Top Banner
PERUBAHAN PERILAKU PADA MANTAN SANTRI PUTRI TERKAIT DENGAN ATURAN HIDUP DI PESANTREN OLEH FIRDHAILSA CINTORA 802009134 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
29

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

Dec 23, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

PERUBAHAN PERILAKU PADA MANTAN SANTRI PUTRI TERKAIT DENGAN

ATURAN HIDUP DI PESANTREN

OLEH

FIRDHAILSA CINTORA

802009134

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .
Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .
Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : Firdhailsa Cintora

Nim : 802009134

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal

bebas royalty non-eksklusif (non-exclusiveroyalty freeright) atas karya ilmiah saya berjudul :

PERUBAHAN PERILAKU PADA MANTAN SANTRI PUTRI TERKAIT DENGAN

ATURAN HIDUP DI PESANTREN

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 19 Juni 2015

Yang menyatakan,

Firdhailsa Cintora

Mengetahui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Aloysius L. S. Soesilo., MA Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Firdhailsa Cintora

Nim : 802009134

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

PERUBAHAN PERILAKU PADA MANTAN SANTRI PUTRI TERKAIT

DENGAN ATURAN HIDUP DI PESANTREN

Yang dibimbing oleh :

1. Drs. Aloysius L. S. Soesilo., MA

2. Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan atau

gagasan lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian

kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa

memberikan pengakuan terhadap penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 19 Juni 2015

Yang memberi pernyataan

Firdhailsa Cintora

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .
Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

PERUBAHAN PERILAKU PADA MANTAN SANTRI PUTRI TERKAIT

DENGAN ATURAN HIDUP DI PESANTREN

Firdhailsa Cintora

Aloysius L. Soesilo

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

i

Abstrak

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mengutamakan ilmu agama sebagai fondasi bagi

individu dalam menjalani kehidupannya dan serta bertujuan untuk menghasilkan individu

yang mendalam ilmu keislamannya. Namun tak jarang, fenomena yang terjadi saat ini

beberapa mantan santri mengalami perubahan setelah lulus dari pesantren, terkait dengan

perilaku yang tidak sesuai lagi dengan aturan-aturan saat di pesantren. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang membuat keterikatan mantan santri dengan aturan

hidup di pesantren mengalami perubahan (sehubungan dengan melepas jilbab). Selain itu,

penjelasan singkat mengenai bagaimana iman dipandang oleh mantan santri dalam

kehidupannya dan bagaimana mantan santri putri memandang dirinya setelah keluar dari

pesantren. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengambilan data

yaitu wawancara dan observasi. Partisipan penelitian ini melibatkan tiga orang partisipan,

dengan karakteristik mantan santri putri rentang usia 22-23 tahun dan tidak mengenakan

jilbab selama 4-7 tahun sejak wawancara dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

perubahan (terkait dengan melepas jilbab) yang dialami oleh partisipan dikarenakan sudah

tidak adanya lagi keterikatan mantan santri dengan aturan-aturan saat di pesantren,

konformitas, pencarian identitas, serta tuntutan pekerjaan. Meskipun dalam hal cara

berbusana mengalami perubahan, mereka tetap membawa ajaran-ajaran agama saat di

pesantren, khususnya dalam hal iman yang diwujudkan dalam bentuk perilaku-perilaku

seperti sholat, mengaji, dan berpuasa.

Kata Kunci : pesantren, mantan santri putri, perubahan perilaku, iman,

konformitas, identitas diri.

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

ii

Abstract

Boarding school is as an educational institution that major the knowledge of religion as the

foundation for individuals to live, and aims to produce in-depth knowledge of Islamic.

However, it is not infrequently, a phenomenon that occurs is changing some of the ex-

students after graduating from boarding school at the time. It is contrast with behavior of

rules on boarding schools. The aim of this study to describe what makes being bound the

rules of living in boarding schools ex- students change (related to loose of the veil). In

addition, explain of how the faith is seen by ex-students in her life and how the ex-female

students looked her selves after leaving from boarding school. The method of this study is

using qualitative method and the technique for collecting data, such as: interview and

observation. Participants of this study involves three participants, with the characteristics of

ex-female students has range of age 22-23 years old and they haven’t wear the veil during the

4-7 years since the interview was conducted. The results showed the change (related to loose

of the veil) by the experienced participants of ex-students is because there is no bound of ex-

student with the rules on boarding school, conformity, livelihood of self identity, and as well

as demands of the job. Although in terms of wearing of dress is changing, they are still

carrying what have taught of religion while at boarding schools, especially in matters of faith

has been formed of behaviors such as praying, reciting, and fasting.

Keywords: boarding school, ex-female students, a change of behavior, faith,

conformity, self-identity.

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

1

PENDAHULUAN

Agama adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial yang dapat

memengaruhi perilaku individu. Menurut Rajab (2012) agama merupakan panduan,

pedoman, dan tentang aturan-aturan hidup agar kehidupan manusia kelak menjadi lebih

baik. Di Indonesia saat ini, tidak jarang orangtua memasukkan sang anak ke pesantren

dengan tujuan agar memiliki ilmu agama yang lebih baik dan kualitas iman yang

mumpuni. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial (1975) mengenai harapan orangtua santri terhadap

anaknya bahwa orang-orang yang telah belajar di pesantren memperoleh manfaat, di

mana alumni-alumni pesantren umumnya berhasil memiliki ilmu agama yang tinggai

(49 %) atau mendapatkan status yang tinggi dalam masyarakat (48 %), sedangkan dari

pihak alumni yang sempat diwawancarai pada umumnya (92%) tidak menyesal pernah

belajar di pesantren. Alasan-alasan mereka adalah karena dalam pesantren, mereka

merasa telah digembleng kepribadiannya (37%), karena pendidikan yang diperoleh dari

pesantren, merupakan dasar yang cocok bagi pekerjaannya sekarang (32%), dan karena

dari pesantren mereka sekarang mendapatkan kawan yang banyak (30%).

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang menekankan dan mengutamakan

pembelajaran keagamaan, sebagai fondasi bagi individu di dalam menjalani

kehidupannya. Pada dasarnya fungsi sebuah pesantren adalah sebagai lembaga yang

bertujuan mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi

al-diin) secara mendalam, serta menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas

semata-mata ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah SWT di dalam kehidupannya

(Masrifah, 2010). Menurut Hadimulyo (dalam Rahardjo, 1985) sebagai lembaga,

pesantren dimaksudkan untuk mempertahankan nilai-nilai keislaman dengan titik berat

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

2

pada pendidikan. Pesantren juga berusaha untuk mendidik para santri agar dapat

menjadi orang-orang yang mendalam ilmu pengetahuan keislamannya, yang kemudian

mereka mampu mengajarkannya kepada masyarakat setelah selesai menamatkan

pendidikannya di pesantren.

Siswa atau siswi yang belajar di pesantren biasa disebut santri. Santri ialah

sekelompok orang baik-baik yang taat pada aturan agama (Afikasari, 2011) atau

seseorang yang belajar mendalami tentang Islam dan beribadat dengan sungguh-

sungguh (Poerwadarminta, 1983). Semakin dalam santri mempelajari tentang Islam

maka akan berpengaruh pada kualitas keimanannya. Ia akan memiliki iman yang kuat,

segala sesuatu yang dilakukannya selalu mengandalkan Tuhan, dan menjadikan-Nya

sebagai andalan hidup bagi dirinya (Hardjana, 1993).

Menurut Hardjana (1993) individu yang beragama menghayati dan mewujudkan

iman kepada Tuhan dalam kehidupan nyata dibedakan menjadi dua macam, yaitu iman

ekstrinsik dan intrinsik. Individu yang beriman ekstrinsik menganut agama karena

hendak mendapatkan pemenuhan psikologis, yaitu: rasa aman, enak, nyaman, dan

dilindungi. Baginya iman merupakan perkara luar yang tidak mempengaruhi cara

berpikir, berkehendak, dan berperilaku. Individu yang beriman intrinsik membuat

dirinya terlibat total dalam imannya, menghayati agama tanpa syarat, dan dalam

membuat keputusan hidup iman dipandang sebagai dasar utama dari petimbangannya.

Mereka tampil sebagai manusia yang penuh tanggung jawab dan berpendirian, serta

berpegang pada iman demi memuji dan memuliakan Tuhan, kebaikan sesama, dan

kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalani kehidupan di pesantren, pada umumnya

para santri mengurus sendiri keperluan sehari-hari dan mendapatkan fasilitas yang sama

antara santri yang satu dengan yang lainnya. Setiap santri diwajibkan untuk menaati

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

3

setiap peraturan yang ditetapkan di dalam pesantren, dan apabila dilanggar akan

dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Misalnya saja, setiap

santri diwajibkan untuk mengikuti kegiatan beribadah seperti sholat dan mengaji setiap

hari di masjid, diwajibkan untuk berpenampilan yang menutup aurat, dan lain

sebagainya.

Adanya perbedaan yang kontras antara lingkungan pesantren dengan lingkungan

luar pesantren dapat memengaruhi mantan santri baik dalam bersikap maupun

berperilaku. Seperti hasil wawancara yang dilakukan Afikasari (2011) terhadap alumni

pesantren IMMIM Putri Pangkep, bahwa beberapa alumni pesantren berubah baik dari

perilakunya terkait dengan penampilan, yaitu tidak lagi memakai pakaian seperti apa

yang disyariatkan Islam. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak ada lagi keterikatan

santri dengan peraturan yang dahulunya ditekankan dalam pesantren. Selain hal

tersebut, kelompok bermain alumni santri putri yang tidak hanya dari kalangan

pesantren yang sama, mengakibatkan adanya motif tertentu dalam diri mereka untuk

mengimitasi gaya kelompok bermainnya. Sehingga terjadilah suatu perubahan dalam

diri manusia itu sendiri, khususnya bagi alumni pesantren terkait dengan perilaku.

Perubahan menurut Atkinson & Brooten (dalam Afikasari, 2011) merupakan

kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan

sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu

atau institusi. Empat perubahan yang perlu diketahui ialah pengetahuan, sikap, perilaku

individual dan perilaku kelompok. Perubahan perilaku tersebut dapat terjadi karena

adanya tekanan-tekanan kelompok, individu, ataupun organisasi (Lewin, dalam Kasali,

2005). Tekanan kelompok ialah perasaan atau persepsi yang terpaksa atau dipaksa oleh

teman kelompok untuk melakukan hal positif atau negatif secara bersama-sama (Barkin,

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

4

Smith, & Durant, dalam Han & Kim, 2012). Menurut Guzman (2009) tekanan

kelompok dapat dilihat dari beberapa kondisi, yaitu tekanan untuk berpakaian dengan

cara yang sama, tekanan untuk merubah cara pandang, tekanan untuk merubah gaya

berpakaian, dan lain sebagainya. Martin & Hewstone (dalam Taylor, Peplau, & Sears,

2009) mengemukakan bahwa perubahan perilaku dapat terjadi karena adanya keinginan

individu untuk disukai oleh kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Janes dan Olson

(dalam Baron & Byrne, 2005) juga mengemukakan bahwa ketika seseorang merasa

takut akan penolakan dari orang lain, mereka akan menunjukkan kecenderungan yang

lebih besar untuk melakukan konformitas. Konformitas sebagai salah satu cara bagi

mantan santri putri menemukan identitasnya, mereka menyamakan diri dengan teman

sebaya dalam hal berpakaian, bergaya, berperilaku, berkegiatan, dan sebagainya

(Mahardhika, 2010). Individu melakukan konformitas karena ingin selalu merasa benar

dan tepat di hadapan orang lain (Baron & Byrne, 2005), dengan cara tersebut mantan

santri akan menemukan dan menetapkan akan seperti apa identitas dirinya.

Mantan santri putri yang berada pada masa remaja dalam menemukan

identitasnya, harus memutuskan siapakah mereka, apa keunikannya, dan apa yang akan

menjadi tujuannya di masa depan. Identitas diri menurut Erikson (1989) ialah suatu

penyadaran dan kesatuan unik pada diri sendiri yang memelihara kesinambungan arti

masa lalunya sendiri bagi orang lain dan bagi diri sendiri, mengintegrasi segala

gambaran diri yang diberikan atau dipaksakan padanya oleh orang lain dengan perasaan

tentang siapakah dirinya atau apakah dia pada saat sekarang, dan siapakah atau apakah

yang dia inginkan pada saat mendatang. Dalam proses mengeksplorasi dan mencari

identitas dirinya remaja seringkali bereksperimen dengan berbagai peran, mereka mulai

mencoba-coba dengan segala identitasnya (berbagai macam konfigurasi baik identitas

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

5

positif atau negatif), dan akhirnya akan menetapkan yang cocok. Marcia (dalam

Santrock, 2002) berpendapat bahwa teori identitas Erikson terdiri dari empat status

identitas, yaitu: 1. Penyebaran Identitas (identity diffusion), istilah ini digunakan untuk

menggambarkan remaja yang belum mengalami krisis (yaitu mereka belum menjajaki

pilihan-pilihan yang bermakna) atau membuat komitmen apapun. 2. Pencabutan

Identitas (identity foreclosure), isitilah ini digunakan untuk menggambarkan remaja

yang telah membuat suatu komitmen tetapi belum mengalami suatu krisis. 3. Penundaan

Identitas (identity moratorium), istilah ini digunakan untuk menggambarkan remaja

yang sedang berada di tengah-tengah krisis, tetapi komitmen mereka tidak ada atau

hanya didefinisikan secara samar. 4. Pencapaian Identitas (identity achievement), istilah

ini digunakan untuk menggambarkan remaja yang telah mengalami suatu krisis dan

sudah membuat suatu komitmen. Dengan demikian individu akan mampu

mengantisipasi masa depannya tanpa kecemasan.

Selain itu, tuntutan pekerjaan juga dapat menjadi salah satu penyebab individu

merubah perilakunya. Hal tersebut dapat terjadi apabila mantan santri putri memilih

untuk bekerja setelah lulus sekolah dibandingkan melanjutkan pendidikan ke jenjang

selanjutnya, yang mana dirinya harus mampu menyesuaikan diri terhadap pekerjaannya.

Penyesuaian kerja tersebut tidak hanya mencakup deskripsi mengenai karakteristik

kepribadian, tetapi juga memperhatikan identifikasi perubahan (Dawis, dalam Patton &

McMahon, 1999). Misalnya, ketika mantan santri mendapatkan pekerjaan yang dituntut

untuk merubah penampilannya, ingin atau tidak ingin mereka harus mengikuti tuntutan

tersebut.

Mantan santri sebagai individu yang beragama dan mendalami agama,

seyogyanya akan berperilaku sebagai makhluk Tuhan yang melaksanakan kewajiban-

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

6

kewajiban dan menjauhi larangan-Nya. Dalam membuat keputusan hidup, iman

dipandang sebagai dasar utama dari segala pertimbangannya dan tampil sebagai

manusia yang berpendirian dan bertanggung jawab (Hardjana, 1993). Diharapkan

mereka tidak akan mengalami kebingungan identitas seperti apa yang akan mereka

tampilkan saat mereka keluar dari pesantren, karena iman menjadikan seseorang akan

memiliki pendirian yang kuat mengenai apa yang mereka lakukan.

Dari deskripsi yang telah dipaparkan di atas, untuk memudahkan proses

penelitian guna menghindari pembahasan yang terlalu luas diperlukan rumusan

masalah. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apa yang membuat

keterikatan mantan santri dengan aturan hidup di pesantren mengalami perubahan?

Bagaimana mantan santri putri memaknai dan menghayati iman yang telah diajarkan

saat di pesantren, serta melihat atau memandang dirinya setelah keluar dari pesantren?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa yang membuat

keterikatan mantan santri dengan aturan hidup di pesantren mengalami perubahan

(sehubungan dengan melepas jilbab), mengeksplorasi bagaimana mantan santri putri

memaknai dan menghayati iman yang telah diajarkan pada saat di pesantren serta

melihat identitas dirinya setelah keluar dari pesantren. Manfaat dari penelitian ini bagi

peneliti adalah diharapkan menjadi sarana belajar untuk dapat mengintegrasikan

pengetahuan dan ketrampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat,

merasakan dan menghayati bagaimana sebenarnya permasalahan yang terjadi dalam

masyarakat saat peneliti melakukan penelitian. Bagi disiplin ilmu, penelitian ini dapat

memberi sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi sosial, psikologi

perkembangan, dan psikologi agama, terutama mengenai makna agama dalam

perubahan perilaku pada mantan santri putri. Bagi partisipan diharapkan dapat

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

7

memperoleh insight dalam menghadapi lingkungan baru setelah keluar dari pesantren

dan dapat memberikan pengetahuan mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi saat

para santri keluar dari pesantren. Sedangkan bagi lembaga, penelitian ini dapat

memberikan sumbangan informasi positif dan mampu mempersiapkan dan memberi

pembekalan mengenai lingkungan sosial baru yang akan dihadapi oleh alumni santri.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini

melibatkan tiga partisipan yang seluruhnya terdiri dari alumni santri putri yang tidak

mengenakan hijab selama 4 hingga7 tahun sejak wawancara dilakukan dan rentang usia

antara 22 tahun hingga 23 tahun. Ketiga partisipan berasal dan tinggal di provinsi Jawa

Tengah. Partisipan merupakan lulusan pesantren dan pernah tinggal di asrama selama

tiga sampai enam tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara mendalam terhadap semua partisipan serta observasi yaitu

mengamati perilaku yang nampak dari partisipan. Data yang diperoleh dalam penelitian

ini akan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif yang diungkapkan

oleh Miles & Huberman (dalam Herdiansyah, 2010) yang terdiri dari pengumpulan data,

reduksi data, display data, dan kesimpulan.

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

8

HASIL PENELITIAN

Dalam hasil penelitian ini akan dipaparkan data penelitian secara deskriptif yang

terdiri dari beberapa sub heading, mengenai pengalaman partisipan penelitian sesuai

dengan pertanyaan penelitian.

Perasan dan pengalaman partisipan saat berada di pesantren dan setelah keluar

dari pesantren.

Memiliki banyak teman dapat membina hubungan baik serta mengenal setiap

orangnya menjadi pengalaman yang berkesan bagi ketiga partisipan saat berada di

pesantren.

Perasaan jenuh, malas, bosan, bingung dan tertekan dirasakan oleh partisipan

saat berada di pesantren. Mereka mengakui jika segala aktivitas yang dilakukan di

pesantren serba terbatas dan merasa tidak memiliki target dalam bidang akademik,

prestasi, dan rencana masa depan. Mereka juga menilai jika dirinya tidak bersekolah di

pesantren akan lebih banyak mendapatkan teman dari sekolah-sekolah lain. Ungkapan

berbeda dinyatakan oleh P3 bahwa dirinya lebih nyaman ketika berada di pesantren

karena merasa tidak kesepian, mendapatkan perhatian dan mampu berbagi cerita dengan

teman-temannya, daripada setelah keluar dari pesantren. Hal itu disebabkan oleh

hubungan yang kurang baik antara ia dan orangtua yang menurutnya lebih

memperhatikan dan menyayangi sang adik ketimbang dirinya. Perasaan khawatir dan

jengkel sempat dirasakan P2 sebelum dirinya masuk pesantren, karena kondisi keluarga

yang serba kekurangan saat itu dan sikap yang tidak menyenangkan dari pihak

pesantren terhadap keluarganya.

Setelah keluar dari pesantren ketiga partisipan melihat bahwa kehidupan dunia

pesantren dan luar pesantren sangat berbeda dari segi aturan hidup, yaitu aturan dari

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

9

segi penampilan dan kedisiplinan. Kurangnya dukungan dari orangtua terhadap P2 dan

P3 setelah keluar dari pesantren membuatnya merasa canggung dan bingung terkait apa

yang akan dilakukan setelah lulus dari pesantren. Perasaan bersyukur dirasakan oleh P1

setelah keluar dari pesantren karena ia menemukan dunia yang sebenarnya. Dunia

sebenarnya yang dimaksud ialah ia harus mampu berkompetisi, memiliki prestasi dan

tidak menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Perubahan perilaku sehubungan dengan jilbab

Keputusan merubah perilaku pada ketiga partisipan dialami dengan proses yang

berbeda beda. P1 memutuskan untuk menanggalkan jilbabnya setelah dua minggu

dirinya lulus dari pesantren. Bagi P2, saat dirinya diterima di sebuah perusahaan yang

menetapkam aturan yang tidak boleh mengenakan jilbab membuat dirinya ingin atau

tidak ingin mengikuti aturan itu, walaupun sempat dalam kondisi terkadang melepas dan

memakai jilbab membuat ia merasa malu dengan lingkungan sekitar terkait dengan

perilakunya itu. Meskipun pada dasarnya terdapat niat ingin benar-benar mengenakan

jilbab, ia merasa masih belum memiliki pendirian yang kuat untuk mengambil

keputusan tersebut dan dari pihak keluargapun juga tidak memberi dukungan kepada

dirinya. Perasaan risih dan tidak nyaman dialami oleh P2 saat dirinya pertama kali

memutuskan untuk menanggalkan jilbab. Namun seiring berjalannya waktu ia menjadi

terbiasa dengan penampilannya yang baru. Bagi P3 dirinya menanggalkan jilbab ketika

dirinya masih bersekolah di pesantren saat waktu liburan, hal tersebut ia lakukan karena

melihat keluarganya tidak berpenampilan seperti dirinya yang mengenakan jilbab.

Perubahan perilaku yang dialami oleh ketiga partisipan tersebut disebabkan

karena berbagai alasan. Pada dasarnya mereka belum siap untuk benar-benar

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

10

mengenakan jilbab, karena menurutnya seseorang yang memutuskan untuk mengenakan

jilbab haruslah dapat menjaga sikap, baik dalam hal berbicara dan bertingkah laku.

Perubahan tersebut terjadi setelah beberapa minggu mereka merasakan euforia

kelulusan dari pesantren. Bagi mereka memakai jilbab saat berada di pesantren hanya

untuk mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pihak pesantren.

Alasan lain yang diutarakan oleh P1 terkait dengan perubahan dirinya yaitu

ingin mencari jati diri dan menentukan identitas diri karena ia merasa tidak menjadi

dirinya sendiri ketika bersama orang lain yang tidak benar-benar dikenalnya. Perubahan

dalam dirinya juga diakui sebagai bentuk pemberontakan olehnya, karena ia merasa

jenuh dan capek selama enam tahun sekolah di pesantren, serta hidup sesuai dengan

aturan membuat dirinya berhak untuk melepas jilbab. Bagi P3, dengan dirinya melepas

jilbabnya ia tidak akan terlihat kaku dan lebih diterima oleh lingkungan sekitarnya.

Kaku yang dimaksud dirinya ialah tidak ingin orang lain (non muslim) memandang

negatif agamanya.

Pandangan dan pemaknaan mengenai iman pada partisipan.

Sebagai mantan santri, pandangan mereka terkait dengan makna iman sudah

muncul sejak mereka kecil, dan diperkuat saat menempuh pendidikan di pesantren. Bagi

mereka iman ialah percaya kepada Allah, melaksanakan dan mematuhi perintah-Nya

serta menjauhi larangan-Nya. Bagi P1 dan P3, mengimani Tuhan harus ikhlas dan tidak

boleh ada keterpaksaan di dalamnya, serta iman dijadikan sebagai dasar utama dalam

mempertimbangkan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari oleh mereka.

Pernyataan berbeda diungkapkan oleh P2 bahwa dirinya tidak menjadikan iman sebagai

dasar utama dalam mempertimbangkan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari,

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

11

karena merasa tidak memiliki pondasi yang kuat dan kurang memahami makna iman

yang sebenarnya.

Bentuk-bentuk perilaku terkait dengan iman ditunjukkan oleh P1 dan P3 dengan

cara tetap menjalankan sholat lima waktu, mengaji dan berpuasa. Meskipun demikian,

mereka mengakui ada kalanya saat berada pada situasi dan kondisi tertentu seperti

perasaan sedang tidak mood atau sedang dalam masalah, memilih untuk meninggalkan

kewajiban tersebut dan mencari cara lain. Ungkapan menarik diakui oleh P3 bahwa saat

dirinya merasa sedang dalam masalah, ia cenderung melampiaskan dengan meminum

minuman yang beralkohol. Hal tersebut tidak hanya terjadi ketika sedang ada masalah,

ajakan teman-teman juga terkadang membuat dirinya menerima ajakan tersebut. Dirinya

beralasan bahwa ini salah satu bentuk sikap toleran dalam agamanya, sehingga ia tidak

terlalu terlihat kaku di hadapan teman-temannya. Perasaan takut akan dosa sempat

dirasakan olehnya, namun lama kelamaan menjadi terbiasa dan tetap membatasi diri. Ia

menyadari belum sepenuhnya melaksanakan perintah-Nya dari segi perilaku dan ia siap

menerima konsekuensi untuk ke depannya.

Hal berbeda diungkapkan oleh P2, bahwa ia tidak menjadikan iman sebagai

dasar utama dalam melakukan segala hal, karena ia merasa bahwa dasar keimanannya

kurang kuat, yang disebabkan oleh pandangan bahwa ia tidak memiliki pondasi yang

kuat terkait dengan makna iman. Dirinya pun juga merasa bingung dan kurang mengerti

memaknai iman yang sebenarnya. Hal tersebut menjadi berpengaruh pada perilakunya

dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai umat muslim, misalnya sholat.

Dirinya menyadari bahwa belum mampu untuk menjalankan ibadah sholat lima waktu

sepenuhnya, karena adanya keterbatasan dari anak dan menurutnya sholat harus

dilakukan dalam keadaan bersih baik diri maupun tempat. Ia merasa belum ada kesiapan

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

12

untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim, selain karena keterbatasan

mengurus anak juga karena mengurus suami. Baginya iman adalah kesetiaan, menuruti,

menjalankan dan menjauhi larangan-Nya dan hal tersebut tidak hanya berlaku hanya

kepada Tuhan namun juga kepada sang suami.

Pandangan mengenai identitas diri

Bagi P1 dan P2 keputusan untuk menanggalkan jilbab setelah keluar dari

pesantren menjadi pilihan mereka dalam menentukan identitas diri yang sebenarnya.

Untuk saat ini kedua partisipan merasakan kenyamanan dan lebih percaya diri terkait

dengan penampilannya. Gaya bertutur kata dan bercanda yang terkadang berlebihan,

membuat mereka belum siap untuk memakai jilbab. Menurut P3, aktivitas saat di

pesantren yang serba dilakukan sendiri mulai dari memasak, mencuci, menyetrika dan

kegiatan sehari-hari lainnya terbawa sampai dirinya lulus dan sampai saat ini dirinya

merasa menjadi individu yang lebih mandiri, karena kebiasaan yang dilakukan

sebelumnya. Identitas diri terkait dengan penampilan yaitu melepas jilbab dirasa lebih

nyaman saat P3 dapat menyesuaikan diri pada situasi dan kondisi yang terjadi saat itu

dengan harapan agar dirinya tidak dikatakan sebagai anak yang susah bergaul dan dapat

diterima dalam lingkungan sekitarnya.

PEMBAHASAN

Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan apa yang membuat keterikatan

mantan santri putri dengan aturan hidup di pesantren mengalami perubahan. Melihat

fenomena yang terjadi dari dulu hingga saat ini, bahwa tidak sedikit dari para santri

setelah keluar dari pesantren menunjukkan perubahan. Perubahan menurut Atkinson dan

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

13

Brooten (dalam Afikasari, 2011) merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu

atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya, dan merupakan proses yang

menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Empat perubahan itu

adalah pengetahuan, sikap, perilaku individual, dan perilaku kelompok.

Perubahan yang terjadi pada mantan santri disebabkan oleh empat hal, yaitu

tidak terikat lagi dengan aturan pesantren, konformitas, pencarian jati diri, serta tuntutan

pekerjaan. Perubahan yang dialami partisipan dapat disebabkan karena sudah tidak

adanya lagi aturan-aturan yang mengikatnya setelah keluar dari pesantren.

“Udah naatin peraturan tapi ketika kita masa remaja masih.. maksudnya masih

manja-manjanya sebenernya itu butuh, lebih butuh untuk main-main, bener-

bener kita masuk ke lingkungan, di lingkungan itu kita di direct harus begini

begitu. Aku merasa jenuh, jengah. Jadi aku merasa ya gue berhak.. gue berhak

melepas jilbab karena gue capek, gitu”.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Afikasari (2011) terhadap alumni

pesantren khususnya putri, berubah dari segi penampilan, yaitu tidak lagi memakai

pakaian seperti yang disyariatkan pada nilai-nilai Islam. Hal tersebut terjadi karena tidak

ada lagi keterikatan santri dengan aturan yang dahulunya ditekankan dalam pesantren.

Menurut Janes & Olson (dalam Baron & Barney, 2005) perubahan perilaku

biasanya terjadi ketika individu merasa takut akan penolakan dari orang lain, sehingga

dirinya akan menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan

konformitas.

“Cuma lebih besarnya itu pas banget temen-temen ngajakin acara, yang pasti

temen di luar Solo sih, kalau temen di dalam Solo itu nggak pernah. Temen di

luar Solo, ngajakin ada acara, terus kayaknya nggak mungkin banget kalau

nolak, ya udah minum. Tapi kayak sekedar formalitas ajalah, jadi aku nggak

mau terlalu terlihat kaku sebenernya di mata mereka”.

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

14

Keinginan diri yang tidak mau terlihat kaku di hadapan teman-teman serta timbul

perasaan akan takut penolakan menjadikan partisipan cenderung melakukan

konformitas.

Dawis (dalam Patton & McMahon, 1999) mengemukakan bahwa penyesuaian

kerja atau karir tidak hanya mencakup deskripsi mengenai karakteristik kepribadian,

tetapi juga memperhatikan identifikasi perubahan.

“Ya namanya orang lagi kepepet ya, daripada luntang-lantung, dapet kerjaan

begitu dengan syarat.. istilahnya.. ya udah aku buka toh”.

Perubahan tersebut tidak hanya dalam hal kecepatan individu mulai berinteraksi dengan

lingkungan kerja, daya tahan individu berada dalam interaksi dari waktu ke waktu,

tetapi juga perubahan penampilan, seperti misalnya aturan perusahaan yang menetapkan

karyawannya untuk tidak mengenakan jilbab.

Partisipan dalam penelitian masuk dalam kategori dewasa awal, yang mana

dalam masa tugas perkembangan sebelumnya akan mengalami tahap dimana mereka

akan ditantang untuk menemukan siapa dirinya, yang terjadi pasa masa remaja. Identitas

menurut Erikson (1989) ialah suatu kesatuan pada diri yang terbentuk dari pengalaman

masa lalunya secara kontinu dan terus menerus, untuk menemukan gambaran dirinya

baik yang dipaksakan oleh orang lain maupun tidak, tentang siapakah aku sekarang, apa

keunikanku, apa yang aku inginkan pada saat mendatang.

“Aku ingin mmm… aku ingin kembali lagi ke nol, dalam arti ke nol itu aku ingin

mencari diri aku sendiri. Jadi seorang aku itu kayak gimana sih? Mmm..mmm..

dia lebih nyaman pakai jilbab, lebih nyaman tampil cewek-cewek yang pakai

jilbab atau tidak pakai jilbab. Aku tuh saat ini sedang mencari seperti itu, aku

nyamannya dimana. Dan ternyata aku nyaman untuk tidak pakai jilbab, gitu”.

Dalam perkembangannya Waterman (dalam Santrock, 2002) berpendapat bahwa

perubahan identitas yang penting terjadi ketika seseorang beranjak dewasa dan bukan di

masa remaja. Ketika beranjak dari masa dewasa awal hingga masa dewasa akhir

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

15

peningkatan pilihan identitas berlangsung secara baik dan mereka menjadi lebih yakin

dengan identitasnya (Pals, dalam Santrock, 2002).

Pada dasarnya partisipan memang belum siap untuk benar-benar mengenakan

jilbab, mengingat diri mereka yang terkadang masih belum mampu untuk menjaga

sikap. Perasaan lebih percaya diri dan nyaman dirasakan oleh partisipan terkait dengan

identitas yang ia tampilkan saat ini, yaitu tidak mengenakan jilbab.

Meskipun partisipan mengalami perubahan dalam hal perilaku, mereka masih

membawa ajaran-ajaran saat di pesantren, khususnya dalam hal iman. Bagi mereka iman

ialah percaya dengan adanya Tuhan, iman dipandang sebagai dasar utama dalam

mempertimbangkan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hardjana

(1993) individu yang beragama menghayati dan mewujudkan iman dalam dunia nyata

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu iman ekstrinsik dan intrinsik. Bentuk-bentuk

perilaku yang ditunjukkan terkait dengan pemaknaan iman yang telah diajarkan saat di

pesantren pada partisipan hingga saat ini ialah sholat lima waktu, mengaji, dan

berpuasa. Namun, di sisi lain partisipan menyadari saat timbul rasa malas dan sedang

dalam masalah, mereka cenderung meninggalkan kewajibannya dan mencari cara yang

lain.

“Ya ketika aku.. biasanya sih kondisi sih.. kondisi lagi bad mood. Pas kondisi

lagi bad mood lebih memilih untuk diem di kasur tidur gitu sih.”,“Sometimes itu

tadi aku minum, kadang sih mungkin kalau lagi ada masalah, terus buntu

biasanya memang aku pelariannya kesitu”.

Pada dasarnya bentuk perwujudan iman yang dimiliki partisipan hanyalah sekedar untuk

mendapatkan pemenuhan psikologis, yaitu rasa aman, nyaman, dan dilindungi.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti melihat bahwa partisipan

kurang begitu antusias saat pertanyaan diberikan terkait dengan makna iman. Partisipan

cenderung menjawab pertanyaan sekedarnya saja, yang kemungkinan disebabkan

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

16

karena iman bagi mereka adalah privasi untuk dirinya sendiri, dan juga karena mereka

tidak benar-benar mengetahui makna iman yang sebenarnya, sehingga tidak banyak

yang dapat diungkap terkait dengan pemaknaan iman yang dimiliki partisipan.

Pada dasarnya peranan orangtua sangat penting dan besar ketika memutuskan

untuk memasukkan sang anak ke dalam pondok pesantren, yang tentunya harus disertai

dengan komunikasi antara kedua belah pihak mengenai tujuan orangtua memasukkan

anak ke pesantren, dengan harapan tidak terdapat rasa keterpakasan pada sang anak

untuk masuk pesantren.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

mengenai apa yang membuat keterikatan mantan santri putri dengan aturan hidup

mengalami perubahan, bagaimana mantan santri memaknai iman yang telah diajarkan

saat di pesantren, dan bagaimana memandang dirinya setelah keluar dari pesantren.

Perubahan yang terjadi pada mantan santri putri disebabkan oleh empat hal, yaitu tidak

adanya lagi keterikatan antara santri putri dengan aturan hidup di pesantren, pencarian

jati diri dalam menentukan identitas dirinya, konformitas agar diterima di lingkungan

sekitarnya, serta tuntutan pekerjaan. Meskipun partisipan berubah dalam hal perilaku,

mereka masih tetap melaksanakan ajaran-ajaran di pesantren, terkait dengan hal iman.

Bentuk-bentuk perilaku terkait dengan iman diwujudkan dengan cara tetap

melaksanakan sholat, mengaji, dan berpuasa, walaupun terkadang hal itu tidak

dilakukan sepenuhnya secara rutin dan terus menerus. Bagi mereka bentuk perwujudan

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

17

iman yang dimiliki partisipan hanyalah sekedar untuk mendapatkan pemenuhan

psikologis, yaitu rasa aman, nyaman, dan dilindungi.

Perubahan perilaku terkait dengan menanggalkan jilbab setelah keluar dari

pesantren menjadi keputusan bagi partisipan dalam menentukan identitas diri yang

sebenarnya. Mereka merasa lebih percaya diri dan nyaman dengan penampilan baru

yang mereka tampilkan saat ini.

Saran

Menyadari adanya keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian, penulis

mengajukan beberapa saran. Pertama, bagi partisipan dan pembaca khususnya mantan

santri putri yang tidak mengenakan jilbab, bahwa perubahan yang dialami adalah

sebagai suatu proses pemahaman diri yang akan terus terjadi untuk menetapkan identitas

diri yang sesuai di masa depan. Selain itu, disarankan untuk lebih meningkatkan lagi

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ilmu agama atau spiritual di dalam

lingkungan masyarakat. Dengan mengikuti kegiatan tersebut diharapkan akan

mendapatkan pandangan-pandangan yang positif terkait dengan identitas dirinya saat

ini. Kedua, bagi pihak pesantren untuk dapat mengkaji mengenai perubahan yang terjadi

pada mantan santri terkait dengan melepas jilbab setelah mereka lulus dari pesantren.

Ketiga, menjalin hubungan dan komunikasi yang baik perlu ditingkatkan dalam

keluarga terutama orangtua terhadap anak. Komunikasi yang baik dan terbuka akan

membantu partisipan untuk memahami dirinya. Keempat, bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian dengan jumlah partisipan yang lebih besar dengan

karakteristik melepas jilbab setelah beberapa tahun lulus dari pesantren. Selain itu,

disarankan untuk tidak hanya meneliti pada daerah-daerah yang terjangkau oleh peneliti

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

18

saja, tetapi juga menjangkau daerah-daerah lainnya agar hasil penelitian dapat

menggambarkan populasi yang lebih luas.

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

19

DAFTAR PUSTAKA

Afikasari, A. N. (2011). Perilaku sosial alumni pesantren (Studi kasus 8 alumni Pondok

Pesantren IMMIM Putri Pangkep).

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/843. Diunduh tanggal 9 Februari

2013.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial (jilid 2, Edisi Kesepuluh). Jakarta:

Erlangga.

Erikson, E. H. (1989). Identitas dan siklus hidup manusia (Bunga Rampai I). Jakarta:

PT Gramedia.

Guzman, M. R. T. (2007). Peer pressure: An overview. In L. Savage (Ed), Peer

pressure (pp. 11-19). Farmington Hills: Greenhaven Press

Han, S. Y., & Kim, Y. H. (2012). Interpersonal rejection experiences and shame as

predictors of susceptibility to peer pressure among Korean children. Social

Behavior and Personality,40(7), 1213-1232.

Hardjana, AM. (1993). Penghayatan agama: Yang otentik dan tidak otentik.

Yogyakarta: Kanisius

Herdiansyah, H. (2012). Metodologi penelitian kualitatif (untuk ilmu-ilmu sosial).

Jakarta: Salemba Humanika

Kasali, R. (2005). Change! “Tak peduli berapa jauh jalan salah yang telah anda jalani,

putar arah sekarang juga”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahardhika, P. (2010). Hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif

tehadap produk distro pada remaja di Salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan).

Salatiga: Fakultas Psikologi UKSW.

Masrifah. (2011). Internalisasi nilai-nilai akhlak pada santri di Pondok pesantren putri

Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.

http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=19645. Diunduh tanggal 7

Februari 2013.

Patton, W., & McMahon. M. (1999). Career develompment and systems theory: a new

relationship. Canada: Brooks/Cole Publishing Company.

Poerwadarminta. (1983). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahardjo , M. D. (ed). (1985). Pergulatan dunia pesantren: membangun dari bawah.

Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).

Rajab, K. (2012). Psikologi agama. Yogyakarta: Aswaja Presindo

Santrock, J.W. (2002). Life span development: perkembangan masa hidup jilid II (Edisi

Kelima). Jakarta: Erlangga

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …...TUGAS AKHIR . Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi .

20

Sudjoko Prasodjo, M., M. Zamroni, M., Mastuhu, S. G., Madjid, N., Rahardjo, M. D.

(1975). Profil pesantren (laporan hasil penelitian pesantren Al-Falak dan delapan

pesantren lain di Bogor. Jakarta: LP3S

Taylor, S.E, Peplau. L. A., & Sears. D. O. (2009). Psikologi sosial (Edisi kedua belas).

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.