FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA MASYARAKAT DI DESA PANTON BAYAM KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI SABDAN HUSAINI 09C10104007 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2014
54
Embed
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUANG AIR BESAR ...repository.utu.ac.id/663/1/BAB I_V.pdf · FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA MASYARAKAT DI DESA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUANG AIR
BESAR SEMBARANGAN PADA MASYARAKAT DI DESA
PANTON BAYAM KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
SABDAN HUSAINI
09C10104007
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUANG AIR
BESAR SEMBARANGAN PADA MASYARAKAT DI DESA
PANTON BAYAM KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
SABDAN HUSAINI
09C10104007
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
ii
ABSTRAK
Sabdan Husaini. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Buang Air Besar
Sembarangan Pada Masyarakat Di Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014. Di bawah bimbingan Marniati, SKM,
M.Kes dan Maiza Duana, SKM.
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa salah satu negara yang
masih banyak melakukan buang air besar sembarangan (BABs) yaitu Indonesia.
Indonesia menduduki peringkat tiga di dunia, sekitar 78 juta penduduk Indonesia
masih melakukan praktek/ BABs. Desa Panton Bayam merupakan salah satu
perkampungan yang terletak di Kecamatan Beutong Berdasarkan data yang di
peroleh dari desa semua masyarakat desa Panton Bayam melakukan buang air
besar yaitu di sungai, parit, semak-samak maupun di tempat lainnya.
Tujuan penelitian in untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
BABs pada masyarakat di Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong. Jenis
penelitian ini kuantitatif yang bersifat analitik dengan desain penelitian cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
bertempat tinggal di Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong yang berjumlah
359 responden, pengambilan sampel adalah dengan mengunakan teknik cluster
sample yang berjumlah 78 responden, dapat dianalisis dengan univariat dan
bivariat dengan uji chi square dan melihat nilai Odds Rasio (OR).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan buang air besar sembarangan (P.Value
0,022 < α=0,05) dengan OR = 4,235. Sedangkan sikap didapat bahwa ada
hubungan yang bermakna antara sikap dengan buang air besar sembarangan
dengan nilai (P.Value 0,030 < α=0,05) dengan OR = 6,714. tindakan yaitu
terdapat hubungan antara tindakan dengan buang air besar sembarangan dengan
nilai (P.Value 0,025 < α=0,05). dengan OR = 16,36 Sedangkan sarana yaitu
terdapat tidak hubungan yang bermakna antara sarana dengan buang air besar
sembarangan (P.Value 0,078 > α=0,05) dengan OR = 0,750.
Disarankan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang
cara buang air besar, sikap dan tindakan untuk tidak BABs.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Buang Air Besar Sembarangan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) bahwan salah satu negara
yang masih banyak melakukan Buang air besar sembarangan (BABs) yaitu
Indonesia. Indonesia menduduki peringkat tiga di dunia untuk penduduk yang
melakukan buang air besar sembarangan (BABs) setelah Cina dan India. Bahkan
menurut data WHO, sekitar 78 juta penduduk Indonesia masih melakukan
praktek Buang air besar (BAB) di sembarang (WHO, 2013).
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan
Nasional. Pembangunan kesehatan di selenggarakan dengan memberikan prioritas
kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit di samping
penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku dan
keturunan. Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
kesehatan individu dan masyarakat. Keadaan lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat dapat merugikan kesehatan baik
masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang di sebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi, maupun
teknologi. Kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan tersebut
2
adalah penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, kondisi rumah dan
kondisi lingkungan pemukiman (Depkes RI, 2005).
Buang air besar (BAB) sembarangan merupakan suatu tindakan yang
kurang baik bagi setiap orang, dimana hal tersebut bisa merugikan diri sendiri,
baik dari segi kesehatan maupun situasi lingkungan tempat tinggal sekitarnya
(Zulfandi, 2009).
Buang air besar sembarangan (BABs) adalah salah satu penyebab utama
lingkungan kesehatan tidak sehat, salah satu akan terjangkit penyakit diare, gatal-
gatal, typhus muntah berak, disentri, cacingan dan berbagai jenis penyakit lainnya.
Hal ini di karenakan oleh perilaku masyarakat seperti yaitu setelah buang air besar
biasanya tidak cuci tangan, atau dihinggapi lalat yang akhirnya ke makanan
(Asnawi, 2010).
Berdasarkan data dari Bappenas RI mengatakan, sampai tahun 2013
kurang lebih ada 42 juta masyarakat Indonesia yang masih buang air besar
sembarangan (BABs). Jumlah tersebut tersebesar di seluruh Indonesia. Berbagai
hal menjadi penyebab kebiasaan ini masih dilakukan, mulai dari tidak punya toilet
hingga tidak terbiasa menggunakan kamar kecil. Hal ini bisa berakibat terhadap
dampat lingkungan dan sanitasi lingkungan tidak baik (Bappenas RI, 2013).
Salah satu masalah sanitasi dan air bersih adalah, masih banyaknya orang-
orang yang buang air besar sembarangan (BABs) di sungai. Padahal, perilaku
tidak sehat ini, bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan dan risiko
penyakit. Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan,
Drh. Wilfried H. Purba mengatakan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
3
(Riskesdas) tahun 2012, sebanyak 39-40 juta orang yang buang air besar
sembarangan, itu termasuk orang yang mempunyai jamban seperti WC, namun
masih membuang kotorannya ke sungai. Padahal menurutnya, seharusnya
masyarakat membuat septiktank, jadi tidak membuang kotorannya ke sungai.
Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar sembarangan
ke sungai adalah Escherichia col. Itu merupakan penyakit yang membuat orang
terkena diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena kondisi tubuh turun
maka masuklah penyakit-penyakit lain ( Depkes RI, 2012 )
Berdasarkan penetapan untuk pencapaian terwujudnya sanitasi dasar
(jamban) dalam Millennium Development Goals (MDGs) yaitu mencapai 100%
pada tahun 2015, sanitasi merupakan peringkat ke 7 dalam Millennium
Development Goals (MDGs). Penetapan ini untuk mendorong masyarakat, demi
terwujudnya program dan peningkatan kepedulian masyarakat untuk memiliki
jamban dan penggunaan jamban (Depkes, RI, 2013).
Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh (Mutmainna, 2009)
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan
sebagai media bibit penyakit, seperti: diare, typhus muntaber, disentri, cacingan
dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada
sumber air dan bau busuk serta estetika. Menurut data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) (2013), sebagian masyarakat yang tidak memiliki fasilitas
pembuangan tinja melakukan buang air besar (BAB) di kolam/sawah (0,15%),
sungai (8,55%), lubang tanah (3,34%), tanah lapang/kebun (38,87%), dan lainnya
4
(0,34%). Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa kondisi sanitasi
khususnya terkait perilaku masyarakat Kecamatan Tabongo Kabupaten
Gorongtalo dalam buang air besar sembarangan (BABs) masih rendah, sehingga
perlu di tingkatkan untuk mencapai target pemerintah pusat terkait sanitasi dalam
RPJMN (Rencana Pembanguanan Jangka Menengah Nasional)
Sanitasi lingkungan di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Aceh pada
khususnya masih belum mencapai kondisi sanitasi yang memadai. Kebutuhan
sanitasi dasar belum tercapai seperti pembangunan tempat pembuangan kotoran
manusia. Fasilitas pembuangan tinja/pembuangan kotoran manusia yang
memenuhi syarat kesehatan berpengaruh besar terhadap kesehatan lingkungan.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Aceh bahwa
tahun 2013 menunjukkan 36,83% masyarakat aceh yang BAB di rumah sendiri,
dan sebanyak 12,90% untuk bersama dan sebanyak 6,98% yang umum. Jadi
masih ada 43,29% tidak memiliki fasilitas buang air besar, sehingga dapat di
katakan bahwa cakupan jamban untuk Propinsi Aceh tahun 2013 baru mencapai
56,71%. Padahal cakupan jamban harus mencapai 100% atau semua masyarakat
harus memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dirumah
( Dinkes Propinsi Aceh, 2013).
Sementara berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Nagan Raya tahun 2013, terdapat 62,2% yang memiliki jamban,
53,3% yang memiliki pengolahan air limbah dan rumah tangga yang berperilku
hidup bersih dan sehat (PHBS) terdapat 87,1%. Panton Bayam merupakan salah
satu perkampungan yang terletak di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya,
5
dengan jumlah penduduk sebanyak 142.861 jiwa dan Desa Panton Bayam
Memiliki 92 KK dengan jumlah dusun 3 dusun yang terdiri dari dusun Petuasyam
28 KK, dusun T.Rajamanee 30 KK, dusun Agoi 33 KK. Desa Panton Bayam
yang tinggal di pinggir sungai memiliki kebiasaan Buang Air Besar Sembaranagn
(BABs) di sungai. Berdasarkan data yang di peroleh dari desa semua masyarakat
desa Panton Bayam melakukan buang air besar yaitu di sungai, parit, dan semak-
samak maupun di tempat lainnya. Hal ini dapat berdampak pada perilaku
masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat seperti di pesisir pantai,
pinggiran sungai serta di semak-semak bukan hal yang baru lagi karena luasnya
lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk membuang tinja atau faces
(Puskesmas Beutong dan Profil Gampong Panton Bayam, 2013)
Dari hasil observasi awal kondisi di lapangan diperoleh gambaran bahwa
sebagian besar masyarakat memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam
menggunakan jamban. Dimana sesuai hasil pengamatan awal yang telah di
lakukan memperlihatkan bahwa perilaku buang air besar pada masyarakat yang
tidak mempunyai jamban, sebagian besar masyarakat Panton Bayam melakukan
buang air besar semabarangan di sungai dan kolam, persawahan atau kebun. Hal
yang mendasari masyarakat yang tidak mempunyai jamban adalah sosial
ekonomi yang rendah dan lahan terbatas yang berada di dalam rumah. Terdapat
sebagian kecil masyarakat yang memiliki kesadaran dalam membuang kotoran di
jamban. Intinya adanya perbedaan perilaku masyarakat tersebut timbul karena
kurangnya kesadaran yang baik dalam membuang kotoran atau tinja dengan
menggunakan jamban keluarga.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan berikut
adalah bagaimana "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Buang Air Besar
Sembarangan Pada Masyarakat di Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014".
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi buang air besar
sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa Panton Bayam Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan yang
mempengaruhi buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di
Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun
2014.
2. Untuk Untuk mengetahui hubungan antara faktor sikap yang
mempengaruhi buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di
Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun
2014.
3. Untuk mengetahui hubungan antara faktor tindakan yang mempengaruhi
buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa Panton
Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
7
4. Untuk mengetahui hubungan antara faktor sarana jamban yang
mempengaruhi buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di
Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun
2014.
1.4 Hipotesa Penelitian
1. Ha : Ada hubungan antara faktor pengetahuan yang mempengaruhi buang
air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa Panton
Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor pengetahuan yang mempengaruhi
buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa
Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun
2014.
2. Ha : Ada hubungan antara faktor sikap yang mempengaruhi buang air
besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa Panton Bayam
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor sikap yang mempengaruhi buang
air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa Panton
Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
3. Ha : Ada hubungan antara faktor tindakan yang mempengaruhi buang air
besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa Panton Bayam
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor tindakan yang mempengaruhi
buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa
8
Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun
2014.
4. Ha : Ada hubungan antara faktor sarana jamban yang mempengaruhi
buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa
Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun
2014.
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor sarana jamban yang mempengaruhi
buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa
Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun
2014.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi buang air besar
sembarangan pada masyarakat, masyarakat juga bisa memahami bahaya
buang air besar sembarangan.
2. Bagi instansi kesehatan sebagai bahan masukkan untuk memperoleh
informasi tentang buang air besar pada masyarakat, demi meningkatkan
derajat kesehatan, dan juga untuk merencanakan program tentang buang
air besar pada masyarakat dan juga untuk menambah wawasan bagi
petugas kesehatan agar lebih memperhatikan tentang pentingnya
pengetahuan mengenai buang air besar sembaragan, agar masyarakat lebih
9
memperhatikan dan berperilaku baik dalam buang air besar seperti di
jamban keluarga maupun jamban umum yang sudah tersedia.
1.5.2 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya
dan bahan bacaan bagi orang banyak tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi buang air besar sembarangan pada masyarakat.
2. Bagi Penulis
Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian dan menambah
pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian, seperti tentang
pangetahuan, sikap, dan tentang faktor-faktor lain.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang
berhubungan faktor-faktor yang mempengaruhi buang air besar
sembarangan pada masyarakat di Desa Panton Bayam Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buang Air Besar
2.1.1 Pengertian
Menurut (Becker 1987 dalam Notoatmodjo 2007) buang air besar adalah
pembuangan tinja atau feses dilakukan setiap orang. Sedangkan buang air besar
sembarangan (BABs) adalah kegiatan seseorang dalam pembuangan fases atau tinja
di sembarang tempat seperti di pesisir pantai, pinggiran sungai serta di semak-
semak bukan hal yang baru lagi karena luasnya lahan yang dapat dijadikan
sebagai tempat untuk membuang tinja atau fases yang bisa berdapat terhadap
derajat kesehatan.
2.1.2 Mekanisme Buang Air Besar
Semua makanan yang masuk ke dalam tubuh, akan di cerna oleh organ
pencernaan. Selama proses pencernaan makanan di hancurkan menjadi zat-zat
sederhaa yang dapat diserap dan di gunakan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian
sisa-sisa pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja , urine atau gas
karbondioksida. Akhir dari proses pencernaan yang di keluarkan berupa tinja di sebut
buang air besar (Notoatmodjo, 2003).
Seseorang yang mempunyai kebiasaan teratur, akan merasa kebutuhan
membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini di sebabka
oleh reflek gastro kolika yang biasanya bekerja sesudah sarapan pagi. Makanan yang
sudah sampai lambung akan merangsang peristaltic di dalam usus, merambat ke
kolon sisa makanan yang dari hari sebelumnya, yang waktu malam mencapai sekum,
11
mulai bergerak isi kolon dan terjadi persaan di daerah perineum. Tekanan intra
abdominal bertambah dengan penutupan glottis, kontraksi diafragma dan otot
abdominal, spinter anus mengendor, dan kerjanya berakhir. Kerja defekasi
dipengaruhi oleh faktor kebisaan (Notoatmodjo, 2003).
Seseorang hendaknya berlatih untuk buang air besar tiap pagi, sebelum
kesibukan hari tertunda menyebabkan konstipasi (sembelit). Beberapa orang buang
air besar sebelum sarapan pagi, atau ada juga yang sesudahnya. Ada yang harus
keluar rumah pagi-pagi buang air besar setelah pulang kerja, ada pula yang pada
malam hari karena mmebutuhkan waktu yang tenang untuk memenuhi kebutuhannya.
Ada yang satu kali sehari, ada yang lebih sering, yang lain lagi dua hari sekali atau
dengan jangka waktu lebih panjang. Jadi frekuen buang air besar tiap orang berbeda-
beda. Seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata 330 gram
sehari. Tinja ini berisi bakteri, lepasan epithelium usus, nitrogen, gram, zat besi,
selulosa dan sisa zat makanan lain yang tidak larut dalam air (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Permasalahan Buang Air Besar dan Akibat yang ditimbulkan
Sejak dahulu sampai kapan pun, masalah pembuangan ktoran manusia selalu
menjadi perhatian kesehatan lingkungan. Dengan pertambahan penduduk yang tidak
sebanding dengan area pemukiman. Masalah pembuangan tinja semkin meningkat
tinja merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks yang harus sedini
mungkin diatasi pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai
penyakit, karenanya perilaku buang air besar sembarangan, sebaiknya segera
dihentikan. Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air
besar di sungai. Pekarangan rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain
mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal
12
tempat berkembangnya vektor penyebab penyakit akibat kebiasaan perilaku manusia
sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan pembuangan tinja dengan disertai
cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-
penyakit yang di tularkan melalui tinja. Untuk mencegah sekurangkurangya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran
manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003)
2.2 Jamban, dan Kotoran Manusia
2.2.1 Pengertian
Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang
harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap kelu arga. Pembuangan kotoran yang
baik harus dibuang kedalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu
dan tidak menjadi sarang penyakit (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Soemardji (2003) arti pembuangan tinja adalah pengumpulan
kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang
ada pada kotoran manusia mengganggu estetika. Berarti jamban keluarga sangat
berguna bagi kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya
bermacam penyakit yang di sebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola baik
Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat adalah upaya
penyehatan lingkungan pemukiman. Sarana jamban yang tidak saniter berperan
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Kotoran Manusia ialah segala
13
benda atau zat yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna lagi
sehingga perlu dibuang (Notoatmodjo, 2010)
2.2.2 Pengaruh Tinja bagi Kesehatan Manusia
Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempat, selain fakor
fisiologis, juga budaya dan kepercayaan. Ada perbedaan dari isi tinja yang
dihasilkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Isi dan komposisi tinja tergantung
dari beberapa faktor yaitu diet, iklim, dan status kesehatan (Sukarni, 2000).
Tinja manusia ialah buangan padat yang kotor dan bau juga media
penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme
pathogen yang dibawa air, makanan, lalat menjadi penyakit seperti: salmonella,