PRAKTIKUM VIIIUJI ANTIDEPRESAN METODE RODA PUTAR CELUP (WATER
WHELL)
Kelompok V:Nursela Hijriani(201110410311112)Inna Asyari Rozalina
(201110410311133)Yuli Kurniawatriningtyas(201110410311135)Mamik Dwi
Yushinta(201110410311140)Ifnurti Roura(201110410311142)Reza Immi
Junaitama(201110410311151)Sulistiawati(201110410311159)Nining
Triwulansari(201110410311160)
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANGBAB IPENDAHULUAN
Seseorang dapat terpicu menderita gangguan depresif karena
adanya interaksi antara tekanan, daya tahan mental diri dari
lingkungan. Pada dasarnya inti dari gangguan depresif adalah
kehilangan obyek cinta misalnya kematian anggota keluarga atau
orang yang sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, kesulitan
keuangan, terkucil dari pergaulan sosial, kondisi fisik yang tidak
sempurna, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah
gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan
121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah
itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya
sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan
pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi
pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita
depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada
usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan
60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi
(Sianturi, 2006).Sekitar 15 persen penduduk di Indonesia diketahui
mengalami depresi yang disebabkan tekanan hidup yang semakin berat.
Hal ini disampaikan Ketua Komite Medik RS Jiwa Dr.Soeharto
Heradjan, Jakarta, Dr. Gerald Mario Semen SpKJ di sela pelatihan
140an orang dokter umum dari seluruh puskesmas di Nusa Tenggara
Barat. Hasil penelitian sebanyak 15 persen dari populasi masyarakat
Indonesia yang mengalami depresi - gangguan jiwa ringan. Belum
termasuk gangguan jiwa lainnya. Direktur RSJ Mataram Dr.Elly Rosila
Wijaya menyebutkan 50 persen penderita gangguan jiwa melakukan
usaha bunuh diri dan 10-15 persen pasien tersebut meninggal akibat
bunuh diri. Pasien dapat teragitasi dan pengendalian impuls yang
rendah jika mereka sakit, ucapnya (Khafid, 2008)Depresi sering
dianggap hal yang sepele oleh sebagian besar masyarakat. Tetapi,
jika depresi ringan tidak segera ditanggulangi, akhirnya akan
menjadi depresi berat. Bila tidak diberikan terapi dengan baik,
akan membahayakan individu yang mengalami depresi tersebut.
(Sriati, 2008) menjelaskan bahwa stres adalah stimulus atau situasi
yang menimbulkan distress dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis
pada seseorang. Sedangkan untuk kecemasan, menurut Lazarus
(Trismiati, 2004) konsep kecemasan memegang peranan yang sangat
mendasar dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri.
Kecemasan (Trismiati, 2008) adalah kondisi emosional yang tidak
menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif
seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran, dan juga ditandai
dengan aktifnya system saraf pusat.Depresi merupakan salah satu
gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri adalah gangguan
unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau
tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan
dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan
perubahan kognitif (Nevid dkk, 2005)
A. Tujuan praktikuma. Untuk mengetahui gejala depresi pada
mencit dalam airb. Mengamati respon immobilitas atau aktifitas
motorik mencit terhadap obat-obat antidepresan pada alat water
whell
B. Dasar teoriMenurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan
mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses
mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada
umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak
berdaya dan kehilangan harapan.Menurut Kusumanto (1981) depresi
adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai
perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya
energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang
sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya
aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan
gejala (sindroma).Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman
hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis
sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang
dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu
psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.Berdasarkan beberapa
pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi adalah
gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku)
seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapanyang
disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah
lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas.Jenis-jenis
depresi menurut WHO berdasarkan tingkat penyakit adalah di bawah
ini:1. Depresi Psikogenik Depresi psikogenik terjadi karena
pengaruh psikologis individu. Biasanya terjadi akibat adanya
kejadian yang dapat membuat seseorang sedih atau stress berat.
Berdasarkan pada gejala dan tanda-tanda, terbagi menjadi: a)
Depresi reaktif.Merupakan istilah yang digunakan untuk gangguan
mood depresi yang ditandai oleh apati dan retardasi atau oleh
kecemasan dan agtasi. Dan yang ditimbukan sebagai reaksi dari suatu
pengalaman hidup yang menyedihkan. Dibandingan dengan kesedihan
biasa, depresi ini lebih mendalam berlangsung lama tetapi jarang
melampaui beberapa minggu. b) Exhaustion depression.Merupakan
depresi yang ditimbulkan setelah bertahun-bertahun masa laten,
akibat tekanan perasaan yang berlarutlarut, goncangan jiwa yang
berturut atau pengalaman berulang yang menyakitkan. c) Depresi
neurotic.Depresi ini mulanya adalah konflik-konflik psikologis masa
anak-anak (seperti keadaan perpisahan dengan ibu pada masa bayi,
hubungan orang tua anak yang tidak menyenangkan) yang selama ini
disimpan dan membekas dalam jiwa penderita. Proses represi baik
yang sebagian maupun yang seluruhnya dari konfik-konflik tadi
merupakan sumber kesulitan yang menetap dan potensial bagi
timbulnya depresi di kemudian hari. Jauh sebelum timbulnya depresi
sudah tampak adanya gejala-gejala kecemasan, tidak percaya diri,
gagap, sering mimpi buruk, dan enuresis. Juga gejala jasmaniah
seperti banyak berkeringat, gemetar, berdebar-debar, gangguan
pencernaan seperti diare dan spasm2. Depresi EndogenikDepresi ini
diturunkan, biasanya timbul tanpa didahului oleh masalah psikologis
atau fisik tertentu, tetap bisa juga dicetuskan oleh trauma fisik
maupun psikis, kebanyakan depresi endogen berupa suatu depresi
unipolar.3. Depresi SomatogenikPada depresi ini dianggap bahwa
faktor-faktor jasmani berperan dalam timbulnya depresi, terbagi
dalam beberapa tipe: a) Depresi organic.Disebabkan oleh perubahan
perubahan morfologi dari otak seperti arteriosklerosis serebri,
demensia senelis, tumor otak, defisiensi mental, dan lain-lain.
Gejala-gejalanya dapat berupa kekosongan emosional disertai ide-ide
hipokondrik. Biasanya disertai dengan suatu psychosyndrome akibat
kelainan lokal atau difusi di otak dengan gejala kerusakan short
term memory, disorientasi waktu, tempat, dan situasi disertai
tingkah laku eksplosif dan mudah terharu. b) Depresi
simptomatik.Merupakan depresi akibat atau bersamaan dengan penyakit
jasmaniah seperti Penyakit infeksi (hepatitis, influenza,
pneumonia), Penyakit endokrin (diabetes mellitus, hipotiroid),
Akibat tindakan pembedahan, Pengobatan jangka panjang dengan
obat-obatan antihipertensi, Pada fase penghentian kecanduan
narkotika, alkohol dan obat penenang. Gejala-gejala depresi pada
manusia1. Ketertarikan ataupun kesenangan akan beberapa hal yang
dahulu begitu menyenangkan untuknya menjadi hilang, termasuk juga
dengan sex.2. Sering menangis, sedih, dan seakan tak memiliki
harapan.3. Memiliki pikiran ingin mati dan juga bunuh diri.4.
Merasa begitu bersalah, tak memiliki daya dan tak berguna5. Nafsu
makan hilang, merasa lemah serta tak memiliki gairah hidup.6. Tak
bisa berkonsentrasi dan tak bisa membuat keputusan.7. Gejala
depresi yang terakhir adalah selalu merasa mudah tersinggung,
resah, dan juga terganggu.
Gejala-gejala depresi pada hewanGejala pada hewan hampir sama
dengan manusia.
Patofisiologi DepresiPenyebab gangguan jiwa senantiasa
dipikirkan dari sisi organobiologik, sosiokultural dan
psikoedukatif. Dari sisi biologik dikatakan adanya gangguan pada
neurotransmiter norefinefrin, serotonin dan dopamin.
Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus
komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi
secara salah dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Karena itu pada
terapi farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki kerja
neurotransmitter norefinefrin, serotonine dan dopamin.Kebanyakan
gangguan depresif karena adanya faktor psikologik terjadi pada
gangguan depresif ringan dan sedang, terutama gangguan depresif
reaktif. Gangguan depresif reaktif biasanya didiagnosis sebagai
gangguan penyesuaian diri selama masa pengobatan. Mereka dengan
rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar
dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar,
mereka cenderung akan mengalami gangguan depresif. Para psikolog
menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan depresif mempunyai
riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan perkembangan
dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru dalam
keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka
meniru perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang
belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika menghadapi
stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan
lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan
psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor
pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah
psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga
dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana
pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak
biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan
tinggi terhadap gangguan depresif. Menurut Freud, kehilangan obyek
cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan tempatnya
berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis
dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan
depresif. Seringkali kombinasi dari faktor biologik, psikologik dan
lingkungan merupakan campuran yang membuat gangguan depresif
muncul.
Golongan antidepresan1. Antidepresan Klasik (Trisiklik &
Tetrasiklik) Mekanisme kerja: Obatobat ini menghambat resorpsi dari
serotonin dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.
Efek samping1. Efek jantung dapat menimbulkan gangguan penerusan
impuls jantung dengan perubahan ECG, pada overdosis dapat terjadi
aritmia berbahaya. 2. Efek anti kolinergik akibat blokade reseptor
muskarinik, sehingga menimbulkan mulut kering, obstipasi, retensi
urin, tachycardia, serta gangguan potensi dan akomodasi, keringat
berlebihan. 3. Sedasi 4. Hipotensi ortostatis dan pusing serta
mudah jatuh merupakan akibat efek antinoradrenalin, hal ini sering
terjadi pada penderita lansia, mengakibatkan gangguan fungsi
seksual. 5. Efek antiserotonin akibat blokade reseptor 5HT
postsinaptis dengan bertambahnya nafsu makan dan berat badan. 6.
Kelainan darah seperti agranulactose dan leucopenia, gangguan
kulit.7. Gejala penarikan pada penghentian terapi dengan mendadak
dapat timbul antara lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar
tidur, serta nyeri kepala dan otot. Obat-obat yang termasuk
antidepresan klasik: a. Imipramin Dosis lazim: 25-50 mg 3x sehari
bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-300 mg sehari. Kontra
Indikasi: Infark miokard akut Interaksi Obat: anti hipertensi, obat
simpatomimetik, alkohol, obat penekan SSPPerhatian: kombinasi
dengan MAO, gangguan kardiovaskular, hipotensi, gangguan untuk
mengemudi, ibu hamil dan menyusui. b. KlomipraminDosis lazim: 10 mg
dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis 250 mg sehari.
Kontra Indikasi: Infark miokard, pemberian bersamaan dengan MAO,
gagal jantung, kerusakan hati yang berat, glaukoma sudut sempit.
Interaksi Obat: dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat
neuro adrenergik, yang dapat meningkatkan efek kardiovaskular dari
noradrenalin atau adrenalin, meningkatkan aktivitas dari obat
penekan SSP, alkohol. Perhatian: terapi bersama dengan preparat
tiroid, konstipasi kronik, kombinasi dengan beberapa obat
antihipertensi, simpatomimetik, penekan SSP, anti kolinergik,
penghambat reseptor serotonin selektif, antikoagulan, simetidin.
Monitoring hitung darah dan fungsi hati, gangguan untuk
mengemudi.c. AmitriptilinDosis lazim: 25 mg dapat dinaikan secara
bertahap sampai dosis maksimum 150-300 mg sehari.Kontra Indikasi:
penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum tulang,
kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO. Interaksi Obat:
bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama depresan
SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate
mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk gangguan depresif
saluran napas, bersama reserpin meniadakan efek
antihipertensi.Perhatian: ganguan kardiovaskular, kanker payudara,
fungsi ginjal menurun, glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri,
kehamilan, menyusui, epilepsi. d. Lithium karbonatDosis lazim:
400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur
malam.Kontra Indikasi: kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan
jantung.Interaksi Obat: diuretik, steroid, psikotropik, AINS,
diazepam, metildopa, tetrasiklin, fenitoin, carbamazepin,
indometasin. Perhatian: Monitor asupan diet dan cairan, penyakit
infeksi, demam, influenza, gastroentritis.
2. Antidepresan Generasi ke-2 Mekanisme kerja: SSRI (Selective
Serotonin Re-uptake Inhibitor), Obat-obat ini menghambat resorpsi
dari serotonin. NaSA (Noradrenalin and Serotonin Antidepressants),
Obat-obat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari
serotonin dan noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa
obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI. Efek sampinga. Efek
seretogenik berupa mual, muntah, malaise umum, nyeri kepala,
gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang
sementara, disfungsi seksual dengan ejakulasi dan organisme
terlambat. b. Sindroma serotonin seperti kegelisahan, demam, dan
menggigil, konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan
koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat
generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan,
lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3 minggu. Gejala ini
dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida, propanolol). c.
Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang
atau sama sekali tidak ada. Obat-obat yang termasuk antidepresan
generasi ke-2a. Fluoxetin Dosis lazim: 20 mg sehari pada pagi hari,
maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi. Kontra
Indikasi: hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang
berat, penggunaan bersama MAO. Interaksi Obat: MAO, Lithium, obat
yang merangsang aktivitas SSP, anti depresan, triptofan,
karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma. Perhatian:
penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan
ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi/ menjalankan mesin. b.
Sertralin Dosis lazim: 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200
mg/hr. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralinInteraksi
Obat: MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.Perhatian: pada
gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui, mengurangi
kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin. c. CitalopramDosis
lazim: 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari. Kontra indikasi:
hipersensitif terhadap obat ini.Interaksi Obat: MAO, sumatripan,
simetidin. Perhatian: kehamilan, menyusui, gangguan mania,
kecenderungan bunuh diri.d. FluvoxamineDosis lazim: 50mg dapat
diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari, maksimum dosis 300 mg.
Interaksi Obat: warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol,
litium.Perhatian: Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian
terapi MAO, insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan
epilepsi, hamil dan laktasi.e. MianserinDosis lazim: 30-40 mg malam
hari, dosis maksimum 90mg/hariKontra Indikasi: mania, gangguan
fungsi hati. Interaksi Obat: mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak
boleh diberikan dengan atau dalam 2 minggu penghentian terapi.
Perhatian: dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi,
diabetes, insufiensi hati, ginjal, jantung. f. Mirtazapin Dosis
lazim: 15-45 mg / hari menjelang tidur. Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap mitrazapin. Interaksi Obat: dapat memperkuat
aksi pengurangan SSP dari alkohol, memperkuat efek sedatif dari
benzodiazepine, MAO. Perhatian: pada epilepsi sindroma otak
organic, insufiensi hati, ginjal, jantung, tekanan darah rendah,
penderita skizofrenia atau gangguan psikotik lain, penghentian
terapi secara mendadak, lansia, hamil, laktasi, mengganggu
kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. g. VenlafaxineDosis
lazim: 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-250 mg
1x/hari. Kontra Indikasi: penggunaan bersama MAO, hamil dan
laktasi, anak < 18 tahun.Interaksi Obat : MAO, obat yang
mengaktivasi SSP lain.Perhatian: riwayat kejang dan penyalahgunaan
obat, gangguan ginjal atau sirosis hati, penyakit jantung tidak
stabil, monitor tekanan darah jika penderita mendapat dosis harian
> 200 mg.h. Antidepresan MAO.
3. Inhibitor Monoamin Oksidase (Monoamine Oxidase Inhibitor,
MAOI) FarmakologiMonoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim
kompleks yang terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam
dekomposisi amin biogenik, seperti norepinefrin, epinefrin,
dopamine, serotonin. MAOI menghambat sistem enzim ini, sehingga
menyebabkan peningkatan konsentrasi amin endogen. Ada dua tipe MAO
yang telah teridentifikasi, yaitu MAO-A dan MAO-B. Kedua enzim ini
memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan dalam sensitivitas
terhadap inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki aktivitas deaminasi
epinefrin, norepinefrin, dan serotonin, sedangkan MAO-B
memetabolisme benzilamin dan fenetilamin. Dopamin dan tiramin
dimetabolisme oleh kedua isoenzim. Pada jaringan syaraf, sistem
enzim ini mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan serotonin.
MAOI hepatic menginaktivasi monoamin yang bersirkulasi atau yang
masuk melalui saluran cerna ke dalam sirkulasi portal (misalnya
tiramin). Semua MAOI nonselektif yang digunakan sebagai
antidepresan merupakan inhibitor ireversibel, sehingga dibutuhkan
sampai 2 minggu untuk mengembalikan metabolisme amin normal setelah
penghentian obat. Hasil studi juga mengindikasikan bahwa terapi
MAOI kronik menyebabkan penurunan jumlah reseptor (down regulation)
adrenergik dan serotoninergik. Farmakokinetik MAOI tampaknya
terabsorpsi baik setelah pemberian oral. Kadar puncak
tranilsipromin dan fenelzin mencapai kadar puncaknya masing-masing
dalam 2 dan 3 jam. Tetapi, inhibisi MAO maksimal terjadi dalam 5
sampai 10 hari. Metabolisme/ekskresimetabolisme MAOI dari kelompok
hidrazin (fenelzin, isokarboksazid) diperkirakan menghasilkan
metabolit aktif. Inaktivasi terjadi terutama melalui asetilasi.
Efek klinik fenelzin dapat berlanjut sampai 2 minggu setelah
penghentian terapi. Setelah penghentian tranilsipromin, aktivitas
MAO kembali dalam 3 sampai 5 hari (dapat sampai 10 Hari). Fenelzin
dan isokarboksazid dieksresi melalui urin sebagian besar dalam
bentuk metabolitnya. Populasi khusus asetilator lambat Asetilasi
lambat dari MAOI hidrazin dapat memperhebat efek setelah pemberian
dosis standar.
C. Alat dan bahan1. Imipramin HCl2. Amitriptilin3. Mencit umur
2-3 bulan dengan bobot badan 25-30 g4. Water whell5. Stop watch6.
Timbangan7. Spuit injeksi8. Sonde
D. Prosedur kerja1. Mula-mula mencit dipuasakan 6-8 jam2.
Masing-masing mencit diberi bahan uji. Dengan menggunakan sonde
oral mencit 1 diberikan aquadest (kontrol -), mencit 2 diberikan
imipramin HCl, mencit 3 diberikan Amitriptilin.3. Setelah ditunggu
selama sampai 1 jam, mencit dimasukkan kedalam alat roda putar
(water wheel) yang telah berisi air dan dicatat durasi mobilitasnya
dengan menggunakan stop watch. Durasi mobilitas adalah periode
waktu yang diperlukan mencit untuk melakukan aktivitas motorik.
E. Bagan AlirMencit dipuasakan 6-8 jam
Masing-masing mencit diberi bahan uji dengan menggunakan sonde
oral, Mencit 1 dinerikan aquadest, mencit 2 diberikan imipramin
HCl, mencit 3 diberikan Amitriptilin.
Setelah 30 menit, mencit dimasukkan kedalam alat roda putar yang
telah berisi air
Dicatat mobilitasnya dengan menggunakan stop watch
BAB IIHASIL PENGAMATAN
A. Perhitungan Dosis1. Berat tikus 1= 18 g (Aquadest)Dosis=
2. Berat tikus 2= 18 g (imipramin HCl)Dosis=
3. Berat tikus 3= 20 g (Amitriptilin)Dosis=
B. Tabel PengamatanBahan Aktifitas Motorik awal saat dicelupkan
(detik) Durasi renang mencapai roda (detik)
0 15 30 45 60 x 0 15 30 45 60 x
Aquadest 2 2 1 2 2 1,8 9 3 4 2 4 4,4
Imipramin HCl 2 2 2 1 1 1,6 6 15 8 2 5 7,2
Amitriptilin 1 1 1 1 1 1 4 6 5 10 5 6,2
BAB IIIPEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita menggunakan Imipramin HClImipramin
adalah antidepresan dari golongan trisiksik pertama yang
dikembangkan pada tahun 1950 dan mulai tahun 1957 secara klinik
mulai digunakan dalam terapi. Imipramin merupakan suatu senyawa
derivat dari dibenzazepin, dimana struktur kimianya disebut sebagai
antidepresi trisiklik. Bersama Amitriptilin obat ini paling banyak
digunakan untuk terapi depresi dan dianggap sebagai pengganti
penghambat MAO (Monoamin Oksidase) yang tidak banyak digunakan
lagi. Obat ini telah dibuktikan dapat mengurangi keadaan depresi,
terutama depresi endogenik dan psikogenik. Perbaikan berwujud
sebagai perbaikan suasana (mood), bertambahnya aktivitas fisik,
kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang
lebih baik, serta berkurangnya pikiran morbid. Obat ini tidak
menimbulkan euphoria pada orang normal.Antidepresan trisiklik lebih
baik dibanding senyawa penghambat monoamin oksidase dan menimbulkan
efek samping yang lebih rendah. Efek samping tersebut antara lain
adalah mulut kering, mata kabur, konstipasi, takikardia dan
hipotensi.Berdasarkan struktur kimia di atas, Imipramin kemudian
ditemukan derivat desmetil yaitu desipramin (demetilasi imipramin).
Imipramin merupakan senyawa prodrug yang di dalam tubuh akan
dimetabolisme di hati secara cepat (N-demetilasi) menjadi bentuk
senyawa aktif desipramin. Potensi relatif dari metabolit desipramin
jauh lebih besar dibandingkan dengan imipramin sendiri.a.
Farmakodinamika ImipraminMekanisme kerja Imipramin sebagai
antidepresan belum sepenuhnya diketahui. Namun kemungkinannya
Imipramin bekerja dengan cara menghambat ambilan kembali (reuptake)
neuron transmitter seperti norepinefrin dan serotonin di ujung
saraf pada sistem saraf pusat. Berdasarkan struktur kimianya, obat
antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat
perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali
berbagai neurotransmitter. Amin sekunder yang menghambat ambilan
kembali norepinefrin dan amin tertier menghambat ambilan kembali
serotonin pada sinap neuron.
b. Farmakokinetika ImipraminImipramin diabsorpsi secara cepat di
saluran cerna walau tidak sempurna (50%). Kadar plasma puncak
terjadi pada 0,5 1 jam setelah pemberian per oral. Dengan waktu
paruh 16 jam. Pemberian dosis adalah 100 200 mg/hari.c. Metabolisme
ImipraminImipramin dimetabolisme di mikrosom hati menjadi metabolit
N-desmetil-imipramin (84%), 2-hidroksiimipramin (10%), dan
10-hidroksiimipramin (6%). Laju demetilasi dari imipramin
berhubungan dengan sitokrom P-450 1A2 and 3A4 sedangkan laju
hidroksilasi berbuhungan dengan sitokrom P-450 2D6 [8] dan sitokrom
P-450 1A4.Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada Fase I
metabolisme, imipramin akan dimetabolisme menjadi desipramin
melalui proses N-demetilasi yang diperantarai oleh enzim sitokrom
P-450 1A2 dan 3A4 menjadi bentuk metabolit aktif desipramin.
Proses metabolisme selanjutnya dari imipramin melalui
hidroksilasi oleh enzim sitokrom P-450 1A4 menghasilkan
2-hidroksiimipramin yang akan dilanjutkan menjadi
2-hidroksidesipramin. Selanjutnya 2-hidroksiimipramin dan
2-hidroksidesipramin akan melalui metabolisme fase II yaitu dengan
berkonjugasi dengan glukoronat membentuk konjugat glukoronat
melalui ikatan pada gugus hikroksi. Metabolit yang polar tersebut
kemudian dieksresi dari tubuh. AmitriptilinAmitriptilin merupakan
antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan menghambat
pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin mempunyai
2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif
terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga
mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup
kuat.Indikasi: Pasien dengan gejala-gejala utama depresi terutama
bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan. Depresi
neurotik.Kontraindikasi: Jangan diberikan pada penderita
skizofrenia Penderita dengan riwayat aritmia, infark jantung,
kelainan jantung bawaan Penderita yang peka terhadap antidepresan
trisiklikPeringatan dan Perhatian: Penyakit hati, gagal hati, dan
kerusakan hati Kelainan kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
Retensi urinaria Konstipasi Glaukoma sudut sempit, meningkatkan
tekanan dalam mata Hipertiroidisme Kecenderungan bunuh diri Hamil,
menyusui dan pasien dibawah 12tahun EpilepsiEfek Samping : Efek
antikolinergik seperti mulut kering, retensi urinaria, konstipasi,
palpitasi, takikardi,gingivitis. Berat badan turun atau bertambah.
Tinitus (telinga berdenging), mengantuk, cemas, insomnia.
Hipotensi, pusing, gangguan kulit, bingung, aritmia, mania.
Gangguan pencernaan. Efek endokrin seperti perubahan libido,
impotensi, gynecomastia, galactorrhea.
BAB IVPENUTUP