Page 1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Produksi
Produksi adalah suatu proses dalam menghasilkan suatu produk, dimulai
dari produk mentah sampai dengan produk yang bias dipakai dan bernilai guna.
Menurut Vincent Gaspersz (2004:3), produksi merupakan fungsi pokok
dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk
menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi
industry itu.
Dari definisi diatas yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa produksi suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki
nilai tambah apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan
memeberikan nilai tambah produk (barang / jasa).
Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam system
produksi modern selalu melibatkan komponen structural dan fungsional.
System produksi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai komponen – komponen atau elemen – elemen yang
saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang
7
Page 2
8
utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen structural yang
membangun system produksi itu.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu
menghasilkan produk (barang / jasa) berkualitas yang dapat dijual
dengan harga kompetitif di pasar.
3. Mempunyai aktifitas berupa proses transformasi nilai tambah input
menjadi output secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya,
berupa optimalisasi pengalokasian sumber – sumber daya.
Dari beberapa definisi produksi diatas maka dapat dilihat bahwa yang
dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan penciptaan barang
dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan
mempertimbangkan pula kegiatan – kegiatan pendukung lainnya.
2.2 Pengertian Persedian
Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan
dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam persuhaan untuk proses
produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu (Rangkuti, 2002).
Menurut Handoko (2000), persediaan merupakan segala sesuatu atau
sumberdayasumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan. Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu,
faktor ketidakpastian, faktor diskontinuitas, dan faktor ekonomi.
Page 3
9
Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat menigkatkan efisiensi
operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses produksi
tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk
memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan
dengan biaya minimum (Bedworth dan Bailey, 1982).
Pada pengendalian persediaan ada dua keputusan yang perlu diambil, yaitu
jumlah setiap kali pemesanan dan kapan pemesanan itu harus dilakukan. Prinsip
dari persediaan yaitu mempermudah dan memperlancar jalannya operasi
perusahaan pabrik, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang, serta selanjutnya menyampaikan kepada pelanggan atau
konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat
yang jauh dari pelanggan dan atau sumber bahan mentah (Rangkuti, 2002). Dari
segi teori, persediaan digunakan untuk menentukan prosedur optimal dalam
jumlah optimal produksi atau bahan yang disimpan untuk memenuhi permintaan
pasar di masa depan (Bedworth dan Bailey, 1982).
Pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material
sedemikian rupa sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada
waktunya dan dilain pihak investasi persediaan material dapat ditekan secara
optimal (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Baroto
(2002) penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut :
Page 4
10
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap
suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut
tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini
diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya
persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi
akibat, diantaranya yaitu permintaan yang bervariasi yang tidak
pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan
yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk
berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti
karena banyak faktor yang tak dapat dikendalikan. Ketidakpastian
ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan
keuntungan besar dari kenaikan harga dimasa mendatang.
2.3 Sistem Pengendalian Persediaan
Sistem pengendalian persediaan barang ataupun persediaan bahan baku
harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah
dan menghindari terjadinya kelebihan maupun kekurangan persediaan.
Menurut Harjanto (2008, h.237). Sistem pengendalian persediaan dapat
didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan
tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pemesanan untuk menambah
persediaan harus dilakukan dan berapa pesanan yang harus diadakan.
Page 5
11
Menurut Sofyan Assauri (2004:176), pengendalian persediaan adalah
sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan
parts, bahan baku barang hasil atau produk , sehingga perusahaan dapat
melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan – kebutuhan
pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien.
Menurut Yolanda Siagian (2007:169), didalam bukunya “Supply Chain
Management dalam dunia Bisnis”, mengunkapkan bahwa :
” Manajemen persediaan secara umum mengembangkan dua filosofi dasar,
yaitu pendekatan system Tarik (pull system) dan pendekatan system dorong (push
system) yang memiliki pendekatan berbeda.”
Prinsip pada system ini sangat cocok dilakukan pada perusahaan yang
melakukan system Just In Time. System Tarik adalah suatu system yang
memproduksi satu unit lalu ditarik ketempat yang memerlukannya pada saat
diperlukan. Sedangkan system dorong (push system), pada system ini pesanan
ditumpuk di departemen pemerosesan agar dapat dikerjakan pada saat ada
kesempatan. Dalam system dorong, bahan baku didorong ke stasiun – stasiun
kerja hulu dengan pengendalian yang baik, system ini akan menghasilkan tingkat
persediaan rendah, karena sifatnya selalu merespon permintaan dan melihat
kondisi setiap titik stok.
2.4 Klarifikasi Persediaan
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2009, h.402). Persediaan (inventori)
adalah pos – pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi
bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atauu dikonsumsi. Investasi
Page 6
12
dalam persediaan merupakan aktiva lancer paling besar dari perusahaan barang
dagang dan manufaktur.
2.5 Jenis – Jenis Persediaan
Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara
pengolahan yang berbeda. Menurut Fredy Rangkuti (2002:14), adalah :
1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang
berwujud atau komponen – komponen yang digunakan dalam
proses produksi.
2. Persediaan komponen – komponen rakitan (purchasd /
components), yaitu persediaan barang – barang yang terdiri dari
komponen –komponen yang diperoleh dari perusahaan lain,
dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atu penolong (supplies), yaitu
persediaan barang – barang yang diperlukan dalam proses
produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang
jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in proses), yaitu persediaan
barang – barang yang merupakan keluaran dari tiap – tiap bagian
dalam proses produksi atau yang telah di olah menjadi suatu
bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi
5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang –
barang yang telah selesai diproses arau di olah dalam pabrik dan
siap untuk dijual atau dikirim kepada langganannya.
Page 7
13
Jenis persediaan yang dimiliki setiap perusahaan berbeda – beda
tergantung sifat dan tujuannya.
a. Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur
Menurut Rangkuti (2007, h.14). Jenis – jenis persediaan pada
perusahaan manufaktur yaitu : persediaan bahan baku, persediaan
bahan pembantu atau penolong , persediaan barang dalam / proses,
dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
b. Persediaan Pada Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang memiliki jenis barang yang terdiri dari :
persediaan perlengkapan (Inventory Of Supplies) dan persediaan
barang dagangan. (Merchandise Inventory)
2.6 Fungsi – Fungsi Pesediaan
Persediaan yang dimiliki perusahaan bertujuan untuk menjaga kelancaran
usaha. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan
perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan
industry, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk
mempelancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang jadi ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Meurut Siagian (2006, h.162-163) fungsi persediaan terbagi atas empat
jenis yaitu : Fungsi Pemisah Wilayah, Fungsi Decoupling, Fungsi Penyeimbang
dengan Permintaan, dan Fungsi Penyangga.
Page 8
14
2.7 Tujuan Persediaan
Divisi berbeda dalam industry manufaktur akan memiliki tujuan
persediaan yang berbeda dalam industry manufaktur akan memiliki tujuan
persediaan yang berbeda berikut tujuan persediaan menurut Rosnani Ginting
(2007:125) :
1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga
menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.
2. Produksi ingin beroprasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan
order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang
besar (untuk mengurangi setup mesin). Di samping itu juga produk
menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau
komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu
karena kekurangan bahan.
3. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga
menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah
sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak.
Pembelian ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga
dan kekurangan produk.
4. Keuangan (finance) menginginkan minimasi semua bentuk
investasi persediaan karena biaya investasi dan efek negative yang
terjadi pada perhitungan pengembalian asset (return of asset)
perusahaan.
Page 9
15
5. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan
adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan
tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.
6. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal untuk
mengatisipasi jika terjadi perubahan rekyasa / engineering.
Di samping perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka
waktu pengiriman dan permintaan akan barang – barang selama periode tertentu.
Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan
pengaman (Safety stock / inventories).
Adapun alasan diperlukan persediaan bagi perusahaan juga dibahas oleh
peneliti, diantaranya Sofyan Assauri (2008:238) yang mengemukakan bahwa alas
an diperlakukannya persediaan bagi perusahaan adalah :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasioanal produksi
untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses
yang lain. Yang disebut persediaan dalam proses pemindahan.
2. Alas an organisasi, untuk memungkinkan suatu unit atau bagian
membuat schedule operasinya secara bebas tidak tergantung
dengan yang lainnya.
Di samping alas an – alas an diadakannya persediaan ada beberapa
keuntungan menurut Sofyan Assuari (2008:238), diantaranya :
1. Menghilangkan rsiko keterlambatan datangnya barang atau bahan
– bahan yang dibutuhkan perusahaan.
Page 10
16
2. Menghilangkan resiko material yang dipesan tidak baik sehungga
harus dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan – bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik –
baiknya. Dimana keinginan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau
memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi, tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya.
2.8 Metode Penilaian Persediaan
Penilaian persedian bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang
dipakai/dijual atau persediaan yang tersisa dalam suatu periode. Persediaan
merupakan pos yang sangat berarti dalam aktiva lancar. Hal itu menyebabkan
metode penilaian persediaan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
2.9 Biaya Yang Berhubungan Dengan Persediaan
Biaya persediaan dapat diukur dengan total ekuivalen kas yang digunakan
untuk mendapatkan barang dan mempersiapkannya untuk dijual. Biaya – biaya ini
Page 11
17
termasuk biaya pembelian dan biaya yang terjadi sampai barang tersebut siap
untuk dipakai atau dijual kepelanggan.
Menurut Zulian Yamit (2008: 9), Tujuan manajemen persediaan adalah
untuk menyediakan material yang tepat, lead time yang tepat dan biaya rendah.
Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas system persediaan.
Biaya persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang relevan
dengan jenis biaya sebagai berikut :
1. Biaya pembelian (purchase cost) adalah harga perunit apabila item
dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila
diproduksi dalam perusahaan. Untuk pembelian item dari luar,
biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan.
Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya
per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya
overhead pabrik.
2. Biaya pemesanan (order cost/set up cost) adalah biaya yang berasal
dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set up
cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya
pemesanan dapat berupa : biaya membuat daftar permintaan,
menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, penerimaan
bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi.
Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan
akibat perubahan proses produksi, pembuatan schedule kerja,
persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualitas.
Page 12
18
3. Biaya simpan (crriying cost/holding cost) adalah biaya yang
keluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan
maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya
simpan dapat berupa : biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan
persediaan, keusangan, dan semua biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara persediaan.
Biaya kekurangan persediaan (stock out cost) adalah konsekuensi
ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan
dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan
kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi
kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa biaya
backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya kehilangan
kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan
dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Jika terjadi
kekurangan atas permintaan satu item lain atau membatalkan pengiriman. Dalam
situasi seperti ini bukan kerugian penjualan yang terjadi tetapi penundaan dalam
pengiriman. Untuk mengatasi masalah ini secara khusus perusahaan melakukan
pembelian darurat atas item tersebut dan perusahaan akan menanggung biaya
tambahan (extra cost) untuk pesanan khusus yang dapat berupa biaya pengiriman
secara cepat, dan tambahan biaya pengepakan.
2.10 Konsep Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan
Page 13
19
lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa.
Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi pasar yang stabil, karena
perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan sangat dibutuhkan bila
kondisi permintaan pasar bersifat kompleks dan dinamis. Dalam kondisi pasar
bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis kerena permintaan
tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk
pesaing dan produk substitusi. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan
informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.
Dalam hubungannya dengan horison waktu peramalan, maka dapat
diklasifikasikan peramalan tersebut ke dalam 3 kelompok yaitu:
1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan
ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber
daya.
2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan.
Peramalan ini lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka
panjnag, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas,
perencanaan produksi dan penentuan anggaran.
3. Peramalan Jangka Pendek, umumny 1 samapai 5 minggu. Peramalan
ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu-tidaknya
lembur, penjadwalan kerja, dan lain-lain keputusan untuk
pengontrolan jangka pendek.
Page 14
20
2.11 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari
berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam pasar. Faktor-faktor tersebut
hampir selalu merupakan kekuatan yang berada di luar kendali perusahaan.
Berbagai faktor tersebut antara lain:
Siklus Bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan
akan produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis
dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi, dan masa pemulihan.
Siklus Hidup Produk. Siklus hidup suatu produk biasanya
mengikuti suatu pola yang biasa disebut kurva S. Kurva S
menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, di mana
siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase pengenalan,
fase pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase penurunan.
Unutk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi
produk pada saat yang tepat.
Faktor-faktor lain. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
permintaan adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen
yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh
perusahaan seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran
periklanan, dan kebijakan pembayaran secara kredit.
2.12 Karaketeristik Peramalan yang Baik
Page 15
21
Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting antara
lain sebagai berikut :
Akurasi. Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan
kebiasaan dan konsistensi peramalan tersebut. Hasil peramalan
dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu
rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi.
Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan
peramalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah, akan
mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan
konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah
perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan
keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga
banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil
peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan
yang ideal, yaitu meminimasi penumpukan persediaan dan
memaksimasi tingkat pelayanan.
Biaya. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan
bergantung kepada jumlah item yang diramalkan, lamanya periode
peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor
pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data
yang dibutuhkan, Bagaimana pengolahan datanya, yaitu secara
manual atau komputerisasi, bagaimana penyimpanan datanya, dan
siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan
Page 16
22
harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi
yang ingin didapat, misalnya item-item yang penting akan
diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal, sedangkan
item-item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode
yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari
Hukum Pareto (Analisis ABC).
Kemudahan. Penggunaan metode peramalan yang sederhana,
mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan, akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode
yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem
perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia,
maupun peralatan teknologi.
2.13 Sifat Hasil Peramalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan,
terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya
bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak
dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.
Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa
ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung
kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk
menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi.
Page 17
23
Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan
jangka panjang. Hal ini disebabkan pada peramalan jangka pendek,
sejumlah faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih
konstan, sementara semakin panjang periode peramalan, semakin
besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor yang
mempengaruhi permintaan.
2.13.1 Metode Peramalan
Secara umum, peramalan diklasifikasika menjadi 2 macam, yaitu :
1. Peramalan yang bersifat subyektif
2. Peramalan yang bersifat obyektif
Perbedaan antara kedua macam peramalan ini didasarkan pada cara
mendapatkan nilai-nilai ramalan.
2.13.2 Peramalan Subjektif
Peramalan subyektif lebih menekankan pada keputusan-keputusan hasil
diskusi, pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang meskipun kelihatanya
kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Peramalan subyektif ini
akan diwakili oleh metoda delphi dan metoda penelitian pasar.
Metoda Delphi. Metoda ini merupakan cara sistematis, untuk
mendapatkan keputusan bersama dari suatu kelompok yang terdiri
dari para ahli dan berasal dari disiplin yang berbeda. Kelompok ini
tidak bertemu secara bersama dalam suatu forum untuk berdiskusi,
tetapi merka diminta pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh
Page 18
24
saling berunding. Hal ini dilakuan untuk menghindari pendapat
yang bias karena pengaruh kelompok. Pendapat yang berbeda
secara signifikan dari ahli yang lain dalam kelompok tersebut akan
ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan, sehingga diperoleh
angka estimasi pada interval tertentu yang dapat diterima. Metoda
delphi ini dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah
digunakan pada pengoperasian jangka panjang. Selain itu, metoda
ini juga bermamfaat dalam pengembangan produk baru,
pengembangan kapasitas produksi, penerobosan ke segmen pasar
baru dan strategi keputusan bisnis lainnya.
Metoda Penelitian Pasar. Metoda ini mengumpulkan dan
menganalisa fakta secara otomatis pada bidang yang berhubungan
dengan pemasaran. Salah satu teknik utama dalam penelitian pasar
ini adalh survei konsumen. Survei konsumen akan memberikan
informasi mengenai selera yang diharapkan konsumen, dimana
informasi tersebut diperoleh dari sampel dengan kuesioner.
Penelitian pasar sering digunakan dalam merencanakan produk
baru, sistem periklanan, dan promosi yang tepat. Hasil dari
penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar
peramalan permintaan produk baru.
2.13.3 Peramalan Objektif
Peramalan objektif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-
aturan matematis dan statistik dalam menunjukan hubungan antara permintaan
Page 19
25
dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Selain itu peramalan
objektif juga mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan
antara variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu
akan berulang juga pada masa yang akan datang. Peramalan objektif terdiri atas
dua metoda, yaitu metoda intristik dan metoda ektrinsik.
Metoda Intrinsik. Metoda ini membuat peramalan hanya
berdasarkan proyeksi permintaan historis tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan. Metoda ini hanya cocok
untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi, di mana
dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian persediaan
bahan baku seringkali perusahaan harus melibatkan banyak item
yang berbeda. Hal ini tentu membosankan sehingga memerlukan
metoda-metoda peramalan yang mudah dan murah. Metoda
Intrinsik diwakili oleh analisis deret waktu.
Pada metode deret berkala, ada 4 pola data dasar yang merupakan hasil
dari pemetaan, yaitu :
Pola konstan
Terjadi bila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang
konstan. Contoh dalam kasus ini adalah penjualan suatu produk
yang tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan selama
jangka waktu tertentu.
Pola Musiman
Page 20
26
Terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman.
Penjualan dari produk seperti minuman ringan, es krim, dan gahan
bakar pemanas ruangan semuanya menunjukan jenis pola ini.
Pola Siklus
Terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka
panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Sebagai
contoh dalam pola ini adalah penjualan produk mobil,baja dan
produk utama lainnya. Perbedaaannya dengan pola musiman
adalah pola siklus mempunyai durasi yang lebh panjang dan
bervariasi dari satu siklus ke siklus yang lain.
Pola Trend
Terjadi bila terdapat kecenderungan kenaikan atau penurunan data
daam jangka panjang. Pola ini disebabkan antara lain oleh
bertambahnya populasi, perubahan pelanggan dan pengaruh
budaya.
Metoda Ekstrinsik. Metoda ini mempertimbangkan faktor-faktor
eksternal yang mungkin dapat mempengaruhi besarnya permintaan
di masa yang akan datang dalam model peramalannya. Metoda ini
lebih cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat
menunjukan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil
peramalanya sehingga disebut metoda kausal dan dapat
memprediksi titik-titik perubahan. Kelemahan dari metoda ini
adalah dalam hal mahalnya biaya aplikasi dan frekuensi perbaikan
Page 21
27
hasil peramalan yang rendah karena sulitnya menyediakan
informasi perubahan faktor-faktor eksternal yang terukur. Metoda
ekstrinsik banyak dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat.
Metoda ini akan diwakili oleh metoda regresi.
2.14 Metode Peramalan Yang Digunakan
2.14.1 Metode Moving Avarege (MA)
Menurut metode Moving Avarege, jumlah permintaan produk pada masa
yang akan datang dapat diperkirakan dengan mengekstrapolasi jumlah rata-rata
permintaan selama urutan waktu tertentu masa yang lampau, misalnya 2 tahun
berurutan. Adapun langkah-langkah dalam menentukan perkiraan produk pada
masa yang akan datang adalah sebagai berikut :
Angka permintaan produk pada masa-masa yang lalu disusun
dalam sebuah table.
Menghitung jumlah permintaan produk tiap urutan masa tertentu.
Menghitung jumlah rata-rata permintaan tiap urutan masa diatas
Menghitung selisih jumlah permintaan rata-rata tiap urutan masa
Perkiraan permintaan produk pada masa yang kan datang, dihitung
dengan menambah jumlah rata-rata urutan masa terrakhir, dengan
dua kali selisih permintaan rata-rata tahun terakhir.
Rumus untuk mencari peramalannya adalah sebagai berikut :
Menghitung metode Moving Average dilakukan dengan persamaan:
Page 22
28
HP (i+1)=Al (i)=x (i )+x (i−1 )+...+x (i−n+1)
n
Dimana HP ( i+1 ) = harga peeramalan untuk waktu (i+1 )
Al (i ) = moving average dari waktu (i)
x (i ) = harga actual pada waktu (i)
n = jumlah periode yang dilibatkan
2.14.2 Peramalan Exponensial Smoothing
Langkah- langkah yang diterapkan dalam menghitung peramalannya
adalah sebagai berikut:
Angka permintaan produk pada masa-masa yang lalu disusun
dalam sebuah table.
Menghitung jumlah permintaan produk tiap urutan masa tertentu.
Menghitung jumlah rata-rata permintaan tiap urutan masa diatas.
Menghitung selisih jumlah permintaan rata-rata tiap urutan masa
Perkiraan permintaan produk pada masa yang akan datang, dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Menghitung metode Exponential Smoothing dilakukan dengan persamaan:
F t+1=¿ αDt +(1−α)F t ¿
Page 23
29
F = forecast
D = actual demand
a = smoothing constant
2.14.3 Metode Regresi Linier
Dalam metode regresi, suatu model perlu dispesifikasikan sebelum
pengumpulan data dan analisisnya. Metode regresi linier sederhana dengan
variabel pengaruh tunggal, dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
y '=a+bx
Dimana:
y’ : perkiraan permintaan
x : variabel bebas yang mempengaruhi y
a : nilai tetap y bila x = 0 (merupakan perpotongan dengan sumbu y)
b : derajat kemiringan persamaan garis regresi
Dalam model ini diasumsikan nilai x dan nilai y sebanyak n pasang,
Pasangan x dan y ini dinyatakan sebagai (x1,y1), (x2,y2),...(xn,yn). Simbol y
menunjukan nilai y yang diamati, sedangkan simbol y’ menunjukan titik pada
garis yang diekspresikan pada persamaan y’ = a + bx.
Nilai dari a dan b pada persamaan regresi dapat dihitung dengan rumus:
Page 24
30
b=∑ XiYi∑ X i2
b=n ∑ XiYi−∑ Xi∑Yi∑ X i2−(∑ X i2)
a=Y−b X
2.14.4 Pendekatan Peramalan
Dengan mempertimbangan bahwa penggunaan metoda statistik yang
dilakukan pada data yang lalu adalah cara yang realistis untuk melakukan
peramalan permintaan yang akan datang, dilakukan langkah sebagai berikut:
1. Membuat plot permintaan terhadap waktu (demand versus time)
2. Menentukan teknik yang digunakan.
3. Mengevaluasi error yang diharapkan.
4. Mengambil keputusan untuk menggunakan teknik yang
dipertimbangkan atau berusaha mendapatkan yang lebih baik.
2.14.5 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan
Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran tentang tingkat
perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang terjadi untuk melihat
kesalahan peramalan.
Ukuran yang biasa digunakan adalah:
Page 25
31
1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD )
MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama perioda tertentu tanpa
memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil
dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai
berikut :
MAD=∑|A t−F t
n |
Di mana:
A = Permintaan Aktual pada perioda – t
Ft = Peramalan Permintaan pada perioda –t
n = Jumlah Perioda Peramalan yang terlibat
2. Rata-Rata Kuadrat Kesalahan ( Mean Square Error = MSE )
MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan
pada setiap perioda dan membaginya dengan jumlah perioda peramalan.
Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :
MSE = ∑ ( A t−Ft )
2
n
3. Rata-Rata Kesalahan Peramalan ( Mean Forecast Error = MFE)
Page 26
32
MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan
selama perioda tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. MFE dihitung
dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama perioda
peramalan dan membaginya dengan jumlah perioda peramalan. Secara
matematis, MFE dinyatakan sebagai berikut :
MFE =∑ ( A t−Ft )
n
4. Rata-Rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage
Error = MAPE ).
MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE menyatakan
persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama
perioda tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis, MAPE dinyatakan
sebagai berikut :
MAPE = (100
n )∑|At−F t
A t|
Beberapa teknik yang diarahkan untuk meminimalkan total ongkos set up dan ongkos simpan antara lain :
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Adalah total biaya minimum akan didapat bila biaya pesan dan
biaya simpannya juga minimum. Namun metode ini harus
Page 27
33
diasumsikan bahwa kebutuhan bersifat kontinyu dengan pola
permintaan yang stabil. Dengan rumus EOQ = √2CR/H
b. Metode Lot For Lot (L4L)
Metode L4L seringkali disebut sebagai pesanan diskrit, merupakan
teknik yang sederhana serta akan mampu memenuhi semua
kebutuhan yang ada. Dengan metode ini semua kebutuhan bersih
dan jumlah lot pemesanan yang diperlukan sama dengan jumlah
kebutuhan bersih.Kegunaan dari teknik ini adalah mempperkecil
ongkos simpan bagi barang-barang atau item yang diproduksi
secara mahal.
c. Biaya Total Terkecil (Least Total Cost)
Metode ini merupakan teknik lot sizing yang menghitung jumlah
pemesanan dengan membandingkan antara set up cost & Carrying
cost untuk lot sizing yang bervariasi dan memilih sebuah lot yang
memberikan atau mempunyai set up cost & Carrying cost yang
hampir sama.
d. Biaya Unit yang Terkecil (Least Unit Cost)
LUC ini merupakan teknik yang menambah biaya set up dan
penyimpanan untuk setiap lot dan dibagi dengan jumlah unit
disetiap lot dengan mengambil sebuah lot dengan unit cost yang
paling kecil.
Metoda yang umum dipakai dalam prakteknya adalah Lot-for-Lot\
1. Offsetting (Penentuan Waktu Pemesanan).
Page 28
34
Langkah ini bertujuan agar kebutuhan komponen dapat tersedia tepat pada
saat dibutuhkan dengan memperhitungkan lead time pengadaan komponen
tersebut. Lead time adalah besarnya waktu saat barang mulai dipesan tau
diproduksi sampai barang tersebut selesai dan diterima siap untuk dipakai.
Tabel dibawah ini sebagai contoh proses offsetting dengan lead time
selama dua periode:
Tabel 2.4 Contoh Perhitung Offsetting
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 total
Ukuran
Lot
10 15 25
Rencana
pemesanan
10 15 25
Offsetting merupakan langkah akhir penerapan sistem MRP pada suatu item.
Perhitungan selanjutnya dilakukan pada item level dibawahnya.
1. Explosion.
Adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item
(komponen) pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang
tersedia berdasarkan atas rencana pesanan. Untuk perhitungan kebutuhan
kotor ini, diperlukan struktur produk dan informasi mengenai berapa
jumlah kebutuhan tiap item untuk item yang akan dihitung. Dalam proses
ini data mengenai struktur produk harus tersedia secara akurat.
Ketidakarutan data tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada
perhitungan kebutuhan dibawahnya. Dengan data struktur produk dapat
Page 29
35
ditentukan kearah komponen mana harus dilakukan explosion. Struktur
produk juga harus langsung dimodifikasi bila ada perubahan pada cara
produksi atau perakitan. Dibawah ini contoh proses explosion produk:
Tabel 2.5 Contoh perhitungan Explosion
Tabel 0 :
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 total
Ukuran Lot 10 15 25
Rencana
pemesanan
10 15 25
Tabel 1 :
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 total
KK 10 15 25
2.15 Menentukan Pesanan Persediaan
Menentukan pesanan persediaan ialah dengan menentukan berapa banyak
jumlah persediaan yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya.
Untuk itu diperlukan metode EOQ (Economic Order Quanitity) agar dapat
menentukan persediaan yang ekonomis. Menurut Carter (2009, h.314) Kuantitas
Perusahaan Ekonomis (Economic Order Quantity – EOQ) adalah jumlah
persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan
tahunan
Page 30
36
Perhitungan EOQ menurut Heizer, Render (2010, h.94) yaitu :
EOQ atauQ '=√ 2 DSH
Keterangan :
Q = Jumlaah per pesanan
Q'= Jumlah optimum unit per pesanan
D = Permintaan tahunan dalam unit
S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
2.16 Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Untuk memesan suatu barang sampai barang itu datang, diperlukan jangka
wakt yang bervariasi dari beberapa bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan
sampai saat barang datang dikenal dengan istilah waktu tenggang (lead time).
Waktu tenggang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari barang itu sendiri dan
jarak lokasi antara pembeli dan pemasok berada. Maka dari itu safety stok sangat
diperlukan.
Besarnya persediaan pengaman dapat dihitung sebagai berikut :
Z=SSσ
atau SS=Zσ
Page 31
37
Keterangan :
X = Tingkat Persediaan
µ = Rata – rata permintaan
σ = Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang
SS = Persediaan pengaman
Z = Safety factor
2.16 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Menurut Heizer, Render (2010, h.98) Tingkat pemesanan kembali (Rider
Point / ROP) adalah suatu titik atas batas dari jumlah pesediaan yang ada pada
suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali.
Perusahaan sering mengalami kendala dalam menjalankan kegiatan
produksinya, diantaranya yaitu persediaan yang kurang memadai yang
diakibatkan oleh keterlambatan pembelian kembali stock persediaan bahan baku,
sehingga dapat memperlambat proses produksi.
Titik menunjukan kepada bagian pembelian untuk mengadakan pemesanan
kembali persediaan untuk mengganti persediaan yang telah digunakann dalam
menentukan titik ini, harus diperhatikan besarnya penggunaan bahan selama
bahan – bahan yang dipesan belum dating dan persediaaan minimum. Besarnya
penggunaan bahan selama bahan – bahan yang dipesan belum diterima, ditentukan
oleh 2 faktor, yaitu :
Page 32
38
1. Lead time
2. Tingkat penggunaan rata – rata.
Saat pemesanan kembali (reorder point), dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Menentukan jumlah bahan baku selama lead time ditambah dengan
satu persentase tertentu.
b. Menentukan jumlah pemakaian bahan selama lead time ditambah
dengan persediaan pengaman yang telah ditetapkan.
Dalam menghitung reorder point menggunakan rumus sebagai berikut :
ROP=(D × L)+SS
Keterangan :
ROP = Pemesanan kembali (reorder point)
SS = Safetu stock
D = Tingkat pemakaian rata – rata perhari kerja
T = lead time.