FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EQUITY RISK PREMIUM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh: AGUNG KURNIAWAN NPM :0711031002 Tlpn :081957387675 Email :[email protected]Pembimbing I : Hi Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. Pembimbing II : Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi equity risk premium pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan 125 data sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan 5 tahun periode pengamatan dari tahun 2007-2011 , yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganada, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh antara ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio dengan equity risk premium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistic variabel independen ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 4.227, return on eqity berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 0.339. Sementara itu secara statistis variabel debt to equity rasio berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0.145 terhadap equity risk premium. Kata kunci: Equity risk premium, Ukuran Perusahaan, Return on equity, Debt to equity ratio
30
Embed
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EQUITY RISK …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/25022013-0711031002.pdf · memasukan premi resiko spesifik suatu negara ( country-specific risk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EQUITY RISK PREMIUM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
Pembimbing I : Hi Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. Pembimbing II : Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi equity risk premium pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan 125 data sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan 5 tahun periode pengamatan dari tahun 2007-2011 , yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganada, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh antara ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio dengan equity risk premium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistic variabel independen ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 4.227, return on eqity berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 0.339. Sementara itu secara statistis variabel debt to equity rasio berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0.145 terhadap equity risk premium.
Kata kunci: Equity risk premium, Ukuran Perusahaan, Return on equity, Debt to equity ratio
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasar modal saat ini memiliki peran yang penting dalam kegiatan ekonomi suatu
negara. Dilihat dari fungsi pasar modal sebagai sumber pembiayaan dan investasi,
maka dua pelaku utama dalam pasar modal adalah emiten dan investor. Emiten
ialah perusahaan yang memperoleh dana dari pasar modal, sedangkan investor
ialah perusahaan atau seseorang yang memberikan dana kepada perusahaan
dengan membeli saham atau obligasi.
High risk, high return merupakan prinsip dalam berinvestasi. Prinsip tersebut
bermakna bahwa investor bersedia menanggung resiko yang tinggi asalkan
diberikan mendapatkan pendapatan (return) yang tinggi pula. Sesuai dengan
prinsip tersebut investor yang beinvestasi di perusahaan yang memiliki resiko
yang tinggi tentu tidak ingin mendapatkan tingkat return yang sama dengan
return bebas resiko seperti berinvestasi pada obligasi pemerintah.
Oleh karena itu investor mengajukan premi terhadap kesediannya dalam
menanggung resiko pada suatu investasi. Tambahan retun yang didapatkan oleh
kesedian investor dalam menanggung resiko atas investasinya disebut dengan
premi resiko ekuitas atau equity risk premium. Annin dan Falaschetti (1998)
mendefinisikan equity risk pemium sebagai ekstra return yang didapatkan investor
sebagai imbalan dari kebersediaannya dalam menanggung resiko atas suatu
investasi saham di atas resiko rata-rata.
3
Informasi yang jelas mengenai suatu perusahaan akan memudahkan investor
untuk menilai kelayakan perusahaan tersebut dalam mengelola dana yang
ditanamkannya. Perusahaan besar biasanya menyediakan informasi yang lebih
baik sehingga menyebabkan resiko informasi perusahaan menjadi semakin
rendah, sedangkan perusahaan kecil cendeerung menyediakan informasi yang
terbatas mengenai kondisi perusahaan baik internal maupun eksternal sehingga
kemungkinan resiko yang disebabkan oleh minimnya informasi ini semakin besar.
Penelitian Levingshon (2001) mengemukakan bahwa perusahaan yang
memberikan informasi bisnis dan keuangan secara sukarela memberi tingkat
informasi yang lebih tinggi, memudahkan investor memahami kondisi peruahaan
dengan lebih baik. Perusahaan yang tidak memberikan informasi mengenai
kondisi perusahaan secara baik dipandang investor sebagai perusahaan yang
memiliki resiko informasi yang tinggi, sehingga investor cenderung untuk tidak
melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
Menurut Gebhardt, Lee, dan Swaminathan (2001) menjelaskan adanya informasi
lebih yang tersedia dan semakin likuid saham pada perusahaan-perusahaan besar
menyebabkan risiko informasi perusahaan menjadi semakin rendah, sehingga
menyebabkan equity risk premium semakin rendah. Hasil mereka menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan secara umum memiliki pengaruh negatif pada equity
risk premium tapi tidak signifikan.
Selain dari ukuran perusahaan yang dianggap dapat memberikan informasi yang
jelas mengenai kondisi perusahaan, investor secara detail akan menganalisa rasio-
rasio keuangan perusahaan. Diharapkan dari menganalisa rasio keuangan tersebut
4
investor akan mengetahui seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan
keuntungan terhadap investasinya dan seberapa besar hutang yang dimiliki
perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dipandang investor
sebagai perusahaan yang memiliki kinerja yang baik, sedangkan perusahaan yang
memiliki hutang yang tinggi memiliki nilai negatif dimata investor.
Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor
fundamental. Return on equity merupakan rasio yang umun dipakai investor untuk
menilai kinerja. Return on equity merupakan perbandingan antara laba dengan
ekuitas sehingga dalam return on equity tersebut investor dapat melihat kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri.
Return on equity yang tinggi mencerminkan tingginya tingkat efisiensi perusahaan
tersebut dalam menghasilkan laba. Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang
negatif dan signifikan antara laba dengan resiko. Artinya semakin tinggi tingkat
efisiensi perusahaan dalam mengelola dananya maka akan semakin rendah resiko
yang ada, hal ini menyebabkan equity risk premium semakin rendah.
Selain itu yang diperhatikan investor adalah tinggi rendahnya tingkat hutang suatu
perusahaan. Hal ini dikarenakan rasio hutang dapat mempengaruhi tingkat return
yang akan investor dapatkan. Debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan investor untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total
ekuitas yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio yang tinggi menunjukan
tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga
beban perusahaan juga semakin berat. Tingkat hutang perusahaan yang tinggi
akan meningkatkan tingginya tingkat kebangkrutan perusahaan. Hal ini dipandang
5
investor sebagai resiko perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai equity risk
premium.
Penelitian-penelitian di bidang pasar modal telah banyak dilakukan diantaranya
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi equity risk premium. Dari penelitian
yang telah dilakukan terdapat perbedaan tentang variabel-variabel yang dipilih
dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Diantara penelitian terdahulu yang
memberikan kesimpulan berbeda antara lain.Penelitian yang dilakukan oleh
Gebhardt, Lee, dan Swaminathan (2001) menyimpuklan bahwa bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh negatif pada equity risk premium tapi tidak
signifikan. Boone,et al (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium, sedangkan
penelitian yang dilakukan Saiful & Erlina (2010) menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap equity risk premium.Penelitian Francis, at
al. (2004) tentang biaya ekuitas dan atribut laba menemukan bahwa semakin
tinggi kualitas laba perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium
perusahaan tersebut.Penelitian Frensday dan Styama (2007) dimana hasil yang
diperoleh pada penelitian tersebut adalah risiko berpengaruh positif signifikan
terhadap return on equity dan didukung juga oleh penelitian Wijaya Oka (2000)
hasil dari penelitiannya menemukan bahwa risiko berpengaruh positif signifikan
terhadap return on equity. Sehingga semakin tinggi return on equity maka
semakin tinggi resiko yang diterima, hal ini akan menaikan nilai equity risk
premium. Sedangkan penelitian Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang
negatif dan signifikan antara return on equity dengan resiko. Sehingga semakin
tinggi return on equity maka semakin rendah yang diterima, hal ini akan
6
menurunkan nilai equity risk premium.Penelitian oleh Boone,et al (2008) yang
menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap equity risk premium. Boone,et al memandang bahwa hutang
merupakan resiko bagi perusahaan yang harus dihindari karena dapat
menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Hasil penelitian Brigham dan Houston
(2006) menjelaskan bahwa perusahaan dengan prospek yang menguntungkan
akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal
baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang
melebihi targer struktur modal normal. Hal ini bermakna bahwa perusahaan
dengan prospek baik cenderung memiliki hutang yang tinggi.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Saiful &
Erlina (2010) yang berjudul “ Equity risk premium perusahaan yang terdaftar di
bursa efek indonesia dan factor-faktor yang mempengaruhinya”. Perbedaan dalam
variabel independen yang digunakan yaitu peneliti menambahkan return on equity
serta berbeda dalam periode penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas serta
terjadi kontra diktif hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengeruhi
equity risk premium , maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Equity Risk Premium Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
7
LANDASAN TEORI A. Capital Asset Pricing Model Capital asset pricing model diperkenalkan oleh Sharpe (1964) dan Linter (1965)
yang digunakan untuk menentukan return suatu asset pada saat kondisi
equilibrium. Capital asset princing model merupakan sebuah model yang
menggambarkan hubungan antara resiko dan return yang diharapkan, model ini
sering digunakan dalam penilaian harga suatu saham.
Bodie et al (2005) menjelaskan bahwa capital asset pricing model (CAPM)
merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital asset pricing
model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah
aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Capital asset pricing
model sudah luas digunakan karena capital asset pricing model memiliki akurasi
yang cukup baik pada aplikasi penting.
Berdasarkan rumus CAPM dijabarkan hubungan antara tingakat return dengan
Dimana (expected return on market portofolio – risk free rate) disebut juga premi
resiko karena mencerminkan kompensasi atas kesanggupan investor dalam
menanggung diatas tingkat suku bunga bebas resiko.
Equity risk premium merupakan salah satu faktor dalam capital asset pricing
model. Anin dan Falascheti (1998) mendefinisikan equity risk premium sebagai
8
imbalan yang diinginkan investor untuk mendapatkan pendapatan tidak tetap
sehubungan dengan ekuitas miliknya. Sementara itu Martin dan Lillo (2003)
berpendapat bahwa equity risk premium merupakan perbedaan antara return
saham biasa dengan return dari sekuritas pemerintah.
Terdapat dua cara umum untuk mencari equity risk premium, pertama
menggunakan data historis dan yang lain menggunakan perkiraan atau proyeksi
pasar. Dengan menggunakan data historis, asumsinya adalah bahwa apa yang
terjadi di masa lalu menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa depan.
Dengan menggunakan proyeksi pasar, asumsinya adalah bahwa untuk
memproyeksikan equity risk premium dapat dilakukan melalui survey atau
beberapa model proyeksi lain. Kebanyakan model equity risk premium
menggunakan data historis dan mengasumsikan bahwa beberapa periode masa
lalu menyediakan indikasi terbaik dari apa yang akan terjadi di masa depan.
Anin dan Falaschetti (1998) menggunakan CAPM dalam menghitung ERP.
Mereka menyatakan bahwa return yang diharapkan terdiri dari dua komponen
utama, yaitu, tingkat return bebas risiko dan premi risiko yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
E(Ri) = Rf + β RPm
Keterangan:
E(Ri) = tingkat return sekuritas i yang diharapkan
β = beta saham i
Rf = tingkat return aset bebas risiko
RPm = premi resiko ekuitas pasar secara keseluruhan
9
Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrument-instrumen yang dianggap tidak
memiliki kemungkinan gagal bayar.
RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas resiko dengan tingkat
return investasi pasar modal. Penentuan equity market risk premium dengan
memasukan premi resiko spesifik suatu negara (country-specific risk premiums)
seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk
premium. Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto
yang mengakomodasi perubahan-perubahan sentimen jangka pendek di sekuritas
pada pasar negara berkembang (emerging market).
Beta (β) adalah faktor untuk meliput risiko sistematis dari suatu ekuitas. Beta
akan dikalikan dengan base equity market risk premium untuk mendapatkan
equity risk premium.
B. Ukuran Perusahaan
Tujuan utama ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar
atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi
investor dan kreditor karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang
dilakukan. Ukuran perusahaan (firm size) dalam perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan total asset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total
asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar, semakin besar pula ukuran perusahaan
tersebut. Semakin besar asset maka akan semakin besar modal yang ditanam,
semakin besar penjualan, maka semakin besar perputaran uang, dan semakin besar
kapitalisasi, maka semakin besar dikenal oleh masyarakat (Riyanto, 2001).
10
Diantara ketiganya, total asset dinilai lebih stabil dibandingkan dengan penjualan
dan kapitalisasi pasar.
Sujoko dan Soebiantoro (2007), ukuran perusahaan merupakan cerminan besar
kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total asset perusahaan pada neraca
akhir tahun. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki total asset besar dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu
yang relatif lama. Boone,et al (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium. Gebhardt, et
al. (2001) menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak informasi-informasi publik
tentang perusahaan yang lebih besar dan saham-saham mereka yang lebih likuid.
Semakin banyak informasi tersedia tentang perusahaan dan lebih likuid saham,
semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka semakin rendah
equity risk premium yang terealisasi
Dalam penelitian ini, perusahaan di kelompokkan sebagai perusahaan besar dan
menengah atau kecil. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang
menyatakan bahwa :
“Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekeyaan (total aktiva) tidak lebih dari seratus milyar rupiah. Sedangkan perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total asset ) diatas seratus milyar”
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan.
Dikarenakan total asset bernilai miliyaran rupiah maka hal ini dapat disederhanakan
dengan mentransformasikan kedalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan
dapat dihitung dengan : Size = Ln Ta
11
C. Retur on Equity
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi
yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan. Monteiro (2006)
menyatakan bahwa ROE adalah suatu rasio yang penting yang harus
dipertimbangkan oleh investor. Dalam perhitungannya, secara umum return on
equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun
terakhir.
Rohaeni (2008) menemukan hubungnan yang negatif dan signifikan antara laba
dengan resiko.. Return on equity (ROE) yang tinggi merupakan cerminan dari
effesiensi perusahaan dalam menggunakan dananya, maka hal ini akan
meminimalkan resiko yang ada pada perusahaan sehingga equity risk premium
menjadi semakin rendah.
Dalam manajerial effeciency theory of profit, perusahaan yang dikelola secara
efisien akan memperoleh laba diatas rata-rata laba normal. Return on equity
(ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat
kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.
D. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio solvabilitas. Rasio
ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
12
terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Debt to equity ratio adalah perbandingan antara
total utang dengan total modal. Westerfield dan Randolph (2002) menyatakan
debt to equity ratio merupakan suatu proksi untuk mengestimasikan hutang dalam
suatu perusahaan.
Debt to equity ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak
terbayarkan suatu hutang. Debt to equity ratio (DER) juga menunjukkan tingkat
hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya
hutang yang besar. Seperti apa yang disebutkan dalam teori trade-off penggunaan
hutang yang terlampau besar akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang tinggi.
Hal tersebut menyebabkan hutang dipandang menjadi beban bagi perusahaan
yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor.
Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to equity ratio (DER)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Para investor
cenderung menghindari saham-saham yang memiliki debt to equity ratio (DER)
yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan
menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak
dengan menurunnya nilai return perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).
F. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, kajian teoritis, dan tinjauan
penelitian terdahulu digambarkan rerangka pemikiran di bawah ini :
13
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
G. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan berdasarkan kerangka
pemikiran maka hipotesis dari penelitian ini :
H. Ukuran perusahaan terhadap equity risk premium
Fama dan French (1995) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai
skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan
yang berskala besar. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung
untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan
yang berskala kecil mempunyai risiko yang lebih besar daripada perusahaan besar.
Perusahaan yang mempunyai risiko yang besar biasanya menawarkan return yang
besar untuk menarik investor.
Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran
perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan
mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa
perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding
perusahaan besar.
Ukuran Perusahaan
Return on Equity
Debt to equity Ratio
Equity Risk Premium
14
Levinsohn (2001) menemukan bahwa perusahaan yang memberikan informasi
bisnis dan keuangan secara jelas dapat membantu investor dalam memahami
perusahaan dengan lebih baik. Perusahaan yang tidak memberikan informasi
keuangan yang memadai dipandang oleh investor sebagai perusahaan yang
memiliki resiko informasi yang tinggi, sehingga membuat investor tidak
memahami kondisi lingkungan bisnis, strategi dan lingkungan persaingan dari
perusahaan tersebut.
Gebhardt, et al. (2001) menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak
informasi- informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan saham-
saham mereka yang lebih likuid. Semakin banyak informasi tersedia tentang
perusahaan dan lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan
dalam perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium yang terealisasi.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Boone,et al (2008) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh negatif
terhadap equity risk premium
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung
memberikan informasi secara luas kepada investor mengenai kondisi
perusahaannya, sehingga resiko akan informasi perusahaan semakin kecil.
Sedangkan pada perusahaan kecil resiko yang disebabkan oleh sedikitnya
informasi yang diterima investor cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu, variabel
ini diperkirakan memiliki tanda negatif. Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis pertama yang diajukan adalah:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.
15
I. Pengaruh return on equity terhadap equity risk premium
Return on equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan.
Return on equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefektivitasan
perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan
yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham.
Perusahaan yang semakin efektif dalam menggunakan modal sendiri dalam
menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya
(Widodo, 2007).
Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara return
on equity dengan resiko. Sehingga semakin tinggi return on equity maka semakin
rendahi resiko yang diterima, hal ini akan menurunkan nilai equity risk premium.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan semakin efisen perusahaan menggunakan
modal sendiri untuk menghasilkan laba maka akan semakin rendah resiko yang
dirasakan oleh investor, maka akan semakin tinggi efisiensi perusahaan yang
tercermin dari return on equity maka equity risk premium yang akan terealisasi
akan semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kedua yamg
diajukan adalah:
H2 : return on equity berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.
16
J. Pengaruh debt to equity ratio terhadap equity risk premium Menurut penelitian yang Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to
equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk
premium. Boone,et al memandang bahwa hutang merupakan resiko bagi
perusahaan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kebangkrutan
perusahaan
. Debt to equity ratio yang tinggi akan mengakibatkan risiko finansial perusahaan
yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan
mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang.
Namun menurut Sembiring (2005) debt to equity ratio mencerminkan tingkat
resiko keuangan suatu perusahaan, semakin besar tingkat risiko maka semakin
besar keuntungan yang diisyaratkan. Selain itu, Gebhardt, et al. (2001)
menyatakan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari leverage keuangan
diperkirakan dapat meningkatkan risiko yang dirasakan dan meningkatkan equity
risk premium perusahaan.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan semakin tinggi hutang perusahaan akan
semakin rendah tinggi resiko kebangkrutan yang akan dialami oleh perusahaan.
Semakin tinggi debt to equity ratio perusahaan maka equity risk premium yang
akan terealisasi akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H3 : debt to equity berpengaruh positif terhadap equity risk premium.
17
METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan tiga variabel independen dan satu variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
return on equity, dan debt to equity ratio. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah equity risk premium.
B. Variabel Dependen
Variabel dependen yakni variabel yang dipengaruhi atau tertanggung oleh variabel
lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah equity risk premium. Equity
risk premium dapat dicari dengan pendekatan data historis dan pendekatan
proyeksi pasar. Pada penelitian ini, equity risk premium diukur menggunakan
pendekatan data historikal .Anin dan Falaschetti (1998) menggunakan CAPM
dalam menghitung ERP. Mereka menyatakan bahwa return yang diharapkan
terdiri dari dua komponen utama, yaitu, tingkat return bebas risiko dan premi
risiko yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
E(Ri) = Rf + β RPm
Keterangan:
E(Ri) = tingkat return sekuritas i yang diharapkan
β = beta saham i
Rf = tingkat return aset bebas risiko
RPm = premi resiko ekuitas pasar secara keseluruhan
Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrument-instrumen yang dianggap tidak
memiliki kemungkinan gagal bayar.
18
RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas resiko dengan tingkat
return investasi pasar modal. Penentuan equity market risk premium dengan
memasukan premi resiko spesifik suatu negara (country-specific risk premiums)
seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk
premium. Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto
yang mengakomodasi perubahan-perubahan sentimen jangka pendek di sekuritas
pada pasar negara berkembang (emerging market). Untuk penilaian base equity
market risk premium menggunakan tingkat premi risiko berdasarkan hasil riset
Aswath Damodaran (Stern Business School, New York University).
Dari persamaan diatas, nilai konstanta bernilai positif, artinya bahwa jika
diasumsikan variable independen yakni ukuran perusahaan, return on equity, dan
debt to equity ratio konstan, maka akan meningkatkan nilai equity risk premium.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Tabel 6 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.390a
.152 .131 1 11463
Lampiran E Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012 Dari tabel 4.8 diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0.131. Hal ini
berarti bahwa 13,1% equity risk premium dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen yaitu ukuran perusahaan, return on equity, dan debt to equity ratio
sisanya sebesar 86,9% (100% - 13,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar
model.
Uji Hipotesis
Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis
Model
Unstandardized
Coefficients
Sig. B Std. Error
1(Constant) 11.481 5.703 .046
LN_size -4.227 2.286 .037
LN_roe -.339 .075 .000
LN_der .145 .127 .025
Berdasarkan dari hasil analisis data pada tabel 4.10 diperoleh hasil :
24
1. Pengaruh ukuran perusahaan (X1) terhadap Equity risk premium (Y)
Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel ukuran perusahaan (X1) sebesar -
4.227 dengan signifikansi sebesar 0.037 dan < 0.05 yang berarti bahwa model
regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial ukuran perusahaan
(X1) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang
menyatakan terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap equity risk
premium diterima .
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian
Gebhadrt et el (2001) yang menemukan bahwa semakin banyak informasi publik
yang tersedia pada perusahaan besar akan semakin rendah resiko yang dirasakan
dalam perusahaan, maka equity risk premium akan semakin rendah. Penelitian ini
sejalan dengan penelitan Boone et el (2008) yang meyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.
2. Pengaruh return on equity (X2) terhadap equity risk premium (Y). Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel return on equity (X1) sebesar -0.339
dengan signifikansi sebesar 0.000 dan < 0.05 yang berarti bahwa model regresi
tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial return on equity (X1)
berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang
menyatakan terdapat pengaruh antara return on equity terhadap equity risk
premium diterima .
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa return on equity memiliki pengaruh
negative dan signifikan terhadap equity risk premium . Hasil penelitian ini
25
konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Francis at el (2004)
yang meneliti biaya ekuitas dan atribut laba menemukan bahwa semakin tinggi
laba maka semakin rendah equity risk premium perusahaan tersebut.
3. Pengaruh debt to equity ratio (X3) terhadap equity risk premium (Y). Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel debt to equity ratio (X3) sebesar
0.145 dengan signifikansi sebesar 0.025 dan < 0.05 yang berarti bahwa model
regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial debt to equity ratio
(X3) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1
yang menyatakan terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap equity
risk premium diterima
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh
positifdan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Gebhadrt et el (2001) yang
berpendapat bahwa tingkat yang lebih tinggi dari hutang diperkirakan akan
meningkatkan resiko yang dirasakan dan hal ini akan meningkatkan equity risk
premium perusahaan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitan Boone et el
(2008) dan Saiful & Erlina (2010) yang meyatakan bahwa hutang berpengaruh
positif terhadap equity risk premium.
.PENUTUP
A. Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh ukuran perusahaan, return on equity dan debt to
equity ratio terhadap equity risk premium. Dalam penelitan ini terdapat tiga
26
hipotesis yang diajukan dan ketiga hipotesis tersebut diterima secara statistik.
Berikut adalah simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:
1. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik ukuran perusahaan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil
pengujian menunjukan nilai sebesar - 4.227 yang berarti setiap kenaikan 1
kali ukuran perusahaan akan menurunkan equity risk premium sebesar 4.227
kali dengan asumsi variabel lain konstan.
2. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik return on equity
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil
pengujian menunjukkan nilai sebesar -0.339 yang berarti bahwa setiap
kenaikan 1 kali return on equity, akan menurunkan equity risk premium
sebesar 0.339 kali dengan mengasumsikan variabel yang lain konstan.
3. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistic debt to equity ratio
berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil
pengujian menunjukkan nilai sebesar 0.145 yang berarti bahwa setiap
kenaikan 1 kali debt to equity ratio akan menaikkan equity risk premium
sebesar 0.145 kali dengan mengasumsikan variabel yang lain konstan.
B. Saran 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel
sehingga diperlukan kehati-hatian dalam melakukan generalisasi. Penelitian
selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel pada jenis industri lain
27
diluar manufaktur atau mengelompokan perusahaan manufaktur berdasarkan
subsector manufaktur.
2. Berdasarkan hasil regresi, besarnya nilai adjusted R square sebesar 0.131.
Hal ini berarti bahwa 13,1 % equity risk premium dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen yaitu ukuran perusahaan, return on equity, debt
to equity ratio. Sedangkan sisanya sebesar 86.9% merupakan pengaruh dari
variabel bebas lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti dengan
variabel bebas lainnya yang diduga berpengaruh terhadap equity risk
premium seperti pertumbuhan perusahaan, resiko bencana, nilai perusahaan.
3. Investor seharusnya dapat melihat peluang tambahan return yang akan
didapat jika berani menanamkan modalnya di perusahaan yang memiliki
resiko tinggi. Resiko tidak selalu dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di
bidang keuangan, resiko memilik arti yang berbeda dan lebih luas. Resiko
lebih berkaitan dengan kemungkinan mendapatkan return yang tidak sesuai
dengan apa yang investor inginkan. Ketika anda mendapatkan return yang
lebih kecil atau sebaliknya itulah yang dinamakan resiko (Damodaran,2001)
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wahyudin. 2004. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Fakultas Ekonomi. Universitas Widyatama : Bandung
Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, 26-28 Juli.
Annin, Michael and Dominic, Falaschetti. 1998.” Equity Risk Premium Article.” IL: Ibbotson Associates.
28
Aswath, Damodaran, 2001, Corporate Finance: Theory and Practice, International Edition, Willey, New York.
Banz, Rolf W.1981.” The Relationship between Return and Market Value of Common Stock.” Journal of Financial Economics. Vol. 9.
Baroto,Arjo (2008), Valuasi Bisnis Unit Perusahaan dengan menggunakan option analisis: option to abandon: studi kasus pada PT CI.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Basu, S. 1977.” Investment performance of Common Stocks in Relation to Their Price- Earning Ratios: A Test of the Efficient Market Hypotesis”. Journal of Finance, 12
Boone, Jeff P., Khurana, Inder K. and Raman, K. K. 2008.” Audit Firm Tenure and the Equity Risk Premium, Journal of Accounting Auditing and Finance, Forthcoming”. www.ssrn. Com
Damodaran, Aswath. 2008.” Estimating The Equity Risk Premium, Journal of Accounting and Economics.” http://www.stern.nyu.edu/fin/workpapers/ papers99/wpa99021.pdf
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., (2006), Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Yulianto, Akbar, Ali, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Fatony M,Gadhavai (2010), Analisis kelayakan Investasi Bioethanol di Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Easton, P. 2004. “PE Ratios, PEG Ratios, and Estimating the Implied Expected Rate of Return on Equity Capital”. The Accounting Review 79 (1). pp 73-95.
Erb, Claude, Campbell R. Harvey and Tadas Viskanta, 1995, Country risk and global equity selection, Journal of Portfolio Management, 21, Winter, 74--83.
Francis, J, LaFond, R, Olsson, PM & Schipper, K 2004, ‘Costs of Equity and Earnings Attributes’, The Accounting Review, Vol. 79, No. 4, pp. 967-1011.
Gebhardt, W., Lee, C., dan Swaminathan, B. 2000. “Toward and Implied Cost of Capital”.Journal of Accounting Research 39 (1): 135-176
29
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Hartono. 2009.” Pertimbangan Return dan Risiko dalam Keputusan Investasi” .
Rohaeni,Heni .2009.” Analsis dana pihak ketiga dan kredit bermasalah terhadap laba ( study kasus PT Bank X).Skripsi. Jurusan Manajemen. IPB
Husnan,Saud.2001.Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga, Penerbit : Gajah Mada. Yogyakarta.
Leuz, C. and Verrechhia., R. 2005. “Firms’ Capital Allocation Choices, Information Quality,and The Cost of Capital”. Working Paper, University of Pennsylvania.
Levingsohn,A (2001, Maret), ” FABS weigh the value of voluntary disclosure”, Strategic Finance (NAA), Vol 82.(9)
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2000, Analisis Laporan Keuangan, cetakan kedua, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Martin, J. Rudrigo, Fuentes, San and Lilo, Salvador, Zurita. (2003). The Equity Risk Premium in Emerging Market: The Case of Chile.
Mas’ud Machfoedz (1994), Financial Ratio Analysis and The Predictions of Earnings Changes in Indonesia, 114 -137.
Miswanto dan Suad Husnan. 1999. The Effect of Operating Leverage, Cyclicality, and Firm Size on Business Risk. Gadjah Mada International Journal of Business. Vol 1 No 1 (Mei) : 29-43.
Monteiro,A (2006), A quick guide to financial ratio the citizen, Moneyweb Business Insert,6.
Natarsyah, Syahib, 2000, Analisis Pengaruh beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham, Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 15, No. 3.
Saiful dan Erlina. 2010.” Equity Risk Premium Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” Simposium Nasional Akuntansi XIII
30
Sujoko dan Subiantoro .2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur dan Non-Manufaktur di Bursa Efek Jakarta).Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 9, No.1, hal 41-48. Availaible from: http://www.petra.ac.idpulit/journals/dir.php?DepartementID=MAN
Sembiring, E. R. 2005. "Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta". Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo
Ross, A Stephen. Westerfield, W. Randolph & Jordan, D. Branford. 2002.Essentials of Corporate Finance, 3rd ed., McGraw-Hill Irwin.
Tandelilin, Eduardus. 2001.”Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama.Yogyakarta: BPFE.
Widodo,Saniman.2007. “Analisis pengaruh rasio aktivitas, rasio Profitabilitas, dan rasio pasar terhadap return saham syariah dalam Kelompok jakarta islamic index (jii) tahun 2003 – 2005”.Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro