Page 1
STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR BIOLOGI
ANTARA SISWA YANG MENJADI ANGGOTA PALANG
MERAH REMAJA (PMR) DAN YANG TIDAK, PADA SISWA
KELAS XI IPA SEMESTER GASAL MA WALISONGO
PECANGAAN JEPARA TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Biologi
Oleh:
EDY ARIF TIRTANA
NIM. 053811143
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
Page 2
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Juni 2011
Deklarator
Edy Arif Tirtana
NIM. 053811143
Page 4
NOTA PEMBIMBING Semarang, 06 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : “Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang
Menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak,
pada Siswa Kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara
Tahun Ajaran 2010/2011”.
Nama : Edy Arif Tirtana
NIM : 053811143
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Tadris Biologi
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Drs. Listyono, M.Pd
NIP. 1969101620080
Page 5
NOTA PEMBIMBING Semarang, 06 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : “Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang
Menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak,
pada Siswa Kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara
Tahun Ajaran 2010/2011”.
Nama : Edy Arif Tirtana
NIM : 053811143
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Tadris Biologi
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II
Hj. Tuti Qurrotul Aaini, M.SI
NIP. 197210161997032001
Page 6
ABSTRAK
Judul : Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang
Menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak,
pada Siswa Kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara Tahun
Ajaran 2010/2011
Nama :Edy Arif Tirtana
NIM :(053811143),
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
dengan yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa MA
Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fiel reseach) yang bersifat
deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas
XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 yang jumlahnya
sebanyak 29 siswa.
Data hasil penelitian yang terkumpul, dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis statistik. Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji-t. Dari
penghitungan tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar biologi siswa yang
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011 mempunyai nilai rata-rata
73,5. yang berada dalam interval 70 – 74 dengan kategori kurang. Sedangkan
prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran
2010/2011 adalah 74 nilai itu berada dalam interval 72 – 74 dengan kategori
cukup. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik bahwa nilai t sebesar -
0,1126225 berada lebih kecil daripada nilai t yang ada dalam tabel baik pada taraf
signifikansi 5% yaitu 1,703 dan pada taraf signifikansi 1% yaitu 2,473 dengan dk
27.
Dengan dk sebesar 27 diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 5% = 1,701
dan pada taraf signifikansi 1% = 2,473. atau dapat ditulis, dalam taraf signifikansi
1% thitung -0,1126225 < ttabel 2,473 . jika thitung -0,1126225 > ttabel 1,703. Jadi
hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan yaitu ada perbedaan adalah ditolak, dan
hipotesa nihil (Ho) yang mengatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
adalah diterima.
Dari hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar biologi siswa yang menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak, pada siswa kelas XI IPA
MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun ajaran 2010/2011.
Page 7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul :
“Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi Anggota
Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak, pada Siswa Kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar
Sarjana pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Tersusunnya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Maka sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. DR. Sujai, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
2. Drs. Listyono, M.Pd selaku Pembimbing I dan Hj. Tuti Qurrotul Aini, M.SI
selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga
terselesainya skripsi ini.
3. Kepala Sekolah MA Waalisongo Pecangaan Jepara yang telah memberikan
izin untuk pelaksanaan penelitian.
4. Dosen-dosen IAIN Walisongo Semarang yang telah ikhlas membagi ilmunya.
5. Orang tua tercinta di Jepara yang senantiasa mendukung, mendo’akan dan
mengarahkan, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kependidikan
pada umumnya dan para pembaca pada khususnya.
Semarang, Juni 2010
Penulis
Page 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................
PENGESAHAAN..............................................................................................
NOTA PEMBIMBIMBING..............................................................................
ABSTRAK.........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................
C. Manfaat Penelitian ...................................................................
1
1
4
5
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................
A. Kajian Pustaka...........................................................................
B. Kerangka Teoritik......................................................................
1. Prestasi Belajar Biologi.......................................................
a. Pengertian Belajar........................................................
b. Pembelajaran Biologi...................................................
c. Prestasi Belajar.............................................................
2. Keterkaitan Kegiatan Ekstrakulikuler dan Prestasi Belajar
di Sekolah.............................................................................
3. Organisasi Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah……...
C. Hipotesis Penelitian ..................................................................
6
6
7
7
7
9
12
20
24
26
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
A. Jenis Penelitian.........................................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................
27
27
27
27
Page 9
D. Variabel Penelitian....................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian.......................................
F. Teknik Analisis Data Penelitian................................................
29
28
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
A. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................
1. Analisis Pendahuluan...........................................................
2. Analisis Uji Hipotesis..........................................................
3. Analisis Lanjut. ...................................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................
34
34
34
41
45
47
48
BAB V PENUTUP .....................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran ........................................................................................
C. Penutup ....................................................................................
49
49
49
50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Page 10
DAFTAR LAMPIRAN
1. Profil MA Walisongo Pecangaan Jepara.
2. Rekapitulasi pembagian tugas mengajar MA Walisongo Pecangaan Jepara
tahun pelajaran 2010/2011.
3. Daftar nama siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun
pelajaran 2010/2011.
4. Daftar nama siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun
pelajaran 2010/2011 yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR).
5. Daftar Nilai raport siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara
tahun pelajaran 2010/2011.
6. Struktur kurikulum MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran
2010/2011.
7. Struktur Kepengurusan Palang Merah Remaja (PMR) WIRA Yudha Utama
MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2010/2011.
8. Kurikulum Palang Merah Remaja (PMR) WIRA Yudha utama MA
Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2010/2011.
9. Surat ijin riset.
10. Surat keterangan telah melakukan riset.
Page 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan yang berintikan interaksi antara siswa
dengan pendidik serta berbagai sumber pendidikan1. Sedangkan proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
suatu interaksi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dengan siswa itu merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih
luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi
edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa
materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang
sedang belajar.2
Lebih khusus lagi, bahwa biologi merupakan ilmu yang mempelajari
seluk beluk makhluk hidup, hewan, tumbuhan, dan jasad renik.3 Dalam
biologi juga dipelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia
dengan segala keingintahuannya. Segenap alat-alat tubuh manusia bekerja
masing-masing tetapi satu sama lain saling membantu. Biologi mempelajari
hal tersebut berkaitan dengan lingkungannya. Kedua aspek itu, baik tubuh
manusia maupun alam dipandang sebagai sistem, dan dalam setiap sistem
terdapat komponen-komponen yang saling menunjang agar keseluruhan
sistem dapat berlangsung.4
Keseluruhan paparan di atas sejalan dengan pandangan Dirjen
Dikdasmen yang menyebutkan bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 24-25. 2 Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2006), Cet. 19, hlm. 4. 3 M.H. Sitorus, Istilah-istilah Biologi, (Bandung : Irama Widjaya, 1999), hlm. 23.
4 Nuryani, Y. Rustman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Jakarta: Universitas
Pendidikan INS Jurusan Pendidikan Biologi, 2004), hlm. 14.
Page 12
2
pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif, tetapi juga
berorientasi pada cara anak didik dapat belajar dari lingkungan, pengalaman,
dan kehebatan orang lain, kekayaan dan luasnya hamparan alam sehingga
mereka bisa mengembangkan sikap kreatif dan daya pikir imajinatif.
Dengan pendekatan kontekstual tersebut, seorang guru berusaha
menunjukkan kepada siswa, betapa materi lingkungan hidup yang dipelajari
sebenarnya sangat dekat, bahkan berinteraksi secara langsung dengan
pengalaman keseharian mereka. Akibatnya, pembelajaran materi lingkungan
hidup dapat berlangsung dengan penuh makna, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan hidup.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, sekolah sebenarnya telah
memiliki piranti-piranti yang terbentuk dalam sistem. Dalam hal ini adalah
kegiatan intra dan ekstrakulikuler. Diharapkan keduanya dapat bersinergi
secara seimbang dan saling mendukung. Sehingga tidak akan muncul
benturan-benturan yang kadang memaksa pendidik ataupun siswa untuk
memilih satu dari kedua pilihan yang menyulitkan.
Dalam kenyataannya terdapat suatu pilihan yang dilematis antara
pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan intra dan
ekstrakulikuler. Hal tersebut karena tidak adanya hubungan yang sinergis
antara keduanya. Atau belum ditemukan formula yang ampuh untuk
mengkolaborasikan kedua potensi itu.
Fakta lapangan menunjukkan bahwa seorang siswa memperoleh nilai
rendah pada mata pelajaran tertentu, sementara siswa itu menjadi siswa yang
paling rajin dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya. Ia selalu menjadi
wakil sekolah dalam setiap ajang pertemuan maupun perlombaan dan tak
jarang ia mendapatkan juara. Apakah segenap aktifitas ekstrakulikulernya itu
menyita waktu belajarnya di rumah sehingga nilai pelajarannya menjadi
korban.5 Anggapan itulah yang banyak muncul ketika seorang siswa
mendapatkan nilai kurang memuaskan pada suatu pelajaran.
5 Drs. Suparlan, M. Ed, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publising,
2008), hlm. 164.
Page 13
3
Jalan keluar dari problema di atas adalah adanya sinergitas antara
kegiatan intra dan ekstrakulikuler. Dalam kegiatan Palang Merah Remaja
(PMR) yang ada di MA Walisongo Pecangaan Jepara, jika dilihat dari
materinya, terdapat suatu hubungan yang saling mendukung dengan kegiatan
belajar mengajar. Materi-materi yang diajarkan dalam PMR sebagian besar
merupakan aplikasi dari materi biologi yang diterima dalam kelas.
Dapat dicontohkan pada materi Pertolongan Pertama (PP), dalam
materi tersebut dipelajari ilmu fa’al (anatomi) terlebih dahulu dan diikuti
dengan studi kasus kemudian praktik lapangan ataupun simulasi. Dalam
materi Perawatan Keluarga (PK), siswa diajarkan tentang ilmu gizi, gejala
infeksi penyakit, dasar-dasar kesehatan dan kebersihan tubuh. Sedang pada
materi Tranfusi Darah, siswa diajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
tranfusi darah beserta praktiknya. Selain materi yang sesuai, Palang Merah
Remaja (PMR) juga menawarkan penghayatan hidup dan pembentukan
kepribadian serta mental siswa.
Di samping materi yang sesuai, dalam Palang Merah Remaja (PMR)
juga terdapat materi yang memang tidak berhubungan dengan pelajaran
biologi seperti sejarah Palang Merah Indonesia (PMI), dasar-dasar ke-PMR-
an, kepemimpinan dan keorganisasian, baris berbaris dan sebagainya. Dalam
beberapa materi itulah yang disinyalir menimbulkan kurangnya waktu belajar
siswa di rumah.
Berangkat dari anggapan tersebut, maka penulis berusaha untuk
memunculkan fakta penelitian bahwa apakah sebenarnya kesibukan seorang
siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam hal ini Palang Merah Remaja
(PMR) dapat menghambat prestasi belajar siswa. Atau kegiatan
ekstrakulikuler tersebut menjadi kegiatan yang positif untuk prestasi belajar
siswa di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara.
Mengingat urgensi dari permasalahan yang terurai di atas, maka
penulis akan melakukan penelitian tentang perbandingan prestasi belajar
antara siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan siswa
yang tidak menjadi angggota ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR).
Page 14
4
Berangkat dari anggapan tersebut, maka penulis berusaha untuk
memunculkan fakta penelitian bahwa apakah sebenarnya kesibukan seorang
siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam hal ini Palang Merah Remaja
(PMR) dapat menghambat prestasi belajar siswa. Atau kegiatan
ekstrakulikuler tersebut menjadi kegiatan yang positif untuk prestasi belajar
siswa di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara.
Mengingat urgensi dari permasalahan yang terurai di atas, maka
penulis akan melakukan penelitian tentang perbandingan prestasu belajar
antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja
(PMR) dan siswa yang tidak mengikuti atau menjadi angggota ekstrakulikuler
Palang Merah Remaja (PMR). Dengan demikian, judul yang diajukan adalah
“Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan Siswa yang tidak Menjadi
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada Siswa Kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diketahui permasalahan
yang ada adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang
Merah Remaja (PMR) di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara?
2. Bagaimana prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota
Palang Merah Remaja (PMR) di kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan
Jepara?
3. Adakah perbedaan yang terjadi antara prestasi belajar biologi siswa yang
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak di kelas XI
IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara?
Page 15
5
C. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini terselesaikan, yang diharapkan adalah adanya
kemanfaatan. Setidaknya, manfaat yang dapat diambil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
telaah para pendidik untuk meningkatkan dedikasi dan loyalitas terhadap
tugas dan tanggung jawab pendidik maupun siswa.
2. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan koreksi hubungan antara
materi pelajaran biologi dan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR).
3. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bukti bahwa apakah kegiatan
ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) memang menjadi penyebab
turunnya prestasi belajar siswa atau tidak.
4. Untuk menambah khazanah bahan kepustakaan bagi yang berkecimpung
dalam dunia pendidikan.
Page 16
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN PUSTAKA
Berikut adalah beberapa kajian pustaka yang relevan dan berkaitan
dengan skripsi ini:
Skripsi Choirul Achyar (3502003) yang membahas tentang “Studi
Komparasi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang
Belajar di Taman Pendidikan Qur’an dan yang tidak Belajar di Taman
Pendidikan Qur’an di Sekolah Dasar Tawangharjo 01 Kecamatan Wedarijaksa
Kabupaten Pati Pada Tahun 2004”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
siswa yang belajar di TPQ cenderung mendapat nilai prestasi PAI lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai prestasi siswa yang tidak belajar di TPQ, hal ini
membuktikn bahwa belajar di TPQ menjadi faktor pendukung dalam prestasi
belajar, tidak hanya prestasi belajar PAI saja tetapi juga mata pelajaran yang
lainnya. Oleh karena itu belajar di TPQ pada sore hari sangat dianjurkan pada
siswa agar dapat membantu prestasi belajar.
Skripsi saudara Miftachudin (3102215) yang berjudul “Studi
Komparasi Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas XI Antara Siswa yang Tinggal
Bersama Orang Tua dan Siswa yang Tinggal di Kos di SMA Islamic Centre
Sultan Fattah Demak Tahun Ajaran 2005/2006”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar PAI siswa kelas XI
antara siswa yang tinggal bersama orang tua dan siswa yang tinggal di kos.
Hal ini dibuktikan dengan analisis t-tes yang didapat oleh peneliti lebih besar
dari t-tabel.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh saudara Absor (350023)
yang berjudul “Studi Komparasi Tentang Minat Belajar Pendidikan Agama
Islam Antara Siswa yang Berlatar Belakang Orang Tua Berpendidikan Agama
dengan Siswa yang Berlatar Belakang Orang Tua Berpendidikan Umum Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Selo Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
Tahun 2003/2004”. hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar PAI
Page 17
7
antara siswa yang berlatar belakang orang tua berpendidikan agama dengan
siswa yang berlatar belakang orang tua berpendidikan umum berbeda secara
signifikan. Itu terjadi karena dukungan dari masing-masing orang tua yang
berbeda dan minat dari anak itu sendiri dalam mengikuti mata pelajaran PAI.
B. LANDASAN TEORI
1. Prestasi Belajar Biologi
Untuk mengetahui prestasi belajar biologi, terlebih dahulu akan
dibahas tentang pengertian belajar, pembelajaran biologi kemudian
barulah akan dibahas tentang prestasi belajar biologi secara menyeluruh.
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak
manusia lahir sampai akhir hayat dan merupakan proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang.1 Dalam hal ini, belajar
mensyaratkan adanya perubahan pada diri tiap individu yang belajar.
Dalam buku yang lain, belajar belajar diartikan sebagai
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman indivudu dan interaksi
dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik.2 Jadi, dalam menjalankan proses belajar hendaknya
tidak hanya mengacu pada satu ranah saja, melainkan harus
mengkolaborasikan antara berbagai macam ranah demi tercapainya
hasil belajar yang optimal.
Sedangkan Shaleh Abdul Azis dan Abdul Majid dalam kitab
Attarbiyah wa Turuqu Tadris, mendefinisikan belajar sebagai
perubahan dalam diri peserta didik berdasarkan pengalaman masa lalu,
sehingga tercipta perubahan yang baru. Berikut adalah kutipan
1 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta:
Arruzz, 2007), hlm. 11. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 141.
Page 18
8
pendapat beliau sesuai yang terdapat dalam kitab Attarbiyah wa
Turuqu Tadris:
.جديدا تغييرا فيها فيحدث سابقت خبرة على يطرأ المتعلم ذهه في هوتغيير التعلم أن3
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar merupakan
rangkaian kegiatan jiwa raga atau psiko-fisik untuk menuju ke arah
perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut
unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pernyataan lain tentang belajar dikemukakan oleh Throndike salah satu
pendiri aliran teori belajar tingkah laku, bahwa belajar adalah proses
interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau
gerakan) dan respon (yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau
gerakan). Atau lebih jelasnya, perubahan tingkah laku itu dapat
berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau nonkonkret (tidak
bisa diamati).4
Masih tentang belajar, Oemar Hamalik dalam bukunya Proses
Belajar Mengajar menyebutkan bahwa belajar merupakan
memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or strengthening of behavior
through expreriencing). Menurut pengertian trersebut, belajar
merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih dalam dari pada itu,
yakni mengalami. Dan hasil belajar bukan merupakan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.5 Dari
pernyataan tersebut dapat ditangkap bahwa keberhasilan dalam belajar
dapat diukur dari seberapa bisa pelajar mempraktikan sesuatu yang
dipelajari dalam kehidupannya sehari-hari.
Melihat beberapa definisi di atas, maka belajar dapat disebut
sebagai jenis kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
3 Shaleh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris,
(Mesir: Darul Ma’arif), hlm. 169. 4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Yakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), hlm. 7. 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 27.
Page 19
9
Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar masih
sangat umum dan bisa mengarah kemana saja, tergantung individu
yang melakukannya. Dapat dikatakan bahwa belajar menghasilkan
suatu perubahan tinggkah laku dimana tingkah laku itu dapat menuju
keaarah yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan menuju kearah
yang lebih buruk.6 Sehingga perubahan tingkah laku yang dihasilkan
dari belajar, tergantung dari masing-masing individu pelajar. Jadi
belum tentu setelah belajar akan didapat hasil atau menimbulkan
perilaku yang lebih baik.
Dari berbagai pendapat para ahli tentang belajar, dapat
dikemukakan adanya beberapa elemen penting dalam belajar. Adapun
elemen-elemen penting tersebut yaitu:7
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap
sebagai hasil belajar.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang
cukup panjang.
b. Pembelajaran Biologi
Pengertian pembelajaran serta biologi menjadi hal yang wajib
untuk diuraikan sebelum peneliti membahas tentang pembelajaran
biologi. Hal tersebut dilakukan demi menghindari pembahasan yang
6 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosyda Karya, 2000), hlm.
85. 7 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990)
Cet V, hlm. 85.
Page 20
10
tidak fokus. Berikut akan dibahas berturut-turut mengenai pengertian
biologi dan pembelajaran biologi.
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk
makhluk hidup, hewan, tumbuhan dan jasad renik, masing-masing
dikenal sebagai zoologi dan botani.8 Pembelajaran biologi merupakan
proses yang diselenggarakan guru untuk pembelajaran siswa dalam
belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam mempelajari seluk beluk makhluk
hidup.
Lebih dikerucutkan lagi, pembelajaran biologi bertujuan untuk
menanamkan kesadaran terhadap keindahan dan ketertatanan alam
semesta sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan dan keimanan
terhadap Tuhan. serta menumbuhkan kesadaran untuk melestarikan
dan menjaganya dari kerusakan. Selain itu, pembelajaran biologi
bertujuan untuk menjadikan warga negara yang menguasai sains dan
teknologi demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jika diurai lebih
rinci, pembelajaran biologi bertujuan untuk: 9
a. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan
nasional serta keimanan terhadap Tuhan.
b. Memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaintannya
dengan bidang yang lain.
c. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan permasalahan
yang dialami sehari-hari dalam kehidupan.
d. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya
teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
8 MH. Sitorus, Istilah-istilah Biologi, (Bandung: Irma Widjaya, 1999), hlm. 23.
9 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Pendidikan Matemátika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan
Indonesia, 2003), hlm. 61.
Page 21
11
e. Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-
konsep biologi kemudian menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah.
f. Memberikan bekal dan pengetahuan dasar untuk melanjutkan
belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Setelah dipaparkan beberapa pengertian tentang belajar, maka
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling
utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan tingkahlaku menuju ke arah yang lebih baik bagi peserta didik.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sistem
penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara
tertulis sejak perencanaan dimulai, sehingga hasil belajar atau kompetensi
yang diharapkan dapat tercapai.10
Pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana
tertentu.
b. Interdependence atau saling tegantung, dalam arti unsur-unsur dalam
sistem pembelajaran serasi dalam suatu keseluruhan.
c. Tujuan, berarti sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang
hendak dicapai.11
Pelajar diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan
ataupun ilmu yang diperoleh dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Sehingga pembiasaan atau praktik bisa dipandang sangat penting
dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan biologi ataupun ilmu-
ilmu yang lain. Hal tersebutlah yang sangat ditekankan dalam
pembelajaran biologi.
10
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam
Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007), hlm. 287. 11
Oemar Hamalik, op. cit,. hlm. 66.
Page 22
12
c. Prestasi belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui
proses belajar.12
Dalam hal ini, belajar merupakan suatu proses. Hasil
belajar dapat berupa keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta
kognitif, kepribadian, sikap, afektif, Kelakuan, keterampilan dan
penampilan psikomotorik.13
Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan.
akan tetapi kecakapan dan keterampilan lihat, menganalisis,
memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian
kerja dilihat sangat penting. Dengan demikian, aktivitas dan produk
yang dihasilkan dari kegiatan belajar ini mendapatkan penilaian.14
Lebih lanjut lagi, setelah hasil belajar mendapatkan penilaian maka
akan menimbulkan statu efek yang dinamai prestasi belajar. Penilaian
yang dimaksud disini bukan hanya berwujud nilai ataupun angka-
angka, melainkan lebih dari itu. Nilai adalah suatu respon dari sesuatu
yang telah dilakukan.
Prestasi merupakan hasil dari usaha yang dilakukan
sebelumnya atau dapat dikatakan sebagai hasil dari apa yang telah
dilakukan atau dikerjakan.15
Sedangkan belajar diartikan sebagai
sesuatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.16
Dalam
hal ini prestasi belajar diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajar dan diberi penilaian.
12
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), hlm. 37. 13
Sudirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2001), hlm. 28-29. 14
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosydakarya, 2004), hlm. 179. 15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm.
700. 16
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta
1995), hlm. 2.
Page 23
13
Selanjutnya, prestasi belajar merupakan penguasaan atau
keterampilan yang dikembangkan dari mata pelajaran, biasanya
ditunjukan dengan nilai-nilai tes atau angka yang diberikan oleh
pendidik.17
Tes merupakan salah satu wahana program penilaian
pendidikan. Sebagai salah satu alat penilaian, tes biasanya
didevinisikan sebagai kumpulan butir soal yang jawabannya dapat
dinyatakan dengan benar atau salah.18
Sedang penilaian atau tes
tersebut berfungsi untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar yang
telah dicapai peserta didik dalam suatu program pengajaran.
Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Tes ini dapat
diberikan secara tulisan, lisan, maupun tindakan. Soal-soal tes ada
yang disusun dalam bentuk objektif dan ada juga yang disajikan
dalam bentuk essay atau uraian. Sedangkan yang termasuk non tes
sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara,
skala, sosiometri, dan studi kasus.19
Prestasi belajar ini bisa dibuktikan dan ditunjukkan melalui
nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi atau tes yang dilakukan oleh
pendidik terhadap tugas anak didik dan ulangan-ulangan atau ujian
yang ditempuhnya.20
Dengan demikian untuk menuju prestasi belajar,
memerlukan hasil yang bias dibuktikan dengan serangkaian tes.
Setelah dilakukan tes, maka diperolehlah nilai dan kemudian prestasi.
Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Baik faktor
yang berasal dari dalam diri (internal) maupun faktor dari luar diri
(eksternal). Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
17
Tulus Tu’lu, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo,
2004), hlm. 75. 18
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 1. 19
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosydakarya, 2004), hlm. 5. 20
Tulus Tu’lu, op.cit., hlm. 75.
Page 24
14
penting artinya dalam mewujudkan kompetensi sesuai dengan yang
diharapkan. Faktor-faktor tersebut meliputi:
1) Faktor internal
a) faktor jasmaniah (fisiologi, morfologi dan lain sebagainya)
b) Faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, kesiapan dan
kematangan.
2) Faktor eksternal
a) faktor keluarga: cara orang tua mendidik, keadaan ekomoni
keluarga, latar belakang kebudayaan, pengertian orang tua dan
suasana rumah.
b) Faktor sekolah, matode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
waktu sekolah, metode belajar dan lain sebagainya.
c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.21
Hal serupa juga dipaparkan oleh Ngalim Purwanto dalam
bukunya Psikologi Pendidikan. Tetapi dalam buku itu ia
menambah faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan satu
item tambahan, yaitu faktor teknik belajar.
Teknik belajar merupakan cara yang digunakan pelajar
untuk memahami atau mengambil ilmu dari apa yang ia pelajari
saat itu. Ada beberapa teknik belajar yang dikemukakannya, antara
lain:
1) Teknik totalitas
Metode ini sering disebut dengan metode global.
Pembahasan pelajaran dilakukan secara menyeluruh. Oleh
karena itu, metode ini hanya baik digunakan untuk mempelajari
bahan pelajaran yang tak begitu banyak dan panjang. Misalnya,
menghafal devinisi, kata-kata yang sulit, dan sebagainya.
21
Slameto, op.cit., hlm. 54.
Page 25
15
2) Teknik bagian
Metode ini digunakan jika bahan pelajaran terlalu banyak
dan panjang. Bahan pelajaran secara terpaksa dipotong-potong
dan dipelajari secara bertahap, atau secara sepotong demi
sepotong.
3) Teknik gabungan
Metode ini merupakan kolaborasi antara metode global
dan metode bagian. Adapun langkah-langkah yang digunakan
dalam metode ini adalah sebagai berikut:
a) Mempelajari bahan pelajaran secara musyawarah.
b) Membaginya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
c) Mempelajari bagian demi bagian.
d) Diahiri dengan mempelajari secara menyeluruh.
e) Teknik berencana (sistematis).
Sebenarnya, seseorang yang belajar mengikuti rencana atau
jadwal dengan tarjet-tarjet tertentu dapat dikatakan telah melakukan
kegiatan belajar secara sistematis. Siapa yang dapat mencapai tarjet
belajarnya dengan manajemen waktu dan pikiran yang tepat dan cepat,
maka ia dikatakan telah berhasil dalam belajar. Belajar tidak boleh
hanya berdasarkan hasrat kemauan dan keinginan saja, sebab dengan
hal tersebut akan menyebabkan adanya penumpukan tugas yang
akhirnya dapat memicu stres. Oleh karena itu, belajar yang efektif dan
efisien adalah belajar yang teratur, yaitu dengan menggunakan metode
belajar secara sistematis.22
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu :23
22
M. Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 115-120. 23
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 113-121.
Page 26
16
1). Faktor-faktor stimulus belajar yaitu segala hal di luar individu yang
merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.
Stimulus dalam hal ini mencakup :
a). Panjangnya bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah
bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin
panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk
mempelajarinya. Sehingga memunculkan faktor kelelahan dan
kejemuan dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak
pada diri siswa. Di samping itu juga menimbulkan “interferensi”
yaitu gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran
reproduksi antara kesan lama dengan kesan baru sehingga terjadi
kesalahan maksud yang tidak disadari.
b). Kesulitan bahan pelajaran
Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan
siswa, demikian juga bahan yang sulit memerlukan aktivitas
belajar yang intensif.
c). Berartinya bahan pelajaran
Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali yang
berarti memungkinkan individu untuk belajar.
d). Berat ringannya tugas
Mengenai berat atau ringannya suatu tugas berhubungan
dengan tingkat kemampuan individu, karena kapasitas intelektual
serta pengalaman masing-masing siswa berbeda. Di samping itu,
kematangan usia siswa menjadi indikator atas berat atau ringannya
tugas.
e). Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal seperti cuaca, waktu, kondisi
kebersihan tempat dan sebagainya mempengaruhi sikap dan reaksi
individu dalam aktivitas belajarnya, karena belajar adalah interaksi
dengan lingkungannya.
Page 27
17
2). Faktor-faktor metode belajar meliputi hal-hal sebagai berikut :
a). Kegiatan berlatih atau praktek
Berlatih sebaiknya diberikan secara terdistribusi karena dapat
menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. Dan
jangan diberikan secara maraton (non stop) karena dapat
mengakibatkan kelelahan dan kebosanan.
b). Overlearning dan drill
Overlearning berlaku bagi latihan ketrampilan motorik seperti
bermain piano atau menjahit. Dan drill berlaku bagi kegiatan
berlatih abstraksi seperti berhitung.
c). Resitasi selama belajar
Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan juga
kemampuan menghafal bahan pelajaran.
d). Pengenalan tentang hasil-hasil belajar
Pengenalan terhadap hasil atau kemajuan belajar siswa adalah
penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai
akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
e). Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian
Belajar mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih
menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian, karena
dengan cara tersebut siswa dapat menemukan set yang tepat untuk
belajar. Tetapi kelemahan metode keseluruhan adalah
membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang
sesungguhnya berlangsung.
f). Penggunaan Modalitas Indra
Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing siswa
dalam belajar tidaklah sama. Namun yang penting dalam belajar
adalah mengfungsikan ketiga impresi yaitu oral, visual dan
kinestetik dengan selaras.
g). Penggunaan dalam belajar
Page 28
18
Arah perhatian seseorang sangat penting bagi belajarnya. Dan
belajar tanpa set adalah kurang efektif.
h). Bimbingan dalam belajar
Bimbingan seharusnya diberikan kepada siswa dalam batas-
batas yang diperlukan karena bimbingan yang terlalu banyak
cenderung membuat siswa menjadi tergantung.
i). Kondisi-kondisi intensif
Intensif adalah obyek atau situasi eksternal yang dapat
memenuhi motif individu. Intensif akan menentukan tingkat
motivasi belajar siswa di masa-masa mendatang.
3). Faktor-faktor individual yaitu menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a). Kematangan
Kematangan memberikan kondisi di mana fungsi-fungsi
fisiologis termasuk sistem saraf dan fungsi otak menjadi
berkembang. Dengan berkembangnya fungsi otak dan sistem
syaraf akan menumbuhkan kapasitas mental siswa dan
mempengaruhi hal belajar siswa.
b). Faktor usia kronologis
Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat
kemampuan belajar siswa. Anak yang lebih tua adalah lebih kuat,
lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih
berat, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya di dalam
waktu yang lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak kebiasaan
kerja dan ingatan yang lebih baik daripada anak yang lebih muda.
c). Faktror perbedaan jenis kelamin
Fakta menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti
antara pria dan wanitia dalam hal intelegensi. Namun barangkali
yang dapat membedakan antara pria dan wanita adalah dalam hal
peranan dan perhatiannya terhadap suatu pekerjaan, dan ini
merupakan akibat dari pengaruh kultural.
d). Pengalaman sebelumnya
Page 29
19
Lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada siswa.
Dan pengalaman yang diperoleh siswa ikut membawa pengaruh
terhadap belajarnya, terutama pada transfer belajar siswa.
e). Kapasitas mental
Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai
kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat fungsi
fisiologis pada sistem saraf dan jaringan otak.
f). Kondisi kesehatan jasmani
Belajar membutuhkan kondisi bahan yang sehat karena badan
yang sakit atau kelelahan akan berakibat pada belajar yang tidak
efektif.
g). Kondisi kesehatan rohani
Gangguan serta cacat mental seperti sedih, frustasi atau putus
asa dan sebagainya pada diri siswa akan mengganggu belajarnya.
h). Motivasi
Motivasi akan menggerakkan siswa pada tindakan dan
mencapai tujuan belajar yang paling dirasa berguna bagi
kehidupan.
Untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan, sebaiknya
diperhatikan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
1) Belajar akan berhasil jika disertai dengan kemauan dan tujuan tertentu.
2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai dengan berbuat, latihan dan
ulangan.
3) Belajar akan lebih berhasil jika memberikan hasil yang menyenangkan.
4) Belajar akan lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan
aktifitas belajar atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
5) Belajar akan lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami
bukan sekedar menghafal kata.
6) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan pada si pelajar.
Page 30
20
7) Ulangan dan latihan diperlukan, tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
Selain memperhatikan prinsip-prinsip di atas, kita jugas harus
melihat pendapat Bobbi dePorter yang mengutip pendapat Dr. Vernon A.
Magnesen, bahwa orang belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa
yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan
didengar 70 % dari apa yang dikatakan, 90 % dari apa yang dikatakan dan
dilakaukan.24
Ia juga melanjutkan bahwa keberhasilan belajar ditentukan
dengan suasana menyenangkan dan menggembirakan. Semakin suasana
mendukung untuk dilakukan suatu pembelajaran, tentu saja hasil belajar
yang dicapai akan semakin maksimal. Suasana disini menyangkut suasana
eksternal maupun internal individu.
2. Keterkaitan Kegiatan Ekstrakulikuler dan Prestasi Belajar di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan, yang menampung peserta
didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan dan
keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan secara
berkoordinasi dan terarah. Dengan Demikian siswa diharapkan dapat
mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan
pendidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler atau pengembangan diri merupakan
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari
kurikulum sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan bakat dan minat peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Banyak siswa yang kurang mengetahui bakat dan minat
yang ada pada dirinya sehingga siswa juga kurang maksimal dalam
pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Dalam hal ini
konselor mempunyai peran yang sangat penting yaitu dalam pelaksanaan
layanan penempatan dan penyaluran yang memungkinkan siswa
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan
24
Bobbi dePorter, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 57.
Page 31
21
kemampuan, bakat, minat dan ciri-ciri pribadinya, selain kegiatan
ekstrakurikuler yang mendukung peningkatan hasil belajar siswa,
kebiasaan belajar juga memiliki hubungan yang erat dalam hal
peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian untuk memperoleh hasil
belajar yang baik maka diperlukan pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler
dan kebiasaan belajar yang baik pula.
Sesungguhnya, kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler
merupakan kegiatan utama sebuah institusi sekolah. Anak-anak berlatih
menari di ruang yang telah disediakan. Anak-anak mempersiapkan lomba
di sekolah. Anak-anak berlatih English Conversation di laboratorium
bahasa sekolah. Bahkan anak-anak sehabis olahraga pergi ke kantin
sekolah untuk mengurangi rasa lapar dan haus. Semua kegiatan itu
dilakukan di semolah. Semua itu pula adalah kegiatan ekstra dan
intrakulikuler. Keduanya adalah kegiatan yang saling mendukung dan
mempengaruhi.25
Dalam pembinaan siswa di sekolah, banyak wadah atau program
yang dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang kemudian atas
prakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan ke arah
pengetahuan yang lebih maju.
Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program
ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler yang beragam siswa dapat mengembangkan
bakat, minat dan kemampuannya.
Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu
dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan
kurikulum.
25
Drs. Suparlan, M. Ed, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publising,
2008), hlm. 164.
Page 32
22
Yang dimaksud dengan kegiatan terkoordinasi di sini adalah
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru,
sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.
Dengan Demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil
dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan
termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya,
bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran,
mengingat kegiatan tersebut merupakan Bagian penting dari kurikulum
sekolah.26
Kegiatan ini menjadi salah satu unsure penting dalam membangun
kepribadian murid. Seperti yang tersebut dalam tujuan pelaksanaan
ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan (1987), bahwa kegiatan ekstrakurikuler harus meningkatkan
kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. Dapat mengetahui,
mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan
pelajaran lainnya.27
Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata
pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan
potensi yang dimiliki.
Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran
ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada
26
Amal A.A, Mengembangkan Kreatifitas Anak (Pustaka Al-Kautsar: Jakarta Timur,
2005), hlm. 378. 27
B. Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (PT. Rineka Cipta: Jakarta 1997).
hlm. 272
Page 33
23
mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler
yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang
aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi,
mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik ekstrakulikuler yang
diikuti.
3. Organisasi Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah
Palang Merah Remaja (PMR) dibentuk oleh Palang Merah
Indonesia (PMI) di Jakarta pada tanggal 1 Maret 1950 yang dipimpin oleh
Nn. Siti Dasimah, kemudian tokoh lainnya adalah Nn. Paramita
Abdurachman. Palang Merah Remaja (PMR) dahulu bernama Palang
Merah Pemuda (PMP). Saat itu 15 cabang PMI yang memiliki Palang
Merah Pemuda (PMP) membawahi 2047 orang anggota. Hal ini adalah
perwujudan dari keputusan Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah. Berikut adalah dasar hukum yang menjamin
keberlangsungan Palang Merah Remaja (PMR) dalam institusi pendidikan:
a. Perjanjian kerjasama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI dengan Palang Merah Indonesia Nomor 0118/U/1995; Nomor
0090.Kep/pp/V/95, tanggal 24 Mei 1995, tentang pembinaan dan
pengembangan kepalangmerahan di kalangan siswa, warga belajar dan
mahasiswa.
b. Keputusan bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
dengan Palang Merah Indonesia No. D119/U/1996; Nomor
0320A.KEP/PP/V/96 tanggal 7 Mei 1996 tentang pembentukan Tim
Pembinaan Pengembangan Kepalangmerahan di kalangan siswa, warga
belajar dan mahasiswa.
c. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor:
0461/U/1984 tanggal 18 Oktober 1984, tentang pembinaan kesiswaan.
d. Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Nomor: 226/C/Kep/0/1992, tanggal 27 Juni 1992, tentang pedoman
pembinaan kesiswaan.
Page 34
24
e. Surat edaran Jenderal Pendidikan Nomor: 1.1-052.1974, tanggal 20 Juni
1974, tentang pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah.
Tercantum dalam Bab IV pasal 6 perjanjian kerjasama Depdikbud
RI-PMI disebutkan bahwa, kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) di
sekolah secara fungsional merupakan bagian dari kegiatan Organisasi
Siswa Intra Sekolah di bawah pembinaan seksi kesegaran jasmani dan
daya kreasi.
Dengan kata lain, bahwa Palang Merah Remaja (PMR) merupakan
kegiatan ekstrakurikuler sekolah dan masih merupakan bagian dari
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Berarti, Palang Merah Remaja
(PMR) berada di bawah naungan dua lembaga, yaitu sekolah dan Palang
Merah Indonesia (PMI).
Berturut-turut susunan pengurus Palang Merah Remaja (PMR) di
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Pembina Palang Merah Remaja (PMR) adalah kepala sekolah yang
mengatur tugas pembina teknis dan pelatih Palang Merah Remaja
(PMR) yang ada di sekolah tersebut.
b. Pembina teknis Palang Merah Remaja (PMR) adalah guru atau
pelaksana tugas admnistrasi di sekolah tersebut yang sehari-hari
membantu kepala sekolah melaksanakan tugas pembinaan Palang
Merah Remaja (PMR).
c. Pengurus Palang Merah Remaja (PMR) terdiri dari siswa / siswi yang
telah menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan setelah
mengikuti pendidikan dasar Palang Merah Remaja (PMR).
d. Kemudian pengurus harian Palang Merah Remaja (PMR) terdiri dari:
seorang ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, unit bakti
masyarakat, unit kesehatan, unit persahabatan, unit umum.
Tidak semua orang dapat disebut sebagai pengurus ataupun
anggota Palang Merah Remaja (PMR), sebab dalam Palang Merah Remaja
(PMR) mensyaratkan adanya kemauan dan kemampuan untuk menolong
sesama umat manusia yang memerlukan bantuannya atas dasar rasa
Page 35
25
kemanusiaan yang luhur dan disertai dengan fisik dan mental yang kuat.
Selain itu harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Palang
Merah Indonesia (PMI) berupa pendidikan dan latihan kepalangmerahan.
Oleh karena itu dalam penerimaan anggota Palang Merah Remaja (PMR)
terdapat beberapa syarat, yaitu:
f. Warga negara Republik Indonesia
g. Berusia antara 7 sampai dengan 21 tahun / belum menikah.
h. Dapat membaca dan menulis
i. Atas dasar kemauan sendiri atau tanpa paksaan dari pihak manapun
j. Mendapat persetujuan dari orang tua atau wali
k. Sebelum menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) penuh,
bersedia melaksanakan tugas kepalangmerahan selaku anggota Palang
Merah Remaja (PMR) secara sukarela.
l. Permintaan menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) disampaikan
secara kolektif kepada pengurus cabang Palang Merah Indonesia (PMI)
setempat melalui pembina Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah
masing-masing bagi yang bersekolah. Bagi yang tidak bersekolah
langsung menghubungi cabang / kepala markas Palang Merah Indonesia
(PMI) cabang di masing-masing tempat tinggalnya.28
Persyaratan-persyaratan tersebut diadakan karena Palang Merah
Remaja (PMR) mempunyai tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan
untuk mendukung terlaksananya tugas dan kewajiban yang nantinya akan
dibebankan kepada anggota Palang Merah Remaja (PMR). Dari itu, tiap
anggota Palang Merah Remaja (PMR) memerlukan pendidikan sesuai
dengan tingkatannya.
Palang Merah Remaja (PMR) diperbantukan dalam tugas-tugas
kepalangmerahan seperti membantu memberikan pertolongan pertama
pada kecelakaan, membantu korban bencana, dan lain sebagainya. Namun
tugas dan kewajiban utama atau tiga pedoman kegiatan Palang Merah
28
Palang Merah Indonesia, Materi Pendidikan Palang Merah Remaja, (Jakarta: Markas
Besar Palang Merah Indonesia, 1991), hlm. 62.
Page 36
26
Remaja (PMR) yang biasa disebut Tri Bakti Palang Merah Remaja (PMR)
adalah sebagai berikut:
a. Berbakti kepada masyarakat.
b. Mempertinggi mutu keterampilan dan memelihara kebersihan dan
kesehatan.
c. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.29
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang
diteliti, jawaban ini dapat benar atau salah tergantung pembuktian di
lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh Sutrisno Hadi, “Hipotesis adalah
dugaan yang mungkin benar, mungkin salah atau palsu, dan akan diterima
jika faktor-faktor membenarkannya.30
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotesi sebagai
berikut:
Ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar biologi siswa
yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dengan siswa yang tidak
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2010/2011.
29
Palang Merah Indonesia, Materi Pendidikan, hlm. 62. 30
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 63.
Page 37
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan jenis penelitian
kuantitatif yang bersifat Ex-Post Facto. Ex-Post Facto digunakan karena
penelitian ini mencoba mengungkap dampak dari suatu perlakuan yang tidak
didahului dengan pengontrolan maupun manipulasi ubahan yang mengganggu
kemurnian hubungan komparatif dari objek yang diteliti.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Mei sampai 18 Mei 2011 di
Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan Jepara. Adapun objek penelitian
adalah kelas XI IPA.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yaitu keseluruhan (benda, alat-alat, pelajaran, kurikulum)
yang dapat dijadikan sumber data. Senada dengan devinisi tersebut,
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian atau totalitas dari semua objek atau semua individu yang
mempunyai karakteristik tertentu.1
Dengan demikian, yang dijadikan populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI IPA baik yang menjadi anggota Palang
Merah Remaja (PMR) maupun yang tidak menjadi Anggota PMR di MA
Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah
29 siswa yang terkumpul dalam satu kelas.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 5,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 96.
Page 38
28
Adapun siswa yang tercatat menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) adalah 14 siswa. Sedangkan yang tidak menjadi anggota Palang
Merah Remaja adalah 15 siswa.
2. Sampel
Sampel, adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili
dari seluruh populasi.2
Mengenai pengambilan sampel, maka peneliti berpedoman pada
pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa “Apabila
subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi sedangkan jika jumlahnya
lebih dari 100 orang dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.3
Jika ditilik lebih lanjut, penelitian ini bersifat ex-post facto, dalam
populasi itu sebelumnya tidak dilakukan rekayasa atau perlakuan tertentu
dari peneliti, melainkan sampel diambil dari objek yang mendapat
perlakuan sama, dari segi kurikulum, jam pelajaran, guru mata pelajaran,
dan yayasan yang sama.
Dalam penelitian ini, populasi terdiri dari 29 siswa. Terbagi menjadi
14 siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan 15
siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR). Karena
objek penelitian kurang 100, maka siswa diambil semua sebagai objek
penelitian, berarti ada 29 siswa.
Menurut Prof. DR. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Statistika
untuk Penelitian, bila jumlah n1 tidak sama dengan n2 sedangkan varian
dinyatakan homogen dapat digunakan rumus t-test dengan polled varians
dan dengan besaran dk = n1+ n2 – 2.
Sedang untuk n1 tidak sama dengan n2 sementara variannya tidak
homogen, dapat digunakan t-test dengan rumus separated varians. Untuk
harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung dari selisih harga tabel
2 Winarno Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung:
Tarsito, 1990), hlm. 93 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 120
Page 39
29
dengan dk = n1 – 1 dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambah
dengana harga t yang terkecil.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.4 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu
variabel yaitu prestasi belajar pada siswa yang menjadi anggota Palang Merah
Remaja (PMR) sebagai variabel (X1) dan prestasi belajar pada siswa yang
tidak menjadi Anggota Palang Merah Remaja (PMR) sebagai variabel (X2).
E. Tehnik Pengumpulan Data Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi,
peneliti menggunakan beberapa metode yang diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu :
1. Data Kepustakaan
Data kepustakaan digunakan untuk memperoleh informasi dalam
rangka menyusun teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.
2. Data Lapangan
Data lapangan diperoleh dari hasil atau penelitian lapangan, dalam
hal ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi, adalah suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada obyek penelitian.5 Metode ini digunakan
untuk memperoleh data tentang keadaan umum MA Walisongo
Pecangaan Jepara seperti kondisi fisik bangunan, keadaan sosial dan
lainnya yang dianggap perlu.
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi III,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 91 5 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm.
118
Page 40
30
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah sekumpulan data yang berupa tulisan
dokumen, sertifikasi, buku, majalah, peraturan-peraturan, struktur
organisasi, jumlah guru, jumlah siswa, kurikulum dan sebagainya.6
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dokumentasi dan
dokumen-dokumen yang ada seperti, struktur organisasi, keadaan
siswa, keadaan kepegawaian, letak geografis serta keadaan sarana dan
prasarana.
Selain itu, peneliti menggunakan dokumentasi berupa nilai raport
biologi semester gasal untuk mendapatkan data nilai yang selanjutnya
dapat diolah dan diketahui prestasi belajar siswa yang
diperbandingkan, sehingga peneliti tidak perlu melakukan tes untuk
mendapatkan nilai yang akan di olah. Hal tersebut didukung pula
bahwa penelitian ini bersifat ex-post facto.
F. Teknik Analisis data Penelitian
Metode Analisis Data Penelitian
1. Pengolahan Data
Setelah semua dapat terkumpul dengan lengkap, selanjutnya
mengolah data tersebut melalui tahapan sebagai berikut :7
a. Koding
Yaitu usaha untuk mengklasifikasikan dengan tanda atau kode
tertentu.
b. Tabulating
Yaitu proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 143 7 S. Margono, Metodologi Penelitian, hal. 191-192
Page 41
31
c. Editing
Yaitu mengolah data dengan meneliti kembali catatan para
pencari data untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
d. Analisa Data
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul dari penelitian
yang bersifat kuantitatif, maka peneliti menggunakan analisis data
statistik.
Analisis tersebut peneliti menggunakan rumus statistik yaitu t
test “Pooled Varians” dengan sampel kecil menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Analisis Pendahuluan
Dalam analisis ini peneliti memasukkan data yang terkumpul
dalam tabel distribusi untuk memudahkan perhitungan dan
mempermudah keterbatasan yang ada dalam langkah pengolahan
data selanjutnya.
a) Menentukan Kualifikasi dan interval nilai
K
RP dimana R = NT –NR dan K = 1+3.3 log N
P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi
R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah
K = Banyaknya Kelas N =Jumlah Responden
b) Menentukan tabel frekuensi
c) Mencari nilai rata-rata dari variabel X1 dan X2
Mean variabel X1 dengan rumus :
n
XMe
1
Mean variabel X2 dengan rumus:
n
XMe
2
d) Mencari varian sampel X1 dan X2
Page 42
32
Varians sampel X1
1
2
112
1
n
XXS
varians sampel X2
1
2
222
2
n
XXS
2) Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis
yang peneliti ajukan. Dalam analisis ini peneliti mengadakan
perhitungan lebih lanjut mengenai tabel distribusi frekuensi yang
ada dalam statistik yaitu t test “Pooled Varians“. Atau “Separated
varians.“
Rumus statistik t test “ Pooled Varians “ yang digunakan
adalah :8
2121
2
22
2
11
21
11
2
11
nnnn
snsn
XXt
Keterangan :
T : hasil akhir dari perhitungan rumus diatas
1X dan 2X : nilai rata-rata hitung data kelompok 1 dan 2
S12 dan S2
2 : varians sampel data kelompok 1 dan 2
n1 dan n2 : banyaknya data kelompok 1 dan 2
Dalam menentukan data yang dihasilkan homogen atau tidak, maka
digunakan cara Varians Terbesar dibagi Varians Terkecil.
Dengan hipotesis:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Atau dapat ditulis:
8 Sugiyono, Stastiktika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 138
Page 43
33
Ho : Tidak ada perbedaan antara motivasi belajar biologi siswa
yang bertempat tinggal di pondok pesantren dengan siswa
yang bertempat tinggal di rumah.
Ha : Ada Perbedaan antara prestasi belajar siswa yang menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan siswa yang tidak
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR).
3) Analisis Lanjut
Analisis ini merupakan pengolahan lebih lanjut dari hasil
analisis uji hipotesis. Dalam analisis ini peneliti membuat
interpretasi dari rumus di atas dengan t tabel t 5% atau 1 %.
Dengan Interpretasi sebagai berikut :
a. Jika harga t test dari perhitungan lebih besar atau sama dengan t
tabel maka hipotesis nilai ditolak, berarti ada perbedaan mean
yang signifikan antara kedua variabel.
b. Jika harga t test dari perhitungan lebih kecil dari t tabel maka
hipotesis nilai diterima, berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kedua variabel.
Atau dengan kata lain, kriteria pengujian adalah Ho diterima,
jika thitung < ttabel. jika thitung > ttabel maka Ha diterima.
Page 44
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Analisis Pendahuluan
Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar biologi siswa kelas
XI IPA di MA Walisongo Pecangaan Jepara yang menjadi anggota Palang
Merah Remaja (PMR) dan yang tidak, data yang peneliti ambil adalah
nilai raport siswa. Berikut adalah data siswa kelas XI IPA yang menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak dengan nilai
raportnya.
Tabel 4.1
Data Nilai Raport Siswa Kelas XI IPA
No Nama Siswa Nilai Rapor
1 A 75
2 B 79
3 C 73
4 D 73
5 E 71
6 F 72
7 G 72
8 H 74
9 I 72
10 J 75
11 K 71
12 L 75
13 M 73
14 N 72
15 O 72
16 P 75
Page 45
35
17 Q 73
18 R 75
19 S 78
20 T 75
21 U 71
22 V 66
23 W 75
24 X 75
25 Y 72
26 Z 71
27 Aa 76
28 Bb 76
29 Cc 72
Sedang untuk mengetahui lebih jelas mengenai hasil penelitian
tersebut dapat dilihat pada deskripsi sebagai berikut:
a. Deskripsi data tentang prestasi belajar biologi siswa yang menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Untuk menentukan nilai kualitatif prestasi belajar biologi siswa
yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), yang dalam hal
ini disimbolkan dengan X1 adalah dengan menjumlahkan nilai raport
siswa sesuai dengan urutan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Nilai Raport Variabel X1
No Nama Responden Nilai Rapor
1 A 75
2 B 79
3 C 73
4 D 73
Page 46
36
5 E 71
6 F 72
7 G 72
8 H 74
9 I 72
10 J 75
11 K 71
12 L 75
13 M 73
14 N 72
Jumlah 1027
Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis sebagai berikut:
1) Mencari Interval Nilai
Untuk mencari interval nilai dan menentukan klasifikasi serta
interval di gunakan rumus sebagai berikut:
K
RP dimana R = NT – NR dan K = 1+3,3 log N
P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi
R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah
K = Banyaknya Kelas N = Jumlah Responden
Maka:
R = NT – NR
= 79 – 71
= 8
K = 1+3,3 log N
= 1+3,3 log 14
= 1+ 3,782
= 4,782 dibulatkan menjadi 5
Page 47
37
K
RP
5
8P
= 1,666 dibulatkan menjadi 2
2) Mencari Rata-Rata Prestasi belajar biologi Siswa yang Menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Untuk mencari rata-rata prestasi belajar, digunakan
perhitungan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Deskripsi Frekuensi Variabel X1
Interval f X fX Mean
79 – 80 1 79,5 79,5
14
1029Me
= 73,5
77 – 78 - 77,5 -
75 – 76 3 75,5 226,5
73 – 74 4 73,5 294
71 – 72 6 71,5 429
Jumlah 14 1029
3) Kualitas Variabel Prestasi belajar biologi Siswa yang Menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Setelah diketahui nilai rata-rata prestasi belajar biologi siswa
yang menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), maka
kemudian hasil tersebut dicocokan pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Kualitas Variabel X1
No Interval Keterangan
1 79 – 80 Istimewa
2 77 – 78 Baik
3 75 – 76 Cukup
4 73 – 74 Kurang
Page 48
38
5 71 – 72 Buruk
Melihat dari tabel kualitas variabel diatas, menunjukkan bahwa
prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah
Remaja (PMR) dalam kategori ”kurang” terlihat dari rata-rata prestasi
belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) adalah 73,5. Sesuai dengan tabel 4.3, nilai tersebut berada
dalam interval 70 – 74.
b. Deskripsi data tentang prestasi belajar biologi siswa yang tidak
menjadi anggota Palang Merah Ramaja (PMR)
Seperti diatas, untuk menentukan nilai kualitatif prestasi belajar
biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) yang dalam hal ini disimbolkan dengan X2 adalah dengan
menjumlahkan nilai raport siswa sesuai dengan urutan. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Data nilai raport siswa kelas XI IPA
yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
No Siswa Nilai Rapor
1 A 72
2 B 75
3 C 73
4 D 75
5 E 78
6 F 75
7 G 71
8 H 66
9 I 75
10 J 75
11 K 72
Page 49
39
12 L 71
13 M 76
14 N 76
15 O 72
Jumlah 1102
Berdasarkan tabel di atas, kemudian diadakan analisis sebagai berikut:
1) Mencari Interval Nilai
Untuk mencari interval nilai dan menentukan klasifikasi serta
interval di gunakan rumus sebagai berikut:
K
RP dimana R = NT – NR dan K = 1+3,3 log N
P = Panjang Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi
R = Rentang Nilai NR = Nilai Terendah
K = Banyaknya Kelas N = Jumlah Responden
Maka:
R = NT – NR
= 78 – 66
= 12
K = 1+3,3 log N
= 1+3,3 log 15
= 1+3,881
= 4,881 dibulatkan menjadi 5
K
RP
5
12P
= 2,4 dibulatkann menjadi 3
Page 50
40
2) Mencari Rata-Rata Prestasi belajar biologi Siswa yang tidak
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Untuk mencari rata-rata prestasi belajar, digunakan
perhitungan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Deskripsi Frekuensi Variabel X2
Interval F X fX Mean
78 – 80 1 79 79
15
1110Me
= 74
75 – 77 7 76 532
72 – 74 4 73 292
69 – 71 2 70 140
66 – 68 1 67 67
Jumlah 15 1110
3) Kualitas Variabel Prestasi belajar biologi Siswa yang tidak menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR)
Setelah diketahui nilai rata-rat prestasi belajar biologi siswa
yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR), maka
kemudian hasil tersebut dicocokan pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Kualitas Variabel X2
No Interval Keterangan
1 78 – 80 Istimewa
2 75 – 77 Baik
3 72 – 74 Cukup
4 69 – 71 Kurang
5 66 – 68 Buruk
Melihat dari tabel kualitas variabel diatas, menunjukkan bahwa
prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang
Merah Remaja (PMR) dalam kategori ”cukup” terlihat dari rata-rat
Page 51
41
prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi aggota Palang Merah
Remaja (PMR) adalah 74 apabila disesuaikan dengan tabel 4.6, nilai
tersebut berada dalam interval 72 – 74.
2. Analisis Uji Hipotesis
Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan serta diterima tidaknya
hipotesa yang diajukan, maka dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus :
2121
2
22
2
11
21
11
2
11
nnnn
snsn
XXt
Keterangan :
t : hasil akhir dari perhitungan rumus diatas
1X dan 2X : nilai rata-rata hitung data kelompok 1 dan 2
S12 dan S2
2 : varians sampel data kelompok 1 dan 2
n1 dan n2 : banyaknya data kelompok 1 dan 2
Dalam menganalisis data ini, digunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mencari Mean Variabel X1
b. Mencari Mean Variabel X2
c. Mencari Varians Sampel X1
d. Mencari Varians Sampel X2
e. Mencari t
Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Mencari Mean Variabel X1
Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari variabel X1, maka
digunakan rumus :
n
XMe
1
Keterangan:
Me : rata-rata
X : nilai variabel
Page 52
42
n : jumlah individu
hasilnya adalah:
n
XMe
1
= 1027
14
= 73,357
Jadi, mean dari variabel X1 adalah 73,357
b. Mencari Mean Variabel X2
Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari variabel X2 maka
digunakan rumus :
n
XMe
2
Keterangan:
Me : rata-rata
X : nilai variabel
n : jumlah individu
hasilnya adalah:
n
XMe
2
= 1102
15
= 73,466
Jadi, mean dari variabel X2 adalah 73,466
c. Mencari Varians Sampel X1
Tabel 4.8
Varians Sampel X1
No. Resp. 1X
1X 11 XX 211 XX
1 75 73,357 1,643 2.699449
2 79 73,357 5,643 31.84345
3 73 73,357 0,643 0.127449
Page 53
43
4 73 73,357 0,643 0.127449
5 71 73,357 -2,357 5.555449
6 72 73,357 -1.357 1.841449
7 72 73,357 -1.357 1.841449
8 74 73,357 0.643 0.413449
9 72 73,357 -1.357 1.841449
10 75 73,357 1.643 2.699449
11 71 73,357 -2.357 5.555449
12 75 73,357 1.643 2.699449
13 73 73,357 -0.357 0.127449
14 72 73,357 -1.357 1.841449
Jumlah 59.21429
1
2
112
1
n
XXS
114
59.21429
= 4.554945
Jadi, varians sampel X1 adalah 4.554945
d. Mencari Varians Sampel X2
Tabel 4.9
Varians Sampel X2
No. Resp. 2X 2X 22 XX 222 XX
1 72 73,466 -1.466 2.149156
2 75 73,466 1.534 2.353156
3 73 73,466 -0.466 0.217156
4 75 73,466 1.534 2.353156
5 78 73,466 4.534 20.55716
6 75 73,466 1.534 2.353156
7 71 73,466 -2.466 6.081156
8 66 73,466 -7.466 55.74116
Page 54
44
9 75 73,466 1.534 2.353156
10 75 73,466 1.534 2.353156
11 72 73,466 -1.466 2.149156
12 71 73,466 -2.466 6.081156
13 76 73,466 2.534 6.421156
14 76 73,466 2.534 6.421156
15 72 73,466 -1.466 2.149156
Jumlah 119.7333
1
2
222
2
n
XXS
115
119.7333
= 8.552381
Jadi, varians sampel X2 adalah 8.552381
Sebelum masuk pada rumus t-test yang akan digunakan, maka perlu
diuji dulu varians kedua sampel homogen atau tidak. Pengujian
homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:
iliansterkec
ariansterbesF
var
var
4.
552381.8F
= 1.877603
Harga F hitung tersebut perlu dibandingkan dengan F tabel, dengan dk
pembilang = 15-1 dan dk penyebut = 14-1.
Berdasarkan dk pembilang = 14 dan dk penyebut = 13, dengan taraf
kesalahan ditetapkan = 5%, maka harga F tabel = 2,55.
Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau
sama dengan F tabel (Fh ≤ Ft), maka H0 diterima dan Ha ditolak. H0
diterima berarti varians homogen, dan kalau Ha yang diterima, maka
varians tidak homogen.
Page 55
45
Hasil dari perhitungan ini di dapat bahwa Fh lebih kecil dari Ft, maka
itu menunjukan bahwa varians homogen.
e. Mencari t
2121
2
22
2
11
21
11
2
11
nnnn
snsn
XXt
15
1
14
1
21514
8.552381115877603.4114
73,466357,73t
15
1
14
1
27
733334.119408839.63
109,0t
15
1
14
1
27
142173.183
109,0t
0666666,00714285,07830434.6
109,0
t
936705.0
109,0t
967835.0
109,0t
t -0,1126225
3. Analisis Lanjut
Setelah harga t diketahui, kemudian akan diinterpretasikan dengan
identifikasi bahwa apabila nilai t yang diperoleh dari hasil observasi sama
atau lebih besar dari t dalam tabel, baik pada taraf signifikansi 5% atau
1%, maka hasil penelitian ini menunjukkan signifikan, tetapi apabila nilai t
yang diperoleh dari hasil observasi ternyata lebih kecil dari nilai t dalam
tabel, maka hasil penelitian non signifikan yaitu tidak terdapat perbedaan.
Page 56
46
Untuk mengetahui nilai t dalam tabel sebagai pedoman dasar
pembuktian signifikan terlebih dahulu dicari derajat kebebasan (degree of
fredom) atau dk nya dengan rumus sebagai berikut :
dk = n1 + n2 – 2
Dari rumus diatas, maka peneliti memilih salah satu yaitu dk = n1 + n2 – 2
sehingga dk = n1 + n2 – 2
= 14 + 15 – 2
= 27
Jadi dk nya dapat diketahui sebesar 27 kemudian dijadikan sebagai
dasar pembuktian signifikansi. Sedangkan tabel nilai t yang dijadikan
dasar adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10
Nilai t Tabel
d. k Harga t pada Taraf Signifikansi
5 % 1 %
26 1,706 2,479
27 1,703 2,473
28 1,701 2,467
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dk sebesar 27
diperoleh t tabel sebagai berikut :
- Pada taraf signifikansi 5% = 1,701
- Pada taraf signifikansi 1% = 2,473
Karena t yang diperoleh dalam perhitungan (yaitu t = -0,1126225)
adalah lebih kecil dari pada t tabel (baik pada taraf signifikansi 5%
maupun pada taraf signifikansi 1%) maka hipotesa nihil diterima. Berarti
antara variabel X1 dan variabel X2 tidak terdapat perbedaan atau
kesenjangan yang signifikan.
Page 57
47
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungan nilai variabel X1 diketahui nilai rata-rata 73,357.
Hal ini berarti bahwa prestasi belajar biologi siswa yang menjadi aggota
Palang Merah Remaja (PMR) dalam kategori cukup, yaitu pada interval nilai
75-76. Sedangkan nilai variabel X2 diketahui dengan rata-rata 73,466, yang
berarti bahwa prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota
Palang Merah Remaja (PMR) dalam kategori kurang, yaitu pada interval nilai
72-74.
Dengan demikian meskipun terdapat perbedaan antara mean prestasi
belajar biologi siswa yang menjadi aggota Palang Merah Remaja (PMR)
dengan mean prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang
Merah Remaja (PMR) pada siawa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan
Jepara, namun perbedaan itu bukanlah perbedaan atau kesenjangan yang
signifikan setelah diinterpretasikan dengan taraf signifikan 5% maupun 1%.
Dimana didapat hasil thitung lebih kecil daripada ttabel, yang berarti H0 diterima
sedangkan Ha ditolak.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar biologi antara siswa yang
menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang tidak menjadi
anggota Palang Merah Remaja (PMR) pada siswa MA Walisongo Pecangaan
Jepara tahun ajaran 2010/2011 tidak terdapat perbedaan atau kesenjangan
yang signifikan (berarti).
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar
biologi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya alokasi
waktu belajar dan kesibukan siswa untuk melakukan kegiatan diluar belajar
materi biologi. Melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor tersebut
berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal) ataupun berasal dari
luar diri siswa (faktor eksternal).
Faktor internal seperti, kesehatan fisik ataupun mental siswa,
kecerdasan, perhatian, minat, kesiapan serta kematangan siswa. Adapun faktor
dari luar diri siswa juga sangat berpengaruh besar atas prestasi siswa. Prestasi
Page 58
48
belajar siswa tidak akan membaik jika tidak didukung oleh keterpaduan dari
masing-masing faktor internal dan eksternal siswa.
Selain faktor internal, terdapat faktor yang berasal dari luar diri siswa
(faktor eksternal). Faktor eksternal itu misalnya, faktor kondisi keluarga,
faktor kondisi sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan lain sebagainya.
Tidak adanya saling mendukung antar faktor internal dann eksternal siswa,
maka prestasi belajar tidak akan bisa maksimal.1
Tidak semua materi yang diajarkan dalam Palang Merah Remaja
(PMR) sesuai dengan materi pelajaran biologi yang diajarkan dikelas. Karena
dalam kurikulum Palang Merah Remaja (PMR) terdapat materi-materi
kepemimpinan, kedisiplinan dan lain sebagainya disamping materi yang
benar-benar berkesesuaian. Misalnya, materi Pertolongan Pertama, Materi
Kesehatan Reproduksi Remaja, Materi Ilmu Fa’al dasar dan lain sebagainya.
Karena heterogenitas fokus materi Palang Merah Remaja (PMR) tersebut,
maka kecerdasan siswa dalam mengatur waktu dan mensikapi suatu hal sangat
berpengaruh.
C. Keterbatasan Penelitian
Hasil apapun telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, namun
peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti terjadi banyak kendala
dan hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan, melainkan
terjadi karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian. Adapun
keterbatasan yang dialami peneliti dalam penelitian ini adalah pengukuran
penelitian yang hanya pada prestasi belajar biologi dan populasi yang diteliti
hanya satu kelas saja.
Selain itu, tempat penelitian hanya terbatas di MA Walisongo
Pecangaan Jepara, sehingga apabila dilakukan di sekolah lain, hasil penelitian
ini dimungkinkan berbeda.
1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta
1995), hlm. 54
Page 59
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan setelah diadakan pembahasan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Prestasi belajar biologi siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara tahun
ajaran 2010/2011 mempunyai nilai rata-rata 73,5. yang berada dalam
interval 70 – 74 dengan kategori kurang.
2. Prestasi belajar biologi siswa yang tidak menjadi anggota Palang Merah
Remaja (PMR) pada siswa kelas XI IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara
tahun ajaran 2010/2011 adalah 74 nilai itu berada dalam interval 72 – 74
dengan kategori cukup.
3. Berdasarkan pada analisis kuantitatif di atas menunjukkan bahwa Prestasi
belajar biologi antara siswa yang menjadi anggota Palang Merah Remaja
(PMR) dan yang tidak menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR)
pada siswa kelas XI IPA di MA Walisongo Pecangaan Jepara tidak
terdapat perbedaan atau kesenjangan yang signifikan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik bahwa nilai t sebesar
-0,1126225 berada lebih kecil daripada nilai t yang ada dalam tabel baik
pada taraf signifikansi 5% yaitu 1,703 dan pada taraf signifikansi 1% yaitu
2,473.
Jadi hipotesa alternatif (Ha) yang diajukan yaitu ada perbedaan
adalah ditolak, dan hipotesa nihil (Ho) yang mengatakan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan adalah diterima.
B. Saran-saran
Dengan merendahkan hati dan tetap menaruh rasa hormat kepada pihak
manapun, peneliti akan mengajukan beberapa saran demi kemajuan mutu
pendidikan dan sekaligus akan menjadi pelengkap skripsi yang peneliti buat.
Page 60
50
Adapun saran-saran yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut :
1. Saran bagi siswa :
a. Siswa hendaknya bisa aktif di kegiatan ekstrakulikuler yang
diselenggarakan di sekolah. Karena dengan itu diharapkan siswa
mampu memperkaya pengalaman.
b. Jika prestasi belajar siswa menurun, maka secepatnya harus
melakukan introspeksi diri sehingga tidak terlalu cepat menyalahkan
faktor-faktor lain di luar dirinya. Lebih banyak menurunnya prestasi
belajar siswa disebabkan olah ketidak mampuan siswa dalam
mengatur waktu belajar dan kegiatan-kegiatan lain.
c. Siswa harus terus belajar dengan sungguh-sungguh dalam keadaan
apapun, baik di rumah maupun sekolah.
2. Saran bagi Guru dan Pembina Palang Merah Remaja (PMR):
a. Hendaknya guru atau pembimbing pada ekstrakulikuler Palang Merah
Remaja (PMR), dapat mengintegrasikan materi pelajaran pada tiap
materi Palang Merah Remaja (PMR).
b. Baik guru mata pelajaran maupun Pembina Palang Merah Remaja
(PMR), bisa lebih kreatif dalam menyampaikan materi.
3. Saran bagi orang tua :
a. Bagi orang tua, seharusnya dapat selalu memberikan dukungan pada
siswa untuk melakukan kegiatan disekolah sesuai dengan hatinya.
b. Hendaknya tidak menyalahkan keikutsertaan siswa dalam kegiatan
ekstrakulikuler jika terjadi kegagalana siswa dalam belajar. Karena
kegagalan itu terjadi karena banyak sebab.
C. Penutup
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya terselesaikanlah
skripsi ini. Selanjutnya sangat diharapkan saran serta kritik yang membangun
dari pembaca. Semoga dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian-
penelitian yang selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.
Page 61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 1999.
AM, Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2001.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi
5, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi
III, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
Azis, Shaleh Abdul dan Abdul Azis Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris,
(Mesir: Darul Ma’arif), hlm. 169.
Azwar, Syaifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta:
Arruzz, 2007.
Chaniago, Mukhtar dan Tuti Tarwiyah Adi, Analisis SWOT Kebijakan Era
Otonomi Daerah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah serta Direktorat Pembinaan Kesiswaan, Petunjuk
Pelaksanaan Palang Merah Remaja di Sekolah, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.
dePorter, Bobbi, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Hamid, Jabir Abdul, Siikuuluujjiyyah at-Ta’lim, Mesir: Darun Nadloh al-
Arobiyah, 1978.
Page 62
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam
Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Mustaqim Dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Palang Merah Indonesia, Materi Pendidikan Palang Merah Remaja, Jakarta:
Markas Besar Palang Merah Indonesia, 1991.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1990.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rosyda Karya, 2000.
Rustaman, Nuryani Y., dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, Jakarta: Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matemátika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.
Sitorus, MH., Istilah-istilah Biologi, Bandung: Irma Widjaya, 1999.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta
1995.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosydakarya, 2004.
Sugiyono, Stastiktika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosydakarya, 2004.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005.
Supriadi, Dedi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung: Rosyda
Karya, 2004
Surahman, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,
Bandung: Tarsito, 1990.
Page 63
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Surabaya: Prestasi Pustaka, 2009.
Tu’lu, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta:
Grasindo, 2004.
Uno, Hamzah B., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Yakarta: PT
Bumi Aksara, 2008.
Usman, Moh.Uzer, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2006.
Page 64
Profil MA Walisongo Pecangaan Jepara
1. Tinjauan Historis
Sejarah dan perkembangan MA Walisongo Pecangaan Jepara tidak
bisa lepas dari berdirinya sebuah lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama
yang berdiri pada tanggal 5 Agustus 1965 yaitu Muallimin NU. Lembaga
inilah yang menjadi cikal bakal bagi seluruh lembaga pendidikan yang
sekarang dikelola oleh Yayasan Walisongo, yakni: Madrasah Diniyah
Awwaliyah, Wustho, Ulya, MTs, MA, SMP, SMA, MA dan SMK.
Keberadaan MA Walisongo Pecangaan semakin kuat secara yuridis
setelah dikelola oleh sebuah yayasan yang berbadan hukum melalui Akta
Notaris J. Moelyani SH Nomor 100 pada tanggal 15 Februari 1980 yang
bernama Yayasan Walisongo yang berkedudukan di Pecangaan.
Sejak nama Madrasah berubah menjadi MA Walisongo Pecangaan
sampai dengan tahun ke-15 keberadaannya berjalan dengan apa adanya
dan tetap berstatus terdaftar. Hal ini tidak terlepas dari tidak adanya
political will dari pemerintah. Pada usianya yang ke-16 status MA
Walisongo Pecangaan menjadi diakui setelah lulus akreditasi yang
dikuatkan dengan Surat Keputusan Dirjen Binbaga Agama Islam No.
SK/Sc/28/PgmMA/1979 tertanggal 31 Oktober 1979.
Tahun 1998, setelah akreditasi diakui, berdasarkan SK Dirjen
Binbaga Agama Islam Nomor E.IV/PP.03.2/KEP/13/1998, MA Walisongo
Pecangaan memiliki status Disamakan. Pada 28 April 2005 MA
Walisongo Pecangaan melaksanakan reakreditasi yang dilaksanakan
Dewan Akreditasi Madrasah yang dibentuk oleh Departemen Agama
Provinsi Jawa Tengah dengan standar kualitas A berdasarkan SK
Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah Nomor:
KW.11.4/4/PP.03.2/625.20.19/2005.
Page 65
2. Visi dan Misi
a. Visi MA Walisongo Pecangaan Jepara
Visi MA Walisongo Pecangaan Jepara adalah “Terwujudnya
lulusan yang BERAKHLAKUL KARIMAH DAN BERKOMPETENSI
YANG BERSTANDARKAN ISLAMI.”
b. Misi MA Walisongo Pecangaan Jepara
1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkompeten dalam mencapai
prestasi akademik dan non-akademik.
2) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.
3) Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga
kependidikan sesuai dengan perkembangan.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, kreatif, emansipatif
dan menyenangkan.
5) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan
karakter akhlaqul karimah.
3. Letak Geografis
Secara geografis letak MA Walisongo Pecangaan berada di lokasi
yang strategis. Karena lokasinya berada di pusat kecamatan atau pusat
keramaian, tepatnya di Jl. Kauman No.01 Pecangaan sehingga mudah
dijangkau oleh sarana transportasi.
MA Walisongo Pecangaan merupakan sebuah institusi pendidikan
Islam yang telah berkiprah dalam kurun waktu cukup lama. Sejak
berdirinya tahun 1965 sampai sekarang (tahun 2011), usianya sudah 46
tahun, termasuk kategori lembaga pendidikan yang seharusnya sudah
sangat dewasa dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah negeri yang
lain di kota Jepara. Sampai saat ini MA Walisongo Pecangaan telah
mengalami perpindahan lokasi sebanyak 2 kali, pada awalnya di Gedung
Koperasi Tenun di Desa Troso. Kemudian pindah ke gedung milik sendiri.
Selanjutnya, dengan alasan memilih lokasi yang strategis pindah di
kecamatan Pecangaan.
Page 66
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi madrasah dibuat dalam rangka pengaturan
aktivitas madrasah agar semua kegiatan dan proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Begitu juga yang ada di MA Walisongo
Pecangaan, untuk mengatur dan mengkoordinir seluruh elemen dan staf
madrash agar sesuai dengan tugas yang ada, maka dibuatlah struktur
organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.
5. Keadaan guru, karyawan dan siswa
a. Keadaan guru di MA Walisongo Pecangaan Jepara
Berdasarkan dokumentasi MA Walisongo Pecangaan diketahui
bahwa jumlah guru yang ada sebanyak 45 orang. Dengan kompetensi
kelulusan S.2 sebanyak 2 orang, S.1 sebanyak 40 orang dan 3 orang
lulusan D3 yang terdiri dari 32 laki-laki dan 13 perempuan.
b. Keadaan pegawai
Keadaan pegawai atau tenaga administrasi di MA Walisongo
Pecangaan Jepara berjumlah 8 orang yang terdiri dari 7 laki-laki dan 1
perempuan.
c. Keadaan siswa
Pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah siswa MA Walisongo
Pecangaan Jepara sebanyak 310 yang terdiri dari 129 laki-laki dan
181 perempuan.
Tabel
Rekapitulasi Data Siswa MA Walisongo Pecangaan Jepara
Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelas L P Jumlah
1 XA 18 23 41
2 XB 18 24 42
Jumlah 36 47 83
4 XI IPA 1 4 25 29
6 XI IPS 16 13 29
Page 67
7 XI Bahasa 9 19 28
8 XI Keagamaan 16 11 27
Jumlah 45 68 113
9 XII IPA 12 20 32
10 XII IPS 1 12 19 31
11 XII Bahasa 9 21 30
12 XII Keagamaan 15 6 21
Jumlah 48 66 114
Jumlah Total 129 181 310
(Sumber: Dokumen MA Walisongo Pecangaan Jepara)
6. Sarana Prasarana
Sarana dan Prasana yang dimiliki oleh MA Walisongo Pecangaan
adalah sebagai berikut:
a) Ruang Kepala Madrasah
b) Ruang Tata Usaha
c) Ruang Guru
d) Ruang BP/ BK
e) Ruang Perpustakaan
f) Ruang Lab. IPA
g) Ruang Lab. Bahasa
h) Ruang Lab. Multimedia
i) Ruang OSIS
j) Musholla
k) Koperasi
l) Kamar Kecil Guru
m) Kamar Kecil Siswa
n) Ruang Kelas
o) Ruang Kegiatan
p) Ruang Kesehatan
q) Kantin
Page 68
7. Ekstra Kurikuler
Seperti halnya madrasah-madrasah lain, di MA Walisongo
Pecangaan diadakan berbagai macam kegiatan ekstra kurikuler yang antara
lain meliputi:
a) Seni Baca al-Qur’an
b) Rebana
c) Seni Lukis
d) Sepak Bola
e) Bola Voli
f) Pencak Silat
g) Tata Boga
h) Menjahit
i) Palang Merah Remaja (PMR)
j) Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)
k) Patroli Keamanan Sekolah (PKS)
l) Pramuka
m) Komputer
n) Latihan Khithobah
o) IPNU dan IPPNU
p) Jurnalistik
q) Bola Basket
8. Kegiatan Keagamaan
Kegiatan Keagamaan yang dilaksanakan di MA Walisongo
Pecangaan adalah sebagai berikut:
a) Shalat Dhuhur Berjamaah
b) Istighotsah Berjamaah
c) Safari Maulid
d) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
e) Pesantren Ramadhan
f) Pembagian Zakat
Page 69
STRUKTUR PENGURUS ORGANISASI PMR WIRA YUDHA
UTAMA MA WALISONGO PECANGAAN JEPARA
PERIODE 2010/2011
Pelindung : Kepala Sekolah MA Walisongo Pecangaan Jepara
Penanggung Jawab : Ainun Najib, S.Ag
Pembina : Irbab Aulia, S.Pd
Ketua : Ahmad Jauharudin
Wakil Ketua : Emala Sholikhah
Sekretaris : Anis Maghfiroh
Dewi Munifatul Khaliyah
Bendahara : Fairuzza Nurol Aini
Helmi Rohmawati
Seksi-Seksi :
Seksi Perlengkapan : Isfi Nurfaizah
Siti Rofiqoh
Dewi Manifatul
Niswatur Rohmah
Yunisa Afiani
Seksi Humas : Mimin Aminatuzzuhriyah
Naila Syu’batul Ulya
Dewi Yulianingrum
Rosita Ana
Fifi Nurhayati
Seksi Kesehatan : Puji Arista
Rina Ayu Nurlaela Sari
Silviyani
Tutik Barokhati
Fitriyah Durrotun N
Page 70
KURIKULUM PMR WIRA YUDHA UTAMA
MA WALISONGO PECANGAAN JEPARA
PERIODE 2010/2011
NO POKOK
BAHASAN
MATERI
BAHASAN
TUJUAN
PEMBELAJARAN
WAKTU
1 PMI - Sejarah PMI
- Organisasi,
tugas dan
kegiatan PMI
- Mengetahui sejarah
perjalanan
organisasi PMI
2 x 45
menit
2 Palang Merah
Internasional
dan HPI
- Prinsip-prinsip
gerakan Palang
Merah dan
Bulan Sabit
Merah
International.
- Palang Merah
initernasional
- Komite
Internacional
Palang Merah
dan Bulan Sabit
Merah
- Peraturan dasar
HPI
- Tugas Palang
Merah sesuai
konverensi
Gengeva 1949
- Awal mula
perkembangan
- Memahami Dan
Menghayati 7
Prinsip Palang
Merah Dan Bulan
Sabit Merah
Dalam
Kehidupan
Sehari-Hari
- Memahami Sejarah
Lahirnya Palang
Merah
- Memahami Tugas,
Fungsi Dan
Kerjasama Ke 3
Komponen PMI
- Memahami Awal
Mula Dan
Perkembangan
HPI
- Memahami Tugas
Palang Merah
2 x 45
menit
Page 71
HPI
- Penyebarluasan
di lingkungan
remaja
Sesuai
Konverensi
Geneva 1949
- Memahami
Peranan PMR
Dalam
Penyebarluasan
HPI/Prinsip
Palang Merah
3 PMR - Dasar-dasar ke-
PMR-an
- Memahami
organisasi PMR
dan
persyaratannya
- Memahami
kegiatan PMR
2 x 45
menit
4 Kepemudaan
dan organisasi
- Peranan
generasi muda
- Memahami
peranan generasi
muda dalam
penerus dan
perkembangan
kehidupan
berbangsa dan
bernegara
- Mampu
mengembangkan
persahabatan
2 x 45
menit
5 Hubungan antar
manusia
- Dasar-dasar
kepemimpinan
- Dasar-dasar
komunikasi
- Mampu
memimpin,
berkomunikasi,
bekerjasama dan
4 x 45
menit
Page 72
- Kerjasama
- Baris berbaris
- Dasar-dasar
persahabatan
bersikap disiplin
- Mampu memimpin
baris berbaris
- Mampu menjalin
persahabatan
6 Pengabdian
masyarakat
- Pembangunan
kesehatan
masyarakat desa
dan
kesejahteraan
masyarakat
- Pelayanan UKS
atau pos
kesehatan desa
- Memahami prinsip
pengabdian
- Mampu melakukan
mawas diri dalam
masyarakat dan
bagaimana
memecahkan
permasalahannya
6 x 45
menit
7 Penanggulangan
bencana alam,
DU,
penampungan
sementara
- Penanggulangan
musibah/bencan
a
- Prinsip dapur
umum
- Penampungan
sementara
- Memahami prinsip
bantuan PM
dalam
penanggulangan
bencana
- Memahami
peranan PMR
dalam
penanggulangan
bencana
- Memahami prinsip
penyelenggaraan
dapur umum
6 x 45
menit
8 P 3 K - BBP P3K MB
PMI
- Dasar-dasar
- Memahami dasar-
dasar P3K dan
kesehatan
30 x 45
menit
Page 73
P3K
- Ilmu urai dan
fa’al tubuh
manusia
- Gangguan
umum
- Gangguan lokal
- Gangguan
khusus
- Balut membalut
- Pengangkutan
korban
- Memahami ilmu
urai fa’al tubuh
manusia
- Memahmi
gangguan umum
- Memahmi
gangguan lokal
- Memahmi
gangguan khusus
- Balutmembalut
- Pengankutan
korban
9 PK - BP PK I
- Dasar-dasar
kesehatan dan
PK
- Gejala penyakit
- Perawatan
sehari-hari
- Perawatan bayi
- Makanan dan
obat-obatan
- Memahami dasar-
dasar kesehatan
(kebersihan,
imunisasi, Gizi)
dan dasar PK
- Memahami
pertolongan pada
beberapa gejala
penyakit penting
- Memahami
perawatan sehari-
hari di rumah
- Memahami cara
merawat bayi
- Memahami cara
memberikan
makanan yang
tepat bagi orang
sakit
25 x 45
menit
Page 74
- Memahami bahaya
NARKOBA
10 Transfusi darah - Donor darah
dan motivasi
donor
- Memahami
persyaratan
donor darah
sukarela dan
memahami
service cost
- Mengetahui cara
menjadi donor
darah sukarela
dan cara
mendapatkan
darah
- Memahami
peranan PMR
dalam
pelaksanaan
donor darah
- Memahami
DORAS
2 x 45
menit
11 TMS - TMS - Memahami
pelaksanan TMS
dan memahami
peranan PMR
dalam bidang
TMS
2 x 45
menit
12 Kesehatan
remaja
- Dasar-dasar
kesehatan dan
pola hidup
- Memahami dasar-
dasar kesehatan
4 x 45
menit
Page 75
13 Evaluasi akhir
Page 76
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Edy Arif Tirtana
2. Tempat & tgl. Lahir : Jepara, 17 Desember 1986
3. NIM : 053811143
4. Alamat Rumah : Tubanan Timbul RT 01/ 02 Kembang Jepara
HP : 085 290 953 301
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal:
1. SD Negeri Tubanan VI Lulus Tahun 1998
2. SMP Negeri I Kembang Jepara Lulus Tahun 2001
3. MA Hasyim Asy’ari Jepara Lulus Tahun 2004
4. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2005
Pendidikan non formal:
1. Pondok Pesantren Darut Ta’lim Jepara
2. Pondok Pesantren Roudlotus Sa’idiyah Semarang
C. Karya Ilmiah
Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang Tidak, pada Siswa Kelas XI
IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011
Semarang, Juni 2011
Edy Arif Tirtana
NIM: 053811143
Page 78
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Edy Arif Tirtana
2. Tempat & tgl. Lahir : Jepara, 17 Desember 1986
3. NIM : 053811143
4. Alamat Rumah : Tubanan Timbul RT 01/ 02 Kembang Jepara
HP : 085 290 953 301
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal:
1. SD Negeri Tubanan VI Lulus Tahun 1998
2. SMP Negeri I Kembang Jepara Lulus Tahun 2001
3. MA Hasyim Asy’ari Jepara Lulus Tahun 2004
4. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2005
Pendidikan non formal:
1. Pondok Pesantren Darut Ta’lim Jepara
2. Pondok Pesantren Roudlotus Sa’idiyah Semarang
C. Karya Ilmiah
Studi Komparasi Prestasi Belajar Biologi Antara Siswa yang Menjadi
Anggota Palang Merah Remaja (PMR) dan yang Tidak, pada Siswa Kelas XI
IPA MA Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2010/2011
Semarang, Juni 2011
Edy Arif Tirtana
NIM: 053811143