PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS I KOMPETENSI DASAR MELAKSANAKAN WUDHU DI MI TURUNREJO KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Oleh: JAZILAH NIM : 093111370 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
71
Embed
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/113/jtptiain-gdl... · DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP . ... misalnya bagaimana
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS I KOMPETENSI DASAR
MELAKSANAKAN WUDHU DI MI TURUNREJO KECAMATAN
BRANGSONG KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh:
JAZILAH
NIM : 093111370
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2011
ABSTRAK
Judul : Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas I Kompetensi Dasar Melaksanakan Wudhu Di
MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Penulis : Jazilah
NIM : 093111370
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a). Bagaimana Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Kompetensi Dasar Melaksanakan Wudhu Di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal ? (b) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya Metode Demonstrasi dalam pembelajaran ?
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya Metode Demonstrasi dalam pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. Data yang diperoleh berupa hasil tes kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus persentase 52,9% meningkat menjadi 67,9% pada siklus I dengan selisih 15,0% dan di siklus II sudah mencapai 88,2% dengan selisih dari siklus I yaitu 20,3%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Metode demonstrasi dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar Siswa Kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal, serta Metode demonstrasi ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Fiqih.
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Jazilah NIM : 093111370 Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya,
Semarang, Saya yang menyatakan Jazilah NIM.093111370
Artinya: Hai orang-orang beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke siku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua mata kaki. " (Al-Maidah: 6)1
B. Hasil Penelitian .................................................................. 35
1. Hasil Penelitian Pra Siklus …………………………… 35
2. Hasil Penelitian Siklus 1 ……………………………… 36
3. Hasil Penelitian Siklus 2 ……………………………… 39
C. Pembahasan ....................................................................... 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 42
B. Saran .................................................................................. 43
C. Penutup .............................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar, yang kita sering mendengar ungkapan populer
yang kita kenal dengan “Metode jauh lebih penting dari pada materi”.
Demikian urgensi-nya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran
sehingga ungkapan tersebut muncul. Sebuah proses belajar mengajar tidak
akan berhasil jika dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena
metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan-tujuan sederetan
komponen pembelajaran: metode, materi, media dan evaluasi2.
Sebuah proses belajar mengajar dalam pelaksanaannya membutuhkan
metode pengajaran yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pembelajaran ke arah
yang dicita-citakan. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan
menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan
tenaga secara percuma3.
Prinsip dalam pendidikan Islam memandang bahwa tidak ada satupun
metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan. Untuk itu tidak dapat
dihindari bahwa seorang guru hendaknya melakukan penggabungan terhadap
lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya di lapangan. Oleh karena itu
seorang guru dituntut harus mampu memilih dan menerapkan metode pengajaran
yang relevan dengan situasi dan suasana pembelajaran agar tujuan yang
direncanakan dapat tercapai4.
Pada dasarnya setiap lembaga pendidikan berusaha untuk mengarahkan dan
memaksimalkan keefektifan pengajaran dengan jalan merencanakan dan
mengorganisasikannya. Dalam melaksanakan hal tersebut, perlu dipertimbangkan
empat hal yang dikenal dengan istilah STUPA, yaitu siswa, tujuan, pengajaran
2 Armay Arif, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hlm. 109 3 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, (Semarang: CV.
Assyifa Jilid II 1998), hlm. 65. 4Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, (Semarang: CV.
Assyifa Jilid II 1998), hlm. 74.
dan hasil. Dan keempat hal itu tidak akan berhasil secara maksimal kalau tidak
mempertimbangkan pelaksanaan metode, dalam arti penggunaan metode dalam
proses belajar mengajar sangat mempengaruhi terhadap minat dan kemauan
siswa, tujuan yang akan dicapai, kegiatan belajar mengajar dan hasil atau out put
yang diperoleh.
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang
sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam
mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik
dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Oleh karena itu
penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat
terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien.
Metode pembelajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak
dapat diabaikan. Karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil
tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral
dalam suatu sistem pengajaran.5
Dalam pembelajaran PAI di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong
Kabupaten Kendal masih bersifat teoritis dengan menggunakan metode
ceramah sebagai metode dominan. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang
aktif serta kurang tertarik terhadap pembelajaran PAI, terutama pada
kompetensi wudhu. Karena peserta didik dituntut dapat mempraktekkan
ururan wudhu serta bacaannya dengan baik dan benar. Apabila dalam proses
pembelajaran metode yang digunakan kurang tepat, dapat berdampak pada
hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan. Mengingat hal tersebut
maka metode demonstrasi adalah metode yang tepat untuk melatih peserta
didik menjadi aktif dan termotivasi dalam belajar. Di mana dengan metode
demonstrasi diduga hasil belajar peserta didik akan meningkat.
5 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 31
Demonstrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran. Metode ini menghendaki guru lebih aktif dari pada
peserta didik. Karena memang gurulah yang memperlihatkan sesuatu kepada
peserta didik. Guru yang melakukan kegiatan memperagakan suatu proses dan
kerja suatu benda, misalnya bagaimana menggunakan kompor, bel listrik, cara
kerja tubuh manusia, penggunaan gunting, dan jalannya mesin jahit.
Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing peserta didik
untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman yang dapat
menimbulkan kegiatan belajar pada anak. Guru secara terus menerus
membimbing peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dan tekun
mengikuti pengajaran secara suka rela. Oleh karena itu, pengalaman belajar
yang diberikan guru dalam kegiatan demonstrasi harus relevan dengan
kehidupan dan ada kesinambungan dengan pengalaman yang lalu maupun
dengan pengalaman yang akan datang.
Seiring dengan itu, seorang pendidik atau guru dituntut agar cermat
memilih dan menempatkan metode apa yang tepat digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Karena dalam proses
belajar mengajar (PBM) dikenal ada beberapa macam metode, antara lain; metode
demonstrasi, diskusi, tanya jawab, ceramah dan lain sebagainya. Semua metode
tersebut dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar6.
Sementara itu pula ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran, yaitu :
1. Tujuan yang hendak dicapai
2. Kemampuan pendidik atau guru
3. Peserta didik
4. Situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung
5. Fasilitas yang tersedia
6. Waktu
6 Muh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik, Upaya Konstruktif Membongkar
Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, (Gresik: UGM Press, 2004), hlm. 57.
Dengan kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman
anak melalui penglihatan dan pendengaran. Peserta didik diminta untuk
melihat dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru. Sehingga ia
lebih paham tentang cara mengajarkan sesuatu. Dengan demikian selanjutnya
anak dapat meniru bagaimana caranya melakukan hal tersebut seperti yang
dicontohkan oleh guru.7
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba mengadakan
sebuah penelitian tentang “Penggunaan Metode Demonstrasi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Kompetensi Dasar Melaksanakan
Wudhu di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal”. Adanya
penelitian ini, penulis berharap bahwasanya peserta didik dapat termotivasi
dan akhirnya hasil belajar mereka dapat meningkat.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran, sebelum
membahas yang lebih lanjut, maka penulis akan menjelaskan judul penelitian
dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan
Dalam kamus bahasa Indonesia pengguanaan adalah “proses, cara
menggunakan sesuatu”8.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah “metode pembelajaran yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik”9
Metode demonstrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penerapan sebuah metode dalam pembelajaran melalui proses demonstrasi
pada kompetensi dasar Wudhu yang dilakukan oleh guru kelas I MI
7 Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak, ( Jakarta : Rineka
Cipta, 1999 ) hlm. 112-113 8 www. Artikata.com dikutip tanggal 14 Maret 2011 9 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, ( Semarang: :
Rasail Media Grup, 2008 ), hlm. 20
Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupatan Kendal kepada peserta
didiknya dalam pembelajaran PAI.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan tindakan
kelas untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas I di
MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupatan Kendal pada
pembelajaran PAI kompetensi wudhu dengan menggunakan metode
demonstrasi.
3. Meningkatkan
“Berasal dari kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat, taraf)
mempertinggi, memperhebat mendapat awalan “me” dan akhiran “an”
yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik”.10
4. Hasil Belajar
Hasil adalah “pendapatan, sesuatu yang diciptakan, sukses.11 Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku antara individu dan
lingkungan”.12
Jadi hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar
dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan.13
5. Siswa
Siswa adalah “murid (terutama pada sekolah dasar dan
menengah)”.14
10 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet
3, 2006). hlm, 1280-1281 11 Hamzah Ahmad & Ananda Santoso, Kamus Pintar Bahasa Indonedia, ( Surabaya :
Fajar Mulya,1996). hlm. 147 12 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. 2 , 2001). hlm 4 13 Soedijarto, Menuju Pendidikan nasional yang Relevan dan Bermutu, ( Jakarta : Balai
Pustaka, 1993 ). hlm 49 14 Tim Penyusun Kamus pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Aksara, 2003). hlm. 849
6. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah “sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran”15.
7. Wudhu
Wudhu adalah “mensucikan diri dari hadast kecil sesuai dengan
ajaran dan syari’at agama Islam”.16
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalahnya oleh
peneliti sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas I kompetensi dasar melaksanakan wudhu di MI
Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal?
2. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
I dalam kompetensi dasar melaksanakan wudhu di MI Turunrejo
Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal?
D. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan obyek dan permasalahan, maka penelitian ini
peneliti batasi pada:
1. Kompetensi dasar wudhu di MI Turunrejo Kecamatan Brangsong
Kabupaten Kendal
2. Kompetensi Dasar wudhu siswa pada aspek keterampilan bacaan niat dan
gerakan wudhu peserta didik secara urut.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas serta profesialisme guru dalam menangani proses
belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang diperoleh
berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan perhitungan statistik
sederhana. Berdasarkan masalah yang disebutkan, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam kompetensi dasar
wudhu kelas I MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal.
2. Untuk mengetahui relevansi penerapan metode demonstrasi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam kompetensi dasar wudhu MI
Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak
yang terkait dalam penelitian ini.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan serta informasi bagi pihak sekolah guna
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar wudhu di
MI Turunrejo Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal.
2. Bagi peserta didik
Dengan skripsi ini dapat digunakan sebagai wacana belajar peserta
didik, guna meningkatkan hasil belajar melalui metode demonstrasi dalam
kompetensi dasar wudhu.
3. Bagi guru
Dapat memberikan masukan dan informasi bagi guru, tentang
penggunaan metode demonstrasi pada kompetensi dasar wudhu, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
4. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman baru yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang.
BAB II
METODE DEMONSTRASI DAN HASIL BELAJAR FIQIH
A. Metode Pengajaran dan Macam-macamnya
1. Pengertian Metode Pengajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani Greek yakni Metha berarti
melalui , dan Hadas artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengankata lain,
metode artinya .jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan tertentu.17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S.
Poerwadarminta, bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir
baik-baik untuk mencapai suatu maksud.18 Sedangkan dalam Kamus
Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah cara kerja yang
sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai
maksudnya.19 Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian
metode adalah suatu cara seni dalam mengajar.20
Sedangkan secara terminologi atau istilah menurut Mulyanto
Sumardi bahwa metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan
dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling
bertentangan dan didasarkan atas approach.21 Selanjutnya H. Muzayyin
Arifin mengatakan bahwa metode adalah salah satu alat atau cara untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.22
Dari beberapa pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa metode
merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka
diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan
17 H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1987, hlm. 97. 18 W. J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka),
1986, hlm. 649 19 Peter Salim, et-al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
cet.ke-3, hlm. 107 21 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan Bintang), 1997, hlm. 1 22 H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Umum dan Agama, (Semarang: PT. CV. Toha
Putera), 1987, hlm. 90.
yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang
guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam
menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang
paling tepat untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam
situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan
membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan
tujuh hal di bawah ini:
a. Sifat dari pelajaran.
b. Alat-alat yang tersedia.
c. Besar atau kecilnya kelas.
d. Tempat dan lingkungan.
e. Kesanggupan guru
f. Banyak atau sedikitnya materi
g. Tujuan mata pelajaran.23
Pengertian pengajaran itu sendiri dapat ditinjau dari segi bahasa
dan istilah. Secara bahasa kata pengajaran adalah bentuk kata kejadian
dari dasar ajar dengan mendapat konfiks pen-an yang berarti barang apa
yang dikatakan orang supaya diketahui dan dituruti.24 Menurut
Ramayulis pengajaran berasal dari kata .ajar. di tambah awalan “pe” dan
akhiran “an” sehingga menjadi kata pengajaran yang berarti proses
penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan.25 Sedangkan menurut
Hasan Langgulung, bahwa pengajaran adalah pemindahan pengutahuan
dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang
belum mengetahui.26
23 Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara), 1989, cet. ke-3, hlm. 68. 24 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).
1986, hlm. 649 25 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 108 26 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna),1983, hlm. 3.
Dari pengertian di atas, terdapat unsur-unsur subtansial
kegiatanpengajaran yang meliputi:
1. Pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan
2. Pemindahan pengetahuan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai
pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui
(pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar.27
Proses pengajaran yang dilakukan mengacu pada tiga aspek yaitu
.penguasaan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu
sesuai dengan isi proses belajar mengajar tersebut.28
Mengenai pengajaran dalam konsep Islam telah disebutkan dalam
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.29 Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
metode pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh
guru (pendidik) dalam menyampaikan mareri pelajaran kepada siswa
yang bertujuan agar murid dapat menerima dan menanggapi serta
mencerna pelajaran dengan mudah secara efektif dan efisien, sehingga
27 Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulya), 2001,
apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai
dengan baik.
2. Macam-macam Metode Pengajaran Dalam Proses Belajar Mengajar
Agar psoses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan
mencapai sasaran, maka salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
adalah menentukan cara mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa
dengan memperhatikan tingkat kelas, umur, dan lingkungannya tanpa
mengabaikan faktor-faktor lain.
Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih
metode-metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran, terlebih dahulu penulis akan menyebutkan macam-macam
metode pengajaran.
Menurut Nana Sujana, metode-metode yang digunakan dalam
pengajaran yaitu: Metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas
dan resitasi, kerja kelompok, demonstrasi dan eksperimen, sosio drama,
problem solving, sistem regu, latihan, karyawisata, survey masyarakat dan
simulasi.30
Berdasarkan pendapat ahli pendidikan, maka sesuai dengan judul
penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci
macam metode yakni metode demonstrasi yang meliputi pengertian
metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kebaikan dan
kelemahan metode demonstrasi serta cara mengatasi kelemahannya.
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya
adalah menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru adalah bahwa Metode secara harfiah berarti cara.
Dalam pemakian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan
30 Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar BaruAlgesindo),
1986, cet. ke-3. hlm. 77-89.
sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan
fakta dan konsep-konsep secara sistematis.31
Dan menurut Muzayyin Arifin, Pengertian metode adalah cara,
bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis
administrative atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar
hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling
ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses
kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.32
Menurut W.J.S Poerwadarminta, Metode adalah cara yang telah
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.33
Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode
secara umum adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu
hal, seperti menyampaikan mata pelajaran.
Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin
Syah adalah Metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.34
Dalam kamus Inggris-Indonesia, demonstrasi yaitu mempertunjuk-
kan atau mempertontonkan.35.
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan
metode demonstrasi, guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh
31Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 201 32 H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 100-101. 33 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 649. 34 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 208. 35 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia), 1984, hlm. 178.
anggota kelas mengenai suatu proses, misalnya bagaimana cara sholat
yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.36
Menurut Aminuddin Rasyad, Metode demonstrasi adalah cara
pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan
sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.37
Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode
demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu
hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau keterampilan
yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing
murid. firman Allah SWT dalam Surat Al Ahzab/33: ayat 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.38
Semenjak zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan semenjak awal
sejarah kehidupan manusia, penggunaan metode demonstrasi dalam
pendidikan sudah ada. Contohnya pada waktu itu Nabi seorang pendidik
yang agung, banyak menggunakan metode demonstrasi perilaku
keseharian sebagai seorang muslim, maupun praktek ibadah seperti
mengajarkan cara sholat, wudhu dan lain-lain. Semua cara tersebut
dipraktekkan atau ditunjukkan oleh Nabi, lalu kemudian para umat
mengikutinya.
2. Langkah-langkah Dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi
Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif,
ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang
36 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara),
1995, hlm.296. 37 Aminuddin Rasyad, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama, (Jakarta: Bumi aksara),
Dari definisi di atas penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar mengajar atau setelah
mengalami interaksi dengan lingkungannya guna memperoleh ilmu
pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap dan tahan lama.
Laporan hasil belajar siswa dalam pengertian yang luas mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Informasi aspek afektif dan
psikomotorik diperoleh dari sistem tagihan yang digunakan untuk mata
pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Sedang informasi aspek
afektif diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik.
Hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik tidak
dijumlahkan karena dimensi yang diukur berbeda, masing-masing
dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang penting. Sebagai
contoh, ada orang yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi namun
kemampuan psikomotornya cukup, sebaliknya ada orang yang memiliki
kemampuan kognitif cukup namun kemampuan psikomotornya tinggi, bila
skor kemampuan kedua orang itu dijumlahkan bisa jadi skornya sama
sehingga kemampuan kedua orang tersebut tampak sama walau sebenarnya
karakteristik kemampuan mereka berbeda.
Dengan demikian laporan hasil belajar selain muncul skor juga muncul
keterangan tentang penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
2. Jenis hasil belajar
Hasil belajar berupa prestasi belajar atau kinerja akademik yang
dinyatakan dengan skor atau nilai, pada prinsipnya pengungkapannya hasil
belajar ideal itu meliputi segenap ranah psikologis yang berupa akibat
pengalaman dan proses belajar.
Dalam tujuan pendidikan yang ingin dicapai kategori dalam bidang
ini yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, ketiga aspek tersebut tidak dapat
dipisahkan karena sebagai tujuan yang hendak dicapai, dengan kata lain
tujuan pengajaran dapat dikuasai siswa dalam mencapai tiga aspek tersebut,
dan ketiganya adalah pokok dari hasil belajar, menurut “Taksonomi Bloom”
diklasifikasikan pada tiga tingkatan domain, yaitu sebagai berikut:48
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif (berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan, dan
penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan
bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai
memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini
berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan,
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan
eveluasi49. Pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Sendangdawung Kecamatan
kangkung Kendal diutamakan pada ranah pengetahuan, pemahaman,
dan penerapan.
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami
sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi,
kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-
kata sendiri.
2. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan
motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota
tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Simpson (1966-1967 ) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari
tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan
kreativitas.50
48 Suharsini Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara,2002 ),
hlm.117 49 Dewi Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar, (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), hlm. 22. 50 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.
82
3. Ranah Afektif
Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan
senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa
yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar
menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek
itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam
belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.
ranah afektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan
penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.51 Untuk ranah
kognitif, guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes
yang diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.
D. Mata Pelajaran Fiqih
1. Pengertian Fiqih
Fiqih diartikan sebagai ilmu mengenai hukum-hukum syar’i
(hukum Islam) yang berkaitan dengan perbuatan atau tindakan bukan
aqidah yang di dapatkan dari dalil-dalilnya yang spesifik.52
Sedangkan mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan
salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah,
terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara
pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari,
serta fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman
sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal
dan haram, khitan, qurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan
dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
51 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Akasara 1995 ),
hlm. 53 52 A.Qodri Azizy, Reformasi Bermazhab Sebuah Ikhtiar Menuju Ijtihad Saintifik
Modern,(Jakarta,teraju, 2003), hlm.14
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,
makhluk lainnya ataupun lingkungannya.53
2. Ruang lingkup Mata Pelajaran Fiqih
Ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:
a. Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik,
seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal
dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli
dan pinjam meminjam.54
3. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Berikut ini adalah Standart Kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran fiqih MI kelas I tahun ajaran 20010-2011 adalah
Kls/Smt
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
I / 1
1. Mengenal lima rukun Islam,
1.1. Menyebutkan lima rukun Islam 1.2. Menghafal syahadatain dan
artinya
2. Mengenal tata cara bersuci dari najis
2.1. Menjelaskan pengertian bersuci dari najis
2.2. Menjelaskan tata cara bersuci dari najis
2.3 Menirukan tata cara mensucikan najis.
2.4 Membiasakan hidup suci dan bersih dalam kehidupan sehari-hari
I / 2 3. Mengenal tata cara
wudhu, 3.1 Menjelaskan tata cara wudhu 3.2 Mempraktikkan tata cara wudhu
53 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart
Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,h.67 54 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart
Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,h.63
Azizy, A.Qodri, Reformasi Bermazhab Sebuah Ikhtiar Menuju Ijtihad Saintifik Modern, Jakarta,teraju, 2003
Darajat, Zakiah Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1995,
Djamarah, Saiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta 2002
Echols, Jhon M. dan Shadily, Hassan, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1984
Fatchan, Achmad, Metode Penelitian Tindakan Kelas,Malang: Jenggala Pustaka Utama , 2009, Cet. I.
Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Hamalik, Oemar, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. 2 , 2001.
Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia,Jakarta : Rineka Cipta, 1996,
Hasibuan, J.J dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rosdakarya
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: : Rasail Media Grup, 2008
Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,1983,
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak, Jakarta : Rineka Cipta, 1999
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1995,
Narbuko, Cholid, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1997
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standart Kompetensi Lulusan dan Standart Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,h.67
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet 3, 2006.
Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulya, 2001, cet.ke-3
Rasyad, Aminuddin, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama, Jakarta: Bumi aksara, 2002,
Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, Jakarta: Bina Aksara, 1989, cet. ke-3,
Salim, Peter, et-al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English,1991
Saminanto, Ayo Praktik PTK Penelitian Tindakan Kelas ,Semarang,;Rasail Media Group, 2010.
Shofan, Muh., Pendidikan Berparadigma Profetik, Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Gresik: UGM Press, 2004,
Soedijarto, Menuju Pendidikan nasional yang Relevan dan Bermutu, Jakarta : Balai Pustaka, 1993 .
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Akasara 1995 ,
Sujana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar BaruAlgesindo, 1986, cet. ke-3.
Sukardi, Dewi Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar, Surabaya: Usaha Nasional, 1983,
Sumardi, Mulyanto, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang, 1997,
Sunaryo,dkk,Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta:DepagbRI,1979
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995,
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Rosdakarya, 2002, Cet. Ke VI,
Tim Penyusun Kamus pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Pustaka Aksara, 2003.
Ulwan, Abdullah Nashih, Pedoman Pendidikan dalam Anak Islam, Semarang: CV. Assyifa Jilid II 1998
Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002,
Winke, Psikologi Pengajaran, Jakarta : Grafindo, 1991
Wiriatmadja, Rochiarti, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006, cet. 2
Yamin, Martinis, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: GP Press, 2007
Yusup, Tayar et-al, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983,
www. Artikata.com dikutip tanggal 14 Maret 2011
www.ditpertais.net/./wrta18-05.asp
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Siklus I
Sekolah : Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : I / 2
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
A. Standar Kompetensi
3. Mengenal tata cara wudhu
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mempraktikkan tata cara wudhu
C. Tujuan Pembelajaran :
� Mempraktikkan berwudhu sesuai urutannya.
� Dibimbing guru, dapat melafalkan do’ a sesudah berwudhu
D. Materi Pembelajaran
� Praktek berwudhu
� Hafalan niat sebelum berwudhu
� Do’a sesudah wudhu
E. Metode Pembelajaran
� Ceramah
� Tanya jawab
� Demontrasi
� Penugasan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
� Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a.
� Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang tata cara berwudhu
� Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa
bahwa betapa pentingnya berwudhu.
� Meminta siswa menyiapkan buku teks Fiqih.
2. Kegiatan Inti ( 40 menit )
� Eksplorasi:
- Guru meminta masing-masing siswa membaca buku teks Fiqih
tentang berwudhu.
� Elaborasi:
- Siswa mencatat hasil temuan masing-masing dalam buku catatan
tentang berwudhu
- Guru melakukan tanya jawab tentang berwudhu.
- Guru menggali pengalaman siswa melalui bacaan, film atau
sinteron dengan tema berwudhu
- Guru mendemonstrasikan tata cara wudhu
- Meminta siswa untuk membaca dalil tentang berwudhu.
� Konfirmasi:
- Guru meminta beberapa siswa untuk mendemonstrasikan cara
berwudhu
3. Kegiatan Penutup ( 10 menit )
� Guru memberikan penguatan atas temuan siswa dan menyimpulkan
materi tentang berwudhu
� Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi
berwudhu
� Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing
Alat/Sumber Belajar
� Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain
G. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian Contoh Instrumen
� Melafalkan niat wudhu
� Mendemontrasikan cara
berwudhu
� Menghafalkan do’a setelah
wudlu
Unjuk
Kerja
Uraian
� Sebutkan niat
wudhu!
� Bagaimanakah
cara berwudhu?
� Sebutkan do’a
setelah wudlu!
Mengetahui
Kepala Madrasah
Drs.Nadhiroh , M.Pd
NIP. NIP. 19650119200003 1 001
Brangsong , 15 Maret 2011
Guru bidang studi Fiqih
Jazilah
NIP.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Siklus II
Sekolah : Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : I / 2
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
A. Standar Kompetensi
3. Mengenal tata cara wudhu
B. Kompetensi Dasar
3.2 Mempraktikkan tata cara wudhu
C. Tujuan Pembelajaran :
� Mempraktikkan berwudhu sesuai urutannya.
� Dibimbing guru, dapat melafalkan do’ a sesudah berwudhu
D. Materi Pembelajaran
� Praktek berwudhu
� Hafalan niat sebelum berwudhu
� Do’a sesudah wudhu
E. Metode Pembelajaran
� Ceramah
� Tanya jawab
� Demontrasi
� Penugasan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
4. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
� Memulai dengan salam, menyapa siswa dan berdo’a.
� Appersepsi, mengajukan pertanyaan tentang tata cara berwudhu
� Motivasi, membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran siswa
bahwa betapa pentingnya berwudhu.
� Meminta siswa menyiapkan buku teks Fiqih.
5. Kegiatan Inti ( 50 menit )
� Eksplorasi:
- Guru meminta masing-masing siswa membaca buku teks Fiqih
tentang berwudhu.
� Elaborasi:
- Siswa mencatat hasil temuan masing-masing dalam buku catatan
tentang berwudhu
- Guru melakukan tanya jawab tentang berwudhu.
- Guru menggali pengalaman siswa melalui bacaan, film atau
sinteron dengan tema berwudhu
- Guru mendemonstrasikan tata cara wudhu
- Meminta siswa untuk membaca dalil tentang berwudhu.
� Konfirmasi:
- Guru meminta beberapa siswa untuk mendemonstrasikan cara
berwudhu
6. Kegiatan Penutup ( 5 menit )
� Guru memberikan penguatan atas temuan siswa dan menyimpulkan
materi tentang berwudhu
� Melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi
berwudhu
� Siswa menyalin kesimpulan dalam buku catatan masing-masing
Alat/Sumber Belajar
� Buku paket Fikih, artikel, ensiklopedi Islam dan sumber belajar lain