FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang) ANNEKE PUSPASARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
133
Embed
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI … · alih fungsi lahan tertinggi. Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk memberikan informasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur,
Kabupaten Karawang)
ANNEKE PUSPASARI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur,
Kabupaten Karawang)
ANNEKE PUSPASARI
H44080103
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN
ANNEKE PUSPASARI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang). Dibimbing oleh ACENG HIDAYAT.
Permasalahan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian saat ini terus mengalami peningkatan. Sejalan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan kebutuhan lahan meningkat. Adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk pembangunan, sementara ketersediaan lahan relatif tetap menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan. Kabupaten Karawang sebagai lumbung padi nasional juga mengalami alih fungsi lahan pertanian terutama lahan sawah. Dari tahun 2001-2010 luas lahan sawah yang mengalami alih fungsi sebesar 317,10 hektar. Terjadinya alih fungsi lahan akan memberikan dampak baik pada lingkungan maupun pendapatan petani. Kecamatan Karawang Timur merupakan salah satu kecamatan yang mengalami alih fungsi lahan tertinggi.
Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk memberikan informasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian dan dampaknya terhadap pendapatan petani. Tujuan khusus dari penelitian ini: (1) mengkaji laju alih fungsi lahan di Kecamatan Karawang Timur, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Kecamatan Karawang Timur, (3) menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap pendapatan petani, (4) menganalisis dampak lingkungan akibat alih fungsi lahan pertanian di Desa Kondangjaya.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari - April 2012. Data primer diperoleh dari hasil wawancara melalui kuisioner. Data sekunder diperoleh melalui dinas-dinas terkait serta studi literatur atau referensi lainnya berupa jurnal dan penelusuran data melalui internet. Laju alih fungsi lahan dianalisis dengan persamaan laju alih fungsi lahan, pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan menggunakan model regresi linier berganda dan model regresi logistik, dampak alih fungsi lahan dianalisis dengan analisis uji beda rata-rata. Pengolahan data dilakukan secara manual serta komputerisasi dan melalui program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren laju alih fungsi lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur mengalami fluktuasi dari tahun 2006-2011. Laju alih fungsi lahan tahun 2006-2011 sebesar 0,47 persen per tahun. Laju alih fungsi lahan sawah paling tinggi terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar 5,58 persen. Hal ini disebabkan karena adanya pembangunan pemukiman akibat peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Karawang Timur. Faktor-faktor yang mempengaruhi Alih fungsi lahan pertanian di tingkat wilayah adalah jumlah industri, dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di tingkat petani dipengaruhi oleh tingkat usia, luas lahan, lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Rata-rata pendapatan total petani sebelum dan sesudah alih fungsi lahan terjadi perubahan dari Rp 1.421.514,03 menjadi Rp 1.299.796,30. Namun, terjadinya alih fungsi lahan tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani. Keterampilan rendah dan
pendidikan rendah yang dimiliki oleh responden menyebabkan perubahan mata pencaharian tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan responden. Pembangunan terus-menerus menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah di Desa Kondangjaya. Alih fungsi lahan sawah menyebabkan dampak lingkungan. Dampak lingkungan dilihat dari kondisi air, udara, dan terjadinya banjir. Namun, dampak lingkungan yang terjadi tidak terlalu dirasakan oleh responden untuk saat ini.
Kata Kunci: Alih Fungsi Lahan, Pendapatan Petani, Lingkungan
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan
Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa
Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang)
Nama : Anneke Puspasari
NRP : H44080103
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT
NIP. 19660717 199203 1 003
Diketahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT
NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap
Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur,
Kabupaten Karawang) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Anneke Puspasari H44080103
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan selama proses
penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,
saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik.
4. Ibu (Fahriana), Bapak (Budy Christianto), kakak (Lieke Puspasari dan Deni
Angela), adik (Debrina Puspasari), dan Nenek (Ny. Desman) atas doa, saran,
dukungan dan motivasinya selama ini.
5. Kecamatan Karawang Timur dan Desa Kondangjaya.
6. Bapak Aat selaku Ketua Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan
Karawang Timur serta para penyuluh pertanian Kecamatan Karawang Timur
yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.
7. Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Karawang, Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Karawang, Dinas Pertanian,
Kehutanan, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Karawang.
8. Rekan satu bimbingan Ria Kantri, Esti Rahmaniah, Anggi Presti A,
Miftahurohmah, Arindy Pratiwi, dan Ai Surya terima kasih atas bantuan, saran
dan semangatnya selama ini.
9. Nurul Wulan S, Dwipanca P, Pradipta, Evi N, Vicky A, Erwan P, Dhilla,
Andri L dan Ade atas dukungan dan doanya selama ini.
10. Teman-teman ESL 45 atas kebersamaannya selama ini.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Dan
Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Kondangjaya,
Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang). Skripsi ini disusun untuk
memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Tujuan dari penelitian didalam skripsi ini adalah mengetahui laju alih
fungsi lahan yang terjadi di wilayah tersebut, mengidentifikasi faktor-faktor yang
diduga mendorong terjadinya alih fungsi lahan, menganalisis dampak alih fungsi
lahan pertanian terhadap pendapatan petani, serta menganalisis dampak
lingkungan dari alih fungsi lahan pertanian.
Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir penulisan.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata, penulis berharap
skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan.
Bogor, Juni 2012
Anneke Puspasari
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 12
2.1. Lahan Pertanian ............................................................................ 12 2.2. Alih Fungsi Lahan Pertanian ........................................................ 13 2.3. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian …………………………. 15 2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Alih fungsi Lahan ............... 17 2.5. Peraturan Tentang Alih Fungsi Lahan ......................................... 21 2.6. Penelitian Terdahulu …………………………………………… 23
III. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 25
IV. METODE PENELITIAN .................................................................. 28
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 28 4.2. Jenis dan Sumber Data …………………………………………. 28 4.3. Metode Pengambilan Sampel ………………………………….. 29 4.4. Metode dan Prosedur Analisis ………………………………….. 30
5.1. Gambaran Umum Kabupaten Karawang ………………………. 47 5.2. Gambaran Umum Kecamatan Karawang Timur ………………. 48
5.2.1. Gambaran Umum Desa Kondangjaya …………………... 53 5.3. Karakteristik Umum Responden ……………………………….. 54
5.3.1. Tingkat Usia …………………………………………….. 55 5.3.2. Pendidikan ………………………………………………. 56 5.3.3. Lama Bertani ……………………………………………. 57 5.3.4. Luas Lahan Sawah .……………………………………… 58
ix
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….. 59
6.1. Laju Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Karawang Timur ..……… 59 6.2. Alih Fungsi Lahan Pertanian Tingkat Wilayah ………………… 66 6.3. Alih Fungsi Lahan Pertanian Tingkat Petani …………………... 74
6.3.1. Proses Alih Fungsi Lahan ……………………………….. 77 6.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Tingkat Petani …………………………………………… 79 6.4. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Pendapatan Petani ……... 83 6.5. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Lingkungan ……………. 89
6.5.1. Dampak Terhadap Sampah ……………………………… 90 6.5.2. Dampak Terhadap Kondisi Udara ...….…………………. 91 6.5.3. Dampak Terhadap Ketersediaan Air ……………………. 92 6.5.4. Dampak Terhadap Banjir ……………………………….. 95
1. Nilai PDB Indonesia Tahun 2010-2011 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000........................................................................................... 2
2. Nama-Nama Perusahaan di Desa Kondangjaya 2000-2011...... 9
3. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Karawang ……….. 48
4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Karawang Tahun 2010 ..... 49
5. Luas wilayah Desa dan Kelurahan di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2010 .…………………………………………. 51
6. Jumlah Penduduk Masing-masing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2010 ..………………… 51
7. Keadaan Penduduk di Kecamatan Karawang Timur Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011 ....…………….. 52
8. Data Alih Fungsi Lahan Sawah di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2011 ………………………………………….. 53
9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Kondangjaya Tahun 2011.. 54
10. Luas Lahan Pemukiman (Bangunan, dan Pekarangan) di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2006-2011 ..……….…. 65
11. Jumlah Perusahaan Pembangun Perumahan di Lahan Sawah Kecamatan Karawang Timur Tahun 2000-2011 ......……….. 66
12. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memperngaruhi Alih Fungsi Lahan di Tingkat Wilayah ...……............................... 69
13. Luas Perubahan Lahan Sawah Menjadi Perumahan Tahun 2001-2010 …........................................................................... 72
14. Luas Lahan yang Mengalami Alih Fungsi ………................. 75
15. Penggunaan Hasil Pengalih Fungsian Lahan Oleh Petani ...... 79
16. Proses Alih Fungsi Lahan Oleh Petani Responden di Kecamatan Karawang Timur ...…………………………….. 80
17. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Tingkat Petan ....................................................................................... 83
18. Sumber Pendapatan Utama Petani yang Melakukan Alih Fungsi Lahan Pertanian .…………………………................... 88
19. Perbandingan Rata-rata Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Terjadinya Alih Fungsi Lahan ……….....………… 89
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jumlah Penduduk Kabupaten Karawang ………………….. 4
2. Diagram Alur Pikir ………………………………………… 27
3. Tingkat Usia Responden Tahun 2012 …………………..…. 54
4. Tingkat Pendidikan Responden Tahun 2012 …...…………. 55
5. Lama Bertani Responden …………………...……………... 56
6. Luas Lahan Sawah Responden …..…………….………..…. 57
7. Laju Luasan Lahan Sawah di Kecamatan Karawang Timur . 59
8. Tren Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Karawang Timur Tahun 2006-2010 ………………………………….……….. 64
9. Tren Perubahan Luas Lahan Tegalan dan Kebun Campuran Tahun 2001-2010 ..................................................................... 71
10. Kondisi Sampah di Desa Kondangjaya Tahun 2012 …......... 90
11. Kondisi Udara di Desa Kondangjaya Tahun 2012 ……….... 91
12. Perolehan Air Responden di Desa Kondangjaya …………... 93
13. Kualitas Air di Desa Kondangjaya Tahun 2012 ………….... 94
14. Kejadian Banjir di Desa Kondangjaya Tahun 2012 .………. 95
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Kebutuhan Data, Jenis Data, Sumber Data .……..……. 105
2. Peta Kabupaten Karawang ........................................................ 106
3. Laju Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Karawang Timur .......... 107
4. Jumlah Penduduk Kecamatan Karawang Timur 2006-2010 ..... 107
5. Penurunan Luas Lahan Sawah Kabupaten Karawang .............. 107
6. Data Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Tingkat Wilayah ....................................................................... 108
7. Data Pendapatan Sebelum dan Sesudah Melakukan Alih Fungsi Lahan ............................................................................ 109
8. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Tingkat Wilayah ...………………………………..... 111
9. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Tingkat Petani ..........………………………....…...... 115
10. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Pendapatan Total ..…... 117
11. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Pendapatan Usaha Tani . 118
sawah non PU, sawah tadah hujan, lahan kering (tegalan), lahan untuk perumahan
dan pekarangan sekitarnya, tambak, kolam, lahan sementara tidak diusahakan,
lahan hutan, rawa-rawa dan perkebunan. Penggunaan lahan ini dapat dilihat pada
Tabel 4.
49
Tabel 4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Karawang Tahun 2010
5.2 Gambaran Wilayah Kecamatan Karawang Timur
Kecamatan Karawang Timur adalah salah satu kecamatan dari 30
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang. Kecamatan Karawang
Timur merupakan pemekaran dari Kecamatan Karawang, Kecamatan Klari, dan
Kecamatan Majalaya pada tahun 2005. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 2
tahun 2005 yaitu tentang Pembentukan kecamatan pada Daerah Kabupaten
Karawang dan diresmikan pada tanggal 29 Maret 2005 oleh Bupati Karawang.
Wilayah ini merupakan letak pusat pemerintahan Kabupaten Karawang.
Penggunaan Lahan Luas (Hektar)
Lahan Sawah Irigasi teknis 83.021Irigasi setengah teknis 3.853Irigasi sederhana 2.986Irigasi desa 1.179Tadah hujan 3.273Lahan bukan sawah Tegal/kebun 5.374ladang/huma 3.203Perkebunan 412Ditanami pohon/ hutan rakyat 1.566Tambak 13.264Kolam/ Tebet/ Empang 587Sementara tidak diusahakan 33Lainnya 10.704Lahan bukan pertanian Rumah, bangunan dan halaman 23.398Hutan negara 14.601Rawa-rawa 197Lainnya 7.367Total 175.327Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan Kab. Karawang
50
Kecamatan Karawang (kecamatan Karawang Timur) termasuk ke dalam
pusat pertumbuhan bersama kecamatan lain, yaitu Kecamatan Teluk Jambe, Tegal
sari, Pangkalan, Klari, dan Ciampel. Berdasarkan Perda Kabupaten Karawang No.
2 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Kecamatan Karawang
diarahkan untuk pengembangan kawasan pemukiman skala besar dan skala
menengah. Selain itu, Kecamatan Karawang termasuk dalam zona industri dalam
skala kecil mengingat dominasi wilayah ini ditetapkan sebagai pusat pelayanan,
permukiman, perdagangan dan jasa.
Letak Geografis Kecamatan Karawang Timur berada terletak disebelah
timur Kabupaten Karawang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Majalaya dan
Kecamatan Rawamerta;
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Klari;
• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Telukjambe Timur;
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Karawang Barat.
Luas Wilayah Kecamatan Karawang Timur adalah 2.697,980 hektar
terdiri dari lahan sawah seluas 1.882,790 hektar dan lahan darat seluas 875,190
hektar. Permukaan tanah Karawang Timur termasuk dataran tinggi yang terdiri
dari sebagian besar persawahan dengan ketinggian dari permukaan laut kurang
lebih 15 m. Suhu rata-rata maksimum 33 0C dan minimum 27 0C.
Secara administratif, Kecamatan Karawang Timur membawahi 4 Desa dan
4 Kelurahan meliputi 82 Rukun Warga (RW) dan 377 Rukun Tetangga (RT).
Jarak Kecamatan Karawang Timur ke ibu kota kabupaten lebih kurang 3 km. Desa
dan Kelurahan di Kecamatan Karawang Timur terdiri dari: Desa Margasari, Desa
51
Tegal Sawah, Desa Kondangjaya, Desa Warungbambu, Kelurahan Karang Wetan,
Kelurahan Adiarsa Timur, Kelurahan Palumbonsari, dan Kelurahan Plawad. Luas
wilayah masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Desa di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2010
Desa dan Kelurahan Luas (Km2) Margasari 2,80 Tegal Sawah 4,32 Kondangjaya 2,69 Warungbambu 1,20 Karang wetan 3,20 Adiarsa timur 2,31 Palumbonsari 4,02 Palawad 7,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang, 2011
Kecamatan Karawang Timur memiliki kepadatan penduduk tertinggi
kedua dari seluruh kecamatan di Kabupaten Karawang, yaitu sebesar 3.963,76 per
km2. Jumlah penduduk di wilayah ini sebesar 118.001 jiwa yang terdiri atas
61.643 laki-laki dan 56.358 perempuan. Jumlah rumah tangga yang berada di
kecamatan ini sebanyak 26.786 rumah tangga. Jumlah penduduk masing-masing
desa dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Masing-Masing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Karawang Timur
Desa dan Kelurahan Jumlah Penduduk Margasari 8.643 Tegal Sawah 5.134 Kondangjaya 15.642 Warungbambu 12.071 Karang wetan 29.870 Adiarsa timur 16.701 Palumbonsari 19.286 Palawad 10.654
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang, 2011
52
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Karawang Timur sebagian
besar bergerak di sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7
dibawah ini.
Tabel 7. Keadaan Penduduk di Kecamatan Karawang Timur Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah KK (Orang) Persentase (%) 1 Pertanian 4.157 15,00 2 Industri/Perdagangan 5.730 20,70 3 Wiraswasta 6.149 22,30 4 Jasa 5.123 18,50 5 Lain-lain 6.495 23,50
Jumlah 27.654 100,00 Sumber : BP3K Kecamatan Karawang Timur
Sebagian besar penduduk yang bergerak di bidang pertanian merupakan
petani penggarap/buruh tani. Kepemilikan lahan di Kecamatan Karawang Timur,
sebagian besar dimiliki oleh masyarakat diluar Karawang Timur bahkan di luar
Kabupaten Karawang.
Kecamatan Karawang Timur merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Karawang yang terus mengalami alih fungsi lahan terutama lahan
pertanian ke non-pertanian. Sejak adanya pemekaran Kecamatan Karawang dan
RTRW 2004 yang menjadikan Kecamatan Karawang Timur sebagai kawasan
pemukiman menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Berdasarkan data dari
Dinas Pertanian, peternakan, dan kehutanan Kabupaten Karawang, Kecamatan
Karawang Timur pada tahun 2011 mengalami alih fungsi lahan sebesar 254,6
hektar. Alih Fungsi Lahan yang terjadi di Kecamatan Karawang Timur dapat
dilihat pada Tabel 8.
53
Tabel 8. Data Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2011
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Karawang 2011(diolah)
Tabel 10 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan luas lahan sawah
pada tahun 2009 menyebabkan penurunan luas lahan pemukiman yang sangat
drastis dengan laju 74,00 persen. Kemudian penurunan luas lahan yang terjadi
pada tahun 2011 di wilayah ini disebabkan karena adanya peningkatan luas lahan
pemukiman sebesar 41,85 persen.
Adanya pembangunan jalan karawang bypass dengan tujuan untuk
memudahkan jalur transportasi juga menjadi salah satu pemicu banyak investor
yang tertarik berinvestasi di bidang property atau perumahan di Kecamatan
Karawang Timur. Sampai tahun 2011, jumlah perusahaan yang membangun
perumahan di Kecamatan Karawang Timur terus bertambah. Namun, jumlah
perusahaan pembangun perumahan yang membangun diatas lahan sawah
mencapai 29 perusahaan yang tersebar di 4 desa dan 4 kelurahan. Berdasarkan
data dari Badan Pertanahan Nasional (2012), total luas perumahan yang dibangun
diatas lahan sawah luasnya mencapai 235,54 hektar . Jumlah perusahaan
pembangun perumahan di setiap desa dan kelurahan di Kecamatan Karawang
timur dapat dilihat pada Tabel 11.
64
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Jum
lah
Pend
uduk
(Jiw
a)
Jumlah Penduduk
Tabel 11. Jumlah Perusahaan Pembangun Perumahan di Lahan Sawah di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2000-2011
Desa/ kelurahan Jumlah Perusahaan Luas Perumahan (Ha) Margasari 1 8,50Kondangjaya 12 124,94Warungbambu 1 12,00Karang wetan 5 25,38Adiarsa timur 1 3,78Palumbonsari 9 57,82
Jumlah 29 232,42Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang 2012 (diolah)
Pembangunan pemukiman di wilayah ini dipicu oleh jumlah penduduk
yang terus meningkat setiap tahun. Tahun 2006 jumlah penduduk Kecamatan
Karawang Timur mencapai 90.485 jiwa dan mengalami peningkatan sebesar
27.516 jiwa sehingga pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 118.001 jiwa.
Tren pertumbuhan penduduk di Kecamatan Karawang Timur dapat dilihat pada
gambar 8 berikut ini.
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011
Gambar 8. Tren Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Karawang Timur Tahun 2006-2010
Rata- rata peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Karawang Timur
sebesar 103.293 jiwa dengn laju 5,76 persen setiap tahun. Peningkatan ini terjadi
seiring dengan adanya kelahiran serta banyak penduduk pendatang yang tinggal di
65
wilayah ini. Letak wilayah yang strategis juga mendorong terjadinya pertambahan
jumlah penduduk di wilayah ini.
Penurunan luas lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Karawang
Timur terjadi tidak hanya disebabkan oleh pembangunan pemukiman atau
perumahan namun juga disebabkan karena adanya pembangunan jalan, rumah
sakit, gudang dan lain-lain. Pembangunan jalan karawang bypass yang baru
diresmikan 17 Agustus 2009 dimana jalan ini menghubungkan Desa Warung
Bambu dan Kelurahan Tanjung Pura juga menyebabkan terjadinya alih fungsi
lahan pertanian. Lahan seluas 36,0304 hektar yang digunakan untuk pembangunan
jalan, sebagian besar lahan yang digunakan adalah lahan sawah yang berada di
Kecamatan Karawang Barat dan Karawang Timur. Tujuan pembangunan ini
sebenarnya untuk meningkatkan prasarana transportasi yang memadai dan layak
di Pulau Jawa khususnya Pantai Utara Pulau Jawa6.
Selain pembangunan jalan, lahan pertanian khususnya lahan sawah juga
dialihfungsikan menjadi rumah sakit umum di Kelurahan Palumbonsari. Lahan
pertanian yang mengalami alih fungsi adalah lahan sawah seluas 1,70 hektar.
Gudang Penyimpanan dan sumur eksploitasi yang berada di Desa Tegal Sawah
dan Kelurahan Margasari juga dibangun diatas lahan sawah. Luas lahan sawah
yang terbangun seluas 6,21 hektar (Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Karawang 2012).
Adanya perubahan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Karawang
Timur menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan sawah. Selain itu, hal ini
6 www.ibrd-srip.com/...karawang/TRACER%20Krwng%20Bypas.pdf. “Laporan Survai Kaji Ulang Sosial Rencana Pembangunan Jalan Karawang By Pass”. Diakses pada 9 April 2012 pukul 19.45
66
juga menyebabkan terjadinya perubahan kepemilikan lahan dan penurunan luas
lahan sawah yang dimiliki oleh petani. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap
hasil produksi dan pendapatan yang dimiliki oleh petani. Dalam jangka panjang,
hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.
6.2. Alih Fungsi Lahan Pertanian di Tingkat Wilayah
Alih fungsi lahan pertanian terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Alih
fungsi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Karawang Timur tidak hanya
disebabkan oleh faktor mikro yang berasal dari petani sendiri namun faktor makro
yang berasal dari tingkat wilayah juga turut mempengaruhinya. Kabupaten
Karawang sebagai tingkat wilayah turut mempengaruhi terjadinya alih fungsi
lahan pertanian. Kabupaten Karawang yang mengarahkan penataan ruangnya
untuk menjadikan pertanian dan industri sebagai basis perekonomiannya ingin
mensinergikan keduanya sehingga alih fungsi lahan pertanian tidak terjadi.
Namun dalam kenyataannya hal tersebut justru mendorong terjadinya alih fungsi
lahan pertanian khususnya lahan sawah. Alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten
Karawang pada tahun 2001 – 2010 dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi penurunan lahan sawah di Kabupaten Karawang
adalah laju pertambahan jumlah penduduk, jumlah industri, produktivitas padi
sawah, proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah, dan kebijakan tata ruang
wilayah.
Analisis dalam penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi
lahan pertanian di tingkat wilayah digunakan analisis regresi linear berganda. Data
yang digunakan dalam menentukan model tersebut merupakan data time series
tahun 2001 – 2010. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi
67
lahan pertanian ke non-pertanian (Industri, permukiman, dan sarana prasarana
lainnya) dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.
Tabel 12. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Tingkat Wilayah
Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas VIF Intersep -141524,521 -4,404 0,012 Laju Pertumbuhan Penduduk 113,619 0,315 0,769 1,328 Jumlah Industri -13,226 -2,794 0,049*) 5,992 Produktivitas Lahan 88,008 0,054 0,959 4,184 Proporsi Luas Lahan Sawah Terhadap Luas Wilayah Total 2701,764 4,841 0,008*) 2,169 Kebijakan Pemerintah 1762,822 1,762 0,153 2,059 R-squared 86,6% F-Statistik 5,155 Adj-R-squared 69,8% Prob (F-stat) 0,069 Durbin-Watson 1,603
Sumber: Data Sekunder (diolah) Keterangan: *) nyata pada taraf 10 %
Hasil estimasi memperlihatkan bahwa model yang digunakan dalam
penelitian ini baik. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh koefisien determinasi (R-
Squared) sebesar 86,60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman variabel
dependen yang dimasukkan ke dalam model dapat diterangkan oleh variabel
independen mencapai 86,60 persen dan sisanya 13,40 persen diterangkan oleh
variabel lain di luar model. Adj-R-squared yang diperoleh bernilai 69,8 persen.
Nilai peluang uji F statistik yang diperoleh sebesar 0,069 yang lebih kecil dari
taraf nyata yang digunakan, yaitu 10 persen memiliki arti bahwa dari hasil
estimasi regresi minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi
variabel dependennya.
Guna melihat signifikan atau tidaknya pengaruh setiap variabel
independen terhadap variabel dependennya dapat dilihat dari uji-T setiap variabel
independennya. Berdasarkan Tabel 12 variabel-variabel independen yang
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan luas lahan sawah, yaitu jumlah
68
industri dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas lahan total berpengaruh nyata
pada taraf α= 10 persen. Sedangkan variabel kebijakan pemerintah, laju
pertumbuhan penduduk, dan produktivitas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap
penurunan luas lahan sawah.
Dalam membuktikan tidak terjadi multikolinearitas dalam model maka
digunakan nilai VIF dengan kriteria apabila nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10
maka dapat disimpulkan bahwa didalam model tidak mengalami multikolinearitas
yang serius. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa laju
pertumbahan jumlah penduduk, jumlah industri, produktivitas, proporsi luas lahan
sawah terhadap luas wilayah dan kebijakan pemerintah masing-masing diperoleh
nilai VIF dibawah 10. Dalam menguji tidak terjadinya autokorelasi digunakan uji
statistik Durbin-Watson. Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai statistik
Durbin-Watson sebesar 1,603 yang menunjukkan bahwa tidak terjadinya
autokorelasi. Nilai tersebut berada pada kisaran 0 sampai 4, dan nilai tersebut
mendekati 2. Artinya, tidak terjadi autokorelasi ordo kesatu. Pemeriksaan asumsi
sisaan menyebar normal dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z. Output
SPSS 20 dengan melihat Asymp. Sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0,716. Nilai
tersebut berada diatas 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa galat menyebar normal.
Berdasarkan hasil penelitian model tidak mengalami heteroskedastisitas dimana
dari grafik scatterplots (Lampiran 8) terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak
membentuk pola apapun. Model hasil estimasi regresi faktor-faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian tingkat wilayah, sebagai berikut:
Berdasarkan model yang diperoleh dapat terlihat bahwa dari tujuh variabel
independent yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk alih
81
fungsi lahan sawah di daerah penelitian ternyata hanya empat variabel yang
berpengaruh signifikan. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya
alih fungsi lahan sawah di tingkat pertani adalah usia, luas lahan yang dimiliki,
lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Signifika atau tidaknya pengaruh suatu
variabel dilihat dari nilai Sig < α (taraf nyata yang digunakan).
Variabel usia memiliki nilai Sig sebesar 0,136. Hal ini berarti bahwa
tingkat usia berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan
sawah pada taraf (α) 15 persen. Koefisien hasil output diperoleh bertanda positif
(+) dan nilai Exp (β) atau odds ratio yang diperoleh sebesar 1,124 berarti bahwa
untuk petani yang usianya lebih tua akan meningkatkan peluang untuk alih fungsi
lahan sebesar 1,124 lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak
mengalihfunsikan lahan . Semakin tinggi tingkat usia maka semakin tinggi tingkat
alih fungsi lahan. Ini terjadi disebabkan karena semakin tinggi tingkat usia
seseorang maka kondisi fisik akan semakin lemah. Mereka sudah tidak kuat lagi
bekerja di sektor pertanian yang membutuhkan tenaga yang kuat. Kondisi ini
membatasi kemampuan responden untuk menghasilkan sesuatu sehingga akan
cenderung mengalihfungsikan lahan yang dimilikinya. Apalagi dengan melihat
kondisi saat ini dimana anak-anak mereka yang tidak lagi mengikuti jejak orang
tua mereka untuk bekerja di sektor pertanian. Dengan mengalihfungsikan lahan,
mereka dapat bekerja di sektor lain yang tidak membutuhkan tenaga lebih.
Variabel luas lahan memiliki nilai Sig sebesar 0,014 yang berarti bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan di
tingkat petani pada taraf nyata (α) 5 persen. Nilai koefisien bertanda (-) dan nilai
Exp (β) atau odds ratio sebesar 0,283 menunjukkan peluang terjadinya alih fungsi
82
lahan akan semakin kecil. Semakin luas kepemilikan lahan maka peluang petani
untuk mengalihfunsikan lahannya lebih kecil 0,283 kali dibandingkan petani yang
melakukan alih fungsi lahan. Dalam tingkat luas pemilikan lahan, petani yang
memiliki lahan cukup luas cenderung untuk tetap mempertahankan lahannya
sehingga peluang terjadinya alih fungsi lahan kecil. Sedangkan bagi petani yang
memiliki lahan kecil cenderung untuk menjual lahannya. Hal ini diduga
disebabkan karena luas lahan sangat berhubungan dengan penerimaan.
Petani yang memiliki lahan lebih luas memiliki perolehan hasil produksi
lebih besar sehingga penerimaan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan
petani yang memiliki luas lahan lebih sempit. Hasil panen dari pengolahan lahan
yang lebih sempit tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani
sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan yang diperoleh
dalam mencukupi kehidupan sehari-hari. Saat ini, biaya usaha tani rata-rata
sebesar Rp 5.500.000,00 per hektar dengan harga jual beras rata-rata Rp 3.300,00
– Rp 4.000,00 per kg. Jika hasil produksi yang dihasilkan besar, penerimaan yang
diperoleh bisa menguntungkan petani. Namun, jika lahan sawah dilanda puso
biaya usaha tani yang dikeluarkan akan semakin besar akan tetapi hasil yang
diperoleh rendah.
Variabel lama pendidikan memiliki nilai Sig sebesar 0,100 menunjukkan
bahwa variabel proporsi pendapatan sektor pertanian berpengaruh nyata terhadap
alih fungsi lahan pada taraf (α) 15 persen. Nilai koefisien bertanda negatif (-) dan
nilai Exp (β) atau odds ratio 0,473 menunjukkan peluang responden
mengalihfungsikan lahan semakin kecil. Semakin lama pendidikan yang
ditempuh, maka peluang petani untuk mengalihfungsikan lahan lebih kecil 0,473
83
kali dibandingkan petani yang tidak melakukan alih fungsi lahan. Lama
pendidikan menunjukkan tingkat pendidikan yang dicapai seseorang. Semakin
lama pendidikan yang ditempuh menunjukkan tingkat pendidikan yang semakin
tinggi. Terjadinya penurunan alih fungsi lahan disebabkan karena semakin tinggi
pendidikan yang diperoleh maka semakin bijaksana dalam mengambil keputusan
dalam mengalihfungsikan lahan yang dimiliki. Bagi seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki rasionalitas berpikir yang tinggi
dalam melakukan suatu tindakan sehingga mereka akan berpikir berkali-kali
dalam mengambil sebuah keputusan. Petani tentunya akan lebih memilih untuk
tidak melakukan alih fungsi lahan karena mereka belum tentu berhasil dalam
melakukan pekerjaan yang belum dikuasai. Pada hakekatnya, sebenarnya alih
fungsi lahan sangat berhubungan dengan penghasilan yang diterima petani.
Variabel independen lain yang berpengaruh terhadap terjadinya alih fungsi
lahan di tingkat petani adalah pengalaman bertani. Variabel pengalaman bertani
memiliki nilai Sig sebesar 0,130 menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh
nyata pada taraf nyata (α) 15 persen. Nilai koefisien bertanda negatif (-) dan nilai
Exp (β) atau odds ratio sebesar 0,903 menunjukkan peluang responden
mengalihfungsikan lahan semakin menurun. Petani yang memiliki pengalaman
bertani cukup lama memiliki peluang mengalihfungsikan lahan lebih rendah 0,903
kali dibandingkan petani yang tidak mengalihfungsikan lahan. Hal ini
mengindikasikan petani yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam bertani
akan cenderung mempertahankan lahan yang dimilikinya. Bagi petani yang
memiliki pengalaman bertani lebih lama cenderung memiliki keahlian yang tinggi
di sektor pertanian sedangkan di luar sektor pertanian keahlian yang dimiliki
84
cukup minim. Hal ini menyebabkan mereka akan memilih untuk mempertahankan
lahan dibandingkan harus menjual lahanya dan bekerja disektor lain selain
pertanian.
6.4 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Petani
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan bagi masyarakat
Indonesia. Sekitar 70 persen masyarakat Indonesia bergantung hidup pada sektor
pertanian. Lahan merupakan faktor produksi utama dalam pertanian dimana
berfungsi sebagai sumber mata pencaharian bagi para petani. Adanya alih fungsi
lahan pertanian khususnya lahan sawah ke non-pertanian secara langsung akan
berdampak pada penurunan luasan lahan. Selain itu, adanya alih fungsi lahan
menyebabkan terjadinya perubahan manfaat yang diperoleh dari adanya
penggunaan lain. Hal ini mengakibatkan hilangnya hasil produksi yang
berbanding lurus dengan luas lahan yang dialihfungsikan. Alih fungsi lahan ini
juga akan berdampak langsung pada pendapatan usaha tani, lapangan pekerjaan,
dan kesempatan kerja yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai
kaitan ke depan dan ke belakang dari kegiatan usahatani. Pendapatan usaha tani
menjadi berkurang ataupun hilang, lapangan pekerjaan serta kesempatan bekerja
di sektor pertanian menjadi berkurang. Selain itu, hal ini akan mendorong
terjadinya perpindahan kesempatan kerja petani dari sektor pertanian ke non-
pertanian.
Produksi hasil pertanian yang hilang sebagai dampak langsung dari alih
fungsi lahan tergantung dari luas lahan yang telah mengalami alih fungsi,
produktivitas lahan, dan pola tanam yang dilakukan. Saat ini, Kecamatan
Karawang Timur terus berupaya melakukan peningkatan produksi hasil pertanian
85
khususnya padi sawah dengan sisa lahan yang ada akibat alih fungsi lahan yang
terjadi setiap tahun. Berbagai cara terus dilakukan seperti pengembangaan metode
SRI (System of Rice Intensification), program SL-PTT (Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu), Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman), Pengelolaan lahan dan air, peningkatan sarana dan prasarana,
peningkatan produksi, dan produktivitas dan pemberian benih. Pengembangan
program-program tersebut dilakukan oleh Dinas Pertanian, Kehutanan,
Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Karawang dibantu para penyuluh
Kecamatan karawang Timur untuk disampaikan kepada para petani.
Seluruh petani di wilayah ini tetap mempertahankan komoditas padi
sebagai produksi utama. Hal ini disebabkan karena lahan sawah yang ada di
wilayah ini memang cocok untuk produksi padi. Pola tanam yang dilakukan
petani dengan dua kali tanam dalam setahun dan satu kali penanaman palawija.
Namun, penanaman palawija ini masih terhitung jarang dilakukan oleh para petani
khusunya Desa Kondangjaya. Hal ini disebabkan karena adanya hama seperti
kambing sehingga mereka hanya menanam padi.
Dampak lain yang terjadi akibat alih fungsi lahan sawah di Desa
Kondangjaya adalah terjadinya pergeseran mata pencaharian utama yang
dilakukan petani. Sebagian besar petani responden yang melakukan alih fungsi
lahan, sebelumnya merupakan petani pemilik penggarap. Namun, akibat alih
fungsi lahan pertanian terjadi pergeseran mata pencaharian utama. Sebagian besar
dari mereka tetap bertahan pada sektor pertanian. Akan tetapi, sebagian lagi
beralih mata pencaharian di luar sektor pertanian. Perubahan mata pencaharian
sebagai sumber pendapatan utama dapat dilihat pada Tabel 18.
86
Tabel 18. Sumber Pendapatan Utama Petani Setelah Melakukan Alih Fungsi Lahan Pertanian (Persen)
Sumber Pendapatan Responden (Persen) Petani pemilik penggarap 13,33Penggarap 36,67Buruh Tani 6,67Buruh Pabrik 3,33Buruh Bangunan 6,67Pengangkutan 3,33Pedagang 6,67Lainnya 23,33
Jumlah 100,00Sumber: Data Primer (Diolah)
Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 56,67 persen petani
tetap bertahan pada sektor pertanian sebagai sumber pengahasilan utama.
Walaupun tidak semuanya merupakan petani pemilik penggarap, hanya 13,33
persen yang masih menjadi pemilik dan sisanya 36,67 persen dan 6,67 persen
menjadi petani penggarap dan buruh tani. Selain itu, sebagian dari petani
responden juga bermatapencaharian diluar sektor pertanian sebagai sumber mata
pencaharian utama. Pekerjaan diluar sektor pertanian yang dilakukan petani
responden berdasarkan hasil wawancara adalah bekerja sebagai buruh pabrik,
bangunan, pengangkut, pedagang, dan lainnya.
Kejadian-kejadian tersebut menunjukkan gejala akan terjadinya
transformasi kegiatan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Hal ini dapat
dilihat dari adanya perubahan mata pencaharian utama dari petani. Namun, akibat
keterbatasan keterampilan yang dimiliki serta pendidikan yang rendah, hanya
pekerjaan dengan upah rendah yang bisa mereka peroleh.
Perubahan mata pencaharian utama yang terjadi, secara otomatis akan
berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh saat ini. Pendapatan petani pada
87
dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapatan usaha tani dan
pendapatan diluar usaha tani (non usaha tani). Pendapatan usaha tani merupakan
pendapatan yang diterima dari sektor pertanian, sedangkan pendapatan non usaha
tani adalah pendapatan yang diperoleh dari luar sektor pertanian. Pendapatan yang
diperoleh responden sebelum dan sesudah mengalihfungsikan lahan dapat dilihat
pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Perbandingan Rata-Rata Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Terjadinya Alih Fungsi Lahan
Rata-rata pendapatan Responden
Usaha Tani Non Usaha Tani Rata-Rata Pendapatan
Total Rupiah % Rupiah % Rupiah %
Sebelum Alih Fungsi
1.205.520,09 84,81
215.933,94 15,19 1.421.514,03 100,00
Setelah Alih Fungsi
532.251,85 40,95
767.444,40 59,04 1.299.796,30 100,00
Perubahan -673.268,24 551.510,46 -121.71773 Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa pendapatan total responden
(dari usaha tani dan non usaha tani) sebelum dan sesudah alih fungsi lahan terjadi
perubahan dari Rp 1.421.514,03 menjadi Rp 1.299.796,30. Hal ini menunjukkan
adanya penurunan rata-rata pendapatan total yang diperoleh responden sebelum
dan sesudah alih fungsi lahan. Penurunan pendapatan yang diperoleh dari usaha
tani lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh
dari non-usahatani. Namun, berdasarkan hasil uji beda rata-rata dengan uji T-test
terhadap pendapatan petani sebelum dan setelah alih fungsi lahan diperoleh t-
hitung 0,438 dengan Sig 0,632 > taraf nyata (α) 5 persen yang menunjukkan lain
bahwa bahwa pendapatan sebelum dan sesudah alih fungsi lahan adalah sama.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terjadinya alih fungsi lahan tidak
begitu berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani. Hal ini
88
disebabkan karena perubahan mata pencaharian akibat adanya alih fungsi lahan
tidak merubah pendapatan petani. Keterampilan rendah dan pendidikan rendah
yang dimiliki oleh petani menyebabkan perubahan mata pencaharian tidak terlalu
berpengaruh terhadap pendapatan. Petani hanya memperoleh upah yang rendah
atau sama saja dengan pekerjaan sebelumnya dari pekerjaan di luar sektor
pertanian.
Tabel 19 menuliskan bahwa pendapatan baik yang diperoleh dari usaha
tani maupun non usaha tani mengalami perubahan sebelum dan setelah melakukan
alih fungsi lahan. Sebelum melakukan alih fungsi lahan, sebesar 84,81 persen
pendapatan diperoleh dari usaha tani dan 15,19 persen pendapatan diperoleh dari
luar usaha tani. Setelah melakukan alih fungsi lahan, sebesar 40,95 persen
pendapatan diperoleh dari usaha tani dan 59,04 persen pendapatan diperoleh dari
luar usaha tani. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran struktur pendapatan
petani dari yang berstrukur agraris ke non agraris dimana pendapatan diluar usaha
tani mengalami peningkatan setelah alih fungsi lahan.
Penurunan kontribusi sektor pertanian menunjukkan beda nyata karena
berdasarkan hasil uji beda rata-rata dengan uji T-test diperoleh t-hitung sebesar
3,676 dengan signifikansi sebesar 0,001 dimana 0,001< taraf nyata yang
digunakan 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa adanya alih fungsi lahan
pertanian sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh sektor
pertanian atau pendapatan usaha tani. Adanya alih fungsi lahan di wilayah
penelitian menyebabkan penurunan pendapatan yang diperoleh dari usaha tani
sebesar Rp 673.268,24.
89
6.5 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Lingkungan
Alih fungsi lahan pertanian sebagai dampak adanya pembangunan suatu
wilayah tidak hanya mengakibatkan penurunan luas lahan pertanian tetapi juga
berdampak pada lingkungan. Lahan pertanian seharusnya dapat memberikan
manfaat bagi lingkungan dimana berfungsi sebagai daerah resapan air,
mengurangi pencemaran udara, pengendali banjir, dan lain-lain. Namun, setelah
terjadinya perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian ke non-pertanian
menyebabkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan. Perubahan kondisi
lingkungan ini paling besar dirasakan oleh masyarakat sekitar. Masyarakatlah
akan dirugi dengan adanya pembangunan di wilayah mereka.
Dalam proses pembangunan, banyak pembangun khususnya di Kecamatan
Karawang Timur yang membangun tidak sesuai dengan ketentuan awal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP) Kecamatan Karawang Timur dimana salah satu tugasnya mengawasi
pembangunan mengatakan bahwa banyak pembangun yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah ditulis dalam surat perizinan pembangunan dimana mereka
melebihi dari ketentuan yang berlaku. Salah satu bentuknya adalah pembangunan
saluran air. Dalam pembangunan saluran air sebenarnya sudah ada ketentuan yang
berlaku, kemudian mereka mempersempit luas saluran air. Hal ini mungkin
kurang berpengaruh terhadap lingkungan untuk saat ini, namun dalam jangka
panjang dapat menimbulkan dampak yang lebih luas.
Desa Kondangjaya saat ini terus mengalami pembangunan. Pembangunan
yang paling banyak dilakukan adalah perumahan dan pemukiman penduduk.
Adanya pembangunan yang terjadi dapat memberikan dampak negatif terutama
90
terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di wilayah
penelitian menujukkan bahwa sebagian besar responden tidak begitu merasakan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat alih fungsi lahan pertanian saat ini.
Para responden masih belum merasakan dampak yang besar dari adanya
pembangunan. Akan tetapi, walaupun terjadi peningkatan perubahan penggunaan
lahan akibat pembangunan, namun sisa lahan khususnya lahan sawah masih cukup
banyak untuk saat ini sehingga fungsi lahan sawah masih berfungsi dengan baik.
Dampak alih fungsi lahan sawah terhadap lingkungan yang dirasakan
masyarakat Desa Kondangjaya saat ini diantaranya: sampah, kondisi udara,
ketersediaan air, dan banjir.
6.5.1 Dampak Terhadap Sampah
Terjadinya alih fungsi lahan sawah di Desa Kondangjaya menunjukkan
adanya pembangunan yang dilakukan. Sampah merupakan salah satu dampak dari
adanya pembangunan. Adanya pembangunan menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang meningkat secara langsung
akan mempengaruhi jumlah limbah rumah tangga yang dihasilkan khususnya
limbah padat (sampah). Jumlah sampah yang dihasilkan akan meningkat.
Peningkatan jumlah sampah ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar
yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sumber : Data Primer (diolah) Gambar 10. Kondisi Sampah di Desa Kondangjaya
91
Namun, hasil penelitian menyebutkan lain sebagaimana yang terlihat pada
Gambar 10 bahwa kondisi sampah dirasa tidak mengganggu terhadap kondisi
lingkungan di Desa Kondangjaya. Sebanyak 90,00% responden tidak merasa
terganggu dengan sampah. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar dari
mereka kurang memperhatikan kondisi lingkungan mereka. Berdasarkan hasil
observasi di lapangan masih terlihat banyak sampah yang berserakan di pinggir
jalan ataupun di sekitar halaman rumah. Jika hal ini terus dibiarkan, lama
kelamaan hal ini akan mengganggu kondisi lingkungan sekitar. Akan tetapi,
masih ada beberapa masyarakat yang masih peduli terhadap lingkungan dimana
mereka membuang sampah pada tempat sampah dan melakukan pengelolaan
sampah sehingga sampak tidak mengganggu kondisi setempat. Sebesar 10,00%
responden mengatakan bahwa mereka merasa terganggu dengan adanya sampah.
6.4.2.2 Dampak Terhadap Kondisi Udara
Udara merupakan salah satu indikator lingkungan yang sangat
berpengaruh saat terjadinya pembangunan. Pembangunan menyebabkan wilayah
tersebut menjadi ramai. Mobilitas kendaraan bermotor tinggi sehingga asap yang
dihasilkan juga mempengaruhi udara. Limbah gas yang dihasilkan dari bangunan-
bangunan yang melakukan kegiatan didalamnya turut mempengaruhi kondisi
udara. Kondisi udara yang dirasakan responden dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Sumber: Data Primer (diolah) Gambar 11. Kondisi Udara di Desa Kondangjaya
92
Namun, hasil penelitian menyebutkan lain sebagimana terlihat pada
Gambar 11 bahwa perubahan kondisi udara tidak dirasakan masyarakat Desa
Kondangjaya. Sebanyak 90,00 persen responden mengatakan bahwa kondisi udara
tidak tercemar. Hal tersebut disebabkan karena perubahan penggunaan lahan di
wilayah penelitian sebagian besar digunakan untuk perumahan. Perumahan
biasanya menghasilkan limbah gas hasil pembakaran dari kegiatan rumah tangga
yang tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi udara. Berbeda halnya jika
peruntukan lahan untuk industri, limbah gas hasil kegiatan industri mengandung
zat-zat kimia berbahaya yang dibuang ke udara akan berpengaruh terhadap
kondisi udara. Udara akan tercemar gas-gas berbahaya.
Sebanyak 10,00 persen responden menjawab bahwa kondisi udara di Desa
Kondangjaya tercemar. Indikator pencemaran udara ini dilihat dari kondisi udara
yang bercampur debu, asap kendaran dan lain-lain sehingga dirasa masyarakat
cukup mengganggu. Hal tersebut disebabkan karena tempat tinggal ataupun
tempat kerja responden yang dekat dengan jalan utama desa dimana mobilitas
kendaraan bermotor sangat tinggi sehingga berpengaruh terhadap kondisi udara.
6.4.2.3 Dampak Terhadap Ketersediaan Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Akibat adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian khusunya lahan sawah ke
lahan non-pertanian menyebabkan ketersediaan air di dalam tanah semakin
berkurang. Selain itu, adanya pembangunan juga menunjukkan jumlah penduduk
yang meningkat sehingga konsumsi air akan meningkat. Hal ini menyebabkan
masyarakat akan sulit dalam memperoleh air untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
93
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambar 12. Perolehan Air Bagi Responden di Desa Kondangjaya
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 12
menunjukkan bahwa sebanyak 82,5 persen petani tidak merasakan adanya
kesulitan dalam memperoleh air. Hal tersebut disebabkan karena masih
banyaknya lahan-lahan sawah khususnya yang mampu menyerap air sehingga
kondisi air didalam tanah masih dapat memenuhi kebutuhan hidup. Hanya 17,50
persen petani merasakan kesulitan dalam memperoleh air terutama pada musim
kemarau. Tingkat sulit dan mudahnya perolehan air terlihat dari kuantitas air yang
diperoleh. Seluruh responden memperoleh air dengan menggunakan sumur pompa
dimana sumber air berasal dari air tanah. Terjadinya kesulitan air yang dirasakan
oleh masyarakat disebabkan karena akibat pembangunan seperti perumahan.
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan air untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadi
persaingan dalam memperoleh air semakin tinggi sehingga sebagian kecil
responden merasa kesulitan dalam memperoleh air tanah.
Air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Kondangjaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masih memiliki kualitas yang baik. Hal ini
ditunjukkan dari respon masyarakat terhadap kualitas air yang digunakan pada
Gambar 13.
94
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambar 13. Kualitas Air di Desa Kondangjaya
Berdasarkan Gambar 13 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden
mengatakan bahwa kualitas air di wilayah penelitian dalam keadaan baik. Kualitas
air yang baik ini merujuk pada kondisi air yang tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa adanya alih fungsi lahan pertanian
terhadap kualitas air di dalam tanah tidak begitu dirasakan masyarakat Desa
Kondangjaya.
Air tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, namun air juga
dibutuhkan sektor pertanian untuk irigasi. Akibat adanya pembangunan di sektor
non-pertanian mempengaruhi kualitas dan kondisi air irigasi. Kondisi air irigasi
terhalang oleh bangunan sehingga lahan pertanian kekurangan air. Selain itu,
akibat adanya pembangunan seperti perumahan, limbah cair yang dikeluarkan
akan bercampur dengan air irigasi sehingga air tercemar. Hal inilah yang
mendorong banyak petani pada saat itu menjual lahannya untuk dialihfungsikan.
Namun, menurut beberapa responden yang diwawancarai, bagi lahan pertanian
yang tetap bertahan terhadap kondisi tersebut akan menurunkan hasil produksinya
sehingga merugikan petani.
95
6.4.2.4 Dampak Terhadap Banjir
Alih fungsi lahan pertanian menyebabkan terjadinya perubahan
peruntukan lahan pertanian ke non-pertanian. Saat ini bangunan-bangunan
semakin bertambah menyebabkan daerah-daerah resapan air semakin berkurang.
Salah satu akibatnya dapat memicu terjadinya banjir. Dampak akibat alih fungsi
lahan terhadap terjadinya banjir di Desa Kondangjaya dapat dilihat pada Gambar
14.
Sumber : Data Primer (diolah)
Gambar 14. Kejadian Banjir di Desa Kondangjaya
Namun, hasil penelitian menyebutkan lain sebagaimana tertlihat pada
Gambar 14 bahwa terjadinya degradasi lingkungan berupa banjir tidak dialami
oleh masyarakat Desa Kondangjaya. Hanya 5,00 persen responden yang
mengatakan bahwa banjir terjadi dengan frekuensi jarang. Banjir yang terjadi
tersebut bukan banjir besar hanya saja saat terjadi hujan yang cukup lebat
menyebabkan genangan air yang cukup banyak. Akibat genangan air yang cukup
banyak, surutnya air pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal inilah yang
disebut oleh sebagian kecil responden sebagai banjir.
Sebagian besar (95 persen) responden yang mengatakan bahwa tidak
pernah terjadi banjir di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena masih
banyaknya wilayah yang menjadi daerah resapan air. Lahan sawah yang masih
96
dapat terbilang cukup banyak sebesar 100 hektar atau 33 persen dari luas wilayah.
Selain itu, walaupun pembangunan terus-menerus dilakukan namun tetap masih
memperhatikan kondisi lingkungan untuk saat ini. Saluran air juga masih cukup
terjaga kebersihannya saat ini sehingga air masih dapat mengalir dan tidak
tersumbat. Akan tetapi, jika pembangunan dilakukan secara terus-menerus dimana
sampai saat ini ada sekitar dua perumahan yang masih dalam proses pembangunan
dan tidak memperhatikan kondisi lingkungan maka banjir kemungkinan dapat
terjadi. Hal ini dapat terjadi karena dampak lingkungan berupa banjir dapat
dirasakan dalam jangka panjang.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Alih fungsi lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur mengalami fluktuasi.
Dari tahun 2006-2011 laju alih fungsi lahan di Kecamatan Karawang Timur
sebesar 0,47 persen dan laju alih fungsi lahan sawah paling tinggi terjadi pada
tahun 2011, yaitu sebesar 5,58 persen. Hal ini disebabkan karena adanya
pembangunan pemukiman akibat peningkatan jumlah penduduk.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian khusunya lahan
sawah di tingkat wilayah adalah jumlah industri dan proporsi luas lahan
sawah terhadap luas wilayah. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani untuk melakukan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh tingkat
usia, luas lahan, proporsi pendapatan sektor pertanian, dan pengalaman
bertani.
3. Rata-rata pendapatan total petani sebelum dan sesudah alih fungsi lahan
terjadi perubahan dari Rp 1.421.512,03 menjadi Rp 1.299.796,30. Namun,
secara keseluruhan berdasakan hasil penelitian terjadinya alih fungsi lahan
tidak berpengaruh terhadap pendapatan total petani.
4. Pembangunan terus-menerus menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
pertanian di Desa Kondangjaya. Namun, dampak alih fungsi lahan sawah
terhadap lingkungan tidak terlalu dirasakan oleh responden untuk saat ini. Hal
ini disebabkan karena masyarakat yang masih kurang peduli terhadap
lingkungan saat ini.
98
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa saran
direkomendasikan sebagai bahan pertimbangan, sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan perizinan pembangunan yang
dilakukan di lahan pertanian terutama untuk keperluan industri dan perumahan
di Kabupaten Karawang. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
perlu diperkuat sehingga mampu mengendalikan alih fungsi lahan pertanian.
2. Penyuluhan terhadap petani mengenai pentingnya pertanian terutama sawah
perlu ditingkatkan untuk mempertahankan produktifitas sehingga hasil
produksi yang diperoleh semakin besar, meningkatkan pendapatan petani, dan
menyukseskan program ketahanan pangan.
3. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai kebijakan alih fungsi lahan pertanian ke
non-pertanian di Kabupaten Karawang dan dampaknya terhadap lingkungan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anugrah F. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Ke Pengguna Non Pertanian Di Kabupaten Tanggerang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Astuti DI. 2011. Keterkaitan Harga Lahan Terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian di Hulu Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2004. Pemerintah Kabupaten Karawang, Karawang.
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang. 2012. Data Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Karawang Tahun 2001-2011. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang, Karawang.
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang. 2012. Data Nama Perusahaan Perumahan di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2000-2011. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang, Karawang.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang. 2002. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2001. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2003. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2002. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2004. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2003. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2005. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2004. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2006. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2005. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2007. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2006. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
100
------------------------------------------------------. 2008. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2007. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2009. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2008. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2010. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2009. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------. 2011. Kabupaten Karawang dalam Angka Tahun 2010. Kerjasama BPS Kabupaten Karawang dengan Bappeda Kabupaten Karawang, Karawang.
Badan Pusat Statistik. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner1.pdf. diakses pada 15 februari 2012.
Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. 2012. Laporan Tahunan. BP3K Kecamatan Karawang Timur.
Barbier EB. 2000. The Economic Linkages Between Rural Poverty and Land Degradation: Some Evidence from Africa. Agriculture, Ecosystems and Environment Journal. vol 82. no 20: 355–370
Barlowe R. 1978. Land Resource economics. Third edition. Prentice. Hall inc, New jersey.
Barokah U, Suprapti, Sugiharti. 2011. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Karanganyar. http://fp.uns.ac.id/jurnal/download.php?file=Umi%20Barokah%20%20Arikel%20Konversi%20KPPMF.pdf. Diakses pada 3 Mei 2012.
Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan. 2001. Laporan Tahunan 2001. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------------. 2002. Laporan Tahunan 2002. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------------. 2004. Laporan Tahunan 2004. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------------. 2005. Laporan Tahunan 2005. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
101
------------------------------------------------------------. 2006. Laporan Tahunan 2006. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------------. 2007. Laporan Tahunan 2007. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------------. 2008. Laporan Tahunan 2008. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------------. 2009. Laporan Tahunan 2009. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
------------------------------------------------------------. 2010. Laporan Tahunan 2010. Distanhutbun Kabupaten Karawang, Karawang.
Ervani AG. 2011. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Keunggulan Kompetitif Usaha Tani Beras di Kabupaten Karawang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Furi DR. 2007. Implikasi Konversi Lahan Terhadap Aksesibilitas Lahan dan Kesejahteraan Masyarakat Desa. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gujarati D. 2002. Basic Economics. Mc Graw Hill, Singapore.
Hasan MI. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan aplikasinya. Ghalia Indonesia, Bogor.
Hayat D. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hosmer DW, S Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley and Sons Inc, New York.
Irawan B. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatan dan Faktor Determinan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial ekonomi Pertanian, Bogor.
Jamal E. 1999. Analisis Ekonomi dan Kelembagaan Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Pengguna Non-Pertanian di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor.
Kustiawan A. 1997. Konversi Lahan Pertanian Di Pantai Utara Jawa. Prisma No 1 Tahun XXVII Januari 1197. LP3ES, Jakarta.
102
Mawardi I. 2006. Kajian Pembentukan Kelembagaan Untuk Pengendalian Konversi dan Pengembangan Lahan, Peran, dan Fungsinya. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol.7. No. 2: 206-211.
Nachrowi ND, Hardius U. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometrika. Rajawali Pers, Jakarta.
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pakpahan A, Sumaryanto, Syafaat. 1993. Analisis Kebijakan Konversi Lahan Sawah Ke Penggunaan Non Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Putri R. 2009. Analisis Konversi Lahan di Kabupaten Tanggerang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ruswandi A. 2005. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Perubahan Kesejahteraan Petani dan Perkembangan Wilayah. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ruswandi M. 2007. Konversi Lahan Pertanian dan Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Kawsan Bandung Utara. Jurnal tanah dan Lingkungan. Vol.9. no.2: 63-70.
Sandi RN. 2009. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah di Karawang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sitorus S. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah di Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Situmeang M. 1998. Pola Hubungan Antara Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Transformasi Struktur Ekonomi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Solihah N. 2002. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Penggunaan Non Sawah Terhadap Pendapatan Petani di Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sumaryanto, Tahlim S. 2005. Pemahaman Dampak Negatif Konversi Lahan Sawah Sebagai Landasan Perumusan Strategi Pengendaliannya. Prosiding seminar penanganan konversi lahan dan pencapaian pertanian abadi. Satyawan Et al. Pusat studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan LPPM-Institut Pertanian Bogor, Bogor.
103
Supriyadi A. 2004. Kebijakan Alih Fungsi Lahan dan Proses Konversi Lahan (Studi kasus: Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sutrisno J. 1995. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kehidupan Petani. Laporan Penelitian, Jakarta.
Utomo. 1992. Alih fungsi Lahan: Tinjauan Analitis dalam Makalah Seminar Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Universitas Lampung, Lampung.
Widjanarko. 2006. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian (Sawah). Prosiding seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN, Jakarta.
Winoto J. 1995. Alih Guna Lahan Pertanian: Permasalahan dan Implikasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Winoto J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih fungsi Tanah Pertanian Dan Implementasinya. Prosiding seminar Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian pertanian abadi. Satyawan et al. Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan LPPM-Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Kebutuhan Data, Jenis Data, Sumber Data
Tujuan Indikator Parameter Jenis data Sumber data Metode Analisis Mengkaji laju alih fungsi lahan di Kecamatan Karawang timur
Luas lahan pertanian dari tahun 2001-2010
Ukuran Lahan Pertanian dalam satuan Hektar
Data Sekunder (Time series)
Dinas Pertanian, petenakan, perkebunan, dan kehutanan
Analisis laju alih fungsi lahan
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
• Faktor di tingkat wilayah (Makro)
• Faktor di tingkat petani (Mikro)
• Produktivitas lahan, jumlah industri, proporsi luas lahan terhadap luas wilayah, jumlah penduduk, kebijakan RTRW
• Usia, Lama Pendidikan, pendapatan usaha tani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan,
Data Primer (responden) dan Data Sekunder (Time Series)
BPN, Dinas Pertanian, petenakan, perkebunan, dan kehutanan, BPS
Analisis Regresi Linear Berganda dan Analisis Regresi Logistik
Menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap pendapatan petani di Desa Kondangjaya
• Pendapatan sebelum dan sesudah alih fungsi lahan
• Pengaruh alih fungsi lahan dengan pendapatan
• Penerimaan yang diperoleh usaha tani dan non-usaha tani
Data Primer (Responden)
Kuisioner Analisis Deskriptif dan Uji T-test
Menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap lingkungan
• Banjir • Air • Sampah • Udara
• Dampak lingkungan yang dirasakan masyarakat
Data primer (Responden)
kuisioner Analisis Deskriptif
105
106
Lampiran 2. Peta Kabupaten Karawang
107
Lampiran 3. Laju alih fungsi lahan di Kecamatan Karawang Timur
Tahun Luas Sawah Laju (persen)
2006 1798 0,000
2007 1789 -0,501
2008 1789 0,000
2009 1847 3,242
2010 1847 0,000
2011 1744 -5,577
Rata-Rata -0,472 Lampiran 4. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karawang Timur 2006-
2010
Tahun Jumlah Penduduk Laju (persen)
2006 90.485 0,000
2007 94.410 4,348
2008 96.184 1,889
2009 117.383 22,040
2010 118.001 0,536
Rata-Rata 103.292,6 5,76
Lampiran 5. Perunurunan Luas Lahan Sawah Kabupaten Karawang Tahun 2001-2010