Top Banner
293 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN UNTUK MELAKUKAN TRANSFER PRICING Dede Abdul Rosad 1 , Erik Nugraha 1 , Rizki Fajri 2 1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sangga Buana YPKP, Bandung 2 Magister Ilmu Administrasi, Universitas Pasundan, Bandung [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT This study aims to investigate the factors that affect the firm’s decision to do transfer pricing. Transfer pricing arises because there are good and services trancactions between taxpayers who have a special relationship. These practice is done because there are differences in tax rates between parent company and its affiliations. The research method used was an associative descriptive method. The sample technique used was a purposive sampling technique in which multinational companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2011 to 2017 which were sampled by six companies. The data analysis technique used was panel data regression analysis. The results of this study indicate that tax avoidance has a significant positive effect on transfer pricing, exchange rates have a negative and not significant effect on transfer pricing, and leverage has a significant negative effect on transfer pricing. Keywords: Tax Avoidance; Exchange Rate; Leverage; Transfer Pricing ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Praktek transfer pricing timbul karena adanya transaksi barang maupun jasa yang terjadi antar wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa. Praktik ini dilakukan karena adanya perbedaan tarif pajak antara perusahaan induk dan afiliasinnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif asosiatif. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling di mana perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai 2017 sebanyak enam perusahaan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penghindaran pajak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap transfer pricing, tingkat bunga mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap transfer pricing, dan leverage mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap transfer pricing. Kata kunci: Penghindaran Pajak; Tingkat Bunga; Leverage; Transfer Pricing Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 2/Nomor 2/Januari 2020 Jurusan Akuntansi FEB Universitas Tadulako
13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

Nov 30, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

293

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN

UNTUK MELAKUKAN TRANSFER PRICING

Dede Abdul Rosad1, Erik Nugraha1, Rizki Fajri2

1Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sangga Buana YPKP,

Bandung 2Magister Ilmu Administrasi, Universitas Pasundan, Bandung

[email protected] [email protected]

[email protected]

ABSTRACT

This study aims to investigate the factors that affect the firm’s decision to do transfer pricing. Transfer pricing arises because there are good and services trancactions between taxpayers who have a special relationship. These practice is done because there are differences in tax rates between parent company and its affiliations. The research method used was an associative descriptive method. The sample technique used was a purposive sampling technique in which multinational companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2011 to 2017 which were sampled by six companies. The data analysis technique used was panel data regression analysis. The results of this study indicate that tax

avoidance has a significant positive effect on transfer pricing, exchange rates have a negative and not significant effect on transfer pricing, and leverage has a significant negative effect on transfer pricing. Keywords: Tax Avoidance; Exchange Rate; Leverage; Transfer Pricing

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing.

Praktek transfer pricing timbul karena adanya transaksi barang maupun jasa

yang terjadi antar wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa. Praktik ini

dilakukan karena adanya perbedaan tarif pajak antara perusahaan induk dan afiliasinnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif asosiatif. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling di

mana perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2011 sampai 2017 sebanyak enam perusahaan. Sedangkan teknik analisis data

yang digunakan menggunakan analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penghindaran pajak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap transfer pricing, tingkat bunga mempunyai pengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap transfer pricing, dan leverage mempunyai

pengaruh negatif signifikan terhadap transfer pricing.

Kata kunci: Penghindaran Pajak; Tingkat Bunga; Leverage; Transfer Pricing

Jurnal Akun Nabelo:

Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif Volume 2/Nomor 2/Januari 2020

Jurusan Akuntansi FEB Universitas Tadulako

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

“Jurnal Akun Nabelo” Volume 2/Nomor 2/Januari (Hal. 293-305)

294

A. PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian dunia saat ini berbanding lurus dengan

globalisasi yang terjadi di seluruh dunia. Perkembangan ekonomi yang baik ternyata membuat perusahaan mengikuti arus ekonomi yang ada dan

meningkatkan persaingan antar bisnis. Perusahaan dalam mengembangkan

usahanya akan terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam

pencapaian peningkatan laba. Dalam rangka memperkuat basis globalnya,

perusahaan multinasional mendirikan anak perusahaan, cabang, dan

perwakilan usahanya di berbagai negara yang tujuannya untuk memperkuat aliansi strategis dan menumbuhkembangkan pangsa pasar (market share),

ekspor, dan impor produk di berbagai negara (Sumarsan 2013). Salah satu cara

yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengembangkan usahanya adalah

dengan melakukan transaksi yang terjadi antar perusahaan, baik transaksi

dalam maupun luar negeri.

Adanya transaksi barang maupun jasa yang terjadi antar wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa menjadi penyebab utama timbulnya praktek transfer pricing. Transaksi pihak hubungan istimewa adalah transaksi antara

pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak

mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai

pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan

operasional. Menurut Ompusunggu dalam Panjalusman, Nugraha, dan Setiawan (2018), pada berbagai bentuk transaksi hubungan istimewa terlihat

upaya pengalihan sumber daya dan penghindaran pajak antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa atau transfer pricing. Selain itu, transaksi-

transaksi dapat juga terjadi dalam lingkungan perusahaan atau antar anggota

(divisi) yang meliputi transaksi penjualan barang dan jasa, dan lisensi hak dan

harta tak berwujud lainnya. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam lingkungan perusahaan seperti ini nantinya akan menyulitkan dalam penentuan harga yang

harus ditransfer. Penentuan harga atas berbagai transaksi antar anggota atau divisi tersebut lazim disebut transfer pricing (Marfuah & Azizah, 2014). Namun,

transfer pricing telah diakui sebagai alat strategis yang dapat memudahkan

perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif. Sehingga transfer pricing

menjadi isu yang sangat diperhatikan dalam akuntansi dan perpajakan. Akibatnya perusahaan seringkali melakukan skema transfer pricing yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga transfer pricing sering

disalahgunakan oleh perusahaan sebagai bentuk penghindaran pajak.

Pajak merupakan salah satu faktor yang mendasari keputusan atas kebijakan transfer pricing perusahaan. Menurut Klassen, Lisowsky, dan Mescall

(2017), penggunaan kebijakan transfer pricing saat ini bertransformasi sebagai

isu pajak internasional yang mana kebijakan transfer pricing digunakan sebagai

alat untuk mengurangi beban pajak secara keseluruhan bagi perusahaan multinasional atau perusahaan berskala global. Marfuah dan Azizah (2014),

perbedaan beban pajak dalam bisnis multinasional sudah biasa terjadi.

Negara-negara dengan perusahaan yang kurang maju sering mengenakan

tarif pajak yang lebih rendah, sedangkan negara-negara dengan perusahaannya

yang maju justru mengenakan tarif pajak yang tinggi. Perusahaan terkadang ingin mendapatkan laba yang tinggi tetapi merasa berat jika membayar pajak

perusahaan yang tinggi. Berdasarkan fenomena tersebut, perusahaan memutuskan untuk melakukan transfer pricing yang merupakan salah satu

strategi perusahaan untuk mengurangi beban pajak mereka. Menurut

Direktorat Jendral Pajak pada Maret 2016, ada sebanyak 2.000 perusahaan

penanaman modal asing (PMA) yang diduga memanipulasi pajak dengan skema transfer pricing atau mengalihkan keuntungan/laba dari Indonesia ke negara

lain dan perusahaan tersebut banyak mengelola sumber daya alam, bergerak di

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer…

Dede, Erik, Rizki

295

sektor industri, perdagangan dan lainnya. Penyebab perusahaan melakukan transfer pricing adalah perusahaan tersebut merupakan perusahaan afilisasi

yang induk perusahaannya berada di luar negeri sehingga adanya perbedaan

tarif antara Indonesia dan negara sekutu sehingga mereka menjual dengan harga murah. Perusahaan membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi. Jadi,

perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia mengalami rugi tetapi

perusahaan di luar negeri mengalami untung. Sedangkan, pada sektor

pertambangan biasanya melakukan importasi barang modal yang memang sangat ditinggikan, sehingga depresiasi yang berpengaruh terhadap cost recovery menjadi lebih tinggi. Potensi lenyapnya penerimaan negara akibat praktik-praktik transfer

pricing atau mengecilkan keuntungan untuk mengurangi kewajiban pajak

ternyata sangat besar. Data Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA)

menyebutkan kerugian negara bisa mencapai Rp 100 triliun setiap tahun.

Kebanyakan pelanggaran pajak ini dilakukan oleh perusahaan multinasional atau perusahaan PMA. Menurut Yustinus Prastowo, Executive Director Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), terdapat sekitar Rp 100 triliun potensi

kehilangan penerimaan pajak dari praktik pelanggaran pajak berupa transfer pricing dan tax planning (perencanaan pajak) setiap tahun. Angka tersebut

bukan data sembarangan melainkan berdasarkan data tahunan Global Financial Integrity yang menyebutkan uang haram yang keluar dari Indonesia

mencapai Rp 150 triliun tiap tahun dan sebanyak Rp 100 triliun berasal dari

penggelapan pajak.

Selain itu, PT Toyota Motor Manufacturing juga diduga melakukan penghindaran pajak melalui transfer pricing, yaitu dengan memainkan harga

transaksi dengan pihak terafiliasi dan menambah beban biaya melalui pembayaran royalti secara tidak wajar. Fenomena transfer pricing yang

dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat dari rasio piutang dan hutang kepada

pihak ketiga yang menunjukan bahwa perusahaan tersebut melakukan

transaksi kepada perusahaan afiliasi. Semakin besar rasio piutang dan hutang

kepada pihak ketiga, maka semakin banyak transaksi kepada perusahaan

afiliasinya. Peraturan mengenai masalah transfer pricing yang berhubungan dengan

perpajakan terdapat dalam Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 pasal

18 tentang Pajak Penghasilan (PPh). Pasal 18 ayat (3) UU PPh menerangkan

bahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berwenang untuk menentukan kembali

besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi wajib pajak yang mempunyai

hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa (arm’s length principle) dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang

independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya (Panjalusman et al., 2018). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang

diatur dalam Pasal 18 ayat (4) menerangkan bahwa hubungan istimewa antara

wajib pajak badan dapat terjadi karena kepemilikan atau penguasaan modal

saham suatu badan oleh badan lainya sebanyak 25% atau lebih, atau antara beberapa badan yang 25% atau lebih sahamnya dimiliki oleh suatu badan.

Sedangkan untuk wajib pajak perseorangan, hubungan istimewa dapat terjadi

karena hubungan keluarga sedarah dalam garis lurus atau ke samping satu

derajat. Hubungan istimewa yang dimaksud dapat mengakibatkan

kekurangwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha (Sumarsan, 2013).

Berbagai penelitian tentang keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing sudah dilakukan. Masing-masing penelitian menggunakan

variabel karakteristik yang berbeda sehingga mendapatkan hasil penelitian yang

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

“Jurnal Akun Nabelo” Volume 2/Nomor 2/Januari (Hal. 293-305)

296

berbeda. Beberapa penelitian mengenai pajak dan hubungannya dengan keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing telah dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah dan Azizah (2014) dengan berbagai variabel yaitu pajak, tunnelling incentive, exchange rates, dan mekanisme bonus. Faktor lain yang mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan transfer pricing ialah leverage. Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh

perusahaan meggunakan utang dalam pembiayaan. Perusahaan yang memiliki

rasio hutang yang tinggi lebih memilih untuk melakukan kebijakan akuntansi

yang membuat laba perusahaan menjadi semakin tinggi. Maka dari itu, keputusan perusahaan akan transfer pricing dapat lebih besar karena biasanya

transfer pricing ditujukan untuk menghemat pajak atau menghindari beban

pajak yang lebih besar, sedangkan perusahaan akan memilih kebijakan

akuntansi yang dapat membuat laba perusahaan menjadi optimal. Ketika rasio

hutang tinggi maka akan kontradiktif terhadap hasilnya. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, adanya research gap dan ketidakkonsistenan

hasil pada penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini menguji ulang faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel leverage tetapi menggunakan

variabel tunnelling incentive. Peneliti tidak menggunakan variabel tunneling incentive karena penelitian-penelitian yang sebelumnya tentang pengaruh

tunneling incentive terhadap transfer pricing sebagian besar hasilnya

berpengaruh positif dan signifikan artinya hasilnya bisa dikatakan konsisten.

Peneliti merasa tidak perlu dilakukan pengujian ulang kembali terhadap variabel tunneling incentive. Selain itu, periode yang diamati dalam penelitian

sebelumnya hanya selama tiga tahun yaitu dari 2010-2012 sedangkan penelitian ini meliputi tujuh tahun dari 2011-2017. Pengukuran praktek transfer pricing dalam penelitian sebelumnya menggunakan variabel dummy,

sedangkan dalam penelitian ini menggunakan proksi rasio nilai transaksi pihak berelasi (related party transaction/RPT). Proksi tersebut mengukur transaksi

penjualan dan pembelian di mana akan menimbulkan utang maupun piutang

yang dapat mempengaruhi perhitungan laba akuntansi perusahaan.

B. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Suandy (2011), transfer pricing dapat dibedakan menjadi dua

yaitu definisi yang bersifat netral dan pejoratif. Definisi yang bersifat netral mengasumsikan bahwa transfer pricing adalah murni merupakan strategi dan

taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangkan, definisi yang bersifat pejoratif mengasumsikan transfer pricing sebagai upaya untuk

menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara

yang tarif pajaknya rendah. Menurut Hubert (2004) dalam Panjalusman, et al (2018), istilah transfer pricing juga sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang

tidak baik (abuse of transfer pricing), yaitu pengalihan atas penghasilan kena

pajak (taxation income) dari suatu perusahaan multinasional ke negara-negara

yang tarif pajaknya rendah dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak dari grup perusahaan nasional tersebut. Transfer pricing dapat terjadi dalam

satu grup perusahaan dan antar perusahaan yang terikat dalam hubungan

istimewa. Transfer pricing juga berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan

tujuan kinerja organisasi, memotivasi usaha manajerial departemen, dan

mengevaluasi kinerja departemen. Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa transfer pricing ialah harga yang melekat pada produk atau

jasa dari satu divisi yang di transfer ke divisi yang lain dalam perusahaan yang sama atau antar perusahaan afiliasi. Transfer pricing merupakan kebijakan

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer…

Dede, Erik, Rizki

297

perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu barang,

jasa, harta tak berwujud, atau transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang mengikuti transfer pricing pejoratif bertujuan

untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan, sedangkan mereka yang menggunakan transfer pricing netral berusaha untuk secara netral dan benar

mengukur profitabilitas anak perusahaan di luar negeri (Buus, 2018). Menurut Suandy (2011), terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam transfer pricing antara lain yaitu memaksimalkan penghasilan global, mengamankan

posisi kompetitif anak atau cabang perusahaan dan penetrasi pasar,

mengevaluasi kinerja anak atau cabang perusahaan mancanegara,

menghindarkan pengendalian devisa, mengurang risiko moneter dan mengatur arus kas anak atau cabang perusahaan yang memadai. Penentuan dalam

berapa jumlah harga yang dihitung atas transfer barang dan jasa antar

perusahaan dalam satu grup pada umumnya tergantung kepada kebijakan.

Penghindaran pajak adalah suatu tindakan yang legal, dalam hal ini sama

sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan dan akan diperoleh penghematan pajak sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar

atau mungkin sama sekali tidak kena pajak (Zain, 2007). Buus (2018)

mendefinisikan bahwa penghindaran pajak merupakan suatu strategi pajak

yang agresif yang dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan beban

pajak, sehingga kegiatan ini mungkin memunculkan resiko bagi perusahaan.

Sedangkan Pohan (2013) menyatakan bahwa penghindaran pajak adalah upaya yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak

bertentangan dengan ketentuan perpajakan, di mana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang

terdapat dalam peraturan undang-undang perpajakan itu sendiri untuk

memperkecil jumlah pajak yang terutang. Menurut Suandy (2011), penghindaran pajak adalah rekayasa, ‘tax affairs’ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan pajak (lawful). Berdasarkan itu, tujuan utama dari

tindakan penghindaran pajak adalah membuat beban pajak yang dibayarkan

menjadi lebih rendah karena perusahaan menganggap pembayaran pajak

sebagai suatu tambahan biaya yang sangat besar atau transfer kekayaan dari

perusahaan kepada pemerintah yang dapat mengurangi laba perusahaan. Ada

beberapa cara untuk melakukan penghindaran pajak menurut Merks (2007 dan Marfuah dan Azizah (2014) diantaranya ialah: (1) substantive tax planning yaitu

dengan memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax heaven country) atas suatu jenis penghasilan; (2) formal tax planning ialah usaha

penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari

transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah; dan (3) general anti avoidance rule adalah adanya ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan

controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang

tidak mempunyai substansi bisnis. Pada penelitian ini variabel penghindaran pajak akan diproksikan dengan menggunakan effective tax rates (ETR).

Exchange rate atau nilai tukar adalah harga satu satuan mata uang asing

dalam uang dalam negeri. Nilai tukar yang sering digunakan adalah nilai tukar

rupiah terhadap dolar. Dolar adalah mata uang yang relatif stabil dalam

perekonomian. Sistem kurs valuta asing akan sangat tergantung dari sifat pasar. Menurut Vernimmen (2009), exchange rate menunjukkan banyaknya

unit mata uang yang dapat dibeli atau ditukar dengan satu satuan mata uang

lain. Perusahaan yang dalam kegiatan operasionalnya melibatkan mata uang

asing, maka perusahaan tersebut tidak terlepas dari nilai tukar mata uang

asing ke mata uang rupiah. Nilai tukar antar mata uang ini dapat mengalami

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

“Jurnal Akun Nabelo” Volume 2/Nomor 2/Januari (Hal. 293-305)

298

perubahan. Perubahan nilai tukar antar mata uang ini dapat berpengaruh besar

terhadap penjualan, biaya, laba, dan kesejahteraan individu.

Selain komplikasi nilai tukar, masalah-masalah internasional khusus dan unik lainnya yang muncul bersumber pada kesempatan dan resiko yang ada

pada investasi dan peminjaman di luar negeri. Oleh karena itu, sub bidang

keuangan internasional berfokus pada masalah yang dihadapi manajer saat

nilai tukar berubah ketika mereka terlibat dalam investasi atau pinjaman di luar negeri. Exchange rate memiliki dua efek akuntansi yaitu untuk

memasukkan transaksi mata uang asing dan pengungkapan keuntungan dan atau kerugian yang dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan secara

keseluruhan. Akibatnya, perusahaan multinasional mungkin mencoba untuk mengurangi risiko nilai tukar (exchange rate) mata uang asing dengan

memindahkan dana ke mata uang yang kuat melalui transfer pricing untuk

memaksimalkan keuntungan perusahaan secara keseluruhan (Chan, Landry, & Jalbert, 2011). Variabel exchange rate diukur dari keuntungan atau kerugian

transaksi perusahaan yang menggunakan mata uang asing. Exchange rate

dihitung dari laba atau rugi selisih kurs dibagi dengan laba atau rugi sebelum pajak.

Menurut Kasmir (2012), leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang, dengan kata

lain sejauh mana kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh

kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Pembiayaan dengan utang menimbulkan beban yang bersifat tetap. Sedangkan Vernimmen (2009) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung

perusahaan. Setiap penggunaan hutang oleh perusahaan akan

berpengaruh terhadap risiko dan pengembalian. Jenis rasio hutang dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio. Utang merupakan salah satu tindakan

perusahaan dalam memenuhi sumber pendanaan yang bertujuan untuk menjalankan bisnisnya. Semakin besar utang, maka laba kena pajak akan

menjadi lebih kecil dan insentif pajak atas bunga utang semakin besar.

Pada umumnya, perusahaan menggunakan utang kepada pihak ketiga

dalam menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Penambahan sejumlah utang

suatu perusahaan akan menimbulkan beban bunga yang menjadi pengurang beban pajak perusahaan. Heider dan Ljungqvist (2015) meneliti keadaan

perubahan tarif pajak penghasilan perusahaan dan menemukan bahwa kenaikan rasio leverage mengikuti peningkatan tarif pajak perusahaan, akan

tetapi rasio leverage tidak ikut berkurang seiring dengan penurunan tarif pajak

penghasilan perusahaan tersebut. Hal tersebut didukung oleh Vernimmen

(2009) yang menyatakan bahwa semakin besar utang perusahaan maka beban

pajak akan menjadi lebih kecil dikarenakan bertambahnya unsur biaya usaha dan pengurangan tersebut sangat berarti bagi perusahaan yang terkena pajak

tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tarif bunga akan makin besar

keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan utang tersebut.

Manfaat yang ditimbulkan dari penghematan pajak akibat adanya bunga membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang perusahaan. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan

ekuitas. Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam

pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri

perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rumus yang digunakan untuk mencari debt to equity ratio ialah perbandingan antara total

hutang dengan total ekuitas.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer…

Dede, Erik, Rizki

299

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun suatu kerangka

pemikiran yang menggambarkan hubungan antar variabel dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

C. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan asosiatif. Metode deskriptif lebih menekankan analisis pada data numerik (angka) yang diolah yang mana digunakan untuk menguji transfer pricing, tax avoidance,

exchange rate, dan leverage. Sedangkan metode asosatif menekankan pada

pencarian hubungan variabel dengan variabel yang lain. Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel ialah data yang diperoleh dari gabungan antara jenis data cross section dan time series. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu diperoleh sebanyak enam

perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-

2017.

Tabel 1

Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 ASII Astra International Tbk

2 BRAM Indo Kordsa Tbk

3 DLTA Delta Djakarta Tbk

4 HMSP HM Sampoerna Tbk

5 KLBF Kalbe Farma Tbk

6 MERK Merck Tbk

7 MYOR Mayora Indah Tbk

8 PBRX Pan Brothers Tbk

9 TCID Mandom Indonesia Tbk

10 UNVR Unilever Indonesia Tbk

11 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Sumber: Data diolah, 2019 Adapun teknik analisis data yang digunakan menggunakan model analisis

regresi data panel yang memfokuskan pada analisis regresi dengan kombinasi data time series dan cross section yang mana populer disebut dengan pooled time series. Ciri khusus pada data time series adalah berupa urutan numerik di

mana interval antar observasi atas sejumlah variabel bersifat konstan dan tetap,

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

“Jurnal Akun Nabelo” Volume 2/Nomor 2/Januari (Hal. 293-305)

300

sedangkan data cross section adalah suatu unit analisis pada suatu titik

tertentu dengan observasi atas sejumlah variabel.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis deskriptif adalah analisis data yang bertujuan untuk

mempresentasikan satu deskriptif data dan juga gambaran umum mengenai

data yang diolah agar data menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Analisis

statistik deskriptif berisi deskripsi dari semua data variabel dalam bentuk

mean, minimum, maksimum, dan standar deviasi sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2

Hasil Statistik Deskriptif

TP TA ER LV

Mean 0.442535 0.245287 2.05E+11 0.711693 Median 0.559050 0.253561 3.39E+08 0.612016 Maximum 0.973962 0.422477 7.72E+12 1.721957 Minimum 0.001316 0.066277 -2.69E+11 0.108243

Std. Dev 0.361112 0.056684 1.19E+12 0.421359 Sum

18.58647

18.59383

2604.136

2.698069

Sum Sq. Dev 0.091247 0.000092 0.000000 0.259491

Observations

42

42

42

42

Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan data analisis di atas berisi jumlah data yang digunakan adalah 42 data dari enam perusahaan selama tujuh tahun. Berdasarkan hasil

uji statistik deskriptif tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata variabel transfer pricing adalah sebesar 0,44 yang berarti perusahaan manufaktur yang

diteliti semuanya membuat keputusan untuk melakukan kegiatan transfer pricing dalam kegiatan operasi perusahaannya yang terlihat dalam laporan

tahunannya dengan rata–rata sebanyak 44%. Nilai maksimum dari variabel transfer pricing adalah sebesar 0,97 dan sedangkan nilai minimumnya adalah

sebesar 0,0013. Transfer pricing memiliki hubungan dengan penghindaran pajak di mana

dalam prosesnya transfer pricing dilakukan dengan perusahaan-perusahaan

yang memiliki hubungan istimewa yang berada di luar negeri, karena adanya

perbedaan tarif pajak di antara kedua negara maka perusahaan-perusahaan

yang memliki hubungan istimewa tersebut dapat melakukan penghindaran

pajak. Contohnya adalah perusahaa yang beroperasi di Indonesia menjual sawit dengan harga murah ke perusahaan yang ada di Singapura seharga Rp

50.000.000. Tetapi, di Singapura, dia jual dengan harga yang lebih tinggi

seharga Rp 100.000.000, sehingga labanya jatuh ke perusahaan dia yang ada di

Singapura. Keuntungan diperoleh karena tarif pajak di Singapura lebih rendah.

Berdasarkan penjelasan tersebut sejalan dengan data dalam Tabel 2 yang menjelaskan bahwa nilai rata–rata dari variabel independen yaitu penghindaran

pajak adalah sebesar 0,245 yang menunjukan bahwa perusahaan manufaktur

pada aktivitas operasinya melakukan penghindaran pajak yang terlihat dalam

laporan tahunannya dengan rata-rata sebanyak 24,5%. Hal itu juga

menunjukan bahwa perusahaan memiliki strategi perusahaan yang baik untuk

pelaporan perpajakannya. Nilai maksimum pada penghindaran pajak adalah sebesar 0,42 dan nilai minimum sebesar 0,06.

Exchange rates atau nilai tukar juga memiliki hubungan dengan transfer pricing di mana dalam prosesnya dilakukan antar negara maka akan ada selisih

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer…

Dede, Erik, Rizki

301

kurs yang disebabkan perbedaan mata uang dan nilai tukarnya maka dapat

mengakibatkan untung atau rugi bagi perusahaan, akan tetapi karena variabel exchange rates dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain contohnya politik,

inflasi, keadaan alami seperti bencana alam dan sebagainya, maka akan sulit untuk menentukan validitas data exchange rates tersebut karena harus dinilai

dari berbagai kondisi yang dapat mempengaruhinya. Hal tersebut dapat dilihat

juga dari hasil analisis terhadap laba rugi selisih kurs dalam Tabel 2 yang

menunjukan nilai minimum sebesar minus Rp 269.000.000.000, nilai

maksimum sebesar Rp 7.720.000.000.000 dan dengan rata-rata sebesar Rp

205.000.000.000 dan standar deviasi Rp 1.190.000.000.000. Variabel independen yang terahkir yaitu leverage yang diukur dengan debt

to equity ratio (DER) ini juga memliki hubungan dengan transfer pricing di mana.

leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan

meggunakan utang dalam pembiayaan. Terkadang perusahaan yang memiliki

rasio hutang yang tinggi lebih memilih untuk melakukan kebijakan akuntansi

yang membuat laba perusahaan menjadi semakin tinggi. Maka dari itu, keputusan perusahaan akan transfer pricing dapat lebih besar karena biasanya transfer pricing ditujukan untuk menghemat pajak atau menghindari beban

pajak yang lebih besar, sedangkan perusahaan akan memilih kebijakan

akuntansi yang dapat membuat laba perusahaan menjadi optimal ketika

memiliki rasio hutang yang tinggi maka akan kontradiktif hasilnya dengan keputusan transfer pricing. Hasil analisis terhadap leverage menunjukan nilai

minimum sebesar 0,108243, nilai maksimum sebesar 1,7219, dan rata-rata sebesar 0,711693 dan standar deviasi 0,421359.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel

dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak. Data peneliti yang baik memiliki distribusi data normal. Untuk

menguji normal data ini bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi

pada nilai residualnya. Berdasarkan hasil pengujian data diperoleh nilai probability sebesar 0,206025 dan nilai J-B sebesar 3,159518. Hal ini

menunjukan bahwa nilai probability 0.206025>0,05, maka berarti data residual

berdistribusi normal dan J-B 3,159518<2 yang berarti signifikan karena lebih

besar dari 2, maka data berdistribusi normal.

Gambar 2

Uji Normalitas

Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu common

effect, fixed effect, dan random effect. Masing-masing model memiliki kelebihan

dan kekurangan masing–masing. Pemilihan model tergantung pada asumsi yang

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

“Jurnal Akun Nabelo” Volume 2/Nomor 2/Januari (Hal. 293-305)

302

dipakai penelitian dan pemenuhan syarat-syarat pengolahan data statistik yang

benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistik.

Tabel 3

Regresi Data Panel

Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares

Date: 12/06/19 Time: 22:16

Sample: 2011 2017

Periods included: 7

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.197769 0.044886 4.406002 0.0002

X1 0.442848 0.153642 2.129105 0.0005

X2 0.001549 0.163443 0.148767 0.2012

X3 -0.165657 0.762310 -2.914582 0.0008

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.408852 Mean dependent var 0.243490

Adjusted R-squared 0.328241 S.D. dependent var 0.040760

S.E. of regression 0.035967 Akaike info criterion -3.582308

Sum squared resid 0.033634 Schwarz criterion -3.142442

Log likelihood 74.48155 Hannan-Quinn criter. -3.428783

F-statistic 5.071978 Durbin-Watson stat 2.878852

Prob(F-statistic) 0.008057

Sumber: Data diolah, 2019

Transfer pricing memiliki hubungan dengan penghindaran pajak di mana

dalam prosesnya transfer pricing dilakukan dengan perusahaan-perusahaan

yang memiliki hubungan istimewa yang berada di luar negeri, karena adanya

perbedaan tarif pajak di antara kedua negara maka perusahaan-perusahaan

yang memliki hubungan istimewa tersebut dapat melakukan penghindaran

pajak. Penjelasan tersebut sesuai dengan hasil uji t pada Tabel 3 yang

menerangkan bahwa nilai indikator variabel penghindaran pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transfer pricing sebagaimana ditunjukan

oleh angka signifikansinya sebesar 0.0447<0,05 atau α=5% dengan nilai

koefisien regresi 0,442848. Setelah dilakukan uji t, t tabel dicari pada

kebebasan 0,05 maka df=n-k atau 42-4=38. Hasil diperoleh t tabel sebesar 2,02439 dari output didapat t hitung sebesar t 2,129105 sehingga didapatkan t

hitung>t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti penghindaran pajak memiliki pengaruh searah (positif) dan signifikan terhadap transfer pricing

di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penghematan pajak maka semakin tinggi pula keputusan perusahaan untuk melakukan kegiatan transfer pricing.

Sebaliknya, semakin kecil penghematan pajak maka akan semakin rendah pula keputusan perusahaan untuk melakukan kegiatan transfer pricing. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Marfuah & Azizah, 2014). Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018) yang mengatakan bahwa pajak tidak berpengaruh

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer…

Dede, Erik, Rizki

303

terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing yang

disebabkan oleh perbedaan indikator pengukuran untuk varibel transfer pricing,

di mana indikator yang peneliti menggunakan untuk mengukur transfer pricing

adalah perbandingan total piutang pihak ketiga terhadap total piutang,

sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian Pratiwi (2018) menggunakan perbandingan total penjualan pihak ketiga terhadap total

penjualan. Exchange rates atau nilai tukar juga memiliki hubungan dengan transfer

pricing karena dalam prosesnya dilakukan antar negara maka akan ada selisih

kurs yang disebabkan perbedaan mata uang dan nilai tukarnya maka dapat

mengakibatkan untung atau rugi bagi perusahaan. Akan tetapi karena variabel exchange rates dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain contohnya politik,

inflasi, keadaan alami seperti bencana alam, dan sebagainya, maka akan sulit untuk menentukan validitas data exchange rates tersebut karena harus dinilai

dari berbagai kondisi yang dapat mempengaruhinya. Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 3 yaitu 4,10 dapat diketahui bahwa nilai indikator variabel exchange rates tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap transfer pricing

sebagaimana ditunjukan oleh angka signifikansinya sebesar 0,8831>0,05 atau α =5% dengan nilai koefisien regresi 0,001549. Setelah dilakukan uji t, t tabel

dicari pada kebebasan 0,05 maka df=n-k atau 42-4=38. Hasil diperoleh t tabel sebesar 2,02439 dari output di dapat t hitung sebesar t 0,148767 sehingga

didapatkan t hitung<t tabel, maka H0 diterima yang berarti exchange rates

memiliki pengaruh tidak searah (negatif) dan tidak signifikan terhadap transfer pricing di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Semakin naik nilai exchange rates maka nilai transfer pricing turun, sebaliknya

semakin turun nilai exchange rates maka nilai transfer pricing naik. Tetapi itu

tidak signifikan artinya hasil perhittungan dari sampel yang peneliti teliti tidak

dapat mewakili keseluruhan sampel artinya baik itu naik ataupun turun tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan kegiatan transfer pricing pada perusahaan maufaktur multinasional secara keseluruhan yang

terdapat di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini juga sama dengan hasil pada

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marfuah dan Azizah (2014) yang mengatakan bahwa exchange rates tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing, tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Chan et al. (2011) dan Pratiwi (2018). Kedua peneliti tersebut

mengatakan bahwa exchange rates berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Hal ini disebabkan oleh perbedaan indikator pengukuran untuk varibel

transfer pricing, di mana indikator yang peneliti gunakan untuk mengukur

transfer pricing adalah perbandingan total piutang pihak ketiga terhadap total

piutang, sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian Pratiwi (2018)

menggunakan perbandingan total penjualan pihak ketiga terhadap total penjualan dan indikator yang digunakan dalam penelitian Chan et al. (2011)

menggunakan dummy variable untuk mengukur transfer pricing.

Leverage yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) ini juga memliki

hubungan dengan transfer pricing di mana leverage merupakan rasio yang

mengukur seberapa jauh perusahaan meggunakan utang dalam pembiayaan.

Terkadang perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi lebih memilih

untuk melakukan kebijakan akuntansi yang membuat laba perusahaan menjadi semakin tinggi. Maka dari itu, keputusan perusahaan akan transfer pricing dapat lebih besar. karena biasanya transfer pricing ditujukan untuk menghemat

pajak atau menghindari beban pajak yang lebih besar sedangkan perusahaan

akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat membuat laba perusahaan

menjadi optimal ketika memiliki rasio hutang yang tinggi maka akan kontradiktif hasilnya dengan keputusan transfer pricing. Berdasarkan hasil uji t

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

“Jurnal Akun Nabelo” Volume 2/Nomor 2/Januari (Hal. 293-305)

304

pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai indikator variabel leverage memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap transfer pricing sebagaimana ditunjukan

oleh angka signifikansinya sebesar 0,0080<0,05 atau α=5% dengan nilai

koefisien regresi -0,165657. Setelah dilakukan uji t, t tabel dicari pada kebebasan 0,05 maka df = n-k atau 42-4=38. Hasil diperoleh t tabel sebesar

2,02439 dari output di dapat t hitung sebesar t -2,914582 sehingga didapatkan t hitung < t tabel, maka H0 ditolak yang berarti leverage memiliki pengaruh

tidak searah (negatif) dan signifikan terhadap transfer pricing di perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat leverage maka akan semakin rendah keputusan

perusahaan untuk melakukan kegiatan transfer pricing. Sebaliknya, semakin rendah tingkat leverage maka akan semakin tinggi keputusan perusahaan

untuk melakukan kegiatan transfer pricing. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cahyadi dan Noviari (2018)

serta penelitian yang dilakukan oleh Azzura dan Pratama (2019) yang mengatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap transfer pricing.

Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018) yang menyatakan bahwa debt convenant (leverage) berpengaruh positif

terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Hal ini disebabkan karena perbedaan indikator pengukuran untuk varibel transfer pricing di mana indikator yang peneliti gunakan untuk mengukur transfer pricing adalah perbandingan total piutang pihak ketiga terhadap total piutang,

sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian Pratiwi (2018) menggunakan dummy variable untuk mengukur transfer pricing.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan lain sebagai berikut: (1) penghindaran pajak memiliki pengaruh searah (positif) dan signifikan terhadap transfer pricing di perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa

semakin besar penghematan pajak maka semakin tinggi pula keputusan perusahaan untuk melakukan kegiatan transfer pricing. Sebaliknya, semakin

kecil penghematan pajak maka akan semakin rendah pula keputusan perusahaan untuk melakukan kegiatan transfer pricing; (2) exchange rates

memiliki pengaruh tidak searah (negatif) dan tidak signifikan terhadap transfer pricing di perusahaan multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

berarti bahwa apapun yang terjadi dengan exchange rates baik itu naik ataupun

turun tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan kegiatan transfer pricing; dan (3) leverage memiliki pengaruh tidak searah (negatif) dan

signifikan terhadap transfer pricing di perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat leverage maka akan semakin rendah keputusan perusahaan untuk melakukan

kegiatan transfer pricing.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah menggunakan sampel hanya

terbatas pada perusahaan manufaktur multinasional yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat

mempertimbangkan untuk meneliti perusahaan multinasional yang terdaftar di

bursa efek selain di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna memberikan penelitian yang lebih baik dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PERUSAHAAN …

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer…

Dede, Erik, Rizki

305

Azzura, C. S., & Pratama, A. (2019). Influence Of Taxes, Exchange Rate,

Profitability, And Tunneling Incentive On Company Decisions Of Transferring

Pricing. Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia, 2(1), 123.

https://doi.org/10.32493/JABI.v2i1.y2019.p123-133

Buus, T. (2018). Risks and Transfer Pricing Regulation at The Multinational Enterprises’ Routine Units: A Literature Review. Prague Economic Papers,

27(6), 621–636. https://doi.org/10.18267/j.pep.678

Cahyadi, A. S., & Noviari, N. (2018). Pengaruh Pajak, Exchange Rate,

Profitabilitas, dan Leverage Pada Keputusan Melakukan Transfer Pricing. E-

Jurnal Akuntansi, 1441. https://doi.org/10.24843/EJA.2018.v24.i02.p23

Chan, C., Landry, S. P., & Jalbert, T. (2011). Effects Of Exchange Rates On

International Transfer Pricing Decisions. International Business & Economics

Research Journal (IBER), 3(4), 35–48.

https://doi.org/10.19030/iber.v3i4.3685

Heider, F., & Ljungqvist, A. (2015). As certain as debt and taxes: Estimating the

tax sensitivity of leverage from state tax changes. Journal of Financial Economics, 118(3), 684–712.

https://doi.org/10.1016/J.JFINECO.2015.01.004

Indonesia (2008). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008

Pajak Penghasilan. Jakarta : Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kasmir. (2012), Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Klassen, K. J., Lisowsky, P., & Mescall, D. (2017). Transfer Pricing: Strategies,

Practices, and Tax Minimization. Contemporary Accounting Research, 34(1),

455–493. https://doi.org/10.1111/1911-3846.12239

Marfuah, M., & Azizah, A. P. N. (2014). Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan

Exchange Rate Pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan. Jurnal

Akuntansi & Auditing Indonesia, 18(2), 156–165.

https://doi.org/10.20885/jaai.vol18.iss2.art6

Panjalusman, P. A., Nugraha, E., & Setiawan, A. (2018). Pengaruh Transfer

Pricing Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Pendidikan Akuntansi &

Keuangan, 6(2), 105. https://doi.org/10.17509/jpak.v6i2.15916

Pratiwi, B. (2018). Pengaruh Pajak, Exchange Rate, Tunneling Incentive, Dan Leverage Terhadap Transfer Pricing. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 19(3), 90.

https://doi.org/10.30659/ekobis.19.3.90-103

Sumarsan, Thomas. (2013). Perpajakan Indonesia. Jakarta : PT. Indeks. Andi

Candra,

Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Vernimmen, P. (2009). Corporate Finance : Theory And Practice. John Wiley &

Sons.

Zain, Mohammad. (2007). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.