FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBONG KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2019 SKRIPSI OLEH: NURIS WATY NADEAK NIM : 1702022135 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU
DALAM PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LIMBONG KECAMATAN SIANJUR
MULA-MULA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2019
SKRIPSI
OLEH:
NURIS WATY NADEAK
NIM : 1702022135
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU
DALAM PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LIMBONG KECAMATAN SIANJUR
MULA-MULA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memeroleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)
pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Minat Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku (Promkes)
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
NURIS WATY NADEAK
NIM : 1702022135
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Judul Skripsi : Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
14
(2) Faktor Malabsorbsi
Faktor malabsorbsi terdiri dari a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida
(intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktrosa. b) Malabsorbsi lemak c) Malabsorbsi protein
(3) Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
(4) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
(5) Faktor pendidikan. Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu
dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali
memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan
kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak
balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
kesehatan yang diperoleh si anak.
(6) Faktor pekerjaan. Ayah dan ibu yang bekerja pegawai negeri atau Swasta rata-
rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus
membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih
besar untuk terpapar dengan penyakit.
(7) Faktor umur balita. Sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah usia 2
tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai risiko terjadi diare 2,23
kali dibanding anak umur 25-59 bulan.
15
(8) Faktor lingkungan. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit
diare.
(9) Faktor Gizi. Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90,
kurang =<90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
(10) Faktor sosial ekonomi masyarakat. Sosial ekonomi mempunyai pengaruh
langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah
menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah,
kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
(11) Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kontak antara sumber dan
host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak dapat
juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran
dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan
dan kemudian dimasukkan ke mulut dipakai untuk memegang makanan.
16
Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan virusnya
yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris)
dan jamur (Candida albican).
(12) Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng). Tidak memberikan ASI secara penuh
4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko
untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol
susu ini memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare.
Dalam ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap
berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae (15).
3) Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari:(16)
(1) Diare akut. Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Kementerian
Kesehatan RI, diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
tanpa diselang- seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya
cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat
dibedakan dalam empat kategori, yaitu: a) Diare tanpa dehidrasi, b) Diare
dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, c)
Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari
berat badan, d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih
dari 8-10%.
17
(2) Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah dalam tinjanya. Disentri dapat
berakibat menurunnya berat badan dengan cepat, anoreksia dan kemungkinan
terjadinya komplikasi pada mukosa usus.
(3) Diare persisten. Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.
(4) Diare kronik. Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau
gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
Menurut Suharyono, diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau
persisten dan berlangsung 2 minggu lebih (17).
Diare dapat juga diklasifikasikan berdasarkan derajat dehidrasinya yaitu
a) Diare dengan dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan sampai 5% dari berat
badan. b) Diare dengan dehidrasi sedang yaitu kehilangan cairan 6-10% dari berat
badan. c) Diare dengan dehidrasi berat yaitu kehilangan cairan lebih dari 10% dari
berat badan (18).
4) Tanda dan Gejala Diare pada Anak
Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius,
dimana proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh agen infeksius yang diawali
dengan mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran pencernaan dan
berkembang biak dalam usus sehingga merusak sel mukosa pada usus dan
merusak kerja dari usus tersebut. Sehingga terjadilah perubahan kapasitas usus
yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan
18
elektrolit atau dengan kata lain dikarenakan adanya bakteri sehingga
menyebabkan sistem transport aktif dalam usus mengalami iritasi yang kemudian
menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat (15).
Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi,
dimana kegagalan ini akan menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadi gastroentritis. Menurut Hidayat, faktor makanan dapat
terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik sehingga terjadi
peningkatan dan penurunan peristaltik dan menyebabkan penurunan penyerapan
makanan (14).
Tabel 2.1. Penentuan Derajat Dehidrasi WHO
No Tanda dan
Gejala
Dehidrasi
Ringan
Dehidrasi
Sedang Dehidrasi Berat
1 Keadaan
Umum
Sadar, gelisah,
haus
Gelisah,
mengantuk
Mengantuk, lemas,
anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar.
2 Denyut nadi Normal kurang
dari 120/menit
Cepat dan lemah
120- 140/menit
Cepat, haus, kadang-
kadang tak teraba,
kurang dari 140/menit
3 Pernafasan Normal Dalam, mungkin
cepat
Dalam dan cepat
4 Ubun-ubun
besar
Normal Cekung Sangat cekung
5 Kelopak mata Normal Cekung Sangat cekung
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7 Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering
8 Elastisitas kulit Pada
pencubitan
kulit secara
elastis kembali
secara normal
Lambat Sangat lambat (lebih
dari 2 detik)
9 Air seni Normal, warna
kuning tua.
Berkurang Tidak kencing
19
5) Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi usus selama diare (17).
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan
berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik
dan hipertonik (19).
6) Cara Penularan Diare
Penularan penyakit diare pada balita biasanya melalui jalur fecal oral
terutama karena: a) Menelan makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan
air). b) Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut : Tidak
memadainya penyediaan air bersih, kekurangan sarana kebersihan dan
pencemaran air oleh tinja, penyiapan dan penyimpanan makanan tidak secara
20
semestinya. Cara penularan penyakit diare adalah Air (water borne disease),
makanan (food borne disease)dan susu (milk borne disease) (19).
Secara umum faktor risiko diare pada dewasa yang sangat berpengaruh
terjadinya penyakit diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih, jamban
keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih
dan sehat, kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi, malabsorbsi,
keracunan, imunodefisiensi, serta sebab-sebab lain (20).
Faktor risiko terjadinya diare pada balita selain faktor intrinsik dan
ekstrinsik juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dan pengasuh balita karena
balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat bergantung pada
lingkungannya. Dengan demikian apabila ibu balita atau ibu pengasuh balita tidak
bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita tidak
dapat dihindari. Diakui bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya diare tidak
berdiri sendiri, tetapi sangat kompleks dan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang berkaitan satu sama lain, misalnya faktor gizi, sanitasi lingkungan,
keadaan social ekonomi, keadaan social budaya, serta faktor lainnya. Untuk
terjadinya diare sangat dipengaruhi oleh kerentanan tubuh, pemaparan terhadap
air yang tercemar, system pencernaan serta faktor infeksi itu sendiri. Kerentanan
tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, status gizi, perumahan padat dan
kemiskinan (20).
7) Komplikasi Diare
Komplikasi Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti: a. Dehidrasi
21
(ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik). b. Renjatan
hipovolemik c. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram). d. Hipoglikemia. e. Intoleransi
laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili
mukosa usus halus. f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. g. Malnutrisi
energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan (16).
8) Pencegahan Diare
Pencegahan terhadap penyakit diare antara lain: (21)
(1) Terhadap faktor penjamu. Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam prinsip-prinsip hygiene
perorangan. Pencegahan diare pada anak balita antara lain:
a) Imunisasi
Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan angka
kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri adalah
imunisasi. Hal ini berlaku pula untuk penyakit diare dan penyakit
gastrointestinal lainnya. Untuk dapat membuat vaksin secara baik,
efisien. Dan efektif diperlukan pengetahuan mengenai mekanisme
kekebalan tubuh pada umumnya terutama, kekebalan saluran pencernaan
makanan.
b) Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Pada bayi yang baru lahir,
22
pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian
ASI akan menurunkan terjadinya diare pada bayi.
c) Perilaku hidup bersih dan sehat
Untuk melakukan pola perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan
beberapa penilaian antara lain adalah :
(a) Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM, sumur,
perpipaan) untuk keperluan sehari-hari.
(b) Jamban keluarga, keluarga buang air besar di jamban atau WC yang
memenuhi syarat kesehatan.
(c) Air yang di minum dimasak terlebih dulu.
(d) Mandi menggunakan sabun mandi.
(e) Selalu cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun
(f) Pencucian peralatan menggunakan sabun.
(g) Limbah, apakah SPAL sering di bersihkan.
(2) Terhadap faktor bibit penyakit.
a) Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati
penderita maupun carrier atau dengan meniadakan reservoir penyakit.
b) Mencegah terjadinya penyebaran kuman, baik di tempat umum maupun
di lingkungan rumah.
c) Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan
memelihara kesehatan.
23
(3) Terhadap faktor lingkungan
Mengubah atau mempengaruhi faktor lingkungan hidup, sehingga faktor-
faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan kesehatan manusia (21).
Menurut Kemenkes RI, pencegahan diare pada balita dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:(22)
(1) Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
Menurut Supariasa, bahwa ASI adalah makanan bayi yang paling alamiah,
sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak
bisa ditiru oleh pabrik susu manapun. Tetapi pada pertengahan abad ke-18
berbagai pernyataan penggunaan air susu binatang belum mengalami berbagai
modifikasi. Pada permulaan abad ke-20 sudah dimulai produksi secara masal
susu kaleng yang berasal dari air susu sapi sebagai pengganti ASI. ASI steril
berbeda dengan sumber susu lain, susu formula, atau cairan lain disiapkan
dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan
botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. Keadaan ini disebut disusui secara penuh. Bayi-bayi
harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan, setelah 6 bulan
24
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-zat lain yang
dikandungnya, ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x
lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol (23).
(2) Makanan pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat
bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Menurut Supariasa, bahwa pada masa tersebut merupakan masa yang
berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI
dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare ataupun penyakit
lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana
makanan pendamping ASI diberikan. Untuk itu ada beberapa saran yang dapat
meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik,
yaitu a) perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur
6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari), setelah anak
berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 kali
sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin. b) Tambahkan minyak, lemak,
gula, ke dalam nasi/bubur dan biji- bijian untuk energi. Tambahkan hasil
olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran
25
berwarna hijau ke dalam makanannya. c) Cuci tangan sebelum menyiapkan
makanan dan menyuapi anak, suapi anak dengan sendok yang bersih.
d) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang
dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak (23).
(3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Menurut Kementerian Kesehatan RI, bahwa
untuk melakukan pola perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan beberapa
penilaian antara lain adalah a) penimbangan balita. Apabila ada balita
pertanyaannya adalah apakah sudah ditimbang secara teratur ke posyandu
minimal 8 kali setahun, b) Gizi, anggota keluarga makan dengan gizi
seimbang, c) Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM, sumur)
untuk keperluan sehari-hari, d) Jamban keluarga, keluarga buang air besar di
jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan, e) Air yang diminum dimasak
terlebih dahulu, f) Mandi menggunakan sabun mandi, g) Selalu cuci tangan
sebelum makan dengan menggunakan sabun, h) Pencucian peralatan
menggunakan sabun, i) Limbah, j) Terhadap faktor bibit penyakit yaitu (a)
Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita
maupun carrier atau dengan meniadakan reservoir penyakit, (b) Mencegah
terjadinya penyebaran kuman, baik di tempat umum maupun di lingkungan
rumah, (c) Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan
memelihara kesehatan, (d) Terhadap faktor lingkungan, mengubah atau
mempengaruhi faktor lingkungan hidup sehingga faktor-faktor yang tidak baik
dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan
manusia (22).
26
8) Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare menurut Kemenkes RI, antara lain dengan
rehidrasi, nutrisi, medikamentosa (22).
(1) Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa
melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah
yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasandan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-
masing anak atau golongan umur
(2) Nutrisi. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak
dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor
yang mempengaruhi gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai
berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24
jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak merangsang,
makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan
diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan,
pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup
(3) Medikamentosa. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin,
obat-obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat,
kodein, opium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, anti muntah termasuk
27
prometazin dan kloropomazin. Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada
penderita diare dibagi menjadi tiga yaitu rencana pengobatan A, Bdan C yang
diuraikan sebagai berikut:
a) Rencana pengobatan A.
Rencana pengobatan A digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi,
meneruskan terapi diare di rumah, memberikan terapi awal bila anak
terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit,
makanan cair, air matang. Gunakanlah larutan untuk anak seperti
dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Umur
(Tahun)
3 jam pertama atau tidak haus atau
sampai tidak gelisah lagi
Selanjutnya tiap
kali mencret
< 1 1½ gelas 1½ gelas
1-5 3 gelas 1 gelas
> 5 6 gelas 4 gelas
b) Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan
sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75 ml/kg BB, berat badan
anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
Tabel 2.3. Jumlah Oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
Umur < 1 Tahun 1-5 Tahun > 5 Tahun
Jumlah oralit 300 600 1200
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200 ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
28
anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B dan C
untuk melanjutkan.
c) Rencana pengobatan C
Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat
berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika
keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam
berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang
sesuai (22).
2.2.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penanganan Diare
pada Balita
Green dalam Notoatmodjo menyatakan perilaku seseorang dipengaruhi oleh
faktor predisposisi (predisposing factors) seperti faktor pengetahuan, sikap,
keyakinan dan nilai yang berkenaan dengan motivasi orang tersebut untuk
bertindak; sedangkan faktor demografi meliputi umur, pendidikan, jumlah anak
dan lain-lain; faktor pemungkin atau pendukung (enabling factors) yaitu fasilitas
kesehatan, jarak, kualitas pelayanan ANC, sarana prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku individu; dan faktor penguat (reinforcing factors) seperti
faktor dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan faktor lain-lain (9).
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (9).
29
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat
bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
saja akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior) (13).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
30
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (13).
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana
didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Satu
contoh dapat dikemukakan di sini, ibu-ibu peserta KB yang diperintahkan oleh
lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahui makna dan tujuan KB,
mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah beberapa saat perintah tersebut
diterima (9).
Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
31
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving
cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat
menyesuaikan dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
32
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada (13).
Menurut Arikunto yang dikutip Wawan dan Dewi pengetahuan seseorang
dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif
yaitu:(13)
a. Baik, hasil persentase 76%-100%
b. Cukup, hasil persentase 56%-75%
c. Kurang, hasil persentase <56%.
2. Sikap (Attitude)
Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli.
Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih dari 30 definisi sikap. Puluhan
definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu
diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut Kedua, sikap adalah suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli
sosial yang telah terkondisikan. Ketiga, sikap adalah keteraturan tertentu dalam
hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi)dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (24).
33
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu (9).
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan „pre-disposisi‟ tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih
dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (13).
Dalam bagian lain, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok, yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir,
keyakinan dan emosional memegang peranan penting. Satu contoh misalnya,
seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (penyebabnya, akibatnya,
pencegahannya dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk
34
berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini
komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan
mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio.
Sehingga ibu mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit
polio itu (9).
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
sebagai berikut:
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai ole individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotif yang dimiliki
individu mengenai sesuai dapat disamakan penanganan (opini) terutama
apabila menyangkut masalah isu atau problem yang controversial.
2. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
35
tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
tendensi perilaku (13).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas
pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya,
seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan
sebagainya), untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu, atau
mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau
36
menjadi akseptor KB, Meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang
tuanya sendiri.
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana pendapat Anda tentang pelayanan
dokter di Rumah Sakit Cipto? Secara langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Misalnya, apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan Posyandu?
Atau, saya akan menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun? (sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (9).
Sikap dapat pula bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif sebagai
berikut: Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk
menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tersebut (13).
3. Dukungan Keluarga
Dukungan adalah dorongan atau bantuan. Dukungan sosial keluarga
adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis
dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan.
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau
diadakan untuk keluarga (dukungan keluarga bisa atau tidak digunakan, tapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan) (25).
37
Penelitian Kurniati di Wilayah Kerja Puskesmas Paruga Kota Bima
menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan upaya
penanganan diare pada anak balita. Adapun nilai probabilitas yang didapatkan (p=
0,000). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ambari bahwa dari
analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,836 dengan p = 0,00
(p<0,05) (12).
Hal ini juga berkaitan dengan masih kentalnya hubungan kekerabatan
dalam sebuah keluarga di lingkungan tersebut. Dari data tersebut bahwa dukungan
keluarga terhadap satu anak dengan anak yang lain berbeda, sesuai dengan teori
Friedman yang menyatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada
balita dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran keluarga, usia
ibu dan sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pekerjaan dan pendidikan) (12).
4. Budaya
Kebudayaan kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya
terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan. Menurut Foster
dan Anderson (dalam Sarwono), kebudayaan kesehatan mengkaji masalah-
masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi
(pertumbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi
manusia dan paleopatologi atau studi mengenai penyakit-penyakit purba dan
kutub sosial budaya (sistem medis tradisional atau etnomedisin, masalah petugas-
petugas kesehatan, tingkah laku sakit, hubungan antara dokter pasien dan
dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
tradisional). Dengan demikian kebudayaan kesehatan adalah disiplin ilmu yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologi dan sosial-budaya dari tingkah laku
38
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya di sepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang memengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sistem budaya
masyarakat yang potensi manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan
masyarakat (26).
Suku Batak adalah suatu suku terbesar yang mendiami pulau Sumatera.
Suku Batak mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan suku yang lainnya di
Indonesia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan cara mempelajarinya. Dalam kebudayaan masyarakat Batak pengobatan
tradisional yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari menjadi
kepercayaan masyarakat (kearifan lokal) yang mampu menyembuhkan penyakit.
Masyarakat Batak tidak terlepas dari pengobatan tradisional yang telah mendarah
daging di dalam kehidupannya sebagai hasil budaya masyarakat. Meskipun dunia
pengobatan semakin berkembang bukan berarti pengobatan tradisional dengan
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan ramuan menjadi surut.
Masyarakat Batak telah mampu mengidentifikasi spesies tumbuhan yang dikenal
dan dimanfaatkan untuk ramuan obat. Bagian tumbuhan obat yang dapat dijadikan
dan dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional seperti akar, batang, daun,
bunga, buah dan lainnya. Salah satu tumbuhan atau tanaman yang dijadikan obat
adalah gambir yang digunakan untuk obat diare. Kebiasaan masyarakat suku
Batak menggunakan gambir sebagai obat diare sudah berlangsung lama atau turun
temurun. Biasanya, anak akan sembuh (diare akan berhenti) setelah diberi gambir
yang dilarutkan dalam air dan diminumkan pada anak (27).
39
2.3. Kerangka Teori
/
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) dalam Notoatmodjo (9).
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan
jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan (28). Hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Perilaku
Kesehatan
Faktor Predisposisi
(Predisposing Factors):
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Keyakinan
4. Budaya
5. Nilai
6. Motivasi
7. Demografi (umur, pendi-
dikan, jumlah anak, dll)
8. Dan lain-lain
Faktor Pemungkin (Enabling
Factors):
1. Fasilitas kesehatan
2. Jarak
3. Kualitas Pelayanan
4. Sarana Prasarana
5. Dan lain-lain
Faktor Pendorong (Reinforcing
Factors):
1. Dukungan keluarga
2. Dukungan tenaga kesehatan
3. Dukungan tokoh masyarakat
4. Dan lain-lain
40
1) Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam penanganan diare pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kabupaten Samosir tahun 2019.
2) Ada hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam penanganan diare pada balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kabupaten Samosir tahun 2019.
3) Ada hubungan budaya dengan perilaku ibu dalam penanganan diare pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kabupaten Samosir tahun 2019.
4) Ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam penanganan
diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur
Mula-Mula Kabupaten Samosir tahun 2019.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong
lintang (cross sectional) yang bertujuan untuk menganalisis faktor yang
berhubungan dengan perilaku ibu dalam penanganan diare pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir
tahun 2019.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong
Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir. Alasan pemilihan lokasi
karena masih ditemukan ibu yang memiliki balita saat mengalami diare tidak
melakukan penanganan dengan baik. Selain itu belum pernah dilakukan
penelitian dengan judul yang sama dengan penelitian ini.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan April 2019 sampai dengan
bulan Agustus 2019.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi ini adalah seluruh ibu mempunyai balita yang pernah menderita
diare di wilayah kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kabupaten Samosir dari bulan Januari 2019 – Juni 2019 sebanyak 50 orang.
42
3.3.2. Sampel
Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (28). Menurut Arikunto, penentuan
pengambilan sampel yaitu apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua
hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (29). Berdasarkan pendapat
Arikunto, peneliti mengambil semua populasi dijadikan sampel karena jumlahnya
kurang dari 100 yaitu 50 orang.
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1. Definisi Operasional
1) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang penyakit diare
dan cara penanganannya.
2) Sikap adalah respon atau tanggapan ibu tentang penyakit diare dan cara
penanganannya.
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Budaya
4. Dukungan Keluarga
Penanganan Diare
pada Balita
43
3) Budaya adalah kebiasaan adat istiadat masyarakat Batak di wilayah kerja
Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam mengobati anak
yang menderita diare.
4) Dukungan keluarga adalah dorongan yang diberikan oleh keluarga pada ibu
dalam penanganan diare pada balita.
5) Perilaku ibu dalam penanganan diare pada balita adalah segala tingkah laku
ibu yang dilakukan dalam menangani diare yang terjadi pada balitanya.
3.5.2. Aspek Pengukuran
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
No. Nama
Variabel
Jumlah
Perta-
nyaan
Cara dan Alat
Ukur
Skala
Pengukuran Value
Jenis
Skala
Ukur
Variabel X
1. Pengetahuan 10 Menghitung skor
pengetahuan
(Skor max = 10)
8-10
6-7
0-5
Baik (3)
Cukup(2)
Kurang (1)
Ordinal
2. Sikap 10 Menghitung skor
sikap
(Skor max = 40)
26-40
10-25
Positif (2)
Negatif (1)
Ordinal
4. Budaya
10 Menghitung skor
Budaya
(Skor max = 10)
6-10
0-5
Mengikuti
Budaya (2)
Tidak mengikuti
budaya (1)
Ordinal
5. Dukungan
Keluarga
10 Menghitung skor
Dukungan
keluarga
(Skor max = 10)
6-10
0-5
Baik (2)
Kurang (1)
Ordinal
Variabel Y
1. Perilaku ibu
dalam
penanganan
diare pada
balita
10 Menghitung skor
perilaku ibu
(Skor max = 10)
6-10
0-5
Baik (2)
Kurang (1)
Ordinal
44
Aspek pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden dengan menanyakan pada
responden sebanyak 10 butir pertanyaan dengan jawaban pilihan berganda
(multiple choice) yaitu a, b, c. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan
jawaban yang salah diberi skor 0. Skor terendah adalah 0 (10 x 0) dan skor
tertinggi adalah 10 (10 x 1). Hasil jawaban responden dikategorikan:
a) Baik, jika mendapatkan skor 8-10 (76%-100%)
b) Cukup, jika mendapatkan skor 6-7 (56%-75%)
c) Kurang, jika mendapatkan skor 0-5 (<56%)
2) Sikap
Untuk mengetahui sikap responden dengan menanyakan pada responden
sebanyak 10 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban SS = Sangat Setuju,
S=Setuju, TS = Tidak Setuju, STS= Sangat Tidak Setuju. Untuk pernyataan
positif jawaban sangat setuju diberi skor 4, jawaban setuju diberi skor 3,
jawaban tidak setuju diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi
skor 1. Untuk pernyataan negatif jawaban sangat setuju diberi skor 1,
jawaban setuju diberi skor 2, jawaban tidak setuju diberi skor 3 dan jawaban
sangat tidak setuju diberi skor 4. Skor terendah adalah 10 (10 x 1) dan skor
tertinggi adalah 40 (10 x 4). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai
berikut:
a) Positif, jika mendapatkan skor 26-40
b) Negatif, jika mendapatkan skor 10-25
45
3) Budaya
Untuk mengukur variabel budaya dengan menanyakan pada responden
sebanyak 10 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban „ya‟ dan „tidak‟. Untuk
jawaban „ya‟ diberi skor 1 dan jawaban „tidak‟ diberi skor 0. Skor terendah
adalah 0 (10 x 0) dan skor tertinggi adalah 10 (10 x 1). Hasil jawaban
responden dikategorikan sebagai berikut:
a) Mengikuti budaya, jika mendapat skor 6-10
b) Tidak mengikuti budaya, jika mendapat skor 0-5
4) Dukungan Keluarga
Untuk mengetahui dukungan keluarga dengan menanyakan pada responden
sebanyak 10 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban „ya‟ dan „tidak‟. Untuk
jawaban „ya‟ diberi skor 1 dan jawaban „tidak‟ diberi skor 0. Skor terendah
adalah 0 (10 x 0) dan skor tertinggi adalah 10 (10 x 1). Hasil jawaban
responden dikategorikan sebagai berikut:
a) Baik, jika mendapat skor 6-10
b) Kurang, jika mendapat skor 0-5
5) Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare Balita
Untuk mengetahui perilaku ibu dalam penanganan diare pada balita dengan
menanyakan pada responden sebanyak 10 butir pertanyaan dengan pilihan
jawaban „ya‟ dan „tidak‟. Untuk jawaban „ya‟ diberi skor 1 dan jawaban
„tidak‟ diberi skor 0. Skor terendah adalah 0 (10 x 0) dan skor tertinggi adalah
10 (10 x 1). Hasil jawaban responden dikategorikan sebagai berikut:
a) Baik, jika mendapat skor 6-10
b) Kurang, jika mendapat skor 0-5
46
3.6. Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian kuantitatif ini meliputi data primer,
data sekunder dan data tertier.
1) Data primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer
dalam penelitian ini yaitu kuesioner.
2) Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder diperoleh dari Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula.
3) Data tertier
Data tersier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer dan
sumber sekunder. Data tersier dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
referensi yang sangat valid, seperti: jurnal, text book, sumber elektronik.
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner yang dijawab langsung oleh
responden.
47
2) Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi berupa data dari
Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula.
3) Data tertier
Data tersier diperoleh melalui studi kepustakaan seperti: jurnal, text book,
sumber elektronik.
3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner dibagikan pada responden yang sesungguhnya, maka
kuesioner diuji kesahihannya dan kehandalannya dengan melakukan uji validitas
dan reliabilitas kepada 30 orang ibu yang mempunyai balita di Puskesmas Buhit
Kabupaten Samosir.
1) Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran
atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat
ukur. Uji validitas dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item
dengan skor total variabel menggunakan rumus korelasi Pearson product
moment (r), dengan ketentuan jika nilai r-hitung > r-tabel, maka dinyatakan
valid dan sebaliknya. Nilai r-tabel untuk 30 orang responden yaitu 0,361(29).
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
48
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Penelitian
No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pengetahuan -1
Pengetahuan -2
Pengetahuan -3
Pengetahuan -4
Pengetahuan -5
Pengetahuan -6
Pengetahuan -7
Pengetahuan -8
Pengetahuan -9
Pengetahuan -10
0,527
0,694
0,701
0,650
0,819
0,917
0,522
0,888
0,392
0,609
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sikap -1
Sikap -2
Sikap -3
Sikap -4
Sikap -5
Sikap -6
Sikap -7
Sikap -8
Sikap -9
Sikap -10
0,769
0,839
0,651
0,717
0,623
0,886
0,578
0,455
0,558
0,829
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Budaya -1
Budaya -2
Budaya -3
Budaya -4
Budaya -5
Budaya -6
Budaya -7
Budaya -8
Budaya -9
Budaya -10
0,782
0,403
0,580
0,583
0,535
0,612
0,668
0,373
0,426
0,583
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dukungan Keluarga -1
Dukungan Keluarga -2
Dukungan Keluarga -3
Dukungan Keluarga -4
Dukungan Keluarga -5
Dukungan Keluarga -6
Dukungan Keluarga -7
Dukungan Keluarga -8
Dukungan Keluarga -9
Dukungan Keluarga -10
0,625
0,732
0,368
0,905
0,512
0,461
0,636
0,449
0,486
0,383
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
49
No. Variabel r-hitung r-tabel Ket.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Penanganan Diare pada Balita -1
Penanganan Diare pada Balita -2
Penanganan Diare pada Balita -3
Penanganan Diare pada Balita -4
Penanganan Diare pada Balita -5
Penanganan Diare pada Balita -6
Penanganan Diare pada Balita -7
Penanganan Diare pada Balita -8
Penanganan Diare pada Balita -9
Penanganan Diare pada Balita -10
0,698
0,781
0,515
0,598
0,413
0,439
0,817
0,460
0,834
0,448
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
2) Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test
merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi dan akurasi.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang reliabel (29).
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat menunjukkan kehandalan dan dipercaya dengan metode
Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dengan ketentuan nilai
Cronbach Alpha>0,600, maka dinyatakan reliabel(28). Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
No. Variabel Nilai
Reliabilitas
Batas
Cronbach’s
Alpha
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5
Pengetahuan
Sikap
Budaya
Dukungan keluarga
Penanganan Diare Balita
0,867
0,879
0,747
0,754
0,754
0,600
0,600
0,600
0,600
0,600
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
50
3.7. Metode Pengolahan Data
Proses pengolahan data pada penelitian ini mencakup beberapa tahapan
kegiatan. Data-data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah:(30)
1) Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner yang telah dijawab oleh
responden.
2) Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden pada lembar
kuesioner dengan tujuan data yang diperoleh dapat diolah secara benar.
3) Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel yang
diteliti, misalnya nama dirubah menjadi nomor 1,2,3,..........dan seterusnya.
4) Entering
Data entry, yakni jawaban dari masing-masing responden yang masih dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program komputer
yang digunakan peneliti yaitu SPSS.
5) Data Processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
dengan kebutuhan dari penelitian.
3.8. Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program statistik
(statistic / data analysis) dengan tahapan sebagai berikut :
51
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan distribusi
frekuensi dari masing-masing jawaban kuesioner variabel bebas dan variabel
terikat dan juga distribusi frekuensi rekapitulasinya.
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing
variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan analisis Chi-Square,
pada batas kemaknaan perhitungan statistik p-value (0,05). Apabila hasil
perhitungan menunjukkan nilai p-value<=0,05 maka dikatakan ditolak, artinya
kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian
untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan
variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Limbong terletak di Desa Aek Sipitudai Kecamatan Sianjur
Mulamula. Luas wilayah kerja Puskesmas Limbong 121,43 km2, Dengan Letak
Geografis Kecamatan Sianjur Mula-Mula : 20 32„ - 20 45„ Lintang Utara : 980
42„ - 980 47 Bujur Timur. Letak di atas Permukaan Laut yaitu 50,37 meter.
Wilayah kerja puskesmas terdiri dari 12 desa, yaitu Desa Boho, Desa Aek
Sipitudai, Desa Sarimarrihit, Desa Habeahan Naburahan, Desa Singkam, Desa
Sianjur Mulamula, Desa Ginolat, Desa Hutaginjang, Desa Hutagurgur, Desa
Siboro, Desa Hasinggaandan Desa Bonandolok. Adapun batas-batas Puskesmas
Limbong adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pangururan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Harian
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ronggurnihuta
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simanindo
Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Terdiri dari 4 Pustu, 10 Poskesdes dan
16 Polindesdan 1 puskesmas keliling. Jumlah posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Limbong sebanyak 45 unit dengan rincian 44 unit sebagai posyandu
purnama dan 1 unit posyandu mandiri. Jumlah penduduk dalam wilayah kerja
Puskesmas Limbong di Kecamatan Sianjur Mulamula sebanyak 8.587 jiwadan
2.154 KK. Mayoritas penduduk dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
4.325 jiwadan laki-laki sebanyak 4.262 jiwa.
53
Visi Puskesmas Limbong mengikuti visi dan misi Kepala Daerah
Kabupaten Samosir yaitu “Terwujudnya Masyarakat Sianjur Mulamula Yang
Sehat, Sejahtera, Mandiri Dan Berdaya Saing Berbasis pada Pariwisata Dan
Pertanian“. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Limbong untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri
dan berdaya saing. Misi Puskesmas Limbong yaitu meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia dalam kesehatan agar lebih menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta mampu berkompetisi dan professional.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir
Tahun 2019
No Karakteristik Jumlah
f (n=50) % 1. Umur:
a. <20 tahun b. 20-35 tahun c. >35 tahun
4 34 12
08,0 68,0 24,0
2. Pendidikan : a. Dasar (SD/SMP) b. Menengah (SMA) c. Tinggi (D3/S1/S2)
09 40 01
18,0 80,0 02,0
3. Pekerjaan : a. Ibu rumah tangga b. Petani/pedagang c. PNS
35 14 01
70,0 28,0 02,0
4. Jumlah Anak : a. 1 orang b. 2 orang c. 3 orang d. 4 orang
12 25 08 05
24,0 50,0 16,0 10,0
54
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 20-35 tahun sebanyak 34 orang (68,0%), sebagian kecil
berumur <20 tahun sebanyak 4 orang (8,0%). Berdasarkan pendidikan, sebagian
besar responden berpendidikan SMA sebanyak 40 orang (80,0%), sebagian kecil
berpendidikan tinggi (D3/S1/S2) sebanyak 1 orang (2,0%). Berdasarkan
pekerjaan, sebagian besar responden tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak
35 orang (70,0%), sebagian kecil responden bekerja sebagai PNS sebanyak 1
orang (2,0%). Berdasarkan jumlah anak, sebagian besar responden memiliki 2
orang anak sebanyak 25 orang (50,0%), sebagian kecil memiliki 4 orang anak
sebanyak 5 orang (10,0%).
4.2.2. Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir
pernyataan pengetahuan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Pengetahuan di
Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kabupaten Samosir Tahun 2019
No Pernyataan
Jawaban Total
Benar Salah
f % f % F %
1 Diare merupakan buang air besar dalam
bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari
48 92,0 4 8,0 50 100,0
2 Kekurangan cairan (dehidrasi) gangguan
dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh
40 80,0 10 20,0 50 100,0
3 Penyebab balita kekurangan cairan
(dehidrasi) adalah banyaknya cairan yang
keluar saat mengalami diare
31 62,0 19 38,0 50 100,0
4 Diare dapat ditularkan melalui feces,
udara, tangan dan makanan
26 52,0 24 48,0 50 100,0
55
No Pernyataan
Jawaban Total
Benar Salah
f % f % F %
5 Langkah pertama yang harus dilakukan
pada anak yang mengalami dehidrasi
akibat diare yaitu memberikan oralit pada
anak
32 64,0 18 36,0 50 100,0
6 Komplikasi yang sering dijumpai akibat
diare pada anak adalah kekurangan cairan
dan gangguan gizi akibat kelaparan
29 58,0 21 42,0 50 100,0
7 Cara membuat larutan gula garam sebagai
pengganti oralit 8 sendok gula ditambah ½
sendok teh garam dilarutkan dalam 1 liter
air
30 60,0 20 40,0 50 100,0
8 Yang harus dihindari ketika anak diare
makanan minuman bersoda dengan
pemanis buatan
26 52,0 24 48,0 50 100,0
9 Waktu yang tepat membawa anak yang
terserang diare ke dokter? ketika buang air
besar cair lebih sering dan tidak membaik
dalam tiga hari
29 58,0 21 42,0 50 100,0
10 Langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah diare pada anak membuang
tinja dengan benar dan menggunakan air
yang bersih
20 40,0 30 60,0 50 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa, pernyataan variabel pengetahuan yang
paling banyak dijawab “benar” adalah pertanyaan nomor 1 yaitu diare merupakan
buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari sebanyak
48 orang (92,0%). Pernyataan yang paling banyak dijawab “salah” adalah
pertanyaan nomor 10 yaitu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah diare
pada anak membuang tinja dengan benar dan menggunakan air yang bersih
sebanyak 30 orang (60,0%).
Tabel 4.2. (Lanjutan)
56
Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden tentang penanganan
diare dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2019
No. Pengetahuan f %
1. Kurang 17 34,0
2. cukup 20 40,0
3. Baik 13 26,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
berpengetahuan cukup tentang penanganan diare pada balita sebanyak 20 orang
(40,0%), sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (26,0%).
2. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir
pernyataan sikap adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap di
Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kabupaten Samosir Tahun 2019
No. Pernyataan
Jawaban
STS TS S SS
f % f % f % f %
1 Diare dapat menyebabkan anak
kekurangan cairan 11 22,0 8 16,0 6 12,0 25 50,0
2 Setelah anak selesai bermain
sebaiknya mencuci tangan anak
dengan sabun
6 12,0 25 50,0 8 16,0 11 22,0
3 Anak dapat terserang diare karena
diberikan makanan yang kurang
bersih
7 14,0 7 14,0 12 24,0 24 48,0
4 Penanganan diare pada anak cukup
dengan memberikan cairan oralit
sesuai tingkat diare yang diderita
anak
9 18,0 12 24,0 16 32,0 13 26,0
57
No. Pernyataan
Jawaban
STS TS S SS
f % f % f % f %
5 Bila makanan disimpan lebih dari 6
jam kuman tidak dapat berkembang
biak pada makanan tersebut
14 28,0 10 20,0 10 20,0 16 32,0
6 Mencuci tangan sebelum memberi
makan dan sesudah buang air besar
merupakan langkah mencegah diare
pada anak
6 12,0 15 30,0 17 34,0 12 24,0
7 Ibu akan segera memberikan
larutan oralit saat anak balitanya
buang air besar terus menerus yang
disertai mual dan muntah
11 22,0 16 32,0 12 24,0 11 22,0
8 Ibu akan tetap menggunakan
larutan oralit yang sudah dibuat
lebih dari 24 jam
12 24,0 11 22,0 19 38,0 8 16,0
9 Ibu dapat menghentikan pemberian
cairan oralit ketika balita tidak
buang air besar terus menerus
dalam bentuk cair
16 32,0 15 30,0 8 16,0 11 22,0
10 Ibu dapat memberikan air tajin, air
kelapa atau larutan gula garam
untuk mencegah dehidrasi jika
oralit tidak tersedia di rumah
13 26,0 19 38,0 9 18,0 9 18,0
Berdasarkan Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa, pernyataan yang
paling banyak dijawab “sangat tidak setuju” adalah pertanyaan nomor 9 yaitu ibu
dapat menghentikan pemberian cairan oralit ketika balita tidak buang air besar
terus menerus dalam bentuk cair sebanyak 16 orang (32,0%). Pernyataan yang
paling banyak dijawab “tidak setuju” adalah pertanyaan nomor 2 yaitu setelah
anak selesai bermain sebaiknya mencuci tangan anak dengan sabun sebanyak 25
orang (50,0%). Pernyataan yang paling banyak dijawab “setuju” adalah
pertanyaan nomor 8 yaitu ibu akan tetap menggunakan larutan oralit yang sudah
dibuat lebih dari 24 jam sebanyak 19 orang (38,0%). Pernyataan yang paling
banyak dijawab “sangat setuju” adalah pertanyaan nomor 1 yaitu diare dapat
menyebabkan anak kekurangan cairan sebanyak 25 orang (50,0%).
Tabel 4.4. (Lanjutan)
58
Berdasarkan hasil penelitian, sikap responden dalam penanganan diare
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap dalam Penanganan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2019
No. Sikap f %
1. Negatif 28 56,0
2. Positif 22 44,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
bersikap negatif dalam menangani diare pada balita sebanyak 28 orang (56,0%),
sebagian kecil bersikap positif sebanyak 22 orang (44,0%).
3. Budaya
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir
pertanyaan budaya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Soal Budaya di
Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula
Kabupaten Samosir Tahun 2019
No Pernyataan
Jawaban Total
Ya Tidak
f % f % f %
1 Ibu menggunakan gambir yang
dilarutkan jika anak mengalami
diare.
42 84,0 8 16,0 50 100,0
2 Ibu mencampur gambir dengan
tunas pisang untuk mengobati
diare anak.
50 100,
0
0 0,0 50 100,0
3 Ibu lebih percaya pengobatan
tradisional untuk mengobati
diare dibandingkan pengobatan
modern.
46 92,0 4 8,0 50 100,0
4 Gambir direbus dengan air
sampai matang.
19 38,0 31 62,0 50 100,0
5 Gambir direbus sampai airnya
tinggal sedikit agar sarinya
ampuh mengobati diare
29 58,0 21 42,0 50 100,0
59
No Pernyataan
Jawaban Total
Ya Tidak
f % f % f %
6 Gambir diberikan pada anak
selama anak mengalami diare.
29 58,0 21 42,0 50 100,0
7 Gambir yang digunakan adalah
gambir yang muda.
38 76,0 12 24,0 50 100,0
8 Apakah jika ibu mengobati anak
dengan gambir anak cepat
sembuh dari diare.
39 78,0 11 22,0 50 100,0
9 Ibu membawa ke orang pintar
(dukun) jika anda mengalami
diare.
30 60,0 20 40,0 50 100,0
10 Jika anak diare, ibu lebih
menggunakan cara-cara
tradisional dibanding langsung
membawa berobat ke bidan desa
atau puskesmas.
29 58,0
0
21 42,0 50 100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pernyataan yang paling banyak
dijawab “ya” adalah pernyataan nomor 2 yaitu “Ibu mencampur gambir dengan
tunas pisang untuk mengobati diare anak” sebanyak 50 (100,0%), sedangkan
pernyataan yang paling banyak dijawab “tidak” adalah pernyataan nomor 4 yaitu
“Gambir direbus dengan air sampai matang” sebanyak 31 (62,0%).
Berdasarkan hasil penelitian, budaya responden dalam penanganan diare
pada balita dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Budaya di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2019
No. Budaya f %
1. Tidak mengikuti 12 24,0
2. Mengikuti 38 76,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
mengikuti budaya dalam penanganan diare pada balita sebanyak 38 orang
(76,0%), sebagian kecil tidak mengikuti budaya sebanyak 12 orang (24,0%).
Tabel 4.6. (Lanjutan)
60
4. Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir
pertanyaan dukungan keluarga adalah sebagai berikut:
Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-
Mula Kabupaten Samosir Tahun 2019
No Pernyataan
Jawaban Total
Ya Tidak
f % f % f %
1 Keluarga memberikan informasi
pada ibu tentang tanda dan gejala
diare.
50 100,0 0 0,0 50 100,0
2 Keluarga memberikan informasi
tentang cara mengobati penyakit
diare.
47 94,0 3 6,0 50 100,0
3 Keluarga memberikan informasi
tentang cara menangani balita
yang diare.
36 72,0 14 28,0 50 100,0
4 Keluarga memberikan semangat
pada ibu agar tidak gelisah saat
anak menderita diare.
46 92,0 4 8,0 50 100,0
5 Keluarga memberikan motivasi
pada ibu untuk tetap menjaga
kesehatan ibu.
28 56,0 22 44,0 50 100,0
6 Keluarga memberikan dukungan
pada ibu untuk selalu menjaga
balita agar terhindar diare.
37 74,0 13 26,0 50 100,0
7 Keluarga membantu menyiapkan
oralit untuk balita yang
mengalami diare.
39 78,0 11 22,0 50 100,0
8 Keluarga membantu mengerjakan
tugas ibu selama merawat balita
yang diare.
28 56,0 22 44,0 50 100,0
9 Keluarga bersedia membelikan
obat untuk balita yang mengalami
diare.
28 56,0 22 44,0 50 100,0
10 Keluarga bersedia mengantar ibu
untuk membawa balita yang
diare ke tenaga kesehatan.
36 72,0 14 28,0 50 100,0
61
Berdasarkan Tabel 4.8. di atas, diketahui bahwa pernyataan yang paling
banyak dijawab “ya” adalah pernyataan nomor 1 yaitu “Keluarga memberikan
informasi pada ibu tentang tanda dan gejala diare” sebanyak 50 (100,0%),
sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab “tidak” adalah pernyataan
nomor 5, 8 dan 9 yaitu nomor 5 “Keluarga memberikan motivasi pada ibu untuk
tetap menjaga kesehatan ibu”, nomor 8 yaitu “Keluarga membantu mengerjakan
tugas ibu selama merawat balita yang diare”, dan nomor 9 yaitu “Keluarga
bersedia membelikan obat untuk balita yang mengalami diare” masing-masing
sebanyak 22 (44,0%).
Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga responden dalam
penanganan diare pada balita dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga dalam Penanganan Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2019
No. Dukungan Keluarga f %
1. Kurang 16 32,0
2. Baik 34 68,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan Tabel 4.9. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapat dukungan baik dari keluarga dalam penanganan diare sebanyak 34
orang (68,0%), sebagian kecil dukungan keluarga kurang sebanyak 16 orang
(32,0%).
62
5. Perilaku ibu dalam Penanganan Diare
Berdasarkan hasil penelitian, jawaban responden pada setiap butir
pertanyaan tentang perilaku ibu dalam penanganan diare adalah sebagai
1 = Kurang (0-5) 1 = Negatif (10-25)1 = Tidak mengikuti (0-5) 1 = Kurang (0-5) 1 = Kurang (0-5)
2 = Cukup (6-7) 2 = Positif (26-40) 2 = Mengikuti (6-10) 2 = Baik (6-10) 2 = Baik (6-10)
3 = Baik (8-10)
LAMPIRAN 4 OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Correlations
Jumlah
Pengetahuan
Pengetahuan-1 Pearson Correlation .527**
Sig. (2-tailed) .003
N 30
Pengetahuan-2 Pearson Correlation .694**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pengetahuan-3 Pearson Correlation .701**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pengetahuan-4 Pearson Correlation .650**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pengetahuan-5 Pearson Correlation .819**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pengetahuan-6 Pearson Correlation .917**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pengetahuan-7 Pearson Correlation .522**
Sig. (2-tailed) .003
N 30
Pengetahuan-8 Pearson Correlation .888**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Pengetahuan-9 Pearson Correlation .392*
Sig. (2-tailed) .032
N 30
Pengetahuan-10 Pearson Correlation .609**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Jumlah Pengetahuan Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.867 10
Correlations
Correlations
Jumlah Sikap
Sikap-1 Pearson Correlation .769**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Sikap-2 Pearson Correlation .839**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Sikap-3 Pearson Correlation .651**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Sikap-4 Pearson Correlation .717**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Sikap-5 Pearson Correlation .623**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Sikap-6 Pearson Correlation .886**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Sikap-7 Pearson Correlation .578**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
Sikap-8 Pearson Correlation .455*
Sig. (2-tailed) .012
N 30
Sikap-9 Pearson Correlation .558**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
Sikap-10 Pearson Correlation .829**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Jumlah Sikap Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.879 10
Correlations
Correlations
Jumlah Budaya
Budaya-1 Pearson Correlation .782**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Budaya-2 Pearson Correlation .403*
Sig. (2-tailed) .027
N 30
Budaya-3 Pearson Correlation .580**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
Budaya-4 Pearson Correlation .583**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
Budaya-5 Pearson Correlation .535**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
Budaya-6 Pearson Correlation .612**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Budaya-7 Pearson Correlation .668**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Budaya-8 Pearson Correlation .373*
Sig. (2-tailed) .043
N 30
Budaya-9 Pearson Correlation .426*
Sig. (2-tailed) .019
N 30
Budaya-10 Pearson Correlation .583**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
Jumlah Budaya Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.747 10
Correlations
Correlations
Jumlah Dukungan
Keluarga
Dukungan Keluarga-1 Pearson Correlation .625**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Dukungan Keluarga-2 Pearson Correlation .732**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Dukungan Keluarga-3 Pearson Correlation .368*
Sig. (2-tailed) .045
N 30
Dukungan Keluarga-4 Pearson Correlation .905**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Dukungan Keluarga-5 Pearson Correlation .512**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
Dukungan Keluarga-6 Pearson Correlation .461*
Sig. (2-tailed) .010
N 30
Dukungan Keluarga-7 Pearson Correlation .636**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Dukungan Keluarga-8 Pearson Correlation .449*
Sig. (2-tailed) .013
N 30
Dukungan Keluarga-9 Pearson Correlation .486**
Sig. (2-tailed) .006
N 30
Dukungan Keluarga-10 Pearson Correlation .383*
Sig. (2-tailed) .037
N 30
Jumlah Dukungan Keluarga Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.754 10
Correlations
Correlations
Jumlah Penanganan
Diare
Penanganan Diare-1 Pearson Correlation .698**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Penanganan Diare-2 Pearson Correlation .781**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Penanganan Diare-3 Pearson Correlation .515**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
Penanganan Diare-4 Pearson Correlation .598**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Penanganan Diare-5 Pearson Correlation .413*
Sig. (2-tailed) .023
N 30
Penanganan Diare-6 Pearson Correlation .439*
Sig. (2-tailed) .015
N 30
Penanganan Diare-7 Pearson Correlation .817**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Penanganan Diare-8 Pearson Correlation .460*
Sig. (2-tailed) .011
N 30
Penanganan Diare-9 Pearson Correlation .834**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Penanganan Diare-10 Pearson Correlation .448*
Sig. (2-tailed) .013
N 30
Jumlah Penanganan Diare Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) N 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.804 10
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN OUTPUT SPSS Tabel Frekuensi
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 20 tahun 4 8.0 8.0 8.0
20-35 tahun 34 68.0 68.0 76.0
>35 tahun 12 24.0 24.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Dasar (SD/SMP) 9 18.0 18.0 18.0
Menengah (SMA) 40 80.0 80.0 98.0
Tinggi (D3/S1/S2) 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ibu rumah tangga 35 70.0 70.0 70.0
Petani 14 28.0 28.0 98.0
Pegawai 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Jumlah Anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 orang 12 24.0 24.0 24.0
2 orang 25 50.0 50.0 74.0
3 orang 8 16.0 16.0 90.0
4 orang 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 17 34.0 34.0 34.0
Cukup 20 40.0 40.0 74.0
Baik 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 28 56.0 56.0 56.0
Positif 22 44.0 44.0 100.0
Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 28 56.0 56.0 56.0
Positif 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak mengikuti budaya 12 24.0 24.0 24.0
Mengikuti budaya 38 76.0 76.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 16 32.0 32.0 32.0
Baik 34 68.0 68.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 29 58.0 58.0 58.0
Baik 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Lampiran Perbutir
Pengetahuan-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 46 92.0 92.0 92.0
salah 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 40 80.0 80.0 80.0
salah 10 20.0 20.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 31 62.0 62.0 62.0
salah 19 38.0 38.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 26 52.0 52.0 52.0
salah 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 32 64.0 64.0 64.0
salah 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 29 58.0 58.0 58.0
salah 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 30 60.0 60.0 60.0
salah 20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 26 52.0 52.0 52.0
salah 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 29 58.0 58.0 58.0
salah 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pengetahuan-10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 20 40.0 40.0 40.0
salah 30 60.0 60.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 25 50.0 50.0 50.0
Setuju 6 12.0 12.0 62.0
Tidak setuju 8 16.0 16.0 78.0
Sangat tidak setuju 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 11 22.0 22.0 22.0
Setuju 8 16.0 16.0 38.0
Tidak setuju 25 50.0 50.0 88.0
Sangat tidak setuju 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 24 48.0 48.0 48.0
Setuju 12 24.0 24.0 72.0
Tidak setuju 7 14.0 14.0 86.0
Sangat tidak setuju 7 14.0 14.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 13 26.0 26.0 26.0
Setuju 16 32.0 32.0 58.0
Tidak setuju 12 24.0 24.0 82.0
Sangat tidak setuju 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 14 28.0 28.0 28.0
Setuju 10 20.0 20.0 48.0
Tidak setuju 10 20.0 20.0 68.0
Sangat tidak setuju 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 12 24.0 24.0 24.0
Setuju 17 34.0 34.0 58.0
Tidak setuju 15 30.0 30.0 88.0
Sangat tidak setuju 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 11 22.0 22.0 22.0
Setuju 12 24.0 24.0 46.0
Tidak setuju 16 32.0 32.0 78.0
Sangat tidak setuju 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 12 24.0 24.0 24.0
Setuju 11 22.0 22.0 46.0
Tidak setuju 19 38.0 38.0 84.0
Sangat tidak setuju 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 11 22.0 22.0 22.0
Setuju 8 16.0 16.0 38.0
Tidak setuju 15 30.0 30.0 68.0
Sangat tidak setuju 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Sikap-10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat tidak setuju 9 18.0 18.0 18.0
Setuju 9 18.0 18.0 36.0
Tidak setuju 19 38.0 38.0 74.0
Sangat tidak setuju 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 42 84.0 84.0 84.0
Tidak 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 50 100.0 100.0 100.0
Budaya-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 46 92.0 92.0 92.0
Tidak 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 19 38.0 38.0 38.0
Tidak 31 62.0 62.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 29 58.0 58.0 58.0
Tidak 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 29 58.0 58.0 58.0
Tidak 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 38 76.0 76.0 76.0
Tidak 12 24.0 24.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 39 78.0 78.0 78.0
Tidak 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 30 60.0 60.0 60.0
Tidak 20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Budaya-10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 29 58.0 58.0 58.0
Tidak 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 50 100.0 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 47 94.0 94.0 94.0
Tidak 3 6.0 6.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 36 72.0 72.0 72.0
Tidak 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 46 92.0 92.0 92.0
Tidak 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 28 56.0 56.0 56.0
Tidak 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 37 74.0 74.0 74.0
Tidak 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 39 78.0 78.0 78.0
Tidak 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 28 56.0 56.0 56.0
Tidak 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 28 56.0 56.0 56.0
Tidak 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan Keluarga-10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 36 72.0 72.0 72.0
Tidak 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 45 90.0 90.0 90.0
Tidak 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 34 68.0 68.0 68.0
Tidak 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 33 66.0 66.0 66.0
Tidak 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 26 52.0 52.0 52.0
Tidak 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 32 64.0 64.0 64.0
Tidak 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 27 54.0 54.0 54.0
Tidak 23 46.0 46.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 27 54.0 54.0 54.0
Tidak 23 46.0 46.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 23 46.0 46.0 46.0
Tidak 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 19 38.0 38.0 38.0
Tidak 31 62.0 62.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Penanganan Diare-10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 34 68.0 68.0 68.0
Tidak 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Tabel Silang
Pengetahuan * Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
Crosstab
Perilaku Ibu dalam
Penanganan Diare pada Balita
Total Kurang Baik
Pengetahuan Kurang Count 14 3 17
Expected Count 9.9 7.1 17.0
% within Pengetahuan 82.4% 17.6% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
48.3% 14.3% 34.0%
% of Total 28.0% 6.0% 34.0%
Cukup Count 12 8 20
Expected Count 11.6 8.4 20.0
% within Pengetahuan 60.0% 40.0% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
41.4% 38.1% 40.0%
% of Total 24.0% 16.0% 40.0%
Baik Count 3 10 13
Expected Count 7.5 5.5 13.0
% within Pengetahuan 23.1% 76.9% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
10.3% 47.6% 26.0%
% of Total 6.0% 20.0% 26.0%
Total Count 29 21 50
Expected Count 29.0 21.0 50.0
% within Pengetahuan 58.0% 42.0% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 58.0% 42.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10.680a 2 .005
Likelihood Ratio 11.219 2 .004 Linear-by-Linear Association 10.212 1 .001 N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.46.
Sikap * Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
Crosstab
Perilaku Ibu dalam Penanganan
Diare pada Balita
Total Kurang Baik
Sikap Negatif Count 21 7 28
Expected Count 16.2 11.8 28.0
% within Sikap 75.0% 25.0% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
72.4% 33.3% 56.0%
% of Total 42.0% 14.0% 56.0%
Positif Count 8 14 22
Expected Count 12.8 9.2 22.0
% within Sikap 36.4% 63.6% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
27.6% 66.7% 44.0%
% of Total 16.0% 28.0% 44.0%
Total Count 29 21 50
Expected Count 29.0 21.0 50.0
% within Sikap 58.0% 42.0% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 58.0% 42.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.550a 1 .006
Continuity Correctionb 6.047 1 .014
Likelihood Ratio 7.697 1 .006 Fisher's Exact Test .009 .007
Linear-by-Linear Association
7.399 1 .007
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.24. b. Computed only for a 2x2 table
Budaya * Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
Crosstab
Perilaku Ibu dalam
Penanganan Diare pada Balita
Total Kurang Baik
Budaya Tidak mengikuti budaya
Count 2 10 12
Expected Count 7.0 5.0 12.0
% within Budaya 16.7% 83.3% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
6.9% 47.6% 24.0%
% of Total 4.0% 20.0% 24.0%
Mengikuti budaya
Count 27 11 38
Expected Count 22.0 16.0 38.0
% within Budaya 71.1% 28.9% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
93.1% 52.4% 76.0%
% of Total 54.0% 22.0% 76.0%
Total Count 29 21 50
Expected Count 29.0 21.0 50.0
% within Budaya 58.0% 42.0% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 58.0% 42.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.074a 1 .001
Continuity Correctionb 8.954 1 .003
Likelihood Ratio 11.488 1 .001 Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association
10.852 1 .001
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.04. b. Computed only for a 2x2 table
Dukungan Keluarga * Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
Crosstab
Perilaku Ibu dalam
Penanganan Diare pada Balita
Total Kurang Baik
Dukungan Keluarga
Kurang Count 15 1 16
Expected Count 9.3 6.7 16.0
% within Dukungan Keluarga
93.8% 6.3% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
51.7% 4.8% 32.0%
% of Total 30.0% 2.0% 32.0%
Baik Count 14 20 34
Expected Count 19.7 14.3 34.0
% within Dukungan Keluarga
41.2% 58.8% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
48.3% 95.2% 68.0%
% of Total 28.0% 40.0% 68.0%
Total Count 29 21 50
Expected Count 29.0 21.0 50.0
% within Dukungan Keluarga
58.0% 42.0% 100.0%
% within Perilaku Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 58.0% 42.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-
sided) Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 12.345a 1 .000
Continuity Correctionb 10.281 1 .001
Likelihood Ratio 14.478 1 .000 Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association
12.098 1 .001
N of Valid Cases 50 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.72. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 15
LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu (Desa Sipitudai)
Gambar 2. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu (Desa Siboro)
Gambar 3. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu (Desa Ginolat)
Gambar 4. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu (Desa Hutagugur)
Gambar 5. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu Balita (Desa Sianjur
Mula mula)
Gambar 6. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu (Desa Habeahan
Naburahan)
Gambar 7. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu Balita (Desa Huta
Ginjang)
Gambar 8. Pengisian Kuesioner Penelitian oleh Ibu Balita (Desa Singkam)