Top Banner
22

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

Oct 19, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA
Page 2: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

1

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

LANJUT USIA DI DESA MEUNASAH BALEK

KECAMATAN KOTA MEUREUDU

KABUPATEN PIDIE JAYA

Oleh

Ns. Marlina. M.Kep. Sp. MB

Staf pengajar Universitas Syiah Kuala Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu

Keperawatan Banda Aceh

ABSTRAK

Lansia adalah anggota populasi yang berusia 65 tahun atau lebih, biasanya tahap dalam siklus ini

dimulai pada pertengahan usia 60-an atau lebih, terjadi kelemahan fisik dan mungkin juga kelemahan

mental.Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi

proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi fisik seseorang pada keadaan

semula, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali ada beberapa faktor

yang mempengaruhi tidur yaitu faktor stress, lingkungan, diet, obat, latihan fisik, penyakit dan gaya

hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa factor yang mempengaruhi tidur lansia di Desa

Meunasah Balek kecamatan Kota Meureudu kabupaten Pidie Jaya adalah penyakit yang menyertai

lansia yaitu sebanyak 19 ( 61,3 %) responden hal ini disebabkan banyaknya lansia yang mengalami

penyakit degenaratif yang menyebabkan lansia sulit untuk tidur, sehingga pelayanan kesehatan yang

diberikan untuk lansia harus memperhatikan penyakit penyerta yang mempengaruhi tidur lansia.

Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi

secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup, tidak terkecuali juga

Page 3: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

2

pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai.

Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu

berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur (Erfandi, 2008).

Menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis

maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu berpotensi menimbulkan masalah

kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Proses usia lanjut

merupakan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik dan psikososial yang

saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara

umum maupun kesehatan mental secara khusus pada lanjut usia. (Nugroho, 2000)

Di Indonesia, pada kelompok usia lanjut, hanya 7% kasus yang mengeluh mengenai masalah

tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal yang sama dijumpai pada 22% kasus

kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok usia lanjut lebih banyak mengeluh terbangun

lebih awal dari pukul 05.00 pagi. Selain itu terdapat 30% kelompok usia 70 tahun banyak terbangun

di waktu malam hari. Angka ini 7 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20 tahun

(Nugroho, 2000).

Dari pendataan yang dilakukan sebelumnya terdapat 31 lanjut usia di Desa Menasah Balek, 15

orang (48,4%) usia lanjut (Elderly), 16 orang (51,6%) usia lanjut tua (Old). Dari 31 lanjut usia

tersebut hampir keseluruhannya masih bekerja sebagai petani. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan terhadap 10 orang lanjut usia yang berada di Desa Meunasah Balek rata-rata mereka

mengalami gangguan tidur. hal tersebut terjadi karena mereka merasa lingkungan tempat tinggal

mereka yang bising, diet kurang baik, sering mengkonsumsi obat-obatan, bekerja terlalu keras

(latihan fisik). Masalah ini terjadi karena kurang kepedulian anggota keluarga terhadap kesehatan

lansia. Sehingga menyebabkan lanjut usia didaerah tersebut mengalami berbagai permasalahan salah

satunya adalah masalah tidur (Data Bulan September 2010)

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur pada lanjut usia yang berada di Desa Meunasah Balek kecamatan

Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

2. Tujuan khusus

Page 4: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

3

a. Untuk melihat faktor stress dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tidur lanjut usia

di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten .

b. Untuk melihat faktor lingkungan yang mempengaruhi tidur lanjut usia di Desa

Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

c. Untuk melihat faktor diet yang mempengaruhi tidur lanjut usia di Desa Meunasah

Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

d. Untuk melihat faktor obat-obatan dan substan lain yang mempengaruhi tidur lanjut

usia yang berada di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten

Pidie Jaya

e. Untuk melihat bagaimana latihan fisik yang dilakukan lanjut usia mempengaruhi

tidurnya di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

f. Untuk melihat faktor penyakit yang mempengaruhi tidur lanjut usia di Desa

Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

g. Untuk melihat faktor gaya hidup lansia yang mempengaruhi tidur nya di Desa Desa

Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie Jaya

Definisi Tidur

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status keadaan yang

terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Tidur merujuk kepada perubahan

status kesadaran individu dimana tingkat kesadaran individu menurun, aktivitas fisik yang

minimal dan secara umum melambatnya proses fisiologi tubuh. Tidur juga merupakan

sebuah proses alamiah, proses fisiologi yang terjadi pada makhluk hidup dan merupakan

proses pemulihan antar aktivitas. Oleh karena itu, tidur menjadi bagian penting pada siklus

kehidupan dan setiap gangguan yang terjadi pada saat tidur jelas akan berdampak pada

kesehatan Tidur juga dikatakan suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam

tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada

keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar

kembali (Andreas, 2009).

Fisiologi Tidur

Page 5: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

4

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan mekanisme serebral

yang secara bergantian agar mengaktifkan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu

aktifitas oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang rnengatur tingkatan

kegiatan susunan saraf pusat termasuk tidur (Bascom, 2009).

Menurut Gunawan (2001), pola tidur terbagi atas dua, yakni :

a. Pola tidur biasa (Non REM)

Pola tidur biasa Non – REM (Non Rapid Eye Morement). Pada keadaan ini, sebagian besar

organ tubuh berangsur – angsur menjadi kurang aktif, pernapasan teratur, otot mulai

berlelaksasi, mata dan muka diam tanpa gerak. Fase Non – REM berlangsung ± 1 jam, dan

pada fase ini biasanya orang masih bias mendengarkan suara disekitarnya, sehingga akan

mudah terbangun dari tidurnya.

b. Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye Morement). Pada fase ini,

akan terjadi gerakan – gerakan mata secara cepat, denyut jantung dan pernapasan yang naik

turun, sedangkan otot – otot mengalami pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi total

ini sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa lelah. Fase tidur

REM (fase tidur nyenyak) berlangsung selama ± 20 menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi

– mimpi, mengigau, atau bahkan mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsung selama

± 6-8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan Non - REM) terjadi secara bergantian

sebanyak 4 – 6 siklus. (Gunawan, 2001).

Ketika seorang tertidur biasanya melewati 4 hingga 6 siklus tidur yang penuh, tiap siklus

terdiri dari 4 tahap dari tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan satu periode dari tidur Rapid

Eye Movement (REM). Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju tahap 4 Non Rapid

Eye Movement (NREM), di ikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan periode dari

tidur Rapid Eye Movement (REM) (Potter & Perry, 2005). Dalam artikel penyakit susah tidur /

insomnia dan fungsi / manfaat tidur istirahat jiwa raga untuk kesehatan tahap dari tidur adalah :1.)

Awal , 2.) Non Rapid eyes movement (non-rem), 3.) Rapid eyes movement (rem), 4.) Dream

sleep, (Organisasi, komunitas & perpustakaan online Indonesia, 2008). Sedangakan menurut Potter

& Perry (2005), tahap-tahap tidur adalah :

Page 6: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

5

Tahap pra tidur

Non REM Non REM Non REM Non REM

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Tidur REM

Non REM Non REM

Tahap 2 Tahap 3

Skema Tahap-tahap siklus tidur orang dewasa (Potter & Perry, 2005

Manfaat Tidur

Manfaat tidur dalam menjaga kesehatan fisik pada lansia sering kali disepelekan atau

diabaikan, terutama di lingkungan lembaga tempat rutinitas sangat penting. Istirahat dan tidur

menjalankan fungsi pemulihan baik secara fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur

mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan energi, menjaga irama biologis, dan memperbaiki

kesadaran mental dan efisiensi neurologis. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan

meningkatkan perasaan sejahtera (Strockslager, 2007).

Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hadgson, 1991), tidur di percaya

mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Anch, dkk. 1988). Menurut teori, tidur

adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya (Potter & Perry, 2005).

Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur

gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormone pertumbuhan

manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus sel otak (Potter & Perry,

2005).

Page 7: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

6

Mecylia (2009) mengatakan bahwa, orang yang tidur 6,5 sampai 7,5 jam dalam sehari

akan memiliki hidup yang lebih panjang dari pada yang tidurnya hanya memakan waktu kurang

dari 6,5 atau lebih dari 8 jam perhari. Tidur yang cukup dapat meregenerasi sel-sel tubuh yang

rusak menjadi baru, memperlancar hormon pertumbuhan tubuh, mengistirahatkan tubuh yang

letih akibat aktivitas seharian, meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit,

menambah konsentrasi dan kemampuan fisik, dan memperbaiki metabolisme tubuh.

Gangguan Tidur

Gangguan tidur biasanya muncul dalam bentuk kesulitan untuk tidur, sering terbangun atau

bangun terlalu awal. Perubahan normal terjadi secara bertahap sehingga masih menyisakan waktu

untuk beradaptasi. Banyak gangguan tidur yang dialami oleh lansia. Namun, saat ini orang-orang

beranggapan bahwa hanya insomnia semata yang menjadi gangguan tidur. Padahal masih banyak

gangguan tidur lain yang perlu diketahui, seperti narkolepsi, sleep apnea, restless legs syndrome

(RLS), parasomnia, dan REM behavior disorder (RBD) (Andreas, 2009). Gangguan tidur pada

malam hari dapat mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, yakni : insomnia;

gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah malam; atau rasa

mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor & Aldrich, 1994).

Menurut Thorpy (1994) dalam Potter & Perry (2005), gangguan tidur telah

diklarisifikasikan menjadi 4 kategori utama, yaitu :

a. Disomnia : Gangguan tidur intrinsik, seperti : Insomnia psikofisiologis, Narkolepsi, Sindrom

apnea tidur obstruktif, gangguan gerakan ekstremitas periodic dan gangguan tidur ekstrinsik,

seperti :Higiene tidur yang adekuat, Sindrom tidur yang adekuat, gangguan tidur tergantung

hipnotik, gangguan tidur tergantung alcohol

b. Parasomnia: gangguan terjaga seperti berjalan dalam tidur, gangguan transisi tidur (bicara

dalam tidur), Parasomnia biasanya berkaitan dengan tidur REM, seperti : mimpi,

menggeretakkan gigi, ngompol

Gangguan tidur pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu

perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman

atau mengganggu gaya hidup yang di inginkan.lansia rentan terhadap gangguan tidur karena

adanya tekanan pola tidur .Gangguan tidur pada lansia jika tidak segera ditangani akan

berdampak serius dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis.secara fisiologis, jika seseorang

Page 8: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

7

tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-

efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi.(Mickey, 2007).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur antara lain :

a. Stress

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Stress

emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila

tidur. Stress merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan tidak

normal secara terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh dan berdampak pada beragam

gangguan fungsi tubuh. Salah satu dampaknya adalah kesulitan tidur (mimpi buruk). Stress

juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun selama

siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan

tidur buruk (Potter & Perry, 2005).

b. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk

tidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran,

kekerasan, posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur dan suara juga mempengaruhi

tidur. Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara

suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4 (Potter & Perry, 2005).

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang mengganggu tidur. Bising dapat

menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fiologis dan gangguan psikologis. Pada

umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau

datangnya tiba-tiba. Bising dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit

kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga

yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas. Hal

ini karena adanya rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar

endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit (Frizzy, 2009).

Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak selama tidur.

Aktivitas tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk merekam tidur, cara yang dipakai

adalah dengan EEG Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam gambaran aktivitas

Page 9: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

8

sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG). Untuk

EEG, elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah fronto-sentral dan

oksipital, Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal (Musadik, 1988).

c. Diet

Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik

adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hairi dan Linde, 1990). Makan besar,

berat dan/atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna dan

mengganggu tidur. Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek

produksi insomnia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastik adalah

strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Alergi makanan menyebabkan

insomnia. Selain susu, makanan lain yang sering menyebabkan alergi penghasil insomnia di

antara anak-anak dan orang dewasa meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan, coklat, telur,

ikan laut, pewarna makanan warna merah dan kuning, dan ragi (Potter & Perry, 2005).

Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai 2 minggu jika makanan

tertentu yang menyebabkan masalah telah dihilang dari diet. Kehilangan atau peningkatan

berat badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang bertambah berat badanya, maka

periode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat

badan menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat

dihasilkan dari diet semi puasa (semistarvation) yang popular di dalam kelompok masyarakat

yang sadar berat badan (Potter & Perry, 2005).

d. Obat-obatan dan Substansi Lain

Dari daftar obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai satu efek

samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan (Buysse, 1991).

Mengantuk dan defrivasi tidur adalah efek samping mediksi yang umum (Potter & Perry,

2005). Berikut daftar obat-obatan yang dapat mengganggu tidur, yaitu : Hipnotik;

mengganggu dengan mencapai tahap tidur yang lebih dalam, hanya memberikan peningkatan

kualitas sementara, seringkali menyebabkan “rasa mengembang” sepanjang siang hari

perasaan mengantuk yang berlebihan, bingung, penurunan energi, memperburuk apnea tidur

pada lanjut usia. Diurerik; menyebabkan nokturia (terbangun dari tidur pada malam hari

untuk buang air kecil. Anti depresan dan stimulant; menekan tidur Rapid Eye Movement

(REM), menurunkan total waktu tidur. Alkohol; mempercepat mulanya tidur, mengganggu

Page 10: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

9

tidur Rapid Eye Movement (REM), membangunkan seseorang pada malam hari dan

menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur. Kafein; mencegah seseorang tertidur, dapat

menyebabkan seseorang terbangun di malam hari. Penyekat-beta; menyebabkan mimpi

buruk, insomnia, dan terbangun dari tidur. Benzodiazepine; meningkatkan waktu tidur,

meningkatkan kantuk di siang hari. Narkotika; menekan tidur Rapid Eye Movement (REM)

menyebabkan peningkatan perasaan kantuk pada siang hari.

e. Latihan Fisik

Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh tidur yang

mengistirahatka, khususnya kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang

menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan

mempertahankan suatu kelelahan yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang

berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur

(Potter & Perry, 2005).

f. Penyakit

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik (misal: kesulitan

bernafas), atau suasana hati (seperti: kecemasan atau depresi) dapat menyebabkan masalah

tidur. Penyakit pernafasan seperti emfisema, asma, bronchitis, rhinitis alergi mengubah irama

pernafasan dan mengganggu tidur. Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan

episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur dapat mengalami

frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan selama tidur (Potter & Perry, 2005).

g. Gaya Hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang bekerja bergantian

dan berputar (misal: 2 minggu siang diikuti oleh 1 minggu malam) sering mempunyai

kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Jam internal tubuh di atur pukul 22, tetapi

sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur

3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan

aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan

bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja pada malam hari, jam

biologis seseorang biasanya dapat disesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang

menggangu pola tidur meliputi: kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas social

pada larut malam, dan perubahan waktu makan malam (Potter & Perry, 2005).

Page 11: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

10

Konsep Lanjut Usia

Lanjut usia adalah fenomena alamiah sebagai akibat proses menua. Fenomena ini

bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan yang wajar yang bersifat universal.

Menurut Basford & Lynn (2006), lansia adalah suatu tahap pada bagian terakhir siklus

kehidupan pada saat seseorang lebih banyak atau lebih sedikit kehilangan peran sosial

sebelumnya, akibat dari keberadaannya dalam keadaan yang relatif tidak memiliki peran.

Lansia adalah anggota populasi yang berusia 65 tahun atau lebih; biasanya tahap dalam siklus

ini dimulai pada pertengahan usia 60-an atau lebih, pada waktu efek penurunan biologis

menjadi tampak jelas dalam kelemahan fisik dan mungkin juga kelemahan mental.

Menurut undang – undang no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1

pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah orang yang berusia 60 tahun atau lebih (Sirait & Riyadina,

1999). Menurut World Health Organization (WHO), batasan usia lanjut meliputi : usia

pertengahan (Middle age) usia 45 hingga 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 hingga 69

tahun, usia lanjut tua (Old) antara 70 hingga 89 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas

90 tahun ( Mubarak. 2006)

Perubahan Pada Masa Lanjut Usia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lanjut usia terdiri dari 3, yakni :Perubahan

Fisik, Perubahan fisik pada lanjut usia meliputi perubahan pada sel, sistem persarafan, sistem

pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem

gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit, sistem muskulosketal,

Perubahan Mental pada lanjut usia meliputi : pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ

perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditar), lingkungan. Perubahan

kepribadian yang drastik, kenangan (memori), dan interlgentia quantion (IQ), Perubahan

Psikososial meliputi : pensiun, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara

hidup, ekonomi, penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian, gangguan saraf panca

indera, gangguan gizi, rangkaian dari kehilangan hubungan, kehilangan kekuatan dan

ketegangan fisik (Nugroho, 2000).

Tidur Pada Lanjut Usia

Page 12: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

11

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur

kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan usia lanjut, dalam buku tidur yang berkualitas.

Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur

Non Rapid Eye Movement (NREM) 3 dan 4: beberapa usia lanjut usia hampir tidak memiliki

tahap 4, atau tidur yang dalam. Seorang lanjut usia yang terbangun lebih sering di malam hari,

dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur. Akan tetapi, pada lanjut usia yang

berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah

memelihara tidur Rapid Eye Movement (REM) (lebih sulit dibangunkan) dan keberlangsungan

dalam siklus tidur yang mirip dengan dewasa muda. Keragaman dalam prilaku tidur lanjut usia

adalah umum. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara usia

lanjut dan sering pula akibat keberadaan penyakit kronik yang lain, seperti seorang usia lanjut

yang mengalami arthiritis mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi, kecenderungan untuk

tidur siang kelihatannya meningkatkan secara progresif dengan bertambahnya usia.

Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya

terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat

tidur, waktu yang dipakai tidur menurun sejam atau lebih (Evans dan Rogers, 1994) dalam

buku gangguan tidur pada lanjut usia. Perubahan pola tidur pada usia lanjut disebabkan

perubahan susunan saraf pusat (SSP) yang mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan

sensorik, umum dengan penuaan, dapat mengurangi sensitivitas terhadap terhadap waktu yang

mempertahankan irama sirkardian (Potter & perry, 2005).

Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan riset deskriptif eksploratif. Desain penelitian ini

menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu cara pengumpulan data melalui

pemberian angket dan pengukuran variabel dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan

(point time approach).

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua lanjut usia yang berumur 60 tahun keatas, yang berada di

Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu kabupaten Pidie Jaya sebanyak 31 orang

(Data bulan September, 2010).

Page 13: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

12

Sampel: Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu lanjut usia

yang berumur 60 tahun sampai dengan 90 tahun. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah

sebanyak 31 orang

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Meunasah Balek kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie

Jaya dan Waktu Penelitian dilakukan pada bulan september – November 2010

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket dalam bentuk kuesioner

berupa pernyataan.Uji Coba Instrumen dilakukan di Meunasah Kota Meureudu Pidie Jaya.

Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data tersebut diolah

melalui beberapa tahap berikut ini : Editing Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan

terhadap data yang telah terkumpul yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang

diberikan oleh responden. Coding Pada tahap ini peneliti memberikan kode pada jawaban-

jawaban kuesioner berupa nomor yang dimulai dari nomor 01 untuk responden pertama dan 31

untuk responden terakhir, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan memudahkan

pengolahan data.Transferring

Data yang diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden pertama hingga

responden tarkhir untuk dimasukkan ke dalam table sesuai dengan subvariabel yang diteliti yaitu

faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia. Tabulating Pada tahap ini peneliti

mengelompokkan data sesuai dengan kategori yang telah dibuat untuk tiap subvariabel.

Selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi untuk menghitung nilai total pada

setiap kolom dari tabel yang berisi data dari hasil penelitian.

Analisa Data

Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) digunakan rumus Arithmetic Mean (Eko

Budiarto, 2001).

Keterangan :

x = nilai rata-rata

x =

Page 14: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

13

Σx = jumlah keseluruhan nilai responden

n = jumlah sampel

Selanjutnya dikategorikan dengan kriteria baik apabila x ≥ x dan kurang apabila x < x.

Kemudian data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan ditentukan persentase

dari masing-masing subvariabel. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing

subvariabel digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = Persentase

fi = Frekuensi teramati

n = Jumlah responden (sampel)

Hasil Penelitian

Data Demografi Lanjut Usia

Berdasarkan hasil penelitian, data demografi lanjut usia di Desa Meunasah Balek Kecamatan kota

Meureudu Kabupaten Pidie Jaya di tinjau dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan penghasilan adalah

dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Data

Demografi Lanjut Usia Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten

Pidie jaya 2010

(n=31)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1

2

Umur

- 60-69 tahun

- 70-89 tahun

Jenis Kelamin

- Laki-laki

15

16

14

48,4

51,6

45,2

P = × 100%

Page 15: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

14

3

- Perempuan

Pekerjaan

- Pensiunan PNS/TNI/POLRI

- Buruh/Tani

- Lain-lain

17

2

28

1

54,4

6,2

90,3

3,2

Sumber : Data Primer (2010)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa kategori usia responden yang menjadi responden

yang terbanyak dalam penelitian ini yaitu usia 70 – 89 tahun sebanyak 16 orang (51,6 %), perempuan

sebanyak 17 orang (54,4%), pekerjaan yang paling banyak adalah buruh/tani sebanyak 28 orang

(90,3%).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur lanjut usia

1) Stress

Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk

sub variabel stress, diperoleh nilai total responden adalah 333, sehingga diperoleh nilai rata – rata

(x) 10,74. Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu berat bila x ≥

10,74, dan ringan apabila x < 10,74. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2

berikut ini :

Tabel .2

Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Stress

Yang Di Alami Oleh Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu

Kabupaten Pidie jaya

2010 (n = 31)

No Stress Frekuensi Presentase (%)

1

2

Berat

Ringan

14

17

45,2

54,8

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer (2010)

Page 16: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

15

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa stress yang paling banyak di alami oleh

responden dalam penelitian ini adalah ringan sebanyak 17 orang (54,8 %).

2) Lingkungan

Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk

sub variabel lingkungan, diperoleh nilai total responden adalah 263, sehingga diperoleh nilai

rata– rata (x) 8,48 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik

bila x ≥ 8,48 dan kurang apabila x < 8,48. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel

5.3 berikut ini :

Tabel .3

Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan

Lingkungan Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten

Pidie jaya

2010 (n = 31)

No Lingkungan Frekuensi Presentase (%)

1

2

Baik

Kurang

23

8

74,2

25,8

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer (2010)

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa lingkungan responden yang menjadi responden

dalam penelitian ini yang paling banyak yaitu baik sebanyak 23 orang (74,2 %).

3) Diet

Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub

variabel diet, diperoleh nilai total responden adalah 320, sehingga diperoleh nilai rata – rata (x) 10,32

Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik bila x ≥ 10,32 dan

kurang apabila x < 10,32. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Dan Fersentase Responden Berdasarkan Diet

Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie jaya 2010

(n = 31)

No Diet Frekuensi Presentase (%)

Page 17: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

16

1

2

Baik

Kurang

20

11

64,5

35,5

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer (2010)

Tabel 4 menunjukkan diet responden yang menjadi responden dalam penelitian ini yang paling

banyak adalah baik sebanyak 20 orang (64,5 %).

4) Obat-obatan dan substansi lain

Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub

variabel obat-obatan dan substansi lain, diperoleh nilai total responden adalah 277, sehingga

diperoleh nilai rata – rata (x) 8,94 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori

yaitu baik bila x ≥ 8,94 dan kurang apabila x < 8,94. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada

tabel 5.5 berikut ini :

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Dan Responden Berdasarkan Obat-obatan Dan

Substansi Lain Yang Di Konsumsi Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota

Meureudu Kabupaten Pidie jaya

2010 (n = 31)

No Obat-obatan dan substansi

lain

Frekuensi Presentase (%)

1

2

Baik

Kurang

23

8

74,2

25,8

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer (2010)

Tabel 5 menunjukkan obat-obatan dan substansi lain yang di konsumsi responden yang paling

dominan adalah baik sebanyak 23 orang (74,2 %).

5) Latihan Fisik

Page 18: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

17

Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub

variabel latihan fisik, diperoleh nilai total responden adalah 240, sehingga diperoleh nilai rata – rata

(x) 7,74 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik bila x ≥ 7,74

dan kurang apabila x < 7,74. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini :

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Latihan

Fisik Yang Dilakukan Oleh Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu

Kabupaten Pidie jaya 2010 (n = 31)

No Latihan Fisik Frekuensi Presentase (%)

1

2

Baik

Kurang

16

15

51,6

48,4

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer (2010)

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa hasil dari latihan fisik yang paling banyak

dilakukan responden pada penelitian ini yaitu baik sebanyak 16 orang (51,6 %).

6) Penyakit

Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub

variabel penyakit, diperoleh nilai total responden adalah 322, sehingga diperoleh nilai rata – rata (x)

10,39 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu berat bila x ≥ 10,39

dan ringan apabila x < 10,39. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini :

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Penyakit Yang

Diderita Responden Di Desa Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie

jaya 2010 (n = 31)

No Penyakit Frekuensi Presentase (%)

1

2

Berat

Ringan

19

12

61,3

38,7

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer (2010)

Page 19: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

18

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh responden

pada penelitian ini adalah berat sebanyak 19 orang (61,3 %).

7) Gaya Hidup

Hasil pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia untuk sub

variabel gaya hidup, diperoleh nilai total responden adalah 331, sehingga diperoleh nilai rata – rata

(x) 10,68 Selanjutnya, responden digolongkan pada masing-masing kategori yaitu baik bila x ≥ 10,68

dan buruk apabila x < 10,68. hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Dan Presentase Responden Berdasarkan Gaya Hidup Responden Di Desa

Meunasah balek Kecamatan Kota Meureudu Kabupaten Pidie jaya 2010 (n = 31)

No Gaya Hidup Frekuensi Presentase (%)

1

2

Baik

Tidak baik

15

16

48,4

51,6

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer (2010)

Tabel 8 menunjukkan bahwa gaya hidup responden yang menjadi responden dalam penelitian

ini yang paling banyak adalah tidak baik sebanyak 16 orang (51,6 %).

Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa stress tidak mempengaruhi baik

buruknya tidur pada lanjut usia. Mengenai hal ini, lansia mengungkapkan bahwa walaupun usia

mereka telah lanjut dan mengalami banyak perubahan fisiologis yang menimbulkan keterbatasan

dalam beraktifitas namun lansia yang berada di Desa Menasah Balek tetap melakukan aktifitas-

aktifitas sesuai dengan kemampuannya. Selain adanya motivasi dari lansia itu sendiri, ini juga

dikarenakan adanya dukungan dan perhatian dari keluarga.

Stress dapat menghalangi ekspresi fisik dan tenaga dalam jiwa kita secara keseluruhan. Ini

mengakibatkan kelelahan yang dihasilkan melalui kerja jiwa (kegelisahan), istirahat tidak cukup,

keresahan, susah tidur, lekas marah, dan perasaan depresi. Namun, stress dapat dikurangi dengan

Page 20: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

19

makanan yang dapat mengubah suasana hati, dan meningkatkan perasaan santai (Potter & Perry,

2005)

Menurut Bascom (2009), keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi

seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur.

Meskipun menurut teori lingkungan sangat mempengaruhi proses tidur, namun dalam penelitian

ini sesuai dengan hasil yang didapat yaitu jawaban dari lanjut usia di Desa Meunasah Balek bahwa

lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap baik buruknya proses tidur mereka.

Mengikuti kebiasaan diet yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur.

Berbagai macam makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur.

Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomnia

sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah strategi yang penting

digunakan untuk meningkatkan tidur (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai dengan jawaban

responden yang menyatakan bahwa mereka banyak mengkonsumsi kopi sebelum tidur.

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur, dengan

mengkonsumsi protein yang tinggi maka seseorang tersebut akan mempercepat proses terjadinya

tidur, karena dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang

dicerna dapat membantu mempermudah tidur, demikian sebaliknya kebutuhan gizi yang kurang

mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit tidur (Bascom, 2009), dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa alasan tersebut berhubungan erat pengaruhnya terhadap tidur pada lanjut usia.

Obat aman bila dikonsumsi dengan benar walaupun obat juga memiliki efek samping. Pada

penderita penyakit kronis seperti penyakit jantung atau hipertensi, penderita perlu mengkonsumsi

obat tertentu secara terus menerus dalam jangka panjang. Obat yang diminum perlu diselangi obat

lain agar tidak memberikan efek negatif yang merugikan kesehatan. Walaupun banyak resep atau

obat bebas yang menuliskan salah satu efek samping dari obatnya adalah mengantuk namun dalam

penelitian ini tidak terdapat hubungan antara obat-obatan dan substansi lain dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi tidur walaupun umur lansia sudah lebih separuhbaya dan fungsi-fungsi

organnya pun mulai menurun.

Silvia (2005) yang mengatakan bahwa olahraga merupakan cara sehat untuk meningkatkan

tidur, tetapi olahraga yang berlebihan juga bisa menghalangi tidur. Kemampuan seseorang relaks

Page 21: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

20

dari tekanan terkait kerja dan mengabaikan konflik dalam rumah tangga merupakan faktor-faktor

penting dalam kemampuan untuk tidur, hal ini karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya

masing-masing sehingga membuat waktu para lansia tersita dan tidak terpikirkan oleh mereka untuk

melakukan olahraga/latihan fisik. Bagi lansia didaerah tersebut bekerja sama dengan

olahraga/latihan fisik sebab pada saat bekerja mereka banyak menggerakkan anggota tubuhnya.

Olahraga sangat berpengaruh terhadap proses tidur, apalagi pada lanjut usia telah mengalami

perubahan fisiologis.

Lansia yang berada di Desa Meunasah Balek mengungkapkan bahwa sering kali terbangun

dari tidur karena merasa kesakitan atau nyeri pada organ tubuh tertentu. Biasanya hal ini membuat

para lansia sulit untuk dapat tidur kembali. Ini disebabkan karena tubuh lansia tidak mampu lagi

bekerja sama dengan baik. Selain itu, lanjut usia juga sangat rentan terhadap berbagai macam

penyakit kronis dan setiap penyakit tersebut sering menyebabkan nyeri atau ketidak nyamanan fisik

yang dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga kerap kali membuat tidur dalam posisi yang

tidak biasa, seperti posisi yang aneh saat tangan atau lengan di imobilisasi pada traksi dapat

mengganggu tidur. Beberapa penyakit yang menyebabkan gangguan tidur diantaranya adalah

penyakit pada pernafasan, jantung koroner, hipertensi, nokturia lansia, dan penyakit tukak peptik.

Pada orang yang menderita nokturia atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur dan

siklus tidur. Kondisi ini yang paling umum terjadi pada lanjut usia dengan penurunan tonus

kandung kemig atau orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis, atau penyakit prostat.

Lansia kerapkali mengalami sindrom kaki tak berdaya, yang terjadi pada saat sebelum tidur.

Mereka mengalami berulang kali kambuh, gerakan berirama pada kaki dan tungkai. Sensasi gatal

sangat dirasakan diotot dan berkurang hanya dengan menggerakkan kaki, yang mencegah relaksasi

dan tidur selanjutnya.

Penyakit memang sangat berpengaruh sekali terhadap baik buruknya proses tidur pada lanjut

usia karena usianya yang telah rentan sehingga membuatnya mudah terkena berbagai penyakit yang

berdampak atau akan mempengaruhi pola tidurnya. Selain itu, jarak antara rumah warga dengan

tempat pelayanan kesehatan yang agak berjauhan dan sulitnya transportasi juga menjadi pemicu

karena hal itu membuat lansia kesulitan untuk memperoleh pelayanan kesehatan terhadap dirinya.

Page 22: FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR PADA

21

PENUTUP

Kesimpulan

Faktor yang mempengaruhi tidur lansia di Desa Meunasah Balek Kecamatan Kota Meureudu

kabupaten Pidie Jaya disebabkan oleh karena penyakit yang menyertai lansia

Rekomendasi / Saran

Disarankan kepada petugas pelayanan kesehatan komunitas, khususnya wilayah yang menjadi

tempat penelitian ini untuk melaksanakan program pemberian informasi, edukasi, dan motivasi

kepada masyarakat tentang masalah tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, (2009). Gangguan tidur pada lansia. http://creasoft.wordpress.com /2008/04/15.

Diperoleh pada tanggal 2 Februari 2010

Erfandi, (2008). Konsep dasar istirahat dan tidur. EGC; Jakarta.

Mubarak, W. (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Teori & Aplikasi Dalam

Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga.

Jakarta: Sagung Seto.

Nugroho, (2008). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC; Jakarta.

Potter&Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, Volume 1. EGC; Jakarta.

Sylvia A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. EGC;

Jakarta

Watson. R. (2003). Perawatan pada lansia. EGC; Jakarta