BAB I
Page | 87 of 89
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Resiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan
akibat aktifitas yang dilakukan PT. PLN (Persero) sangat mungkin
terjadi. Namun, sudah menjadi sebuah tekat bagi PT. PLN (Persero)
untuk selalu memenuhi dan mempertimbangkan aspek perlindungan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, konsumen dan
publik. Risiko yang muncul bisa disebabkan oleh pengoperasian
alat-alat yang digunakan, pengggunaan baha-bahan berbahaya serta
aktifitas lain yang terkait. Lebih lanjut, kesalahan dalam
pengendalian operasi dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit akibat
kerja, pencemaran lingkungan, dan gangguan kelangsungan operasi
perusahaan.
Untuk merealisasikan tanggung jawab tersebut, PT. PLN (PERSERO)
sangat memperhatikan healt, safety dan environment (HSE) dengan
menerapkan sistem Managemen HSE Sistem ini diharapkan dapat
menjamin kegiatan operasi berjalan aman, andal, efisien dan
berwawasan lingkungan. Lebih spesifik, PT. PLN (PERSERO)
bertekat:
Menjaga keselamatan peralatan dan personil
Menjaga agar proses penyaluran energi listrik berjalan dengan
baik, lancar dan aman
Menjalankan semua program keselamatan dan kesehatan kerja serta
perlindungan lingkungan.
Sistem Manajemen HSE akan dapat dicapai jika filosofi terhadap
kesehatan, keselamatan dan lingkungan (healt, safety and
environment, HSE) dipahami. Studi ini dilakukan untuk memberikan
pemahaman terhadap filosofi HSE dalam proyek pemeliharaan isolator
saluran transmisi.1.2. Ruang Lingkup
Dokumen filosofi HSE ini disusun untuk projek pemeliharaan
isolator saluran transmisi. Pada prinsipnya langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam manajemen HSE harus mendasarkan pada hasil
identifikasi dan taksiran terhadap bahaya yang muncul dan
berpotensi muncul. Dengan demikian langkah-langkah yang diambil
jika bahaya-bahaya tersebut terjadi akan cepat, tepat dan akurat.
Dokumen ini mencakup studi identifikasi dan analisis bahaya yang
muncul seperti (namun tidak terbatas pada):
Jenis-jenis risiko yang terdapat (berpotensi ada) dalam
proses
Berbagai insiden yang telah terjadi dan peristiwa yang dapat
menimbulkan insiden
Berbagai pengendalian secara teknik dan administratif
Macam macam konsekuensi yang dapat timbul akibat kegagalan
sistem pengendalian tersebut
Tata letak alat dan fasilitas pendukung yang lain
Faktor-faktor manusia
Evaluasi efek-efek yang mungkin diterima oleh karyawan,
masyarakat luas dan lingkungan hidup secara kualitatif.
Setelah identifikasi dan analisis terhadap bahaya-bahya
dilakukan, perancangan dan pembangunan fasilitas dapat dilakukan
dengan mengikuti petunjuk dari engineers. Desain yang dibuat harus
dapat mengurangi resiko resiko seminimal mungkin sampai pada
tingkat yang bisa ditolerir. Selain itu desain yang dibuat harus
dapat memastikan bahwa cara cara yang ditempuh akan efektif, guna
menekan potensi kerugian akibat kejadian tersebut. Lebih lanjut,
pengembangan HSE dan desain harus didasarkan pada perundangan,
hukum, kode dan standar yang berlaku, serta pedoman praktis
pelaksanaan kerja yang akan digunakan dalam proyek ini.
1.3. Dasar Filosofi
Secara umum, pendekatan atau tahapan yang dapat dilakukan dalam
filosofi HSE mencakup :
a. Mengidentifikasi HSE proyek dan yang berkaitan dengan resiko
resiko sedini mungkin dalam pengembangan fasilitas atau siklus
proyek, termasuk pertimbangan HSE ke dalam pemilihan proses, desain
proses produk, proses perencanaan engineer untuk permintaan modal,
permintaan kerja engineer, otorisasi modifikasi fasilitas, atau
tata letak dan perubahan rencana.
b. HSE melibatkan profesional, yang memiliki pengalaman,
kompetensi, dan pelatihan yang diperlukan untuk menilai dan
mengelola dampak dan risiko HSE, dan melaksanakan fungsi khusus
manajemen lingkungan termasuk persiapan proyek atau rencana
kegiatan yang spesifik dan prosedur yang menggabungkan rekomendasi
teknis yang disajikan dalamdokumen yang relevan dengan proyek.
c. Memahami kemungkinan dan besarnya bahaya HSE di dasarkan pada
:
sifat kegiatan proyek, seperti apakah proyek akan menghasilkan
jumlah emisi ataulimbah yang signifikan, atau melibatkan bahan
berbahaya atau proses; konsekuensi potensial terhadap pekerja,
masyarakat, atau bahaya lingkungan jika tidak dikelola secara
memadai, yang mungkin tergantung pada kedekatan kegiatan proyek
dengan masyarakat atau dengan sumber daya lingkungan
d. Memprioritaskan strategi manajemen risiko dengan tujuan
mencapai pengurangan keseluruhan risiko terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan hidup, dengan fokus pada pencegahan yang tak dapat
diubah dan atau dampak yang signifikan. e. Mendukung strategi yang
menghilangkan penyebab bahaya pada sumbernya,.f. Ketika menghindari
dampak yang tidak layak, menggabungkan kontrol engineer dan
manajemen untuk mengurangi atau meminimalkan kemungkinan dan
besarnya konsekuensi yang tidak diinginkan.g. Mempersiapkan pekerja
dan masyarakat sekitar untuk merespon kecelakaan, termasuk
memberikan dukungan sumber daya teknis dan keuangan untuk
mengefektifkan dan mengamankan kontrol peristiwa tersebut, dan
memulihkan tempat kerja dan lingkungan masyarakat yang aman dan
kondisi yang sehat.
h. Meningkatkan kinerja HSE melalui kombinasi pemantauan kinerja
fasilitas dan akuntabilitas yang efektif yang sedang
berlangsung.Untuk menekan resiko-resiko bahaya terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja serta terhadap lingkungan seperti yang
dijelaskan dalam langkah-langkah yang telah disebutkan di atas
perlu disusun suatu strategi yang dapat mencakup tetapi tidak
terbatas pada :
Identifikasi terhadap timbulnya biaya tambahan yang harus
dikeluarkan akibat kecelakaan, seperti:
Biaya pengobatan, pengurusan kecelakaan dsb.
Biaya akibat tertundanya skedul pekerjaan.
Perlindungan personil melalui peralatan proteksi diri (Personil
Protective Equipment, PPE).
Pencegahan, pengendalian, pembatasan dan penyebaran terjadinya
kebakaran.
Rencana kesiapan tangga darurat.
Asesmen konsekuensi akibat kerusakan yang ditimbulkan.
Meminimalkan inventaris
Merancang tata-letak plant atau area proses yang tepat
Mengoptimalkan lokasi dari potensi bahaya yang mungkin
terjadi
Pendekatan dan strategi di atas akan dievaluasi dalam studi
Penilaian Resiko Kualitatif (QRA). Kuantifikasi/penilaian bahaya
harus mengidentifikasikan ukuran, jangka waktu, tingkat pelepasan
dan intensitas semua kasus kebakaran besar, guna menentukan
filosofi manajemen penanganan resiko bahaya yang sesuai untuk
diterapkan di semua kasus. Secara umum, metode/ perangkat lunak
yang sudah disetujui dapat digunakan untuk tujuan ini.
Identifikasi semua hal yang berpotensi menyebabkan kegagalan dan
menggabungkan antara desain teknis dan prosedur operasional yang
tepat dalam menghadapi setiap resiko harus dilakukan. Metode untuk
mengidentifikasi kegagalan salah satunya adalah studi Hazard
Identification (HAZID). Hasil identifikasi ini, kemudian
diverifikasi menggunakan studi Hazard and Operability (HAZOP).
Studi studi tersebut harus meliputi topik sebagai berikut :
Dampak Kebakaran
Dampak Lingkungan
Dampak Kesehatan
Kelebihan Tekanan
Ledakan Kegagalan IsolasiDokumen ini berisi tentang garis besar
tindakan darurat dan strategi pengontrolan keselamatan secara
menyeluruh, beserta ketentuan fungsional, sebagai berikut ini :
marancang tata letak yang aman (sesuai peraturan yang
berlaku)
menyediakan sistem pelindung kebakaran yang aktifBAB II
DASAR HUKUM DAN PERATURAN
Dalam penyusunan HSE harus mempertimbangkan dan mengacu pada
pada dasar hukum dan peraturan-peraturan yang ada dan terkait
seperti Undang-Undang dan ketentuan yang berlaku saat ini seperti
spesifikasi PT. PLN (PERSERO), hukum dan regulasi Indonesia,
panduan organisasi buruh internasional (ILO), regulasi administrasi
kesehatan dan keselamatan kerja, serta standard yang relevan.
2.1. Undang-Undang dan Peraturan Nasional
1. Undang-undang no.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Ketentuan Umum Pemadam Api dan Keselamatan Eksplorasi dan
Produksi No. 2518/kpts/DR/DU/1971 tertanggal 3 juli 1971.
4. Keputusan Gabungan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum, No. 174/MEN/1986, NO. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan kontruksi.
5. Peraturan pemerintah provinsi Jawa Tengah No. 1 tahun 1990
tentang Pengelolaan Lingkungan di Provinsi Jawa Tengah.6.
Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
7. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi, No.
103.K/088/M.PE/1994 tentang Pengawasan Pelaksanaan Rencana
Pengolahan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL).
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 tahun 1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.9. Peraturan
Pemerintah, No. 4 tahun 2001, tentang Pengendalian Kerusakaan dan
atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran
Hutan dan atau Lahan.
10. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8 tahun 2001 tentang
Standar Ambien untuk Jawa Tengah.
11. Hukum dan Perundangan relevan lainnya tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
BAB III
TERMINOLOGI
Berikut definisi, istilah-istilah maupun singkatan yang ada yang
akan dipakai dalam seluruh pelaksanaan projek :
1. HSE (health, safety and environment) adalah program dalam
pelaksanaan pekerjaan yang memperhatikan aspek kondisi bahaya yang
mengancam kesehatan dan keselamatan kerja serta aspek perlindungan
terhadap lingkungan. Untuk selanjutnya HSE dalam proyek ini
diistilahkan sebagai K3LL (Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan).
ALARPAs Low As Reasonably PracticableEERAEscape Evacuation and
Rescue AnalysisEIAEnvironmental Impact AssessmentESDEmergency
ShutdownFGSFire & Gas SystemFEAFire and Explosion
AnalysisHAZIDHazard IdentificationHAZOPHazard and
OperabilityHSEHealth, Safety and EnvironmentLELLower Explosive
Limit
NFPANational Fire Protection AssociationPFPPassive Fire
ProtectionPRAPreliminary Risk Analysis
QRAQualitative Risk AnalysisBAB IV
TUJUAN DAN SASARAN HSETujuan dan sasaran program HSE (Health,
Safety and Environment )dalam proyek pengadaan WTP dan WIP Lapangan
Kawengan Field Cepu dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.1 Aspek Kesehatan Kerja
Mematuhi perundangan, peraturan dan panduan PT. PLN (PERSERO)
dalam hal kesehatan kerja.
Melakukan aktifitas projek penyediaan WTP dan WIP yang meliputi
perancangan, engineering, pengadaan, pembelian, konstruksi dan
penyerahan proyek dengan memperhatikan apek kesehatan kerja
karyawan, dan orang-orang yang terkait (konsumen dan public).
Membuat dan memperbaruhi berbagai prosedur dan urutan
pengoperasian alat / suatu sistem, sehingga menciptakan lingkungan
kerja yang sehat
4.2 Aspek Keselamatan
Mematuhi perundangan, peraturan dan panduan PT. PLN (PERSERO)
dalam hal keselamatan kerja.
Melakukan aktifitas projek pemeliharaan isolator saluran
transmisi. yang meliputi engineering, pengadaan, pembelian, dan
konstruksi proyek dengan memperhatikan apek keamanan kerja
karyawan, dan orang-orang yang terkait (konsumen dan public).
Memberikan petunjuk pengoperian plant yang bertujuan untuk
berperilaku aman
Mengidentifkasi dan menganalisa adanya bahaya bahaya untuk
menghilangkan dan atau meminimasi kegiatan-kegiatan yang tidak aman
sebelum hal-hal tersebut terjadi dan dapat mengancam
keselamatan.
Untuk memastikan bahwa alat / sistem pengaman yang telah
diterapkan telah sesuai dan cukup untuk membantu mencegah
terjadinya kecelakaan serta mengurangi kemungkinan terjadinya
shutdown yang tidak terjadwal.
Menyediakan cara atau metode penyelamatan diri dan evakuasi
darurat jika terjadi bahaya.4.3Aspek Lingkungan Mematuhi
perundangan, peraturan dan panduan PT. PLN (PERSERO) dalam hal
perlindungan lingkungan.
Melakukan aktivitas projek pemeliharaan isolator saluran
transmisi yang meliputi engineering, pengadaan, pembelian, dan
konstruksi proyek dengan memperhatikan apek keamanan kerja
karyawan, dan orang-orang yang terkait (konsumen dan publik).
Meminimalkan dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan dari
kegiatan operasi
Meminimalkan potensi polusi lingkungan (udara, air dan tanah)
sebakai akibat kecelakaan operasi seperti tumpahan, venting, atau
flaring dari hazardous material.
Mengembangkan kesadaran akan rancang bangun dalam penanganan
limbah, pengendalian polusi dan masalah lingkungan lainnya.
Menghemat dan mengurangi konsumsi sumber daya energi, air dan
udara
BAB V
KETENTUAN KETENTUAN5.1. Ketentuan Umum
5.1.1 Kebijakan PT PT. PLN (PERSERO) PT. PLN (PERSERO)
berkomitmen untuk mematuhi semua Undang-undang dan peraturan
lingkungan yang berlaku, dan akan meningkatkan kepedulian
lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan,
konsumen dan masyarakat sekitar secara berkelanjutan. memiliki
komitmen untuk secara berkelanjutan meningkatkan kinerja mereka di
bidang lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan melalui
kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian integral dari sasaran
sukses jangka panjang perusahaan. Lebih lanjut PT. PLN (PERSERO)
mengambil semua langkah-langkah praktis untuk menghilangkan atau
mengurangi pengaruh negatif karyawan untuk kondisi yang
mempengaruhi keselamatan atau kesehatan mereka di tempat kerja.
Oleh karena itu, PT. PLN (PERSERO) menetapkan kebijakan sebagai
berikut: Mematuhi undang-undang dan standard K3LL.
Menerapkan Sistem Pengelolaan K3LL secara konsisten.
Menjadikannya kinerja K3LL sebagai suatu indikator kinerja
karyawan dan merupakan system remunerasi yang dapat diterapkan ke
semua karyawan.
Mengintegrasikan aspek-aspek K3LL dalam aktivitas operasional
mulai dari tahap awal perencanaan/engeneering/konstruksi, operasi,
sampai ke pasca operasi.
Mengembangkan perilaku cepat tanggap bertindak dalam
mengantisipasi kondisi darurat dan untuk mengoptimalkan sumber daya
yang ada dalam rangka mengamankan aset-aset perusahaan.
Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan yang harmonis
dengan institusi-institusi pemerintah, universitas, para konsumen,
dan masyarakat setempat di sekitar lokasi proyek dalam rangka
meningkatkan citra perusahaan.5.1.2 Metodologi Implementasi HSE
Untuk mengimplemantasikan konsep HSE studi yang digunakan
meliputi:
Studi Hazard and Operability (HAZOPS)
Studi Hazard Identification (HAZID)
Studi penilaian resiko kualitatif (Qualitative Risk Assessment,
QRA)
Analisa Tentang Dampak Lingkungan
Klasifikasi Area Hazard5.1.3 Identifikasi dan Penilaian
Bahaya
Identifikasi dan penilaian bahaya mendasarkan hal-hal
berikut:
Kuantifikasi bahaya harus mengidentifikasi ukuran dan jangka
waktu, sebagai dasar penanganan resiko bahaya untuk diterapkan di
semua kasus.
Memeriksa kemungkinan penyimpangan berbagai kondisi operasi dan
hazard yang ada dalam proses dengan menggunakan metodologi
identifikasi masalah secara lebih efektif dengan tujuan yang lebih
luas ( tidak hanya memusatkan perhatian pada berbagai masalah yang
berkaitan dengan keselamatan saja).
Identifikasi hazard lebih dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan( perlindungan K3LH).
Identifikasi operability dimaksudkan agar proses dapat berjalan
normal sehingga mengurangi / menghilangkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan serta dapat meningkatkan plant performance (product
quality, production rate).
Untuk memastikan bahwa alat / sistem pengaman yang telah
diterapkan telah sesuai dan cukup untuk membantu mencegah
terjadinya kecelakaan serta mengurangi kemungkinan terjadinya
shutdown yang tidak terjadwal.
Untuk penghematan biaya (khususnya pada proses / plant yang baru
dibangun ), sehingga perubahan / improvisasi aliran proses yang
dilakukan pada masa yang akan datang dapat lebih efisien.
Semua yang berpotensi menyebabkan kegagalan dan bahaya harus
diidentifikasi melalui design teknis dan prosedur operasional.
Elemen yang dapat mengakibatkan kegagalan harus diidentifikasi
dan dirancang tindakan preventif yang tepat sesuai standard.
Terdapat berbagai macam kejadian bahaya besar, misalnya ledakan
gas dan kebakaran, yang berpotensi merusak instalasi dan fasilitas
di sekelilingnya. Kejadian tersebut dapat dikelompokan sebagai
kecelakaan ekstrim, dimana rancang bangun fasilitas yang mampu
bertahan terhadap kejadian semacam itu tidaklah dianggap
menguntungkan dari sudut pandang analisa ekonomis. Sasaran yang
lebih tepat adalah mengurangi resiko kejadian kecelakaan semacam
itu ke tingkat serendah mungkin yang masih dapat ditolerir (ALARP).
ALARP dapat dicapai dengan cara :
Perancangan tata letak plant atau area proses yang tepat:
Mengoptimalkan lokasi dari potensi bahaya yang mungkin
terjadi
Dalam dokumen ini, yang digambarkan merupakan tindakan secara
garis besar mengenai tindakan darurat dan metode pengontrolan
keselamatan secara menyeluruh, beserta ketentuan fungsional,
diantaranya adalah:
Rancangan tata letak yang aman (sesuai peraturan yang
berlaku)
komunikasi untuk keadaan darurat
5.2. Ketentuan Khusus5.2.1 HAZOPS (Hazard and Operability
Studies)
Salah satu metode teknik identifikasi bahaya yang sistematis,
teliti dan terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan
yang mengganggu jalannya proses dan risiko -risiko yang terdapat
pada suatu peralatan yang dapat menimbulkan risiko merugikan bagi
manusia/ atau fasilitas plant pada lingkungan atau sistem yang ada.
Dengan kata lain, metode ini digunakan sebagai upaya pencegahan,
sehingga proses yang berlangsung disuatu plant/ sistem dapat
berjalan dengan lancar dan aman.
Safety Enginer Career Workshop (2003), Phytagoras Global
Development mendefinisikan asal kata hazops berasal dari kata
hazard dan operability studies sebagai berikut:
Hazard: Kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian/
kecelakaan bagi manusia, dan atau kerusakan alat/ bangunan, atau
lingkungan.
Operability study: Beberapa bagian kondisi operasi yang sudah
ada dan dirancang namun kemungkinan dapat menyebabkan shutdown dan
/ menimbulkan rentetan insiden yang merugikan dan akan dilakukan
perbaikan perancangan untuk mencegah insiden.
Safety Enginer Career Workshop (2003), Phytagoras Global
Development menyatakan karakteristik metode HAZOPS adalah sebagai
berikut:
Sistematis, penilaiannya sangat terstruktur mengandalkan pada
penggunaan kata bantu ( guide words) dan team brainstorming untuk
proses peninjauan secara komprehensif serta memastikan sistem/alat
pengaman pencegah kecelakaan sudah cukup dan terpasang pada tempat
yang sesuai.
Dilakukan oleh suatu kelompok yang terdiri dari multidisiplin
keahlian dan pengalaman.
Dapat diterapkan pada setiap sistem atau prosedur.
Kebanyakan digunakan sebagai sistem pemeringkatan teknik
penilaian risiko (risk assesment).
Utamanya menghasilkan kesimpulan laporan yang bersifat
kualitatif , meskipun demikian beberapa dasar kuantitatif juga
sangat dimungkinkana. Studi HSEUntuk mencapai konsep HSE, beberapa
studi yang telah disebutkan pada sub bab 5.1.2. harus dilakukan
oleh operator baik akan dilakukan sendiri atau menujuk badan
independent lain.
b. Studi HAZID
Semua potensi penyebab kegagalan diidentifikasi dengan studi
Hazard Identification (HAZID) . HAZID adalah suatu teknik untuk
mengenali secara dini setiap resiko dan ancaman bahaya potensial.
Teknik ini harus dilakukan sejak fase engeneering design jika
process flow diagram (PFD) sudah tersedia, agar resiko bahaya utama
terhadap Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
dapat dikenali dari awal. Dengan demikian mampu memberikan masukan
pada keputusan-keputusan pengembangan proyek. Lebih lanjut, hal ini
memungkinkan dibuatnya suatu desain yang lebih aman dan hemat biaya
dengan resiko minimal akibat perubahan desain.c. Studi Penilaian
Resiko Kualitatif (Qualitative Risk Assessment, QRA)
Studi Penilaian Resiko Kualitatif (QRA) bertujuan untuk mengkaji
dampak keseluruhan pada fasilitas dan area sekelilingnya secara
kumulatif dengan mempertimbangkan kejadian kegagalan individual dan
menentukan akibat dan frekuensi kegagalan semacam itu.
Pada awalnya, proses akan dinilai dan suatu daftar potensi
bahaya disusun. Daftar yang dipilih harus lengkap dengan
mengikutsertakan resiko bahaya yang paling mungkin dan paling
buruk. Studi QRA yang lengkap harus dibuat selama fase engeneering
terinci jika semua rincian tentang peralatan dan item
vendor/operator telah tersedia. Hasil dan rekomendasi dari studi
QRA harus diterapkan dalam desain fasilitas proyek.
5.2.2 Klasifikasi Area Berbahaya
Klasifikasi area berhahaya bertujuan untuk mendefinisikan zona
berbahaya sesuai kemungkinan terjadinya ledakan gas/campuran udara.
Lebih lanjut, hal ini dapat digunakan untuk:
Pemilihan peralatan listrik yang sesuai untuk digunakan pada
tiap zona
Penentuan sumber percikan api terpisah lokasinya dari sumber gas
mudah terbakar.
Penentuan lokasi jalan yang diperlukan untuk keluar dari zona
berbahaya.5.2.3 Perancangan dan Pengendalian Bahaya
Secara umum perancangan untuk pengendalian bahaya pada kegiatan
pemeliharaan isolator saluran transmisi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Mengurangi kemungkinan isolator jatuh / patahIsolator patah
dapat dikurangi atau diminimalkan dengan:
Meminimalkan jumlah beban yang terhubung ketika pemeliharaan
Menggunakan komponen penyangga berkualitas tinggi dan sesuai dengan
standar.
Merancang system yang mudah pengoperasiannya.5.2.4 Analisa
Tentang Dampak Lingkungan
Studi analisa tentang dampak lingkungan yang dilaksanakan untuk
proyek ini mencakup pembahasan topik-topik di bawah ini :
Pembuangan limbah padat
Udara/air/tanah
Lingkungan flora/fauna
Penggunaan Tanah
Aspek social-ekonomi
Studi tersebut harus memenuhi persyaratan pada semua peraturan
yang berlaku di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Penyusunan dokumen ini bertujuan untuk :
Memahami persyaratan sistem manajemen lingkungan, keselamatan
dan kesehatan kerja tentang identifikasi bahaya/dampak lingkungan,
penilaian dan pengendalian resiko seperti ISO-14001, OHSAS 18001,
SMK3, Process Safety Management (PSM), dan lainnya.
Memahami prinsip-prinsip dan metode-metode untuk penilaian dan
pengendalian resiko.
Dapat melakukan identifikasi bahaya atau dampak lingkungan,
penilaian dan pengendalian resiko dengan metode-metode yang umum
digunakan.
Dapat menggunakan aplikasi komputer (database system) untuk Risk
Assessment & Management, HAZOPS dan Job Safety
Analysis.Operator harus memastikan bahwa prosedur sudah tersedia
saat pelaksanaan pekerjaan untuk kontrol keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga :
a. sesuai dengan standar nasional atau internasional yang diakui
untuk keselamatan dan kesehatan yang berlaku untuk proyek ini;
b. mendorong terciptanya dan terpeliharanya pendekatan yang
bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan pihak PT. PLN
(PERSERO) selama perancangan/desain perencanaan, pengadaan, dan
konstruksi proyek.
c. mengizinkan personil PT. PLN (PERSERO) untuk memonitor dan
mengaudit pelaksanaan dan kesuksesan prosedur, dan
d. melindungi anggota masyarakat umum yang dapat terpengaruh
oleh pelaksanaan Proyek.
e. memastikan tingkat kematian Serendah Mungkin yang Wajar
(ALARP) dengan target angka kematian nol sebagai sasaran, di mana
angka aktual kematian per satu juta jam kerja tidak boleh melampaui
0,075.
1.2 Dasar Studi
Managemen adalah pencapaian tujuan dari seluruh komitmen dan
kebijakan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka fungsi managemen
dibagi menjadi :
a. Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang
akan dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.b. Organizing (organisasi)
Perlunya dibentuk suatu komisi K3LL yang tugasnya meliputi :
1.Menyusun garis besar pedoman K3LL 2. Memberikan bimbingan,
penyuluhan, pelatihan pelaksanaan K3LL 3. Memantau pelaksanaan
pedoman K3LL 4.Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul
dari Proyek WTP dan WIP.c. Actuating (Pelaksanaan)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan,
mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang
kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelaksanaan program K3LL sasarannya ialah tempat kerja yang aman
dan sehat. Untuk itu setiap personil yang bekerja di WTP dan WIP
wajib mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan
dapat menjadi sumber kecelakaan kerja, serta memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan kerja tersebut.
d. Controlling (Pengawasan) Fungsi pengawasan adalah aktivitas
yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan
rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat
menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. adanya rencana b.adanya instruksi-instruksi dan pemberian
wewenang kepada bawahan. Dalam fungsi pengawasan tidak kalah
pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi
segala peraturan demi keselamatan kerja bersama. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam
proyek ini perlu dibentuk pengawasan yang tugasnya antara lain : 1.
Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek - praktek yang
baik, benar dan aman 2. Memastikan seluruh personil memahami cara
cara menghindari risiko bahaya 3. Melakukan penyelidikan /
pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan 4.
Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan
kerja 5. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa
berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebutBAB II
DASAR HUKUM DAN STANDAR
Dalam penyusunan sistem manajemen HSE harus mempertimbangkan dan
mengacu pada spesifikasi PT. PLN (PERSERO), hukum Indonesia,
peraturan dan standar lain yang relevan, Guidelines of
International labour Office (ILO), dan Peraturan Kantor Keselamatan
dan Regulations of Occupational Safety and Health Administration of
USA (US-OSHA).
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 mengenai Keselamatan
Kerja.
b. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum, No. 174/MEN/1986, No.174/KPTS/1986 mengenai Keselamatan di
Daerah Konstruksi.c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05, 1996
mengenai Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
d. Ketentuan Umum Pemadam Api dan Keselamatan (KUPAK)
e. Keputusan Menteri Pertanian, No.54/Kpta/UM2/1972 tentang
Pohon-pohon yang Dilindungi di Cagar Alam.f. Peraturan Pemerintah,
No.14 tahun 1992, tentang Lalu Lintas dan Transportasi Daratg.
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi, No.103.K/088/M.PE/1994,
tentang Pengawasan Penerapan Rencana Pengelolaan Lingkungan &
Rencana Pengawasan Lingkungan (RKL-RPL).h. Undang-undang No. 23
tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidupi. Peraturan
Pemerintah No. 8 tahun 1999, tentang Eksplotasi Hewan dan Tanaman
Liar.j. Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999, tentang Perubahan
Peraturank. Peraturan Pemerintah, No. 4 tahun 2001, tentang
Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan karena
Kebakaran Hutan atau Lahan.l. ILO-OSH 2001 Petunjuk Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
m. 29 CFR Part 1904, US-OSHA Pencatatan dan Pelaporan Cedera dan
Sakit karena Kerja.
n. 29 CFR Part 1910, US-OSHA Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
o. 29 CFR Part 1926.1, US-OSHA Peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja untuk Bangunan
p. Peraturan pemerintah /otoritas yang berlaku yang relevan.NFPA
68
Standard of Explosion Protection by Deflagrations Venting
NFPA 70
National Electrical Codes
NFPA 77
Recommended Practice on Static Electricity
NFPA 655
Prevention of Sulfur Fires and Explosions
Persyaratan PT. PLN (PERSERO)(a) Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)
(b) Standar dan Petunjuk PT. PLN (PERSERO) tentang Keselamatan,
Kesehatan Kerja, dan Lingkungan(c) Sistem Manajemen Lingkungan, ISO
14001.BAB III
PEDOMAN LINGKUNGAN
Pihak PT. PLN (Persero) (pekerja langsung) mempunyai resiko
lebih besar dalam hal tingkat fatalitas dan kemungkinan cidera,
sementara operator tentu saja bertanggung jawab penuh untuk
keselamatan mereka sendiri, diperlukan adanya tanggung jawab
Manajemen yang lebih jelas untuk menjamin bahwa operator-operator
tersebut benar-benar sadar akan resiko kerja di lapangan dan secara
bersama menjamin bahwa operator tersebut melakukan pekerjaan dengan
cara yang aman dan bertanggung jawab. Sehingga operator harus
menyiapkan EMS yang harus mencakup tapi tidak terbatas pada hal-hal
berikut:
a. Kebijakan Lingkungan
b. Perencanaan : Identifikasi aspek lingkungan
Kepatuhan pada Hukum dan Persyaratan Lain
Tujuan dan sasaran lingkungan
Persiapan Program Manajemen Lingkungan
c. Implementasi :
Struktur dan tanggung jawab
Pelatihan, kesadaran, dan kompetensi
Komunikasi
Dokumentasi
Pengendalian dokumen
Pengendalian operasi Kesiapan dan respons daruratd. Tindakan
Korektif dan Pemeriksaan : Pemantauan dan pengukuran
Ketidaksesuaian serta tindakan korektif dan preventif
Rekaman/ catatan
Audit
e. Tinjauan Manajemen3.1 Persyaratan umum tentang program
manajemen lingkungan
Berikut masalah masalah lingkungan yang berpotensi terkait
dengan proyek pemeliharaan isolator saluran transmisi :
1.Daerah yang Dilindungi
Operator harus memastikan bahwa lokasi kerja tidak terletak di
daerah yang dilindungi oleh hukum Indonesia serta perjanjian dan
konvensi Internasional (area konservasi). Operator harus memastikan
bahwa proyek tidak akan mempengaruhi daerah yang dilindungi.
2.Ekosistem
a. Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk
menjaga hutan perawan, hutan hujan tropis, habitat yang bernilai
ekologis.
b. Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mempertahankan habitat yang dilindungi untuk spesies yang
dilindungi yang ditentukan oleh Hukum Indonesia atau perjanjian dan
konvensi internasional.
c. Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mencegah dampak pada satwa liar dan hewan ternak, seperti rusaknya
rute mitigasi, dan fragmentasi habitat satwa liar dan hewan
ternak.
d. Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mencegah dampak, seperti kerusakan hutan, perburuan liar,
ketandusan, pengurangan daerah basah, gangguan ekosistem.3.
Hidrologi
Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah
perubahan sistem air tanah karena perubahan fitur topografi dan
perubahan sistem air permukaan karena instalasi
struktur.4.Topografi dan Geologi
Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah
perubahan topografi dan struktur geologi di sekitar lokasi proyek
karena pendirian struktur.a. Perpindahan Penduduk
PT. PLN (PERSERO) harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mengelola, menekan, dan mengendalikan perpindahan penduduk yang
tidak dikehendaki. Operator harus segera melapor pada PT. PLN
(PERSERO) bila menemukan masalah.b.Kehidupan dan Mata Pencarian
Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan dalam
berkoordinasi dengan polisi dan komunitas setempat untuk menekan
dampak pada lalu lintas dan pergerakan penduduk.
Operator harus didorong untuk mempekerjakan masyarakat setempat
dan operator lokal. Operator harus menghormati tradisi masyarakat
setempat, seperti puasa, upacara, dan sebagainya. Operator harus
memberitahu dan menjelaskan jadwal konstruksi, jadwal pekerjaan,
dan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Operator harus
memberi pertimbangan yang cukup pada kesehatan masyarakat untuk
mencegah penyakit yang disebabkan oleh imigrasi pekerja.c.
Peninggalan Bersejarah
Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk
melindungi peninggalan arkeologi, bersejarah, budaya, dan religius
yang dipengaruhi oleh proyek sesuai hukum Indonesia.d.Bentang
Alam
Operator harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk
melindungi bentang alam yang mengalami pengaruh buruk dari
proyek.e.Etnis Minoritas dan Penduduk Asli
Operator harus mematuhi hukum Indonesia tentang hak etnis
minoritas dan penduduk asli.
Operator harus mengurangi dampak pada budaya dan gaya hidup
etnis minoritas dan penduduk asli.3.2 Persyaratan umum pada program
pemantauan lingkungan
a. Operator harus mengembangkan dan menerapkan program
pemantauan untuk komponen lingkungan yang dianggap memiliki dampak
potensial.
b. Operator harus menyertakan metode dan frekuensi dalam program
pemantauan yang dianggap perlu.
c. Operator harus menentukan persyaratan peraturan tentang
sistem pelaporan, seperti format dan kekerapan laporan.d. Operator
harus membuat kontrak dengan konsultan untuk memastikan pelaksanaan
Program Pemantauan Lingkungan.3.3Persyaratan khusus tentang program
manajemen dan pemantauan lingkungan
Operator harus mematuhi minimum persyaratan PT. PLN (PERSERO)
dan yang tertuang dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL).3.4 Persyaratan Khusus
1. Operator harus menyiapkan laporan berikut dan menyerahkannya
pada PT. PLN (PERSERO).
a. Laporan Harian
b. Laporan Bulananc. Laporan Kuartald. Laporan Akhir2. Laporan
di atas harus mencakup:
a. Kegiatan Konstruksi;
b. Kegiatan pengelolaan dan pemantauan;
c. Hasil dan pemeriksaan; dan
d. Tindakan untuk mengatasi bila perlu.
3. Operator harus disyaratkan untuk menyampaikan hasil kegiatan
sesuai permintaan PT. PLN (PERSERO).
4. Operator harus menyiapkan suatu laporan Ad Hoc, bila
menemukan suatu masalah lingkungan.3.5 Persyaratan Khusus
DokumentasiOperator harus menerbitkan dokumen-dokumen Sistem
Manajemen Lingkungan-operator yang diberikan pada tabel 1.1 untuk
didiskusikan
3.6 Persyaratan Lain1. PT. PLN (PERSERO) akan melaksanakan
pemeriksaan lokasi kerja dengan otoritas pemerintahan selama
pemeliharaan.
2. PT. PLN (PERSERO) akan melaksanakan pemeriksaan lokasi kerja
tiap bulan.3. MIGAS akan melaksanakan pemeriksaan akhir lingkungan
sebagai bagian proses sertifikasi pada akhir pekerjaan
pembangunan.4. Operator harus berpartisipasi pada program
pengembangan masyarakat oleh PT. PLN (PERSERO).BAB IVSISTEM
MANAJEMEN HSESistem Manajemen HSE merupakan bagian dari sistem
manajemen operator keseluruhan yang mencakup kebijakan, organisasi,
perencanaan, dan penerapan, evaluasi, dan tindakan perbaikan.
4.1Kebijakan
4.1.1Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
a. Operator harus menetapkan dan memelihara suatu kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja organisasi, yang harus : tertulis,
dan dijadikan komitmen dalam manajemen operator;
dikomunikasikan pada semua orang dalam proyek tersebut;
direvisi untuk kesesuaian secara berkelanjutan.
b. Kebijakan K3 harus mencakup prinsip-prinsip utama/kunci dan
objektif pada komitmen operator :
melindungi keselamatan dan kesehatan kerja semua anggota
organisasi dengan mencegah cedera akibat kerja, sakit, sumber
penyakit, dan insiden ;
mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan K3 Indonesia
yang relevan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja PT.
PLN (PERSERO);
memastikan bahwa pekerja dan perwakilannya disarankan dan
didorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam elemen K3 dan
persyaratan lain yang dianut operator;
secara terus menerus meningkatkan kinerja sistem manajemen
K3.
c. Sistem manajemen K3 harus kompatibel dengan atau terintegrasi
kepada sistem manajemen lainnya.
4.1.2 Partisipasi Pekerja
Partisipasi pekerja merupakan elemen penting dalam sistem
manajemen K3 dalam suatu organisasi.
para pekerja dan representatif/perwakilan keselamatan dan
kesehatan kerjanya telah dikonsultasikan, diberitahu dan dilatih
mengenai semua aspek K3, termasuk proses persiapan tanggap darurat
sesuai dengan pekerjaanya.
Para pekerja dan para representatif/perwakilan keselamatan dan
kesehatan kerja mereka agar mempunyai waktu dan sumber daya untuk
berpartisipasi aktif dalam proses organisasi, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi, serta tindakan untuk perbaikan sistem
manajemen K3.
komite keselamatan dan kesehatan kerja dan pemahaman berfungsi
secara efektif oleh para pekerja dan wakilnya sesuai dengan hukum
nasional dan praktek yang berlaku.
4.2 Pengorganisasian
4.2.1Tanggung jawab dan akuntabilitas
Operator bertanggung jawab menyeluruh pada perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja, dan menyediakan
kepemimpinan pada kegiatan K3 dalam organisasi maupun pengawasan di
tempat kerja.
Operator harus membagi tanggung jawab, akuntabilitas, dan
otoritas untuk pengembangan, implementasi dan pelaksanaan sistem
manajemen K3 dan pencapaian tujuan K3 yang relevan.
Operator harus menunjuk satu orang atau lebih untuk merencanakan
dan memastikan berjalannya semua aturan keselamatan dan kesehatan
kerja.
4.2.2Kompetensi dan Pelatihan Operator harus menentukan
persyaratan kompetensi K3 yang diperlukan, dan harus menetapkan
serta menjalankan/memelihara prosedur-prosedur untuk memastikan
bahwa semua orang berkompeten untuk melaksanakan aspek keselamatan
dan kesehatan kerja dari tugas dan tanggung jawabnya.Standar
kompetensi kerja keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikembangkan
dengan :a. Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada.
b. Memeriksa uraian tugas dan jabatan.
c. Menganalisis tugas kerja.
d. Menganalisis hasil inspeksi dan audit.
e. Meninjau ulang laporan insiden. Operator harus memiliki
kompetensi K3 yang cukup untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
atau mengendalikan hazard dan resiko yang terkait dengan
pekerjaannya.
Operator harus menyiapkan program pelatihan.
Operator harus menyediakan pelatihan untuk semua anggota
organisasi.
4.2.3 Sistem Dokumentasi Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
a. Operator harus menetapkan dan mempertahankan dokumentasi
sistem manajemen K3.
b. Operator harus menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk
mengendalikan semua dokumen.
c. Operator harus menetapkan, mengelola, dan menyimpan catatan
K3.
Catatan K3 dapat mencakup :a. Persyaratan ekstemal/peraturan
perundangan dan internal/indicator kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.b. Izin kerja.c. Risiko dan sumber bahaya yang
meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, serta
peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya, lingkungan kerja,
sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi.d. Kegiatan
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan.
f. Pemantauan data.g. Rincian insiden, keluhan dan tindak
lanjut.h. Identifikasi produk termasuk komposisinya.i. Informasi
mengenai pemasok dan operator.j. Audit dan peninjauan ulang Sistem
Manajemen K3.
4.2.4 Komunikasi
Operator harus membuat dan mengatur prosedur untuk ;
menerima, mendokumentasikan, dan merespon komunikasi internal
dan eksternal yang berkaitan dengan K3;
Menjamin komunikasi internal mengenai K3 antara tingkat dan
fungsi yang relevan dari suatu organisasi; dan
Menjamin bahwa kepedulian, ide, dan masukan dari pekerja
mengenai masalah K3 diterima, dipertimbangkan, dan direspon.
4.3 Perencanaan dan Implementasi
4.3.1 Pembahasan Awal
a. Operator harus menyediakan pembahasan awal sebagai dasar
untuk menetapkan sistem manajemen K3.
b. Pembahasan awal harus :
mengidentifikasi hukum dan peraturan perundang - perundangan
nasional yang berlaku, panduan nasional, panduan khusus, program
tambahan dan persyaratan PT. PLN (PERSERO);
mengidentifikasi, mengantisipasi, dan menelaah hazards dan
resiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dari
lingkungan kerja dan organisasi kerja yang diajukan;
menentukan apakah sistem kontrol yang direncanakan cukup untuk
meminimalisasi bahaya atau mengendalikan resiko; dan
menganalisa data yang disediakan dari hasil survey kesehatan
karyawan.
c.Hasil dari pembahasan awal adalah:
didokumentasikan;
menjadi dasar untuk mengambil keputusan mengenai pelaksanaan
sistem manajemen; dan
menyediakan rona awal dimana peningkatan berkelanjutan sistem
manajemen K3 organisasi dapat diukur.
4.3.2 Sistem perencanaan, pengembangan, dan implementasi
a. Tujuan perencanaan adalah untuk menghasilkan sistem manajemen
K3 yang mendukung:
Sebagai syarat minimum, kesesuaian dengan hukum dan peraturan
nasional;
Elemen sistem manajemen K3 dari organisasi; dan
Peningkatan berkelanjutan dalam kinerja K3.
b. Operator harus mengatur rencana K3, berdasarkan hasil
pembahasan awal, pembahasan berikutnya dan data lain yang tersedia.
Pengaturan perencanaan ini harus terkontribusi pada perlindungan
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, dan harus mencakup :
definisi yang jelas, prioritas dan kuantifikasi, bila perlu,
sesuai dengan tujuan organisasi K3 ;
persiapan rencana untuk mencapai masing-masing tujuan, dengan
tanggung jawab yang ditentukan dan kriteria kinerja yang jelas yang
menunjukkan apa yang harus dilakukan, oleh siapa, dan kapan;
pemilihan kriteria pengukuran untuk memastikan bahwa tujuan
telah tercapai ; dan
penyediaan sumber daya yang memadai, termasuk sumber daya
manusia dan keuangan, dan dukungan teknis, bila diperlukan.
c. Operator harus mencakup pengembangan dan implementasi pada
semua sistem manajemen K3 dalam merencanakan pengaturan
organisasi.
4.3.3Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penetapan tujuan K3
harus dapat diukur, konsisten dengan kebijakan K3 dan berdasarkan
pada pembahasan awal atau berikutnya. Tujuan dan sasaran kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan sekurang-kurangnya
harus memenuhi kualifikasi:
a. Dapat diukur.
b. Satuan / Indikator pengukuran.
c. Sasaran Pencapaian
d. Jangka waktu pencapaian.
Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, Ahli K3,
P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan
perkembangan.4.3.4Pencegahan Bahaya
Tindakan pencegahan dan pengendalian
a.identifikasi hazards dan resiko bagi keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan, dan menelaah berdasarkan kondisi saat itu. Operator
harus menerapkan tindakan preventif dan protektif dengan prioritas
berikut :
Meminimalkan bahaya /resiko
Mengendalikan bahaya /resiko di tempat, melalui pemakaian
kendali PT. PLN (PERSERO) atau aturan organisasi
Meminimalkan bahaya/resiko dengan merancang sistem kerja yang
aman; serta
Menyediakan peralatan pelindung diri yang sesuai dan menerapkan
tindakan untuk memastikan pemakaian dan pemeliharaannya.
b.penetapan prosedur pencegahan dan pengendalian bahaya, yang
harus :
Sesuai dengan bahaya dan resiko yang dihadapi operator;
dipelajari dan dimodifikasi secara periodik;
mematuhi hukum dan peraturan nasional, dan persyaratan PT. PLN
(PERSERO) dan
mempertimbangkan keadaan ilmu pengetahuan saat ini.
4.3.5Manajemen Perubahana. evaluasi dampak K3 perubahan internal
dan perubahan eksternal dan mengambil tindakan preventif yang
sesuai sebelum perubahan dilaksanakan.
b. identifikasi hazard tempat kerja dan penelaahan resiko
sebelum memodifikasi/merubah atau introduksi metode kerja yang
baru, material, proses,atau mesin.
c. menginformasikan pada semua anggota organisasi terkait
mengenai penerapan keputusan untuk berubah.
4.3.6 Pencegahan keadaan darurat, kesiapan, dan respon
a. Penetapan prosedur pencegahan, kesiapan, dan respon.
Prosedur-prosedur ini harus mengidentifikasi potensi kecelakaan dan
situasi darurat, dan menangani pencegahan resiko K3 yang terkait
dengannya.
b. Penentuan pencegahan kondisi darurat, pengaturan kesiapan dan
respon bersama dengan pelayanan darurat eksternal dan badan lain
sesuai keperluan.4.3.7 Pengadaan
Operator harus menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk
menjamin:
kesesuaian dengan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
untuk organisasi, dievaluasi, dan disertakan dalam spesifikasi
pembelian dan penyewaan;
hukum dan peraturan nasional dan persyaratan K3 organisasi
sendiri diidentifikasi sebelum pengadaan barang dan layanan;
dan
pengaturan dibuat untuk mencapai kesesuaian dengan persyaratan
sebelum pemakaiannya.4.3.8 Kontrak
PT. PLN (Persero) harus membuat dan memelihara pengaturan untuk
menjamin bahwa persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
organisasi diterapkan pada operator dan pekerjanya.
4.4Evaluasi4.4.1Pemantauan dan pengukuran kinerja
mengembangkan, menetapkan, dan secara periodik membahas prosedur
untuk memantau, mengukur, dan mencatat kinerja K3.
mempertimbangkan tindakan kualitatif dan kuantitatif yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
4.4.2 Investigasi penyebab cederaa. Investigasi sumber dan
penyebab cedera, kurang sehat, penyakit, dan insiden yang terkait
dengan pekerjaan harus mengidentifikasi apakah ada kegagalan dalam
sistem manajemen K3 dan harus didokumentasikan.
b. Hasil investigasi harus dikomunikasikan pada orang yang tepat
untuk diambil tindakan koreksi, yang termasuk dalam pembahasan
manajemen dan dipertimbangkan untuk aktivitas peningkatan
berkelanjutan.
c. menerapkan tindakan korektif yang berasal dari Investigasi
tersebut untuk menghindari pengulangan cedera kerja, sakit, sumber
penyakit, dan insiden.4.4.3 Audit
b. menetapkan susunan untuk melaksanakan audit periodik untuk
menentukan apakah sistem manajemen K3 dan elemen-elemennya sudah
tersedia, tepat, dan efektif dalam melindungi keselamatan dan
kesehatan kerja pekerja dan mencegah insiden.
c. mengembangkan kebijakan audit dan program, yang mencakup
kompetensi auditor, cakupan audit, frekuensi audit, metodologi dan
pelaporan audit.4.4.4 Pembahasan Manajemen
a. Operator harus pada interval tertentu, membahas sistem
manajemen K3 untuk menjamin kesesuaian, ketepatan, dan efektivitas
berkelanjutan.
b. Operator harus mencatat temuan pembahasan manajemen.4.5
Tindakan untuk perbaikan
4.5.1 Tindakan preventif dan korektif
Penetapan dan pelaksanaan prosedur untuk tindakan preventif dan
korektif yang berasal dari sistem manajemen K3, pemantauan dan
pengukuran kinerja, dan sistem audit manajemen K3 dan pembahasan
manajemen.
Apabila evaluasi sistem manajemen K3 atau sumber lain
menunjukkan bahwa tindakan-tindakan preventif dan protektif
terhadap bahaya dan resiko tidak tepat atau tidak sesuai, operator
harus mempelajari tindakan tersebut sesuai hierarki yang dikenal
dari tindakan pencegahan dan kendali, dan dilengkapi serta
didokumentasikan, sewajar mungkin dengan waktu teratur.4.5.2
Tinjauan Ulang
Tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 harus meliputi:a. Evaluasi
terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja.
c. Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3.d. Evaluasi
efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk
mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:1) Perubahan peraturan
perundangan.2) Tuntutan dari pihak yang tekait dan pasar.
3) Perubahan produk dan kegiatan perusahaan.
4) Perubahan struktur organisasi perusahaan.
5) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemologi.
6) Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan
kesehatan kerja.
7) Pelaporan.
8) Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.
4.5.3 Peningkatan Terus Menerus
menetapkan dan menjalankan/memelihara pengaturan untuk
peningkatan berkelanjutan dari elemen sistem manajemen K3 yang
relevan dan sistem secara keseluruhan.
membandingkan proses keselamatan dan kesehatan kerja dan kinerja
organisasi dengan yang lain untuk meningkatkan kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja.
BAB VKETENTUAN UMUM5.1Peralatan Penyelamatan dan Keselamatan
5.1.1Umum
Perawatan peralatan keselamatan dan penyelamat yang tepat
diperlukan untuk evakuasi dan penyelamatan darurat. Suplai dan
peralatan medis sesuai kebutuhan pada kondisi darurat harus
disediakan, dalam kondisi kerja yang baik setiap waktu. Operator
harus menggunakan semua cara yang wajar untuk mengendalikan dan
mencegah kebakaran dan ledakan yang dapat menyebabkan cedera pada
personil dan kerusakan peralatan, aset dan lingkungan. Tanpa
membatasi hal-hal di atas, operator harus:
memelihara penghalang, guard rail, dan alat pengaman lain yang
cukup untuk meminimalkan bahaya selama pelaksanaan pekerjaan;
menyiapkan dan memelihara rencana darurat tertulis yang berlaku
untuk pekerjaan dan lokasi/daerah kerja, dan mengomunikasikannya ke
semua orang di lokasi kerja, serta mempertahankan dokumentasi
rencana tersebut pada semua orang dimaksud, salinan semu dokumen
yang diperlukan harus diserahkan pada PT. PLN (PERSERO) bila
diminta;
melaksanakan pengujian peralatan untuk memastikan bahwa
peralatan, ditempatkan semestinya dan berada dalam kondisi operasi
yang baik, dan semua orang dapat memberi respon pada situasi
darurat dan dapat secara efektif mengoperasikan peralatan darurat
yang diperlukan;
melarang merokok, nyala api terbuka, dam membawa korek api dan
pemantik rokok kecuali di daerah yang khusus dinyatakan aman;
memelihara semua peralatan medis dan keselamatan dalam kondisi
operasi yang baik setiap waktu, dan memastikan bahwa peralatan
tersebut siap dipakai sewaktu-waktu;
menerapkan sistem prosedur Lock Out /Tag Out sesuai persyaratan
PT. PLN (PERSERO) untuk semua pekerjaan dan peralatan yang dapat
beroperasi secara tidak sengaja selama perbaikan /pemeliharaan.
menyiapkan laporan proses5.1.2Alat Pelindung Diri (APD)
Semua peralatan pelindung, termasuk peralatan pelindung diri
untuk mata, muka, kepala, dan bagian tubuh penting lainnya, pakaian
pelindung, alat pernafasan, dan perisai dan penghalang protektif,
harus disediakan, digunakan, dan dijaga dalam kondisi bersih dan
dapat diandalkan bila terjadi kondisi bahaya.
memastikan kecukupan peralatan pelindung diri, termasuk
pemeliharaan dan sanitasi yang baik.
Semua peralatan pelindung diri harus dirancang aman dan dibuat
sesuai untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.
5.1.3Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran dalam daerah konstruksi harus
diidentifikasi dengan baik.
Pemadam api jinjing dalam kondisi baik, harus disediakan untuk
semua peralatan bergerak, seperti kendaraan, truk, cranes,
kompresor, mesin lasi, pompa, dan sebagainya.
Operator harus menyediakan peralatan pemadam api yang cukup
untuk pemakaian di gedung, seperti selang air, nozel, fire boxes,
fire blankets, dan sebagainya.
Operator harus menyediakan peralatan pelindung terhadap api
untuk semua bangunan konstruksi dan fasilitas langsung di bawah
kendalinya.
Flash back arrestor harus disediakan untuk semua welding torches
yang menggunakan oksigen dan asetilen untuk menghindari kebakaran
dan ledakan karena flash back.
Semua supervisor operator harus mengerti/mengetahui peraturan
terbaru dan prosedur yang berlaku bagi pencegahan kebakaran dan
tindakan darurat, termasuk prosedur evakuasi/penyelamatan diri.
5.1.4 Bantuan Medis dan P3K
Bila lokasi kerja tidak berada dalam jarak yang cukup dekat dari
fasilitas medis, operator harus menyediakan klinik, dokter,
paramedik, dan memberikan pelatihan yang cukup pada para karyawan
mengenai P3K.
Suplai P3K yang disetujui oleh dokter harus selalu tersedia.
Bila terdapat potensi cedera mata atau pada badan siapapun yang
disebabkan oleh bahan kimia korosif atau beracun, harus disediakan
fasilitas berupa eyewash dan safety shower.5.1.5 Pelaporan dan
Investigasi Kecelakaan
Kecelakaan/insiden harus diselidiki dan dilaporkan sesuai
kebijakan PT. PLN (PERSERO).
Operator harus segera memberitahu dengan menggunakan telepon
atau radio bila terjadi kecelakaan /insiden berikut:
1. Kecelakaan fatal
2. Cedera di mana si korban masuk rumah sakit
3. Kejadian kebakaran, walaupun kecil
4. Kecelakaan lalu lintas
5. Kerusakan atau kehilangan produksi/hasil akibat kecelakaan,
termasuk crane terbalik atau jatuh, hubungan singkat peralatan
listrik atau terputusnya kabel listrik saat penggalian, kegagalan
tali crane atau sling saat mengangkat beban.
Laporan awal insiden harus diberikan oleh operator ke PT. PLN
(PERSERO), dalam 48 jam sejak terjadinya insiden..
Operator akan menanggulangi insiden kecelakaan tersebut dengan
akurat, menyerahkannya laporan dan catatan kebakaran pada PT. PLN
(PERSERO), pada minggu pertama tiap bulan dan memberikan ringkasan
insiden yang terdaftar di bawah ini yang terjadi pada bulan
sebelumnya harus dikirimkan kepada PT. PLN (PERSERO).
1. Semua cedera yang diikuti hilangnya waktu kerja saat
terjadinya cedera.
2. Semua insiden kerusakan material dengan perkiraan/estimasi
kerugian lebih dari US$ 1,000.00
3. Semua kejadian kebakaran
4. Semua kecelakaan kendaraan bermotor dan kapal laut.
5. Total kehilangan man-hours dalam bulan tersebut.
Pada akhir proyek, operator harus menerbitkan suatu laporan
keselamatan umum kepada PT. PLN (PERSERO).
5.1.6 Komunikasi
Semua peralatan komunikasi yang digunakan di daerah konstruksi
harus diperiksa dan disetujui oleh pihak yang berwenang.
Untuk mencegah gangguan dengan channels/gelombang darurat yang
sudah dialokasikan, hanya frekuensi yang ditetapkan untuk operator
yang akan digunakan.
Operator harus menjamin bahwa semua personil yang menggunakan
peralatan benar-benar paham dengan petunjuk yang dikeluarkan.
Untuk mendukung operasi konstruksi dan persyaratan keselamatan
dari PT. PLN (PERSERO), operator harus menyediakan sistem
komunikasi radio yang cukup dan perangkat komunikasi
otomatis.5.2Daerah Kerja Konstruksi dan Kendali Akses
5.2.1Kendali Akses
Pemakaian kendaraan dalam mengakses setiap lokasi dalam daerah
kerja konstruksi.
Kerapian ruang dan sanitasi dalam daerah kerja konstruksi
operator harus selalu dijaga. Lokasi tempat pembuangan dan
pembakaran sampah harus ditentukan sebelum konstruksi dimulai,
proposal lokasi harus diserahkan operator untuk dipelajari dan
disetujui oleh PT. PLN (PERSERO).
Penyediaan nomor identifikasi untuk kendaraan yang dipasang di
kedua pintu kendaraan. Persyaratan ini memberikan identifikasi
langsung kendaraan operator untuk sistem kendali lalu lintas dan
keamanan.
Semua daerah kerja yang diperlukan operator untuk melaksanakan
pekerjaannya atau kegiatan proyek harus mempunyai izin khusus atau
persetujuan dari otoritas lokal. Persetujuan atau izin ini harus
didapatkan oleh operator. PT. PLN (PERSERO) harus menyediakan
bantuan bila pekerjaan pada permukaan tanah akan dikembalikan ke
kondisi awal/aslinya.
Personil operator harus berjalan di jalan untuk akses fasilitas
konstruksi dan instalasi baru, dan tidak boleh memasuki daerah
operasi manapun tanpa izin yang tepat dan APD.
Kendaraan atau perlengkapan konstruksi tidak boleh diparkir di
jalan plant operasi kecuali di tempat parkir yang telah ditentukan.
Kendaraan boleh berhenti di jalan untuk kegiatan bongkar /muat
namun tidak boleh menghalangi jalan, dan pengemudinya harus selalu
bersama dengan kendaraannya.
5.2.2Daerah Merokok dan Dilarang Merokok
Semua daerah di dalam plant adalah area bebas rokok. Daerah
dimana personil operator diizinkan merokok harus sesuai dengan
petunjuk dari personil pengendali keamanan plant.
DILARANG KERAS merokok saat bekerja di manapun dalam plant
DILARANG KERAS merokok dalam kendaraan manapun, pada saat
apapun,di manapun, di dalam plant yang ada.
Penyediaan tanda bahaya gas beracun
Penyediaan tanda DILARANG MEROKOK di semua daerah berbahaya
untuk mengidentifikasi daerah di mana merokok tidak diizinkan.
Orang yang bertanggung jawab di plant dan lokasi konstruksi yang
didukung oleh personel keamanan, pencegahan kerugian dan
pengendalian bertanggung jawab untuk mengendalikan dan
mempertahankan pelaksanaan peraturan secara KETAT dengan peraturan
di atas. PT. PLN (PERSERO) akan langsung mengambil tindakan pada
tiap pelanggaran peraturan ini.
5.2.3Keselamatan Lalu Lintas
Tujuan prosedur-prosedur ini adalah untuk mengendalikan secara
efektif gerakan kendaraan operator dalam daerah operasi terbatas
dan untuk menghindari timbulnya kecelakaan /insiden.
Operator dalam koordinasi dengan pihak lain yang terlibat
bertanggung jawab atas pengendalian gerakan semua kendaraan dalam
daerah terbatas tersebut.
Supervisor operator bertanggung jawab akan kesesuaian dengan
prosedur yang terkait dengan pengendalian kendali dalam daerah
terbatas atau tertentu tersebut.
Akses ke daerah yang ditentukan harus melalui pintu tertentu
dengan kaitan pengaman. Akses lain dilarang keras kecuali untuk
keadaan darurat atau bila disetujui PT. PLN (PERSERO).
Semua pengemudi yang mengoperasikan kendaraan untuk tujuan
apapun, harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) Indonesia yang
berlaku.
Semua pengemudi pesawat angkat harus memiliki sertifikat dari
Dirjen Migas termasuk pesawat angkatnya.
Pengemudi harus selalu mematuhi peraturan lalu lintas yang ada
dan peraturan yang berlaku bagi kendaraan bermotor di lahan publik
atau dalam batas daerah plant operasi.
Semua kecelakaan kendaraan harus dilaporkan langsung kepada PT.
PLN (PERSERO).
Operator harus menjaga catatan semua kecelakaan kendaraan dan
menerbitkan laporan bulanan pada PT. PLN (PERSERO).Dokumen-dokumen
berikut juga harus disiapkan dan disediakan untuk PT. PLN (PERSERO)
dalam bentuk CD-ROM dan foto copy dokumen.
1. Jadwal tur keselamatan dan kesehatan kerja, inspeksi dan
audit2. Instruksi Kerja untuk pekerjaan khusus
3. Dokumentasi: Tur kesehatan dan Keselamatan
Inspeksi tempat kerja
Penilaian resiko tugas
Catatan pelatihan
Catatan investigasi kecelakaan dan insiden
Laporan audit
Pelaksanaan audit
Daftar tindakan SM-K3 dan
Komponen subkontrak SM-K3 yang relevanBAB I
PENDAHULUAN1.1. Tujuan
HAZOPS (hazard and operability studies) ini merupakan alat untuk
mengidentifikasi berbagai kelemahan (potensi risiko) yang terdapat
dalam proses desain atau operasi suatu sistem / unit plan yang
dapat menimbulkan berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan
terjadi (misal : personnel injuries, environmental impacts, atau
catastrophic equipment damage); dan menentukan rekomendasi atau
tindakan yang dapat dilakukan untuk eliminasi berbagai risiko /
permasalahan yang mengganggu jalannya proses tersebut atau
mengurangi konsekuensi konsekuensi yang dapat ditimbulkan secara
sistematis, terstruktur dan baku.Penyusunan dokumen ini bertujuan
untuk 1. menentukan metodologi dalam melaksanakan Hazard
Identification (HAZID) Study untuk Water Treatment and Water
Injection Plant PT PT. PLN (PERSERO) EP di Cepu.Pertimbangan bahaya
meliputi kejadian-kejadian yang berhubungan dengan proses dan
kejadian-kejadian eksternal (misalnya: cuaca buruk, gempa bumi,
gerakan pesawat terbang, dan lain-lain). Kesalahan operator dalam
mengendalikan instalasi tidak diikutsertakan dalam studi ini.2.
untuk menentukan prosedur dalam melaksanakan studi hazard and
operability (Hazop) untuk Water Treatment and Water injection plant
PT PT. PLN (PERSERO) EP di Cepu.3. Tujuan penggunaan HAZOP adalah
untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu proses secara
sistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat
mendorong ke arah kejadian atau kecelakaan yang tidak
diinginkan.1.2 ReferensiDokumen-dokumen yang diperlukan untuk Studi
HAZOP Tradisional adalah:
1. revisi terakhir Diagram Instrumen (referensi dasar untuk
studi HAZOP);
2. Matrix Sebab &akibat;
3. Diagram saluran tunggal listrik dan Gambar Pengelompokan Area
Berbahaya;
4. Laporan Pemilihan Materi;
5. laporan deskripsi proses untuk semua kasus yang sudah
direncanakan;
6. Laporan HAZID;
7. Tata Letak Lapangan,
8. Filosofi K3LL (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan);
9. Laporan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan;
10. Material Safety Data Sheets (MSDS);
11. Gambaran proyek termasuk semua pilihan, persoalan-persoalan
life-cycle dan fleksibilitas instalasi yang sudah direncanakan.
1.3 Dasar Studi The hazard and operability studies atau dikenal
sebagai HAZOPS adalah teknik analisis bahaya yang digunakan dalam
persiapan penetapan keamanan dalam sistem baru atau modifikasi
untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau operabilitasnya. Studi
HAZOP adalah pengujian secara teliti oleh tim spesialis, dalam
bagian sebuah sistem mengenai apakah yang terjadi jika komponen
tersebut dioperasikan melebihi atau kurang dari normal desain model
komponen yang telah ada.
Karakteristik HAZOP yang utama adalah sistematik, menggunakan
struktur atau susunan yang tinggi dengan mengandalkan pada guide
words dan gagasan tim untuk melanjutkan serta memastikan safeguards
sesuai atau tidak dengan tempat dan obyek yang sedang diuji.1.3.1
TujuanHAZOPS bertujuan untuk :
Mengenali bahaya-bahaya (hazards) yang potential (terutama yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan), dan; Mengenali
berbagai macam masalah kemampuan operasional (operability) pada
setiap proses akibat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap
tujuan perancangan (design intent) proses-proses dalam pabrik yang
sudah beraktifitas maupun pabrik yang baru/ akan dioperasikan.
Untuk mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengurangi resiko dari kejadian yang berbahaya sesedikit
mungkin dengan menghilangkan bahaya, meminimalkan akibat hazards
atau mengendalikan akibat dari kejadian tersebut.
1.3.2 Susunan Tim HAZOPDalam pelaksanaannya HAZOP dilakukan oleh
tim dari berbagai disiplin ilmu. Semua anggota tim harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang persoalan persoalan
yang dioperasikan.
Susunan tim HAZOP adalah sebagai berikut :
1. Pemimpin HAZOP (Lead Safety/operations)
2. Penulis HAZOP (Safety engineer)
3. Anggota :
Lead Process Engineer
Lead Instrument
Lead Electrical
Lead Mechanical
Operations ManagerPemimpin tim memegang peranan penting untuk
keberhasilan Studi tersebut. Orang tersebut perlu untuk:
a. memfasilitasi tim melalui teknik HAZOP;
b. memimpin diskusi;
c. mencatat persoalan-persoalan utama ketika dibahas oleh
tim;
d. mencatat temuan-temuan dan menjamin bahwa catatan tersebut
sepenuhnya menjelaskan hal-hal yang diketahui.
Fasilitator tim harus sudah mendapat pelatihan dan berpengalaman
dalam melakukan studi tersebut dengan menggunakan
software/perangkat lunak yang dianjurkan. Bukti pengalaman harus
diberikan kepada dan diterima oleh PT. PLN (PERSERO).
1.3.3 Metodologi Studi HAZOP
Dalam pelaksanaan studi HAZOP harus mengikuti prosedur utama
sebagai berikut :
1. Pengumpulan gambaran selengkap-lengkapnya setiap proses yang
ada dalam sebuah pabrik
2. Pemecahan proses (processes breakdown) menjadi sub-proses -
sub-proses yang lebih kecil dan detail. Untuk memperjelas pemisahan
antar sub-proses, diberikan simpul (node) pada ujung setiap
sub-proses. Tidak ada ketentuan khusus tentang pembatasan rentang
proses.
3. Pencarian kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan pada
setiap proses melalui penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang
sistematis (model-model pertanyaan pada HAZOP dirancang sedemikian
rupa/ menggunakan beberapa kata kunci/ keywords/ guidewords,
dimaksudkan untuk mempermudah proses analisis).
4. Melakukan penilaian terhadap setiap efek negatif yang
ditimbulkan oleh setiap penyimpangan (bersama konsekuensinya)
tersebut di atas. Ukuran besar kecilnya efek negatif ditentukan
berdasarkan keamanan dan keefisienan kondisi operasional pabrik
dalam keadaan normal.
5. Penentuan tindakan penanggulangan terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Prosedur tersebut akan memberi gambaran lengkap mengenai proses,
mempertanyakan secara sistematik setiap bagiannnya untuk menemukan
penyebab terjadinya penyimpangan dari tujuan disain dan menentukan
apakah penyimpangan ini bisa menimbulkan bahaya. Pertanyaan
tersebut ditujukan pada setiap bagian disain. Setiap bagian dikenai
sejumlah pertanyaan yang dirumuskan oleh beberapa guideword.
Guideword tersebut digunakan untuk memastikan bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang diajukan untuk menguji
integritas setiap bagian disain, akan menyelidiki
penyimpangan-penyimpangan terhadap disain, penyebab-penyebabnya
serta konsekuensi yang bisa ditimbulkan. Beberapa sebab dapat
menjadi tidak realistis dan demikian pula akibat-akibat yang
diperoleh akan menjadi tidak berguna. Beberapa akibat dapat
diabaikan dan dianggap tidak berkelanjutan.
Akan tetapi, dapat pula ditemukan penyimpangan-penyimpangan
dengan penyebab yang mungkin ada dan akibat yang berpotensi
membahayakan. Untuk mengurangi konsekuensi yang membahayakan
tersebut atau menarik perhatian operator untuk mengambil tindakan
perbaikan, usaha perlindungan yang sudah tercantum dalam disain
harus diperhatikan. Jika usaha perlindungan tidak ada atau tidak
cukup mampu untuk mengatasi bahaya tersebut, tindakan perbaikan
perlu dilakukan.. Tindakan perbaikan ini bisa dalam bentuk
persyaratan hardware atau software/ perangkat lunak, perubahan
prosedur atau studi tambahanKarakteristik HAZOP :
1. Sistematik, menggunakan struktur atau susunan yang tinggi
dengan mengandalkan pada guidewords dan gagasan tim untuk
melanjutkan dan memastikan safeguards sesuai atau tidak dengan
tempat dan obyek yang sedang diuji.
2. Pengkhususan bentuk oleh berbagai macam disiplin ilmu yang
dimiliki oleh anggota tim.
3. Dapat digunakan untuk berbagai macam sistem atau
prosedur.
4. Penggunaannya lebih sebagai sistem pada teknik penafsiran
bahaya.
5. Pemikiran awal, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang
baik meskipun kuantitas juga mempengaruhi.
Istilah istilah terminologi (key words) yang dipakai untuk
mempermudah pelaksanaan HAZOP antara lain sebagai berikut :
1. Deviation (penyimpangan) adalah kata kunci kombinasi yang
sedang diterapkan (merupakan gabungan dari guide words dan
parameter).
2. Cause (penyebab) adalah penyebab yang kemungkinan
mengakibatkan suatu penyimpangan.
3. Consequence (akibat/konsekuensi), dalam menentukan
consequence tidak boleh melakukan batasan karena hal tersebut bisa
merugikan pelaksanaan penelitian.
4. Safeguards (usaha perlindungan). Adanya perlengkapan
pencegahan yang mencegah penyebab/usaha perlindungan terhadap
konsekuensi kerugian akan didokumentasikan pada kolom ini.
Safeguards juga akan memberikan informasi kepada operator tentang
penyimpangan yang terjadi dan juga untuk memperkecil akibat.
5. Action (tindakan yang dilakukan). Apabila suatu penyebab
dipercaya akan mengakibatkan konsekuensi negatif, harus diputuskan
tindakan tindakan apa yang harus dilakukan.
6. Tindakan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tindakan yang
mengurangi atau menghilangkan penyebab dan tindakan yang
menghilangkan akibat (konsekuensi). Sedangkan apa yang terlebih
dahulu diputuskan, hal ini tidak selalu memungkinkan, terutama
ketika berhadapan dengan kerusakan peralatan. Namun pertama tama
selalu diusahakan untuk menyingkirkan penyebabnya, dan hanya di
bagian mana perlu mengurangi konsekuensi.
7. Node (titik studi). Merupakan pemisahan suatu unit proses
menjadi beberapa bagian agar studi dapat dilakukan lebih
terorganisir. Titik studi bertujuan untuk membantu dalam
menguraikan dan mempelajari suatu bagian proses.
8. Severity. Merupakan suatu tingkat keparahan yang diperkirakan
dapat terjadi.
9. Likelihood adalah kemungkinan terjadinya konsekuensi dengan
sistem pengaman yang ada.
10. Risk (resiko) merupakan kombinasi kemungkinan likelihood dan
severity.
Hasil studi HAZOP dicatat dalam format dimana setiap
penyimpangan dipertimbangkan, setiap sebab yang mungkin dan
akibatnya, setiap tindakan bila diperlukan, dan alasan bila
tindakan tidak perlu diambil.
1.3.4 Dasar Pemikiran HAZOPStudi HAZOP adalah suatu proses
penggagasan. Sulit untuk menghindari diskusi dan pertentangan yang
tidak perlu selama tahap HAZOP dan mengambil kesimpulan kesimpulan
studi dalam kerangka waktu yang terbatas, tanpa adanya dasar
pemikiran HAZOP.
Beberapa dasar Hazop yang umum diberikan di bawah ini.
1. Beberapa kejadian yang terjadi bersamaan yang dapat
mengakibatkan kecelakaan atau bahaya tidak akan dibahas, jika
sebab-sebabnya tidak berhubungan.
2. Single check valve dianggap cukup memadai kecuali jika ada
kemungkinan aliran balik dari zat cair bertekanan tinggi yang dapat
menciptakan tekanan yang melebihi tekanan uji peralatan.
3. Masalah yang terjadi karena kelalaian operator tidak akan
dibahas. Namun, masalah yang berhubungan dengan kesalahan yang
bersifat umum dapat dipertimbangkan.
4. Sabotase tidak akan dipertimbangkan.
5. Pekerjaan rancangan tidak akan dilakukan dalam tahap
Hazop.
6. Masalah yang timbul akibat bencana alam seperti badai banjir,
gempa bumi dan lain-lain tidak akan dipertimbangkan.
7. Dampak dari pelepasan zat cair ke lingkungan karena gangguan
peralatan/gangguan saluran pipa tidak akan dianalisa.
8. Masalah yang timbul akibat adanya obyek-obyek yang jatuh
seperti jatuhnya komet, kendaraan angkasa misil dan lain-lain tidak
akan dibahas.
9. Peralatan/barang-barang dianggap sesuai dengan kondisi disain
yang ditentukan dalam dokumen disain.
10. Kerja perpipaan dilakukan menurut P&ID dan sesuai dengan
spesifikasi perpipaan.
11. Alat perlindungan mekanikal yang digunakan pada instalasi
untuk keselamatan seperti keretakan cakram pada safety valve, dan
lain-lain diharapkan akan bekerja tanpa penahanan apapun.
12. Semua dokumen yang hendak ditinjau ulang harus merupakan
yang terkini.
13. Analisis kuantitatif tidak akan dilakukan.
14. Jika terdapat dua train yang identik, hanya satu train yang
akan dianalisa.
15. Gangguan yang bersamaan dengan lebih dari satu alat
pelindung yang independen tidak akan diperhitungkan.
16. Hal-hal berikut sebaiknya dipertimbangkan sebagai tindakan
pengamanan /perlindungan:
Interlock/shutdown system/ Trip/ Protection
Sistem alarm untuk tindakan operator
Alat-alat perlindungan mekanikal
Sistem pemantauan sampel.
Instruksi operasi dan buku pedoman.
1.3.5 Catatan dan Laporan
Selama studi dilakukan, semua bahaya yang berhasil
diidentifikasi oleh tim, dicatat dan dideskripsikan pada lembar
kerja HAZOP. Anjuran-anjuran merupakan bagian dari lingkup HAZOP.
Isu-isu utama dan tindak lanjutnya merupakan bagian yang dikirim
secara terpisah sebagaimana rangkuman mengenai tindakan-tindakan,
dan biasanya disertai dengan laporan dari ketua tim.BAB IIHAZARD
& OPERABILITY STUDIES (HAZOPS)
2.1 Identifikasi Bahaya (HAZID -Hazard Identification)
2.1.1 Dasar Study
Identifikasi bahaya (Hazard Indentification) adalah analisa
pencegahan terjadinya bahaya pada instalasi industri/pabrik yang
dilakukan dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada di
dalamnya. Aspek yang ada meliputi : Data informasi instalasi
industri (PFD, P&ID, Lay Out, data meteorologi, data sosial
kultural masyarakat sekitar, catatan peristiwa)
Lokasi (fasilitas operasi, fasilitas pendukung)
Resiko (SDM, lingkungan, aset, image)
Faktor Pemicu Bahaya (proses operasi, transportasi, geografis
dan meteorologi, sosial kultural)
Potensi Bahaya (kebakaran dan ledakan besar, tenggelam,
pencemaran lingkungan)
2.1.2 Tujuan
Studi HAZID bertujuan untuk :
Identifikasi kemungkinan ancaman keamanan dan bahaya kecelakaan
yang berpotensi mempengaruhi masyarakat dan lingkungan.
Dokumentasi ancaman dan bahaya yang diidentifikasi yang terkait
dengan keamanan instalasi dan aktivitas operasi yang berpotensi
mempengaruhi masyarakat dan lingkungan.
Identifikasi dan analisa keprihatinan masyarakat yang dicatat
selama pertemuan dengan masyarakat.
Identifikasi dan menentukan kecukupan perlindungan dalam situasi
kritis (sistem hardware dan prosedur) yang terkait dengan
identifikasi resiko dan usul rekomendasi untuk meningkatkan sistem
keamanan proyek.
Identifikasi penyebab bahaya yang mungkin terjadi dari kondisi
operasi dengan menggunakan panduan yang ada pada checklist.
Identifikasi dan analisa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi resiko bahaya.2.1.3 Susunan tim
HAZID
Dalam pelaksanaan studi HAZID diperlukan sebuah tim yang
anggotanya terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang berpengalaman
dalam menaksir potensi bahaya melalui teknik brainstorming
menggunakan checklist issue K3LL yang potensial.
Setiap anggota tim harus mempunyai pengetahuan yang cukup untuk
mengenali dan mengidentifikasi semua persoalan K3LL. Tim meliputi
para personil yang berpengalaman dari disiplin ilmu, yaitu sebagai
berikut :
a. Project engineeringb. Process engineering
c. Instrumentasi
d. Perpipaan/Mekanikal
e. K3LL
f. Kelompok Penilai Resiko PT. PLN (PERSERO)Selain personil di
atas, direkomendasikan adanya fasilitator tim dan fasilitator tim
memiliki sekretaris. Peran fasilitator dalam tim yaitu sebagai
berikut :
a. memfasilitasi tim melalui teknik HAZID;b. memimpin
diskusi;
c. mencatat persoalan-persoalan utama ketika dibahas oleh
tim
d. mencatat temuan-temuan dan menjamin bahwa catatan tersebut
sepenuhnya menjelaskan hal-hal yang diketahui.
Fasilitator tim harus sudah mendapat pelatihan dan berpengalaman
dalam melakukan studi menggunakan metodologi yang disetujui oleh
perusahaan. Bukti pengalaman harus diberikan kepada dan diterima
oleh PT. PLN (PERSERO).
2.1.4 Metodologi Studi HAZID
Pelaksanaan studi hazard identification (HAZID) dilakukan oleh
suatu tim yang ahli. Teknik identifikasi bahaya adalah sebagai
berikut :
Safety Review - Penjelasan secara kualitatif berbagai potensi
permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan.
Checklist - Daftar berbagai hal pokok yang tertulis untuk
memeriksa keadaan suatu sistem.
Relative Ranking - Strategi untuk membandingkan berbagai sistem
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Preliminary Hazard Analysis - Metode yang sangat umum untuk
fokus pada sistem.
What-If / Checklist Kombinasi brainstorming dan daftar detail
tertulis berbagai hal pokok
Hazard and Operability Analysis - Metode yang sistematis untuk
identifikasi hazard dan operabilitas.
Failure Modes and Effect Analysis -Tabulasi berbagai jenis
kerusakan / kegagalan suatu alat.
Fault Tree Analysis - Pendekatan secara deduktif dari suatu
kejadian untuk mengetahui penyebab utamanya.
Event Tree Analysis - Pendekatan secara induktif dari suatu
kejadian pemicu sampai seluruh kejadian akhir yang ditimbulkan
Cause consequence Analysis - Kombinasi metode FTA dan ETA.
Human Reliability Analysis - Evaluasi secara sistematis seluruh
faktor yang berkaitan dan mempengaruhi personil manusia. Waktu
Studi
Studi HAZID secara terperinci akan disusun apabila pekerjaan
desain telah mencapai tahap dimana diagram alir proses (PFD) telah
dikembangkan, tata letak plant awal, perincian inventaris yang
berbahaya, dan perincian persyaratan penggunaan tersedia, dll.
Dokumen-Dokumen yang Diperlukan
Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk studi HAZID adalah:
a. diagram alir proses (PFD) yang minimal berisi neraca
massa;
b. lay out pembangunan termasuk tata letak lapangan, tata letak
kepala sumur, dan tata letak fasilitas;
c. deskripsi proses termasuk semua kasus operasi yang
direncanakan;
d. deskripsi proyek termasuk semua kemungkinan /pilihan, masalah
siklus hidup dan fleksibilitas instalasi yang direncanakan;
e. filosofi keselamatan;
f. filosofi operasi awal dan kendala pengambilan produk;
g. laporan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);
h. informasi tambahan dari laporan kunjungan ke lapangan,
gambar-gambar dan lain-lain jika tersedia;
i. Material Safety Data Sheets, jika tersedia.
2.1.5 Prosedur Studi
Metode studi HAZID meliputi gabungan dari identifikasi,
analisis, dan gagasan yang berdasarkan pada hazards yang diketahui
pada checklist (mengacu pada Lampiran I). Checklist dibagi menjadi
dua bagian utama sebagai berikut :
a. Environmental and Health Hazards;b. Facility HazardsBagian
Hazards pada Lingkungan dan Kesehatan berisi hazards global yang
tercakup setelah pembangunan secara keseluruhan. Untuk bagian
Facility Hazards, mencakup proses yang akan dibagi menjadi sejumlah
node. Hazards khusus untuk tiap node dapat dituju secara terpisah.
Contohnya, satu node dapat menjadi penyimpan air kondensat dimana
kata pemandu dapat digunakan untuk mempertimbangkan akibat dari
pengendalian atau pelepasan inventaris, peningkatan potensial,
hazards pemiliharaan dan lain-lain.
Setelah Fasilitator tim mengenal node yang sedang dipelajari
yang dapat menjadi fasilitas secara keseluruhan atau bagian kecil,
tujuan dari node itu akan dibahas dan disetujui oleh tim.
Akibat-akibatnya dimasukkan pada Lembar Kerja HAZID (Lihat Lampiran
II).
Fasilitator Tim kemudian akan memindahkan daftar HAZID dan di
dalam tiap bagian daftar memakai prosedur berikut ini :
a. Memilih kategori dari daftar dan kemudian meminta Tim untuk
mempertimbangkan tiap kata pemandu.
b. Menganalisis tiap kata pemandu dalam setiap kasus untuk
mengenal hazard apapun dan efek-efeknya yang mungkin untuk kemudian
dapat dimasukkan dalam lembar kerja.
c. Proses brainstorming kemudian akan digunakan untuk mengenali
semua penyebab yang dapat mengakibatkan adanya hazard. Selama
proses ini Fasilitator tim dapat memberi contoh dari bagian
expanders pada checklist. Hal yang penting adalah bahwa expanders
ini disarankan sebagai contoh dan tidak diberikan sebagai daftar
tertutup yang membatasi aktivitas brainstorming dari Tim.
d. Menganalisis kontrol yang sesuai yang seharusnya dilakukan
untuk mencegah atau mengontrol setiap penyebab.
e. Mengenali fase perkembangan yang untuk hal itu hazard ada dan
menilai prioritas K3LL (tinggi, sedang atau rendah).2.1.6 Penentuan
Prioritas
Studi HAZID dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan bahaya
umum yang terjadi dalam plant atau proses. Pelaksanaannya
menggunakan sistem kualitatif untuk memberikan peringkat prioritas
yang sederhana terhadap resiko. Efek kegagalan digolongkan menurut
tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut :
Rendah : resiko tidak serius & aktifitas yang direkomendasi
tidak digunakan untuk major modification. Efek kegagalan ini tidak
mengurangi keselamatan dari instalasi secara signifikan dan yang
mungkin melibatkan tindakan-tindakan operator yang dengan tepat
sesuai kemampuannya. Dampak kegagalan kecil seperti: pengurangan
sedikit dalam batas keselamatan atau kemampuan fungsional, small
unignited condensate release dari peralatan proses dapat termasuk
contoh dari efek kegagalan rendah.
Sedang : resiko cukup signifikan & aktifitas yang
direkomendasikan perlu investigasi lanjut untuk dapat solusi
terbaik. Efek kegagalan ini dapat mengurangi kemampuan pemasangan
atau kemampuan dari operator untuk mengatasi kondisi operasi yang
sebaliknya, contohnya, pengurangan yang berarti dalam marjin
keselamatan atau kemampuan fungsional, kenaikan berarti dalam beban
kerja operator atau dalam kondisi yang menghambat efisiensi
operator, yang mungkin menyebabkan luka-luka kecil. Contohnya,
pembentukan unignited clouds karena pelepasan pada peralatan
proses, pool fires dari pelepasan air kondensat yang kecil.
Tinggi : resiko signifikan & berhubungan dengan desain /
filosofi keselamatan. Aktifitas dilakukan segera untuk dapat solusi
optimal & implementasi dilaksanakan secepat mungkin.
Resiko resiko ini antara lain :
a. Dampak kegagalan yang mengurangi kapasitas instalasi atau
kemampuan operator untuk mengatasi kondisi operasi yang sebaliknya
:
Pengurangan yang besar dalam marjin keselamatan atau;
Keadaan fisik yang sukar atau beban kerja yang berlebihan
sedemikian sehingga operator tidak dapat melaksanakan tugas mereka
dengan tepat atau sempurna. Atau beban kerja sedemikian sehingga
operasi gabungan, pemeliharaan dan pekerjaan konstruksi tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya dan dengan aman oleh managemen lokasi,
atau;
Luka-luka yang serius atau fatal terhadap sejumlah pegawai,
kerusakan terhadap fasilitas di lapangan, resiko polusi, atau
Kondisi yang timbul yang memerlukan pengendalian di
lapangan.
Contohnya pembakaran nyala api gas dari ignited releases pada
peralatan proses.
b.Akibat gangguan yang memerlukan evakuasi darurat dari para
personil di lapangan, atau yang mungkin menyebabkan luka-luka yang
menyebabkan kematian, kerusakan ekstensif atau kehilangan fasilitas
di lapangan atau polusi utama. Contohnya kabut gas yang besar pada
instalasi gas dilanjutkan dengan ledakan.
2.1.7Catatan dan LaporanSelama studi HAZID, semua hazard yang
telah diidentifikasi oleh tim harus dicatat dan dijelaskan dalam
Lembar Kerja HAZID. Rekomendasi untuk tindakan perbaikan biasanya
bukan bagian dari lingkup HAZID walaupun hal-hal utama atau
kelanjutannya seharusnya dicatat dalam laporan Fasilitator Tim.
Namun, Tim tersebut dapat menggunakan bagian kendali dari lembar
kerja untuk mengusulkan penyelesaian/metode alternatif dalam
mengurangi resiko. Komentar-komentar ini seharusnya dianggap
sebagai saran para ahli dari Tim HAZID dan bukan rekomendasi yang
pasti untuk mengambil tindakan.
Pada akhir studi Fasilitator Tim akan menghasilkan laporan yang
membahas penemuan studi dan perincian tentang persoalan-persoalan
kritis dan tindakan-tindakan yang akan diambil. Untuk catatan dan
laporan yang layak dari Manajemen Keselamatan Proyek, Tindakan
Perbaikan dalam Bentuk anjuran harus diberikan sebagaimana
diberikan dalam Lampiran III untuk langkah berikutnya.
2.1.8 Kesimpulan
Studi HAZID telah menghasilkan desain dari fasilitas yang
menyebabkan sebagian besar situasi dan operasi yang tidak aman dan
tidak ada tindakan pengukuran khusus yang direkomendasikan kecuali
persyaratan untuk HAZID/HAZOP yang terperinci, Analisis Akibat,
Analisis sebaran dan studi EIA.
List dibawah ini merupakan hazards utama yang ditemukan melalui
pengalaman
Tabel 3.1 HAZID CHECKLIST ( yang disarankan)
Kategori Utamahazards
Bagian 1
Hazards Lingkungan dan Kesehatan Hazards alam dan lingkungan
Hazards yang diciptakan sendiri (dibuat oleh manusia) Akibat
fasilitas di sekelilingnya
Prasarana Kerusakan lingkungan
Hazards terhadap kesehatan
Bagian 2
Hazards Fasilitas Metode/filosofi pengendalian
Hazards Kebakaran dan Ledakan
Process Hazards
Sistem peralatan penunjang
Hazards pemeliharaan
Fasilitas konstruksi/yang sudah ada
Konstruksi/pemprosesan secara serempak
Tabel 3. 2 : Bahaya Lingkungan
KategoriGuide WordExpanders (Examples of guide word application
not exclusive)
lingkungan dan kondisi Alam iklim yang ekstrem
Petir
Gempa bumi
erosi Suhu, gelombang, angin, debu, banjir, badai pasir
Ground slide, pesisir
Bahaya akibat manusiaBahaya keamanan
Aktivitas terorisancaman keamanan Internal dan
eksternalKerusuhan, gangguan sipil, pemogokan, aksi militer,
kerusuhan politik
Pengaruh fasilitas di sekitar lokasiInfrastruktur Geografis
Jarak ke PendudukTerdekat
Penggunaan Lahan
Jarak ke koridor TransportasiIsu Lingkungan Hidup
Masalah SosialLokasi pabrik, layout pabrik, pipa routing,
minimisasi area
kebakaran lahan, lapangan terbang, kamp akomodasijalur
Pengiriman, jalur udara, jalan, dll
penggunaan tanah Sebelumnya, fauna dan flora yang rentan, dampak
visualPenduduk lokal, budaya lokal, sosial / budaya daerah
signifikansi
Infrastruktur Komunikasi NormalKomunikasi untuk perencanaan
kontingensiSupply supportRoad links, air links, water links
Pengadaan suku cadang
Kerusakan lingkunganSaluran pembuangan udara
Saluran pembuangan air
Saluran buangan ke tanah
Emergency/upset Discharges
Lahan yang terkontaminasi
Dampak terhadap fasilitas
Pilihan pembuangan limbah
Lama konstruksiSuar, ventilasi, emisi buangan, efisiensi
energiketentuan hukum, fasilitas drainase, minyak / pemisahan air,
pencemaran laut, dampak pada kehidupan lautDrainase, penyimpanan
bahan kimia
Suar, ventilasi, drainase
penggunaan lahan sebelumnya, Area minimisasi, pipa routing,
analisis dampak lingkungan
Musim, periode signifikansi lingkungan
Tabel 3.3 : Bahaya terhadap kesehatan (Contd.)
Kategori Guide WordExpanders (Examples of guide word application
not exclusive
Bahaya kesehatanBahaya penyakit
Bahaya sesak napas
karsinogenik
beracun
fisik
Mental
Bahaya kerja
TransportPenyakit endemik, infeksi, nyamuk malaria, kebersihan
personal maupun makanan, kontaminasi air maupun makanan, genangan
air, kondisi hidup miskinSuasana sesak, kegagalan menggunakan APD
yang sesuai, masuk dalam vessel, bekerja pada ruang tertutup/ udara
terbatas, asap, buangan gasPenggunaan bahan kimia
Udara beracun, suasana sesak, penggunaan bahan kimia
Kebisingan, radiasi (ionisasi ex : skala radioaktif,maupun non
ion ex. flares, UV, sinar matahari), ergonomics
Bekerja dalam sistem shift
Bekerja di ketinggian, peralatan berbahaya, permukaan berbahaya,
sistem elektrik
Perjalanan yang berlebihan, cuaca buruk, kualitas jalan (
penanganan : sistem manajemen perjalanan efektif)
Table 3.4: Bahaya proses (Contd.)
Kategori Guide wordExpanders (Examples of guide word application
not exclusive)
Bahaya prosesInventarisasi
Persediaan
Tekanan berlebihan
Suhu Atas / bawah
Tingkat nol/excess Fase /Komposisi yang salah Kelebihan bahan
berbahaya (tindakan mitigasi meliputi: meminimalkan persediaan
berbahaya, proses alternatif dan sistem utilitas)proses stres yang
berlebihan, pengaruh (penetrasi oleh benda asing), proses
pengendalian kegagalan, kegagalan struktural, erosi atau korosi
(tindakan mitigasi mencakup: mengenali dan meminimalkan bahaya
selama proses desain, keamanan pabrik, penahanan, dan
langkah-langkah pemulihan).Offsite sumber, proses penyumbatan,
ekspansi termal, sambungan dari proses untuk sistem utilitas,
reaksi kimiaKondisi atmosfer, blowdown, kebakaran, permukaan yang
panas, reaksi kimiatangki penyimpanan excess, hilangnya fungsi di
tangki pemisahan, tekanan oleh tangki hilirkontaminasi Offsite,
kegagalan proses pemisahan, membangun-up dari fase yang salah
(pasir, hidrat, dll), zat beracun
Table 3.5 : Bahaya fasilitas (Contd.)
Kategori Guide WordExpanders (Examples of guide word application
not exclusive)
Sistem utilitasFirewater Systems
Fuel Gas
Power Supply
Drains
Inert Gas
Waste Storage and Treatment
Chemical/fuel storage
Potable water
Sewerage
Maintenance HazardsAccess Requirements
Override Necessity
Bypasses Required
Commonality of Equipment
Heavy Lifting
Requirements
Transport
Construction/ Existing FacilitiesTie-ins(shutdown
requirements)
Concurrent Operations
Reuse of Material
Common Equipment Capacity
Interface-Shutdown/blow down/ESD
Skid Dimensions (weight handling/equipment congestion)
Soil contamination (existing facilities)
Mobilization /demobilization
Table 3.6 HAZID WORKSHEETProject : PT. PLN (PERSERO) EP
Client : Team MembersPage No:
Node :
Dwg. No.Date :
Category:
Guide WordPotential Hazards and EffectsCausesControls/
safeguardsRecommendationsRank
Table 3.7CORRECTIVE ACTION ON RECOMMENDATION FORM
CORRECTIVE ACTION ON RECOMMENDATION FORM
Project Name : PT. PLN (PERSERO) EP