faktor tumbuh media kehidupan perkembangan dan pertumbuhan
mikroorganisme dalam media PERTUMBUHAN MIKROORGANISME BIOLOGI
ONLINE 8 Nov 2010 langkah faktor yang menentukan zaifbio 4.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme A.
Faktor alam 1. Temparatur Umumnya batas daerah temperatur bagi
kehidupan mikroorganisme terletak antara 0-90oC. Temperatur minimum
adalah suhu paling stabil aman dan sesuai kondisi http:mikroba dan
mikroorganisme mikroba dan mikroorganisme zaifbio.wordpress
pertumbuhan dan perkembangan mikroba dan mikroorganisme - Telusuran
lainnya dari BIOLOGI ONLINE faktor tumbuh media kehidupan
perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme dalam media BAHAYA
LATEN PADA MAKANAN KALENG DAN CARA PENCEGAHANNYA stabil aman dan
sesuai kondisi 4 Okt 2010 langkah faktor yang menentukan aggasavaka
Agar proses pemanasan dapat menjamin mikroba target dibunuh, maka
perlu pengetahuan tentang sifat-sifat mikroorganisme dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Mikroba yang
berbeda akan tumbuh di dalam produk stabil aman dan sesuai kondisi
http:mikroba dan mikroorganisme mikroba dan mikroorganisme
aggasavaka.blog.mercubuana.ac.idmikroba dan mikroorganisme faktor
tumbuh media kehidupan perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme
dalam media MIKROBIOLOGI PERTEMUAN KEDUA 3 hari yang lalu langkah
faktor yang menentukan ATIANI 08541017 biologi 2. FAKTOR LINGKUNGAN
Faktor lingkungan : 1. pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
mikroorganisme 2. pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan
mikroorganisme 3. pengaruh sinar ultraviolet tehadap pertumbuhan
mikroorganisme stabil aman dan sesuai kondisi http:mikroba dan
mikroorganisme mikroba dan mikroorganisme atianifiswan halofilik
thermofilk lishofilik mikroba dan mikroorganisme faktor tumbuh
media kehidupan perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme dalam
media This Is My Lovely Blog: MIKROBIOLOGI ke 2 1 hari yang lalu
langkah faktor yang menentukan Ai Siti Nurhadaniah Ketiadaan atau
kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. 4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen. 2. FAKTOR
LINGKUNGAN Faktor lingkungan : 1. pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan mikroorganisme
2. pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
stabil aman dan sesuai kondisi http:mikroba dan mikroorganisme
mikroba dan mikroorganisme sitinurhadaniah halofilik thermofilk
lishofilik mikroba dan mikroorganisme faktor tumbuh media kehidupan
perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme dalam media
pengetahuanku 14 Nov 2010 langkah faktor yang menentukan rieztha
Hal ini sesuai dengan pendapat Hastuti (2007) bahwa terdapat
beberapa faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
bakteri, antara lain: suhu, kelembapan, cahaya, pH, AW dan nutrisi.
stabil aman dan sesuai kondisi Dalam pertumbuhannya bakteri
memiliki suhu optimum dimana pada suihu tersebut pertumbuhan
bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu
mikroorganisme, maka dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya
dekat puncak range suhu. stabil aman dan sesuai kondisi
http:mikroba dan mikroorganisme mikroba dan mikroorganisme
rieztha-silumanchamud halofilik thermofilk lishofilik mikroba dan
mikroorganisme faktor tumbuh media kehidupan perkembangan dan
pertumbuhan mikroorganisme dalam media Aku Dan Hidup Ku: I. ASPEK
MIKROFLORA NORMAL PADA CAIRAN RONGGA stabil aman dan sesuai kondisi
23 Agu 2010 langkah faktor yang menentukan Nadya Timbulnya karies
juga tergantung pada faktor-faktor genetik, hormonal, gizi dan
banyak faktor lainnya. Pengendalian karies meliputi pembuangan
plaque, pambatasan makanan yang mengandung sukrosa, gizi yang baik
dengan kandungan protein yang cukup, stabil aman dan sesuai kondisi
Enzim disekresi didalam saliva dan mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme sebagai contoh, Amylase, membantu memecahkan
patimikroba dan mikroorganisme kanjimikroba dan mikroorganisme
karbohidrat menjadi maltose, sehingga mendukung organisme
gycolitic. stabil aman dan sesuai kondisi http:mikroba dan
mikroorganisme mikroba dan mikroorganisme
www.nadiatiaraputri.co.ccmikroba dan mikroorganisme faktor tumbuh
media kehidupan perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme dalam
media Perikanan Unirow Tuban: MIKROBIOLIGI 1 hari yang lalu langkah
faktor yang menentukan Mahasiswa Perikanan UNIROW tuban
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. Pertumbuhan
mikroba dipengaruhi langkah faktor yang menentukan lingkungannya.
Di antara faktorfaktor. yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme adalah air, oksigen, stabil aman dan sesuai
kondisi
http://pengendalianmutu.blogspot.com/2010/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http:mikroba dan mikroorganisme mikroba dan mikroorganisme
perikananunirow halofilik thermofilk lishofilik mikroba dan
mikroorganisme faktor tumbuh media kehidupan perkembangan dan
pertumbuhan mikroorganisme dalam media pengaruh faktor lingkungan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme stabil aman dan sesuai kondisi
24 Mei 2010 langkah faktor yang menentukan dzulQar_humble's siTe
pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Telah diketahui bahwa aktivitas hidup suatu organisme sangat
dipengaruhi langkah faktor yang menentukan lingkungannya. Perubahan
yang terjadi pada lingkungan turut mempengaruhi stabil aman dan
sesuai kondisi http:mikroba dan mikroorganisme mikroba dan
mikroorganisme elqar09humbel halofilik thermofilk lishofilik
mikroba dan mikroorganisme faktor tumbuh media kehidupan
perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme dalam media Pengertian
Mikrobiologi 3 hari yang lalu Mikroorganisme merupakan jasad hidup
yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel
tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan,
menghasilkan energi dan bereproduksi stabil aman dan sesuai kondisi
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
mikroba. Umumnya tekanan 1- 400 atm tidak mempengaruhi atau hanya
sedikit mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. stabil
aman dan sesuai kondisi http:mikroba dan mikroorganisme mikroba dan
mikroorganisme whandi.netmikroba dan mikroorganisme faktor tumbuh
media kehidupan perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme dalam
media Komposting 1 hari yang lalu langkah faktor yang menentukan
flutist0410 Proses pengomposan akan berjalan dengan baik jika bahan
berada dalam temperature yang sesuai untuk pertumbuhan
mikroorganisme perombak. Tempertur optimum yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35 55 oC. stabil aman
dan sesuai kondisi
http:mikroba dan mikroorganisme mikroba dan mikroorganisme
flutist0410.wordpress pertumbuhan dan perkembangan mikroba dan
mikroorganisme FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA
(MIKROORGANISME)
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung
kepada keadaan sekitarnya, terlebihlebih mikro organisme.
Makhlukmakhluk halus ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar
sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan
sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah
dengan menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktorfaktor
luar. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat
sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat
permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifatsifat
fisiologi yang turun menurun. Kehidupan bakteri tidak hanya di
pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis
menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat
pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di
bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik.
Faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk-mahluk hidup, sedang
faktor-faktor abiotik terdiri dari faktorfaktor alam (fisika) dan
faktorfaktor kimia. 5.1 Faktor-Faktor Abiotik. Faktor abiotik
adalah faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan yang bersifat
fisika dan kimia. Di antara faktor-faktor yang perlu di perhatikan
ialah suhu, pH, tekanan osmose, pengeringan, sinar gelombang
pendek, tegangan muka dan daya oligodinamik. 1. Suhu Masing-masing
mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan
suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan
maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di
bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk
tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian
termal (thermal death point) dan waktu kematian termal (thermal
death time)- nya. Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi
tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami
pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60C,
sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan
Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100C atau
lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka
syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap
spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15
pound serta suhu 121C di dalam autoklaf. Dalam cara menentukan daya
tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat sebagai
berikut: 1. Berapa tinggi suhu. 2. Berapa lama spesies itu berada
di dalam suhu tersebut. 3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan
di dalam keadaan kering ataukah di dalam keadaan basah. 4. Beberapa
pH dari medium tempat bakteri itu di panasi. 5. Sifat-sifat lain
dari medium tempat bakteri itu di panasi.
Mengenai pengaruh basah dan kering ini dapat diterangkan sebagai
berikut. Di dalam keadaan basah, maka protein dari bakteri lebih
cepat menggumpal daripada di dalam keadaan kering, pada temperartur
yang sama. Berdasarkan ini, maka sterilisasi barang-barang gelas di
dalam oven kering itu memerlukan suhu yang lebih tinggi daripada
121 C dan waktu yang lebih lama daripada 15 menit. Sedikit
perubahan pH menju ke asam atau ke basa itu sangat berpengaruh
kepada pemanasan. Berhubung dengan ini, maka buah-buahan yang masam
itu lebih mudah disterilisasikan daripada sayur-sayur atau daging.
Untuk menentukan suhu maut bagi bakteri orang mengambil pedoman
sebagai berikut: Suhu maut (Thermal Death Point) ialah suhu yang
serendahrendahnya yang dapat membunuh bakteri yang berada di dalam
standard medium selama 10 menit. Ketentuan ini mencakup kelima
syarat-syarat tersebut diatas. Perlu diperhatikan kiranya, bahwa
tidak semua individu dari suatu spesies itu mati bersama-sama pada
suatu suhu tertentu. Biasanya, individu yang satu lebih tahan
daripada individu yang lain terhadap suatupemanasan, sehingga tepat
jugalah bila kita katakana adanya angka kematian pada suatu suhu
(Thermal Death Rate). Sebaliknya jika suatu standard suhu sudah
ditentukan seperti pada perusahaan pengawetan makanan atau dalam
perusahaan susu, maka lamanya pemanasan merupakan faktor yang
berbeda-beda bagi tiap-tiap dapatlah kita adakan penentuan waktu
maut (Thermal Death Rate). Biasanya standard suhu itu diatas titik
didih dan pemanasan setinggi ini perlu bagi pemusnahan bakteri yang
berspora. Umumnya bakteri lebih tahan suhu rendah daripada suhu
tinggi. Hanya beberapa spesies neiseria mati karena pendinginan
sampai 0 C dalam kedaan basah. Bakteri patogen yang bias hidup di
dalam tubuh hewan atau manusia dapat bertahan sampai beberapa bulan
pada suhu titik beku. Pembekuan itu sebenarnya tidak berpengaruh
kepada spora, karena spora sangat sedikit mengandung air. Pembekuan
bakteri di dalam air lebih cepat membunuh bakteri daripada kalau
pembekuan itu di dalam buih, buih tidak membeku sekeras air beku.
Bahwa pembekuan air itu menyebabkan kerusakan mekanik pada bakteri
mudahlah dimaklumi, tentang efek yang lain misalnya secara kimia,
kita belum tahu. Pembekuan secara perlahan-lahan dalam suhu -16C (
es campur garam ) lebih efektif dari pada pembekuan secara mendadak
dalam udara beku (-190 C ). Juga pembekuan secara terputus-putus
ternyata lebih efektif dari pada pembekuan secara terusmenerus.
Sebagai contoh, piaraan basil tipus mati setelah dibekukan putus
putus dalam waktu 2 jam, sedang piaraan itu dapat bertahan beberapa
minggu dalam keadaan beku terusmenerus. Mengenai pengaruh suhu
terhadap kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan
mahluk-mahluk lain, mikrooganisme pun dapat bertahan di dalam suatu
batas-batas suhu tertentu. Batas-batas itu ialah suhu minimum dan
suhu maksimum, sedang suhu yang paling baik bagi kegiatan hidup itu
disebut suhu optimum. Berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri,
yaitu: Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh
dengan baik sekali pada suhu setinggi 55 sampai 65C, meskipun
bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah atau lebih
tinggi daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40C sampai 80C.
Golongan ini terutama terdapat didalam sumber air panas dan
tempat-tempat lain yang bersuhu lebih tinggi dari 55C.
Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di
antara 5 dan 60C, sedang suhu optimumnya ialah antara 25 sampai
40C, minimum 15C dan maksimum di sekitar 55C. Umumnya hidup di
dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup
dengan baik pada suhu 40C atau lebih. Bakteri psikrofil
(oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0 sampai
30C, sedang suhu optimumnya antara 10 sampai 20C. Kebanyakan dari
golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin baik di daratan ataupun
di lautan. Pada tahun 1967 di Yellowstone Park di temukan bakteri
yang hidup dalam air yang panasnya 93 94 C dan pada tahun 1969
berapa spesies lagi di tempat yang sama yang juga sangat termofil.
Spesies-spesies itu di tabiskan menjadi Thermus aquaticus, Bacillus
caldolyticus, dan Bacillus caldotenax. Dalam praktek, batas-batas
antara golongan-golongan itu sukar di tentukan, juga di antara
beberapa individu di dalam satu golongan pun batas-batas suhu
optimum itu sangat berbedabeda. Bakteri termofil agak menyulitkan
pekerjaan pasteurisasi, karena pemanasan pada pasteurisasi itu
hanya sekitar 70 C saja, sedang pada suhu setinggi itu spora-spora
tidak mati. Spora bakteri termofil juga merepotkan perusahaan
pengawetan makanan. Selama bahan makanan di dalam kaleng itu di
simpan pada suhu yang rendah, spora-spora tidak akan tumbuh menjadi
bakteri. Akan tetapi, jika suhu sampai naik sedikit, besarlah
bahaya akan rusaknya makanan itu sebagai akibat dari pertumbuhan
spora-spora tersebut. Sebaliknya, bakteri psikrofil dapat
mengganggu makanan yang di simpan terlalu lama di dalam lemari es.
Golongan bakteri yang dapat hidup pada bata-batas suhu yang sempit,
misalnya, Conococcus itu hanya dapat hidup subur antara 30 dan 40
C, jadi batas antara minimum dan maksimum tidak terlampau besar,
maka bakteri semacam itu kita sebut stenotermik. Sebaliknya
Escherichia coli tumbuh baik antara 8 C sampai 46 C, jadi beda
antara minimum dan maksimum suhu di sini ada lebih besar daripada
yang di sebut di atas, maka Escherichia coli itu termasuk golongan
bakteri yang kita sebut euritermik. Pada umumnya dapat di pastikan,
bahwa suhu optimum itu lebih mendekati suhu maksimum daripada suhu
minimum.Hal ini nyata benar bagi Gonococcus dan Escherichia coli,
keduanya mempunyai optimum suhu 37 C. Bakteri yang dipiara di bawah
suhu minimum atau sedikit di atas suhu maksimum itu tidak segera
mati, melainkan berada di dalam keadaan tidur (dormancy). Suhu
berpengaruh terhadap kinerja reaksi dalam mikroorganisme. Kecepatan
reaksi kimia merupakan fungsi langsung daripada suhu dan mengikuti
hubungan yang dikemukakan semula oleh Arrhenius : Log10 V = H* + C
2.303RT
v ialah kecepatan reaksi, H* ialah energi aktivitas pada reaksi,
R ialah konstante gas, T ialah suhu dalam derajat Kelvin. Karena
itu, kecepatan reaksi kimia sebagai fungsi T menghasilkan garis
lurus dengan lereng negatif (Gambar 10.6). Gambar 10.7 menunjukkan
kecepatan tumbuh E. coli yang dapat disamakan dengan fungsi T .
Kurvenya linear hanya pada bagian kisaran suhu untuk tumbuh. Sebab
kecepatan tumbuh dengan tibatiba sangat menurun pada batas atas dan
bawah kisaran suhu. Kecepatan tumbuh pada suhu tinggi yang menurun
tiba-tiba disebabkan oleh denaturasi panas protein dan mungkin pula
denaturasi struktur sel seperti membran. Pada suhu maksimum untuk
tumbuh maka reaksi yang merusak menjadi sangat besar. Suhu itu
biasanya hanya berapa derajat lebih tinggi daripada suhu untuk
kecepatan tumbuh maksimal, yang dinamakan suhu optimum.
Gambar 5.3 Hubungan antara kecepatan reaksi kimiawi dan suhu
menurut rumus arrthenius Dari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi
kimia, dapat diramalkan bahwa semua bakteri dapat melanjutkan
tumbuhnya (meskipun dengan kecepatan yang makin lama makin lebih
rendah) selama suhu diturunkan sampai sistem itu membeku. Akan
tetapi, kebanyakan bakteri berhenti tumbuh pada suhu (suhu minimum
untuk tumbuh ) jauh di atas titik beku air. Setiap mikroorganisme
mempunyai suhu yang tepat untuk pertumbuhan, tetapi di bawah suhu
ini pertumbuhan tidak terjadi betapa pun lamanya masa inkubasi.
Nilai suhu kardinal menurut angka (minimum, optimum, dan maksimum)
dan kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan, sangat beragam pada
bakteri. Beberapa bakteri yang diisolasi dari sumber air panas
dapat tumbuh pada suhu setinggi 95C; yang diisolasi dari lingkungan
dingin, dapat tumbuh sampai suhu serendah 10C jika konsentrasi
solut yang tinggi mencegah mediumnya menjadi beku. Berdasarkan
kisaran suhu untuk tumbuh, bakteri seringkali dibagi atas tiga
golongan besar: termofil, yang tumbuh pada suhu tinggi (diatas
55C); mesofil, yang tumbuh baik antara 20C sampai 45C dan
psikrofil, yang tumbuh baik pada 0C. Seperti juga dalam sistem
klasifikasi biologis yang kerap kali benar, terminologi ini
menunjukan perbedaan yang lebih jelas di antara tipe-tipe daripada
yang di jumpai di alam. Klasifikasi reaksi suhu tiga pihak tidak
memperhitungkan seluruh variasi di antara bakteri berkenaan dengan
adanya perluasan kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan.
Perbedaan dalam kisaran suhu di antara termofil kadang-kadang
dinyatakan dengan istilah stenotermofil (organisme yang tidak dapat
tumbuh di bawah 37 C), dan euritermofil (organisme yang dapat
tumbuh di bawah 37 C). psikrofil yang masih dapat tumbuh di atas 20
C di sebut psikrofil fakultatif; dan yang tidak dapat tumbuh di
atas 20 C di sebut psikrofil obligat. Garis dengan satu tanda panah
menunjukkan batas suhu tumbuh untuk paling sedikit satu galur
spesies itu terdapat variasi di antara bermacam galur beberapa
spesies. Tanda dengan dua panah menunjukkan bahwa pada batas suhu
sebenarnya terletak di antara tanda panah tersebut. Garis dengan
titik-titik menunjukkan bahwa pertumbuhan minimum belum ditentukan.
Data yang menggambarkan kisaran suhu tumbuh berbagai macam bakteri
menunjukkan sifat termofil, mesofil, dan psikrofil yang agak
berubah-ubah.
Kisaran suhu yang memungkinkan pertumbuhan itu berubah-ubah
seperti halnya suhu-suhu maksimum dan minimum. Kisaran suhu
beberapa bakteri kurang dari 10C, sedangkan untuk lainnya dapat
sampai 50C. Faktor yang menentukan batas suhu untuk tumbuh telah
disingkapkan oleh dua macam penelitian; perbandingan antara sifat
organisme dengan kisaran suhu yang sangat berbeda; dan analisis
sifat mutan yang peka terhadap suhu, kisaran suhunya menjadi lebih
sempit oleh perubahan satu mutan. Ada dua macam mutan yang peka
terhadap suhu; mutan peka panas, dengan suhu tumbuh maksimum yang
menurun ; dan mutan peka dingin, dengan suhu tumbuh minimum yang
menaik. Studi mengenai kinetika denaturasi panas pada enzim dan
struktur sel yang berprotein (misalnya flagelum, ribosom)
menunjukkan bahwa banyak protein khusus pada bakteri termofil lebih
tahan panas daripada protein homolognya dari bakteri mesofil.
Mungkin pula untuk mengira-ngirakan ketahanan panas menyeluruh
protein sel yang dapat larut, dengan mengukur kecepatan protein di
dalam ekstrak bakteri menjadi tidak larut karena denaturasi panas
pada beberapa suhu yang berbeda. Percobaan seperti ini (Tabel
10.6). Dengan jelas menunjukkan bahwa pada hakekatnya semua protein
bakteri termofilik setelah perlakuan panas tetap pada tingkat
asalnya yang sebenarnya menghilangkan semua protein mesofil yang
sekelompok. Karena itu adaptasi mikroorganisme termofilik terhadap
suhu di sekitarnya hanya dapat dicapai dengan perubahan mutasional
yang mempengaruhi struktur utama kebanyakan (jika tidak semua)
protein sel tersebut. Meskipun adaptasi evalusionar yang
menghasilkan termofil agaknya melibatkan ,mutasi yang meningkatkan
ketahanan panas proteinnya , namun kebanyakan mutasi yang
berpengaruh pada struktur utama suatu protein khusus ( misalnya
enzin) mengurangi ketahanan panas protein tersebut, walaupun banyak
di antara mutasi ini mungkin berpengaruh sedikit atau tidak sama
sekali pada sifat-sifat katalitik. Akibatnya, dengan tidak adanya
seleksi tandingan oleh tantangan panas, maka suhu maksimum untuk
pertumbuhan mikroorganisme apa pun harus menurun secara
berangsur-angsur sebagai akibat mutasi acak yang berpengaruh pada
struktur pertama proteinnya. Kesimpulan ini ditunjang oleh
pengamatan bahwa bakteri psikrofilik yangdiisolasi dari air
antartik mengandung sejumlah besar protein yang luar biasa labilnya
terhadap panas. Pada suhu rendah, semua protein mengalami sedikit
perubahan bentuk, yang dianggap berasal dari melemahnya ikatan
hidrofobik yang memegang peran penting dalam penentuan struktur
tartier (berdimensi tiga). Semua tipe ikatan lain pada protein
menjadi lebih kuat bila suhu diturunkan. Pentingnya bentuk yang
tepat untuk fungsi sebenarnya protein alosterik dan untuk perakitan
sendiri protein ribosomal menjadi kedua kelas protein ini teramat
peka terhadap inaktivasi dingin. Oleh karen aitu, tidaklah
mengherankan bahwa mutasi yang menaikkan suhu minimum untuk
pertumbuhan biasanya terjadi di dalam gen yang menyandikan
protein-protein ini. Susunan lipid pada hampir semua organisme,
baik prokariota maupun eukariota, berubah-ubah menurut suhu tumbuh.
Bila suhu turun, kandungan relatif asam lemak tidak jenuh didalam
lipid selular meningkat. Ilustrasi kejadian ini pada E. coli tampak
pada perubahan dalam susunan lemak ini adalah komponen penting
daripada adaptasi suhu pada bakteri. Titik cair lipid berhubungan
langsung dengan asam lemak jenuh. Akibatnya, derajat kejenuhan asam
lemak pada lipid membran menentukan derajat keadaan cairnya pada
suhu tertentu. Karena fungsi membran bergantung pada keadaan cair
komponen lipid, dapatlah dipahami bahwa pertumbuhan pada suhu
rendah haruslah diikuti dengan penambahan derajat ketidakjenuhan
asam lemak.
2. pH Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu,
misalnya untuk bakteri pada pH 6,5 7,5; khamir pada pH 4,0 4,5
sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH yang luas. Setiap
mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk
pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk
pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil (
neutrofil ) dan alkalofil. Untuk menahan perubahan dalam medium
sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan bagi
kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat
tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila
bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula
disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah sebagai
akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang dihasilkan selama
pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH
dapat dapat dicegah dengan menggunakan larutan penyangga dalam
medium, larutan penyangga adalah senyawa atau pasangan senyawa yang
dapat menahan perubahan pH. Istilah pH pada suatu symbol untuk
derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan; pH=log (1/[H+])
dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah
7,0 (netral); cuka 2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium
bikarbonat (0,1N), 8,4; susu magnesia, 10,5.
Tabel 5.7 Indikator Asam Basa
NAMA INTERVAL pH PK INDIKATOR WARNA ASAM BASA Biru timol 8,0 9,6
1,7 Merah kuning Biru brom fenol 3,0 4,6 4,1 Kuning biru Merah
metal 4,4 6,2 5,0 Merah kuning Biru brom timo l 6,0 7,6 7,1 Kuning
biru Merah feno 6,8 8,4 7,8 Kuning merah Merah kresol 7,0 8,8 8,2
Kuning merah Fenolftalein 8,2 9,8 9,6 Tak berwarna -merah muda
Tabel 5.8 pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan
beberapa spesies bakteri
Bakteri KISARAN pH UNTUK PERTUMBUHAN
Batas bawah Optimum Batas atas Thiobacillus 0,5 2,0-3,5 6,0
Thiooxidans 4,0-4,5 5,4-6,3 7,0-8,0 Acetobacter aceti 4,2 7,0-7,5
9,3 Staphylococcus aureus 5,5 7,0-7,5 8,5 Azotobacter spp 6,0 6,8
7,0 Clhorobium limicola 6,0 7,5 7,8 9,5 Thermos aquaticus Atas
dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan
menjadi 3 golongan besar yaitu: Mikroorganisme yang asidofilik,
yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0 Mikroorganisme
yang mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH
antara 5,5-8,0 Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang
dapat tumbuh pada pH antara 8,4-9,5 Suhu, lingkungan, gas dan pH
adalah faktor-faktor fisik utama yang harus dipertimbangkan di
dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan kebanyakan
spesies bakteri. Beberapa kelompok bakteri mempunyai persyaratan
tambahan. Sebagai contoh, organisme fotoautotrofik (fotosintetik)
harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber
energinya. Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan
tekanan osmotik (tenaga atau tegangan yang terhimpun ketika air
berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan hidrostatik (tegangan
zat alir). Bakteri tertentu, yang disebut bakteri halofilik dan
dijumpai di air asin, wadah berisi garam, makanan yang diasin, air
laut, dan danau air asin, hanya tumbuh bila mediumnya mengandung
konsentrasi garam yang tinggi. Air laut mengandung 3,5 persen
natrium klorida; di danau air asin, konsentrasi natrium kloridanya
dapat mencapai 25 persen. Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl
untuk pertumbuhannya di sebut halofil obligat mereka tidak akan
tumbuh kecuali bila konsentrasi garamnya tinggi, yang dapat tumbuh
dalam larutan natrium kloride tetapi tidak mensyaratkannya disebut
halofil fakultatif mereka tumbuh dalam lingkungan berkonsentrasi
garam tinggi atau rendah. Ini menunjukkan adanya tanggapan terhadap
tekanan osmotik. Telah diisolasi bakteri dari parit-parit terdalam
dilautan yang tekanan hidrostatiknya mencapai ukuran ton meter
persegi.
Tabel 5.9 Kondisi-kondisi fisik yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri
Kondisi Fisik Tipe Bakteri Kondisi Biakan (Kelompok Psikologis)
(Inkubasi
Suhu (kisaran Psikrofil 0 30c pertumbuhan) : Mesofil 25 40c
minimum dan Termofil : maksimum; Termofil 25 55c optimumnya pada
Fakultatif (bebas pilih) suatu titik didalam Termofil obligat 45
75c kisaran bergantung ada spesies Aerob Hanya tumbuh bila ada
oksigen bebas Anaerob Hanya tumbuh Persyaratan akan gas tanpa
oksigen Anaerob fakultatif bebas Tumbuh baik tanpa Mikroaerofil
oksigen bebas Tumbuh bila ada oksigen bebas dalam jumlah sedikit
Kebanyakan bakteri berkaitan dengan kehidupan hewan dan pH optimum
6,5 Keasaman atau tumbuhan 7,5 alkanitas (pH) Beberapa spesies
eksotik pH minimum 0,5; Fotosintetik (autotrof dan pH maksimum
9,5
heterotrof)
Cahaya sumber cahaya Halofil (halofil obligat) Salinitasi
konsentrasi garam yang tinggi, 10 15% NaCl
3. Kelembaban Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum.
Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan
kelembaban yang tinggi diatas 85C, sedangkan untuk jamur dan
aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80C. Kadar
air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai perbandingan antara
tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100
dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya
terletak diantara 0,90 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam
keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora,
konidia, arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan
metaobolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan
menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan
pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut. 4. Tekanan
osmosis Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam
larutan yang hipertonis. Karena selsel mikrobia dapat mengalami
plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami
plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia
dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi;
tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil
atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri
ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri
di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi
sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau
larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya
plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air
suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya
bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis.
Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan
menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan seharusnyalah
medium cair. Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak
terjadi sekonyongkonyong, akan tetapi perlahanlahan sebagai akibat
dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga
tidak terjadi plasmolisis secara mendadak. 6. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb.
Walaupun pada kadar sangat rendah akan bersifat toksis terhadap
mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan
gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah
disebut daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida,
nitrat dan benzoat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme.
Karena adanya perbedaan sifat fisiologi yang besar pada
masing-masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion tadi
juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga berbeda-beda,
tergantung
pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa asam organik seperti
asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan
disebabkan karena nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari
molekul asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel. 7.
Tegangan Muka Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga
permukaannya akan menyerupai membran yang elastis, sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Protoplasma mikroorganisme
terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya
perubahan bahan pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi
permukaan protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang hidup
didalam alat pencernaan dapat berkembangbiak didalam medium yang
mempunyai tegangan permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan
lebih menyukai tegangan permukaan yang relatif tinggi. 8. Tekanan
Hodrostatik dan Mekanik Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup
didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih dari 1208 kg tiap cm
persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan
yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia,
sedang tekanan diatas 7500 kg tiap cm persegi dapat menyebabkan
denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses
biologi sel jasad hidup. 9. Kebasahan dan kekeringan Bakteri
sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup
di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat
hidup subur; hal ini di sebabkan karena kurangnya udara bagi
mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri.
Banyak bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering.
Meningococcus, yaitu bakteri yang menyebabkan meningitis, itu mati
dalam waktu kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas kaca
obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun
dalam keadaan kering. Pada proses pengeringan, air akan menguap
dari protoplasma. Sehingga kegiatan metabolisme berhenti.
Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel.
Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya
mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista. Adapun
syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu
ialah: Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering
dapat bertahan lebih lama daripada di dalam gesekan pada kaca
obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa, apabila bakteri
berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada
pengeringan di dalam gelap. Pengeringan pada suhu tubuh (37C) atau
suhu kamar (+ 26 C) lebih buruk daripada pengeringan pada suhu
titik-beku. Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada
pengeringan di dalam vakum ataupun di dalam tempat yang berisi
nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
10. Sinar gelombang pendek Sinar-sinar yang mempunyai panjang
gelombang pendek (misalnya sinar, sinar Ultra violet, sinar gama),
mempunyai daya penetrasi yang cukup besar terhadap mikrobia.
Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian. Perubahan genetik
(mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia. Sinar-sinar
tersebut banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi dan
pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan
fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi
kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang
bergelombang antara 390 m sampai 760 m , tidak begitu berbahaya;
yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu
yang bergelombang antara 240 m sampai 300 m . Lampu air rasa banyak
memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya
lebih buruk. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri
bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak yang agak jauh
mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu.
Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar
ultra-ungu. Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan
udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya. Suatu
kesulitan ialah bahwa bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan
benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar dari pengaruh
penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus
makanan, ruang-ruang penyimpan daging, ruangruang pertemuan,
gedunggedung bioskop dan sebagainya pada waktu-waktu tertentu
dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu. Sinar X dan sinar radium
yang bergelombang lebih pendek daripada sinar ultra-ungu juga dapat
membunuh mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis
daripada sinar ultra-ungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X
kerap kali mengalami mutasi. Aliran listrik tidak nampak berbahaya
bagi kehidupan bakteri. Jika ada bakteri yang mati karenanya, hal
ini di sebabkan oleh panas atau oleh zat-zat yang timbul di dalam
medium sebagai akibat daripada arus listrik, seperti ozon dan klor
(chlor). 11. Tegangan muka Tegangan muka mempengaruhi cairan
sehingga permukaan cairan itu menyerupai membran yang elastik.
Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel mikrobia.
Tekanan dari membran cairan ini di teruskan ke dalam protoplasma
sel melalui dinding sel dan membran sitoplasma, Sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan mikrobia. Kebanyakan bakteri lebih menyukai
tegangan muka yang relatif tinggi. Tetapi adapula yang hidup pada
tegangan muka yang relatif rendah. Misalnya bakteri-bakteri yang
hidup dalam saluran pencernaan. Sabun mengurangi ketegangan
permukaan, dan oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri.
Diplococcus pneumoniae sangat peka terhadap sabun. Empedu juga
mempunyai khasiat seperti sabun; hanya bakteri yang hidup di dalam
usus mempunyai daya tahan terhadap empedu. Bolehlah dikatakan pada
umumnya, bahwa bakteri yang Gram negatif lebih tahan terhadap
pengurangan (depresi) tegangan permukaan daripada bakteri yang Gram
positif. 12. Daya oligodinamik Ion-ion logam berat seperti Hg++ ,
Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada kadar yang sangat rendah bersifat toksis
terhadap mikrobia. Karena ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan
bagian-bagian penting dalam sel. Daya bunuh logam-logam berat pada
kadar yang sangat rendah ini di sebut daya oligodinamik. Garam dari
beberapa logam berat seperti air rasa dan perak dalam jumlah yang
kecil saja dapat membunuh bakteri, daya mana di sebut oligodinamik.
Hal ini mudah sekali di pertunjukkan dengan suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak
kulit, makan alatalat yang terbuat dari logam, dan lagipula
mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan
merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh
manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
Persenyawaan air rasa yang organic dapat pula dipergunakan untuk
membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa
jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi
selaput lender, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk
mencegah gonorhoea. Banyak juga orang yang mempergunakan
persenyawaan perak dan protein. Garam tembaga jarang dipakai
sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot
tanamantanaman mematikan tumbuhan ganggang dikolam-kolam renang.
13. Desinfektan Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya
terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya
konsentrasi, lama berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan
faktorfaktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan suhu menambah
daya desinfektan. Selanjutnya, medium dapat juga menawar daya
desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang serupa
protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan
tertentu. Dalam menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan
hal-hal tersebut dibawah ini. Apakah suatu desinfektan tidak
meracuni suatu jaringan, apakah ia tidak menyebabkan rasa sakit,
apakah ia tidak memakan logam, apakah ia dapat diminum, apakah ia
stabil, bagaimanakah baunya, bagaimanakah warnanya, apakah ia mudah
dihilangkan dari pakaian apabla desinfektan tersebut sampai kena
pakaian, dan apakah ia murah harganya. Faktor-faktor inilah yang
menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu desinfektan. Zat-zat
yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat
dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain yang
sejenis, formaldehida, alcohol, yodium, klor dan persenyawaan klor,
zat warna, detergen, sulfonamide, dan anti biotik. a. Fenol Dan
Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis Larutan fenol 2 sampai 4% berguna
bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya
daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada
desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah lain untuk fenol.
Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik. b. Formaldehida (CH2O) Suatu larutan
formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak
sekali digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin
tidak biasa digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi
banyak digunakan untuk merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat
seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli kecantikan. c.
Alkohol Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri.
Jika dicampur dengan air murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50
sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan. d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol,
banyak digunakan orang untuk mendesinfeksikan luka-luka kecil.
Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar karenanya ,
oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan
yodium-tinktur. e. Klor Dan Senyawa Klor Klor banyak digunakan
untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau
natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci
alat-alat makan dan minum. f. Zat Warna Beberapa macam zat warna
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya bakteri gram
positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada
bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa,
kristal ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah
pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk
mendesinfeksikan luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna
perlu diperhatikan supaya warna itu tidak sampai kena pakaian. g.
Obat Pencuci (Detergen) Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya
sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau dicampur dengan
heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat
pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai
pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik,
melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram
positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai
garam amonium yang mengandung empat bagian. Persenyawaan ini
terdiri atas garam dari suatu basa yang kuat dengan
komponenkomponen. Garam ini banyak sekali digunakan untuk
sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik
dalam pembedahan dan persalinan, karena zat ini tidak merusak
jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang
encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa
genus bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya
alkil-dimentil bensilamonium klorida makin lama makin banyak
dipakai sebagai pencuci alat-alat makan minum di restoran-restoran.
Zat ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan tidak
berasa apaapa. h. Sulfonamida Sejak 1937 banyak digunakan
persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan
manusia. Terutama bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu
tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat
peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat ini, jika tidak
aturan akan menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan
ini dapat menimbulkan golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya.
Khasiat sulfonamida itu terganggu oleh asam-p-aminobenzoat.
Asam-paminobenzoat memegang peranan sebagai pembantu enzim-enzim
pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara
sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri
yang diambil dari darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati
dengan sulfanilamide itu tidak dapat dipiara di dalam medium biasa.
Baru setelah dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam medium
tersebut, bakteri dapat tumbuh biasa. .
Gambar 5.5 Rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat
i. Antibiotik Menurut Waksman, antibiotik ialah zat-zat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang
sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang
lain. Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu
zat yang dihasilkan oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan
oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini
banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia
Kedua dan sesudahnya bermacammacam antibiotik diketemukan, dan pada
dewasa ini jumlahnya ratusan. Genus Streptomyces menghasilkan
streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin, eritromisin,
magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan.
Akhir-akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara
sintetik, obat-obatan ini terkenal sebagai kloramfenikol.
Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara
sintetik pula. Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat
dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh golongan bakteri
sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis,
basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus
polymyxa.Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik
kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas.
Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies
tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin
hanya efektif untuk membrantas terutama jenis kokus, oleh karena
itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin
efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena
itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebelum suatu
antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah
terlebih dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies
bakteri tertentu. Pada medium agar-agar yang telah disebari spesies
bakteri tertentu diletakkan beberapa kepingan kertas yang
masing-masing mengandung antibiotik yang diuji dalam kontrentasi
yang tertentu. Jika sesudah 24 jam kemudian tidak nampak
pertumbuhan bakteri sekitar bahwa bakteri itu tercekik
pertumbuhannya oleh antibiotik yang terkandung dalam kepingan
kertas. Besar kecilnya daerah kosong sekitar kepingan kertas itu
sesuai dengan konsentrasi antibiotik yang terkandung didalamnya.
Sesuai dengan keperluan, maka suatu antibiotik dapat diberikan
kepada seorang pasien dengan jalan penelanan atau penyuntikan.
Penyuntikan dapat dilakukan intra vena (dalam pembuluh darah balik)
atau intra muscular (dalam daging). a. daerah
pertumbuhanbakteri
b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam
konsentasitertentu. c. daerah kosong a. daerah pertumbuhanbakteri
b. kepingan kertas yangmengandung antibioticdalam
konsentasitertentu.
c. daerah kosong Gambar 5.6 Pengaruh antibiotic terhadap
pertumbuhan bakteri, M adalah agar-agar lempengan yang disebari
bakteri j. Garam Garam Logam Garam dari beberapa logam berat
seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah
sekali dipertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang benar garam
dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alatalat yang
terbuat dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian
orang masih bisa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai
desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai
merkurokrom, metafen atau mertiolat. Persenyawaan air rasa yang
organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji bijian
supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai
2% banyak digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada
mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga
orang mempergunakan persenyawaan perak dengan protein. Garam
tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak
digunakan untuk menyemprot tanaman dan untuk mematikan tumbuhan
ganggang di kolamkolam renang. Cara Menilai Khasiat Desinfektan
Untuk mengetahui kekuatan masing-masing desinfektan, orang perlu
mempunyai suatu ukuran pokok. Adapun zat yang dipakai ialah fenol.
Mikroorganisme yang dipakai sebagai penguji khasiat desinfektan
ialah Salmo nella typhosa, kadang-kadang digunakan juga Micrococcus
aureus. Desinfektan yang akan diuji itu di encerkan menurut
perbandingan tertentu. Misal, kita membuat 2 larutan fenol, yang
satu (1:90) dan yang lain (1:100). Di samping itu kita membuat
beberapa larutan suatu desinfektan A yang akan kita banding
khasiatnya dengan khasiat fenol. Katakan, larutan desinfektan A itu
(1:300), (1:350), (1:400), (1:450). Dari tiap-tiap larutan kita
ambil 5 ml untuk kita masukkan dalam tabung steril banyaknya tabung
sesuai dengan banyaknya larutan fenol dan desinfektan A. kita
memerlukan 3 perangkat dalam pengujian ini, yaitu 12 tabung untuk
desinfektan 0,5 ml inokulum Salmonella typhosa yang masih muda.
Setelah 5 menit berada di dalam larutan, maka diambillah satu
kolong inokulum untuk digesekkan pada agar-agar lempengan, dan
piaraan ini kemudian disimpan dalam suhu 37 C. Setelah berselang 48
jam piaraan dapat diperiksa tentang ada tidaknya koloni-koloni
Salmonella. Jika tak ada pertumbuhan, hal ini berarti bahwa bakteri
telah mati ketika diambil dari tabung yang berisi larutan
desinfektan. Hal semacam ini dikerjakan pula dengan perangkat
kedua, dimana Salmonella dibiarkan berada dalam larutan selama 10
menit. Di dalam perangkat yang ketiga bakteri dibiarkan selama 15
menit berada dalam desinfektan. 5.2 Faktor-Faktor Biotik
Faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad
(mikrobia) atau kegiatannya yang dapat mempengaruhi kegiatan
(pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor-faktor tersebut
antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara
jasad. Asosiasi dapat dalam bentuk komensalisme, mutualisme,
parasitisme, simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme.
Komensalisme Merupakan asosiasi yang sangat renggang, dimana
salah satu jenis mendapatkan keuntungan sedang lainnya tidak
mendapat keuntungan atau kerugian. Mutualisme Merupakan bentuk
assosiasi dimana masing-masing jenis mendapat keuntungan. Sering
simbiosis dipakai untuk menyatakan bentuk assosiasi yang
mutualistik, tetapi sekarang orang lebih banyak menggunakan istilah
mutualisme. Sebagai contoh mutualisme antara bakteri Rhizobium
dengan polong-polongan. Parasitisme Merupakan bentuk assosiasi
diantara parasit dengan jasad inang. Jasad parasit yang obligat
dapat merusak jasad inang dan pada akhirnya memusnahkan. Keadaan
ini akan dapat pula memusnahkan (melenyapkan) parasitnya sendiri,
karena jasad inang sebagai sumber kehidupannya. Simbiosis Simbiosis
ialah asosiasi antara dua atau lebih jasad (mikrobia) di mana satu
jenis (spesies) di antara jasad yang berasosiasi tersebut mendapat
keuntungan, Sedangkan jasad yang lain mungkin mengalami kerugian
atau tidak, tergantung pada macamnya simbiose. Simbiose dapat
dibedakan tiga macam, ialah komensalisme, mutualisme, dan
parasitisme. Sinergisme Sinergisme ialah suatu bentuk asosiasi yang
menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk melakukan perubahan
kimia tertentu dalam suatu subtrat atau medium. Tanpa sinergisme
masingmasing mikkrobatidak mampu melakukan perubahan tersebut.
Antibiosis Antibiosis disebut juga antagonisme atau amensalisme
ialah suatu bentuk asosiasi antara jasat (mikkroba) yang
menyebabkan salah satu pihak dalam asosiasi tersebut terbunuh.
tErhambat pertumbuhannya atau mengalami gangguan-gangguan yang
lain. Contohnya adanya pembentukan toksindan sat-sat antibiotika
oleh salah satu mikroorganisme pada suatu asosiasi. Sintropisme
Sintropisme disebut juga nutrisi bersama atau mutualnutrition ialah
bentuk asosiasi yang lebih komplek . sebab biasanya terdiri atas
berjenis-jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lainnyaakan
saling menstimulasi kegiatan {pertumbuhan}-nya misalnya mikrobia
jenis pertama akan menguraikan suatu subtrad yang hasilnya dapat
digunakan dan di uraikan oleh mikrobia jenis kedua dan yang hasil
hasilnya dapat digunakan oleh mikrobia jenis ketiga dan seterusnya
yang hasil hasilnya akhirnya dapat menstimulasi kegiatan mikrobia
jenis pertama. 5.3 Fungi Dan Lingkungannya
Christensen (1957) membagi fungi dalam 3 golongan berdasar
keadaan lingkungan perkembangannya yaitu: 1) fungi lapangan (field
fungi), 2) fungi penyimpanan (storage fungi) dan 3) fungi perusakan
lanjutan (advanced decay fungi). Golongan 3) merupakan bagian
sementara, sedang 2 bagian terdahulu khusus padakomoditas
biji-bijian. (Bothast, 1978). Fungi lapangan menyerang bijian yang
sedang dan masak penuh dengan kandungan air paling sedikit 20% atau
keseimbangan lembab relatif (Rh) 90 100%; fungi penyimpanan
menyerang bijian yang tersimpan setelah panen dengan kandungan air
sekitar 13 20 % atau keseimbangan lembab relative (Rh) 70 90%
(Bothast, 1978). Contoh fungi lapangan adalah alternaria, Fusarium,
Helminthosporium dan Cladosporium (Uraguci dan yamazaki, 1978).
Juga termasuk pula Curvularia, Stemphylium, Epicoccum dan Nigospora
yang umumnya menyerang dekat atau saat panen (Bothast, 1978).
Menurut Christensen dan Kauftmann (1969) dilaporkan lebih dari 150
spesies fungi telah diisolasi dari bagian biji tanaman. Fungi yang
dominan pada suatu komoditas tergantung atas macam tanaman, wilayah
atau lokasi geografis dan keadaan iklim. Alternaria, umumnya banyak
terdapat pada biji sayuran atau biji serealia, namun tidak hanya
terbatas pada biji serealia. Cladosporium umumnya pada biji serelia
dalam kondisi basah selama panennya, dan pada tempat penyimpanan
fungi ini hamper tidak terdapat. Helminthosporium banyak didapat
pada jenis padi, barley, dan obat khususnya bila terjadi cuaca
lembab sebelum panen. Fusarium banyak terdapat pada serealia yang
baru dipanen. Pada barley, gandum, dan jagung dikenal sebagai
bentuk kudis biji-biji yangdemikian dapat mendatangkan kercunan
pada hewan maupun manusia(Uraguchi dan Yamazaki, 1978). Beberapa
spesies tertentu penicillium kadang-kadang dimasukkan dalam fungi
lapangan (Mislivec dan Tuite, 1970). Fungi penyimpanan juga terdiri
dari beberapa spesies antara lain Penicillium, Aspergillus dan
Sporendomena dan kadang-kadang beberapa jenis khamir (Uraguchi dan
Yamazaki, 1978). Penicillium dan Aspergillus merupakan fungi yang
diketahui ada dimana-mana dan hamper terdapat disetiap wilayah.
Kebanyakan fungi penyimpanan terdiri dari dari 5 atau 6 golongan
Apergillus dan baru kemudian dan beberapa spesies Penicillium
sampai terjadi kerusakan lebih lanjut (Christensen dan Kaufmann,
1974). Wallace (1973)menyebutkan 26 spesies Aspergillus dan 66
spesies Penicillium yang dapat diisolasi pada produk simpanan.
Selain Aspergillus dan Penicillium dikategorikan pula dalam fungi
penyimpanan adalah Absidia, Mucor, Rhizopus, Chaetomium,
Scopulariopis, Paecylomices, dan Neurospora. Ibasidia, Mucor dan
Rhizopus pada umumnya ada hubungannya dengan kerusakan pada kondisi
lembab, karena mereka menghendaki suatu lembab relatif (Rh) minimum
88% untuk pertumbuhannya, mereka bukanlah fungi pemula kerusakan
bahan dalam penyimpanan (Wallace, 1973). Kekecualian adalah
Aspergillus flavus yang dapat menyerang bahan dilapangan (meski
termasuk fungi penyimpanan) demikian pula Fusarium akan dapat
melanjutkan kerusakan bahan bijian dalam gudang (meski termasuk
fungi lapangan) bila kandungan air bahan cukup tinggi (Lillehoj
dkk,1975;1976; Caldwell dan Tuite, 1974). Terdapat beberapa faktor
pokok yang akan mempengaruhi perkembangan fungi pada bahan pangan
yang disimpan, antara lain: 1) Kandungan air bijian yang disimpan,
2) suhu ruang penyimpanan, 3)periode penyimpanan, 4) derajat awal
penyerangan oleh fungi sebelum sampai tempat penyimpanan, 5)
banyknya benda-benda asing (bukan bahan sejenisnya) dan 6)
terdapatnya aktivitas serangga dan kutu dalam ruang simpan
(Uraguchidan Yamazaki, 1978). Faktor-faktor seperti
disebutkan diatas ditujukan pada bahan dimana fungi tumbuh, maka
untuk pertumbuhan fungi endiri memerlukan faktor fisik-khemis
antara lain 1) suhu, 2) aktivitasair (water activity), 3) tekanan
osmosis, 4) pH, 5) potensial oksidasi-reduksi (Eskin dkk, 1975).
Suhu dan aktivitas air sangatlah penting dan perlu mendapat
perhatian, disamping faktor lainnya. Lihatlah dua table dibawah
ini. Fungi pada umumnya akan dapat berkembang baik pada aw sekitar
0,65- 0,80, sedangkan golongan fungi hidrofil diinginkan aw
mencapai 0,89. Dalam kaitannya dengan kelembaban relatif (Rh) yang
dapat diukur dari sekeliling bahan maka umumnya diharapkan
kelembaban relatif sekitar 70-80%. Setiap jenis fungi selain adalah
batasan-batasan normal, mempunyai kekhususan diantara spesies dan
lainnya seperti terlihat pada beberapa table kelembaban relatif,
suhu dan lainnya. Dibawah ini diberikan gambaran Rh ruang
penyimpanan dan suhu untuk pertumbuhan beberapa fungi penyimpanan
yang penting. Kelembaban relatif minimum untuk perkecambahan fungi
umumnya adalah 75% pada suhu biasa, dalam keadaan iniuntuk setiap
bahan bijian akan berbeda kandungan airnya sesuai komposisi
(Pomeranz, 1974). Keseimbangan lembab relatif bijian lebih penting
daripada kandungan air guna mengendalikan kerusakan fungi dalam
ruang penyimpanan, meskipun keduanya mempunyai hubungan erat.
Pertumbuhan fungi berkaitan dengan kenaikan suhu yang dipengaruhi
berbagai faktor antara laininaktivitas thermal enzim, kehilangan
substrat, mengecilnya oksigen dan kandungan air atau akumulasi CO2
menjadi terbatas. Hubungan antara bagian-bagian tersebut sangat
kompleks maka kondisi minimum, optimum dan maksimum sebagaimana
tercantum dalam tabel diatas adalah perkiraan (Christensen dan
Kaufmann, 1974)