FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMADIRIAN LANSIA DALAM MELAKUKAN AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil positif yang telah terwujudkan seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis dan ilmu kedokteran telah meningkat kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia (Nughoro, 2000:1). Meningkatnya umur harapan hidup berhubungan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk, terutama jumlah lanjut usia (lansia) yang cenderung bertambah cepat (Depsos RI, 2004:4). Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar (Nugroho,2000:1). Menurut data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan burreau of the cencus USA 1993, dilapoprkan bahwa indonesia pada tahun 1990-2025
42
Embed
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemadirian Lansia Dalam Melakukan Aktifitas Kehidupan Sehari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMADIRIAN LANSIA DALAM MELAKUKAN AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hasil positif yang telah terwujudkan seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan nasional diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis dan ilmu kedokteran telah
meningkat kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia
(Nughoro, 2000:1). Meningkatnya umur harapan hidup berhubungan dengan terjadinya
peningkatan jumlah penduduk, terutama jumlah lanjut usia (lansia) yang cenderung bertambah
cepat (Depsos RI, 2004:4).
Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata – rata 60 tahun
dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar (Nugroho,2000:1). Menurut data
demografi penduduk internasional yang dikeluarkan burreau of the cencus USA 1993,
dilapoprkan bahwa indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah lansia
sebesar 4,4% , merupakan suatu angka tertinggi diseluruh dunia (Nugroho,2008:2).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia terlihat pada sensus penduduk tiap lima tahun
sekali menunjukkan bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia sebesar 7,18% dari seluruh penduduk
Indonesia. Pada tahun 2005 jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk
indonesia dan prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34% dari jumlah
penduduk Indonesia ( Depsos RI, 2005: 3).
Berdasarkan data lansia yang di dapat dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Paal
V Kecamatan Kota Baru Jambi Tahun 2011, dari bulan Januari sampai April jumlah lansia
berjumlah 72 lansia terdiri dari laki-laki 37 dan perempuan 35. Dari 72 lansia terdapat 13 lansia
di ruang isolasi yang mendapatkan perawatan khusus dari perawat, yang non isolasi berjumlah
59 lansia, jadi persentase jumlah kemandirian lansia 45,4%.
Menurut salah satu petugas panti sosial tresna werdha budi luhur mengatakan bahwa ada
4 orang lansia yang di isolasi dan perlu mendapatkan perawatan khusus dari perawat dan dari ke
64 lansia ada yang masih dapat melakukan aktifitas sehari – hari secara mandiri, kemandirian
berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi aktif dari perawat lansia.
Fakto yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas
kehidupan sehari – hari, seperti : Usia, Imobilitas, dan mudah jatuh.(Nugroho, 2008:41).
Tingkat kemandirian di pengaruhi oleh faktor – faktor berikut ini : lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 thn (Meriam.R.Siti, 2008:32). Imobilitas adalah
ketidak mampuan unutk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment
(gangguan pada alat atau organ tubuh) yang besifat fisik atau mental. Yang dapat ditandai
dengan penurunan toleransi aktifitas,penurunan kekuatan otot, penurunan kemandirian
(Lueckenotte, 1998: 261).
Disinilah pentingnya panti werdha adalah sebagai tempat untuk pemeliharaan dan
perawatan bagi lansia disamping sebagai tempat rehabilitasi yang tetap memelihara kehidupan
bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan
kehidupan dalam lingkungaan panti werdha adalah lebih baik dari pada tinggal di kalangna
masyarakat luas ( Mubarak . I.W, 2006: 156).
Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lansia banyak mengalami
kemunduran fisik maupun psikis. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemndiriannya yang dinilai
berdasarkan kemapuan untuk melakukan aktifitas sehari – hari . ( Mariam.R. Siti , 2008:34).
Kurang imobilitas fisik merupakan masalah yang sering dijumpai pada pasien lanjut usia akibat
berbagai masalah fisik, psikologis, dan lingkungan yang di alami oleh lansia. Imobilisasi dapat
menyebabkan komplikasi pada hampir semua sistem organ (Suyono, 2001: 277). Kondisi
kesehatan mental lanjut usia menunjukkan bahwa pada umumnya lanjut usia tidak mampu
melakukan aktifitas sehari – hari (Suryani, 1999:4).
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia
pada taraf setinggi – tingginya sehingga terhindar dari penyakit/ gangguan, sehingga lansia
tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri (Mubarak. I. W, 2006: 185).
Berdasarkan fenomena dan data inilah peneliti ttertarik dan perlu melakukan penelitian
dengan judul “Faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas
kehidupan sehari di panti sosial tresna werdha budi luhur Jambi”.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah didalam penelitian ini adalah ‘Bagaimana
faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan
sehari – hari di panti sosial tresna werdha budi luhur jambi’.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui faktor yang mempengeruhi tingkat kemandirian lansia dalam
melakukan aktifitas sehari – hari di panti sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi tahun 2011.
2. Tujuan Khusus.
a. Diketahuinya gambaran tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas
sehari – hari di panti Sosial Tresna Werdha udi Luhur Jambi.
b. Diketahuinya gambaran usia lansiadi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
jambi tahun 2011.
c. Diketahuinya gambaran imobilisasi lansia di panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi tahun 2011.
d. Diketahuinya gambaran kejadia terjatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi tahun 2011.
e. Diketahuinya hubungan usia dengan tingkat kemandirian di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi tahun 2011.
f. Diketahuinya hubungan imobilisasi dengan tingkat kemandirian di Panti Sosial
Tresna werdha Budi Luhur Jambi tahun 2011.
g. Diketahuinya hubungan kejadian terjatuh dengan tingkat kemandirian di panti
sosial tresna werdha budi luhur jambi tahun 2011.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Departement Sosial
Dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi dalam perkembangan Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Khususnya pada tingkat kemandirian lansia dalam melakukan
aktifitas sehari – hari.
2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada pengelola panti untuk
mempersiapkan berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi akibat ketergantungan lansia
dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari – hari dan untuk bahan pertimbangan dalam
memberikan tindakan dan pelayanan kesehatan yang lebih tepat pada lansia.
3. Bagi Klien (Lansia)
Penelitian ini diharapkan lansi adapat mengetahui atau memahami masalah yang terjadi
pada lansia terutama kemampuan nya dalan melakukan aktifitas kehidupan sehari – hari yang
terjadi seiring dengan bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri dan
berusaha mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai gambaran kemandirian lansia dalam
melakukan aktifitas kehidupan sehari – hari, serta aplikasi lapangan bagi mahasiswa yang
praktek di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
5. Bagi Penulis
Agar dapat menambah pengalaman pembelajaran dibidang penelitian, dan
mengembangkan ilmu keperawatan Gerontologi yang telah di pelajari selama perkuliahan.
6. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan atau sumber untuk penelitian selanjutnya, dan mendorong bagi yang
berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat
kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas sehari – hari di panti sosial tresna werdha budi
luhur jambi yang merupakan salah satu panti sosial yang ada di provinsi jambi yang menampung
lansia agar mendapatkan perawatan yang layak, respondennya adalah seluruh lansia yang ada di
panti sosial tresna werdha budi luhur jambi. Untuk mengetahui hubungan usia, imobilitas dan
mudah jatuh dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari –
har. Dengan menggunakan kuesioner terpimpin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komsep Lanjut Usia
1. Defenisi
Menurut World Health Organisation (WHO) Lanjut usia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008: 34).
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh semua orang yang
dikarunia usia panjang, dan tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya
untuk menghambat kejadiannya. Menua ( Menjadi tua : anging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Ranah, 2008:1).
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena bersamaan dengan
proses kemunduran (Nugroho, 2008:1)
Menurut Paris Constantinides (1994) Menua adalah suatu proses menghilangnya secra
perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi.
Proses menua sudah berlangsung sejak seorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tumbuh “mati” sedikit
demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam
penyampaian puncak maupun saat menurunya, namun umumnya fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Mariam. R. Siti, 2008: 32). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) No. 13 tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Mariam. R. Siti, 2008 :32).
2. Batasan Umur Lansia
Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organisation (WHO),
ada empat tahap lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45-59 tahun;
b. Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun;
c. Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun;
d. Usia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.
Klasifikasi pada lansia ada 5 (Mariam. R. Siti, 2008:33), yakni :
1. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehattan (Depkes RI, 2003).
4. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan aktifitas.
5. Lansia Tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain. (Depkes RI, 2003).
3. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisik
1). Sel
Jumlah sel menurun, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak
menurun,mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atropi dan beratnya berkurang 5-
10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar. (Nugroho, 2008:27).
2). Kardiovaskuler
Pada sistim kardiovaskuler terjadi penebalan dan kaku pada katup jantung, penurunan
kemampuan jantung untuk memompakan daarah sebanyak 1% setiap tahunnya menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume, hilangnya elastis pembuluh darah sehingga efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi berkurang dan perubahan posisi dari tidur ke duduk
atau dari duduk ke bediri dapat menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg yang
akan mengakibatkan pusing mendadak. Tekanan darah dapat naik yang di akibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. (Nugroho, 2000:23).