BAB I LATAR BELAKANG Acne vulgaris merupakan gangguan inflamasi kronis pada unit pilosebasea yang ditandai dengan adanya mikrokomedo. Acne vulgaris atau yang biasa disebut jerawat merupakan gangguan kulit yang paling umum di Amerika Serikat yang terjadi pada 40 sampai 50 juta orang baik pada laki-laki maupun perempuan. Umumnya penyakit ini menyerang sekitar 80% dari populasi berusia 12 sampai 25 tahun. Acne vulgaris merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. Secara umum penyebabnya adalah produksi sebum yang berlebih, hiperkeratinisasi folikel rambut, stres oksidatif, dan pelepasan mediator inflamasi. Acne vulgaris sering terjadi pada usia remaja, meskipun demikian, acne vulgaris dapat bertahan bertahun-tahun hingga usia dewasa. Jerawat dapat menyebabkan masalah psikologis pada penderitanya (West et al., 2005; Batubara, Mitsunaga, and Ohashi, 2009). Acne vulgaris juga dapat disebabkan oleh bakteri. Propionibacterium acnes, bakteri gram positif anaerob yang normalnya hidup pada kulit berperan penting pada fase inflamasi jerawat. Propionibacterium acnes mensekresi beberapa produk yang membantu perkembangan inflamasi, antara lain lipase, protease, hyaluronidase, dan faktor kemotaksis. Lipase memecah trigliserida pada sebasea membentuk asam lemak bebas yang akan menginduksi inlamasi berat (Batubara, Mitsunaga, and Ohashi, 2009). Tujuan terapi acne vulgaris untuk mencegah pembentukan lesi baru, menyembuhkan lesi yang sudah ada dan meminimalisir luka. Selain itu, tujuan terapi acne vulgaris adalah untuk meringankan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
LATAR BELAKANG
Acne vulgaris merupakan gangguan inflamasi kronis pada unit pilosebasea yang
ditandai dengan adanya mikrokomedo. Acne vulgaris atau yang biasa disebut jerawat
merupakan gangguan kulit yang paling umum di Amerika Serikat yang terjadi pada 40 sampai
50 juta orang baik pada laki-laki maupun perempuan. Umumnya penyakit ini menyerang
sekitar 80% dari populasi berusia 12 sampai 25 tahun. Acne vulgaris merupakan penyakit
yang disebabkan oleh banyak faktor. Secara umum penyebabnya adalah produksi sebum yang
berlebih, hiperkeratinisasi folikel rambut, stres oksidatif, dan pelepasan mediator inflamasi.
Acne vulgaris sering terjadi pada usia remaja, meskipun demikian, acne vulgaris dapat
bertahan bertahun-tahun hingga usia dewasa. Jerawat dapat menyebabkan masalah psikologis
pada penderitanya (West et al., 2005; Batubara, Mitsunaga, and Ohashi, 2009).
Acne vulgaris juga dapat disebabkan oleh bakteri. Propionibacterium acnes, bakteri
gram positif anaerob yang normalnya hidup pada kulit berperan penting pada fase inflamasi
jerawat. Propionibacterium acnes mensekresi beberapa produk yang membantu
perkembangan inflamasi, antara lain lipase, protease, hyaluronidase, dan faktor kemotaksis.
Lipase memecah trigliserida pada sebasea membentuk asam lemak bebas yang akan
menginduksi inlamasi berat (Batubara, Mitsunaga, and Ohashi, 2009).
Tujuan terapi acne vulgaris untuk mencegah pembentukan lesi baru, menyembuhkan
lesi yang sudah ada dan meminimalisir luka. Selain itu, tujuan terapi acne vulgaris adalah
untuk meringankan nyeri dan ketidaknyamanan serta mencegah terbentuknya luka dan
jaringan parut. Secara psikologis, acne vulgaris memberi dampak stres, frustasi, malu dan
bahkan depresi pada penderitanya. Oleh karena itu terapi farmakologi dan edukasi pasien
secara fisik dan psikis sangat diperlukan (Goeser, 2008).
Pemilihan terapi pada pasien pengidap acne vulgaris berbeda-beda bergantung pada
kondisi yang dialami pasien. Hal ini menyebabkan pentingnya mengetahui etiologi,
patofisiologi, serta gejala klinis yang dialami oleh pasien sehingga dapat dilakukan terapi
yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi pasien dan dapat diperoleh hasil pengobatan
yang optimal.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
Acne vulgaris merupakan sebuah gangguan yang umumnya terjadi karena inflamasi
kronis dari bagian pilosebaceus yang umumnya diawali dengan terbentuknya mikrokomedo.
Lokalisasi dari acne vulgaris berada pada daerah wajah, terutama pada remaja yang berimbas
signifikan pada keadaan diri remaja tersebut. Meskipun bersifat merupakan self-limiting,
tetapi acne vulgaris dapat bertahan selama bertahun-tahun dan dapat mengakibatkan luka
pada kulit dan pembentukan jaringan parut. Acne vulgaris dapat dihubungkan dengan
kecemtasan, depresi, dan kondisi psikologis lainnya. Secara klinis tidak mudah meneliti acne
vulgaris sebagai dampak kondisi emosional. Praktisi kesehatan perlu memberikan edukasi
kepada pasien mengenai penyebab dan pengobatan acne vulgaris (West et al., 2005).
2.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Perkembangan acne vulgaris berhubungan dengan peningkatan produksi sebum,
keratinisasi yang abnormal dalam kanal pilosebaseous (hiperkornifikasi), kolonisasi bakterial,
dan inflamasi. Diet (kecuali individu tertentu), kurangnya kebersihan dan aktivitas seksual
tidak berkontribusi terhadap keparahan acne vulgaris. Keadaan premenstruasi umumnya
dapat memperburuk acne vulgaris. Kosmetik dengan dasar minyak, minyak rambut dan
pelembab juga dapat memicu terjadinya acne vulgaris. Selain itu, kondisi panas dan lembab
yang merangsang pengeluaran keringat juga dapat memperparah acne vulgaris (Kimble et al.,
2009).
2.3 Patofisiologi
Acne vulgaris merupakan penyakit yang terjadi pada unit pilosebaseus yang
mengandung folikel rambut dan kelenjar sebaseus. Ketika terjadi penyumbatan pada unit
pilosebaseus maka terjadilah komedo yang merupakan awal dari lesi acne. Acne terjadi ketika
hormone androgen meningkat (terutama pada masa pubertas) yang menyebabkan peningkatan
ukuran kelenjar sebaseus sehingga produksi sebum menjadi sangat tinggi. Kelebihan sebum
menyebabkan folikel tersumbat yang akhirnya menjadi acne. Selain disebabkan karena
meningkatnya produksi sebum, acne juga disebabkan karena terjadi hiperkeratinisasi dan
meningkatnya peluruhan sel. Akumulasi dari sumbatan sel pada folikel rambut dan sumbatan
pada aliran sebum menyebabkan terjadinya lesi acne yaitu komedo terbuka (blackhead). Pada
saat Propionibacterium acnes (P. acnes) berpoliferasi kemudian bercampur dengan sebum
2
serta keratinosit sehingga menyebabkan terjadinya respon inflamasi dan membentuk komedo
tertutup (whitehead). Lesi jerawat yang lebih parah berupa pustula, papula dan nodula terjadi
disertai peradangan dan pembentukan jaringan parut apabila tidak mendapatkan terapi yang
adekuat (West et al., 2005).
Gambar 1. Patofisiologi acne vulgaris (West et al., 2005)
2.3 Tanda dan Gejala Klinis
Lesi acne vulgaris secara khas terjadi pada wajah, punggung, dada atas, dan area bahu.
Tingkat keparahan acne vulgaris dibagi menjadi tiga yaitu ringan, sedang, dan berat
tergantung dari tipe dan keparahan lesi yang ditimbulkan. Umumnya diagnosis dari acne
vulgaris ditegakkan dengan ditemukannya campuran gejala berupa lesi pada jerawat (seperti
komedo, pustula, papula, dan kist) pada wajah, punggung, atau dada. Meskipun tidak ada
definisi yang tepat untuk acne vulgaris, para ahli sering mendiagnosis penyakit ini dari
keberadaan komedo sebanyak 5 sampai 10.
Lesi yang terlihat dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu lesi meradang dan lesi yang
tidak meradang. Lesi-lesi yang tidak meradang biasa disebut dengan komedo. Komedo
terbuka atau “blackhead” terdiri dari sebum, keratinosit, dan mikroorganisme membentuk
sumbatan hitam dan cokelat pada muara folikel yang melebar (pori). Warna yang terbentuk
merupakan akumulasi melanin. Komedo tertutup atau “whitehead” merupakan sumbatan yang
terjadi pada folikel rambut dibawah perukaan kulit. Komedo tertutup biasanya terlihat sebagai
benjolan kecil berwarna putih dengan diameter sekitar 1-2 mm. Lesi inflamasi terdiri dari
papula, pustula, dan nodula. Papula berbentuk padat dengan diameter kurang dari 0,5 cm.
Pustula merupakan gelembung berisi nanah dengan diameter kurang dari 0,5 cm. Nodula
adalah lesi dengan ukuran 0,5 baik lebar maupun kedalamannya. Kist merupakan nodula yang
berisi materi berupa cairan atau semipadat (West et al., 2005).
3
Tabel 1. Tingkat Keparahan Acne dan Tipe Lesi yang Biasa Terjadi (West et al., 2005).
Keparahan acne
Predominant LesionsFrekuensi Tipe Lesi
Komedo Tertutup
Komedo Terbuka
Papula Pustula NodulaJaringan
Parut
RinganTidak ada peradangan (komedo tertutup atau terbuka)
Beberapa Beberapa Mungkin MungkinTidak ada
Tidak ada
SedangPeradangan papulaa dan postula dengan beberapa lesi tidak meradang
Beberapa Beberapa Banyak Banyak Sedikit Mungkin
BeratPeradangan lesi dan jaringan parut dengan beberapa lesi tidak meradang
Beberapa Beberapa Luas Luas Luas Luas
Berdasarkan teknik menghitung, tingkat keparahan acne dibedakan menjadi 3, sebagai berikut
a. Acne ringan, yang dikarakterisasi dengan adanya predominan komedo (kurang dari
20), atau kurang dari 15 papula, atau total komedo/papula kurang dari 30, tidak
terdapat nodula.
b. Acne sedang, dikarakterisasi dengan adanya komedo (20-100), papula dan pustulae
(sekitar 15-50 lesi).Total lesi (komedo, papula, pustula) terhitung sekitar 30-125.
Nodula kemungkinan ada.
c. Acne berat dikarekterisasikan secara umum dengan kehadiran nodula dan kist. Juga
terdapat komedo >100, papula dan pustula >50 atau total jumlah lesi lebih besar dari
125 (Davis et al., 2006).
Berdasarkan Comprehensive Acne Severity Scalle (CASS), tingkat keparahan acne dibedakan
menjadi 5. CASS grade ini digunakan dalam praktis klinik.