Page 1
FAKTOR SOSIO-BUDAYA YANG MENDUKUNG TERJADINYA
TINDAKAN PERSEKUSI
(Studi Tindakan Persekusi dalam Pemilihan Kepala Desa Natar di Desa
Natar Induk, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung)
(SKRIPSI)
Oleh
Dwi Linggar Fantio
(1216011037)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Page 2
ABSTRAK
FAKTOR SOSIO-BUDAYA YANG MENDUKUNG TERJADINYA
TINDAKAN PERSEKUSI
(Studi Tindakan Persekusi dalam Pemilihan Kepala Desa Natar di Desa
Natar Induk, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung)
Oleh
Dwi Linggar Fantio
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi
penyebab masyarakat melakukan tindakan persekusi. Persekusi adalah perlakuan
buruk atau penganiyaan secara sistematis oleh individu atau kelompok terhadap
individu atau kelompok lain, khususnya karena suku, agama, atau pandangan
politik serta cara pandang yang berbeda. Persekusi bisa dikatakan sebagai suatu
konflik sosial yang terjadi di masyarakat dikarenakan suatu perbedaan yang
mendasar pada tiap-tiap individu sebagai pemicu terjadinya suatu konflik.
Didalam tindakan persekusi, biasanya pelaku Persekusi akan melakukan
Intimidasi, Pengancaman secara fisik, serta menggangku kenyaman korban
persekusi. Maka persekusi adalah wadah tindakan pidana yaitu kekerasan,
intimidasi dan ancaman. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data digunakan yaitu
wawancara dan observasi dengan jenis data primer dan sekunder, teknik
pengumpulan data menggunakan reduksi data, penyajian data setelah data
terkumpul dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor sosio-budaya yang mendukung
terjadinya tindakan perseskusi, masih banyak pekerjaan rumah di Indonesia
tentang fenomena persekusi yang terjadi di masyarakat, khususnya di desa Natar,
tempat peneliti melakukan penelitiannya. Gesekan-gesekan yang terjadi di
masyarakat di karenakan beberapa faktor yang mendukung masyarakat melakukan
tindakan-tindakan diluar norma-norma sosial yang berlaku. Dari segi pendidikan
dirasa masih kurang merata di desa ini, selain pendidikan formal, pendidikan
infrormal pun masih dirasa kurang, kurangnya wawasan masyarakat tentang
politik, tentang demokrasi, tentang kedaulatan rakyat yang harusnya menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah desa, pemerintah kabupaten, pemerintah
provinsi dan pemerintah Negara dan segenap masyarakat di seluruh Indonesia.
Serta di dasari oleh ekonomi yang rendah yang memicu masyarakat melakukan
cara apapun agar bisa bertahan hidup termasuk dengan merampas hak-hak orang
lain, memaksa, intimidasi yang seharusnya tidak dilakukan. Dengan dasar Negara
Page 3
Indonesia yaitu Pancasila yang luhur dapat memberikan ketenangan rohani dan
jasmani. Pemecahan masalah yang tidak menggunakan musyawarah agar
mencapai mufakat sehingga menciptakan konflik tanpa penyelesaian. Tetapi
peneliti menetapkan fenomena persekusi yang terjadi di desa Natar memiliki
beberapa faktor, yaitu Pendidikan, Ekonomi dan Lingkungan. Ketiga faktor
tersebut menjadi peran aktif. Pemerataan di bidang pendidkan dan ekonomi
sebagai solusi untuk mencapai desa yang maju dan menciptakan lingkungan yang
baik.
Kata kunci: Faktor Sosio-Budaya, Persekusi, Konflik
Page 4
ABSTRACT
FACTORS OF SOCIO-CULTURE THAT SUPPORT
IN THE PERSECUTION OF ACTION
(Study of Persecution Actions in the Election of Natar Village Heads in Natar
Induk Village, Natar District, South Lampung Regency, Lampung)
By
Dwi Linggar Fantio
The purpose of this study is to find out what factors are the causes of persecution.
Persecution is systematic treatment or persecution by individuals or groups of
other individuals or groups, especially because of ethnicity, religion, or political
views and different perspectives. Persecution can be said as a social conflict that
occurs in society due to a fundamental difference in each individual as a trigger
for a conflict. In the act of persecution, usually the perpetrators of the Persecution
will carry out Intimidation, threatening physically, and disturbing the comfort of
victims of persecution. So persecution is a forum for criminal acts, namely
violence, intimidation and threats. The type of research conducted is descriptive
qualitative research. Data collection techniques are used, namely interviews and
observations with primary and secondary data types, data collection techniques
using data reduction, data presentation after the collected data are analyzed and
drawn a conclusion.
Based on the results of research on socio-cultural factors that support the
occurrence of discussion actions, there are still many homeworks in Indonesia
about persecution phenomena that occur in the community, especially in the
village of Natar, where researchers conducted their research. The friction that
occurs in the community is due to several factors that support the community to
take actions outside the prevailing social norms. In terms of education, it is felt
that it is still not evenly distributed in this village, besides formal education,
infrormal education is still felt lacking, lack of public insight about politics,
democracy, people's sovereignty which should be homework for village
government, district government, provincial government and government Country
and all people throughout Indonesia. It is also based on a low economy which
triggers people to do whatever they can to survive, including by seizing the rights
of others, forcing, intimidation that should not be done. On the basis of the
Indonesian State, the noble Pancasila can provide spiritual and physical calm.
Problem solving that does not use deliberation to reach consensus so as to create
conflict without resolution. But the researchers determined the persecution
Page 5
phenomenon that occurred in Natar village had several factors, namely
Education, Economy and Environment. These three factors become active roles.
Equity in the education and economic fields as a solution to reach advanced
villages and create a good environment.
Keywords: Socio-Cultural Factors, Persecution, Conflict
Page 6
FAKTOR SOSIO-BUDAYA YANG MENDUKUNG TERJADINYA
TINDAKAN PERSEKUSI
(Studi Tindakan Persekusi dalam Pemilihan Kepala Desa Natar di Desa
Natar Induk, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung)
Oleh
Dwi Linggar Fantio
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai
GELAR SARJANA SOSIOLOGI
pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Page 10
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dwi Linggar Fantio dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 18 Januari 1994. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Panji Mulya dan Ibu Endah Sulistiani. Jenjang
akademis yang pernah ditempuh oleh penulis :
1. Taman Kanak-Kanak di TK Tunas Melati 2 Natar Lampung Selatan dan
Lulus pada Tahun 2000
2. Sekolah Dasar (SD) di SDN 4 Natar dan lulus pada tahun 2006
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Natar dan lulus pada tahun
2009
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA 1 Natar dan lulus pada tahun
2012.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) pada bulan Januari sampai Maret tahun 2016 di Dusun Bayur Desa
Suka Jaya Kecamatan Punduh Pindada Kabupaten Pesawaran. Pada semester
akhir tahun 2018 penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor Sosio-
Budaya Yang Mendukung Terjadinya Tindakan Persekusi.
Page 11
MOTO
Perjalanan hidup akan mengingatkan kita bahwa betapa
pentingnya sebuah waktu lampau yang terbuang sia-sia
(Dwi Linggar Fantio)
Don’t Look Back In Anger
(Oasis, Whats The Story Morning Glory, 1996.)
Page 12
PERSEMBAHAN
Dengan Penuh Ucapan Syukurku Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ku Persembahkan Karya Tulis Ini Kepada:
Ayah dan Ibu Tercinta
Keluarga Ku Tercinta.
Republik Metal Natar
Para Pendidik ku dan Keluarga besarku yang selalu memberi bimbingan serta doa
Sehabat-shabatku geng Soto
Almamater tercinta, FISIP Universitas Lampung Sosiologi 2012
Page 13
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“FAKTOR SOSIO-BUDAYA YANG MENDUKUNG TERJADINYA
TINDAKAN PERSEKUSI” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan,
dukungan dan motivasi kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung, serta PD I, PD II dan PD III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Ikram, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Damar Wibisono, S.sos, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Page 14
4. Drs. Pairul Syah, M.H. selaku Pembimbing Mahasiswa, terimakasih atas
waktu, bimbingan, nasihat, motivasi dan kesabarannya dalam proses
penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat meraih gelar Sarjana
Sosiologi (S.Sos) di Universitas Lampung.
5. Drs. Suwarno, M.H. selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan
banyak masukan, kritik dan arahan yang berarti dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
6. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi dan di Unila yang telah membekali
ilmu dan pengetahuan serta motivasi baru yang penulis peroleh selama
kuliah.
7. Seluruh staf administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang membantu
dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.
8. Kedua orang tuaku, Ayah dan Ibuku yang selalu memberikan semangat
serta pengorbanan yang besar untuk selalu membuat aku senantiasa
bahagia dan semangat menghadapi masa depan yang akan aku tuju. Dan
dengan doa mereka berdua aku dapat menyelesaikan karya ilmiah ku yang
menjadi syarat ku untuk mendapatkan gelar sarjana dan mendapatkan ilmu
bermanfaat.
9. Untuk Ayuk ku tercantik, Abang, Teteh Erna dan adek eksel yang imut-
imut, terima kasih telah memberikan semangat dan doa nya yang
berlimpah kepada adiknya. Dan untuk super Kaivantian yang jadi
moodbooster nya Om, hehe.
10. Keluarga besarku Alm. Kakung dan Almh. Ewet serta Alm. Kakek, maaf
kalo tio terlalu lama kuliah nya, gak sempet liat tio menjadi wisudawan.
Page 15
Serta untuk nenek yang selalu baik dengan cucu nya, terima kasih atas doa
nya.
11. Sahabat-Sahabat RMN, Kak Odet, Kak Dona, Kak Nay, Kak Anggun,
Kiyai Robie, Mas Anggi, Pandu, Nunu, Anes, Riko, Rifky, Miko, Dwiky,
Jibon, Bagas, Bacheeeeeee, Aan, Rasis, Adul dan teman teman yang lain,
terima kasih telah menciptakan lingkungan pertemanan yang baik,
menimba ilmu bersama, sakit bersama senang pun bersama, perjalanan kita
sampai saat ini sangat berharga.
12. Temen-temen Geng Soto, Dina, Oliv, Intan, Danu, Agung, Pun, Odan,
Agung Nugraha, Ari, Ragil, Rizal, kita sudah punya kegiatan masing-
masing, mudah-mudahan silaturahmi selalu terjaga, sahabat sampai mati
hehe.
13. Keluarga Besar Sosiologi 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
dengan adanya kalian saya bertemu dengan teman baru dan punya
pengalaman baru, terima kasih untuk itu semua.
14. Temen-temen KKN desa Suka Jaya, Kecamatan Punduh Pidada, buat Ibu
Ros dan Bapak Kholyadi yang udah menerima saya dan teman-teman lain
seperti anak sedniri, terima kasih. Buat Adek Dira, Tia, Dian dan Buat
Uwo yang masakan nya selalu bikin kangen rumah Dan terima kasih buat
Mpok Kharisma, Ayu, Aji, Indra, Reza dan Abdur atas 60 hari
kebersamaan kita yang gak pernah dilupakan, dibawah satu atap yang
sama, susah seneng bareng-bareng makasi banyak buat pengalaman yang
tak terlupakan.
15. Kepada para informan dalam penelitian ini, terima kasih atas waktu dan
informasi dalam penelitian ini.
Page 16
16. Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis dalam
menulis skripsi ini, terima kasih banyak . Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga menjadi
lebih baik, namun penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
17. Last but not least, for my future soulmate, whenever you are please, wait
for me, I”ll come for ya !!!!!!!
Bandar lampung, 18 November 2018 Penulis, Dwi Linggar Fantio
Page 17
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN .............................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
MOTTO .......................................................................................................... ix
SANWACANA ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 13
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 13
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Persekusi ................................................................................. 14
2.2. Pengancaman ............................................................................................ 16
2.3. Kekerasan ................................................................................................. 18
2.3.1. Pengertian Kekerasan ...................................................................... 18
2.3.2. Bentuk-Bentuk Kekerasan ............................................................... 19
2.4. Konfik ...................................................................................................... 20
2.5. Pengertian Sosial Budaya.......................................................................... 25
2.6. Fungsi Dasar Pemerintahan Desa ............................................................. 61
2.7. Pemilhan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa ..................... 70
2.7.1 Landasan Hukum Pilkades ............................................................... 70
2.7.2 Persiapan Pemilihan Kepala Desa.................................................... 70
2.7.3 Panitia Pemilihan ............................................................................. 71
2.7.4 Hak Memilih Dan Dipilih ................................................................ 72
2.7.5 Pencalonan Kepala Desa .................................................................. 74
2.7.6 Kampanye Calon Kepala Desa ........................................................ 76
Page 18
2.7.7 Penetapan Dan Pengesahan Calon Kepala Desa Terpilih ................ 77
2.7.8 Pelantikan Kepala Desa Terpilih...................................................... 77
2.7.9 Pemberhentian Kepala Desa ............................................................ 78
2.7.10 Pengangkatan Penjabat Kepala Desa ............................................. 78
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 79
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 80
3.3. Fokus Penelitian ........................................................................................ 80
3.4.Teknik Penentuan Informan ....................................................................... 85
3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 87
3.6.Teknik Analisis Data .................................................................................. 88
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Singkat Desa Natar....................................................................... 92
4.2. Batas Wilayah Desa Natar ........................................................................ 95
4.3. Luas Wilayah Desa Natar ......................................................................... 95
4.4. Orbitasi Desa Natar ................................................................................... 96
4.5. Keadaan Penduduk .................................................................................... 96
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Wilayah Penelitian .................................................................. 99
5.2. Profil Informan .......................................................................................... 100
5.3. Faktor-Faktor Sosio-Budaya Yang Jadi Pendukung Masyarakat
Dalam Melakukan Tindakan Persekusi .................................................... 102
5.3.1. Faktor Pendidikan di Desa Natar .................................................. 102
5.3.2. Faktor Ekonomi di Desa Natar ...................................................... 105
5.3.3. Faktor Sosial-Budaya di Desa Natar ............................................. 108
5.4. Latar Belakang Masyarakat Desa Natar Melakukan Tindakan Pesekusi
Dalam Pemilihan Kepala Desa ................................................................. 111
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ............................................................................................... 115
6.2. Saran ......................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 19
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Natar Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015 ............................................... 96
2. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Natar Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015 ............................................... 96
3. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Natar,
Tahun 2015 .............................................................................................. 97
4. Profil Informan ......................................................................................... 102
Page 20
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persekusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemburuan sewenang-
wenang terhadap seseorang atau sejumlah warga yang kemudian disakiti,
dipersusah, atau ditumpas. Koordinator Southeast Asia Freedom of Expression
Network (SAFEnet) Damar Juniarto mengatakan (Media Indonesia,2017),
persekusi adalah tindakan memburu orang atau golongan tertentu, yang dilakukan
suatu pihak dengan sewenang-wenang secara sistematis atau luas.
Tahapan yang dilakukan pelaku persekusi ialah tahap pertama (1) penentuan
target operasi yang dilakukan dengan mengumumkan di media sosial, yang
kemudian dilaporkan, tahap kedua (2) seruan untuk memburu target yang
dianggap menistakan dan menghina tokoh masyarakat, tahap ketiga (3) pelaku
persekusi akan melakukan intimidasi dan memaksa target untuk menuliskan
permohonan maaf, surat itu juga wajib dibacakan dan langsung didokumentasikan
melalui video dan foto kedalam media sosial.
Dalam definisi lain menurut Mansyur Efendi (1993:4), persekusi adalah
perampasan dengan sengaja hak-hak dasar dan berhubungan dengan meniadakan
identitas kelompok yang merupakan pelanggaran hukum internasional.
Page 21
2
Kata persekusi ada dalam statute Roma yang lahir di roma Tahun 1998. Statuta ini
merupakan bagian dari produk Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam pembentukan
Mahkamah Pidana Internasional (selanjutnya disingkat ICC). Pada pasal 1
disebutkan bahwa pembentukan ICC ini untuk menangani „‟kejahatan paling
serius”. Ada empat jenis kejahatan yang dikatakan sebagai kejahatan serius yaitu
di jelskan dalam pasal 5 statuta ini yakni kejahatan genosida, kejahatan terhadap
kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Adapun mengenai persekusi
masuk ke dalam pasal 7, yang membahas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pasal 7 (1) menjelaskan bahwa ada 11 jenis kejahatan terhadap kemanusiaan
termasuk di dalamnya adalah persekusi, yang diartikan bahwa persekusi berarti
perampasan secara paksa dan kejam terhadap hak-hak dasar yang bertentangan
dengan hokum internasional dengan alasan identitas kelompok atau kolektivitas
tersebut. Dari pengertian ini daoat dipahami bahwa unsure penting dalam
perseuksi adalah perampasan, sengaja, kejam, hak dasar dan identitas.
Pertanyaannya sekarang adalah, apa hak dasar itu ? banyak sekali pendapat
tentang ini. Namun merujuk pada kovenan internasional tentang hak sipil dan
politik. Kata persekusi itu adalah hak hidup, hak menetukan nasib sendiri,
kebebasan dan kemanan pribadi dari penangkapan dan penahanan sewenang-
wenang, perlakuan yang manusiawi dan menghormati martabat yang melekat jika
terjadi perampasan kebebasannya. Kebebasan bergerak dan memilih tempat
tinggal, persamaan dimuka hukum, kebebasan menetap di suatu eilayah Negara,
hak praduga tak bersalah, perlindungan wilayah privat, kebebasan berfikir dan
menyatakan pendapat, berkeyakinan, dan beragama. Kebebasan berkumpul secara
Page 22
3
damai, kebebasan berserikat, hak menikah, perlindungan anak dibawah umur, hak
ikut serta dalam pemerintahan, hak dipilih dan memilih, dan hak mendapatkan
akses pelayanan umum, serta hak dan perlindungan terhadap minoritas.
Tentu masih bisa ditambah lagi dengan bidang ekonomi dan buadaya. Pertanyaan
berikutnya adalah dalam semua kejadian dalam kasus persekusi, apakah ada
perampasan hak dasar yang sengaja dan kejam ? semua itu tidak terjadi. Karena
itu istilah yang lebih tepat untuk semua kejadian persekusi tersebut adalah tindak
pidana yang lain seperti mengancam atau menganiaya, yang ada di Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (selanjutnya disingkat menjadi KUHP). Sehingga secara
leksikal lebih tepat menggunakan istilah intimidasi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) pengertian intimidasi adalah tindakan menakut-nakuti (terutama
untuk memaksa orang atau pihak tertentu untuk berbuat sesuatu). Karena itu
penggunaan diksi persekusi oleh aparat hukum atau pejabat pejabat Negara
bahkan pegiat hak asasi manusia terhadap kasus yang terjadi belakangan ini
merupakan upaya berlebihan, pander, bahkan bisa dikategorikan sebagai
kekerasan verbal itu sendiri. Berdasarkan hal di atas dapat dipahami bahwa
persekusi merupakan suatu istilah hukum yang khas dan spesifik dalam kaitannya
dengan perlindungan hak asasi manusia (HAM) serta dalam situasi yang khusus
pula, yakni manakala mekanisme perlindungan nasional tidak tersedia.
Kata persekusi sejatinya merupakan terminologi yang pada dasarnya dikenal dan
berlaku dalam wacana hukum perlindungan hak asasi manusia, khususnya Hukum
Pengungsi Internasional (International Refugee Law). Istilah persekusi
mengandung makna sebagai setiap tindakan penindasan dan atau penganiayaan
Page 23
4
yang dilakukan karena alasan ras, agama, kebangsaan, keyakinan politik, atau
keanggotaan pada kelompok sosial tertentu. Batasan ini dapat ditemukan misalnya
dalam Konvensi Genewa 1951 tentang Status Pengungsi.
Sigit Riyanto dalam Kompas, 7 Juni 2017 mengungkapkan bahwa dalam
menghadapi situasi kesimpang siuran pemahaman dan kesalahkaprahan
penggunaan istilah persekusi ini, dapat saja setiap pihak yang menjadi korban
kekerasan atau penganiyaan mengaku dirinya sebagai korban tindakan persekusi.
Perlu dipahami bahwa untuk sampai pada taraf telah terjadi tindakan persekusi,
harus dilihat kasus per kasus, ada institusi, mekanisme, bahkan proses
ajudikasinya. Setiap orang boleh saja mengaku bahwa dirinya korban persekusi.
Namun pengakuan itu masih harus diverifikasi dan diuji kredibilitasnya secara
internal ataupun eksternal untuk sampai pada kualifikasi yang sahih tentang ada
tidaknya tindakan persekusi.
Patut dicatat juga bahwa sejatinya tindakan persekusi dapat dilakukan oleh aparat
negara ataupun pihak lain yang bukan merupakan aparat negara. Oleh karena itu,
untuk menilai ada atau tidaknya tindakan persekusi perlu dipertimbangkan juga
apakah memang tidak ada akses perlindungan hukum oleh otoritas nasional di
negara bersangkutan; atau aparat negara telah melakukan pembiaran terjadinya
tindakan semacam itu dan tidak melakukan perlindungan sebagaimana mestinya
terhadap mereka yang menjadi korban.
Manakala benar telah terjadi tindakan persekusi dan tidak ada mekanisme hukum
nasional yang adil, masyarakat internasional menyediakan mekanisme
perlindungan internasional yang bersifat komplementer. Artinya mekanisme
Page 24
5
perlindungan internasional baru dapat bekerja ketika otoritas nasional terbukti
tidak dapat memberikan perlindungan hukum yang adil dan pasti bagi para
korban.
Salah satu upaya perlindungan yang diakui oleh hukum internasional adalah
adanya lembaga suaka dan prinsip “non refoulement”. Berdasarkan prinsip hukum
ini, setiap negara harus menerima dan melindungi korban persekusi, serta dilarang
mengusir atau mengembalikan korban persekusi tersebut ke wilayah di mana
kebebasan dan hak hidupnya terancam.
Meskipun demikian, mekanisme perlindungan internasional ini hanya berlaku
bagi para korban pelanggaran persekusi. Mekanisme ini tidak berlaku bagi mereka
yang kabur ke luar negaranya karena disangka melakukan perbuatan kriminal
biasa (kejahatan non politik) dan berusaha menghindari dari proses hukum.
Mekanisme perlindungan internasional juga dapat dikecualikan dan tidak berlaku
bagi mereka yang disangka telah melakukan kejahatan serius berupa pelanggaran
HAM berat, kejahatan perang, kejahatan melawan kemanusiaan, dan kejahatan
melawan perdamaian.
Rumusan KBBI menyebut persekusi sebagai pemburuan sewenang- wenang
terhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti, dipersusah atau ditumpas
adalah berbeda dengan makna persekusi yang dipahami oleh masyarakat
internasional, sebab persekusi dalam dunia internasional dipahami sebagai
sentimen kebencian rasisme. Oleh karena itu, kasus yang terjadi belakangan ini
tidak tergolong persekusi karena tidak ada sentimen kebencian rasisme. Orang
yang didatangi ramai-ramai oleh warga biasaya bukan karena identitas ras
Page 25
6
melainkan karena disebabkan perbuatan yang menyinggung pribadi orang lain.
Jikapun terjadi pelanggaran hukum seperti memaksa masuk ke rumah atau kantor
yang merupakan wilayah privat adalah melanggar pasal 167 ayat (1) KUHP:
“diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
tiga ratus ribu rupiah, barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan
atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan hukum atau
berada di situ dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau
suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus ribu
rupiah”.
Apabila main hakim sendiri terhadap remaja berusia 15 tahun sebagaimana kasus
di bagian pendahuluan adalah melanggar larangan untuk melakukan kekerasan
fisik maupun psikis terhadap anak sebagaimana diatur dalam Pasal 76 C Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Atau apabila main hakim sendiri
terhadap orang dewasa, maka penerapan pasalnya berbeda yakni pertama, dapat
dikenakan Pasal 328 KUHP mengenai penculikan, kedua Pasal 351 KUHP
apabila penganiayaan yang dilakukan berakibat luka berat dan mati atau Pasal 352
KUHP apabila penganiayaannya tidak menyebabkan sakit, ketiga dapat dikenakan
Pasal 335 (1) ke-1 KUHP (versi pasca putusan MK nomor 1/PUU-XI/2013)
karena secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan sesuatu,
dengan memakai kekerasan, atau memakai ancaman kekerasan.
Page 26
7
Sementara itu, Kabag Mitra Biro Penerangan Masyarakat (Penmas) Divisi Humas
Polri Kombes Awi Setiyono (Kompas,2017) mengatakan tindakan persekusi itu
bisa diancam pidana. Awi menyebutkan setidaknya ada tiga pasal dalam KUHP
yang bisa digunakan untuk menjerat pelaku persekusi. "Pelaku atau kelompok
yang melakukan persekusi dapat dikenai pasal-pasal dalam KUHP, seperti
pengancaman pasal 368 tentang pemerasan, pasal 351 tentang penganiayaan, dan
pasal 170 tentang pengeroyokan, dan lain-lain," kata Awi dalam keterangannya.
Pasal 368 KUHP mengatur tentang pemerasan dan pengancaman. Pasal 368
KUHP Ayat 1 berbunyi 'Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau
supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan'.
Sedangkan Pasal 351 KUHP Ayat 1 berbunyi 'Penganiayaan diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah'. Sementara itu, dalam Pasal 170 Ayat 1
disebutkan 'Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan'.
Tindakan pencemaran nama baik dalam bermasyarakat adalah suatu permasalahan
publik yang sering ditemui. Disebabkan banyak perselisihan atau perbedaan
pendapat dalam menyampaikan ide atau gagasan serta kritikan yang di tujuan ke
Page 27
8
publik. Menyebabkan gesekan – gesekan sering terjadi di masyarakat, dan
diantaranya sering disebut dengan persekusi.
Dalam perbuatan persekusi yang sedang marak terjadi, biasanya para oknum –
oknum ini adalah suatu kelompok yang kontra terhadap suatu kejadian, peraturan,
atau masalah yang terjadi di sekitar yang menyudutkan suatu pihak tertentu.
Pandangan-pandangan di atas termasuk dalam tatanan sistem sosial budaya yang
merupakan suatu totalitas nilai, tata sosial, tata laku manusia yang diwujudkan
dalam pandangan hidup, falsafah Negara dalam berbagai sisi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menjadi asa untuk melandasi pola
perilaku dan tata struktur masyarakat yang ada.
Membicarakan mengenai sosial budaya tentunya kita harus tahu mengenai makna
sosial buadaya tidak hanya sekedar pengertian secara definitif. Sebagai suatu
totalitas, tatanan nilai dan tata laku manusia dalam masyarakat, tentunya kita bisa
mengambil makna bahwa sistem ini akan berjalan karena adanya sebuah falsafah
yang menyadari semua tingkah laku manusia Indonesia, dalam hal ini adalah
falsafah pancasila yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.Sistem ini
memiliki suatu pola pikir yang menunjukan karakteristik yang khas dalam suatu
negara atau bangsa. Di Indonesia ada suatu pola pikir system ini yang meliputi
pola pikir bahwa Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa, Negara
persatuan, demokrasi pancasila, keadilan sosial bagi semua rakyat Indonesia dan
budi pekerti yang luhur.
Page 28
9
Idealnya dalam tatanan sosial budaya Indonesia mampu mengedepankan cita cita
moral rakyat yang luhur yang menghormati kemerdekaan tiap penduduk dalam
memeluk agama serta kepercayaan serta menjamin keberlangsungan pendidikan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga terbentuk suatu kebudayaan nasional
yang luhur dan beradab.
Dalam suatu tatanan sosial budaya memiliki banyak fungsi yang penting dalam
kehidupan. Pertama berfungsi di dalam keluarga sebagai upaya untuk mendidik
generasi bangsa menjadi manusia seutuhnya, dalam masyarakat menjadi sebuah
organisasi kemasyarakatan yang yang berfungsi mengkader masyarakat indonesia
menjadi masyarakat yang harmonis dan dalam suatu tatanan berbangsa dan
bernegara mampu menjadi penyelenggaraan pemerintah yang mementingkan
masyarakat banyak.
Suatu tatanan sosial budaya tidak hanya berjalan apa adanya namun melalui suatu
proses sosial budaya. Proses ini merupakan bentuk upaya untuk mengamalkan
pancasila. Hakikat dari proses ini adalah pembangunan seluruh rakyat Indonesia
dengan dasar pancasila.Proses sosial budaya membutuhkan tatanan yang kokoh
dengan landasan iman dan taqwa kepada tuhan yang maha esa, berbudi pekerti
luhur, bekerja keras, berdisiplin, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, kreatif dan
cinta pada tanah air.
Permasalahan di Indonesia belakangan ini banyak terjadi hal-hal intimidasi di
dalam masyarakat, di kalangan pemerintahan maupun di dalam masyarakat itu
sendiri. Persekusi merupakan bentuk permasalahan yang awam di kalangan
masyarakat Indonesia, di karenakan kata-kata ini baru saja sering terdengar di
Page 29
10
media lokal. Persekusi merupakan hal baru di masyarakat, kekerasan psikologi
yang sangat menjamur di Indonesia saat ini.
Pada kedua kasus yang baru-baru ini terjadi, persekusi dimulai dari media sosial
yang menjadi alat sekelompok masyarakat untuk memobilisasi masa dalam upaya
untuk mengintimidasi pihak tertentu yang dianggap telah membuat sebuah
statement yang menyinggung kelompok ataupun tokoh tertentu.
Dalam kasus Fiera, ia di datangi oleh kelompok ormas yang memintanya
membuat surat pernyataan permintaan maaf setelah statusnya di media sosial
dianggap menghina dan menyudutkan. Tak sampai disitu, setelah mem-posting
permintaan maaf. Fiera masih terus mendapatkan terror. Foto-fotonya tersebar di
media sosial dengan komentar provokatif dan tidak senonoh. Rumahnya sering
didatangi oleh orang-orang tidak dikenal dan minta bertemu. Kejadian ini
memberikan dampak pada kehidupan dan pekerjaan hingga membuat Fiera
memutuskan meninggalkan kota Solok karena merasa Terintimidasi oleh hal-hal
tersebut. (Kompas,2017)
Kasus berikutnya yang seorang bocah di Cipinag, Jakarta Timur berinisial PMA.
Dituduh telah mengolok salah sau ormas beserta pimpinannya melalui postingan
media sosialnya, bocah ini mendapatkan intimidaasi oleh sekelompok orang.
Video persekusi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadapnya bahkan
beredar luas di media sosial. Dalam video tersebut terlihat bagaimana PMA
tampak mendapatkan kekerasan Verbal dan Fisik. (Kompas,2017)
Page 30
11
Itu hanya sebagian kecil dari kasus pesekusi yang terjadi di Indonesia. Sejak
Desember 2016 hingga Mei 2017, Koalisi Anti Pesekusi mencatat ada sekitar 59
korban persekusi atau pemburuan disertai intimidasi karena berbeda pendapat di
media.Tindakan persekusi yang belakanga ini terjadi tetulah tak boleh dilakukan,
karena akan jadi semacam main hakim sendiri. Yang ada dengan melakuakan
persekusi, justru bisa diniai sebagai sebuah pelanggaran hukum.
Gamabaran umum masyarakat di desa Natar adalah banyak nya jenis suku ras dan
agama, serta masyarakatnya mempunya berbagai kegiatan dalam keseharian nya
seperti petani, buruh, karyawan swasta dan lain-lain. Dari beragam jenis
masyarakat tersebut terkadang ada beberapa gesekan yang pernah terjadi di dalam
msayarakat, dalam skala besar maupun skala yang kecil. Gesekan yang umum
terjadi biasanya tentang pandangan politik dan kesukuan, atau masalah suku yang
mayoritas dalam daerah tersebut. Namun tidak sampai menjadi suatu pemicu
masalah sosial yang berat seperti tawuran antar kampong dan sebagaianya.
Kasus yang pernah terjadi di Desa Natar, Lampung Selatan, Lampung, adalah
ketika pemilihan kepala desa di tahun 2014 di kerenakan adanya dua kandidat
calon yang kuat diantara keempat calon yang ada. Kedua calon ini mempunyai
basis pendukung yang kuat di karenakan tempat tinggal mereka berada di dalam
satu dusun tetapi berbeda rt, memiliki latar belakang yang kuat serta berpegang
teguh pada adat istiadat Lampung yang kental. Di saat sedang masa kampanye
kedua nya memiliki cara masing-masing agar masyarakat tertarik memilih untuk
menjadikan kepala desa. Tetapi permasalahan mulai memanas ketika pemungutan
suara di lakukan, masa dari kedua belah pihak mulai menyebarkan kejelekan antar
Page 31
12
kedua calon kepala desa ini, yang dimana itu adalah sebuah aib dari masing-
masing kandidat calon. Serta adanya pemboikotan kepada hak-hak pemilih
dengan cara paksaan.
Dengan begitu suasana pemilihan diluar lingkup dalam TPU menjadi sangat tidak
nyaman, sehingga masyarakat khawatir adanya gesekan yang lebih lanjut
dikarenakan hal-hal seperti itu terjadi saat sedang berjalan nya pemilihan kepala
desa. Sampai saat ini, kedua calon yang bertikai seperti sedang perang dingin
antar dua kubu, sehingga masyarakat kadang kebingungan dengan apa yang
terjadi di desa nya.
Dengan melakukan tindakan Persekusi dalam bentuk sebuah ancaman,
penganiayaan hingga pngeroyokan maka pelaku atau kelompok yang melakukan
pesekusidapat dikenakan pasal-pasal dalam KUHP seperti tindakkan yang
mengancam pasal 368, penganiayaan 351, pengeroyokan 170 dan masih banyak
lagi.
Sedangkan dalam UU ITE, pelaku persekusi bisa dijerat sesuai UU NO. 19/2016
tentang perubahan atas UU ITE NO. 11/2008, yaitu melakukan tindakan
mengancam dan menakut-nakuti pada pribadi dapat dikenai hukuman maksimal 6
tahun penjara dan/atau denda maksimal satu miliar rupiah. Kasus-kasus seperti ini
sedang ramai di kalangan masyarakat, dikarenakan masyarakat sekarang sudah
mulai melek di bidang teknologi, termasuk media sosial dan internet.
Page 32
13
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor Sosio-Budaya apa saja yang jadi pendukung masyarakat dalam
melakukan tindakan persekusi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab masyarakat
melakukan tindakan persekusi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan,
yaitu ilmu-ilmu sosial, khususnya Sosiologi tentang norma-norma di
masyarakat tentang bagaimana menyelesaikan masalah jika ada suatu
perbedaan cara berfikkir atau cara pandang terhadap suatu publik figur.
1.4.2. Secara Praktis
Dapat memberikan manfaat sebagai data awal untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dalam bidang kajian yang sama atau dalam kajian bidang yang
memiliki keterkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan dapat
memberikan sumbangan saran dan informasi kepada pihak-pihak yang
berwajib dalam melakukan proses yang berkaitan dengan Persekusi.
Page 33
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Persekusi
Persekusi adalah perlakuan buruk atau penganiyaan secara sistematis oleh
individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain, khususnya karena
suku,agama, atau pandangan politik serta cara pandang yang berbeda. Persekusi
bisa dikatakan sebagai suatu konflik sosial yang terjadi di masyarakat dikarenakan
suatu perbedaan yang mendasar pada tiap-tiap individu sebagai pemicu terjadinya
suatu konflik. Perbedaan ini disertai oleh cara pandang setiap individu yang
berbeda serta cara mengolah sebuah informasi yang didukung oleh perbuatan
provokatif yang menjadi andil untuk melakukan tindakan tersebut. Didalam
tindakan persekusi, biasanya pelaku Persekusi akan melakukan Intimidasi,
Pengancaman secara fisik, serta menggangku kenyaman korban persekusi. Maka
persekusi adalah wadah tindakan pidana yaitu kekerasan, intimidasi dan ancaman.
Sementara itu, Kabag Mitra Biro Penerangan Masyarakat (Penmas) Divisi Humas
Polri Kombes Awi Setiyono (Kompas,2017) mengatakan tindakan persekusi itu
bisa diancam pidana.Awi menyebutkan setidaknya ada tiga pasal dalam KUHP
yang bisa digunakan untuk menjerat pelaku persekusi.
Page 34
15
"Pelaku atau kelompok yang melakukan persekusi dapat dikenai pasal-pasal
dalam KUHP, seperti pengancaman pasal 368, penganiayaan 351, pengeroyokan
170, dan lain-lain," kata Awi dalam keterangannya.
Pasal 368 KUHP mengatur tentang pemerasan dan pengancaman. Pasal 368
KUHP Ayat 1 berbunyi 'Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau
supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan'.
Sedangkan Pasal 351 KUHP Ayat 1 berbunyi 'Penganiayaan diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah'. Sementara itu, dalam Pasal 170 Ayat 1
disebutkan 'Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan'.
1. Jenis Tindakan Persekusi
Tindakan persekusi yang sedang ramai terjadi saat ini adalah tindakan melalui
media sosisal atau internet. Dikarenakan masyarakat sekarang sudah begitu
mudah mengakses internet dengan menggunakan ponsel mereka masing
masing.Dengan sekali sentuh semua yang diinginkan dapat di akses dengan
mudah.Tindakan persekusi yang awalnya terjadi, yang sumber beritanya belum
jelas, di post oleh akun tertentu, lalu dengan memberikan pernyataan bernada
Page 35
16
provokatif dan sensitif.Setelah tersebar di berbagai media sosial dan setelah
banyak dilihat oleh masyarakat yang mengakses media sosial, lalu muncul
berbagai komentar negatif oleh orang yang merasa tersudutkan dengan
pernyataan-pernyataan tersebut. Maka terjadilah persekusi yang jika di tindak
lanjuti makan akan menjadi pengancaman, kekerasan, pemerasan dll.
2.2. Pengancaman
Ketentuan pidana mengenai pengancaman di atur dalam bab XXIII tentang
Pemerasan dan Pengancaman, mengenai ancaman kekerasan di atur dalam Pasal
368 ayat (1) KUHP yang berisi :
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hokum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, atau supaya membuat hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara
paling lama Sembilan tahun.
R. Soesilo menjelaskan pasal terssebut dalam bukunya Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal dan
menamakan perbuatan pasal 368 ayat (1) KUHP sebagai pemerasan dengan
kekerasan yang mana pemerasanya:
1. Memaksa orang lain.
2. Untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian termasuk
kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain, atau membuat utang
atau menghapuskan piutang.
Page 36
17
3. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hak.
4. Memkasanya dengan memkaai kekerasan atau ancaman kekerasan.
Selain itu, jika seseorang secara melawan hak memksa orang lain untuk
melakukan, tindakan melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai
kekrasan, atau dengan ancaman kekerasan, dapat dikenakan pasal 335 KUHP
tentang perbuatan tidak menyenangkan atas pengaduan korban. Sesuai ketentuan
ini, ancaman kekerasan (meski belum terjadi kekerasan) pun dapat dikenakan
pasal 335 KUHP jika unsure adanya paksaan dan ancaman ini terpenuhi.Lebih
jauh, jika ancaman tersebut melalui media elektronik, pelaku pengancaman dapat
dikenankan pidana berdasarkan Pasal 29 Pasal 45 ayat (3) UU No.11 Tahun 2008
tentang informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”):
Pasal 29 UU ITE
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi
elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau
menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.”
Pasal 45 ayat (3) UU ITE
“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 2000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Page 37
18
2.3. Kekerasan
2.3.1. Pengertian Kekerasan
Dalam masyarakat diusahakan agar konflik yang terjadi tidak berakhir dengan
kekerasan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu persyaratan, yaitu sebagai
berikut:
1. Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari akan adanya
situasi konflik diantara mereka
2. Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dapat dilakukan
apabila sebagai kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisir
dengan jelas.
3. Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan
permainan tertentu yang telah disepakati bersama. Aturan tersebut pada
saatnya nanti akan menjamin keberlangsungan hidup keompok-kelompok
yang bertikai tersebut.
Apabila prasyarat di atas tidak dipenuhi oleh pihak-pihak yang terlibat konflik,
maka besar kemungkinan konflik akan berubah menjadi kekerasan. Secara umum,
kekerasan dapat didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang
yang menyebabkan cedera atau hilangnya nyawa seseorang atau dapat
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Sementara itu, secara
sosiologis, kekerasan dapat terjadi di saat individu atau kelompok yang
melakukan interaksi sosial mengabaikan norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku
di masyarakat dalam mencapai tujuan masing-masing. Dengan diabaikannya
Page 38
19
norma dan nilai sosial ini akan terjadi tindakan-tindakan tidak rasional yang akan
menimbulkan kerugian di pihak lain, namun dapat menguntungkan diri sendiri.
Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) diartikan sebagai penggunaan
kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Sedangkan kekerasan
sosial adalah kekerasan yang di lakukan terhadap orang atau barang, oleh karena
orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu.
2.3.2. Bentuk-Bentuk Kekerasan
Dalam kehidupan nyata di masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai tindakan
kekeraqsan yang di lakukan oleh anggota masyarakat yang satu terhadap anggota
masyarakat yang lain. Misalnya pembunuhan, penganiayaan, intimidasi,
pemukulan, fitnah, pemerkosaan, dan lain-lain. Dari berbagai bentuk kekerasan itu
sebenranya dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu kekerasan langsung dan
kekerasan tidak langsung.
1. Kekerasan Langsung (Direct Violent)
Adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan secara langsung terhadap
pihak-pihak yang ingin dicederai atau dilukai. Bentuk kekerasan ini
cenderung ada pada tindakan-tindakan seperti melukai orang lain dengan
unsure kesengajaan, membunuh, menganiaya, dan memperkosa.
2. Kekerasan tidak langsung (Indirect violent)
Adalah suatu bentuk kekerasan yang di lakukan secara langsung terhadap
orang lain melalui sarana. Bentuk kekerasan ini cenderung ada pada tindakan-
tindakan, seperti mengekang, meniadakan atau mengurangi hak-hak
seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatan lainya. Misalnya terror
Page 39
20
bom yang dilakukan oleh para teroris untuk mengintimidiasi pemerintah
supaya lebih waspada akan behaya yang dilakukan oleh pihak asing terhadap
Negara kita.
Sehubungan dengan tindakan kekerasan yang telah dilakukan oleh anggota
masyarakat yang satu terhadap anggota masyarakat yang lain, pada dasarnya di
dalam diri manusia terdapat dua jenis agresi (upaya bertahan), yaitu sebagai
berikut:
1. Desakan untuk melawan yang telah terprogram secara filogenetik sewaktu
kepentingan hayatinya terancam. Hal ini dimaksudkan untuk
mempertahankan hidup individu yang bersifat adaptif biologis dan hanya
muncul apabila ada niat jahat. Misalnya si Amelakukan pencurian karena
adanya desakan kebutuhan ekonomi, seperti kebutuhan primer.
2. Agresi jahat melawan kekejaman, kekerasan, dan kedekstruktifan ini
merupakan cirri manusia, di mana agresi tidak terprogram secara filogenetik
dan tidak bersifat adaptif bilogis, tidak memiliki tujuan, serta muncul begitu
saja karena dorongan nafsu belaka. Misalnya aksi kerusuhan yang dilakukan
oleh para suporter sepak bola.
2.4. Konfik
Konflik merupakan suatu masalah sosial yang timnul karena ada perbedaan
pendapat maupun pandangan yang terjadi dalam masyarakat dan Negara.
Biasanya konflik muncul akibat tidak adanya rasa toleransi dan saling mengerti
kebutuhan masing-masing individu.Dalam pengertian konflik ada beberapa ahli
yang mengemukakan pendapatnya mengenai konflik :
Page 40
21
1. Konflik menurut Robbins (1996: 431)
Menurut Robbins, konflik adalah suatu proses dimana suatu pihak merasa
dirugikan dan pihak tersebut telah memberikan efek negatif kepada pihak
lainya.
2. Konflik menurut Alabaness
Konflik adalah sebuah keadaan dimana antara pihak yang bermasalah tidak
mencapai tujuan dan kesepakatan yang ada sehingga hal ini bisa mencampuri
urusan masing-masing pihak.
Jadi kesimpulannya konflik adalah sebuah proses dimana ada keadaan yang terus
berubah dan ada banyak kepentingan yang butuh penyelesaian sehingga bisa
menyamakan persepsi agar tidak ada konflik parah yang bisa merusak hubungan
kedua belah pihak.
1. Faktor penyebab konflik
a. Saling tergantung satusama lain
Yang mengakibatkan konflik terjadi adalah karena satu dan yang lainya
memiliki ketergantungan yang menyebabkan konflik bila satu dari mereka
tidak sejalan.
b. Memiliki perbedaan tujuan
Dan yang kedua adalah karena tujuan. Tujuan dalam mendapatkan
sesuatu menjadi pemicu timbulnya konflik.
c. Memiliki perbedaan pandangan atau persepsi
Yang selanjutnya adalah karena adanya perbedaan persepsi.Perbedaan
persepsi dan pandangan menyebabkan orang mudah terpancing emosi dan
terjadilah konflik.
Page 41
22
Sedangkan menurut para ahli Smith, Mazzarella dan Piele, konflik memiliki
berbagai jenis seperti dibawah ini:
a. Adanya masalah komunikasi
Komunikasi menjadi pemicu utama adanya konflik, biasanya dalam
komunikasi terdapat kesalah pahaman yang menyebabkan seseorang
berseteru dan timbulah konflik.
b. Adanya struktur organisasi
Dalam organisasi tidak bisa semua orang memiliki 1 pandangan, oleh
karena itu ada banyak konfil yang terjadi namun harus bisa diselesaikan
dengan baik.
c. Perbedaan sifat manusia
Dan yang terakhir adalah karena perbedaan sifat manusia yang memang
menjadi faktor timbulnya konflik.
2. Macam-macam konflik
Ada beberapa jenis konflik seperti di bawah ini:
a. Konflik sosial.
b. Konflik antar kelompok sosial (kelompok).
c. Konflik antar Negara .
d. Konflik antar organisasi.
e. Konflik antar partai politik.
f. Dan konflik antara individu dengan kelompok atau sebaliknya.
Page 42
23
1. Konflik Sosial
Konflik sosisal bisa di artikan sebagai konflik sehari-hari yang ada di dalam
masyrakat, seperti perbedaan pendapat, perbedaan keyakinan dan lain-
lain.Konflik sosial bisa di selesaikankan melalui mediasi yang bersifat
musyawarah. Seperti musyawarah dengan acara adat istiadat atau dengan
musyawarah menggunakan agama sebagai sarana mediasi nya.
2. Konflik Antara Kelomok Sosial
Konflik antara kelompok sosial biasaya terjadi karena bebrbeda kepentingan
dan berbeda visi misi dengan kelompok sosial yang lainnya.Kelompok sosial
yang ada di masyarakat seperti kelompok pemuda desa, kelompok karang
taruna, kelompok gapoktan dan berbagai kelompok sosial lainnya. Jika sudah
terjadi gesekan antara kelompok sosial satu dengan yang lain nya adalah
dengan musyawarah mufakat. Mengapa musyawarah menjadi salah satu
mediasi yang sangat ampuh menyelesaikan masalah, di karenakan
musyawarah menggunakan semua suara audience untuk menjadi bahan
pertimbangan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau konflik, berbeda
dengan mediasi belakangan ini yang marak digunakan masyarakat yaitu
voting.
3. Konflik Antar Negara
Konflik antar Negara yang biasanya terjadi dikarenakan masalah diantaranya
adalah:
a. Perbedaan kualitas ekonomi, persaingan ekonomi antar Negara-negara
yang memiliki atau memegang tonggak ekonomi terbesar.
Page 43
24
b. Perluasan ideologi dan agama, system pemikiran yang abstrak (tidak
hanya sekedar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah public
sehingga pembuat konsep ini menjadi intisari politik
c. Adanya imperialisme ketika suatu Negara menguasai wilayah lain untuk
kemudian mengambil kekayaan dari wilayah yang dikuasainya.
d. Perbatasan, ketika daerah perbatasan tidak dipatok dengan peraturan dan
perjanjian yang kurang jelas mengenai perbatasan maka akan
menimbulkan tindakan saling mengklaim antar Negara yang
bersangkutan.
e. Adanya konflik internal dalam suatu Negara, hal ini akan semakin
menjadi jika Negara lain turut ikut serta dalam masalah internal.
f. Perlombaan senjata, adanya modernisasi terhadapa militer dan
persenjataan.
4. Konflik Antar Organisasi
Konflik antara organisai bisa dikatakan hamper sama dengan konflik antar
kelompok sosial, yaitu biasaya terjadi karena bebrbeda kepentingan dan
berbeda visi misi dengan organisasi lainnya.
5. Konflik Antar Partai Politik
Konflik seperti ini sering sekali terjadi di Indonesia, malah sempat terjadi
konflik yang memakan korban jiwa.Era krisis moneter yaitu yang menjadi
korban adalah mahasiswa dan etnis minoritas di Indonesia.Bukan murni
karena partai politik memang, tetapi tetap di dalangi oleh elit politik yang ada
di berbagai partai politik saat itu. Masalah yang sering terjadi biasanya beda
Page 44
25
pemahaman dengan partai politik lainya atau perbedaan visi misi dalam artian
politik.
6. Konflik Antara Individu dengan Kelompok atau sebaliknya
Konflik jenis ini adalah konflik utama dalam pembahasan di dalam skripsi
ini.Kerena fenomena persekusi adalah konflik yang terjadi antara individu
dengan kelompok atau sebaliknya dan antara kelompok dengan kelomok.
Permasalahan ini terjadi dikarenakan masalah kecemburuan sosial atau
msalah sosial sehari hari, seperti berbeda cara pandang, berbeda ras, suku,
agama, pandangan politik, berbeda pilihan tentang kepala Negara, gubernur,
atau dalam ruang lingkup terkecil pun yaitu perbedaan pilihan tentang kepala
desa.
2.5. Pengertian Sosial Budaya
Sosial budaya terdiri dari 2 kata, yang pertama definisi sosial, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta, sosial ialah segala sesuatu
yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarati suka
memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan budaya dari kata Sans atau
Bodhya yang artinya pikiran atau akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat
oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budimya yang mengandung cipta,
raasa, dan karsa.Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum,
kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh
manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk/atau dalam kehidupan
Page 45
26
bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasarkan budi
dan pikirannya yang diperuntukan dalam kehidupan bermasyarakat.
1. Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
Terciptanya sebuah kebudayaan bukan hanya dari buah pikir dan budi
manusia, tetapi juga dikarenakan adanya interaksi antara manusia dengan alam
sekitarnya.Suatu interaksi dapat berjalan apabila ada lebih dari satu orang
yang saling berhubungan atau komunikasi.Dari interaksi itulah terjadi sebuah
kebudayaan yang menyangkut lingkungan sekitar dan oleh sebab itu pula kita
mempunyai beragam kebudayaan.
Perubahan kebudayaan bisa saja terjadi akibat perubahan sosial dalam
masyarakat, begitu pula sebaliknya. Manusia sebagai pencipta kebudayaan
dan pengguna kebudayaan, oleh karena itu kebudayaan akan selalu ada jika
manusia pun ada.
2. Peran dan Dampak Negatif Sosial Budaya
Kebudayaan pun memiliki peran dalam kehidupan sosial manusia,
diantaranya adalah:
a. Sebagai pedoman dalam hubungan antara manusia dengan komunitas
atau kelompoknya.
b. Sebagai simbol pembeda antara manusia dengan binatang
c. Sebagai petunjuk atau tata cara tentang bagaimana manusia harus
berperilaku dalam kehidupan sosialnya.
d. Sebagai modal dan dasar dalam pembangunan kehidupan manusia.
e. Sebagai suatu ciri khas tiap kelompok manusia.
Page 46
27
Tidak berarti pula penciptaan sosial budaya itu kemudian tak memiliki
dampak negatif.Bila kebudayaan yang ada kemudian menimbulkan akses
negatif bagi kehidupan sosial adalah sesuatu yang perlu dipikirkan ulang, jika
ingin menciptakan sebuah budaya. Beberapa dampak negatif kebudayaan bagi
kehidupan sosial manusia, antara lain:
a. Menimbulkan kerusakan lingkungan dan kelangsungan ekosistem alam
b. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang kemudian menjadi
penyebab munculnya penyakit-penyakit sosial, termasuknya tingginya
tingkat kriminalitas
c. Mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang
biasanya dekat dalam hubungan sosial antar masyarakat.
Dari beberapa uraian di atas maka dapat kita buat kesimpulan sementara, yaitu
fenomena persekusi sebenarnya adalah fenomena yang berkesinambungan dengan
sosial budaya, konflik, kekerasan, pemaksaan, perampasan hak, dan lain-
lain.Dalam kasus ini, sosial budaya menjadi hal yang paling berpengaruh. Sosial
budaya bisa kita pisahkan dalam berbagai pandangan materi.Yaitu pola kebiasaan
masyarakat, kegaiatan keseharian masyarakat atau pemahaman adat istiadat dalam
masyarakat.
1. Pola Kebiasaan Masyarakat
Pola kebiasaan tercipta dari kegiatan masyrakat sehari-sehari, bangun pagi-
mandi-sarapan-berangkat kerja/sekolah (atau kegiatan lain). Dengan begitu
akan membentuk pola kebiasaan di masyarakat, namun yang menciptakan
pola tersebut adalah individu masing-masing. Tergantung dari apa yang kita
kerjakan dari waktu ke waktu. Pola kebiasaan masyarakat juga di bentuk dari
Page 47
28
pergaulan sehari-hari di dalam ruang lingkup masyarakat. Sering nya
berkumpul dan berbicara kepada sesama warga atau ke sesama manusia dapat
menimbulkan wawasan baru atau informasi baru, bisa juga mendapatkan
ideologi atau pemikiran-pemikiran baru. Itu adalah sisi postif dari hal
tersebut.
Sisi negatif nya adalah lambat laun kita akan terbiasa dan terpengaruh dengan
hal tersebut, manakala terkadang hal-hal yang melenceng dari norma-norma
masyarakat akan dianggap benar dan dianggap bisa saja. Hal inilah salah satu
pemicu dalam konflik, disini garis besarnya adalah persekusi. Seperti
membicarakan aib orang lain yang mana itu adalah tindakan yang melenceng
dari norma di masyarakat, atau melakukan tindakan semena-mena karena
berbeda suku, karena suku bangsa tersebut dianggap lemah.
Itu adalah sebagian kecil contoh dari pola kebiasaan masyarakat, contoh
lainya bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia yang
berakal dan beradab. Sosial Budaya dalam adat istiadat Lampung dapat
dijelaskan sebagai berikut ini.
a. Juluk-Adek
Secara etimologis Juluk-adek (gelar adat) terdiri dari kata juluk dan adek,
yang masing-masing mempunyai makna; Juluk adalah nama panggilan
keluarga seorang pria/wanita yang diberikan pada waktu mereka masih
muda atau remaja yang belum menikah, dan adek bermakna gelar/nama
panggilan adat seorang pria/wanita yang sudah menikah melalui prosesi
pemberian gelar adat. Akan tetapi panggilan ini berbeda dengan inai dan
Page 48
29
amai. Inai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang perempuan
yang sudah menikah, yang diberikan oleh pihak keluarga suami atau laki-
laki. Sedangkan amai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang
laki-laki yang sudah menikah dari pihak keluarga isteri.
Juluk-adek merupakan hak bagi anggota masyarakat Lampung, oleh
karena itu juluk-adek merupakan identitas utama yang melekat pada
pribadi yang bersangkutan.Biasanya penobatan juluk-adek ini dilakukan
dalam suatu upacara adat sebagai media peresmiannya.Juluk adek ini
biasanya mengikuti tatanan yang telah ditetapkan berdasarkan hirarki
status pribadi dalam struktur kepemimpinan adat. Sebagai contoh;
Pengiran, Dalom, Batin, Temunggung, Radin, Minak, Kimas dst. Dalam
hal ini masing-masing kebuwaian tidak selalu sama, demikian pula
urutannya tergantung pada adat yang berlaku pada kelompok masyarakat
yang bersangkutan.
Karena juluk-adek melekat pada pribadi, maka seyogyanya anggota
masyarakat Lampung harus memelihara nama tersebut dengan sebaik-
baiknya dalam wujud prilaku pergaulan kemasyarakatan sehari-hari.
Juluk-adek merupakan asas identitas dan sebagai sumber motivasi bagi
anggota masyarakat Lampung untuk dapat menempatkan hak dan
kewajibannya, kata dan perbuatannya dalam setiap perilaku dan
karyanya.
Page 49
30
b. Nemui-Nyimah
Nemui berasal dari kata benda temui yang berarti tamu, kemudian
menjadi kata kerja nemui yang berarti mertamu atau mengunjungi/
silaturahmi.Nyimah berasal dari kata benda “simah”, kemudian menjadi
kata kerja “nyimah” yang berarti suka memberi (pemurah).Sedangkan
secara harfiah nemui-nyimah diartikan sebagai sikap santun, pemurah,
terbuka tangan, suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai
dengan kemampuan.Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas
kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan
serta silaturahmi.Nemui-nyimah merupakan kewajiban bagi suatu
keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk tetap menjaga
silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu terpelihara
dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan kewajaran.
Pada hakekatnya nemui-nyimah dilandasi rasa keikhlasan dari lubuk hati
yang dalam untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga dan
bermasyarakat. Dengan demikian, maka elemen budaya nemui-nyimah
tidak dapat diartikan keliru yang mengarah kepada sikap dan perbuatan
tercela atau terlarang yang tidak sesuai dengan norma kehidupan sosial
yang berlaku. Bentuk konkrit nemui nyimah dalam konteks kehidupan
masyarakat dewasa ini lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap
kepedulian sosial dan rasa setiakawan. Suatu keluarga yang memiliki
keperdulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tentunya berpandangan
luas ke depan dengan motivasi kerja keras, jujur dan tidak merugikan
orang lain.
Page 50
31
c. Nengah-Nyappur
Nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah menjadi kata kerja
yang berarti berada di tengah.Sedangkan nyappur berasal dari kata benda
cappur menjadi kata kerja nyappur yang berarti baur atau berbaur.Secara
harfiah dapat diartikan sebagai sikap suka bergaul, suka bersahabat dan
toleran antar sesama.Nengah-nyappur menggambarkan bahwa anggota
masyarakat Lampung mengutamakan rasa kekeluargaan dan didukung
dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak
membedakan suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan.Sikap suka
bergaul dan bersahabat menumbuhkan semangat suka bekerjasama dan
tenggang rasa (toleransi) yang tinggi antar sesamanya. Sikap toleransi
akan menumbuhkan sikap ingin tahu, mau mendengarkan nasehat orang
lain, memacu semangat kreativitas dan tanggap terhadap perkembangan
gejala-gejala sosial. Oleh sebab itu dapat diambil suatu konklusi bahwa
sikap nengah-nyappur menunjuk kepada nilai musyawarah untuk
mufakat.
Sikap nengah nyappur melambangkan sikap nalar yang baik, tertib dan
seklaigus merupakan embrio dari kesungguhan untuk meningkatkan
pengetahuan serta sikap adaptif terhadap perubahan.Melihat kondisi
kehidupan masyarakat Lampung yang pluralistik, maka dapat dipahami
bahwa penduduk daerah ini telah menjalankan prinsip hidup nengah-
nyappur secara wajar dan positif. Sikap nengah-nyappur juga
menunjukkan sikap ingin tahu yang tinggi, sehingga menumbuhkan sikap
kepeloporan.Pandangan atau pemikiran demikian menggabarkan bahwa
Page 51
32
anggota masyarakat Lampung merupakan bentuk kehidupan yang
memiliki jiwa dan semangat kerja keras dan gigih untuk mencapai tujuan
masa depannya dalam berbagai bidang kehidupan.
Nengah-nyappur merupakan pencerminan dari asas musyawarah untuk
mufakat.Sebagai modal untuk bermusyawarah tentunya seseorang harus
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas, sikap toleransi yang
tinggi dan melaksanakan segala keputusan dengan rasa penuh tanggung
jawab.Dengan demikian berarti masyarakat Lampung pada umumnya
dituntut kemampuannya untuk dapat menempatkan diri pada posisi yang
wajar, yaitu dalam arti sopan dalam sikap perbuatan dan santun dalam
tutur kata.Makna yang lebih dalam adalah harus siap mendengarkan,
menganalisis, dan harus siap menyampaikan informasi dengan tertib dan
bermakna.
d. Sakai-Sambaiyan
Sakai bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang atau sekelompok
orang dalam bentuk benda dan jasa yang bernilai ekonomis yang dalam
prakteknya cenderung menghendaki saling berbalas. Sedangkan
sambaiyan bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang, sekelompok
orang atau untuk kepentingan umum secara sosial berbentuk benda dan
jasa tanpa mengharapkan balasan.Sakai sambaiyan berarti tolong
menolong dan gotong royong, artinya memahami makna kebersamaan
atau guyub. Sakai-sambayan pada hakekatnya adalah menunjukkan rasa
partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap berbagai kegiatan pribadi
Page 52
33
dan sosial kemasyarakatan pada umumnya. Sebagai masyarakat
Lampung akan merasa kurang terpandang bila ia tidak mampu
berpartisipasi dalam suatu kegiatan kemasyarakatan. Perilaku ini
menggambarkan sikap toleransi kebersamaan, sehingga seseorang akan
memberikan apa saja secara suka rela apabila pemberian itu memiliki
nilai manfaat bagi orang atau anggota masyarakat lain yang
membutuhkan.
Selanjutnya Titie Gemattei, yang terdiri dari dua suku kata titie dan
gemattei. Titie berasal dari kata titi yang berarti jalan, dan gemantie
berarti lazim atau kebiasaan leluhur yang dianggap baik. Wujud titie
gemanttei secara konkrit berupa norma yang sering disebut kebiasaan
masyarakat adat. Kebiasaan masyarakat adat ini tidak tertulis, yang
terbentuk atas dasar kesepakatan masyarakat adat melalui suatu forum
khusus (rapat perwatin Adat/Keterem). Titie gemattei tersebut berisi
keharusan, kebolehan dan larangan (cepalo) untuk berbuat dalam
penerapan semua elemen Piil Pesenggiri. Memperhatikan proses normatif
hubungan sosial titie gemattei ini, maka dalam aktualisasi penerapannya
senantiasa amat lentur dan fleksibel mengikuti tuntutan perubahan (selalu
terjadi penyesuaian).
Contoh; pada masa lalu setiap penyimbang suku di Anek, Kampung,
Tiyuh atau Pekon harus mempunyai tempat mandi khusus di sungai
(disebut kuwaiyan, pakkalan), tetapi sekarang sesuai dengan
perkembangan zaman diganti dengan kamar mandi.Titie gemattie juga
Page 53
34
mempunyai pengertian sopan santun untuk kebaikkan yang diutamakan
berdasarkan kelaziman dan kebiasaan.Kelaziman dan kebiasaan yang
berdasarkan kebaikkan ini pada hakekatnya menggambarkan bahwa
masyarakat Lampung mempunyai tatanan kehidupan sosial yang
teratur.Sikap membina kebiasaan yang berdasarkan kebaikkan
merupakan modal dasar pembangunan dan pemahaman terhadap budaya
malu baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat.
Prinsip hidup yang terkandung dalam titie gemattei merupakan pedoman
dalam pelaksanaan pengawasan terhadap sikap perilaku yang melahirkan
cepalo (norma hukum) yang kongkrit dan terbentuknya tatanan hukum
yang baru, sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat. Tata nilai budaya
masyarakat Lampung sebagaimana diuraikan di atas, pada dasarnya
merupakan kebutuhan hidup dasar bagi seluruh anggota masyarakat
setempat agar survive secara wajar dalam membina kehidupan dan
penghidupannya yang tercermin dalam tata kelakuan sehari-hari, baik
secara pribadi ataupun bersama dengan anggota kelompok masyarakat
maupun bermasyarakat secara luas.
Dalam membina kehidupan dan penghidupan yang wajar diperlukan
rambu-rambu normatif sebagai pedoman untuk berperilaku.Rambu-
rambu dan pedoman itu berwujud ketentuan-ketentuan, yang berisikan
larangan (cepalo) dan keharusan (adat) untuk diamalkan oleh setiap
anggota masyarakat pendukungnya. Sudah menjadi kenyataan bahwa
pedoman hidup tersebut merupakan sarana untuk pembentukkan sikap
Page 54
35
dan prilaku. Dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu
ketenteraman dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat
Lampung juga mempunyai strata (tingkatan) kehidupan, baik
berdasarkan status genealogis (keturunan, Umur), maupun status sosial
dalam adat (penyimbang buwai, tiyuh, dan suku).Dalam sistem strata
kehidupan masyarakat adat sehari-hari terjadi interaksi antara anggota
kelompok intern satu keturunan adat dan antar kelompok masyarakat
yang berbeda keturunan adatnya.
Dalam realitas aplikasi kultural senantiasa terjadi proses penentuan
status, hak, dan kewajiban masing-masing strata berdasarkan kesadaran
bersama. Status sosial seorang anggota masyarakat dapat dikenali antara
lain dari juluk adeknya yang mencerminkan strata golongan
kepenyimbangan. Di samping itu dapat juga ketahui dari garis lurus
status kepenyimbangannya, yaitu penyimbang buwai/marga, tiyuh/anek
atau penyimbang suku. Seseorang yang berstatus sebagai penyimbang
buwai, berarti ia memiliki tanggungjawabnya yang jauh lebih besar dari
pada golongan penyimbang-penyimbang lainnya. (Abdul Syani, 2013)
2. Undang-undang Pemilihan Kepala Desa
Peraturan Menteri Dalam Negri Republik Indonesaia Nomor 112 Tahun 2014
tentang pemilihan kepala desa dalam ketentuan umum dengan menimbang
bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 46 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Page 55
36
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa per;u menetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negri tentang Pemilihan Kepala Desa;
Mengingat :
a. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4916)
b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor123)
Pada BAB I Ketentuan umum Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam
Negri Tentang Pemilihan Kepala Desa disebutkan sebagai berikut :
a. Desa adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Page 56
37
b. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Desa.
c. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD atau
yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan
fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk
Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
d. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh BPD
khusus untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu.
e. Pemilihan kepala desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa
dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.
f. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai
wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga
Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah;
g. Panitia pemilihan Kepala Desa tingkat desa yang selanjutnya disebut
Panitia Pemilihan adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk
menyelenggarakan proses Pemilihan Kepala Desa;
h. Panitia pemilihan Kepala Desa tingkat kabupaten/kota yang selanjutnya
disebut Panitia Pemilihan Kabupaten/Kota adalah panitia yang dibentuk
Bupati/Walikota pada tingkat Kabupaten/kota dalam mendukung
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
Page 57
38
i. Calon Kepala Desa adalah bakal calon Kepala Desa yang telah
ditetapkan oleh panitia pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih
menjadi Kepala Desa;
j. Calon Kepala Desa Terpilih adalah calon Kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
k. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta
kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu;
l. Panitia pemilihan Kepala Desa di desa adalah panitia yang dibentuk
BPD untuk melaksanakan pemilihan Kepala Desa.
m. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi
persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala
Desa;
n. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar
pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan
Umum terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas
kebenarannya serta ditambah dengan pemilih baru;
o. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun
berdasarkan usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum
terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara;
p. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar
pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar
penentuan identitas pemilih dan jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala
Desa;
Page 58
39
q. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala
Desa untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan
dukungan.
r. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
Pada BAB II perihal Pemilihan Kepala Desa di jabarkan sebagai berikut:
Pasal 2
Pemilihan Kepala Desa dilakukan serentak satu kali atau dapat
bergelombang.
Pasal 3
Pemilihan Kepala Desa satu kali sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dapat
dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh desa pada wilayah
Kabupaten/Kota.
Pasal 4
1. Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a. Pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan Kepala Desa di
wilayah Kabupaten/Kota
b. Kemampuan keuangan daerah; dan/atau
c. Ketersediaan PNS di lingkungan Kabupaten/Kota yang memenuhi
persyaratan sebagai penjabat Kepala Desa.
Page 59
40
2. Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka
waktu 6(enam) tahun.
3. Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan interval waktu paling lama 2 (dua) tahun.
Pasal 5
1. Bupati/Walikota membentuk panitia pemilihan di Kabupaten/Kota
2. Panitia pemilihan di Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai tugas meliputi:
a. Merencanakan, mengkoordinasikan dan menyelenggarakan semua
tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat kabupaten/kota;
b. Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan kepala desa
terhadap panitia pemilihan kepala desa tingkat desa;
c. Menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;
d. Memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara
serta perlengkapan pemilihan lainnya;
e. Menyampaikan surat suara dan kotak suara dan
perlengkapan pemilihan lainnya kepada panitia pemilihan;
f. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan kepala desa
tingkat kabupaten/kota;
g. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan; dan
h. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan dengan
keputusan Bupati/Walikota.
Page 60
41
Pada BAB III tentang pelaksanaan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Bagian Umum
Pasal 6 Pemilihan Kpela Desa dilaksanakan melalui tahapan:
a. Persiapan;
b. Pencalonan;
c. Pemungutan suara; dan
d. Penetapan.
2. Bagian Persiapan
Paragraf 1 Umum
Pasal 7 yaitu persiapan pemilihan di Desa sebgaimana dimaksud dalam
pasal 6 huruf a, terdiri atas kegiatan:
a. Pemberitahuan badan permusyawaratan desa kepada kepala desa tentang
akhir masa jabatan yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir
masa jabatan;
b. Pembentukan panitia pemilihan kepala desa oleh badan
permusyawaratan desa ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari
setelah pemberitahuan akhir masa jabatan;
c. Laporan akhir masa jabatan kepala desa kepada bupati/walikota
disampaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
pemberitahuan akhir masa jabatan;
d. Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia kepada
bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari setelah terbentuknya panitia pemilihan; dan
Page 61
42
e. Persetujuan biaya pemilihan dari bupati/walikota dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) Hari sejak diajukan oleh panitia.
Pasal 8 yaitu pembentukan panitia pemilihan kepala Desa sebagaimana
dimaksud dala Pasal & huruf b disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada
Bupati/Walikota melalui camat.
Pasal 9 yaitu Panitia pemilihan kepda desa mempunyai tugas:
a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi dan
mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan;
b. merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati/Walikota
melalui camat;
c. melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
d. mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon;
e. menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;
f. menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan;
g. menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye;
h. memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan tempat
pemungutan suara;
i. melaksanakan pemungutan suara;
j. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan
hasil pemilihan;
k. menetapkan calon Kepala Desa terpilih; dan
l. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan.
Page 62
43
Paragrapf 2 Penetapan Pemilih
Pasal 10 :
1. Pemilih yang menggunakan hak pilih, harus terdaftar sebagai pemilih.
2. Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
a. penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kades
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah
ditetapkan sebagai pemilih.
b. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
d. berdomisili di desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan
Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan penduduk.
3. Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat
menggunakan hak memilih.
Pasal 11 :
1. Daftar pemilih dimutakhirkan dan divalidasi sesuai data penduduk di
desa.
2. Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan karena:
a. memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan hari dan tanggal
pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun;
b. belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah menikah;
c. telah meninggal dunia;
Page 63
44
d. pindah domisili ke desa lain; atau
e. belum terdaftar.
3. Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia
pemilihan menyusun dan menetapkan daftar pemilih sementara.
Pasal 12 :
1. Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(3), diumumkan oleh panitia pemilihan pada tempat yang mudah
dijangkau masyarakat.
2. Jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama
3 (tiga) hari.
Pasal 13 :
1. Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan
mengenai penulisan nama dan/atau identitas lainnya.
2. Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih atau
anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
a. Pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. Pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
c. Pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 tahun; atau
d. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat
sebagai pemilih.
Page 64
45
3. Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diterima, panitia pemilihan segera mengadakan
perbaikan daftar pemilih sementara.
Pasal 14 :
1. Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia
Pemilihan melalui pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga.
2. Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih
tambahan.
3. Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari.
Pasal 15 :
1. Daftar pemilih tambahan diumumkan oleh Panitia Pemilihan pada
tempat- tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
2. Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tambahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari terhitung
sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan tambahan.
Pasal 16 :
Panitia pemilihan menetapkan dan mengumumkan Daftar pemilih sementara
yang sudah diperbaiki d a n daftar pemilih tambahan sebagai daftar pemilih
tetap.
Page 65
46
Pasal 17 :
1. Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diumumkan
di tempat yang strategis di desa untuk diketahui oleh masyarakat.
2. Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), selama 3 (tiga) hari terhitung sejak berakhirnya jangka
waktu penyusunan daftar pemilih tetap.
Pasal 18 :
Untuk keperluan pemungutan suara di TPS, Panitia menyusun salinan daftar
pemilih tetap untuk TPS.
Pasal 19 :
Rekapitulasi jumlah pemilih tetap, digunakan sebagai bahan penyusunan
kebutuhan surat suara dan alat perlengkapan pemilihan.
Pasal 20 :
Daftar pemilih tetap yang sudah disahkan oleh panitia pemilihan tidak dapat
diubah, kecuali ada pemilih yang meninggal dunia, panitia pemilihan
membubuhkan catatan dalam daftar pemilih tetap pada kolom keterangan
"meninggal dunia".
3. Bagian Pencalonan
Paragraf 1 Pendaftaran Calon
Pasal 21 Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada tuhan yang maha esa;
Page 66
47
c. memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan undang-
undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan negara kesatuan republik
indonesia dan bhinneka tunggal ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi kepala desa;
g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat
paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;
h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani
pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada
publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai
pelaku kejahatan berulang-ulang;
j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
k. berbadan sehat;
l. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan;
dan
m. syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah.
Page 67
48
Paragraf 2
Penelitian Calon, Penetapan dan pengumuman Calon Pasal 22 :
1. Panitia pemilihan melakukan penelitian terhadap persyaratan bakal
calon meliputi penelitian kelengkapan dan keabsahan administrasi
pencalonan.
2. Penelitian kelengkapan dan keabsahan administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disertai klarifikasi pada instansi yang
berwenang yang dilengkapi dengan surat keterangan dari yang
berwenang.
3. Panitia pemilihan mengumumkan hasil penelitian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), kepada masyarakat untuk memperoleh
masukan.
4. Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib
diproses dan ditindak lanjuti panitia pemilihan.
Pasal 23 :
1. Dalam hal bakal calon kepala desa yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 berjumlah paling sedikit 2
(dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang, Panitia pemilihan kepala
desa menetapkan bakal calon kepala desa menjadi calon kepala desa.
2. Calon kepala desa yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diumumkan kepada masyarakat.
Page 68
49
Pasal 24 :
1. Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21 kurang dari 2 (dua) orang, panitia pemilihan
memperpanjang waktu pendaftaran selama 20 (dua puluh) hari.
2. Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2
(dua) setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bupati/Walikota menunda pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa sampai dengan waktu yang ditetapkan kemudian.
3. Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
masa jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati/Walikota mengangkat
penjabat Kepala Desa dari pegawai Negeri Sipil dilingkungan
pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 25 :
Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 21 lebih dari 5 (lima) orang, panitia melakukan seleksi
tambahan dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di lembaga
pemerintahan, ti ngkat pe ndi di kan, usi a dan pe rsyaratan l ai n yang di te
tapkan Bupati/Walikota.
Pasal 26 :
1. Penetapan calon kepala desa disertai dengan penentuan nomor urut
melalui undian secara terbuka oleh Panitia pemilihan.
2. nomor urut calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh
para calon.
Page 69
50
3. Nomor urut dan nama calon yang telah ditetapkan disusun dalam
daftar calon dan dituangkan dalam berita acara penetapan calon Kepala
Desa.
4. Panitia pemilihan mengumumkan melalui media masa dan/atau papan
pengumuman tentang nama calon yang telah ditetapkan, paling lambat
7 (tujuh) hari sejak tanggal ditetapkan.
5. Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat final dan
mengikat.
Paragraf 3 : Kampanye
Pasal 27 :
1. Kades dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa.
2. Pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
jangka waktu 3 (tiga) Hari sebelum dimulainya masa tenang.
3. Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
prinsip jujur, terbuka, dialogis serta bertanggung jawab.
Pasal 28 :
1. Kampanye sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) memuat
visi dan misi bila terpilih sebagai kepala desa.
2. Visi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keinginan yang
ingin diwujudkan dalam jangka waktu masa jabatan kepala desa.
3. Misi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi program yang akan
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi.
Page 70
51
Pasal 29 :
Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dapat
dilakasanakan melalui:
a. Pertemuan terbatas;
b. Tatap muka;
c. Dialog;
d. Oenyebaran bahan Kampanye kepada umum;
e. Pemasangan alat peraga di tempat Kampanye dan di tempat lain yang
ditentukan oleh panitia pemilihan; dan
f. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.
Pasal 30 :
1. Pelaksanaan Kampanye dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau
Calon yang lain;
d. menghasut dan mengadu-domba perseorangan atau masyarakat;
e. mengganggu ketertiban umum;
f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota
masyarakat, dan/atau Calon yang lain;
Page 71
52
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Calon;
h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan;
i. membawa atau menggunakan gambar dan/atau atribut Calon lain
selain dari gambar dan/atau atribut Calon yang bersangkutan; dan
j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
peserta Kampanye.
2. Pelaksana Kampanye dalam kegiatan Kampanye dilarang
mengikutsertakan :
a. kepala desa;
b. perangkat desa;
c. anggota badan permusyaratan desa.
Pasal 31 :
Pelaksana Kampanye yang melanggar larangan Kampanye sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis apabila pelaksana Kampanye melanggar
larangan walaupun belum terjadi gangguan; dan
b. penghentian kegiatan Kampanye di tempat terjadinya pelanggaran
atau di suatu wilayah yang dapat mengakibatkan gangguan
terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke wilayah lain.
Pasal 32 :
1. Masa tenang selama 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal
pemungutan suara.
Page 72
53
2. Hari dan tanggal pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
4. Bagian Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pasal 33 :
1. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2),
dilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara yang
berisi nomor, foto, dan nama calon atau berdasarkan kebiasaan
masyarakat desa setempat.
2. Pemberian suara untuk pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan mencoblos salah satu calon dalam surat
suara.
Pasal 34 :
Pengadaan bahan, jumlah, bentuk, ukuran, dan warna surat suara, kotak
suara, kelengkapan peralatan lain serta pendistribusiannya diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bupati/Walikota.
Pasal 35 :
1. pemilih di TPS ditentukan panitia pemilihan.
2. TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan lokasinya di
tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat,
serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
3. Jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS ditetapkan oleh panitia
pemilihan.
Page 73
54
Pasal 36 :
1. Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik
lain pada saat memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh
panitia atau orang lain atas permintaan pemilih.
2. Anggota panitia atau orang lain yang membantu pemilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib merahasiakan pilihan
pemilih yang bersangkutan
Pasal 37 :
Pemilih yang menjalani rawat inap di rumah sakit atau sejenisnya, yang
sedang menjalani hukuman penjara, pemilih yang tidak mempunyai tempat
tinggal tetap, yang tinggal di perahu atau pekerja lepas pantai, dan tempat-
tempat lain memberikan suara di TPS khusus.
Pasal 38 :
1. Sebelum melaksanakan pemungutan suara, panitia pemilihan
melakukan kegiatan :
a. Pembukaan kotak suara;
b. Pengeluaran seluruh isi kotak suara;
c. Pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; dan
d. Penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
2. Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dihadiri oleh saksi dari calon, BPD, pengawas, dan warga
masyarakat.
3. Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuatkan
berita acara yang ditandatangani oleh Ketua panitia, dan sekurang-
Page 74
55
kurangnya 2 (dua) anggota panitia serta dapat ditandatangani oleh
saksi dari calon.
Pasal 39 :
1. Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
ayat (1), panitia memberikan penjelasan mengenai tata cara
pemungutan suara.
2. Dalam pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemilih diberi kesempatan oleh panitia berdasarkan prinsip urutan
kehadiran pemilih.
3. Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak, pemilih dapat
meminta surat suara pengganti kepada panitia, kemudian panitia
memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.
4. Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara, pemilih
dapat meminta surat suara pengganti kepada panitia, panitia
memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.
Pasal 40 :
Suara untuk pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah apabila :
a. surat suara ditandatangani oleh ketua panitia; dan
b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang
memuat satu calon; atau
c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang
memuat nomor, foto dan nama calon yang telah ditentukan; atau
Page 75
56
d. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak
segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama calon; atau
e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang
memuat nomor, foto, dan nama calon.
Pasal 41 :
1. Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh panitia setelah
pemungutan suara berakhir.
2. Sebelum penghitungan suara dimulai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), panitia pemilihan menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan
daftar pemilih tetap untuk TPS;
b. jumlah pemilih dari TPS lain;
c. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
d. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena
rusak atau keliru dicoblos.
3. Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan dan selesai di TPS oleh panitia pemilihan dan dapat
dihadiri dan disaksikan oleh saksi calon, BPD, pengawas, dan
warga masyarakat.
4. Saksi calon dalam penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), harus membawa surat mandat dari calon yang
bersangkutan dan menyerahkannya kepada Ketua panitia.
Page 76
57
5. Panitia membuat berita acara hasil penghitungan suara yang
ditandatangani oleh ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
anggota panitia serta dapat ditandatangani oleh saksi calon.
6. Panitia memberikan salinan Berita Acara hasil penghitungan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada masing-masing saksi
calon yang hadir sebanyak 1 (satu) eksemplar dan menempelkan 1
(satu) eksemplar sertifikat hasil penghitungan suara di tempat
umum.
7. Berita acara beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (6), dimasukkan dalam sampul khusus yang disediakan dan
dimasukkan ke dalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel
label atau segel.
8. Panitia menyerahkan berita acara hasil penghitungan suara, surat
suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan
penghitungan suara kepada BPD segera setelah selesai
penghitungan suara.
Pasal 42 :
1. Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah
suara sah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih.
2. Dalam hal jumlah calon Kepala Desa terpilih yang memperoleh
suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon pada desa
dengan TPS lebih dari 1 (satu), calon terpilih ditetapkan
berdasarkan suara terbanyak pada TPS dengan jumlah pemilih
terbanyak.
Page 77
58
3. Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak
yang sama lebih dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS hanya 1
(satu), calon terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah tempat tinggal
dengan jumlah pemilih terbesar.
Pasal 43 :
Perlengkapan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS, disimpan
di kantor desa atau di tempat lain yang terjamin keamanannya.
5. Bagian Penetapan
Pasal 44 :
1. pemilihan kepala desa menyampaikan laporan hasil pemilihan kepala
desa kepada Panitia BPD.
2. BPD berdasarkan laporan hasil pemilihan kepala desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan calon kepala desa terpilih
berdasarkan suara terbanyak kepada Bupati/Walikota melalui camat
dengan tembusan kepada kepala desa.
3. Bupati/Walikota menetapkan pengesahan dan pengangkatan kepala desa
dengan keputusan Bupati/Walikota.
Pada BAB IV Kepala Desa, Perangkat Desa dan Pegawai Negeri Sipil Sebagai
Calon Kepala Desa pada paragraph 1 dijelaskan kepada Calon Kepala Desa dari
Kepala Desa atau Perangkat Desa.
Pasal 45 :
1. Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti sejak ditetapkan
sebagai calon sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan calon terpilih.
Page 78
59
2. Selama masa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa dilarang
menggunakan fasilitas pemerintah desa untuk kepentingan sebagai calon
Kepala Desa.
3. Dalam hal Kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekretaris
Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa.
Pasal 46 :
1. Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa diberi
cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal calon Kepala
Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan calon terpilih.
2. Tugas perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap oleh
perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.
Paragraf 2 dijelaskan kepada Calon Kepala Desa atau dari PNS.
Pasal 47 :
1. Pegawai negeri sipil yang mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa
harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian.
2. Dalam hal pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih
dan diangkat menjadi Kepala Desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara
dari jabatannya selama menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan hak sebagai
pegawai negeri sipil.
3. Pegawai negeri sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhak mendapatkan tunjangan Kepala
Desa dan penghasilan lainnya yang sah.
Page 79
60
BAB V menjelaskan tentang pembiayaan anggaran dalam pemilihan Kepala Desa.
Pasal 48 ;
1. Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan
danBelanja Daerah Kabupaten/Kota.
2. Dana bantuan dari Angaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk kebutuhan
pada pelaksanaan pemungutan suara.
BAB VI menjelaskan tentang ketentuan dan perihal lain.
Pasal 49 :
1. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara
serentak diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan selambat-lambatnya 2 tahun sejak peraturan menteri ini
diundangkan.
BAB VII sebagai penutup undang-undang dalam Peraturan Perundangan Menteri
Dalam Negri.
Pasal 50 :
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Sumber : ( Peraturan Menteri Dalam Negri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2014 )
Page 80
61
2.6. Fungsi Dasar Pemerintahan Desa
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
desa dan Badan Pengawas Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asl-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan penyelenggaraan pemerintahan desa Natar dirumuskan dari berbagai segi,
yaitu:
a. Dari segi politis bertujuan untuk menjaga tetap tegak dan utuhnya Negara
Kesatuan republic Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, yang dikonsturksikan dalam system pemerintahan yang member
peluang turut sertanya rakyat dalam mekanisme penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
b. Dari segi formal dan konstitusional yang bertujuan untuk melaksanakan
ketentuan dan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Perundangan yang
mengatur mengenai desa.
c. Dari segi operasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan di desa, terutama dalam pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat.
d. Dari segi administraasi pemerintahan, yang bertujuan untuk lebih
memperlancar dan menertibkan tata pemerintahan agar dapat terselenggara
secara efektif, efisien dan produktif dengan menerapkan prinsip-prinsip rule of
law dan demokrasi.
Page 81
62
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup;
a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usuldesa.
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepadadesa.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provimsi, dan/atau
Pemerintah Kabupaten/kota.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepadadesa.
Pemerintah Desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa
sebagai pemimpin organisasi Pemerintah Desa dipilih langsung oleh dan dari
penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata
cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah yang berpedoman kepada
peraturan Pemerintah.Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa didefinisikan, Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Dalam
Undang-Undang Pemerintah Desa Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Sekretaris Desa sebagai Perangkat Desa diisi oleh pegawai negeri sipil
yang memenuhi persyaratan. Dan untuk Sekretaris Desa yang selama ini bukan
Pegawai Negeri Sipil secara bertahap diangkat menjadi pegawai negeri sipil
sesuai peraturanperundang-undangan.
Page 82
63
Perangkat Desa lainnya dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pasal 202 Ayat (2) adalah perangkat pembantu Kepala Desa yang terdiri dari
Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan, seperti kepala urusan, dan unsur
kewilayahan seperti dusun atau dengan sebutan lain. Pemerintah Desa yang terdiri
dari Kepala Desa dan Perangkat Desa memiliki tugas pokok dalam melaksanakan
urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan dan
pembinaan masyarakat serta menjalankantugas pembantuan dari pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan atau dari Pemerintah Kabupaten.
1. KepalaDesa
Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 Ayat (1) Undang- Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dipilih langsung oleh dan dari
penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata
cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah. Calon Kepala Desa yang memiliki suara terbanyak dalam
Pemilihan Kepala Desa ditetapkan sebagai Kepala Desa.Masa jabatan Kepala
Desa adalah enam Tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa
jabatan berikutnya. Namun masa jabatan ini dapat dikecualikan bagi kesatuan
masyarakat hukum adat yang keberadaannya masih hidup dan diakui yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Kepala Desa pada dasarnya bertanggung
jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur
pertanggungjawabannya disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat.
Kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa wajib memberikan
keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat memberikan
informasi pokok- pokokpertanggungjawabannya.
Page 83
64
Kepala Desa dalam penyelengaraan Pemerintahan Desa memiliki wewenang dan
kewajiban antara lain:
a. Wewenang KepalaDesa
1) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersamaBPD.
2) Mengajukan rancangan PeraturanDesa
3) Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama
BPD
4) Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APBDes
untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.
5) Membina kehidupan masyarakatdesa
6) Membina perekonomian desa
7) Mengkoordinasikan pembangunan desa secarapartisipatif.
8) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
9) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Kewajiban KepalaDesa
1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahan-
kan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan RepublikIndonesia.
2) Meningkatkan kesejahteraanmasyarakat
3) Memelihara ketenteraman dan ketertibanmasyarakat
Page 84
65
4) Melaksanakan kehidupan demokrasi
5) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang bersih dan bebas dari
Kolusi, Korupsi danNepotisme.
6) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintahan Desa.
7) Mentaati dan menegakkan seluruh peraturanperundang-undangan.
8) Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yangbaik
9) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa.
10) Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangandesa.
11) Mendamaikan perselisihan masyarakatdesa.
12) Mengembangkan pendapatan masyarakatdesa.
13) Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan
adatistiadat.
14) Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.
15) Mengembangkan potensi sumberdaya alam dan melestarikan lingkungan
hidup.
2. Perangkat Desa
Perangkat Desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 202 Ayat (2)
terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Perangkat Desa lain yang
dimaksud dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 202
Ayat (2) adalah perangkat pembantu Kepala Desa yang terdiri dari Sekretariat
Desa, Pelaksana Teknis Lapangan, seperti Kepala Urusan, dan Unsur
Kewilayahan, seperti Kepala Dusun atau dengan sebutanlain.
Page 85
66
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Pasal 12 Ayat (2),
menyebutkan bahwa Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat
Desa lainnya, yang dimaksud Perangkat Desa lainnya padaPasal 12 Ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, terdiri atas Sekretaris Desa,
Pelaksana Teknis Lapangan dan Unsur Kewilayahan.Perangkat Desa bertugas
membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa
menyebutkan Perangkat Desa terdiri dari:
a. SekretarisDesa
Sekretaris Desa dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Pasal 25 Ayat (1) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan,
yaitu:
1) Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atausederajat;
2) Mempunyai pengetahuan tentang teknispemerintahan;
3) Mempunyai kemampuan di bidang administrasiperkantoran;
4) Mempunyai pengalaman administrasi keuangan dan bidang perencanaan;
5) Memahami sosial budaya masyarakat setempat;dan
6) Bersedia tinggal di desa yangbersangkutan.
b. Perangkat Desalainnya
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 26 Ayat (1), menyebutkan
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Desa lainnya diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun Perangkat Desa lainnya menurut
Page 86
67
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 terdiri dari:
1) SekretarisDesa
Sekretaris Desa mempunyai tugas membantu Kepala Desa di bidang
pembinaan administrasi dan pemberian pelayanan teknis administrasi
kepada seluruh perangkat Pemerintah Desa.
2) Pelaksana Teknis Lapangan
Pelaksana teknis lapangan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Pasal 202 Ayat (2) itu seperti kepala urusan.
3) UnsurKewilayahan
Unsur wilayah adalah unsur pembantu Kepala Desa di wilayah bagian desa
yang disebut kepala dusun atau dengan sebutan lain. Kepala dusun
mempunyai tugas membantu melaksanakan tugas-tugas operasional
Kepala Desa di dalam wilayah kerjanya sesuaidengan ketentuan yang
berlaku. Untuk melaksanakan tugas tersebut kepala dusun
mempunyaifungsi:
a) Membantu pelaksanaan tugas KepalaDesa.
b) Pelaksana kegiatan pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan
serta ketenteraman dan ketertiban dimasyarakat.
c) Pelaksana keputusan desa di wilayahkerjanya
d) Pelaksana kebijakan KepalaDesa
e) Membina dan meningkatkan swadaya gotong-royong.
f) elaksana kegiatan penyuluhan programpemerintah.
g) Pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh KepalaDesa.
Page 87
68
3. Badan PermusyawaratanDesa
Badan Permusyawaratan Desa dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 adalah sebutan nama Lembaga Perwakilan Desa sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Badan Permusyawaratan Desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pasal 209 berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Anggota badan ini adalah
wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah
dan mufakat dengan masa jabatan enam Tahun dan dapat dipilih kembali untuk
satu masa jabatan berikutnya. Syarat dan tata cara penetapan anggota dan
pimpinan Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam Peraturan Daerah yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Badan Permusyawaratan Desa atau dengan sebutan lain, yang selanjutnya disebut
BPD dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Jumlah
anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan berdasarkan jumlah ganjil,
paling sedikit lima orang dan paling banyak sebelas orang, dengan memperhatikan
luas, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangandesa. Fungsi dan wewenang
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) diatur dalam Perda Kabupaten masing-
masing.Adapun wewenang BPD dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor
72 adalah sebagai berikut.
Page 88
69
a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama KepalaDesa.
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
peraturan KepalaDesa.
c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian KepalaDesa.
d. Membentuk panitia Pemilihan KepalaDesa.
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasimasyarakat.
f. Menyusun tata tertibBPD.
Hak dan kewajiban Badan Permusyawaratan Desa di tiap-tiap kabupaten di
seluruh Indonesia kemungkinan tidak sama persis. Adapun yang menjadi hak
Badan Permusyawaratan Desa adalah Meminta keterangan kepada Pemerintah
Desa, dan Menyatakan pendapat. Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
memiliki hak, diantaranya yaitu:
a. Mengajukan rancangan PeraturanDesa.
b. Mengajukanpertanyaan.
c. Menyampaikan usul dan pendapat.
d. Memilih dan dipilih
e. Memperolehtunjangan.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki kewajiban sebagai
berikut:
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan
perundang-undangan.
Page 89
70
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Desa.
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan RepublikIndonesia.
d. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklajuti aspirasi
masyarakat.
e. Memproses Pemilihan KepalaDesa.
f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok
dangolongan.
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat.
h. Menjaga nama dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.
(Sumber: Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015)
2.7. Pemilhan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa
2.7.1. Landasan Hukum Pilkades
Pemilihan kepala desa khususnya di Desa Natar mengacu pada pasal 46 dan 53
Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2005 tentang desa menyatakan bahwa Kepala
Desa dipilih secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Ketentuan
lebih lanjut mengenai Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantkan,
dan Pemberhentian Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
2.7.2. Persiapan Pemilihan Kepala Desa
BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa
jabatan kepala desa secara tetulis 6 (enam) bulan sebelum masa jabatan; BPD
Page 90
71
memproses pemilihan kepala desa; paling lama 4 (empat) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan kepala desa; 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa
jabatan, kepala desa menyampaikan laporan akhir masa jabatan kepada Bupati
melauli Camat dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada
BPD.
2.7.3. Panitia Pemilihan
BPD membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa yang keanggotaannya terdiri
dari:
a. Unsur Perangkat Desa;
b. Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa;
c. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama.
Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan BPD dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat, Panitia
Pemilihan Kepala Desa mempunyai tugas dan wewenang:
a. Mengumumkan rencana pemilihan kepala desa;
b. Melakukan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa sesuai
persyaratan yang telah ditentukan;
c. Menerima pendaftaran dan kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon
kepala desa;
d. Melakukan penelitian dan pemeriksaan identitas bakal calon kepala desa
berdasarkan ketentuan yang berlaku;
e. Menetapkan jadwal pelaksanaan pemilihan setelah dikoordinasikan dengan
BPD;
Page 91
72
f. Melaksanakan pendaftaran pemilih dan menetapkan jumlah pemilih;
g. Mengajukan rencana biaya pemilihan kepala desa;
h. Menetapkan tempat, jadwal, tata tertib dan mekanisme kampanye bagi calon
kepala desa;
i. Mengumumkan calon kepala desa yang berhak dipilih dan daftar pemilih;
j. Melaksanakan pemungutan suara pemilihan kepala desa;
k. Melaporkan dan menyampaikan hasil pelaksanaan pemilihan kepala desa
disertai berita acara jalannya pemungutan suara dan berita acara penghitungan
suara kepada BPD untuk ditetapkan dengan keputusan BPD.
2.7.4. Hak Memilih Dan Dipilih
Yang berhak memilih Kepala Desa adalah Penduduk Desa Warga Negara
Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan (Pasal 7) :
a. Terdaftar sebagai penduduk desa setempat secara sah sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan dengan tidak terputus-putus yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan dari Kepala Desa atau pejabat
yang berwenang;
b. Sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah;
c. Tidak sedang menjalani hukuman pidana berdasarkan putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
d. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan kekuatan hukum tetap;
e. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa / ingatannya.
Page 92
73
Yang berhak mendaftar dan dipilih sebagai Kepala Desa adalah penduduk desa
warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta Pemerintah;
c. Berpendidikan paling rendah tamah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
dan/atau sederajat;
d. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 55 tahun;
e. Pada saat pendaftaran, terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal
didesa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun berturut-turut,
kecuali bagi putra desa;
f. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian setempat/berkelakuan
baik dibuktikan dengan keterangan dari kepala desa;
g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan
hukuman paling singkat 5 (lima) tahun;
h. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dari dokter
pemerintah setempat;
i. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa 2 (dua) kali masa jabatan;
j. Mengenal dan dikenal masyarakat, dengan dibuktikan bertempat tinggal di
desa setempat paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa terputus;
Bagi para Pegawai Negeri Sipil dan Anggota TNI/POLRI yang mencalonkan diri
sebagai Kepala Desa harus mendapatkan persetujuan dari atasan langsung atau
pejabat yang berwenang. Bagi Kepala Desa yang masih menjabat dan
Page 93
74
mencalonkan kembali harus mendapat ijin cuti dari Bupati. Bagi perangkat desa
yang masih menjabat harus mengajukan cuti kepada kepala desa sejak
mendaftarkan sampai dengan perhitungan suara selesai. Bagi putra desa yang
terpilih dan dan ditetapkan menjadi kepala desa, maka terhitung mulai tanggal
pelantikan harus bertempat tinggal didesa yang bersangkutan.
Sementara yang berhak memilih adalah Penduduk desa yang telah memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud pada pasal 7 didaftar atau mendaftarkan diri sebagai
pemilih. Pendaftaran pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Petugas Pendaftaran Pemilih secara terbuka dengan membuktikan identitas
diri. Setiap penduduk yang telah terdaftar sebagai pemilih wajib hadir
memberikan hak suaranya dan tidak boleh diwakilkan kepada orang lain.
2.7.5. Pencalonan Kepala Desa
Panitia pemilihan kepala desa menetapkan Tata Cara Penjaringan dan
Penyaringan Bakal Calon Kepala Desa. Permohonan pencalonan Kepala Desa
diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui panitia pemilihan kepala desa
dilampiri persyaratan.
Penjaringan bakal calon kepala desa berlangsung selama 15 (lima belas) hari.
Penjaringan menghasilkan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang bakal calon kepala
desa. Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari belum dapat dijaring bakal calon
kepala desa sebanyak 2 (dua) orang, maka masa penjaringan diperpanjang 15
(lima belas) hari lagi Dalam hal sampai dengan perpanjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) belum ada 2 (dua) orang bakal calon, maka penjaringan
bakal calon kepala desa ditunda paling lama 3 (tiga) bulan.
Page 94
75
Panitia Pemilihan mengadakan penelitian persyaratan administrasi bakal calon
kepala desa. Bakal calon kepala desa yang memenuhi persyaratan administrasi
diumumkan secara terbuka oleh penitia pemilihan. Panitia pemilihan mengadakan
ujian penyaringan bakal calon kepala desa yang memenuhi persyaratan. Bakal
Calon yang dinyatakan lulus penyaringan, ditetapkan sebagai calon kepala desa
yang berhak dipilih, dan diumumkan di tempat-tempat yang mudah diketahui oleh
masyarkat umum.
Pennyaringan bakal calon kepala desa dilakukan oleh Tim Uji Kelayakan
Kabupaten baik secara tertulis maupun lisan. Materi penyaringan meliputi. Materi
dasar terdiri dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, materi pokok terdiri
dari pemerintahan desa, pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat,
pengetahuan umum yang dianggap perlu sesuai prospek dan potensi desa yang
bersangkutan.
Pelaksanaan penyaringan bakal calon kepala desa secara lisan/wawancara untuk
mengetahui motivasi, visi dan misi yang bersangkutan dalam membangun desa.
Untuk terjaminnya netralitas dalam ujian penyaringan, materi ujian dan
pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten. Seorang bakal calon
kepala desa dapat dinyatakan lulus apabila hasil ujian penyaringan telah
memenuhi standar nilai 6,0 (enam koma nol). Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah pelaksanaan ujian penyaringan, Pemerintah Kabupaten harus
menyampaikan hasil ujian penyaringan kepada panitia pemilihan kepala desa.
Page 95
76
Hasil penyaringan sebagaimana dituangkan dalam Keputusan yang ditandatangani
oleh ketua dan sekretaris Tim Uji Kelayakan Kabupaten, selanjutnya disampaikan
kepada Camat dengan tembusan kepada panitia pemilihan dan BPD desa
bersangkutan. Calon yang ditetapkan pada saat pemilihan apabila mengundurkan
diri atau meninggal dunia, tidak diperbolehkan adanya calon pengganti sepanjang
jumlah calon yang tersisa masih memenuhi syarat untuk dilaksanakannya
pemilihan kepala desa.
2.7.7 Kampanye Calon Kepala Desa
Calon kepala desa mengkampanyekan program kerjanya kepada masyarakat yang
pelaksanaannya diatur oleh panitia pemilihan. Panitia pemilihan menetapkan
tempat, mekanisme, sistem dan waktu pelaksanaan kampanye. Masa kampanye
ditetapkan selama-lamanya 7 (tujuh) hari. 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan
pemungutan suara masing-masing calon kepala desa dilarang melaksanakan
kampanye dalam bentuk apapun.Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan
pemilihan, panitia pemilihan memberitahukan kepada penduduk desa yang berhak
memilih dan mengadakan pengumuman ditempat-tempat yang mudah diketahui
masyarakat umum tentang akan diadakan pemilihan kepala desa.
Setelah pemungutan suara selesai dilaksanakan, ketua penitia pemungutan
mengumumkan pelaksanaan pemungutan suara dan menanyakan kepada forum
rapat sah dan tidaknya pelaksanaan pemungutan suara. Dalam hal forum rapat
tidak mengajukan keberatan, maka ketua penitia pemilihan menyatakan bahwa
pelaksanaan pemungutan suara dianggap sah, dan dilanjutkan dengan proses
perhitungan suara. Dalam hal forum rapat mengajukan keberatan, proses
Page 96
77
perhitungan suara tetap dilanjutkan dan menyangkut keberatan diselesaikan oleh
panitia pengawas.
2.7.7 Penetapan Dan Pengesahan Calon Kepala Desa Terpilih
Setelah perhitungan suara selesai, panitia pemilihan menyusun dan membacakan
berita acara pemilihan. Berita acara pemilihan ditandatangani oleh Ketua Panitia
Pemilihan, saksi-saksi dan seluruh Calon Kepala Desa. Ketua panitia pemilihan
mengumumkan hasil pemilihan dan menyatakan sahnya pemilihan calon kepala
desa. Ketua panitia pemilihan menyampaikan laporan dan berita acara pemilihan
kepada BPD. BPD segera menyampaikan Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih
kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.
Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengesahan, Pengangkatan Kepala
Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya
penyampaian hasil pemilihan dari BPD melalui camat.
2.7.8 Pelantikan Kepala Desa Terpilih
Paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan Keputusan Bupati
tentang pengesahan kepala desa terpilih, kepala desa terpilih segera dilantik oleh
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. Pelantikan kepala desa dapat dilaksanakan di
desa yang bersangkutan dihadapan masyarakat atau ditempat lain atas persetujuan
bersama. Sebelum memangku jabatannya, kepala desa mengucapkan sumpah/
janji. Setelah mengucapkan sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati, kepala desa
yang bersangkutan segera melaksanakan serah terima jabatan. Masa jabatan
kepala desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat
dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Page 97
78
2.7.9 Pemberhentian Kepala Desa
Kepala desa yang melalaikan tugas, wewenang dan kewajibannya serta melanggar
larangan, sehingga merugikan kepentingan negara, pemerintah, pemerintah
daerah, pemerintah desa dan masyarakat atau melakukan perbuatan melawan
hukum dan/atau norma-norma yang berkembang di desa yang bersangkutan
dikenakan tindakan administratif berupa teguran, pemberhentian sementara, dan/
atau pemberhentian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
setelah melalui pemeriksaan oleh tim Penyelesaian Permasalahan Pemerintahan
Desa Kabupaten.
Kepala desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD
apabila:
a. Dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
sesingkat-singkatnya 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang
belum memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. Berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana
terorisme, maker atau tindak pidana terhadap keamanan Negara;
2.7.10 Pengangkatan Penjabat Kepala Desa
Pengangkatan Penjabat Kepala Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas
usul Camat. Sesuai berita acara rapat BPD dan berasal dari perangkat desa atau
staf kecamatan setempat. Tugas, wewenang dan kewajiban penjabat kepala desa
adalah sama dengan tugas, wewenang dan kewajiban kepala desa definitif. Masa
jabatan penjabat kepala desa paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal penetapan
atau sampai terpilihnya kepala desa definitif.
Page 98
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang diandalkan pada analisis dan
konstruksi.Analisis dan kontruksi dilakukan secara metodologis, sistematis dan
konsisten. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan kebenaran sebagai sebagai
salah satu manifestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang dihadapinya
dalam kehidupan (Soekanto, 2013). Penelitian ini mengungkapkan suatu
fenomena sosial yang akan dilakukan sesuai dengan cara kerja yang teratur dan
telah melalui pemikiran yang matang dan sistematis untuk memudahkan
penelitian dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Pada penelitian kualitatif deskriptif, data yang dikumpulkan umumnya
berbentuk kata-kata, gambar, dan kebanyakan bukan berbentuk angka.Data
dimaksud meliputi transkrip wawancara, catatan dilapangan, foto-foto, dan
dokumen pribadi.Termasuk di dalamnya deskripsi mengenai situasi wilayah
penelitian. Sebagaimana yang menjadi corak dari penelitian kualitatif deskriptif,
bahwa penelitian kualitatif tidak hanya menetapkan penelitiannya hanya
berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang
Page 99
80
meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis dengan objek yang diteliti.
Dalam proses penelitian kualitatif, data yang didapatkan berisikan catatan tentang
perilaku dan keadaan individu secara keseluruhan. Penelitian kualitatif
menunjukkan pada prosedur riset yang menghasilkan data kualitatif, ungkapan
atau catatan orang itu sendiri atau tingkah lakunya, peneliti akan melakukan
penelitian dengan peungpulan fakta secara mendalam mengenai tindakan
persekusi yang terjadi di dalam masyarakat di desa Natar kecamatan Natar
kabupaten Lampumg Selatan provinsi Lampung.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan, Lampung. Alasan peneliti mengambil tempat tersebut karena di desa
Natar pernah terjadi fenomena sosial yang menyinggung soal tindakan Persekusi
saat terjadinya pemilihan Kepala Desa, yang menyebabkan konflik sosial dan
penyimpangan norma-norma sosial. Waktu penelitian disesuaikan dengan proses
waktu penggarapan proposal dan dengan himbauan dosen pembimbing.
3.3. Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif gejala bersifat holistic atau menyeluruh dan tidak
dapat dipisah-pisahkan sehingga peneliti tidak akan menetapkan penelitian hanya
berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan fenomena sosial yang diteliti
yang meliputi aspek tempat (place) yaitu desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung, pelaku (actor) yaitu warga masyarakat desa Natar
Page 100
81
yang menjadi bagian hak pilih dalam pemilihan kepala desa dan aktifitas (activity)
yaitu kegiatan atau aktivitas dalam masyarakat.
Fokus penelitian mempunyai makna batasan penelitian, karena dalam lapangan
penelitian banyak gejala yang meyangkut tempat, pelaku, dan aktifitas, namun
tidak semua tempat, pelaku dan aktifitas akan diteliti semua. Menentukan fokus
lebih diarahkan pada tingkat kebaharuan informasi yang akan diperoleh dari
situasi sosial (lapangan) untukmembatasi penelitian guna memilih mana data yang
relevan dan yang tidak relevan, agar tidak dimasukkan kedalam sejumlah data
yang sedang dikumpulkan. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada:
1. Seberapa jauh warga di desa Natar akan adanya tindakan Persekusi
2. Bentuk fenomena Persekusi yang pernah di alami masyarakat desa Natar
3. Faktor-faktor pendukung terjadinya Persekusi yang terjadi di desa Natar
dalam Pemilhan Kepala Desa
3.3.1. Konsep Dasar Persekusi
Persekusi bisa dikatakan sebagai suatu konflik sosial yang terjadi di masyarakat
dikarenakan suatu perbedaan yang mendasar pada tiap-tiap individu sebagai
pemicu terjadinya suatu konflik. Perbedaan ini disertai oleh cara pandang setiap
individu yang berbeda serta cara mengolah sebuah informasi yang didukung oleh
perbuatan provokatif yang menjadi andil untuk melakukan tindakan tersebut.
Didalam tindakan persekusi, biasanya pelaku Persekusi akan melakukan
Intimidasi, Pengancaman secara fisik, serta menggangu kenyaman korban
persekusi. Maka persekusi adalah wadah tindakan pidana yaitu kekerasan,
intimidasi dan ancaman.
Page 101
82
3.3.2. Faktor-faktor Pendukung Persekusi
1. Pendidikan
Pendidikan di dasarkan pada sejauh mana pendidikan yang pernah di tempuh.
Ada beberapa perihal mengenai pendidikan sebagai faktor pendukung
persekusi. Sejauh mana pengetahuan kita terhadap sistem bermasyarakat,
sosial, norma-norma di masyarakat dan pengetahuan tentang lingkungan
sekitarnya. Dalam masayarakat misalnya, seseorang dapat melihat
lingkungannya dan apa yang terjadi di dalam masyarakat sekitar tentang
fenomena apa yang terjadi di dalam masyarakat belakangan ini. Di desa
Natar fenomena yang terjadi di tahun 2014 adalah persekusi, yaitu bentuk-
bentuk persekusi. Bentuk-bentuk persekusi dalam masyarakat desa Natar
yaitu, pemaksaan, perampasan hak-hak pilih, serta penyebaran isu-isu negatif
yang di tujukan kepada calon kandidat kepala desa.
Jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan rata-rata masyarakat di desa Natar
yang mayoritas adalah SMP atau sederajat yang mana itu menjadi sebuah
tolak ukur pengetahuan atau wawasan tentang norma-norma masyarakat yang
berlaku di desa Natar, yang lisan atau berbentuk peraturan tertulis. Apalagi
jika kita kaitkan dengan adat istiadat yang sudah sedikit luntur di desa Natar,
yaitu adat Lampung. Seharusnya bentuk-bentuk persekusi ini bisa di
minimalisir dengan kuatnya adat istiadat sebagai benteng dari pola prilaku
menyimpang.
Page 102
83
2. Ekonomi
Faktor ekonomi di dasarkan pada taraf kehidupan, mampu dalam segi
finansial atau tidak. Tetapi tidak selalu diukur dengan banyaknya materi
berupa uang. Bisa kita ukur dari harta dan benda, atau luas wilayah pertainian
yang dimiliki dan lain-lain. Ekonomi yang rendah juga bisa menjadi suatu
faktor pemicu dari tindakan persekusi. Di desa Natar angka Angktan Belum
Kerja adalah sebanyak 952 jiwa (Tahun 2015), di dalam jumlah tersebut di
bagi menjadi beberapa tingkatan yaitu masih bersekolah, balita, belum
bekerja dan lanjut usia. Pada fenomena persekusi yang terjadi, masyarakat di
picu oleh perebutan kekuasaan, yang memiliki harta banyak bertindak
sewenang wenang, bukan sewenang-wenang dalam arti bertindak sesukanya,
tapi dengan tindakan tindakan yang melanggar norma-norma sosial.
Mengapa faktor ekonomi menjadi pemicu terjadinya bentuk-bentuk persekusi
? pada dasarnya masyarakat lebih mengedepankan prospek masa depan desa
mereka, sehingga mereka melupakan norma-norma yang berlaku. Memihak
kepada kandidat yang lebih kuat secara finansial, materi dan kekuasaan. Dan
menggunakan bentuk-bentuk persekusi sebagai perlawanan terhadap kandidat
calon kepala desa yang lain.
3. Sosial Budaya
Perubahan Lingkungan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi
dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat
keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi
Page 103
84
upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya
perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara
cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan
keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
konflik sosial. Namun di desa Natar yang masih menyandang status desa,
tetapi desa ini berada di tepian kota Bandar Lampung sehingga lingkungan
yang mengikuti perkembangan kota.
Perubahan lingkungan dari luar berakibat pada pergeseran-pergeseran norma
yang berlaku di desa. Pengaruh dari kota terbawa hingga sampai ke desa,
dimana hal tersebut dapat menjadi faktor pemicu terjadinya persekusi. Di
desa Natar juga terdapat adat istiadat, yaitu adat istiadat Lampung. Yang
berisi tentang keberagaman cara bermasyarakat. Musyawarah, gotong
royong, pernikahan dan lain-lain di atur oleh adat istiadat Lampung. Dahulu
kala pemilihan kepala desa, di musyawarahkan oleh tetua tetua adat setempat.
Tapi seiring bejalannya waktu, aturan ini tidak terpakai. Sudah lebih modern,
hanya di lakukan pemilihan langsung oleh rakyat desa tersebut.
3.3.3. Orientasi Masyarakat Terhadap Persekusi
Persekusi di lingkungan desa Natar adalah hal yang baru, sebab terminologi
tentang persekusi baru banyak di ketahui oleh sebagian masyarakat luas adalah di
tahun 2017. Faktor-faktor mengenai persekusi sebelumnya tidak di ketahui oleh
masyarakat, bentuk-bentuk persekusi seperti pemaksaan hak pilih,
penyalahgunaan isu isu dan sebagainya. Masyararakat yang mengalami atau
Page 104
85
mengetahui tentang terjadinya persekusi di desa mereka hanya sedikit atau
sebagian saja. Sebab masih banyak masyarakat belum mengetahui apa itu
persekusi dan bagaimana persekusi terjadi. Dengan di adakannya penelitian ini,
peneliti ingin menyampaikan bentuk-bentuk persekusi yang ada, member faktor-
faktor apa saja yang menjadi penyebab persekusi dan sebarapa jauh pengetahuan
masyarakat yang telah mengalami tindakan persekusi atau melihat tindakan
persekusi itu terjadi di lingkungan masyarakat desa Natar, Kecamatan Natar,
Lampung Selatan, Lampung.
3.4. Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian. Menurut Faisal (dalam Sudarwan, 2002), agar
memperoleh informasi yang lebih terbukti, terdapat beberapa kriteria yang perlu
dipertimbangkan antara lain:
1. Subjek yang lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau aktifitas yang
menjadi sasaran atau perhatian penelitian.
2. Subjek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau
kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.
3. Subjek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu, dan
kesempatan untuk dimintai keterangan.
4. Subjek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat perlakuan yang
mengetahui kejadian tersebut.
Page 105
86
Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih kategori tersebut karena peneliti ingin
menggalli lebih dalam tentang fenomena bentuk-bentuk persekusi di masyarakat
dalam raung lingkup desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Informan berjumlah empat orang:
a. ZN, Wiraswsta 53 Tahun
b. AP, Buruh 32 Tahun
c. DK, Mahasiswa 20 Tahun
d. KR, Guru 55 Tahun
3.4.1. Aspek Dasar Pemilihan Informan
Informan pada penelitian ini di dasarkan pada aspek :
1. Domisili
Pada keempat informan yang di pilih sebagai informan adalah masyarakat
yang bertempat tinggal di desa Natar, yang mempunyai hak pilih dalam setiap
pemilihan Kepala Negara, Kepala Daerah, dan Kepala Desa.
2. Kelompok Umur
Informan yang di pilih dalam penelitian ini diambil dari kelompok umur dari
17-60 tahun. Dikarenakan pada tenggang pada umur tersebut manusia dapat
dikatakana dalam masa produktif, atau sehat secara jasmani.
3. Penduduk asli
Penduduk asli dalam artian disini adalah penduduk atau masyarakat yang telah
mendiami desa Natar dalam kurun waktu sekurang-kurangnya lima tahun.
Dikarenakan pemilihan kepala desa sebelumnya di laksanakan pada lima
tahun yang lalu.
Page 106
87
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti melalui berbagai cara, yaitu:
3.5.1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
persoalan tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau
lebih saling bertatap muka. Metode wawancara mendalam ini digunakan untuk
mendapatkan keterangan-keterangan secara mendalam dari permasalahan yang
dikemukakan.Menggunakan metode wawancara ini peneliti berharap mendapat
gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan menganalisis data selanjutnya.
Wawancara mendalam akan dilakukan dengan pedoman wawancara. Hal ini
dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dapat terarah, tanpa
mengurangi kebebasan dalam menggembangkan pertanyaan, serta suasana tetap
terjaga agar kesan dialogis informan nampak. Mewawancarai beberapa warga
desa Natar saat proses wawancara berlangsung.
3.5.2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian, fokus
perhatian paling penting adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat
makna atas suatu kejadian atau fenomena yang akan diteliti. Observasi yang akan
dilakukan peneliti yaitu observasi partisipan yang mana peneliti ikut mengambil
bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi.
3.5.3. Studi Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan mencari informasi dalam bentuk visual atau foto
yang berhubungan dengan penelitian.
Page 107
88
3.5.4. Studi Pustaka
Teknik ini dilakukan dengan mecari literatur atau buku-buku bacaan yang
mengandung teori, keterangan atau laporan yang berhubungan dengan penelitian
ini.
3.6. Teknik Analisis Data
Nawawi dan Mimi Martini (1994) mengemukakan bahwa tujuan analisa data,
adalah untuk menjelaskan, mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil penelitian
dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti
(dalam Sudarwan, 2002).
Dari definisi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
analisis data adalah suatu usaha untuk mengkaji ulang dari hasil yang telah
dilakukan kategori sehingga bisa dijadikan pola yang memiliki relevensi dengan
teori-teori yang dilakukan dalam penelitian, yang kemudian ditentukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
3.6.1 Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan
penelitian sebenarnya atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk
mengumpulkan data di lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil dari studi
pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian.
Page 108
89
3.6.2 Analisis Selama dan Setelah di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.Pada
saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari
informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel. Aktivitas dalam analisis data
kualitatif ada tiga, yaitu :
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data menurut Usman dan Purnomo
Setiyadi (1995:85-89), dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian serta penyederhanaan,
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Jika
dalam penelitian kualitatif terdapat data yang bersifat kuantitatif dalam
bentuk angka-angka jangan dipisahkan dari kata-katanya secara kontekstual,
sehingga tidak mengurangi maknanya.Setelah data atau laporan terkumpul
dan semakin banyak, maka data tersebut perlu direduksi yaitu dengan
memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.
2. Penyajian Data
Adalah kegiatan penyajian sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif
yang dibantu dengan matrik, grafik, jaringan, tabel, dan bagan yang bertujuan
mempertajam pemahaman peneliti terhadap informasi yang diperoleh.Data
yang semakin bertumpuk-tumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran
secara menyeluruh. Oleh sebab itu diperlukan display data. Display data
Page 109
90
menyajikan data dalam bentuk matrix, network, chart atau graphic, dan
sebagainya. Peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan
setumpuk data.
3. Penarikan Kesimpulan
Adalah mencari arti, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur
sebab akibat, dan proposisi.Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat
dengan melakukan verifikasi berupa tujuan ulang pada catatan-catatan
lapangan sehingga data-data yang ada telah diuji validasinya.Untuk mencari
makna yang telah diperoleh, maka peneliti berusaha mencari model, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan
sebagainya.Jadi dari data yang didapatkan, peneliti mencoba untuk
mengambil kesimpulan.Mula-mula kesimpulan tersebut kabur, tetapi lama
kelamaan semakin jelas karena data mendukung. Verifikasi dapat dilakukan
dengan singkat dengan cara mengumpulkan data baru.Dalam suatu laporan
penelitian kualitatif, dapat dikatakan ilmiah jika persyaratan validitas,
reliabilitas, dan objektivitasnya terpenuhi. Agar persyaratan tersebut dapat
terpenuhi, maka beberapa usaha yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kredibilitas
1) Waktu yang digunakan peneliti harus cukup lama pengamatan terus-
menerus
2) Mengadakan triangulasi yaitu memeriksa kebenaran data yang telah
diperolehnya kepada pihak-pihak lainnya yang dapat dipercaya
3) Mendiskusikan dengan teman seprofesi
Page 110
91
4) Menganalisis kasus negatif, yaitu kasus-kasus yang bertentangan
dengan hasil penelitiannya pada saat-saat tertentu.
5) Menggunakan alat-alat bantu dalam mengumpulkan data seperti tape,
recorder, camera, video dan sebagainya
6) Menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali informasi
responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau
mengumpulkan sejumlah informan untuk dimintai pendapatnya
tentang data yang telah dikumpulkan.
b. Transferabilitas
Transferabilitas adalah apabila hasil penelitian kualitatif itu telah dapat
digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya.
Transferabilitas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan penelitian
dibeberapa lokasi.
c. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Dependabilitas ialah apabila hasil penelitian memberikan hasil yang
sama dengan penelitian yang diulangi oleh pihak lain. Namun dalam
penelitian kualitatif, hasil penelitian sukar untuk diulangi oleh pihak
lainnya karena desainnya yang emergent, lahir selama penelitian
berlangsung. Untuk membuat penelitian kualitatif memenuhi
dependebilitas, maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas yang
dilakukan bersama pembimbing.
Page 111
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Singkat Desa Natar
Berdasarkan keterangan yang didapat dari tokoh masyarakat serta
peninggalan dokumen yang ada, Desa Natar dibuka Tahun 1803 oleh tiga
orang bersaudara yaitu :
a. Ratu Pengikhan Dulu Kuning
b. Lanang Batin
c. Tuan Raja Lama
Ketiganya berasal dari salah satu keturunan Ratu Balau yang sebelumnya
semasa Ratu Balau sedang jaya adalah berwilayah di Bukit Singgalang yang
sekarang Bukit dekat daerah Way Lunik antara Teluk Betung Panjang. Pada
kisaran tahun 1801 masuklah pemerintahan jajahan Belanda ke daerah
Lampung, salah satunya menginginkan menguasai Keratuan Balau, tapi
semua keturunan dan ahli warisnya tidak ingin di jajah Belanda semasa itu
terpaksa meninggalkan wilayah tersebut karena tidak mungkin mampu
mengadakan perlawanan. Maka dari keturunan tersebut di atas sebagaian
pindah menetap di Desa Kedamaian dan sebagian lagi berada di Natar.
Adapun nama Natar diberi atas persetujuan tiga bersaudara tersebut, karena
Page 112
93
semasa akan menetap dicari di sana sini, terdapatlah tanah yang rata antara
stasiun PJKA dan Way Rumbai sekarang, maka dalam bahasa daerah
disebut Datar atau Natar. Dalam peresmiannya dilaksanakan menurut
perkiraan sekitar tahun 1811 yang dihadiri semua penyimbang-penyimbang
yang dalam adat Pepadun yaitu Pubian Teluk suku, untuk penghormatannya.
Maka Ratu Pengikhan Dulu Kuning, Lanang Batin, dan Tuan Raja Lama
beserta semua ahli warisnya memotong kerbau sebanyak 41 ekor.
Beberapa buay (marga) lain yang berjasa pada pembukaan desa Natar
adalah sebagai berikut :
a. Buay Kuning Balau
b. Buay Kuning Balau Khulung Gedung
c. Buay Gunung Khulung Bujung
d. Buay Gunung Khulung Tanoh Bih
e. Buay Pemuka Pati
Kelimanya menyimpulkan pantun Tiuh Adat yaitu: “Daom bahasa kemala
lain sai tali nanggai jemaja bintang lima sepakai jakni pesai’’ pada 1917
pemerintah belanda membuat jalan kereta api dalam jalur wilayahnya
memberlah desa Natar, maka pada tahun itu pula bergeserlah desa Natar ke
desa yang sekarang. Pada ketentuan desa Natar adalah Bandar Natar dan
pada kira-kira tahun 1925 berubah menjadi distrik IV Natar. Dan pada 1945
berubah menjadi Asisten Widana natar. Pada tahun 1960 berubah menjadi
Kecamatan Natar. Untuk membangun kantor camat di bangun di desa
Page 113
94
Merak Batin karena ada tanah bekas asing. Jika dilihat dari data diatas jelas
desa Natar adalah desa yang tertua diantara desa dalam wilayah kota
kecamatan natar.
Menurut sejarah kepamongan desa Natar telah 18 (delapan belas) kali
pergantian kepala desa yaitu:
1. Tahun 1901 - 1903 dijabat oleh pangeran Dulu Kuning
2. Tahun 1903 - 1905 dijabat oleh Dalem Mak Isah
3. Tahun 1905 -1910 dijabat oleh Kepala Hukum
4. Tahun 1910 - 1915 dijabat oleh Tuan Raja
5. Tahun 1915 - 1917 dijabat oleh St. Lanang
6. Tahun 1917 - 1926 dijabat oleh Kep. Sangtfn Ratu
7. Tahun 1926 - 1928 dijabat oleh Tuan Raja
8. Tahun 1928 - 1935 dijabat oleh Kep.Sangon Ratu
9. Tahun 1935 - 1944 dijabat oleh Pangeran Bandar
10. Tahun 1944 - 1948 dijabat oleh St.Ratu Sebujung
11. Tahun 1948 - 1961 dijabat oleh IIyas St.Ratu Hukum
12. Tahun 1961-1964 dijabat oleh Wagimun
13. Tahun 1964 - 1977 dijabat oleh Sukur St.Ngemum
14. Tahun 1977-1979 dijabat oleh A.Razak St.Niti Hukum
15. Tahun 1979 - 1984 dijabat oleh Radiman
16. Tahun 1984 - 2002 dijabat oleh Hi.Yakub.AD.St. Haji
17. Tahun 2002 - 2007 dijabat oleh Suparyono . A.
18. Tahun 2007 - 2013 M.Arif,S.pdi. St. Perwira
Page 114
95
19. Tahun 2014 – sampai saat ini dijabat oleh Edi Swaspodo
(Sumber: Monografi Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan ).
4.2. Batas Wilayah Desa Natar
Batas wilayah desa adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan desa Merak Batin
2. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Pemanggilan
3. Sebelah barat berbbatasan dengan desa Negri sakti - Negara Ratu
4. Sebelah timur berbatasan dengan desa Merak Batin – Sidosari
(Sumber: Monografi Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan).
4.3. Luas Wilayah Desa Natar
Luas wilayah desa Natar adalah sebagai berikut:
1. Pemukiman 24,63 ha
2. Pertanian Sawah tadah hujan 244,01 ha
3. Ladang/tegalan 249 ha
4. Sekolah 3.215 ha
Dokumen RPJMDes harus menyesuaikan dengan RPMJDes kabupaten
Lampung Selatan agar pembangunan di kabupaten bisa berjalan serasi
antara desa dan kabupaten. Sebagai bahan usulan program desa yang akan
Page 115
96
dijalankan melalui proses musenbangdes untuk menyusun APBD kabupaten
setiap anggaran.
4.4. Orbitasi Desa Natar
Orbitasi desa atau jarak tempuh desa Natar adalah sebagai berikut:
1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 0,5 km
2. Lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan : 0,15 jam
3. Jarak ke ibukota kabupaten : 90 km
4. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten : 2-3 jam
4.5. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan adalah 3172 jiwa yang terdiri dari 684 Kepala Keluarga (KK).
1. Mata Pencaharian Penduduk
Untuk mengetahui mata pencaharian penduduk di Desa Natar Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung selatan dapat dilihat dari table berikut:
Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Natar Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)
1 Angkatan Belum Kerja 952
2 Petani/Penggarap Kebun/Ladang 1322
3 Pedagang 354
4 Wiraswasta 220
5 PNS/TNI/POLRI 45
6 Peternak 249
Jumlah 3172 Sumber: Monografi Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selata
Tahun 2015
Page 116
97
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian
penduduk desa Natar bekerja sebagai Petani/Penggarap Kebun/Ladang
dengan jumlah 1322 orang dan mata pencaharian penduduk paling sedikit
adalah PNS/TNI/POLRI sebanyak 45 orang. angkatan belum kerja (usia
sekolah dan usia lanjut usia) mencapai 952 orang.
2. Tingkat Pendidikan Penduduk
Untuk mengetahui latar belakang pendidikan penduduk di Desa Natar
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Natar Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 Prasekolah 697
2 Tidak tamat SD 368
3 SD atau sederajat 498
4 SLTP atau sederajat 875
5 SLTA atau sederajat 674
6 Diploma/Sarjana 60
Jumlah 3172
Sumber: Monografi Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas latar belakang
pendididkan penduduk di Desa Natar KEcamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan adalah tamatan SMP atau sederajat dengan jumlah 875
orang, sedangkan latar belakang pendididkan penduduk yang paling sedikit
adalah pendidikan Diploma/Sarjana sebanyak 60 orang.
Page 117
98
3. Latar Belakang Usia Penduduk
Latar belakang penduduk menurut kelompok umur di desa Natar.
Tabel 3. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Natar,
Tahun 2015
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)
1. 0-5 427
2. 6-17 529
3. 18-25 712
4. 26-60 923
5. ≥61 581
Jumlah 3172
Sumber Monografi Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2015
Page 118
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Faktor Sosio-Budaya Yang Mendukung
Terjadinya Tindakan Perseskusi, masih banyak pekerjaan rumah di Indonesia
tentang fenomena persekusi yang terjadi di masyarakat, khususnya di desa Natar,
tempat peneliti melakukan penelitiannya. Gesekan-gesekan yang terjadi di
masyarakat di karenakan beberapa faktor yang mendukung masyarakat melakukan
tindakan-tindakan diluar norma-norma sosial yang berlaku.
Dari segi pendidikan dirasa masih kurang merata di desa ini, selain pendidikan
formal, pendidikan infrormal pun masih dirasa kurang, kurangnya wawasan
masyarakat tentang politik, tentang demokrasi, tentang kedaulatan rakyat yang
harusnya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah desa, pemerintah kabupaten,
pemerintah provinsi dan pemerintah Negara dan segenap masyarakat di seluruh
Indonesia. Serta di dasari oleh ekonomi yang rendah yang memicu masyarakat
melakukan cara apapun agar bisa bertahan hidup termasuk dengan merampas hak-
hak orang lain, memaksa, intimidasi yang seharusnya tidak dilakukan. Dengan
dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila yang luhur dapat memberikan ketenangan
rohani dan jasmani. Pemecahan masalah yang tidak menggunakan musyawarah
agar mencapai mufakat sehingga menciptakan konflik tanpa penyelesaian. Tetapi
Page 119
116
peneliti menetapkan fenomena persekusi yang terjadi di desa Natar memiliki
beberapa faktor, yaitu Pendidikan, Ekonomi dan Lingkungan. Ketiga faktor
tersebut menjadi peran aktif. Pemerataan di bidang pendidkan dan ekonomi
sebagai solusi untuk mencapai desa yang maju dan menciptakan lingkungan yang
baik.
6.2. Saran
Fenomena persekusi yang terjadi di desan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung yang terjadi pada tahun 2014 disaat pemilihan kepala
desa menyisakan beberapa persoalan di desa tersebut yang menjadi tanggung
jawab bersama seluruh masyarakat desa Natar. Banyak upaya yang bisa dilakukan
untuk mencapai kemajuan desa Natar, misalnya dengan upaya memberikan
wawasan politik serta mengaktifkan lagi kegiatan masyarakat yang sudah mulai di
tinggalkan.
6.2.1. Memberikan Wawasan Politik
Wawasan politik sangatlah penting begi masyarakat awam, karena wawasan
berpolitik depan menjadi acuan masyrakat untuk berpolitik dengan cara baik dan
benar. Sebagian besar masyarakat di Desa Natar masih banyak yang tidak
mengetahui cara berpolitik dengan baik. Berpolitik disini diartikan sebagai
berpolitik sebagai masyarakat desa dengan menggunakan hak pilihnya,
demokrasi, bebas berpendapat, bebas dalam bereksperi serta bebas dalam
berdikari. Wawasan politik juga penting saat masyarakat dihadapi dengan
fenomena-fenomena di masyarakat seperti tindakan persekusi atau fenomena
pemicu konflik lainya. Wawasan politik bisa diberikan dengan cara kegiatan-
Page 120
117
kegiatan masyarakat, seperti sosialisasi tentang wawasan berpolitik dengan baik
dan benar sesuai aturan luhur.
6.2.2. Mengaktifkan Kemabali Kegiatan Sosial
Di desa Natar, kegiatan sosial sangat jarang dijumpai. Kegiatan seperti rembuk
desa, gotong royong, musyawarah dan lain-lain. Dengan mengaktifkan kembali
kegiatan sosial, maka dapat menjadi sarana penyatuan emosional antar masyarakat
dusun satu dan lainya, atau antar masyarakat lainya. Dengan begitu maka
masyarakat akan sangat erat dan bersatu, tidak ada rasa saling curiga serta iri dan
dengki. Dengan begitu maka dapat meminimalisir kegiatan negatif seperti
persekusi, sudah di bentengi dengan eratnya rasa persaudaraan di dalam
masyarakat.
Dalam rangka menyempurnakan hasil penelitian atau kesimpulan serta
mengoptimalkan penelitian Faktor-Faktor Sosio-Budaya Yang Mendukung
Terjadinya Persekusi maka dapar dirumuskan beberapa saran dalam penelitian ini
antara lain:
1. Bagi Masyarakat
Dapat menimbang lagi berbagai isu yang tersebar di masyarat, dapat mencari
kebenaranya terlebih dahulu sebelum menentukan benar atau salahnya suatu
fenomena yang terjadi. Berani terbuka dalam hal cara pandang dan pola piker
agar menjadi masyarakat yang berbudi pekerti.
Page 121
118
2. Bagi Pemerintah
Memeberikan penyuluhan kepada sestiap desa di Indonesia tentang wawasan
politik dan wawasan berdaulat serta demokrasi, agar tidak keliru di pahami
oleh masyarakat luas. Sehingga meminimalisir konflik seperti persekusi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan melakukan kajian-kajian lebih mendalam terkait dengan
persekusi atau kenflik di masyarakat yang sampai memicu adanya tindakan
persekusi, yang bisa dikaji melalui faktor pendidikan, ekonomi dan
lingkungan.
Page 122
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Beratha, I. N. 1982. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Masyarakat
Desa. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hikmat, Harry.Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:HUP.
M. Anwas,Oos. 2014.Pemberdayaan Masyarakat di Era Global.Bandung:Alfabeta.
Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa.
Sedarmayanti, 2002. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rajawali Press.
Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 2002. Pengantar Sosiologi. Rajawali Grafindo. Jakarta
Wrahatnala, Bondet, 2009. Untuk SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Perundang-undangan:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005 Tentang
Kelurahan
Koran :
Riyanto, Sigit, 2017, Persekusi, dalam Koran Kompas Juni 2017.
Situs/ Media Online :
SS Belajar. ( 2013, Maret ). Pengertian dan Bentuk Bentuk Kekerasan . Diakses
18 Januari 2018 http://www.ssbelajar.net/2012/03/kekerasan.html
Page 123
Belajarpsikologi. (2017,Februari) . Pengertian Persekusi dan Contoh Kasus.
Diakses 18 Januari 2018
https://www.kaskus.co.id/thread/59311b1ede2cf2a5578b456a/apa-itu-
persekusi-ini-penjelasannya-gan/
Media Indonesia. (2017, Mei). FAFEnet Meminta Pemerintah Indoseia
Mewaspadai Persekusi The Ahok Effect. Diakses 20 Januari 2018
http://mediaindonesia.com/read/detail/106529-safenet-meminta-
pemerintah-indonesia-mewaspadai-persekusi-the-ahok-effect
http://belajarpsikologi.com/pengertian-persekusi-dan-contoh-kasus-persekusi/
http://genggaminternet.com/pengertian-konflik-faktor-penyebabnya-dan-macam-
macamnya/
http://www.ilmudasar.com/2016/12/Pengertian-Penyebab-Bentuk-Dampak-
Konflik-Sosial-adalah.html
https://news.detik.com/berita/d-3518046/mengenal-tindakan-persekusi-dan-
ancaman-hukumannya
http://konitashabira.blogspot.co.id/2017/07/makalah-iv-persekusi-sebagai-
fenomena.html
http://artikel-az.com/pengertian-sosial-budaya/
Arsip Desa:
Monografi Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2013
Sejarah Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.