This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASMA KRONIK
Disusun Guna Melengkapi Tugas Kep[aniteraan Senior Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
1. Savitri Helena W. 22010113210077
2. Sitti Ardianti 22010113210078
3. Najma Hadyan 22010113210079
4. Addy Saputro 22010113210115
5. Noor Aminah 22010113210169
6. Dini Safitri Zahara 22010113210160
7. Erviana Agustiani 22010113210161
8. Rizki Andari 22010113210164
9. Noor Akbar 22010113210165
BAGIAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
1
Nama : Randy Kerney
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
A. ANAMENESIS
Autoanamnesis pada penderita
Keluhan Utama : asma ketika berlatih softball
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan 19 tahun datang dengan asma sejak 4 hari yang lalu, disertai dengan head
cold dan semakin lama semakin memburuk. Ketika pertama kalo dia mengalami gejala tersebut,
dia mulai memonitoring peak flow rate dua kali sehari dan mengambil tindakan nebulisasi
albuterol. Bagaimanapun gejala yang diderita semakin lama semakin memburuk sampai dia tidak
masuk sekolah dan tidak mengikuti latihan softball 2 hari terakhir. Peak flow rate 4 hari terakhir
berkisar 190 hingga 250L/menit dan biasanya peak flow rate dalam tingkat range terendah pada
pagi hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat asma (+) persisten moderat selama 14 tahun, pernah dirawat 2 hari dalam 2
tahun terakhir karena eksaserbasi asma dan telah ED 4 kali selama 7 bulan terakhir.
• Rinitis Alergi perenial
Riwayat Penyakit Keluarga
• Kedua orang tua masih hidup, ibu pasien berusia 46 tahun dengan HTN dan riwayat saat
anak-anak menderita asma. Ayah 52 tahun dengan COPD (riwayat merokok 40 pak
selama 1 tahun), satu saudara kandung berusia 24 tahun dengan riwayat kesehatan baik
kecuali alergi musiman.
Riwayat Sosial Ekonomi
Tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan tembakau, seksual aktif selama 2 tahun dengan
pacarnya yang sama. Pasien seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Kimia dan Sophomore. Tinggal
2
dikamar kos bersama dengan temannya yang tidak merokok. Pacarnya memiliki seekor kucing di
apertemennya.
Obat-Obatan
Proventil HFA MDI 2 puffs PRN
Flovent MDI 220 mcg 2 puffs BID
Rhinocort aqua 1 spray each nostril sehari sekali
Albuterol nebulisasi 2,5 mg dalam 3 ml NS PRN
Ortho Novum 7/7/7 1 tablet po sehari sekali
Komplians dengan resimen diatas bermacam-macam kecuali untuk OC. Yang diatur sesuai
jadwal. Dia mengindikasikan bahwa dia sering sekali terlambat beberapa minggu dalam
menggunakan steroid nasal dan oral inhaler, pasien biasanya hanya menggunakan proventil HFA
MDI setiap 6 minggu. Dia sering tidak mematuhi dosis dalam menggunakan steroid inhaler dan
merasa tidak nyaman menggunakan nasal spray.
Alergi
• Aspirin (urtikaria dan wheezing)
• Kucing (wheezing)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : seorang wanita kulit putih, tampak cemas, terdengar wheezing, tidak
dapat bicara kalimat lengkap karena dypsneu. Terlihat musculus suprasternal.
Tanda Vital
• Tekanan Darah : 132/76 mmHg
• Nadi : 105x/menit
• Respiratory Rate : 28x/menit
• Suhu : 38,20C
Kulit : tidak ada kelainan
Kepala : mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
Abdomen : supel, defans (-), tenderness (-), BU (+) normal
Ekstremitas : ROM normal, tonus T3, Cyanosis Clubbing Edema (-)
Neurologis : N. Cranialis I-XII intak, defek sensoris (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboraturium
Na :132 mEq/L Plt 180x103/mm3
K :4,4 mEq/L WBC 8x103/mm3
Cl :102 mEq/L 67% PMNs
CO2 :26 mEq/L 2% Bands
BUN :22mg/dL 20% Lymphs
ScR :0,9 mg/Dl 8% Eos
Glu :104 mg/Dl 3% Monos
Hgb :12 g/Dl Pulse ox 91%
Hct :36%
RBC :4,52x 106/mm3
Nasal Smear
Banyak Eosinofil
X foto Thoraks
Paru-paru hiperinflasi, infiltrat (-)
4
Peak flow : 130 L/min (N: 340L/min)
Assessment
Seorang perempuan 19 tahun dengan asma derajad sedang- berat, kemungkinan tercetus infeksi
virus ISPA dan terpapar pemicu potensial yang lainnya
Clinical Course
Pasien dirawat semalam untuk diberikas O2, bronkodilator inhalasi dan prednison oral 60mg/
hari, 2x sehari. Dia dibolehkan pulang dengan obat rawat jalan sebelumnya ditambah albuterol
2,5 mg 3xsehari selama 5 hari dan prednison diturunkan bertahap selama 10 hari, dimulai dari 60
mg perhari. Pada follow up 4 hari kemudian di klinik, paru-parunya bersih tanpa wheezing RR:
16x/menit, pulse oximetri 97%, peak level bertambah menjadi 270L/menit.
D. DISKUSI
1. Identifikasi masalah
a. Urutan masalah pemberian terapi pasien
Pasien menggunakan obat-obat sebagai berikut :
• Proventil HFA MDI 2 puffs PRN
Merupakan bronkodilator yang membantu dalam relaksasi otot0otot saluran
nafas. Proventil HFA adalah salah satu dari jenis yang populer dari albuterol
sulfat, yaitu golongan beta 2 agonis yang paling umum digunakan untuk
penyakit saluran nafas, untuk mengobati dan mencegah bronkospasme,
misalnya pada pasien asma, emfisema dan bronkitis kronis. Tersedia dalam
berbagai bentuk, antara lain obat hirup bubuk kering, solusi yang biasanya
digunakan untuk nebulisasi. Obat ini paling sering digunakan untuk gejala
asma akut. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan takipilaksis
oleh karena beta 2 reseptor downautoregulasi dan hipersensitivitas reseptor.
• Flovent MDI 220 mcg 2 puffs BID
Mengurangi gejala dan mencegah serangan asma dengan mengurangi
inflamasi diparu dan membuka jalan nafas. Bila digunakan teratur setiap
5
hari akan mengurangi frekuensi dan derajat keparahan serangan asma.
Tetapi obat ini tidak akan menghentikan atau meredakan serangan asma
yang sudah terjadi. Dosis untuk anak >4 tahun 50ug/100ug 2x sehari dan
dewasa>16 tahun 100ug-500ug 2x sehari pada asma berat dosis dapat
ditingkatkan sampai 1000ug 2x sehari.
• Rhinocort aqua 1 spray each nostril sehari sekali
Berisi Budesonide 32 mcg/spray. tersedia dalam sediaan nasal spray.
Merupakan golongan steroid sintetis. Obat ini berguna untuk mencegah zat-
zat yang memacu respon alergi sehingga dapat menghentikan reaksi alergi.
Tidak menghilangkan gejala alergi dengan cepat, akan tetapi biasanya
membutuhkan beberapa hari untuk efek total. Oleh karena itu lebih efektif
untuk memulai menggunakan nasal spray beberapa hari sebelum gejala
muncul. Misalnya sebelum musim serbuk bunga muncul atau akan kontak
dengan hewan yang dialergikan. Untuk efek maksimum, gunakan secara
teratur untuk mengontrol inflamasi pada hidung, jangan melalui mulut,
kocok dulu sebelum digunakan, serta semprotkan ke udara terlebih dahulu
pada penggunaan 5-10 kali sampai produknya keluar pada penggunaan
pertama kali. Bila tidak digunakan dalam waktu >24 jam maka semprotkan
lagi ke udara sekali sebelum penggunaan. Obat ini tidak dapat digunakan
pada ibu hamil dan menyusui. Efek samping antara lain epistaksis, hidung
kering, bersin-bersin, reaksi alergi seperti kemerahan, gatal/bengkak pada
bibir, wajah/lidah, glaukoma, ilserasi. Jika digunakan dalam waktu lama (>2
minggu) ketika menggunakan obat ini, mengurangi pemecahan budenoside
didalam tubuh dan meningkatkan risiko efek samping.
• Albuterol nebulisasi 2,5 mg dalam 3 ml NS PRN
Albuterol sama halnya seperti salbutamol. obat ini masuk dalam kategori
reseptor beta 2 adrenergik yang merupakan obat simpatometik. Albuterol
bekerja sebagai bronkodilator yang melemaskan otot-otot saluran napas
sehingga meningkatkan aliran udara ke paru-paru. Biasanya dipakai untuk
6
pasien yang memiliki masalah yang berhubungan dengan paru-paru seperti
emfisema, bronkitis kronis dan bronkospasme. Adapun kontraindikasi untuk
obat tersebut antara lain pada keadaan gangguan jantung/takiaritmia
jantung, epilepsi, hipertensi, gagal jantung kongestif, hipertiroidisme, ibu
hamil dan menyusui. Efek samping dari obat ini antara lain palpitasi,
takikardi, sesak dada, tremor, pusing, hiperaktif, sakit kepala, insomnia,
mual, muntah, bekeringat, dan sebagainya. Albuterol memiliki interaksi
terhadap beberapa obat, oleh karenanya tidak dapat digunakan secara
bersamaan, diantaranya obat-obatan dari golongan beta bloker, digoksin,
diuretik, ephedrin, epinephrine, propranolol dan trisiklik.
Ortho Novum 7/7/7 1 tablet p.o sehari sekali
Berisi norethridrone/ethinyl estradiol, merupakan kontrasepsi oral
kombinasi yang mengandung progersteron berupa norethridrone dan
estrogen berupa ethinyl estradiol. Tiap tablet mengandung 0,5 mg
norethridrone dan 0,035 mg ethinyl estradiol yang berguna untuk mencegah
terjadinya ovulasi, menyebabkan perubahan mucus servix, dan menghalangi
sperma untuk mencapai uterus, sehingga biasanya digunakan sebagai
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan mengobati jerawat yang parah.
Obat ini memiliki efek samping antara lain reaksi alergi, hipestesi pada
anggota gerak, nyeri kepala, gangguan penglihatan, bicara dan
keseimbangan serta kemerahan pada kaki dan tangan.
b. Informasi apa saja yang menunjukkan ke diagnosa asma kronis tidak terkontrol dan asma
eksaserbasi akut?
Data Subjektif :
- Nafas cepat dan pendek sesak napas
- Mengi
- Timbul serangan secara tiba-tiba biasa dipicu oleh kegiatan, bulu hewan peliharaan.
- Dada terrasa terikat
7
- Pernah mengalami serangan asma selama 14 tahun yang lalu.
Data Objektif :
- Pemeriksaan fisik :
Takikardi
Takipnea
Napas menggunakan otot-otot intercostal, wheezing +/+
- Pemeriksaan Laboratorium :
Saturasi O2 : 91%
Peak flow : 130L/menit
Asma merupakan keadaan inflamasi kronik yang menyebabkan obstruksi sauran
pernafasan reversible dan gejala berupa : batuk, mengi, dada terasa terikat, sesak napas.
Pertimbangan adanya penyakit yang mendasari bila asma berat timbul pertama kali saat
dewasa, hasil tes laboratorium atau foto thoraks abnormal. Pemicu timbulnya serangan
asma dapat muktifaktorial seperti obat-obatan ( aspirin, β bloker ), alergen (kutu debu, bulu
kucing anjing, serbuk sari), berhubungan dengan pekerjaan (resin kayu, pencelup),
lingkungan (udara dingin, olahraga dan emosi).
Gambaran klinis asma :
Masuknya udara dapat terdengar normal, disertai bunyi mengi dan dapat tanpa suara
Peningkatan frekuensi pernapasan
Penggunaan otot-otot bantu pernapasan
Retraksi intercostal
Peningkatan denyut jantung
Penurunan kemampuan berbicar
Deviasi trakea jika ada tension pneumothotaks
Sianosis, lembab, berkeringat
Pulsus paradoksus : normal (<5 mmHg, sedang 5-10 mmHg, berat 10-20 mmHg,
mengancam jiwa <20 mmHg)
8
Kriteria serangan asma :
1. Sedang
PEFR diperkirakan < 65% dirawat dirumah sakit
2. Berat
PEFR < 50 %, denyut nadi > 110x/menit, pernapasan > 25x/menit, tidak mampu
menyelesaikan kalimat, dada berbunyi mengi, sadar sampai kebingiungan ringan
3. Mengancam jiwa
PEFR < 35%, bradikardi, kelelahan, tidak dapat berbicara sama sekali, auskultasi
dada tidak terdengar apa-apa, bingung sampai koma.
c. Dapatkah masalah dari pasien disebabkan dari terapi?
Pasien menggunakan SABA yaitu Proventil HFA MDI setiap 6 mg penggunaan yang
sering dari SABA dapat meningkatkan resiko dari eksaserbasi asma.
2. Apakah tujuan farmakoterapi pada kasus ini?
Tatalaksana serangan asma dilakukan dengan tujuan untuk meredakan penyempitan jalan
napas secepat mungkin, mengurangi hipoksemia, mengmbalikan fungsi paru ke keadaan
normal secepatnya, dan merencanakan tatalaksana mencegah kekambuhan.
Farmakoterapi yang mungkin pada pasien asma akut.
P-group Kemanjuran Keamanan Kecocokan
Adrenergic β2 – agonisDalam golongan ini termasuk metaproterenol (orsiprenalin), salbutamol (albuterol), terbutalin, feniterol, formoterol, prokaterol, samleterol, pributerol, bitolterol, isoetarin, dan ritodrin,
FarmakokinetikEfekif pada pemberian oral, dapat diabsorbsi dengan baik dan cepat pada pemberian aerosol.
Efek samping
Efek samping berupa tremor, rasa gugup, khawatir, takikardi palpitasi, nyeri kepala, mual dan muntah, terutama pada pemberian oral dan jarang pada pemberian inhalasi
Kontraindikasi
Penggunaan β2 – agonis sebagai bronkodilator harius hati-hati pada pasien dengan hipertensi, penyakit jantung coroner, gagal jantung kongestif, hipertiroid dan diabetes.
9
Terbutalin merupakan satu-satunya β2 – agonis yang mepunyai sediaan perenteral untuk pengobatan darurat satus asmatikus. Formoterol dan salmoterol mempunyai masa kerja yang panjang ( ≥ 12 jam )
Farmakodinamikβ2 - agonis menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, uterus, dan pembuluh darah otot rangka melalui aktivitas reseptor β2. Aktivasi reseptor β1 menghasilkan stimulasi jantung.
Epinefrin
FarmakokinetikPada pemberian oral, epinefrin tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan subcutan, absorbs lambat karena vasokonstriksi lokal. Absorpsi cepat terjadi dengan penyuntikan intramuscular. Pada pemberian inhalasi efeknya terbatas terutama pada saluran nafas
Efek Samping
- Dapat menimbulkan gejala seperti gelisah, nyeri kepala berdenyut, tremor dan palpitasi yang mereda dengan istirahat.
- Aritmia ventrike- Dosis yang besar atau
akibat penyuntikan i.v yang terlalu cepat dapat menimbulkan perdarahan otak
Kontraindikasi
Pada pasien yang mendapat β – bloker nonselektif
10
Antikolinergik
FarmakodinamikPada umumnya pemberian epinefrin menimbulkan efek mirip stimulasi ke saraf adrenergik. Ada beberapa perbedaan karena neurotransmitter pada saraf adrenergik adalah norepinefrin. Efek yang paling menonjol adalah efek terhadap jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain
FarmakokinetikAlkaloid belladona mudah diserap di semua tempat. Dari sirkulasi darah atropine cepat memasuki jaringan dan separuhnya mengalami hidrolisis enzimatik di hepar. Sebagian besar melalui ginjal dalam bentuk asal. Antikolinergik sintetik yang merupakan Ammonium kuartener, misalnya skopolamin metilbromida, lebih sulit di absorbsi sehingga perlu dosis yang lebih besar (2.5 mg). Ipatropium diserap memlalui saluran nafas dan langsung bekerja pada otot bronkus sehingga terlihat efeknya setelah 30-90 menit.
FakmakodinamikKepekaan reseptor muskarinik terhadap antimuskarinik berbeda antar organ. Pada dosis kecil (±0.25 mg) misalnya atropin hanya menekan sekresi air liur, mukus, bronkus dan keringat. Pada dosis yang lebih besar (0.5-1.0 mg) terlihat dilatasi pupil, gangguan akomodasi dan penghambatan nerbus vagus sehingga terjadi takikardi. Diperlukan dosis yang lebih besar lagi untuk menhambat peristaltik usus dan sekresi kelenjar di lambung.
Efek sampingEfek samping pada orang muda yaitu mulut kering, gangguan miksi, meteorismus. Pada orang tuadapat terjadi efek sentral terutama berupa sindrom demensia
KontraindikasiAlkaloid belladona dan antimuskarinik lainnya tidak boleh diberikan pada pasien glaukoma
11
Kortikosteroid FarmakokinetikKortisol dan analog sintetiknya pada emberial oral diabsorbsi cukup baik. Untuk mencapai adar tinggi dengan cepat dalamm cairan tubuh, ester kortisol dan derivat sintetiknya diberikan secara IV. Untuk mendapat kadar lama, ortisol dan esternya diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorbsi, mula kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor dan ikatan protein. Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan cairan sinovial. Setelah penyuntikan IV steroid radioaktif sebagian besar dalam waktu 72 jam dieksresi dalam urin, sedangkan di feses dan empedu hampir tidak ada. Diperikaran paling sedikit 70% kortisol yang diekskresikan mengalami metabolisme di hepar. Masa paruheliminasi kortisol sekitar 1.5 jam.
FarmakodinamikBerfungsi dalam proses glukoneogenesis di hati, lipolisis dan mobilisasi asam amino. Juga sebagai antiinflamasi. Pada penyakit asma, kortikosteroid menghambat produksi sitokin dan kemokin, menghambat peningkatan lekosit di paru dan menurunkan permeabilitas di vaskuler.
Efek sampingPada pemakaian lama yang dihentikan tiba-tiba dapat terjadi insufisiensi adrenal akut, dengan gejala demam, mialgia, atralgia dan malaise. Komplikasi akibat pemakaian lamadalam dosis besar:- Gangguan
KontraindikasiTidak ada kontraindikasi absolut. Kontraindikasi relatif :- Hiperglikemi- Retensi natrium
Dengan udem /hipertensi
- Ulkus peptikum- Gagal jantung
kongesti- Glaukoma
Aminofilin FarmakodinamikObat-obat ini menyebabkan relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus, merangsang ssp, otot jantung, dan meningkatkan diuresis
FarmakokinetikDiabsorbsi dengan cepat dan lengkap. Didistribusikan ke seluruh tubuh. Metabolisme melalui hati. Dieksresikan bersama urin. Waktu paruh 8-9 jam
- Kejang umum- Mual muntah
3. Terapi non-farmakologis yang mungkin dapat membantu pasien ini.
Usaha pencegahan serangan asma yang dapat dilakukan antara lain :
a. Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan
penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang
penyakit tetapi juga mudah terjadi serangan asma beserta komplikasinya. Usaha ini
antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum yang banyak, istirahat
yang cukup serta melakukan olahraga dan rekreasi yang sesuai. Penderita dianjurkan
minum air putih yang banyak kecuali bila dilarang oleh dokter karena menderita penyait
lain seperti penyakit jantung dan ginjal yang berat. Banyak minum bermanfaat untuk
mengencerkan dahak di saluran pernafasan sehingga dahak tersebut mudah dikeluarkan.
Sebaliknya jika penderita kurang minum dahak akan menjadi sangat kental dan sulit
dikeluaran.
Pada serangan penyakit asma berat, banyak penderita yang kekurangan cairan.
Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan
penguapan cairan yang berlebihan dari saluran nafas akibat pernafasan yang cepat dan
dalam.
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari mempengaruhi timbulnya
serangan penyakit asma. Keadaan rumah sangat penting untuk diperhatikan. Rumah
sebaiknya tidak lembab, cukup ventilas dan cahaya matahari. Saluran pembungan air
harus lancar. Kamar tidur harus mendapatkan perhatian khusus. Kamar tidur diisi barang
sesedikit mungkin untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok,
semprotan nyamuk dan semprotan rambut sebaiknya dihindarkan. Lingkungan pekerjaan
13
juga perlu mendapat perhatian terlebih jika diketahu dengan jelas terdapat hubungan
antara lingkungan pekerjaan dengan penyakitnya.
c. Menghindari faktor pencetus srangan penyakit asma
Alergen yang tersering menimbulkan asma adalau tungau debu sehingga cara
menghindari debu rumah harus dipahami. Selain itu hewan peliharaan, infeksi saluran
pernafasan, tempat ramai penuh sesak, kelelahan berlebihan, pergantian suhu udara, asap
rokok, asap mobil, uap zat kimia dan udara kotor juga dapat mencetuskan serangan
asma. Dianjurkan melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan olahraga.
Obat-obatan dan zat yang diminum, khususnya obat untuk tekanan darah tinggi
dan jantung (beta-bloker), obat anti rematik (aspirin dan sejenisnya), zat pewarna
makanan (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat), juga dapat mencetuskan
penyakit asma.
d. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma
Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun
bila gejala sedang timbul maka diperlukan obat anti penyakit asma untuk menghilangkan
gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas dari gejala penyakit asma.
Pada kasus serangan asma ringan dengan frekuensi serangan yang jarang,
penderita diperbolehkan menggunakan obat bronkodilator dalam bentuk tablet, kapsul
maupun sirup. Sediaan aerosol lebih cepat menghilangkan gejala penyakit asma. Untuk
serangan asma berat, dapat dilakukan penambahan dosis obat, atau lebih baik jika
mengkombinasikan dua tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol, atau
tablet sirup simpatomimetik kemudian dikombinasikan dengan teofilin. Jika gejala tidak
berkurang baru kemudian dapat ditambahkan kortikosteroid.
Pada penyakit asma kronik apabila gejala telah terkendali, dapat digunakan obat
pencegah terjadinya gejala dengan tujuan pencegahan serta untuk mengurangi
penggunaan bronkodilator dan steroid sistemik secara bertahap bahkan dapat dihentikan
penggunaanya.
Pencegahan serangan asma yang paling penting adalah menghindari factor
pencetusnya. Faktor-faktor pencetus tersebut adalah sebagai berikut:
14
1. Alergen
Faktor alergi mempunyai pengaruh asma. Bayi dan anak kecil sering berhubungan
dengan barang-barang yang mengandung debu di rumah sepertiTungau, serpih atau
bulu binatang, spora jamur yang ada didalam rumah, dll. Atau bisa juga disebabkan
oleh makanan tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas jenis alergi bisa dilakukan uji
alergi kulit di rumah sakit.
2. Infeksi
Infeksi pada bayi dan anak biasanya disebabkan oleh virus. Akan tetapi terkadang
juga bisa karena bakteri, jamur atau parasit.
3. Iritan
Iritan bisa berupa hairspray, minyak wangi asap rokok, cerutu dan pipanya, bau
tajam dari cat dan polutan udara yang berbahaya lainnya. Udara dingin, udara kering
dan air dingin juga merupakan pencetus asma.
4. Cuaca
Perubahan tekanan dan suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan
percepatan dan terjadinya asma.
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani yang beratseperti lari dan naik sepeda dapat menimbulkan
serangan asma. Tertawa dan menangis keras bisa juga menjadi faktor pencetus asma.
6. Infeksi saluran pernapasan bagian atas
7. Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan. Tidak adanya
perhatian atau tidak mau mengakui permasalahan yang berhubungan dengan asma,
baik oleh anak sendiri maupun oleh keluarganya, akan memperlambat atau bahkan
menghambat usaha-usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut pada serangan asma
juga dapat memperberat serangan asma.
15
b. Alternatif farmakoterapi apa saja yang mungkin bisa diterapkan pada pasien ini?
Tablet 2 – 3 kali sehari 1 – 2 tabletSirup 2 – 3 kali sehari 10 – 15 mlInjeksi : ½ - 1 amp maksimal 0,5 mg dalam 4 jamInhaler : BB > 25 kg, 5 mg dihirup hingga 4 kali dalam waktu 24 jam
Tidak ada perbedaan
Tidak ada perbedaan
Tablet : @ Rp 1.900Botol : 100 ml @ Rp 44.000Injeksi : @ Rp 15.820Inhaler : Rp 85.968
Salmeterol 25 mcg dan flutikason propionate 50 mcg
2 kali sehari 2 inhalasi
Tidak ada perbedaan
Tidak ada perbedaan
Inhaler 50/120 dosis Rp 172.000Inhaler 125/120 Rp 243.000
Obat yang diberikan untuk penderita asma dengan kriteria asma sedang adalah beta 2
agonis dan kortikosteroid yang inhaler. Obat beta 2 agonis dipilih karena merupakan obat yang
efektif untuk melebarkan saluran napas dengan bronkodilatator pada asma sedang.
Kortikosteroid dipilih karena merupakan obat untuk meredam atau mengurangi inflamasi pada
saluran napas. Obat ini dapat digunakan pada pasien asma sedang dengan hipertensi dan
hiperlipidemia tetapi harus berhati hati dalam penggunaanya. Dipilih menggunakan dengan
inhlare dikarenakanbersifat lokal dan efek sistemiknya minimal. Maka beta 2 agonis dan
kortikosteroid dipilih sebagai first drug pada terapi asma sedang dengan hipertensi dan
hiperlipidemia. Dari cerit diatas maka dipilih obat asma sedang yaitu beta 2 agonis dan
kortikosteroid inhlaer dengan pertimbangan efektifitas, mudah diberikan pada pasien dan harga
murah.
17
Macam sediaan Beta 2 Agonis dan Kortikosteroid Inhalasi
P-Drugs Suitability %
20%
Efficacy %
30%
Safety %
30%
Cost %
20%
GlisendSalbutamol inhaler 0,1 mg/puff
7 X 20% 7 x 30% 8 X 30% 20% X Rp 46.200
PulmicortBudesonide 200 mcg
7 X 20% 7 X 30% 8 X 30% 20% X Rp 16.300
SeretideSalmeterol 25 mcg dan flutikason propionat 50 mcg
9 X 20% 8 X 30% 8 X 30% 20% X 172.000
Dari perbandingan bentuk sediaan obat inhalasi yang ditunjuk oleh tabel diatas dapat
disimpulkan baha bentuk sediaan obat yang terpilih adalah Seretide inhalasi yang mengandung
beta 2 agonis dan kortikosteroid, karena memberikan efek cepat dan lokal, efek sistemik minimal
dan mudah digunakan pasien.
4.a. Terapi Optimal untuk pasien asma kronik
Stadium I : short acting beta 2 agonis (SABA) sesuai yang dibutuhkan
Stadium II : tambahan kortikosteroid inhalasi (ICS) pada anak usia 6 – 11 tahun dimulai
pada dosis rendah
Stadium III : tambahan long acting beta 2 agonis (LABA) dikombinasikan dengan ICS
Stadium IV : Pertimbangkan berikut:
Penggunaan jangka pendek kortikosteroid dapat digunakan pada dewasa misal prednison 0,6
mg/kg/hari selama 4 – 5 hari, merujuk pasien ke perawatan spesialis, menambahkan obat
golongan ketiga.
5. Parameter laboratorium untuk evaluasi terapi
18
Tabel parameter klinis, fungsi faal paru, dan laboartoium bagi penderita asma
Parameter klinis,
fungsi faal paru,
laboratorium
Ringan Sedang Berat Ancaman
henti napas
Sesak (breathless) Berjalan Berbicara IstirahatBayi :Menangis keras
Bayi :-Tangis pendek dan lemah-kesulitan menetek atau makan
Bayi :Tidak mau makan/minum
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kataKesadaran Mungkin iritabel Biasanya iritabel Biasaya iritabel KebingunganSianosis Tidak ada Tidak ada Ada NyataWheezing Sedang, sering
hanya pada akhir ekspirasi
Nyaring, sepanjang ekspirasi ± inspirasi
Sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop
Sulit/tidak terdengar
Penggunaan otot bantu napas
Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan pardo torako abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi interkostal
Sedang, ditambah retraksi suprasternal
Dalam, ditambah napas cuping hidung
Dangkal / hilang
Frekuensi napas Takipnu Takipnu Takipnu BradipnuPedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadarUsia< 2 bulan2 – 12 bulan1 – 5 tahun6 – 8 tahun
Frekuensi napas normal permenit< 60< 50< 40< 30
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi BradikardiPedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak sadarUsia2 – 12 bulan1 – 2 tahun6 – 8 tahun