-
Abstract
FENOMENA LAHN
DALAM RITUAL IBADAH
H.R.Taufiqurrochman
Fakultas Humaniora dan Budaya, Jurusan Bahasa dan Sastra
Arab
One of the language characteristic is that the language is
composed of a certain sound system that is distinctive to each
other. Al-Qur' an that is revealed in Arabic should be articulated
appropriately and accurately in order to avoid mistakes, explicitly
or implicitly. Lahn is called as solecism in linguistics and
catachresis in literature. According to tajwid science (Al-Qur' an
Phonology), Lahn is defined as mis pronunciation in reading Al-Qur'
an. That is why the readers should be able to learn more about
tajwid. It is important to avoid making Zahn that will change the
meaning of the Holly Al-Qur' an. This article is aimed at
describing Zahn phenomenon that appears in religious activities
such as adzan, iqamat, tahlil, talbiyah, and praying.
Key words: Zahn, tajwid science, al-Qur' an phonology
Pengertian Lahn
Lahn menurut bahasa berarti salah. Dalam linguistik, lahn sering
dikenal dengan istilah solecism yang berarti kesalahan gramatikal
yang dialami seseorang pada saat berujar atau membaca. Dalam kajian
sastra, lahn diartikan catachresis, yaitu kesalahan dalam
menggunakan sebuah kata metafora (majazi) dan realita (hakiki).
(Wahbah, 1984:316) Namun, sebelum ilmu bahasa clan sastra
berkembang pesat, istilah lahn telah dikenal sejak zaman Nabi
Muhammad SAW, terutama dalam hubungannya dengari tilawah al,Qur'an.
Lahn dipahami sebagai sebuah kesalahan dalam mem, baca al,Qur'an,
baik kesalahan itu berimplikasi terhadap perubahan makna ayat
maupun tidak. Jadi, lahn lebih sering dikenal sebagai kesalahan
ujar menurut tolak ukur bidang ilmu tajwid atau fonologi al,Qur'an.
Sebuah ilmu yang pertama kali lahir setelah lahirnya Islam. (Al,
Habasy, 198 7 :55).
Jumal "el-Harakah" Vol. 9, No. 2 Mei-Agustus 2007 165
-
LahnJali hukurnnya haram. Jadi, seorang qari' atau pembaca
al,Qur'an berdosa bila melakukan lahn jali, baik ia tahu maupun
tidak tahu kalau bacaannya yang salah itu dapatmerubah makna atau
merubah i'rab. Lahn Jali, bila terdapat dalam bacaan surat
al,Fatihah, dapat membatalkan shalat bagi orang yang mampu membaca
al,Fatihah secara bertajwid. Sedangkan bagi orang ummi {yang tidak
marripu lagi bertajwid dengan baik sekalipun ia tela:h terus
belajar), maka menurut pendapat yang shahih, sholatnya tetap sah
sebab ia dihukumi madzur. Namun, jika si ummi menjadi imam clan
makmumnya seorang qari, maka hanya shalat si ummi yang tetap sah.
Se, dangkan shalat si qari yang bermakmum kepada si ummi dihukumi
batal. (Otsman, 54). Dalam keadaan semacam ini, siqari' lebih
berhak menjadi imam daripada si ummi.
Lahn Khafi (kesalahan yang samar)
Lahn Khafi adalah kesalahan yang terdapat pada lafadz clan tidak
merubah makna. Lahn: Khafi hanya dapat diketahui para qari' yang
mampu bertajwid dengan baik. Lahn Khafi terbatas-pada kesalahan
artikulatif yang tidak sesuai dengan makhraj _(out,put), sifat
huruf clan beberapa hukum tajwid seperti: mad, ghunnah, idgham,
bacaan miring clan sebagainya. Con, tohnya, kasroh huruf ha pada
kata {��1) yang seharusnya Him dibaca miring menjadi Hem, kata {JwH
�.,)-hanya dibaca qasr selama 1 Alif yang semestinya dibaca panjang
(mad) selama3 Alif, clan sebagainya.
Faktor Penyebab Lahn
Faktor utama penyebab munculnya lahn bagi masyarakat non,Arab
(Indonesia) adalah konstrastif sistem fonetik antara bahasa
setempat dengan bahasa Arab. Misalnya, konsonan bahasa Arab terdiri
dari 28 konsonan clan bahasa Indonesia hanya berjumlah 24 konsonan.
Ada beber, apa bunyi bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bunyi
bahasa Indonesia (seperti: r:'t"'-'°'oo'.b,JH) dan hal ini rentan
menimbulkan kesalahan pe, nuturan terhadap bunyi,bunyi itu.
Sebaliknya, ada juga bunyi bahasa Indonesia yang tidak terdapat
dalam bunyi bahasa Arab, (seperti: ng ny c) sehingga sering muncul
penyimpangan dari huruf (e) dituturkan (ng).
Jurnal "el-Harakah" Vol. 9, No. 2 Mei-Agustus 2007 167
-
Lahn: dalam Beberapa Ritual lbadah
1- Lahn dalam adzan dan iqamah
Hukum adzan clan iqamah adalah sunnah muakkad bagi
shalat,shalatfardlu, walauptin shalat fardlu terse but dilakukan
munf arid (sendirian, tanpa berjama'ah), baik shalat fardlu itu
adaa' (tepat waktu) maupun qadha' (di luar waktu), safar a tau pun
hadar (dalam perjalanan a tau tidak). Kesunnah, an ini khusus bagi
laki, laki.. Sedangkan bagi wanita, makruh h.ukumnya. Tidak
mengumandangkan adzan clan iqamah sebelum shalat, hukumnya makruh
tahriirrt clan disunnahkan mengulang bila meninggalkannya.
Korelasi antara tajwiddengan ad.zan clan iqamah sangat terkait
sekali bila dilihat dari'. tata cai-a clan keterituan hukum yang
telah ditetapkan dalam syariat Islam. Lantunan adzan dianjurkan
tdrassul, yakni dengan irama pelan. clan jelas. Sedangkan iqamah
dianjurkan agak cepat. Artikulasi (pengucap, an) huruf,huruf yang
terdapat dalam kalimat adzan clan iqamah juga harus benar clan
sesuai dengan kaidah tajwid. Keharusan ini �ama halnya dengan
keharusan bertajwid saat merribaca ayat sud al,Qur'an (Utsman,
1994: 302). Oleh sebabitu; setiap huruf dalam kalimat adzan maupun
iqamah harus diucapkan sesuai dengan inakhraj huruf clan
sifatnya.
Tentang mad atau pahjang bacaan dalam adzan, ada perbedaan pen,
dapat di anta:ra madzhab fiqih. Mad terpanjang dalam adzan yang
diper, kenankan para: ulama adalah 5 Alif (10 harakat): Pendapat
lain menya, takan, 7 alif (14 harakat). Menambah atau mengurangi
mad yang tidak semestinya (baca: lahn) pa:da saat melafalkan adzan
atau iqamah, merupa, kan bagian dari hal,hal yang harus dihindari
oleh muaddzin atau muqiim.
Berikut ini beberapa kasus kesalahan.yang ·sering dilakukan para
muaddzin:
Menarribah mad melebihi batasan yang telah ditetapkan dalam
kaidah ilmu tajwid, seperti saat mengucapkan mad liin pada huruf
(j) dalam kalimat· (rj_;J' � � i�,) tidak boleh memanjangkanmad,nya
wawu meiebihi mad thabi'i (1 Alif/2 harakat).Menambah mad thabi'i
pada alif lafadz jalalah (.iii,) ketika disam�bung dengan kata
sesudahnya �i) juga termasuk !ahn (kesalahan).
Jutnal "el-Harakah" Vol. 9, No. 2 Mei-Agustus 2007 169
-
Terlalu memanjangkan f athah sehingga melahirkan alif mad
seperti mengucapkan (;_.sT • .JJT.) yang benar adalah G.--si �i),
atau ucapan G-si) digailti menjadi C�T.) maupun cw,), atau berucap
(;½L.:o ½w 1 �;..) yang benar adalah (;�), atau berucap (� ��ui ½G)
yang benar adalah (
r.;t 1ii : �;..), atau berucap (L....:.,,½J) sebagai
ganti dari (o½J). Terlalu memanjangkan dhommah sehingga
melahirkan mad baru, seperti pada kata (;__j!) clan 61) diucapkan
dengan (o�!) clan (�1). Penambahan beberapa hamzah clan alif,
ketika muadzzin mengambil nafas pada saat mensU:arakan mad,
sehingga alif-nya terpotongpotong yang mengakibatkan muncul
beberapa hamzah clan alif baru, seperti berucap (;,;,;,;�, � �).
Mengganti huruf ha' (..A) dengan (r) sehingga kalimat yang
seharusnya diucapkan dengan (;LJ, � �) berubah menjadi (� � r.�1).
Atau sebaliknya, mengganti (r) dengan (..A) sehingga (�[.�i �)
berubah menjadi (;ui � �).Menggabungkan sebagian huruf clan kata
dengan sebagian yanglain, seperti kalimat (�, ��J ,� 6i �l) dibaca
dengan(�, �_;:.�1',6 .._ij, atau kalimat yang seharusnya dibaca
(;�j: �;..)diganti dengan (�) atau (� �).
Selain contoh kesalahan dalam adzan seperti di atas, masih
banyak lahn yang dilakukan seorang muaddzin atau muqiim yang
notabene-nya sebagai orang yang mendirikan shalat clan seharusnya
ia tidak membuat kesalahan (lahn). Kesalahan semacam ini harus
dihindari.
2- Lahn dalam takbir shalat
Dalam syariat Islam, ditetapkan bahwa lafal takbiratul-ihram
dalamshalat adalah � :ai,). Demikian pula dalam takbir intiqal,
yaitu takbir yang diucapkan saat berpindah dari satu rukun ke rukun
yang lain, kecuali intiqal dari rukuk ke i'tidal dengan kalimat (;�
� :a,, �).
170 Jumal "el-Harakah" Vol. 9, No. 2 Mei-Agustus 2007