Penulis+Penebar+Swadaya%2C+1999

&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.ipb.

ac.id%2Findex.php%2Fjurnalagronomi%2Farticle%2Fdownload%2F1525%2

F597&ei=ANQ8T-77E83HrQfptNG8Bw&usg=AFQjCNHEHXkDj177QHPt

GvU6z3PGZhHwyw. [Diakses, 10 Pebruari 2012]

Redaksi Agromedia, 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia,

Jakarta. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=

0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/masa/2011/jiunkpe-ns-s1-2011-36406148-

19287-mojokerto_klm-references.pdf. [Diakses, 12 Pebruari 2012]

Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat.Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 (terjemahan).

Bandung: ITB.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 1999. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial.

Jakarta: Penebar Swadaya. Winarno, Surakhmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Wiryanta,W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=

high&fname=/jiunkpe/s1/masa/2011/jiunkpe-ns-s1-2011-36406148-19287-

mojokerto_klm-references.pdf. [Diakses, 12 Pebruari 2012]

Page 29: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

23

L A M P I R A N

Page 30: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

24

Nama : I Ketut Darmawan

TTL : Tangkas, 7 Maret 1979

Umur : 33 Tahun

Pendidikan : SMA – SMAN 2 Semarapura

Universitas Airlangga (Peraih penghargaan SIRPAKARA-

Penemuan teknologi baru dalam dunia peternakan)

Pekerjaan : - Kepala seksi sarana dan prasarana pada dinas peternakan,

Kabupaten Klungkung

- Pembina sekaligus pengelola pusat pembibitan sapi Bali (The

Balinese Breeding Center) di Desa Tangkas, Klungkung

- Peternak

Alamat : Br. Mrangen, Desa Tangkas, Klungkung.

Page 31: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

25

Gambar 1. Sapi Bali (Bos javanicus)

Gambar 2. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

Page 32: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

26

Gambar 3. Bak Pengendapan Urine Sapi Bali (Bos javanicus)

Gambar 4. Bak Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus)

Page 33: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

27

Gambar 5. Bak Penampungan Hasil Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos

javanicus)

Gambar 6. Pupuk Organik Cair Hasil Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos

javanicus)

Page 34: Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)

28