Page 1
FERMENTASI URINE SAPI BALI (Bos javanicus)
SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum)
Disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia
di SMA Negeri 1 Semarapura
OLEH : XI IPA 1
1. Ni Wayan Manik Hartini (05)
2. Luh Winda Cipta Pratiwi (07)
3. Luh Made Wina Jayanti (18)
4. Ni Made Inki Arianti (22)
5. Ni Luh Nilam Brahaneswari (24)
6. Ida Ayu Cindy Agririsky (25)
7. Hendra Setiawan (28)
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA
TAHUN AJARAN 2011/2012
Page 2
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair
untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)”. Karya
ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan salah satu tugas mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Semarapura.
Karya ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. I Nyoman Mudjarta, selaku Kepala SMA Negeri 1 Semarapura atas
bantuan moral dan material yang diberikan.
2. Dra. Ni Kadek Sukartini, selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1
Semarapura atas bimbingan dalam penyusunan karya tulis ini.
3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis
ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini berguna bagi kita semua.
Semarapura, Pebruari 2012
Penulis
Page 3
iii
“Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik Cair
untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)”
A B S T R A K S I
Ni Wayan Manik Hartini, dkk., 2012, 21 halaman
Pertumbuhan penduduk menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat
memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Begitu pula
dengan kebutuhan akan tomat (Solanum lycopersicum) yang terus meningkat
setiap tahunnya. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi tanaman tomat
mutlak diperlukan, sehingga kebutuhan akan tomat dapat terpenuhi dengan baik.
Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah melalui penggunaan pupuk organik
cair (POC) hasil fermentasi urine Sapi Bali (Bos javanicus).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian ini dilakukan selama 4 hari yaitu tanggal
19 Pebruari 2012 sampai 23 Pebruari 2012. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini
tergolong penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah Sekretariat
Kelompok Tani Ternak Satwa Winangun Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah fermentasi
urine sapi Bali dan produksi tanaman tomat. Sesuai dengan tujuan penelitian, data
yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara terpimpin.
Data-data yang terkumpul diolah secara deskriptif kualitatif yang diawali dengan
proses editing, mengkode data dan diakhiri dengan penarikan simpulan yang
bersifat umum.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa fermentasi
urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai POC dapat meningkatkan produksi
tanaman tomat (Solanum lycopersicum) setelah mengalami beberapa tahapan
pengolahan, yaitu tahap penampungan, aerasi, fermentasi serta tahap penambahan
tepung rumput laut dan bio-pestisida. Mekanisme penggunaan POC yang tepat
bagi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) yaitu dengan takaran 250 cc bio-
urine ditambahkan 1 liter air dan diberikan setiap dua minggu sekali pada
tanaman. Pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)
berpengaruh terhadap hasil produksi dan fisik tanaman tomat (Solanum
lycopersicum), dimana POC hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dapat
meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) sebesar 10%.
Kata Kunci : Urine Sapi Bali (Bos javanicus), Pupuk Organik Cair, dan Tanaman
Tomat (Solanum lycopersicum).
Page 4
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Abstrak .......................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................ iv
Daftar Tabel .................................................................................................. v
Daftar Gambar ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 3
1.5 Hipotesis Penelitian .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Fermentasi ................................................................................ 5
2.2 Sapi Bali (Bos javanicus) ......................................................... 5
2.3 Pupuk Organik Cair ................................................................. 7
2.4 Tomat (Solanum lycopersicum ) ............................................... 7
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 11
3.2 Jenis Penelitian ........................................................................ 11
3.3 Subjek dan Objek Penelitian .................................................... 11
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 11
3.5 Metode Pengolahan Data ......................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 13
4.2 Pembahasan ............................................................................. 17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................ 20
Daftar Pustaka
Lampiran
Page 5
v
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1.1 Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa Kotoran
Ternak Padat dan Cair …..…………………………………… 13
4.1.4 Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Tanaman Tomat
(Solanum lycopersicum) ……………………………………… 16
Page 6
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1. Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa Kotoran
Ternak Padat dan Cair …..…………………………………… 17
2. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Tinggi Tanaman
Tomat (Solanum lycopersicum) ……………………………… 18
3. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Produksi Tanaman
Tomat (Solanum lycopersicum) ……………………………… 19
Page 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk menuntut tersedianya bahan pangan yang
dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Begitu
pula dengan kebutuhan akan tomat (Solanum lycopersicum) yang terus
meningkat setiap tahunnya. Menurut data statistik Departemen Pertanian
tahun 2001, konsumsi per kapita buah tomat tahun 1996 sebesar 1.24 kg dan
meningkat menjadi 1.29 kg pada tahun 1999, atau meningkat 1.39% per
tahun. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi tanaman tomat mutlak
diperlukan, sehingga kebutuhan akan tomat dapat terpenuhi dengan baik.
Namun seiring krisis ekonomi yang dialami oleh negara Indonesia
sampai sekarang, dampaknya juga dirasakan oleh para petani. Daya beli
masyarakat tani menjadi berkurang dan ditambahkan lagi harga pupuk dan
sarana produksi lain yang semakin tinggi. Masalah ini menyebabkan petani
tidak banyak menerapkan budidaya yang baik untuk meningkatkan
produksinya.
Masalah lain dari pupuk anorganik (kimia) yang digunakan selama ini
adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk
anorganik yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi
tidak sempurna. Meski pupuk tersebut mampu meningkatkan produksi
tanaman, namun di sisi lain pupuk tersebut memberikan dampak negatif
terhadap lahan pertanian. Efek pupuk tersebut terhadap lingkungan telah
banyak dirasakan oleh masyarakat petani, penggunaan pupuk anorganik yang
terus menerus menyebabkan ketergantungan dan lahan mereka menjadi lebih
sukar untuk diolah.
Dewasa ini, sistem budidaya secara organik tengah dikembangkan.
Setelah menjalani proses yang cukup lama, sistem budidaya secara organik
menampakan hasil yang cukup signifikan. Salah satunya sistem budidaya
organik dengan memanfaatkan pupuk organik cair (POC).
Page 8
2
Di Bali sendiri usaha pengembangan budidaya organik melalui
pemanfaatan POC sudah banyak dikembangkan. Bahan dasar yang digunakan
untuk pembuatan POC pun bermacam-macam, dimulai dari sisa buah-buahan
dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol),
urine sapi, urine kelinci, tulang udang, cangkang kepiting, hingga susu basi.
Namun diantara sekian banyak pilihan tersebut, urine sapi Bali (Bos
javanicus) merupakan bahan POC yang tengah menjadi primadona.
Produk yang dibuat ini pun mempunyai keunggulan tersendiri yaitu
harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak
membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang
menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-
buahan, bunga dan lain-lain. Selain itu manfaat lain yang dapat diperoleh
melalui POC berbahan dasar urine sapi Bali ini antara lain, POC mempunyai
efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur
kandungan organik tanah karena memiliki bermacam-macam jenis kandungan
unsur hara yang diperlukan tanah selain itu juga menghasilkan produk
pertanian yang aman bagi kesehatan.
Upaya pengembangan POC berbahan dasar urine sapi Bali ini juga
mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Peluang pasar masih terbuka
lebar karena masih kurangnya pasokan. Hal tersebut merupakan faktor yang
menunjukkan bahwa pengembangan usaha POC berbahan dasar urine sapi
Bali merupakan sebuah budidaya pertanian yang patut dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa pengembangan usaha POC
berbahan dasar urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk meningkatkan produksi
tanaman tomat (Solanum lycopersicum) memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat pada umumnya dan petani khusunya. Oleh karena itu, pada
tulisan ini akan dikaji potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan
dasar pupuk organik cair untuk meningkatkan produksi tanaman tomat
(Solanum lycopersicum) beserta cara pengolahnnya dan mekanisme
penggunaanya.
Page 9
3
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan pupuk
organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?
2. Bagaimana pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk
organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?
3. Bagaimana mekanisme penggunaan pupuk organik cair hasil fermentasi
urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk tanaman tomat (Solanum
lycopersicum)?
4. Bagaimana pengaruh urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk
organik cair terhadap produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai
bahan pupuk organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum).
2. Untuk mengetahui pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai
pupuk organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum).
3. Untuk mengetahui mekanisme penggunaan pupuk organik cair hasil
fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk tanaman tomat (Solanum
lycopersicum).
4. Untuk mengetahui pengaruh urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk
organik cair terhadap produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum)
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, memberikan sumbangan pemikiran mengenai alternatif
pupuk organik cair yang dapat dikembangkan dalam skala besar dan
teknologi pertanian yang alami dengan memanfaatkan limbah peternakan
khususnya urine sapi Bali (Bos javanicus).
Page 10
4
2. Bagi pengusaha tani, memberikan alternatif pupuk organik cair untuk
meningkatkan produksi dan intensifikasi pertanian, serta cara pengolahan
dan mekanisme penggunaanya. Sehingga dapat menambah penghasilan
dan kesejahteraan pengusaha tani.
3. Bagi masyarakat, memberikan sumbangan pemikiran tentang potensi urine
sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan dasar pupuk organik cair untuk
meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) serta cara
pengolahan dan mekanisme penggunaanya, mengingat urine sapi Bali (Bos
javanicus) terdapat dalam jumlah besar serta memiliki nilai ekonomis yang
rendah dan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga kurang berdaya
guna bagi masyarakat.
4. Bagi penulis, dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan
mengenai potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan dasar
pupuk organik cair untuk meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum
lycopersicum) serta cara pengolahan dan mekanisme penggunaanya.
1.5. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu fermentasi urine sapi Bali
(Bos javanicus) sebagai pupuk organik cair dapat meningkatkan produksi
tanaman tomat (Solanum lycopersicum).
Page 11
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Fermentasi
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun
anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke
substrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan
bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut.
Joo (1990) melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk
skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang
dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang bagus tetapi
juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi.
Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi anaerob telah
dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat
yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi sellulosa menjadi glukosa selama
proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses
dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat
berguna dan alternatif energi pedesaan ( Joo, 1990).
2.2. Sapi Bali (Bos javanicus)
Sapi Bali (Bos javanicus) merupakan sapi potong asli Indonesia yang
merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Sapi Bali
merupakan keturunan banteng (Bibos banteng) yang berhasil dijinakkan dan
mengalami perkembangan pesat di Pulau Bali. Sapi Bali asli mempunyai
bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali termasuk sapi
dwiguna (kerja dan potong).
Sapi Bali berukuran sedang (berat badan untuk sapi Bali jantan
mencapai hingga 450 kg, sementara betinanya hingga 350 kg), dadanya
dalam, mempunyai tanduk, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping.
Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung dan bulu ujung ekornya
Page 12
6
berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih.
Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian bibir bawah tepi, bagian
dalam telinga, serta keempat kakinya mulai dari tarsus dan carpus ke bawah
sampai kuku. Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk
garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor (Murtidjo,
1992).
Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi
Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata
atau sawo matang menjadi coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu
mencapai usia dewasa. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau
merah bata apabila sapi itu dikebiri. Sedangkan untuk sapi Bali betina tidak
mengalami perubahan warna hingga dewasa, yaitu berwarna merah bata atau
sawo matang.
Sapi Bali (Bos javanicus) hidup dari rumput, bambu, buah-buahan,
dedaunan, dan ranting muda. Sapi Bali umumnya aktif baik malam maupun
siang hari, tapi pada daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi sebagai
hewan nokturnal. Sapi Bali memiliki kecenderungan untuk berkelompok pada
kawanan berjumlah dua sampai tiga puluh ekor
Ada 11 provinsi utama yang memiliki populasi sapi Bali terbanyak.
Populasi terbanyak di Sulawesi Selatan, Bali, NTT (Nusa Tenggara Timur),
NTB (Nusa Tenggara Barat), Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Lampung. Sapi
Bali merupakan sumberdaya genetik hewan asli Indonesia, karena kerabat
liarnya ada di Indonesia.
Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang ciri-cirinya khas dan
berbeda dari bangsa sapi lainnya. Sapi Bali merupakan sapi yang memiliki
banyak sifat unggul diantaranya adalah memiliki efisiensi reproduksi yang
tinggi, daging dan karkasnya berkualitas baik dan persentase karkasnya tinggi
(karkasnya bahkan bisa mencapai 57%), cepat beranak, tahan terhadap
penyakit, selanjutnya yang juga sangat menarik adalah daya adaptasinya
terhadap lingkungan yang sangat baik, dan yang tidak kalah penting adalah
kemampuannnya menggunakan sumber pakan yang terbatas, dapat hidup di
Page 13
7
lahan kritis, serta memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan. Tidak heran
bila Sapi Bali merupakan sapi terbaik di antara sapi-sapi yang ada di dunia
(Murtidjo, 1992).
2.3. Pupuk Organik Cair
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk
menyediakan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk juga merupakan
vitamin bagi tanah yang dapat membuat tanah lebih gembur dan subur.
dengan tanah yang gembur dan subur itulah, maka tanaman dapat tumbuh dan
menghasilkan buah dan daun yang besar, sehat, dan dalam jumlah banyak.
Pupuk organik cair, adalah jenis pupuk yang berbentuk cair tidak
padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting
guna kesuburan tanah. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan dan manusia yang mengandung unsur haranya lebih dari satu unsur.
Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair, maka
jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya
tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang
dibutuhkan. Pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak
akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, sebab itu tadi
pupuk ini 100 persen larut dan merata (Primantoro, 1995).
Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat secara cepat
mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga
mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair tidak merusak
humus tanah walaupun seringkali digunakan. Selain itu pupuk ini juga
memiliki zat pengikat larutan hingga bisa langsung digunakan pada tanah
tidak butuh interval waktu untuk dapat menanam tanaman.
2.4. Tomat (Solanum lycopersicum)
Tanaman tomat diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae, divisio: Spermatophyta, subdivisi: Angiospermae, kelas:
Page 14
8
Dicotyledoneae, ordo: Solanales, famili: Solanaceae, genus: Solanum,
spesies: S. lycopersicum dan nama binomial: Solanum lycopersicum. (Redaksi
Agromedia, 2007).
Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar
serabut yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman
tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-
40 cm, namun dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman
tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan
unsur hara dari dalam tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan tanah di
bagian atas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi
buah, serta benih tomat yang dihasilkan (Redaksi Agromedia, 2007).
Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-
buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar.
Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali,
namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Tanaman tomat dibiarkan
melata dan cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara
keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001). Daun tomat berbentuk
oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-
celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip
kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat
tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau, dan berbulu
(Redaksi Agromedia, 2007). Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan
tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau
tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun
kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong
yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri
karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan terjadi penyerbukan silang (Wiryanta, 2004).
Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan
berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau
kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam:
Page 15
9
lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15
cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada
yang hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih
dari dua seperti tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih
terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah
serta kelopak bunga yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga (Pitojo,
2005). Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih
kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji
saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan
dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada
varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Umumnya biji
digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah
ditanam 5-10 hari (Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang
cukup. Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit.
Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya
tumbuh benih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman
tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi
faktor penghambat dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika
kebutuhan air dapat dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah
tidak akan terjamin baik hasilnya. Iklim yang basah akan membentuk
tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan di daerah pegunungan
akan timbul penyakit daun yang dapat membuat fatal pertumbuhannya.
Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat
pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran). Walaupun tomat tahan
terhadap kekeringan, namun tidak berarti tomat dapat tumbuh subur dalam
keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh karena itu baik di dataran tinggi
maupun dataran rendah dalam musim kemarau, tomat memerlukan
penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan produksinya
(Rismunandar, 2001). Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih
tomat adalah 25-300C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman
tomat adalah 24 -280C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan
Page 16
10
terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan
buahnya yang kurang sempurna. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman tomat adalah 80%. Sewaktu musim hujan, kelembaban
akan meningkat sehingga resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung
tinggi. Karena itu, jarak tanamnya perlu diperlebar dan areal pertanamannya
perlu dibebaskan dari segala jenis gulma (Wiryanta, 2004). Tanaman tomat
membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk produksi yang
menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai. Daerah yang
beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap awan.
Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan
busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik
bagi pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga (Cahyono,
2005).
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,
latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari
jenis lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan
organik yang tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan
dengan peredaran dan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan
oksigen penting bagi pernapasan akar yang memang rentan tehadap
kekurangan oksigen. Kadar oksigen yang mencukupi di sekitar akar bisa
meningkatkan produksi buah. Oksigen di sekitar akar bisa juga meningkatkan
penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan besi (Redaksi Agromedia, 2007).
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang
gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,
dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup
mulai tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Harjadi dan
Sunaryono, 1989).
Page 17
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian ini dilakukan selama 4 hari yaitu
tanggal 19 Pebruari 2012 sampai 23 Pebruari 2012.
3.2. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Dalam penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana potensi, pengolahan dan
mekanisme penggunaan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk
organik cair untuk meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum
lycopersicum).
3.3. Subyek dan Obyek Penelitian
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Sekretariat Kelompok
Tani Ternak Satwa Winangun Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah
fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dan produksi tanaman tomat
(Solanum lycopersicum).
3.4. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, data yang diperlukan dalam
penelitian ini didapatkan melalui wawancara terpimpin dengan seorang
narasumber yang bernama I Ketut Darmawan dengan dipandu daftar
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk organik
cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?
Page 18
12
2. Bagaimana pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk
organik cair untuk tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?
3. Bagaimana mekanisme penggunaan pupuk organik cair hasil fermentasi
urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk tanaman tomat (Solanum
lycopersicum)?
4. Bagaimana pengaruh urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk
organik cair terhadap produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum)?
3.5. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam
penelitian karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan
makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data dalam
penelitian ini diolah secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang diawali
dengan proses editing, mengkode data dan diakhiri dengan penarikan
simpulan yang bersifat umum.
Page 19
13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan di Desa Tangkas, Kecamatan
Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali, diperoleh data-data sebagai berikut:
4.1.1. Potensi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk Organik
Cair untuk Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum).
Terdapat bermacam-macam urine yang dapat dipilih menjadi
bahan dasar pupuk organik cair (POC) antara lain urine manusia, kuda,
kambing, sapi dan lain-lain. Namun di antara pilihan tersebut, urine
sapi khususnya sapi Bali (Bos javanicus) merupakan pilihan yang tepat
untuk meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum).
Urine sapi Bali (Bos javanicus) berpotensi untuk meningkatkan
produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum) karena mengandung
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman baik itu unsur hara makro
maupun mikro.
Table 4.1.1. Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa
Kotoran Ternak Padat dan Cair
Nama ternak dan
bentuk kotorannya
Nitrogen
(%)
Fosfor
(%)
Kalium
(%)
Air
(%)
Kuda-padat 0.55 0.30 0.40 75
Kuda-cair 1.40 0.02 1.60 90
Kerbau-padat 0.60 0.30 0.34 85
Kerbau-cair 1.00 0.15 1.50 92
Sapi-padat 0.40 0.20 0.10 85
Sapi-cair 1.00 0.50 1.50 92
Kambing-padat 0.60 0.30 0.17 60
Kambing-cair 1.50 0.13 1.80 85
Domba-padat 0.75 0.50 0.45 60
Domba-cair 1.35 0.05 2.10 85
Babi-padat 0.95 0.35 0.40 80
Babi-cair 0.40 0.10 0.45 87
(Hadi, 2004).
Page 20
14
Berdasarkan sumber pustaka di atas, didapatkan bahwa ternak
dengan kotoran cair menghasilkan unsur hara yang lebih tinggi
daripada kotoran padat, baik itu kuda, kerbau, sapi, kambing, domba,
ataupun babi.
Sapi merupakan pilihan yang tepat, karena selain mudah
diternakkan, keberdaan sapi di Bali sangat melimpah ruah. Selain itu,
sapi Bali khususnya juga mengandung unsur hara makro berupa
Nitrogen, Posfor, dan Kalium serta unsur mikro berupa Kalsium,
Magnesium, Besi, Zinc, Natrium, dan Klorin yang dapat meningkatkan
produksi tanaman tomat, karena mampu merangsang pertumbuhan
akar, batang, daun, dan buah dari tumbuhan tersebut. Selain itu pupuk
organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dapat
memperbaiki struktur tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi,
terutama pada tanah-tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia
secara berlebihan. Urine sapi juga aman dan ramah lingkungan, tanpa
menimbulkan efek yang berbahaya baik untuk tanah maupun untuk
tanaman itu sendiri.
4.1.2. Pengolahan Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai Pupuk
Organik Cair untuk Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum).
Urine sapi Bali (Bos javanicus) tidak begitu saja dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair, melainkan harus diolah
terlebih dahulu melalui beberapa tahapan pengolahan, sehingga akan
dihasilkan pupuk organik cair yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tomat (Solanum lycopersicum).
Adapun tahapan pengolahan urine sapi Bali (Bos javanicus)
sebagai bahan dasar pupuk organik cair (POC) adalah sebagai berikut:
1. Urine sapi yang telah didapat dari saluran yang sengaja dibuat oleh
para peternak, ditampung dalam 2 bak. Bak pertama merupakan
bak untuk mengendapkan urine sapi. Sedangkan bak kedua untuk
fermentasi urine sapi.
2. Pada bak pertama urine diangkat dengan menggunakan pompa ke
tangga aerasi. Tujuan aerasi adalah membuang gas-gas amoniak
Page 21
15
(NH3), asam sulfida (H2S), serta gas-gas lainnya yang
membahayakan dalam pembuatan POC dari urine sapi. Bila gas-
gas tersebut tidak dibuang dapat menyebabkan efek panas pada
saat disemprotkan pada tanaman. Proses aerasi sendiri memerlukan
waktu kurang lebih 15 jam.
3. Urine sapi yang telah diaerasi dipindahkan ke bak kedua, yaitu bak
fermentasi melalui mesin pemompa. Di bak kedua urine yang telah
diendapkan ditambahkan bakteri, seperti asam laktat (Lactobacillus
spp), bakteri pengurai atau bakteri fotosintetik
(Rhodopseudomonas spp), dan bakteri fermentasi atau yeast
(Saccharomyces spp) yang berguna untuk meningkatkan
kandungan unsur hara pada urine. Proses fermentasi ini
memerlukan waktu 14 hari.
4. Setelah difermentasi selama 2 minggu urine dimasukkan ke dalam
bak penampungan. Kemudian ditambahkan unsur-unsur lain
seperti tepung rumput laut dan bio-pestisida. Tepung rumput laut
berfungsi sebagai zpt (zat penambah tumbuh) atau zat perangsang
yang dapat menyebabkan tanaman tumbuh lebih tinggi karena
rumput laut mengandung hormon pertumbuhan (hormon auksin)
serta unsur mikro yang tinggi. Sedangkan bio-pestisida dibuat dari
ekstrak beberapa tanaman berkhasiat seperti sirih, kunyit, jahe,
lengkuas, temu ireng. Fungsi dari bio-pestisida adalah sebagai
pengusir hama dan sebagai antibody atau antibiotik alami untuk
tumbuhan. Sehingga dihasilkan bio-urine yang memiliki unsur hara
lengkap serta berfungsi sebagai pestisida organik.
4.1.3. Mekanisme Penggunaan Pupuk Organik Cair Hasil Fermentasi
Urine Sapi Bali (Bos javanicus)untuk Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum).
Hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) yang telah
mengalami pengolahan hingga menjadi pupuk organik cair tidak begitu
saja dapat digunakan. Adapun mekanisme penggunaan pupuk organic
Page 22
16
cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) dalah sebagai
berikut:
1. Takaran yang tepat untuk proses pemberian pupuk yaitu 250 cc
bio-urine ditambahkan 1 liter air. Hal tersebut di atas bertujuan
untuk mencegah tumbuhan mati mendadak, karena pupuk organik
cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) bersifat keras
sehingga perlu distabilkan dengan penambahan air sebanyak 1 liter.
2. Selain itu, campuran tersebut dapat diberikan pada tanaman setiap
dua minggu sekali, karena unsur organik pada bio-urine
memerlukan waktu yang cukup lama (sekitar 2 minggu) untuk
proses reaksinya.
4.1.4. Pengaruh Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus) sebagai
Pupuk Organik Cair terhadap Produksi Tanaman Tomat
(Solanum lycopersicum).
Pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos
javanicus) membawa pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum). Hasil produksi
tanaman tomat (Solanum lycopersicum) yang diberikan nutrisi berupa
fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) mengalami peningkatkan
sekitar 10 %.
Table 4.1.4. Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Tanaman
Tomat (Solanum lycopersicum)
No. Minggu Perlakuan (cm)
Dengan Urine Tanpa Urine
1. I 5,4 5,6
2. II 8,7 9,4
3. III 18,3 15
4. IV 29,7 22,3
5. V 68,3 47,2
Hasil produksi
(kg/tanaman) 3,4 2,8
(Hadi, 2004).
Page 23
17
Dari pengamatan terhadap tinggi tanaman tomat (Solanum
lycopersicum) pada awal pertumbuhan terlihat sedikit tertinggal dari
yang tanpa diberi urine tetapi pada minggu ketiga sampai produksi,
pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat hal ini disebabkan karena
perkembangan perakaran tanaman sudah lebih sempurna begitu juga
terhadap penyerapan nutrisinya.
Selain itu pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali
(Bos javanicus) juga berpengaruh terhadap fisik tanaman tomat. Daun
tanaman tomat lebih hijau dan lebar, batang tanaman tomat lebih
kokoh dan pertambahan tinggi tanaman sekitar 15-20 cm lebih dari
tanaman yang tanpa diberikan POC Bio-urine. Buah tomat pun lebih
besar, berwarna lebih cerah, tidak berongga, serta buah tomat tidak
cepat busuk sampai 1 minggu dibandingkan dengan tomat biasa yang
hanya bisa bertahan 4-5 hari.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil kajian terhadap jenis dan kandungan zat hara pada
beberapa kotoran ternak baik padat maupun cair didapatkan data sebagai
berikut:
Gambar 1. Jenis dan Kandungan Zat Hara pada Beberapa
Kotoran Ternak Padat dan Cair
Page 24
18
Tampak bahwa kotoran ternak sapi cair mengandung persentase unsur
zat hara yang paling berimbang, sehingga kotoran ternak sapi cair, khususnya
sapi Bali (Bos javanicus) merupakan pilihan yang tepat, yang dapat dipilih
sebagai bahan utama pupuk organik cair untuk meeningkatkan produksi
tanaman tomat (Solanum lycopersicum).
Keunggulan dari POC hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)
juga dapat dilihat dari proses pengolahannya. Dalam proses pengolahan urine
sapi Bali (Bos javanicus) menjadi POC dibutuhkan waktu yang cukup
singkat, yakni ± 15 hari hingga dapat digunakan. Alat dan bahan yang
digunakan dalam proses pengolahan merupakan alat dan bahan yang masih
terjangkau harganya, sehingga tidak akan menjadi masalah bagi para petani.
Selain itu POC memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat.
Gambar 2. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Tinggi
Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
Berdasarkan hasil kajian terhadap tinggi tanaman tomat selama 5
minggu, didapatkan data bahwa pertambahan tinggi tanaman dengan POC
sekitar 15-20 cm lebih dari tanaman tanpa POC pada minggu kelima. Pada
awal pertumbuhan tanaman dengan POC terlihat sedikit tertinggal dari
tanaman tanpa POC, yaitu selama ± 2 minggu. Hal ini disebabkan karena
proses reaksi dari pupuk tersebut berlangsung selama 2 minggu. Setelah
Page 25
19
proses tersebut, maka pada minggu ketiga akan tampak pertumbuhan yang
begitu pesat, karena nutrisi-nutrisi hasil reaksi tanaman terhadap pupuk telah
berhasil diserap dengan sempurna oleh tanaman.
Gambar 3. Pengaruh Pupuk Organik Cair terhadap Produksi
Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
Sementara itu, berdasarkan kajian terhadap produksi tanaman tomat
selama 5 minggu, didapatkan hasil seperti pada Gambar 3. Tanaman tomat
tanpa POC berhasil memproduksi buah tomat sekitar 2,8 kg/tanaman,
sedangkan tanaman tomat dengan POC berhasil memproduksi buah tomat
sekitar 3,4 kg/tanaman. Sehingga produksi tanaman tomat dengan POC lebih
banyak 0,6 kg dari produksi tanaman tomat tanpa POC. Dari hasil tersebut,
untuk mencari persentase peningkatan produksi tanaman tomat, dapat
dihitung dengan rumus selisih jumlah hasil produksi tanaman dibagi jumlah
produksi total tanaman, yaitu (0,6 kg : 6,2 kg). Akan diperoleh persentase
peningkatan produksi sebesar 10%.
Page 26
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai pupuk organik cair
berpotensi meningkatkan produksi tanaman tomat (Solanum
lycopersicum) karena mengandung unsur hara makro berupa Nitrogen,
Posfor, dan Kalium serta unsur mikro berupa Kalsium, Magnesium,
Besi, Zinc, Natrium, dan Klorin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
5.1.2 Urine sapi Bali (Bos javanicus) dapat digunakan sebagai pupuk organik
cair setelah melalui tahapan-tahapan yaitu tahap penampungan, aerasi,
fermentasi serta tahap penambahan tepung rumput laut dan bio-
pestisida.
5.1.3 Mekanisme penggunaan fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)
sebagai pupuk organik cair yang tepat bagi tanaman tomat (Solanum
lycopersicum) yaitu dengan takaran 250 cc bio-urine ditambahkan satu
liter air dan diberikan setiap dua minggu sekali pada tanaman.
5.1.4 Pupuk organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus)
berpengaruh terhadap hasil produksi dan fisik tanaman tomat (Solanum
lycopersicum).
5.2 Saran
5.2.1 Kepada pihak pengelola industri pupuk diharapkan untuk mencoba
memanfaatkan urine sapi Bali (Bos javanicus) sebagai bahan dasar
pupuk organik cair sehingga penggunaan bahan anorganik dapat
diminimalisir.
5.2.2 Kepada para petani diharapkan untuk mencoba memanfaatkan pupuk
organik cair hasil fermentasi urine sapi Bali (Bos javanicus) untuk
meningkatkan produksi tanaman, khususnya tanaman tomat (Solanum
lycopersicum).
Page 27
21
5.2.3 Penelitian yang dilakukan penulis hanya terbatas pada studi
pendahuluan yang dilakukan melalui proses wawancara, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi fermentasi urine
sapi Bali (Bos javanicus) untuk meningkatkan produksi tanaman tomat
(Solanum lycopersicum) beserta mekanisme yang tepat bagi tanaman.
Page 28
22
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2005. Tomat, Budidaya dan Analisis Usaha Tani, Kinisius,
Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2001. Statistik Pertanian 2000. Jakarta: Departemen Pertanian
(Deptan).
Hadi, Setiono. 2004. Urine Sapi Bangkitkan Harapan Petani. Fakultas Pertanian IPB:
Bogor.
Harjadi, S. S., H. Sunaryono. 1989. Budidaya Tomat. Hal: 1-25. Dalam: Harjadi, S.
S. (Ed.) Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian IPB: Bogor.
Joo, Y.H. 1990. Peningkatan Produksi Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Murtidjo, 1992. Memelihara Ayam Kampung Sistem Baterai. Yogyakarta: Kanisisus.
Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius, Yogyakarta
Primantoro. 1995. Permasalahan Pertanian adalah Permasalah Hidup Mati.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Direktorat+Gizi+Departemen+Ke
sehatan+RI+tahun+1972+dalam+Tim+Penulis+Penebar+Swadaya%2C+1999
&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.ipb.
ac.id%2Findex.php%2Fjurnalagronomi%2Farticle%2Fdownload%2F1525%2
F597&ei=ANQ8T-77E83HrQfptNG8Bw&usg=AFQjCNHEHXkDj177QHPt
GvU6z3PGZhHwyw. [Diakses, 10 Pebruari 2012]
Rahman. 1989. Teknologi Tepat Guna Instan. Yogyakarta: Kanisius.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Direktorat+Gizi+Departemen+Ke
sehatan+RI+tahun+1972+dalam+Tim+Penulis+Penebar+Swadaya%2C+1999
&source=web&cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.ipb.
ac.id%2Findex.php%2Fjurnalagronomi%2Farticle%2Fdownload%2F1525%2
F597&ei=ANQ8T-77E83HrQfptNG8Bw&usg=AFQjCNHEHXkDj177QHPt
GvU6z3PGZhHwyw. [Diakses, 10 Pebruari 2012]
Redaksi Agromedia, 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia,
Jakarta. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=
0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/masa/2011/jiunkpe-ns-s1-2011-36406148-
19287-mojokerto_klm-references.pdf. [Diakses, 12 Pebruari 2012]
Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat.Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 (terjemahan).
Bandung: ITB.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1999. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial.
Jakarta: Penebar Swadaya. Winarno, Surakhmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. Wiryanta,W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=
high&fname=/jiunkpe/s1/masa/2011/jiunkpe-ns-s1-2011-36406148-19287-
mojokerto_klm-references.pdf. [Diakses, 12 Pebruari 2012]
Page 29
23
L A M P I R A N
Page 30
24
Nama : I Ketut Darmawan
TTL : Tangkas, 7 Maret 1979
Umur : 33 Tahun
Pendidikan : SMA – SMAN 2 Semarapura
Universitas Airlangga (Peraih penghargaan SIRPAKARA-
Penemuan teknologi baru dalam dunia peternakan)
Pekerjaan : - Kepala seksi sarana dan prasarana pada dinas peternakan,
Kabupaten Klungkung
- Pembina sekaligus pengelola pusat pembibitan sapi Bali (The
Balinese Breeding Center) di Desa Tangkas, Klungkung
- Peternak
Alamat : Br. Mrangen, Desa Tangkas, Klungkung.
Page 31
25
Gambar 1. Sapi Bali (Bos javanicus)
Gambar 2. Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
Page 32
26
Gambar 3. Bak Pengendapan Urine Sapi Bali (Bos javanicus)
Gambar 4. Bak Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos javanicus)
Page 33
27
Gambar 5. Bak Penampungan Hasil Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos
javanicus)
Gambar 6. Pupuk Organik Cair Hasil Fermentasi Urine Sapi Bali (Bos
javanicus)