BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen janina dan kompartemen plasenta. Ada banyak macam obat yang boleh atau aman untuk ibu hamil dan masa persalinan namun tidak semua dari obat tersebut bebas diberikan oleh bidan kepada pasiennya, karena ada kewenanangan bidan dalam pemberian obat masih sangat terbatas. Kementerian Kesehatan RI telah membuat peraturan yang tertulis tentang hak dan kewenangan bidan dalam memberikan obat untuk pasiennya sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. B. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana ruang lingkup dan hubungan bidan dan obat? b. Bagaimana Pemberian obat oleh bidan? c. Bagaimana Penggunaan obat dalam masa kehamilan?
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat persalinan tentunya harus
memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping yang ditimbulkan oleh
obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga kompartemen, yaitu
kompartemen ibu, kompartemen janina dan kompartemen plasenta.
Ada banyak macam obat yang boleh atau aman untuk ibu hamil dan masa
persalinan namun tidak semua dari obat tersebut bebas diberikan oleh bidan
kepada pasiennya, karena ada kewenanangan bidan dalam pemberian obat masih
sangat terbatas.
Kementerian Kesehatan RI telah membuat peraturan yang tertulis tentang
hak dan kewenangan bidan dalam memberikan obat untuk pasiennya sesuai
dengan peraturan yang telah dibuat.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana ruang lingkup dan hubungan bidan dan obat?
b. Bagaimana Pemberian obat oleh bidan?
c. Bagaimana Penggunaan obat dalam masa kehamilan?
d. Bagaimana Penggunaan obat dalam masa persalinan?
e. Bagaimana Kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek
legalnya?
C. TUJUAN
a. Mengetahui ruang lingkup dan hubungan bidan dan obat.
b. Mengetahui Pemberian obat oleh bidan.
c. Mengetahui Penggunaan obat dalam masa kehamilan.
d. Mengetahui Penggunaan obat dalam masa persalinan.
e. Mengetahui Kewenangan bidan dalam pemberian obat dan aspek legalnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. RUANG LINGKUP BIDAN DALAM PEMBERIAN OBAT
a. Pengertian Obat dan Bidan
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives(ICM)
yangdianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan
diakuioleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition
(FIGO).
Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional /
Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan
Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: “Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikann bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik bidan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab
dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa
nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan
pendidika kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatanperempuan,
kesehatan seksual atau kesehatan reproduksidan asuhan anak. Bidan dapat
praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah
Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.”
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bidan adalah seorang
mitra tenaga kesehatan yang hamper sama tugasnya dengan dokter dan perawat
namun memiliki tingkatan dantugas masing-masing yang berbeda, oleh karena itu
untuk menunjang tugasnya, seorang bidan memerlukan alat dan obat untuk
menjalankan tugas nya. Bidan dan obat tidak dapat dipisahkan karena sudah
merupakan kewajiban seorang bidan memberikan obat yang sesuai dengan
keluhan pasiennya untuk mengatasi keluhannya.
Obat merupakan subtansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebangai perwatan, pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya bidan memiliki tanggung jawab
terhadap keamanan obat dan pemberian langsung kepada ibu hamil. Hal ini
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan paisen.
B. PEMBERIAN OBAT OLEH BIDAN
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka
pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat/bidan yang paling penting.
Perawat/bidanadalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat/bidan yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan/kebidanan. Perawat/bidan yang paling tahu
tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang
sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk
kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang
mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat,
bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan
menggunakan berbagi macam obat ,Pemberian obat pada ibu hamil dan pada saat
persalinan tentunya harus memikirkan banyak faktor , yaitu masalah efek samping
yang ditimbulkan oleh obat itu. Keberadaan obat pada ibu hamil ditinjau dari tiga
kompartemen, yaitu :
a. kompartemen ibu
b. kompartemen janin
c. kompartemen plasenta
Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka seorang bidan harusnya
berhati-hati dalam memberikan obat kepada pasiennya. Selain dari ibu hamil dan
yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan juga berperan dalam pemberian
obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalm hal ini pemberian alat-alat
kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal seperti pil, implant, dan suntikan
hormon.
Bidan juga berperan penting dalam pemberian imunisasi toksoplasma dan
toksoid pada ibu hamil. Dan imunissasi pra nikah, serta imunisasi pada bayi dan
balita meski tidak sepenuhnya harus dilakukan oleh bidan.
Sebagai seorang bidan hendaknya mempunyai mengetahui tentang :
Prinsip Enam Benar
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan
identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada
pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien
tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,
harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan
nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa
nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak
obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat/bidan harus memeriksanya
lagi. Saat memberi obat perawat/bidan harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki
dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp,
1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi bidan harus tetap hati-hati dan
teliti
4. Benar Cara atau Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal, rektal, inhalasi.
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga
diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet
ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti
disamping,enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau
tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau
supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal
dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax
supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak
semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian
berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya
salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai.
Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada
lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu
dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,
atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
B. KATEGORI OBAT
Kategori Keterangan
A adalah golongan obat yang pada studi (terkontrol) pada kehamilan
tidak menunjukkan resiko bagi janin pada trimester 1 dan trimester
berikutnya. Obat dalam kategori ini amat kecil kemungkinannya bagi
keselamatan janin.
C adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan tidak menunjukkan resiko bagi janin. Belum ada
studi terkontrol pada wanita hamil yang menunjukkan adanya efek
samping, kecuali adanya penurunan fertilitas pada kehamilan
trimester pertama, sedangkan pada trimester berikutnya tidak
didapatkan bukti adanya resiko.
B adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan tidak menunjukkan resiko bagi janin. Belum ada
studi terkontrol pada wanita hamil yang menunjukkan adanya efek
samping, kecuali adanya penurunan fertilitas pada kehamilan
trimester pertama, sedangkan pada trimester berikutnya tidak
didapatkan bukti adanya resiko.
D adalah golongan obat yang menunjukkan adanya resiko bagi janin.
Pada keadaan khusus obat ini digunakan jika manfaatnya
kemungkinan lebih besar dibanding resikonya. Penggunaan obat
golongan ini terutama untuk mengatasi keadaan yang mengancam
jiwa atau jika tidak ada obat lain yang lebih aman.
X adalah golongan obat yang pada studi terhadap binatang percobaan
maupun pada manusia menunjukkan bukti adanya resiko bagi janin.
Obat golongan ini tidak boleh dipergunakan (kontra indikasi) untuk
wanita hamil, atau kemungkinan dalam keadaan hamil.
Sumber: pemakaian obat pada ibu hamil dan menyasui.
Contoh Kategori Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan (FDA)
Nama Obat Pada Kehamilan
Parasetamol B
Asetosal C ( D jika dosis penuh diberikan pada trimester ketiga)
Bismuth C(D pada trimester ketiga)
Kafein B
CTM B
Konroitin sulfat-
glukosamin
Tidak ada data
Klotrimazol B (topika) , C (troches)
Kodein C ( D jika digunakan dalam waktu lam atau pada dosis
tinggi)
Dimenhidrinat B
Difenhidramin B
Efedrin C
Famotidin B
C. CONTOH OBAT MENURUT KATEGORI
1. KATEGORI A (nama generik):
a. Ascorbic acid (vitamin C) (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US
RD)
b. Doxylamine
c. Ergocalciferol( masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RD)
d. Folic acid(masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari)
e. Hydroxocobalamine (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA)
f. Liothyronine, Nystatin vaginal sup (masuk kategori C jika digunakan per
oral dan topikal)
g. Pantothenic acid (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA)
h. Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate,
Pyridoxine (vitamin B6),Riboflavin (masuk kategori C jika dosisnya
melebihi US RD).
i. Thiamine (vitamin B1) (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US
RDA)
j. Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D (masuk kategori D jika
dosisnya melebihi US RDA), Vitamin E (masuk kategori C jika dosisnya
melebihi US RDA).
2. CONTOH OBAT KATEGORI B (nama generik)
a. Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride (masuk kategori D jika
digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan)
b. Ammonium chloride, Ammonium lactate (topical), Amoxicillin,