1
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA
LANJUT USIA DI DESA MEUNASAH BALEK
KECAMATAN KOTA MEUREUDU
KABUPATEN PIDIE JAYA
Oleh
Ns. Marlina. M.Kep. Sp. MB
Staf pengajar Universitas Syiah Kuala Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu
Keperawatan Banda Aceh
ABSTRAK
Lansia adalah anggota populasi yang berusia 65 tahun atau lebih, biasanya tahap dalam siklus ini
dimulai pada pertengahan usia 60-an atau lebih, terjadi kelemahan fisik dan mungkin juga kelemahan
mental.Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi
proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi fisik seseorang pada keadaan
semula, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali ada beberapa faktor
yang mempengaruhi tidur yaitu faktor stress, lingkungan, diet, obat, latihan fisik, penyakit dan gaya
hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa factor yang mempengaruhi tidur lansia di Desa
Meunasah Balek kecamatan Kota Meureudu kabupaten Pidie Jaya adalah penyakit yang menyertai
lansia yaitu sebanyak 19 ( 61,3 %) responden hal ini disebabkan banyaknya lansia yang mengalami
penyakit degenaratif yang menyebabkan lansia sulit untuk tidur, sehingga pelayanan kesehatan yang
diberikan untuk lansia harus memperhatikan penyakit penyerta yang mempengaruhi tidur lansia.
Latar Belakang
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi
secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup, tidak terkecuali juga
2
pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai.
Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu
berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur (Erfandi, 2008).
Menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Proses usia lanjut
merupakan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik dan psikososial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan mental secara khusus pada lanjut usia. (Nugroho, 2000)
Di Indonesia, pada kelompok usia lanjut, hanya 7% kasus yang mengeluh mengenai masalah
tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal yang sama dijumpai pada 22% kasus
kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok usia lanjut lebih banyak mengeluh terbangun
lebih awal dari pukul 05.00 pagi. Selain itu terdapat 30% kelompok usia 70 tahun banyak terbangun
di waktu malam hari. Angka ini 7 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20 tahun
(Nugroho, 2000).
Dari pendataan yang dilakukan sebelumnya terdapat 31 lanjut usia di Desa Menasah Balek, 15
orang (48,4%) usia lanjut (Elderly), 16 orang (51,6%) usia lanjut tua (Old). Dari 31 lanjut usia
tersebut hampir keseluruhannya masih bekerja sebagai petani. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan terhadap 10 orang lanjut usia yang berada di Desa Meunasah Balek rata-rata mereka
mengalami gangguan tidur. hal tersebut terjadi karena mereka merasa lingkungan tempat tinggal
mereka yang bising, diet kurang baik, sering mengkonsumsi obat-obatan, bekerja terlalu keras
(latihan fisik). Masalah ini terjadi karena kurang kepedulian anggota keluarga terhadap kesehatan
lansia. Sehingga menyebabkan lanjut usia didaerah tersebut mengalami berbagai permasalahan salah
satunya adalah masalah tidur (Data Bulan September 2010)
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur pada lanjut usia yang berada di Desa Meunasah Balek kecamatan
Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
2. Tujuan khusus
3
a. Untuk melihat faktor stress dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tidur lanjut usia
di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten .
b. Untuk melihat faktor lingkungan yang mempengaruhi tidur lanjut usia di Desa
Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
c. Untuk melihat faktor diet yang mempengaruhi tidur lanjut usia di Desa Meunasah
Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
d. Untuk melihat faktor obat-obatan dan substan lain yang mempengaruhi tidur lanjut
usia yang berada di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten
Pidie Jaya
e. Untuk melihat bagaimana latihan fisik yang dilakukan lanjut usia mempengaruhi
tidurnya di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
f. Untuk melihat faktor penyakit yang mempengaruhi tidur lanjut usia di Desa
Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
g. Untuk melihat faktor gaya hidup lansia yang mempengaruhi tidur nya di Desa Desa
Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
Definisi Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status keadaan yang
terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur merujuk kepada perubahan
status kesadaran individu dimana tingkat kesadaran individu menurun, aktivitas fisik yang
minimal dan secara umum melambatnya proses fisiologi tubuh. Tidur juga merupakan
sebuah proses alamiah, proses fisiologi yang terjadi pada makhluk hidup dan merupakan
proses pemulihan antar aktivitas. Oleh karena itu, tidur menjadi bagian penting pada siklus
kehidupan dan setiap gangguan yang terjadi pada saat tidur jelas akan berdampak pada
kesehatan Tidur juga dikatakan suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam
tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada
keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar
kembali (Andreas, 2009).
Fisiologi Tidur
4
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan mekanisme serebral
yang secara bergantian agar mengaktifkan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu
aktifitas oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang rnengatur tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk tidur (Bascom, 2009).
Menurut Gunawan (2001), pola tidur terbagi atas dua, yakni :
a. Pola tidur biasa (Non REM)
Pola tidur biasa Non – REM (Non Rapid Eye Morement). Pada keadaan ini, sebagian besar
organ tubuh berangsur – angsur menjadi kurang aktif, pernapasan teratur, otot mulai
berlelaksasi, mata dan muka diam tanpa gerak. Fase Non – REM berlangsung ± 1 jam, dan
pada fase ini biasanya orang masih bias mendengarkan suara disekitarnya, sehingga akan
mudah terbangun dari tidurnya.
b. Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye Morement). Pada fase ini,
akan terjadi gerakan – gerakan mata secara cepat, denyut jantung dan pernapasan yang naik
turun, sedangkan otot – otot mengalami pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi total
ini sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa lelah. Fase tidur
REM (fase tidur nyenyak) berlangsung selama ± 20 menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi
– mimpi, mengigau, atau bahkan mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsung selama
± 6-8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan Non - REM) terjadi secara bergantian
sebanyak 4 – 6 siklus. (Gunawan, 2001).
Ketika seorang tertidur biasanya melewati 4 hingga 6 siklus tidur yang penuh, tiap siklus
terdiri dari 4 tahap dari tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan satu periode dari tidur Rapid
Eye Movement (REM). Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju tahap 4 Non Rapid
Eye Movement (NREM), di ikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan periode dari
tidur Rapid Eye Movement (REM) (Potter & Perry, 2005). Dalam artikel penyakit susah tidur /
insomnia dan fungsi / manfaat tidur istirahat jiwa raga untuk kesehatan tahap dari tidur adalah :1.)
Awal , 2.) Non Rapid eyes movement (non-rem), 3.) Rapid eyes movement (rem), 4.) Dream
sleep, (Organisasi, komunitas & perpustakaan online Indonesia, 2008). Sedangakan menurut Potter
& Perry (2005), tahap-tahap tidur adalah :
5
Tahap pra tidur
Non REM Non REM Non REM Non REM
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Tidur REM
Non REM Non REM
Tahap 2 Tahap 3
Skema Tahap-tahap siklus tidur orang dewasa (Potter & Perry, 2005
Manfaat Tidur
Manfaat tidur dalam menjaga kesehatan fisik pada lansia sering kali disepelekan atau
diabaikan, terutama di lingkungan lembaga tempat rutinitas sangat penting. Istirahat dan tidur
menjalankan fungsi pemulihan baik secara fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur
mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan energi, menjaga irama biologis, dan memperbaiki
kesadaran mental dan efisiensi neurologis. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan
meningkatkan perasaan sejahtera (Strockslager, 2007).
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hadgson, 1991), tidur di percaya
mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Anch, dkk. 1988). Menurut teori, tidur
adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya (Potter & Perry, 2005).
Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur
gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormone pertumbuhan
manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus sel otak (Potter & Perry,
2005).
6
Mecylia (2009) mengatakan bahwa, orang yang tidur 6,5 sampai 7,5 jam dalam sehari
akan memiliki hidup yang lebih panjang dari pada yang tidurnya hanya memakan waktu kurang
dari 6,5 atau lebih dari 8 jam perhari. Tidur yang cukup dapat meregenerasi sel-sel tubuh yang
rusak menjadi baru, memperlancar hormon pertumbuhan tubuh, mengistirahatkan tubuh yang
letih akibat aktivitas seharian, meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit,
menambah konsentrasi dan kemampuan fisik, dan memperbaiki metabolisme tubuh.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur biasanya muncul dalam bentuk kesulitan untuk tidur, sering terbangun atau
bangun terlalu awal. Perubahan normal terjadi secara bertahap sehingga masih menyisakan waktu
untuk beradaptasi. Banyak gangguan tidur yang dialami oleh lansia. Namun, saat ini orang-orang
beranggapan bahwa hanya insomnia semata yang menjadi gangguan tidur. Padahal masih banyak
gangguan tidur lain yang perlu diketahui, seperti narkolepsi, sleep apnea, restless legs syndrome
(RLS), parasomnia, dan REM behavior disorder (RBD) (Andreas, 2009). Gangguan tidur pada
malam hari dapat mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, yakni : insomnia;
gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah malam; atau rasa
mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor & Aldrich, 1994).
Menurut Thorpy (1994) dalam Potter & Perry (2005), gangguan tidur telah
diklarisifikasikan menjadi 4 kategori utama, yaitu :
a. Disomnia : Gangguan tidur intrinsik, seperti : Insomnia psikofisiologis, Narkolepsi, Sindrom
apnea tidur obstruktif, gangguan gerakan ekstremitas periodic dan gangguan tidur ekstrinsik,
seperti :Higiene tidur yang adekuat, Sindrom tidur yang adekuat, gangguan tidur tergantung
hipnotik, gangguan tidur tergantung alcohol
b. Parasomnia: gangguan terjaga seperti berjalan dalam tidur, gangguan transisi tidur (bicara
dalam tidur), Parasomnia biasanya berkaitan dengan tidur REM, seperti : mimpi,
menggeretakkan gigi, ngompol
Gangguan tidur pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu
perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman
atau mengganggu gaya hidup yang di inginkan.lansia rentan terhadap gangguan tidur karena
adanya tekanan pola tidur .Gangguan tidur pada lansia jika tidak segera ditangani akan
berdampak serius dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis.secara fisiologis, jika seseorang
7
tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-
efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi.(Mickey, 2007).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur antara lain :
a. Stress
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Stress
emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila
tidur. Stress merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan tidak
normal secara terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh dan berdampak pada beragam
gangguan fungsi tubuh. Salah satu dampaknya adalah kesulitan tidur (mimpi buruk). Stress
juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun selama
siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan
tidur buruk (Potter & Perry, 2005).
b. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk
tidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran,
kekerasan, posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur dan suara juga mempengaruhi
tidur. Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara
suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4 (Potter & Perry, 2005).
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang mengganggu tidur. Bising dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fiologis dan gangguan psikologis. Pada
umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau
datangnya tiba-tiba. Bising dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit
kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas. Hal
ini karena adanya rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar
endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit (Frizzy, 2009).
Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak selama tidur.
Aktivitas tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk merekam tidur, cara yang dipakai
adalah dengan EEG Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam gambaran aktivitas
8
sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG). Untuk
EEG, elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah fronto-sentral dan
oksipital, Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal (Musadik, 1988).
c. Diet
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik
adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hairi dan Linde, 1990). Makan besar,
berat dan/atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna dan
mengganggu tidur. Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek
produksi insomnia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastik adalah
strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Alergi makanan menyebabkan
insomnia. Selain susu, makanan lain yang sering menyebabkan alergi penghasil insomnia di
antara anak-anak dan orang dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan, coklat, telur,
ikan laut, pewarna makanan warna merah dan kuning, dan ragi (Potter & Perry, 2005).
Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai 2 minggu jika makanan
tertentu yang menyebabkan masalah telah dihilang dari diet. Kehilangan atau peningkatan
berat badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang bertambah berat badanya, maka
periode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat
badan menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat
dihasilkan dari diet semi puasa (semistarvation) yang popular di dalam kelompok masyarakat
yang sadar berat badan (Potter & Perry, 2005).
d. Obat-obatan dan Substansi Lain
Dari daftar obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai satu efek
samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan (Buysse, 1991).
Mengantuk dan defrivasi tidur adalah efek samping mediksi yang umum (Potter & Perry,
2005). Berikut daftar obat-obatan yang dapat mengganggu tidur, yaitu : Hipnotik;
mengganggu dengan mencapai tahap tidur yang lebih dalam, hanya memberikan peningkatan
kualitas sementara, seringkali menyebabkan “rasa mengembang” sepanjang siang hari
perasaan mengantuk yang berlebihan, bingung, penurunan energi, memperburuk apnea tidur
pada lanjut usia. Diurerik; menyebabkan nokturia (terbangun dari tidur pada malam hari
untuk buang air kecil. Anti depresan dan stimulant; menekan tidur Rapid Eye Movement
(REM), menurunkan total waktu tidur. Alkohol; mempercepat mulanya tidur, mengganggu
9
tidur Rapid Eye Movement (REM), membangunkan seseorang pada malam hari dan
menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur. Kafein; mencegah seseorang tertidur, dapat
menyebabkan seseorang terbangun di malam hari. Penyekat-beta; menyebabkan mimpi
buruk, insomnia, dan terbangun dari tidur. Benzodiazepine; meningkatkan waktu tidur,
meningkatkan kantuk di siang hari. Narkotika; menekan tidur Rapid Eye Movement (REM)
menyebabkan peningkatan perasaan kantuk pada siang hari.
e. Latihan Fisik
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh tidur yang
mengistirahatka, khususnya kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang
menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan
mempertahankan suatu kelelahan yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang
berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur
(Potter & Perry, 2005).
f. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik (misal: kesulitan
bernafas), atau suasana hati (seperti: kecemasan atau depresi) dapat menyebabkan masalah
tidur. Penyakit pernafasan seperti emfisema, asma, bronchitis, rhinitis alergi mengubah irama
pernafasan dan mengganggu tidur. Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan
episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur dapat mengalami
frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan selama tidur (Potter & Perry, 2005).
g. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja bergantian
dan berputar (misal: 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) sering mempunyai
kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam internal tubuh di atur pukul 22, tetapi
sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur
3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan
aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan
bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja pada malam hari, jam
biologis seseorang biasanya dapat disesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang
menggangu pola tidur meliputi: kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas social
pada larut malam, dan perubahan waktu makan malam (Potter & Perry, 2005).
10
Konsep Lanjut Usia
Lanjut usia adalah fenomena alamiah sebagai akibat proses menua. Fenomena ini
bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan yang wajar yang bersifat universal.
Menurut Basford & Lynn (2006), lansia adalah suatu tahap pada bagian terakhir siklus
kehidupan pada saat seseorang lebih banyak atau lebih sedikit kehilangan peran sosial
sebelumnya, akibat dari keberadaannya dalam keadaan yang relatif tidak memiliki peran.
Lansia adalah anggota populasi yang berusia 65 tahun atau lebih; biasanya tahap dalam siklus
ini dimulai pada pertengahan usia 60-an atau lebih, pada waktu efek penurunan biologis
menjadi tampak jelas dalam kelemahan fisik dan mungkin juga kelemahan mental.
Menurut undang – undang no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1
pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah orang yang berusia 60 tahun atau lebih (Sirait & Riyadina,
1999). Menurut World Health Organization (WHO), batasan usia lanjut meliputi : usia
pertengahan (Middle age) usia 45 hingga 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 hingga 69
tahun, usia lanjut tua (Old) antara 70 hingga 89 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas
90 tahun ( Mubarak. 2006)
Perubahan Pada Masa Lanjut Usia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lanjut usia terdiri dari 3, yakni :Perubahan
Fisik, Perubahan fisik pada lanjut usia meliputi perubahan pada sel, sistem persarafan, sistem
pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit, sistem muskulosketal,
Perubahan Mental pada lanjut usia meliputi : pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ
perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditar), lingkungan. Perubahan
kepribadian yang drastik, kenangan (memori), dan interlgentia quantion (IQ), Perubahan
Psikososial meliputi : pensiun, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara
hidup, ekonomi, penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian, gangguan saraf panca
indera, gangguan gizi, rangkaian dari kehilangan hubungan, kehilangan kekuatan dan
ketegangan fisik (Nugroho, 2000).
Tidur Pada Lanjut Usia
11
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur
kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan usia lanjut, dalam buku tidur yang berkualitas.
Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur
Non Rapid Eye Movement (NREM) 3 dan 4: beberapa usia lanjut usia hampir tidak memiliki
tahap 4, atau tidur yang dalam. Seorang lanjut usia yang terbangun lebih sering di malam hari,
dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur. Akan tetapi, pada lanjut usia yang
berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah
memelihara tidur Rapid Eye Movement (REM) (lebih sulit dibangunkan) dan keberlangsungan
dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa muda. Keragaman dalam prilaku tidur lanjut usia
adalah umum. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara usia
lanjut dan sering pula akibat keberadaan penyakit kronik yang lain, seperti seorang usia lanjut
yang mengalami arthiritis mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi, kecenderungan untuk
tidur siang kelihatannya meningkatkan secara progresif dengan bertambahnya usia.
Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya
terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat
tidur, waktu yang dipakai tidur menurun sejam atau lebih (Evans dan Rogers, 1994) dalam
buku gangguan tidur pada lanjut usia. Perubahan pola tidur pada usia lanjut disebabkan
perubahan susunan saraf pusat (SSP) yang mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan
sensorik, umum dengan penuaan, dapat mengurangi sensitivitas terhadap terhadap waktu yang
mempertahankan irama sirkardian (Potter & perry, 2005).
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan riset deskriptif eksploratif. Desain penelitian ini
menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu cara pengumpulan data melalui
pemberian angket dan pengukuran variabel dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
(point time approach).
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua lanjut usia yang berumur 60 tahun keatas, yang berada di
Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu kabupaten Pidie Jaya sebanyak 31 orang
(Data bulan September, 2010).
12
Sampel: Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu lanjut usia
yang berumur 60 tahun sampai dengan 90 tahun. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 31 orang
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Meunasah Balek kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie
Jaya dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan september – November 2010
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket dalam bentuk kuesioner
berupa pernyataan.Uji Coba Instrumen dilakukan di Meunasah Kota Meureudu Pidie Jaya.
Pengolahan Data
Setelah pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data tersebut diolah
melalui beberapa tahap berikut ini : Editing Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan
terhadap data yang telah terkumpul yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang
diberikan oleh responden. Coding Pada tahap ini peneliti memberikan kode pada jawaban-
jawaban kuesioner berupa nomor yang dimulai dari nomor 01 untuk responden pertama dan 31
untuk responden terakhir, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan memudahkan
pengolahan data.Transferring
Data yang diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden pertama hingga
responden tarkhir untuk dimasukkan ke dalam table sesuai dengan subvariabel yang diteliti yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia. Tabulating Pada tahap ini peneliti
mengelompokkan data sesuai dengan kategori yang telah dibuat untuk tiap subvariabel.
Selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi untuk menghitung nilai total pada
setiap kolom dari tabel yang berisi data dari hasil penelitian.
Analisa Data
Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) digunakan rumus Arithmetic Mean (Eko
Budiarto, 2001).
Keterangan :
x = nilai rata-rata
x =
13
Σx = jumlah keseluruhan nilai responden
n = jumlah sampel
Selanjutnya dikategorikan dengan kriteria baik apabila x ≥ x dan kurang apabila x < x.
Kemudian data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan ditentukan persentase
dari masing-masing subvariabel. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing
subvariabel digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = Persentase
fi = Frekuensi teramati
n = Jumlah responden (sampel)
Hasil Penelitian
Data Demografi Lanjut Usia
Berdasarkan hasil penelitian, data demografi lanjut usia di Desa Meunasah Balek Kecamatan kota
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya di tinjau dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan penghasilan adalah
dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Data
Demografi Lanjut Usia Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten
Pidie jaya 2010
(n=31)
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1
2
Umur
- 60-69 tahun
- 70-89 tahun
Jenis Kelamin
- Laki-laki
15
16
14
48,4
51,6
45,2
P = × 100%
14
3
- Perempuan
Pekerjaan
- Pensiunan PNS/TNI/POLRI
- Buruh/Tani
- Lain-lain
17
2
28
1
54,4
6,2
90,3
3,2
Sumber : Data Primer (2010)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa kategori usia responden yang menjadi responden
yang terbanyak dalam penelitian ini yaitu usia 70 – 89 tahun sebanyak 16 orang (51,6 %), perempuan
sebanyak 17 orang (54,4%), pekerjaan yang paling banyak adalah buruh/tani sebanyak 28 orang
(90,3%).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur lanjut usia
1) Stress
Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk
sub variabel stress, diperoleh nilai total responden adalah 333, sehingga diperoleh nilai rata – rata
(x) 10,74. Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu berat bila x ≥
10,74, dan ringan apabila x < 10,74. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2
berikut ini :
Tabel .2
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Stress
Yang Di Alami Oleh Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu
Kabupaten Pidie jaya
2010 (n = 31)
No Stress Frekuensi Presentase (%)
1
2
Berat
Ringan
14
17
45,2
54,8
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (2010)
15
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa stress yang paling banyak di alami oleh
responden dalam penelitian ini adalah ringan sebanyak 17 orang (54,8 %).
2) Lingkungan
Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk
sub variabel lingkungan, diperoleh nilai total responden adalah 263, sehingga diperoleh nilai
rata– rata (x) 8,48 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik
bila x ≥ 8,48 dan kurang apabila x < 8,48. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel
5.3 berikut ini :
Tabel .3
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan
Lingkungan Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten
Pidie jaya
2010 (n = 31)
No Lingkungan Frekuensi Presentase (%)
1
2
Baik
Kurang
23
8
74,2
25,8
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (2010)
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa lingkungan responden yang menjadi responden
dalam penelitian ini yang paling banyak yaitu baik sebanyak 23 orang (74,2 %).
3) Diet
Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub
variabel diet, diperoleh nilai total responden adalah 320, sehingga diperoleh nilai rata – rata (x) 10,32
Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik bila x ≥ 10,32 dan
kurang apabila x < 10,32. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Dan Fersentase Responden Berdasarkan Diet
Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie jaya 2010
(n = 31)
No Diet Frekuensi Presentase (%)
16
1
2
Baik
Kurang
20
11
64,5
35,5
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (2010)
Tabel 4 menunjukkan diet responden yang menjadi responden dalam penelitian ini yang paling
banyak adalah baik sebanyak 20 orang (64,5 %).
4) Obat-obatan dan substansi lain
Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub
variabel obat-obatan dan substansi lain, diperoleh nilai total responden adalah 277, sehingga
diperoleh nilai rata – rata (x) 8,94 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori
yaitu baik bila x ≥ 8,94 dan kurang apabila x < 8,94. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada
tabel 5.5 berikut ini :
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Dan Responden Berdasarkan Obat-obatan Dan
Substansi Lain Yang Di Konsumsi Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota
Meureudu Kabupaten Pidie jaya
2010 (n = 31)
No Obat-obatan dan substansi
lain
Frekuensi Presentase (%)
1
2
Baik
Kurang
23
8
74,2
25,8
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (2010)
Tabel 5 menunjukkan obat-obatan dan substansi lain yang di konsumsi responden yang paling
dominan adalah baik sebanyak 23 orang (74,2 %).
5) Latihan Fisik
17
Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub
variabel latihan fisik, diperoleh nilai total responden adalah 240, sehingga diperoleh nilai rata – rata
(x) 7,74 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik bila x ≥ 7,74
dan kurang apabila x < 7,74. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini :
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Latihan
Fisik Yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu
Kabupaten Pidie jaya 2010 (n = 31)
No Latihan Fisik Frekuensi Presentase (%)
1
2
Baik
Kurang
16
15
51,6
48,4
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (2010)
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa hasil dari latihan fisik yang paling banyak
dilakukan responden pada penelitian ini yaitu baik sebanyak 16 orang (51,6 %).
6) Penyakit
Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub
variabel penyakit, diperoleh nilai total responden adalah 322, sehingga diperoleh nilai rata – rata (x)
10,39 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu berat bila x ≥ 10,39
dan ringan apabila x < 10,39. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini :
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Penyakit Yang
Diderita Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie
jaya 2010 (n = 31)
No Penyakit Frekuensi Presentase (%)
1
2
Berat
Ringan
19
12
61,3
38,7
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (2010)
18
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh responden
pada penelitian ini adalah berat sebanyak 19 orang (61,3 %).
7) Gaya Hidup
Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub
variabel gaya hidup, diperoleh nilai total responden adalah 331, sehingga diperoleh nilai rata – rata
(x) 10,68 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik bila x ≥ 10,68
dan buruk apabila x < 10,68. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Gaya Hidup Responden Di Desa
Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie jaya 2010 (n = 31)
No Gaya Hidup Frekuensi Presentase (%)
1
2
Baik
Tidak baik
15
16
48,4
51,6
Jumlah 31 100
Sumber : Data Primer (2010)
Tabel 8 menunjukkan bahwa gaya hidup responden yang menjadi responden dalam penelitian
ini yang paling banyak adalah tidak baik sebanyak 16 orang (51,6 %).
Pembahasan
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa stress tidak mempengaruhi baik
buruknya tidur pada lanjut usia. Mengenai hal ini, lansia mengungkapkan bahwa walaupun usia
mereka telah lanjut dan mengalami banyak perubahan fisiologis yang menimbulkan keterbatasan
dalam beraktifitas namun lansia yang berada di Desa Menasah Balek tetap melakukan aktifitas-
aktifitas sesuai dengan kemampuannya. Selain adanya motivasi dari lansia itu sendiri, ini juga
dikarenakan adanya dukungan dan perhatian dari keluarga.
Stress dapat menghalangi ekspresi fisik dan tenaga dalam jiwa kita secara keseluruhan. Ini
mengakibatkan kelelahan yang dihasilkan melalui kerja jiwa (kegelisahan), istirahat tidak cukup,
keresahan, susah tidur, lekas marah, dan perasaan depresi. Namun, stress dapat dikurangi dengan
19
makanan yang dapat mengubah suasana hati, dan meningkatkan perasaan santai (Potter & Perry,
2005)
Menurut Bascom (2009), keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi
seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur.
Meskipun menurut teori lingkungan sangat mempengaruhi proses tidur, namun dalam penelitian
ini sesuai dengan hasil yang didapat yaitu jawaban dari lanjut usia di Desa Meunasah Balek bahwa
lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap baik buruknya proses tidur mereka.
Mengikuti kebiasaan diet yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur.
Berbagai macam makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur.
Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomnia
sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah strategi yang penting
digunakan untuk meningkatkan tidur (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai dengan jawaban
responden yang menyatakan bahwa mereka banyak mengkonsumsi kopi sebelum tidur.
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur, dengan
mengkonsumsi protein yang tinggi maka seseorang tersebut akan mempercepat proses terjadinya
tidur, karena dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang
dicerna dapat membantu mempermudah tidur, demikian sebaliknya kebutuhan gizi yang kurang
mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit tidur (Bascom, 2009), dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa alasan tersebut berhubungan erat pengaruhnya terhadap tidur pada lanjut usia.
Obat aman bila dikonsumsi dengan benar walaupun obat juga memiliki efek samping. Pada
penderita penyakit kronis seperti penyakit jantung atau hipertensi, penderita perlu mengkonsumsi
obat tertentu secara terus menerus dalam jangka panjang. Obat yang diminum perlu diselangi obat
lain agar tidak memberikan efek negatif yang merugikan kesehatan. Walaupun banyak resep atau
obat bebas yang menuliskan salah satu efek samping dari obatnya adalah mengantuk namun dalam
penelitian ini tidak terdapat hubungan antara obat-obatan dan substansi lain dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur walaupun umur lansia sudah lebih separuhbaya dan fungsi-fungsi
organnya pun mulai menurun.
Silvia (2005) yang mengatakan bahwa olahraga merupakan cara sehat untuk meningkatkan
tidur, tetapi olahraga yang berlebihan juga bisa menghalangi tidur. Kemampuan seseorang relaks
20
dari tekanan terkait kerja dan mengabaikan konflik dalam rumah tangga merupakan faktor-faktor
penting dalam kemampuan untuk tidur, hal ini karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing sehingga membuat waktu para lansia tersita dan tidak terpikirkan oleh mereka untuk
melakukan olahraga/latihan fisik. Bagi lansia didaerah tersebut bekerja sama dengan
olahraga/latihan fisik sebab pada saat bekerja mereka banyak menggerakkan anggota tubuhnya.
Olahraga sangat berpengaruh terhadap proses tidur, apalagi pada lanjut usia telah mengalami
perubahan fisiologis.
Lansia yang berada di Desa Meunasah Balek mengungkapkan bahwa sering kali terbangun
dari tidur karena merasa kesakitan atau nyeri pada organ tubuh tertentu. Biasanya hal ini membuat
para lansia sulit untuk dapat tidur kembali. Ini disebabkan karena tubuh lansia tidak mampu lagi
bekerja sama dengan baik. Selain itu, lanjut usia juga sangat rentan terhadap berbagai macam
penyakit kronis dan setiap penyakit tersebut sering menyebabkan nyeri atau ketidak nyamanan fisik
yang dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga kerap kali membuat tidur dalam posisi yang
tidak biasa, seperti posisi yang aneh saat tangan atau lengan di imobilisasi pada traksi dapat
mengganggu tidur. Beberapa penyakit yang menyebabkan gangguan tidur diantaranya adalah
penyakit pada pernafasan, jantung koroner, hipertensi, nokturia lansia, dan penyakit tukak peptik.
Pada orang yang menderita nokturia atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur dan
siklus tidur. Kondisi ini yang paling umum terjadi pada lanjut usia dengan penurunan tonus
kandung kemig atau orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis, atau penyakit prostat.
Lansia kerapkali mengalami sindrom kaki tak berdaya, yang terjadi pada saat sebelum tidur.
Mereka mengalami berulang kali kambuh, gerakan berirama pada kaki dan tungkai. Sensasi gatal
sangat dirasakan diotot dan berkurang hanya dengan menggerakkan kaki, yang mencegah relaksasi
dan tidur selanjutnya.
Penyakit memang sangat berpengaruh sekali terhadap baik buruknya proses tidur pada lanjut
usia karena usianya yang telah rentan sehingga membuatnya mudah terkena berbagai penyakit yang
berdampak atau akan mempengaruhi pola tidurnya. Selain itu, jarak antara rumah warga dengan
tempat pelayanan kesehatan yang agak berjauhan dan sulitnya transportasi juga menjadi pemicu
karena hal itu membuat lansia kesulitan untuk memperoleh pelayanan kesehatan terhadap dirinya.
21
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi tidur lansia di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu
kabupaten Pidie Jaya disebabkan oleh karena penyakit yang menyertai lansia
Rekomendasi / Saran
Disarankan kepada petugas pelayanan kesehatan komunitas, khususnya wilayah yang menjadi
tempat penelitian ini untuk melaksanakan program pemberian informasi, edukasi, dan motivasi
kepada masyarakat tentang masalah tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Andreas, (2009). Gangguan tidur pada lansia. http://creasoft.wordpress.com /2008/04/15.
Diperoleh pada tanggal 2 Februari 2010
Erfandi, (2008). Konsep dasar istirahat dan tidur. EGC; Jakarta.
Mubarak, W. (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Teori & Aplikasi Dalam
Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga.
Jakarta: Sagung Seto.
Nugroho, (2008). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC; Jakarta.
Potter&Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, Volume 1. EGC; Jakarta.
Sylvia A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. EGC;
Jakarta
Watson. R. (2003). Perawatan pada lansia. EGC; Jakarta