1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES U’Budiyah Banda Aceh OLEH : NOVI W. FRIHARTINE NIM : 121010210019 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH BANDA ACEH TAHUN 2013
75
Embed
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.pdf
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK
PADA SISWA LAKI-LAKI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi Sebagai
Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES
U’Budiyah Banda Aceh
OLEH :
NOVI W. FRIHARTINE
NIM : 121010210019
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN U’BUDIYAH BANDA ACEH
TAHUN 2013
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji
Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, 02 September 2013
Pembimbing
(ZAHRUL FUADI, SKM, M.Kes)
MENGETAHUI
KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN
STIKES U’BUDIYAH INDONESIA
( NURLAILA RAMADHAN, SST )
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-
LAKI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN 2013
NAMA MAHASISWA : NOVI W. FRIHARTINE
NIM : 121010210019
MENYETUJUI :
PEMBIMBING
(ZAHRUL FUADI, SKM, M.Kes)
PENGUJI I PENGUJI II
(RAHMAYANI, SKM, M.Kes) (AGUSSALIM, SKM, M.Kes)
MENYETUJUI MENGETAHUI
KETUA STIKes U’BUDIYAH KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN
(MARNIATI, M.Kes) (NURLAILA RAMADHAN, SST)
4
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK
PADA SISWA LAKI-LAKI DI SMA NEGERI 1
BANDA ACEH TAHUN 2013
Novi W. Frihartine1, Zahrul Fuadi
2
xi + 48 halaman, 9 tabel, 2 gambar, 12 lampiran
Latar Belakang : Perilaku merokok di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda
Aceh disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang bahaya rokok, pengaruh
teman, stress skibat pacar, dan stress akibat tekanan dari keluarga. Selain itu
kurangnya sosialisasi masalah bahaya rokok dapat mengakibatkan meningkatnya
perokok di kalangan anak sekolah.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada siswa laki-laki di SMAN 1 Banda Aceh tahun 2013.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat
analitik dengan pendekatan Cross Sectional dilakukan pada tanggal 17 – 18 Juli
2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas X dan XI di
SMAN 1 Banda Aceh Tahun 2013 yang berjumlah 131 orang. Dengan jumlah
sampel 57 responden.
Hasil Penelitian : Analisis ini menunjukkan bahwa Ada pengaruh antara
pengetahuan terhadap perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA Negeri 1
Banda Aceh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value = 0,001. Ada pengaruh
antara psikososial terhadap perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA Negeri
1 Banda Aceh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value = 0,014. Ada pengaruh
antara sikap terhadap perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA Negeri 1
Banda Aceh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value = 0,000.
Kesimpulan : Ada pengaruh antara pengetahuan, psikososial dan sikap terhadap
perilaku merokok pada siswa laki-laki di SMA Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013.
Sebagi saran agar dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk lebih
mengontrol siswa agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi
siswa serta mengantisipasi stress yang mungkin terjadi pasa siswa dengan lebih
mengaktifkan bimbingan dan konseling.
Kata Kunci : Perilaku merokok, pengetahuan, psikososial, sikap
Daftar Pustaka : 10 buah buku (2002 - 2010), 5 internet (2008 - 2012), 3 Skripsi
(2008 - 2009)
1Mahasiswa STIKES U’Budiyah Indonesia Program Studi D-IV Kebidanan.
2Dosen Pembimbing STIKES U’Budiyah Indonesia Program Studi D-IV
Kebidanan
5
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING THE SMOKING BEHAVIOR IN MALE STUDENT IN
SENIOR HIGH SCHOOL STATE 1 BANDA ACEH YEAR 2013
Novi W. Frihartine1, Zahrul Fuadi
2
xi + 48 pages, 9 tables, 2 images, 12 attachments
Background : Smoking behavior at Senior High School Negeri 1 Banda Aceh
caused by the lack of knowledge about the dangers of smoking. The influence of
friends, stress with girlfriend, and stress due to pressure from family. Besides the
lack of socialization problems of smoking can lead to increased smoking among
school children.
Objective : To investigate the factors that influence smoking behavior in male
students at SMAN 1 Banda Aceh in 2013.
Methods : This research is an analytical survey of the cross-sectional approach
at 17 – 18 Juli 2013. The population in this study were male students of class X
and XI in SMA Negeri 1 Banda Aceh in 2013, amounting to 131 people. With a
sample of 57 respondents.
Results : This analysis showed that Ada influence between knowledge on the
behavior of smoking on male students in SMA Negeri 1 Banda Aceh Year 2013,
marked with p-value = 0.001. There are between psychosocial influences on
smoking behavior in male students at SMA Negeri 1 Banda Aceh in 2013, is
marked with p-value = 0.014. There is the influence of attitudes toward smoking
behavior in male students at SMA Negeri 1 Banda Aceh in 2013, is marked with
p-value = 0.000.
Conclusion : No effect between knowledge, psychosocial and behavioral attitudes
toward smoking in male students at SMA Negeri 1 Banda Aceh Year 2013. As a
suggestion in order to provide input to the school to better control students from
smoking and reinforce the smoking rules for students and anticipate stress that
may occur pasa enable students with more guidance and counseling.
tenggorokan, serangan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), asteroklerosis,
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), impotens, darah tinggi (hipertensi),
gangguan kesuburan, memperburuk ashma dan radang saluran nafas, beresiko
lebih tinggi mengalami macula (hilangnya penglihatan secara bertahap),
katarak, menjadi lebih sering sakit-sakitan, menimbulkan noda gigi dan gusi,
mengambangkan sariawan di usus dan merusak penampilan (Yudhe, 2013).
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah perokok
terbesar di dunia. Menurut data WHO pada tahun 2008, dapat disimpulkan
bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada
sepuluh Negara perokok terbesar di dunia. Jumlah perokok di Indonesia
mencapai 65 juta penduduk. Sementara itu China 390 juta perokok dan India
144 juta perokok (Endrawanch, 2009).
15
Perokok dimasyarakat Indonesia ternyata tidak hanya kalangan
dewasa saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja. Data WHO tahun
2008 menyebutkan bahwa 63% pria adalah perokok dan 4,5% wanita adalah
perokok. Sedangkan statistik perokok dari kalangan remaja Indonesia yaitu
24,1% remaja pria dan 4,0% remaja wanita (Endrawanch, 2009).
Berdasarkan studi awal yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Banda Aceh dari 15 orang siswa laki-laki terdapat 9 orang yang
merokok dan 6 orang yang tidak merokok, diantara 9 orang terdapat 4 orang
tanpa sepengetahuan orang tuanya dan 5 orang sepengetahuan orang tuanya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi mereka merokok antara lain salah satu di
keluarganya ada perokok, stress menghadapi tekanan di sekolah, ada masalah
dengan teman dan pacar, mengikuti teman yang juga perokok, dan ada masalah
keluarga. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda
Aceh dikarenakan agar peneliti dapat mengambil sampel lebih banyak untuk
hasil penelitian yang optimal dan dapat meminimalisir waktu dan biaya yang
dikeluarkan oleh peneliti.
Stress tidak hanya mempengaruhi individu untuk mengkonsumsi
rokok, namun juga yang sudah menjadi perokok. Dengan demikian peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Siswa Laki-laki di Menengah Atas
Negeri 1 Banda Aceh 1 Banda Aceh tahun 2013”.
16
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah adakah
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada siswa laki-laki di Menengah
Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013?.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada siswa laki-laki di Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku merokok
pada siswa laki-laki di Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013
b. Untuk mengetahui pengaruh psikososial terhadap perilaku merokok pada
siswa laki-laki di Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013
c. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku merokok pada siswa
laki-laki di Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013
D. Manfaat
1. Bagi Responden
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan agar dapat memberikan
pengetahuan bagi remaja mengenai dampak buruknya perilaku merokok
bagi diri dan sekitarnya.
17
2. Bagi Tempat Penelitian
Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih mengontrol
siswa agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa serta
mengantisipasi stress yang mungkin terjadi pada siswa dengan lebih
mengaktifkan bimbingan dan konseling.
3. Bagi Peneliti
Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Wibisono (2008) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan
kebiasaan yang sudah membudaya di Negara Indonesia. Konsumsi rokok
terus meningkat setiap tahun dengan total perokok aktif di Indonesia pada
tahun 2008 adalah sekitar 70% dari total penduduk. Oleh karena itu,
bukanlah sesuatu yang mencengangkan jika setiap saat dapat dijumpai orang
yang merokok di tempat-tempat umum, seperti pasar, angkot, jalan-jalan,
bahkan rumah sakit, tidak terkecuali lingkungan pendidikan seperti sekolah
dan kampus.
Perilaku merokok dilakukan oleh orang dari berbagai lapisan
masyarakat, dari yang tua sampai yang muda, juga tidak mengenal
perbedaan jenis kelamin dan status pekerjaan. Perilaku merokok pada
pelajar pun merupakan fenomena sosial yang sudah amat sangat lumrah
ditemui dilingkungan sekolah (Arum, 2008).
Rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah
atau kertas. Sedangkan merokok didefinisikan sebagai kegiatan membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok
maupun menggunakan pipa (Arum, 2008). Senada dengan itu definisi
merokok juga dikemukakan oleh amstrong seperti yang dikutip oleh
19
Nasution (2007) yakni menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam
tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar.
2. Klasifikasi Perokok
Perwitasari (2006) mengungkapkan bahwa tingkatan merokok
setiap orang berbeda-beda tergantung dari seberapa sering seseorang
merokok, jumlah rokok yang dihisapnya dan lamanya merokok. Namun
sebelumnya perlu diketahui bahwa seseorang dikatakan sebagai perokok
jika ia memiliki kebiasaan merokok minimal 4 batang setiap hari dan telah
menghisap 100 batang rokok dalam hidupnya.
Mu’tadin (2004) mengelompokkan perokok menjadi beberapa tipe,
sebagai berikut :
a. Perokok sangat berat yaitu perokok yang mengkonsumsi rokok lebih dari
31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bagun pagi
b. Perokok berat yaitu perokok yang merokok sekitar 21-30 batang sehari
dengan selang waktu sejak bangun tidur pagi berkisar antara 6-30 menit
c. Perokok sedang yaitu perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang
dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun tidur
d. Perokok ringan yaitu menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan
selang waktu diatas 60 menit dari bangun tidur.
Selanjutnya menurut Silvan dan Tomkins (dikutip oleh Mu’tadin,
2004), terdapat tiga tipe perilaku merokok berdasarkan Management of
Affect Theory yakni sebagai berikut :
20
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Green seperti yang
dikutip oleh Perwitasari (2006) menambahkan ada tiga sub tipe ini, yaitu:
1) Pleasure relaxtion, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
2) Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3) Pleasure of handing the cigarette, perilaku merokok dilakukan hanya
karena kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok sedangkan
untuk menghisapnya hanya butuh waktu beberapa menit saja. Ada
pula perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan
rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia menyalakan apinya.
b. Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang
merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya (perwitasari,
2006). Misalnya merokok bila marah, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak
terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif. Perokok yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek rokok
yang dihisapnya berkurang
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Perokok tipe ini
menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengandalikan perasaan
mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat
21
dikatakan pada tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku yang
bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan atau disadari.
Pengklasifikasian perilaku merokok juga dapat dilihat dari tempat
orang tersebut merokok, seperti yang diungkapkan oleh Trim (dikutip oleh
Perwitasari, 2006), sebagai berikut :
a. Merokok ditempat umum atau ruang publik
1) Kelompok homogen (sama-sama perokok secara bersama-sama
mereka menikmati kebiasaanya)
2) Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak
merokok)
b. Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi
1) Di kantor atau kamar pribadi. Perokok yang merokok di ruangan
pribadi digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan
diri, penuh rasa gelisah dan mencekam
2) Di toilet. Perokok yang merokok di toilet digolongkan sebagai orang
yang suka berfantasi.
3. Efek merokok
Rokok mengandung setidaknya 4000 zat kimia antara lain nikotin,
karbonmonoksida, tar dan lain sebagainya. Ketiga zat tersebut merupakan
zat kimia yang paling membahayakan kesehatan manusia. Karbon
monoksida merupakan gas yang dapat langsung diserap pembuluh darah
sehingga berpengaruh langsung pada fungsi fisiologis seperti mengurangi
kapasitas oksigen yang dibawa oleh darah. Tar adalah partikel residu yang
22
terdapat pada asap rokok. Sementara itu nikotin merupakan zat yang
menyebabkan ketergantungan seseorang pada rokok.
4. Dampak Merokok
Perilaku merokok dapat menimbulkan banyak penyakit dan
memperberat penyakit lainnya (Perwitasari, 2006). Menurut Amstrong
seperti yang dikutip oleh Perwitasari (2006), penyakit jantung koroner,
diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, stroke, dan ashma merupakan
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan akibat perilaku merokok. Ahnyar
(2009) menambahkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat dan Inggris, ditemukan bahwa kebiasaan merokok memperbesar
kemungkinan timbulnya AIDS dua kali lebih cepat pada pengidap HIV.
Dalam penelitian lain yang dilakukan di Jerman ditemukan bahwa
responden yang memiliki ketergantungan nikotin akibat perilaku merokok
memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden
perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan (Ahnyar, 2009).
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa
membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia).
Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat
bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi
peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Ahnyar, 2009).
Akibat perubahan anatomi saluran nafas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya.
23
Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun.
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM,
termasuk emfisema paru-paru, bronkhitis kronis, dan asma (Ahnyar, 2009).
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti
dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan
merokok, terutama ciggarete, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan
ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama
terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren,
dibenzopiren dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar
berhubungan dengan resiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan
perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-
30 kali lebih sering (Ahnyar, 2009).
Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama
(main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke)(Ahnyar, 2009).
Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok,
sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke
udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Berdasarkan uraian diatas, perilaku merokok berdampak pada
kesehatan fisiologis dan psikologis seseorang. Dampak perilaku merokok
tidak hanya akan dirasakan oleh perokok itu saja tapi juga akan dirasakan
oleh orang-orang yang berada di sekitar perokok.
24
B. Faktor Penyebab Perubahan Perilaku
Stressor didefinisikan sebagai kondisi-kondisi, naik fisik, lingkungan
dan sosial yang menyebabkan terjadinya stress (Yusuf, 2008). Penyebab stress
dapat datang dari sudut kehidupan manapun seperti aspek bioecological
(lingkungan), pekerjaan, serta aspek psikososial (Putri, 2008) dengan rincian
sebagai berikut :
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2010).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002), Pengetahuan
(knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (over behavior).
25
Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan
orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan
terjadi proses sebagai berikut :
1) Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus)
2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini
sikap subyek sudah mulai timbul.
3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah tidak baik lagi.
4) Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
26
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang
dipelajari.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
27
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2010).
Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai
berikut :
1) 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah
kategori baik.
2) 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah
Kategori Cukup.
3) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah
kategori kurang.
2. Aspek Psikososial, psikologis dan sosial
a. Aspek Psikososial
Aspek Psikososial, mencakup perubahan-perubahan yang terjadi
dalam kehidupan, seperti ketika masuk kuliah pada hari yang pertama,
pindah rumah, menikah, melahirkan, kematian anggota keluarga,
persahabatan, masalah percintaan dan lain sebagainya.
Sejalan dengan hal itu, Nasution (2007) mengungkapkan bahwa
stressor dapat berwujud atau berbantuk fisik, seperti polusi udara, dapat
juga berkaitan dengan lingkungan sosial, seperti interaksi sosial, ataupun
hanya pikiran dan perasaan individu sendiri yang menganggap sesuatu
hal sebagai ancama, baik nyata maupun hanya imajenasi.
28
Sementara itu Yusuf (2008) mengklasifikasikan stressor ke
dalam tiga kelompok besar, yakni fisik-biologik, psikologik, dan sosial.
Faktor fisik-biologik artinya faktor yang berasal dari kondisi fisik atau
kondisi biologis individu. Seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat
fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, dan merasa
penampilan kurang menarik.
Faktor psikologik merupakan faktor-faktor yang merupakan
kondisi psikis individu, seperti negative thinking (buruk sangka), frustasi
(kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasud
(iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik
pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.
b. Aspek Psikologis
Ada tiga faktor psikologis yang terlibat disini, yaitu:
1) Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai
stressor itu sendiri
2) Learned helplessness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya
mengalami peristiwa yang berada di luar kendalinya. Produk akhirnya
adalah motivational deficit (menyimpulkan bahwa semua upaya
adalah sia-sia), cognitive deficit (kesulitan mempelajari respon-respon
yang dapat membawa hasil yang positif), dan emotional deficit (rasa
tertekan karena melihat bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa dan
situasinya tak terkendalikan lagi)
29
3) Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga
karakteristik:
a) Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau
mempengaruhi apa yang terjadi padanya
b) Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari
hari demi hari
c) Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolah-
olah perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya.
c. Aspek Sosial
Peristiwa penting dalam hidup merupakan stressor sosial yang
berpengaruh. Selain itu, tugas rutin sehari-hari ternyata juga berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa. Dukungan sosial yang mencakup dukungan
emosional, dukungan nyata, dan dukungan informasi turut
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stress.
Carson dan Butcher (2005) mengungkapkan definisi yang lebih
konseptual mengenai stressor yakni meliputi semua hal atau situasi baik
itu positif maupun negatif yang menuntut penyesuaian diri dari individu.
Stressor menurut Carson dan Butcher (2005) terdiri dari tiga hal utama,
yakni sebagai berikut:
1) Frustasi (frustrations)
Individu merasa frustasi ketika usaha yang dilakukannya
menghadapi suatu rintangan. Frustasi juga bisa terjadi ketika individu
tersebut gagal dalam mencapai tujuan yang diharapkannya. Frustasi
30
membuat individu tidak mampu untuk menanggulangi masalah yang
dihadapinya karena disebabkan individu tersebut memiliki perasaan
bahwa ia tidak memiliki daya dan kemampuan sehingga gagal dalam
mencapai tujuannya. Frustasi bisa disebabkan oleh berbagai macam
hal, baik yang bersifat internal (misal keterbatasan fisik, kesendirian,
dan perasaan bersalah) maupun eksternal (misal deskriminasi dan
masalah relasi dengan orang lain)
2) Konflik (conflicts)
Dalam banyak hal stress disebabkan oleh dua atau lebih
kebutuhan yang muncul secara bersamaan. Individu dituntut untuk
menentukan pilihan dan ketika itulah konflik terjadi. Konflik dapat
terjadi dalam tiga situasi yakni pertama, ketika individu harus memilih
satu diantara dua atau lebih pilihan yang sama-sama meyenangkan
dalam satu waktu yang bersamaan, misalnya adalah pilihan dalam
menentukan film yang akan ditonton saat ke bioskop. Kedua, ketika
individu harus memilih satu diantara dua atau lebih pilihan yang
sama-sama tidak menyenangkan dalam satu waktu yang bersamaan.
Misalnya adalah ketika seseorang mahasiswa harus menentukan
pilihannya untuk berangkat kuliah atau tidak, yang mana jika ia tidak
berangkat kuliah, maka ia akan melewatkan ujian akhir, manun jika ia
berangkat kuliah, ia akan bertemu dengan orang-orang yang tidak
ingin ditemuinya.
31
Ketiga, ketika individu akan merasakan dilema atas akibat
positif dan negatif yang akan dihadapi ketika ia harus menentukan
sebuah pilihan. Misalnya ada seorang mantan perokok ingin merokok
ketika berada di dalam sebuah pesta namun ia menyadari jika ia
merokok akan membahayakan status sosialnya yang telah berubah
menjadi seorang nonperokok.
3) Tekanan (Pressures)
Stress tidak hanya berasal dari frustasi dan konflik, tapi juga
bisa dari pressures untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
berperilaku dalam cara-cara tertentu. Secara umum, pressures
menuntut individu untuk meningkatkan kecepatannya dalam
bertindak, bahkan dapat mengubah arah perilakunya.
3. Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah
seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu suatu tindakan
32
atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2010).
b. Komponen sikap
Menurut allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend behave).
c. Tingkatan sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari
berbagai tingkatan:
1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah salah
satu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing), yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah.
33
4) Bertanggung jawab (responsible), yaitu bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko dan merupakan
sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2010).
d. Pembagian sikap
Menurut Notoatmodjo (2010) sikap dibagi dalam dua arah,
yaitu:
1) Sikap positif adalah orang yang setuju, mendukung atau memihak
terhadap suatu objek sikap.
2) Sikap negatif adalah orang yang tidak setuju atau tidak mendukung
terhadap suatu objek.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya
meliputi:
a. Pengetahuan
b. Umur
c. Intelegensi
d. Lingkungan
e. Sosial Budaya
f. Pendidikan
g. Informasi
h. Pengalaman (Notoatmodjo,
2010)
Menurut Carson dan Butcher (2005)
perilaku Seseorang dipengaruhi
oleh:
a. aspek Psikososial
b. Aspek Psikologis
c. Aspek Sosial
Perilaku Merokok
34
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin di
teliti. Kemudian konsep tersebut harus di gambarkan ke dalam sub-sub variabel
(Arikunto, 2004).
V. Independen V. Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesa
Dari kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada
siswa laki-laki di Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013
b. Ha : Ada hubungan antara psikososial dengan perilaku merokok pada
siswa laki-laki di Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013
Pengetahuan
Psikososial
Sikap
Perilaku Merokok
pada siswa laki-laki
35
c. Ha : Ada hubungan antara sikap dengan perilaku merokok pada siswa
laki-laki di Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh 1 Tahun 2013
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode analitik dengan
pendekatan Cross Sectional (Bisri, 2008). Cross sectional merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada
waktu penelitian sedang berlangsung (Notoatmodjo, 2010).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Berdasarkan pendapat
di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki-
laki kelas X dan XI di Menengah Atas Negeri Tahun 2013 yang berjumlah
131 orang
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo, (2010) Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi.
37
Dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2010), sebagai
berikut:
n = N
1 + N (d2)
Keterangan:
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%
n = N
1 + N (d2)
n = 131
1 + 131 (0,12)
n = 131
1 + 131 (0,01)
n = 131
1 + 1,31
n = 131 = 56,7
2,31
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 57 orang
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
proportional stratified sampling adalah pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-
masing strata/kelas (Notoatmodjo, 2010).
SPI = n x JS
N
38
Keterangan:
SPI = Jumlah sampel pada tiap-tiap subpopulasi
n = Jumlah responden dalam subpopulasi
N = Jumlah responden dalam populasi
JS = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Tabel 1 Tabel proportional stratified sampling
No Kelas Jumlah Responden
dalam subpopulasi
Jumlah sampel
yang
dibutuhkan
1 X1 15 7
2 X2 13 6
3 X3 12 5
4 X4 12 5
5 X5 12 5
6 X6 14 6
8 XI-IA-1 8 4
9 XI-IA-2 12 5
10 XI-IA-3 10 4
11 XI-IA-4 10 4
14 XI-IS-1 13 6
Total 131 57
C. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda
Aceh.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan 17 – 18 Juni Tahun 2013.
39
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer di peroleh dengan cara memberikan kuisioner kepada
responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Instansi terkait
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel Definisi
Operasional
Cara ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel Depenen
1. Perilaku
merokok
pada siswa
laki-laki
Kebiasaan
merokok
pada siswa
laki-laki baik
dilingkungan
terbuka
maupun
tertutup
Membagikan
kuisioner yang
terdiri dari 1
pertanyaandengan
kriteria
Merokok, jika
jawaban ya
Tidak Merokok,
jika jawaban
tidak
Kuisioner - Merokok
- Tidak merokok
Ordinal
Variabel Independen
1. Pengetahuan Segala
sesuatu
informasi
yang di dapat
tentang
perilaku
merokok
Membagikan
kuisioner yang
terdiri dari 10
pertanyaan
dengan kriteria
Penentuan
kategori
76-100%, jika
pertanyaan yang
benar dijawab
oleh responden
adalah kategori
baik.
61-75%,
Kuisioner -Baik
-Cukup
-Kurang
Ordinal
40
pertanyaan yang
dijawab benar
oleh responden
adalah Kategori
Cukup.
< 60%, jika
pertanyaan yang
dijawab benar
oleh responden
adalah kategori
kurang
2. Psikososial Aspek yang
mencakup
perubahan-
perubahan
yang terjadi
dalam
kehidupan
Membagikan
kuisioner yang
terdiri dari 10
pertanyaandengan
kriteria
Mempengaruhi,
jika jawaban
benar x ≥ 6
Tidak
Mempengaruhi,
jika jawaban
benar x < 6
Kuisioner -Mempengaruhi
-Tidak
Mempengaruhi
Ordinal
3. Sikap Perilaku
individu
dalam
menghadapi
perilaku
merokok
Membagikan
kuisioner yang
terdiri dari 5
pertanyaandengan
kriteria
positif, jika
jawaban benar x
≥ 3
negatif, jika
jawaban benar x
< 3
Kuisioner -Positif
-Negatif
Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisikan 26 pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur. Variabel
dependen yaitu perilaku merokok terdiri atas 1 pertanyaan pilihan terpimpin.
Variabel independen yaitu pengetahuan 10 pertanyaan , 10 pertanyaan tentang
psikososial dan 5 pertanyaan untuk sikap dengan jawaban pilihan terpimpin.
41
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan
pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data (Editing)
Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang
diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam
penelitian.
b. Pemberian kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode
tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan
analisis data.
c. Pengelompokkan data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama
dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan,
kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel (Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil
penelitian.Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi
dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010).
42
Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel data frekuensi, analisis
ini menggunakan rumus sebagai berikut:
%100xn
fP
Keterangan:
P = Persentase
f = frekuensi yang diamati
n = jumlah responden yang menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010).
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel
bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait.
Analisa data yang digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa
dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (Chi-
Square) pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat
diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik
menggunakan program SPSS for windows very 16.00. Melalui
perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan
bila P lebih kecil dari alpha (P < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang menunjukkan adanya pengaruh bermakna antara variabel dependen
dan independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0.05) maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya pengaruh
bermakna antara variabel dependen dan independen.
Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk
program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut:
43
1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari
5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction.
3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan
lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.
4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga
menjadi table Contingency 2x2 (Notoatmodjo, 2010)
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Banda Aceh
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh merupakan sekolah
tertua di Banda Aceh yang berdiri pada tanggal 1 September 1946
menempati gedung peninggalan Belanda yang bergaya Romawi, bertekad
mendidik putra-putri bangsa menjadi alumni yang dilahirkan sekolah ini.
Gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 telah meluluh lantahkan daerah ini
membuat Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh melakukan berbagai
pembenahan. Secara simultan sekolah terus menyiapkan diri menjadi
sekolah yang tetap digemari masyarakat. Ternyata masyarakat telah
menampakkan keinginan yang tinggi untuk menyekolahkan anaknya di
sekolah ini. Akhirnya Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh ditetapkan
sebagai sekolah unggul di kota Banda Aceh.
2. Letak Geografis
Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh terletak di Jln. Prof A. Majid
Ibrahim no. 7 kecamatan Jaya baru yang berbatasan dengan :
a. Bagian Utara berbatasan dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Banda Aceh
b. Bagian Selatan berbatasan dengan Rumah Sakit Gigi Universitas Syiah
Kuala
45
c. Bagian barat berbatasan dengan perumahan masyarakat Gampong Punge
d. Bagian Timur berbatasan dengan Lapangan Blang Padang
3. Jumlah Tenaga Kerja (SDM)
Jumlah tenaga kerja (sumber daya manusia/SDM) yang ada di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh berjumlah 64 orang yaitu
terdiri dari:
a. Kepala sekolah = 1 orang
b. Wakil kepala sekolah = 1 orang
c. Guru Matematika = 10 orang
d. Guru Bahasa Indonesia = 5 orang
e. Guru Pendidikan Kewarganegaraan = 5 orang
f. Guru Olah Raga = 2 orang
g. Guru Sejarah = 3 orang
h. Guru Tata Boga = 1 orang
i. Guru Fisika = 4 orang
j. Guru Akuntansi = 1 orang
k. Guru Bahasa Inggris = 5 orang
l. Guru Kimia = 7 orang
m. Guru Biologi = 4 orang
n. Guru Bimbingan Konseling = 3 orang
o. Guru Pendidikan Agama Islam = 3 orang
p. Guru Ekonomi = 1 orang
q. Guru Kesenian = 1 orang
46
r. Staf = 7 orang
4. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di sekolah Menengah Atas Negeri 1 yaitu:
a. 17 ruangan untuk kelas, terdiri dari:
1) Kelas X : 6 Ruangan
2) Kelas XI IA : 5 Ruangan
3) Kelas XI IS : 1 Ruangan
4) Kelas XII IA : 4 Ruangan
5) Kelas XII IS : 1 Ruangan
b. 3 ruangan untuk Laboratorium, terdiri dari:
1) Laboratorium Fisika : 1 Ruangan
2) Laboratorium Kimia : 1 Ruangan
3) Laboratorium Komputer : 1 Ruangan
c. 1 ruangan untuk kantin
d. 1 ruangan untuk perpustakaan
e. 1 ruangan untuk aula
f. 1 ruangan untuk koperasi
g. 2 lapangan parker
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 17 – 18 Juni Tahun 2013. Dari
data yang dikumpulkan terdapat 57 siswa dari populasi seluruh siswa yang
bersekolah di SMA Negeri 1 Banda Aceh. Data dikumpulkan melalui
47
kuesioner, data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Perilaku Merokok
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Pada Siswa
Laki-Laki Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Banda Aceh Tahun 2013
No Perilaku Merokok Frekuensi Persentase (%)
1. Merokok 42 73,7
2. Tidak Merokok 15 26,3
Jumlah 57 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 57
responden yang diteliti ditemukan mayoritas siswa merokok, yaitu
sebanyak 42 responden (73,7%).
b. Pengetahuan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan pada Siswa Laki-Laki
Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Banda Aceh Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 9 15,8
2. Cukup 11 19,3
3. Kurang 37 64,9
Jumlah 57 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 57
responden yang diteliti ditemukan mayoritas siswa memiliki pengetahuan
kurang tentang rokok, yaitu sebanyak 37 responden (64,9%).
48
c. Psikososial
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Psikososial pada Siswa Laki-Laki
Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Banda Aceh Tahun 2013
No Psikososial Frekuensi Persentase (%)
1. Mempengaruhi 35 61,4
2. Tidak Mempengaruhi 22 38,6
Jumlah 57 100,0
No Psikososial Frekuensi Persentase (%)
1. Mempengaruhi 35 61,4
2. Tidak Mempengaruhi 22 38,6
Jumlah 57 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 57
responden yang diteliti ditemukan mayoritas psikososial siswa
mempengaruhi perilaku merokok, yaitu sebanyak 35 responden (61,4%).
d. Sikap
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sikap pada Siswa Laki-Laki
Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Banda Aceh Tahun 2013
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1. Positif 37 64,9
2. Negatif 20 35,1
Jumlah 57 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 57
responden yang diteliti ditemukan mayoritas sikap siswa positif terhadap
perilaku merokok, yaitu sebanyak 37 responden (64,9%).
49
2. Analisa Bivariat
a. Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Perokok pada Siswa
Laki-Laki
Adapaun hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan
perilaku merokok pada siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku Merokok
Pada Siswa Laki-Laki Di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013
N
o
Pengetahuan Perilaku Merokok Jumlah Uji
Statistik Merokok Tidak
Merokok
f % F % f % p-value
1. Baik 2 22,2 7 77,8 9 100
P = 0,001 2. Cukup 7 63,6 4 36,4 11 100
3. Kurang 33 89,2 4 10,8 37 100
Jumlah 42 73,7 15 26,3 57 100
Signifikasi : P > 0,05
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dari 9 responden yang memiliki
pengetahuan baik terdapat 2 responden (22,2%) yang merokok dan 7
responden (77,8%) tidak merokok. Dari 11 responden yang memiliki
pengetahuan cukup terdapat 7 responden (63,6%) yang merokok dan 4
responden (36,4%) yang tidak merokok. Dari 37 responden yang
memiliki pengetahuan kurang terdapat 33 responden (89,2%) yang
merokok dan 4 responden (10,8%) yang tidak merokok.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,001
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan terhadap perilaku
50
merokok pada siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda
Aceh Tahun 2013.
b. Pengaruh Psikososial terhadap Perilaku Merokok pada Siswa Laki-
Laki
Tabel 4.6
Pengaruh Psikososial Terhadap Perilaku Merokok Pada
Siswa Laki-Laki Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Banda Aceh Tahun 2013
N
o
Psikososial Perilaku Merokok Jumlah Uji
Statistik Merokok Tidak
Merokok
f % F % F % p-value
1. Mempengaruhi 30 85,7 5 14,3 35 100
P = 0,014 2. Tidak
Mempengaruhi
12 54,5 10 45,5 22 100
Jumlah 42 73,7 15 26,3 57 100
Signifikasi : P > 0,05
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari 35 responden yang mendapat
pengaruh psikososial terdapat 30 responden (85,7%) yang merokok dan 5
responden (14,3%) yang tidak merokok. Dari 22 responden yang tidak
mendapat pengaruh psikososial terdapat 12 responden (54,5%) yang
merokok dan 10 responden (26,3%) yang tidak merokok.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,014
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa ada pengaruh antara psikososial terhadap perilaku
merokok pada siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda
Aceh Tahun 2013.
51
c. Pengaruh Sikap terhadap Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki
Tabel 4.7
Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Merokok Pada
Siswa Laki-Laki Di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013
N
o
Sikap Perilaku Merokok Jumlah Uji
Statistik Merokok Tidak
Merokok
f % f % f % p-value
1. Positif 36 97,3 1 2,7 37 100
P = 0,000 2. Negatif 6 30,0 14 70,0 20 100
Jumlah 42 73,7 15 26,3 57 100
Signifikasi : P > 0,05
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dari 37 responden yang memiliki
sikap positif terdapat 36 responden (97,3%) yang merokok dan 1
responden (2,7%) yang tidak merokok. Dari 20 responden yang memiliki
sikap negative terdapat 6 responden (30,0%) yang merokok dan 14
responden (70,0%) yang tidak merokok.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,000
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa ada pengaruh antara sikap terhadap perilaku merokok
pada siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh
Tahun 2013.
52
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Merokok pada Siswa Laki-
Laki
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun
2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 9 responden yang
memiliki pengetahuan baik terdapat 2 responden (22,2%) yang merokok dan
7 responden (77,8%) tidak merokok. Dari 11 responden yang memiliki
pengetahuan cukup terdapat 7 responden (63,6%) yang merokok dan 4
responden (36,4%) yang tidak merokok. Dari 37 responden yang memiliki
pengetahuan kurang terdapat 33 responden (89,2%) yang merokok dan 4
responden (10,8%) yang tidak merokok.
Hasil penelitian ini juga terbukti setelah diuji statistik uji chi-
square dengan bantuan Program SPSS V.16 for Windows, dimana didapat
nilai p-value (0,001) lebih kecil dari nilai α-value (0,05), yang berarti
terdapat pengaruh yang signifikan. Dengan kata lain ada pengaruh yang
signifikan antara pengetahuan terhadap perilaku merokok pada siswa laki-
laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002), Pengetahuan
(knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,
53
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Lawrence
Green sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa
salah satu faktor yang menentukan faktor predisposisi, termasuk diantaranya
adalah pengetahuan. Sementara itu, WHO dalam Notoatmodjo (2003)
menganalisis bahwa pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok yang
menyebabkan seseorang berperilaku. Dalam hal merokok, dapat dijelaskan
bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup terkait rokok
cenderung untuk tidak merokok, sebaliknya responden yang memiliki
pengetahuan yang kurang tentang merokok cenderung berperilaku merokok.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Amelia Adisti (2009)
yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
merokok terutama pada remaja. Hasil penelitian mereka memperlihatkan
bahwa dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang rokok maka
perilaku merokok akan jarang dilakukan. Begitu pula sebaliknya. Nilai p-
value 0,001 (p = 0,05)
Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti
berasumsi bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada siswa laki-laki. Banyaknya remaja
yang merokok disebabkan kurangnya pengetahuan remaja tentang rokok.
54
Pada penelitian ini timbul masalah dimana masih terdapat 2 responden yang
berpengetahuan baik namun tetap merokok. Pada saat dilakukan penelitian,
responden tersebut mampu mengisi semua jawaban dengan hasil yang baik
namun ketika pertanyaan tentang perilaku merokok, mereka menjawab ya
yang berarti mereka merokok dan setelah ditelusuri penyebab mereka
merokok jawaban yang mereka lontarkan tidak logis maka peneliti
menyimpulkan bahwa pengetahuan para remaja hanya sampai pada batas
memahami perilaku merokok saja tidak sampai mengaplikasikan
pengetahuan mereka tentang perilaku merokok. Sedangkan responden
lainnya merokok karenakan pengetahuan mereka yang kurang tentang
perilaku merokok.
2. Pengaruh Psikososial terhadap Perilaku Merokok pada Siswa Laki-
Laki
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa psikososial
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun
2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 diatas, dari 35 responden yang
mendapat pengaruh psikososial terdapat 30 responden (85,7%) yang
merokok dan 5 responden (14,3%) yang tidak merokok. Dari 22 responden
yang tidak mendapat pengaruh psikososial terdapat 12 responden (54,5%)
yang merokok dan 10 responden (26,3%) yang tidak merokok.
Hasil penelitian ini juga terbukti setelah dilakukan uji statistik uji
chi-square dengan bantuan Program SPSS V.16 for Windows, dimana
didapat nilai p-value (0,014) lebih kecil dari nilai α-value (0,05), yang
55
berarti terdapat pengaruh yang signifikan. Dengan kata lain ada pengaruh
yang signifikan antara psikososial terhadap perilaku merokok pada siswa
laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2008) menyatakan
bahwa perubahan perilaku seseorang terjadi karena mamperhatikan,
mencontoh atau meniru perilaku orang lain. Dalam hal merokok, perilaku
merokok terbentuk karena melihat atau mencontoh orang di sekitar terutama
teman dan keluarga yang merokok. Remaja akan terus merokok jika bergaul
dengan teman yang merokok. Hal ini didukung oleh yang dikemukakan
Jessor dalam susiana (2007) bahwa perilaku merokok remaja terjadi karena
pengaruh dan tekanan dari teman sebaya, remaja biasanya merokok bersama
orang lain terutama teman sebaya. Remaja akan menghisap banyak batang
rokok bersama temannya yang juga perokok daripada saat ia sedang
sendirian.
Endrawanch (2009), menyatakan bahwa melalui hubungan
teman sebaya, remaja belajar mengambil keputusan sendiri dan melakukan
segala hal dengan mandiri seraya mempelajari pola perilaku yang diterima
dan dilakukan oleh teman atau kelompoknya. Hal ini dilakukan agar
mendapat pengakuan dan penerimaan dari teman atau kelompok tersebut.
Kelompok teman sebaya merupakan hal yang penting bagi remaja sehingga
mereka cenderung mengikuti perilaku yang diterima oleh kelompoknya.
Agus (2009) mengungkapkan bahwa hal yang mempengaruhi remaja
merokok paling besar adalah teman satu kelompok yang merokok. Remaja
56
terjebak dalam perilaku merokok agar memperoleh keuntungan psikososial
antara lain agar diterima dalam lingkungan sebaya, ingin terlihat lebih
dewasa dan merasa lebih nyaman.
Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku adalah karena berbagai alasan pokok antara lain pemikiran dann
perasaan (though and feeling) dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan, nilai-nilai seseorang terhadap objek, sumber-sumber daya
(resources), yakni mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, serta
kebudayaan (Riskesdas, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih Perwitasari (2006),
tentang hubungan psikososial, psikologi dan sosial dengan perilaku
merokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa psikososial, psikologi dan
sosial yang buruk mempengaruhi perilaku seseorang dalam berperilaku,
terutama perilaku merokok. Nilai p-value yang diperoleh adalah p = 0,0025
(p < 0,01).
Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui, peneliti
berasumsi bahwa psikososial merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada siswa laki-laki hal karena siswa
tersebut ingin diakui oleh teman kelompoknya. Pada penelitian ini
ditemukan masalah yaitu terdapat 12 responden yang tidak terpengaruh oleh
psikososial namun mereka merokok hal tersebut disebabkan oleh keinginan
mereka untuk mencoba-coba merokok dan lama-lama jadi ketagihan karena
pada rokok terkandung nikotin yang membuat orang-orang perokok menjadi
57
pecandu rokok. Sedangkan responden lain merokok disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya ingin mendapatkan pengakuan sebagai laki-
laki, terpengaruh oleh kawan bermainnya, stress oleh pacarnya dan stress
terhadap tekanan yang diberikan orangtauanya.
3. Pengaruh Sikap terhadap Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa sikap
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
siswa laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun
2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.7 diatas, dari 37 responden yang
memiliki sikap positif terdapat 36 responden (97,3%) yang merokok dan 1
responden (2,7%) yang tidak merokok. Dari 20 responden yang memiliki
sikap negative terdapat 6 responden (30,0%) yang merokok dan 14
responden (70,0%) yang tidak merokok.
Hasil penelitian ini juga terbukti setelah dilakukan uji statistik uji
chi-square dengan bantuan Program SPSS V.16 for Windows, dimana
didapat nilai p-value (0,000) lebih kecil dari nilai α- value (0,05), yang
berarti terdapat pengaruh yang signifikan. Dengan kata lain ada pengaruh
yang signifikan antara sikap terhadap perilaki merokok pada siswa laki-laki
di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013.;
Sikap belum merupakan suatu suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap
58
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
Sikap tidak selalu konsisten dengan perilaku karena antara sikap
dan perilaku ada faktor penghubung yaitu niat, dan niat itu sendiri
dipengaruhi banyak hal, baik dari dalam diri sendiri maupun karena faktor
luar, misalnya tekanan sosial. Sikap juga dipengaruhi oleh kepercayaan.
Apabila seseorang, dalam hal ini tidak percaya (baik dari hasil pengamatan
ataupun informasi yang diterima) bahwa merokok berbahaya bagi
kesehatan, maka kemungkinan remaja untuk berperilaku merokok adalah
besar. Sikap adalah salh satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan
masih banyak variabel lain yang juga berpengaruh terhadap timbulnya suatu
perilaku. Kar dalam Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku dengan
bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari niat untuk bertindak
(behavior Intention), dukungan sosial dari masyarakat sekitar (acessbility of
Information), otonomi pribadi dalam pengambilan keputusan atau tindakan
(Personal Autonomy), dan situasi yang menungkinkan untuk bertindak
(Action Situation).
Penelitian yang dilakukan oleh M. Aji Bayu Nugroho (2008)
tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku merokok pada
mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bersikap
positif terhadap rokok akan cenderung merokok dibandingkan dengan
responden yang bersikap negatif terhadap rokok. Nilai p-value 0,003 (p <
0,01).
59
Dari literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti berasumsi
bahwa sikap seseorang mempengaruhi perilaku orang tersebut. sikap yang
ditimbulkan terhadap perilaku merokok akan mempengaruhi individu
tersebut dalam mengambil keputusan untuk berperilaku. Sikap positif
terhadap rokok berarti mendukung terhadap adanya rokok dan perokok
maka orang tersebut akan ikut sebagai perokok dan sebaliknya jika bersikap
negatif terhadap rokok, orang tersebut cenderung tidak merokok. Dalam
penelitian ini terdapat masalah yaitu terdapat 6 responden yang bersikap
negatif terhadap rokok namun mereka juga perokok, hal tersebut sesuai
dengan pernyataan mereka. Bahwa mereka sebenarnya tidak menyukai
perokok karena asap rokok mereka yang ditimbulkan mengganggu orang
lain, setalah ditanya kenapa mereka juga merokok. Mereka mengungkapkan
ingin berhenti merokok namun belum bisa karena kawannya yang lain
perokok dan dengan rokok mereka bisa melupakan masalah yang ada.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti
membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap perilaku merokok pada siswa
laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013,
ditandai dengan nilai p-value (0,001) < dari α-value (0,05)
2. Ada pengaruh antara psikososial terhadap perilaku merokok pada siswa
laki-laki di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013,
ditandai dengan nilai p-value (0,014) < dari α-value (0,05)
3. Ada pengaruh antara sikap terhadap perilaku merokok pada siswa laki-laki
di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda Aceh Tahun 2013, ditandai
dengan nilai p-value (0,000) < dari α-value (0,05).
B. Saran
1. Bagi Responden
Agar dapat memberikan pengetahuan bagi remaja mengenai dampak
buruknya perilaku merokok bagi diri dan sekitarnya.
2. Bagi Tempat Penelitian
Agar dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk lebih
mengontrol siswa agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok
61
bagi siswa serta mengantisipasi stress yang mungkin terjadi pada siswa
dengan lebih mengaktifkan bimbingan dan konseling.
3. Bagi Institusi
Agar dapat menambah bacaan perpustakaan di Stikes U’Budiyah yang dapat
dijadikan untuk pengembangan pengetahuan serta dapat dijadikan penduan
bagi mahasiswi yang akan melanjutkan penelitian.
62
DAFTAR PUSTAKA
Adisti, Amelia. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja Laki-laki. Skripsi Psikologi. USU
Ahnyar. 2009. Dampak Merokok. Jakarta: Bina Medika
Arum. 2008. Perilaku Merokok. http://Arum.psy.blogspot.com/ diakses tanggal 28
Januari 2013
Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prektek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bisri. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC
Carson dan Butcher (Alih Bahasa Nugroho). 2005. Sosiologi Dasar. Jakarta :
Hipokrates
Endrawanch. 2009. Indonesia dan Rokok. http://medicastore.blogspot.com/