FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA: STUDI DI PRESIDENT UNIVERSITY Oleh: Werry Permatasari 014201305021 Skripsi diajukan untuk : Fakultas Bisnis, President University Dalam memenuhi persyaratan untuk Gelar Sarjana Manajemen Januari 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP MINAT
MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA:
STUDI DI PRESIDENT UNIVERSITY
Oleh:
Werry Permatasari
014201305021
Skripsi diajukan untuk :
Fakultas Bisnis, President University
Dalam memenuhi persyaratan untuk
Gelar Sarjana Manajemen
Januari 2017
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Bersama dengan ini, Lembar Pengesahan Penguji menyatakan bahwa skripsi yang
berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP
MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA: STUDI DI
PRESIDENT UNIVERSITY” yang diserahkan oleh Werry Permatasari,
Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis, telah dinilai dan terbukti lulus ujian
lisan pada Februari 2017.
(Ono Supriadi, Ph.D)
Ketua Panel Penguji
(Purwanto, S.T, M.M)
Penguji 1
(Dr.Ir. B.M.A.S. Anaconda Bangkara, MT, MSM)
Penguji 2
ii
SURAT REKOMENDASI PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi ini yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG
BERKONTRIBUSI TERHADAP MINAT MAHASISWA
UNTUK BERWIRAUSAHA: STUDI DI PRESIDENT
UNIVERSITY” disusun dan diajukan oleh Werry Permatasari untuk
memenuhi persyaratan gelar Sarjana Manajemen pada Fakultas Bisnis
telah ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah skripsi.
Oleh karena itu penulis merekomendarikan skripsi ini untuk maju
sidang.
Cikarang, Indonesia, 25 Januari 2017
Diketahui oleh, Direkomendasikan oleh,
Dr. Dra. Genoveva, M.M. Dr. Ir. B.M.A.S. Anaconda B, M.T, MSM. Ketua Program Studi Pembimbing Manajemen
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Penulis menyatakan bahwa skripsi, yang berjudul “Faktor-faktor Yang
Berkontribusi Terhadap Minat Mahasiswa Untuk Berwirausaha: Studi
di President University” yang disusun untuk melengkapi persyaratan
menjadi Sarjana Manajemen pada Program Studi S1 Manajemen,
President University Cikarang, Bekasi. Sejauh yang penulis ketahui,
skripsi ini bukan merupakan tiruan dan belum pernah diajukan ke
Univeristas lain manapun diterbitkan baik sebagian maupun secara
keseluruhan.
Cikarang, Indonesia, 25 Januari 2017
Werry Permatasari 014201305021
iv
ABSTRACT This research was motivated by the low level of entrepreneurship in Indonesia. Online news (tempo.com) explained that based on a survey, the number of entrepreneurs in Indonesia reached 1.56 percent is far below the number of entrepreneurship in developing countries that already above 2%. It is automatic impact on graduate students (college graduates) who want to find work. This research aims to identify the dominant factors that contributing to the interest of students to entrepreneurship. The methodology used in this research is the methodology of quantitative. The population in this research were 856 students of President University, a regular morning class, batch on 2014, and who has the nationality of Indonesia. The samples used by formula Slovin with a tolerance level of 10% that produces a minimum sample value of 90. Questionnaires were distributed to the total of 100 questionnaires and only 123 questionnaires can be processed further. This research uses a multivariate analysis, in this case is used Factor Analysis. The results showed that there are two dominant factors that contribute to the interest of students to entrepreneurship. Two factors are called the "Entrepreneurship Motivation" and "Self-efficacy". Keywords: Entrepreneur, Interest, Students
ABSTRAK
Penelitan ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat kewirausahaan di Indonesia. Berita online (tempo.com) menjelaskan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai 1,56 persen jauh dibawah jumlah kewirausahaan Negara-negara berkembang lainnya yang sudah berada diatas 2%. Hal ini otomatis bedampak pada lulusan mahasiswa yang ingin mencari kerja. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mencari faktor dominan yang berkontribusi terhadap minat mahasiswa untuk berwirausaha. Metodologi yang digunakan dalam penelitan ini adalah metodologi kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 856 mahasiswa President University reguler pagi angkatan 2014 yang berkerwarganegaraan Indonesia. Sampel digunakan berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat toleransi sebesar 10% yang menghasilkan nilai sampel minimum sebesar 90. Kuesioner disebarkan sebanyak 150 dan hanya 123 kuesioner yang dapat diproses lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan analisis multivariat, dalam hal ini digunakan Analisis Faktor. Hasil menunjukan bahwa terdapat dua faktor yang paling dominan yang berkontribusi terhadap minat mahasiswa untuk berwirausaha. Dua faktor tersebut dinamakan dengan “Motivasi Kewirausahaan” dan “Self-efficacy”.
Kata Kunci : Kewirausahaan, Minat, Mahasiswa
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin..
Sujud syukur peneliti persembahkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang atas segala nikmat yang diberikan kepada peneliti, yang
telah menjadikan peneliti sebagai manusia yang senantiasa berpikir, berilmu,
beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tidak henti-hentinya peneliti
mengucapkan Puji dan Syukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT yang diberikan
kepada peneliti sampai detik ini.
Terimakasih kenapa Nabi Besar Muhammad SAW yang memberikan teladan
kepada seluruh umatnya. Termasuk bagi peneliti, dimana mendorong peneliti
untuk selalu ingin menjadi orang yang lebih baik lagi. Meskipun beberapa
kendala yang ditemui selama proses penyelesaian penelitian ini, tetapi dengan
keberanian, motivasi dan tekad yang kuat, akhirnya penelitian ini bisa dilakukan
dan diselesaikan dengan baik.
1. Terimakasih sebesar-besarnya kepada Mama, Papa dan Abang, yang
selalu memberi dukungan, semangat dan doa kepada peneliti dan
meyakinkan peneliti bahwa penelitian ini pasti akan selesai dengan baik
dan memuaskan.
2. Terimakasih yang paling mendalam kepada teman-teman seperjuangan
khususnya kepada Muh. Alief Syahru Ramdhani yang senantiasa
membantu peneliti dalam mengerjakan penelitian ini. Juga kepada Janet
Thurai dan lainnya yang tidak dapat peneliti ucapkan satu persatu.
Terimakasih untuk canda tawa, dan perjuangan yang kita lewati bersama
dan terimakasih untuk kenangan manis yang peneliti rasakan selama ini.
vi
3. Terimakasih juga kepada sahabat dan kumpulan “genk” yang selalu
memberikan semangat dan dukungannya kepada peneliti. Tanpa semangat,
dan dukungan kalian semua tidak akan mungkin peneliti sampai pada
tahap ini.
4. Dan terimakasih yang mendalam kepada Dosen Pembimbing Dr. Ir.
B.M.A.S. Anaconda B, M.T, MSM (sir Inyo) atas sejuta ilmu yang
diberikan kepada peneliti selama ini. Terimakasih atas dukungan,
dorongan, pembelajaran, dan kasih sayang yang diberikan kepada peneliti
tanpa kenal lelah. Berkat beliau, akhirnya penelitian ini bisa diselesaikan
dengan baik.
5. Untuk semua dosen dan teman-teman mahasiswa, terima kasih untuk
semua pengalaman yang luar biasa yang peneliti rasakan selama belajar di
President University. Tiga setengah tahun menjadi mahasiswa President
University adalah suatu pengalaman yang tak ternilai bagi peneliti dan
tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.
Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagi peneliti untuk meraih
cita-cita dimasa yang akan datang. Peneliti percaya bahwa “Perjuangan
merupakan pengalaman berharga yang dapat menjadikan kita sebagai manusia
yang berkualitas”.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua. Akhir kata peneliti
persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang peneliti sayangi.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiin Ya Rabbal’allamiin.
Cikarang, 25 Januari 2017
Werry Permatasari
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................................... i
SURAT REKOMENDASI PEMBIMBING SKRIPSI ............................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... x
DAFTAR RUMUS ....................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................... 1 1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................................................... 5 1.3. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5 1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 5 1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................................................... 6 1.6. Signifikansi Penelitian .............................................................................................................. 6 1.7. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ........................................................................ 7 1.8. Sistematika Penulisan ............................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 10 2.1. Pendahuluan ............................................................................................................................... 10 2.2. Pengertian Kewirausahaan ................................................................................................... 10
2.2.1. Kewirausahaan Dari Berbagai Sudut Pandang ......................................................... 12 2.3. Minat Berwirausaha ................................................................................................................ 14 2.4. Pembahasan Teori .................................................................................................................... 15
2.4.1. Pengalaman Sebelumnya ................................................................................................. 17 2.4.2. Pendidikan ........................................................................................................................... 19 2.4.3. Sikap ...................................................................................................................................... 21 2.4.4. Norma Subjektif ................................................................................................................. 24 2.4.5. Kendali Perilaku Yang Dapat Dikenali ...................................................................... 25 2.4.6. Usia ........................................................................................................................................ 27
2.5. Penelitian Sebelumnya ........................................................................................................... 29 2.6. SOTA (Statement Of The Art) ................................................................................................ 32 2.7. Kerangka Teori .......................................................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 38 3.1. Pendahuluan ............................................................................................................................... 38 3.2. Kerangka Penelitian ................................................................................................................. 38 3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................................................... 40 3.4. Populasi dan Sampel ............................................................................................................... 42
3.4.1. Populasi ................................................................................................................................. 42 3.4.2. Sampel ................................................................................................................................... 42
3.8.1. Mengekstrak Faktor .......................................................................................................... 50 3.8.2. Rotating the Factors ......................................................................................................... 51 3.8.3. Interpretasi Hasil ................................................................................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................... 53 4.1. Pre-Test ......................................................................................................................................... 53
4.4. Diskusi ........................................................................................................................................... 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 73
SUMBER INTERNET ............................................................................................................. 80
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 82 Lampiran A – Kuesioner ................................................................................................................. 82 Lampiran B – Raw Data .................................................................................................................. 87
Ordinal Data .................................................................................................................................... 87 Data Interval .................................................................................................................................... 92
DAFTAR TABEL Table 2.1 SOTA (Statement Of The Art) ............................................................. 33 Tabel 3.1 Contoh Kuesioner Skala Likert ........................................................... 44 Table 3.2. Interval of Reliability .......................................................................... 47 Table 3.3. Loading Factor .................................................................................... 51 Tabel 4.1 Hasil Uji Keandalan ............................................................................ 53 Table 4.2. Nilai Validitas 1 ................................................................................... 53 Table 4.3. Nilai Validitas 2 ................................................................................... 54 Table 4.4. Nilai Validitas 3 ................................................................................... 54 Table 4.5. Nilai Validitas 4 ................................................................................... 55 Table 4.6. Nilai Validitas 5 ................................................................................... 55 Table 4.7. Nilai Validitas 6 .................................................................................. 56 Tabel 4.8. KMO & Bartlett’ ................................................................................ 58 Tabel 4.9. KMO & Bartlett’ ................................................................................ 58 Table 4.10. Matriks Anti-Image .......................................................................... 59 Table 4.11. Communalities ................................................................................. 60 Table 4.12. Total Variance Explained ................................................................. 61 Table 4.13. Components, Eigen Value ................................................................ 64 Table 4.14. Rotated Factor Matrix ...................................................................... 64 Table 4.15. Component Transformation Matrix .................................................. 65 Table 4.16. Factor Manifest ................................................................................ 65 Table 4.17. Faktor Baru Pertama ......................................................................... 66 Table 4.18. Faktor Baru Kedua ........................................................................... 67
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Tingkat Pengagguran Terbuka ......................................................... 1 Gambar 1.2. Tingkat Pengangguran Terbuka ........................................................ 2 Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................... 37 Gambar 3.1. Kerangka Penelitian ....................................................................... 39 Gambar 4.1. Q-Q Plot ......................................................................................... 57 Gambar 4.2. Scree Plot ......................................................................................... 62
Seseorang bisa saja tertarik untuk menjadi wirausaha karena dikeluarkan dari
tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja,
dipaksa atau terpaksa pindah dari daerah asal mereka. Atau bisa juga karena sudah
memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
2. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari sekolah, atau penjara, kadangkala merasa
seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan
ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda,
namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Di sinilah
biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan menjadi wirausaha
mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
3. Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra
kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam
mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko
usaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Yaghmaei dan Ghasemi yang berjudul “Effects of
Influential Factors on Entrepreneurial Intention of Postgraduate Students in
Malaysia” menyatakan bahwa ada beberapa variabel yang berkontribusi terhadap
minat mahasiswa dalam berwirausaha yaitu menggunakan teori dari Davidsson,
1995; Shapero & Sokol, 1982.
Davidsson, 1995; Shapero & Sokol, 1982 menyatakan bahwa ada beberapa faktor
yang berkontribusi terhadap minat sesorang berwirausaha, yaitu pengalaman
sebelumnya (previous experience), pendidikan (education), sikap (attitude),
norma-norma subjektif (subjective norms), kendali perilaku yang dikenali
(perceived behavioral control), dan usia (age).
17
2.4.1. Pengalaman Sebelumnya Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,
ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori
episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi
atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai
referensi otobiografi (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 2003). Johnson,
2007 (dalam e-jurnal.com) menyatakan bahwa pengalaman memunculkan potensi
seseorang. Potensi penuh akan muncul bertahap seiring berjalannya waktu
sebagai tanggapan terhadap bermacam-macam pengalaman. Jadi sesungguhnya
yang penting diperhatikan dalam hubungan tersebut adalah kemampuan
seseorang untuk belajar dari pengalamannya, baik pegalaman manis maupun
pahit. Maka pada hakikatnya pengalaman adalah pemahaman terhadap
sesuatu yang dihayati dan dengan penghayatan serta mengalami sesuatu
tersebut diperoleh pengalaman, keterampilan ataupun nilai yang menyatu
pada potensi diri.
Dengan pengalaman yang didapat seseorang akan lebih cakap dan terampil serta
mampu melaksanakan tugas pekerjaannya. Sejalan dengan hal tersebut, menurut
hukum (law of exercise) dalam Mustaqim (2004) diungkapkan bahwa dalam law
of exercise atau the law disuse (hukum penggunaan) dinyatakan bahwa
“Hubungan antara stimulus dan respon akan bertambah kuat atau erat bila sering
digunakan (use) atau sering dilatih (exercise) dan akan berkurang, bahkan lenyap
sama sekali jika jarang digunakan atau tidak pernah sama sekali”.
Menurut Hitzman (dalam Syah, 1995) mengatakan “pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme dapat dianggap sebagai kesempatan
belajar”. Hasil belajar dari pengalaman kerja akan membuat orang tersebut kerja
lebih efektif dan efisien. Pengalaman akan membentuk pengetahuan dan
keterampilan serta sikap yang lebih menyatu pada diri seseorang, jika bidang
pekerjaan yang ditangani selama masih bekerja merupakan bidang yang sejenis
yang pada akhirnya akan membentuk spesialisasi pengalaman kerja diperoleh
18
selama seseorang bekerja pada suatu perusahaan dari mulai masuk hingga saat ini.
Selain itu pengalaman dapat diperoleh dari tempat kerja sebelumnya yang
memiliki bidang pekerjaan yang sama dengan yang sedang dihadapi.
Banyak sedikitnya pengalaman kerja akan menentukan atau menunjukan
bagaimana kualitas dan produktivitas seseorang dalam bekerja, artinya mudah
sukarnya atau cepat lambatnya seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan
akan dipengaruhi oleh seberapa banyak orang tersebut telah memiliki pengalaman
kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Ini berarti pengalaman akan juga
mempengaruhi kemampuan dalam bekerja. Kinerja individu bukan hanya sebagai
alat yang diperlukan dalam seluruh aspek peran mereka namun lebih berdasarkan
pada situasional dan pengalaman. Kinerja dalam area tertentu akan diperlukan
pada jenjang berbeda tergantung dari pengetahuan teoritis dan pengalaman
sebelumnya dari seorang individu (Howard, 2009).
Staw, 1991 (dalam Riyanti 2003) berpendapat bahwa pengalaman dalam
menjalankan usaha merupakan predictor terbaik bagi keberhasilan, terutama bila
bisnis baru itu berkaitan dengan pengalaman bisnis sebelumya. Menurut Hisrich
& Brush (dalam Staw, 1991) wirausaha yang memiliki usaha maju saat ini
bukanlah usaha pertama kali yang dimiliki. Pengalaman mengelola usaha bisa
diperoleh sejak kecil karena pengasuhan yang diberikan oleh orang tua yang
berprofesi sebagai wirausaha.
Et al dalam Zimmerer & Scarborough, 1998 menyatakan bahwa alasan utama
kegagalan usaha adalah kurangnya kemampuan manajerial dan pengalaman.
Wood dalam Zimmerer & Scarborough, 1998 juga menyatakan bahwa kurangnya
pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan usaha. Kolvereid (1996),
Indira dan Soenhadji (2010), dan Khan et. al. (2011) menemukan seseorang yang
memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi
dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya. Plant dan Ren
(2010) juga menemukan bahwa intensionalitas kewirausahaan yang kuat pada
kelompok studi Amerika Serikat dibandingkan pada kelompok Cina bagi mereka
19
yang memiliki pengalaman wirausaha, serta ketika mereka memiliki latar
belakang yang meliputi riwayat keluarga wirausaha.
Dari pendapat dan penemuan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengalaman adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang
dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat
pengetahuan serta ketrampilan yang dimilikinya.
2.4.2. Pendidikan Salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara terletak
pada peranan perguruan tinggi melalui penyelenggaraan pendidikan
kewirausahaan (Suharti & Sirine, 2011). Pihak perguruan tinggi bertanggung
jawab dalam mendidik mahasiswanya serta memberikan motivasi sehingga
mereka berani untuk berwirausaha. Perguruan tinggi sebagai penyedia fasilitas
kewirausahaan, tidak akan mencapai tujuannya dalam menghasilkan lulusan yang
berwirausaha bila tidak disertai dengan minat yang timbul dalam diri mahasiswa.
Dengan demikian persoalan yang dihadapi perguruan tinggi adalah bagaimana
cara menumbuhkan minat berwirausaha pada mahasiswa sehingga pilihan karir
yang mereka pilih setelah lulus adalah sebagai wirausahawan.
Pendidikan kewirausahaan yang berorientasi pada mengubah mindset
berwirausaha dan memberikan pengalaman berbisnis secara nyata, dinilai lebih
efektif untuk menumbuhkan jiwa dan kemampuan berwirausaha di kalangan
mahasiswa. Menurut Nabi (2010), untuk mendorong niat wirausaha di kalangan
mahasiswa dapat terlihat dari besarnya inisiatif berwirausaha. Adapun asumsi
yang mendasari ketentuan ini. Asumsi pertama adalah bahwa niat kewirausahaan
yang dipelajari. Harris dan Gibson (2008) berpendapat bahwa sikap yang
mendukung niat kewirausahaan dapat diukur dan berubah, sehingga
memungkinkan untuk kemungkinan mengubah sikap dan membentuk melalui
paparan program pendidikan. Asumsi kedua adalah bahwa intensionalitas
diterjemahkan menjadi perilaku kewirausahaan. Asumsi ketiga adalah bahwa
pendidikan dan pelatihan menghasilkan peningkatan kemampuan wirausaha
20
selanjutnya mampu meningkatkan kemungkinan keberhasilan wirausaha. Oleh
karena itu berbagai inisiatif yang ada yang dirancang untuk membekali mahasiswa
dan lulusan dengan keterampilan untuk menghasilkan dan mengembangkan ide
wirausaha. Ada beberapa bukti untuk mendukung asumsi pertama, yaitu bahwa
pendidikan kewirausahaan memiliki peran positif untuk bermain pada
intensionalitas kewirausahaan mahasiswa (Pittaway dan Cope, 2007 dalam
Waluyo & Adi, 2013). Asumsi kedua dan ketiga secara empiris belum terbukti
kuat dalam mendukung wirausaha.
Berdasarkan studi terhadap dari 35 calon wirausahawan selama periode tiga
tahun, Henry dkk. (2003), menyimpulkan bahwa program pendidikan dan
pelatihan dapat menjadi efektif dan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi
calon wirausahawan. Dampak pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi telah
dipertanyakan, khususnya yang berkaitan dengan dampak pada transisi dari
intensionalitas perilaku kewirausahaan atau keberhasilan wirausaha (Galloway
dan Brown, 2002; Pittaway dan Cope, 2007) dalam Waluyo & Adi (2013).
Pendidikan mengenai kewirausahawan juga berdasarkan oleh adanya
pembelajaran kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahaan ini diartikan sebagai
proses mentransferkan ilmu kewirausahaan kepada peserta didik dengan tujuan
tertentu yaitu untuk menumbuhkan minat wirausaha serta mencetak wirausaha
baru (Suherman, 2010 dan Supriatna, 2012 dalam Fathonah, 2013). Merujuk pada
pendapat Suherman (2010) dan Supriatna (2012) yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka indikator-indikator pembelajaran kewirausahaan yang akan
dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Materi pembelajaran kewirausahaan yang dapat memotivasi untuk
berwirausaha.
2. Metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat wirausaha
3. Kemampuan guru yang dapat menumbuhkan minat wirausaha
4. Pengalaman langsung yang dapat menumbuhkan minat berwirausaha.
21
2.4.3. Sikap Sikap merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam mengkaji atau
membahas tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang ada
pada seseorang akan membawa warna dan corak pada tindakan, baik menerima
maupun menolak dalam menanggapi sesuatu hal yang ada diluar dirinya. Ajzen
(2005) menyatakan sebuah sikap adalah sebuah kecenderungan untuk merespon
secara suka atau tidak suka kepada sebuah objek, orang, lembaga atau kejadian.
Sikap merupakan suatu disposisi untuk merespon secara positif atau negatif suatu
perilaku. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh belief tentang konsekuensi dari
sebuah perilaku, yang disebut sebagai behavioral beliefs (Ajzen, 2005). Menurut
Ajzen (2005) setiap behavioral beliefs menghubungkan perilaku dengan hasil
yang bisa didapat dari perilaku tersebut. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh
evaluasi individu mengenai hasil yang berhubungan dengan perilaku dan dengan
kekuatan hubungan dari kedua hal tersebut (Ajzen, 2005).
Secara umum, semakin individu memiliki evaluasi bahwa suatu perilaku akan
menghasilkan konsekuensi positif maka individu akan cenderung bersikap
favorable terhadap perilaku tersebut; sebaliknya, semakin individu memiliki
evaluasi negatif maka individu akan cenderung bersikap unfavorable terhadap
perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Sikap (attitude) menurut Purwanto (2000)
merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan
untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang
dihadapinya. Dalam hal ini, Sikap merupakan penentuan penting dalam tingkah
laku manusia untuk bereaksi. Oleh karena itu, orang yang memiliki sikap positif
terhadap suatu objek atau situasi tertentu ia akan memperlihatkan kesukaaan atau
kesenangan (like), sebaliknya orang yang memiliki sikap negatif ia akan
memperlihatkan ketidaksukaan atau ketidaksenangan (dislike).
Sementara itu menurut Krech dan Crutchfield yang dikutip oleh Ahmadi (2007)
sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, persepsi atau pengamatan
atas suatu aspek dari kehidupan individu. Pendapat ini mempertegas hubungan
22
antara sikap dengan motivasi maupun persepsi. Hubungan ini dapat berlangsung
dua arah atau saling mempengaruhi. Sikap dapat dipengaruhi oleh motivasi dan
persepsi seseorang terhadap suatu objek atau keadaan tertentu atau sebaliknya
motivasi dan persepsi seseorang dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap suatu
objek atau keadaan tertentu. Sikap yang diambil nantinya harus tepat dan tidak
merugikan orang lain. Slameto (2010) menyatakan bahwa sikap merupakan
sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi
terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.
Menurut Mappiare (1982) berpendapat bahwa sikap adalah kecenderungan yang
relatif stabil yang dimiliki seseorang dalam beraeksi (baik reaksi yang positif
maupun negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau kondisi
sekitarnya. Sikap ditentukan oleh evaluasi seesorang terhadap hasil yang
diasosiasikan dengan tingkah laku dan seberapa kuat asosiasi tersebut. Bahwa
sikap sebagai suatu kesiapan untuk selalu menanggapi dengan cara tertentu dan
menekankan implikasi perilakunya (Riyanti, 2009).
Menurut Alport dalam (Widayatun, 1999) sikap adalah kesiapan seseorang untuk
bertindak. Seiring dengan pendapat Alport di atas Widayatun memberikan
pengertian bahwa sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan
dengannya. Newcomb dalam Notoatmodjo (1993), menyatakan bahwa definisi
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka. Dan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek.
Sedangkan Rakhmat (1992) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:
Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Kedua, sikap mempunyai daya
penolong atau motivasi. Ketiga, sikap lebih menetap. Keempat, sikap
mengandung aspek evaluative, artinya mengandung nilai menyenangkan atau
tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa
23
sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau
diubah.
Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
perilaku individu yang mampu melakukan sesuatu dengan sendiri tanpa perlu
adanya bantuan orang lain dan memiliki rasa percaya diri dalam dirinya untuk
melakukan apa yang sedang dibutuhkan dalam kehidupan.
2.4.3.1. Unsur-unsur Sikap Ahmadi (2007) mengungkapkan ada tiga unsur yang terdapat dalam sikap, yaitu:
1. Komponen cognitive, berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang
didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.
2. Komponen affective, menunjuk pada dimensi emosionalem osi yang berhubungan dengan objek. O bjek di sini
dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan. 3. Komponen behavior atau conative, melibatkan salah satu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) untuk bertindak terhadap objek.
2.4.3.2. Rumus Sikap
Ajzen berpendapat bahwa : “Seseorang yang percaya bahwa menampilkan perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang positif, akan mempunyai sikap favorable terhadap ditampilkannya perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan mempunyai sikap unfavorable”. Hal tersebut juga dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐀𝐁 ∞∑ 𝐛𝐢 𝐞𝐢
Keterangan :
AB = sikap terhadap perilaku B
bi = belief bahwa menampilkan perilaku B akan menghasilkan i
ei = evaluasi terhadap i
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan metode skala Likert.
24
Skala Likert ini dirancang untuk mengukur sikap, walaupun kadang – kadang penerapannya juga dilakukan terhadap hal – hal lain selain sikap. Alat ukur ini terdiri dari 2 skala yaitu :
1. Skala untuk mengukur salient belief yang dimiliki subjek tentang konsekuensi melakukan perilaku tertentu.
2. Skala untuk mengukur evaluasi subjek terhadap konsekuensi melakukan perilaku tertentu.
2.4.4. Norma Subjektif Norma Subjektif merupakan persepsi individu mengenai pengaruh sosial dalam
membentuk perilaku tertentu (Ajzen, 1988 dalam Mustikasari, 2007). Norma
subjektif dapat dikatakan sebagai fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu
dimana adanya satu atau beberapa orang disekitarnya (misalnya saudara, teman,
kerabat) untuk setuju atau tidak setuju terhadap suatu perilaku tertentu dan
memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka (Ajzen, 1991 dalam
Mustikasari, 2007).
Ajzen (2005) mengatakan bahwa norma subjektif adalah fungsi yang didasarkan
pada belief yang disebut normative belief, yaitu belief mengenai kesetujuan dan
atau ketidaksetujuan yang berasal dari orang dan kelompok yang berpengaruh
bagi individu tersebut (significant others) seperti orang tua, pasangan, kerabat,
teman dekat, rekan kerja atau lainnya terhadap suatu perilaku. Norma subjektif
merupakan persepsi individu mengenai tekanan sosial untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku (Ajzen, 2005).
Norma subjektif tidak hanya ditentukan referent tersebut melainkan juga
ditentukan oleh “motivation to comply”. Secara umum individu yang yakin bahwa
kebanyakan referent akan menyetujui dirinya menampilkan perilaku tertentu, dan
terdapat motivasi yang membuat mereka yakin terhadap suatu keputusan.
Sebaliknya individu yang yakin bahwa kebanyakan referent tidak menyetujui
dirinya menampilkan perilaku tertentu, dan tidak adanya motivasi untuk
mengikuti perilaku tertentu, maka hal ini akan menyebabkan seseorang memiliki
25
norma subyektif yang menempatkan tekanan pada dirinya untuk menghindari
melakukan suatu perilaku tersebut (Ajzen, 2005).
2.4.4.1 Peran Norma Subjektif Untuk melakukan sesuatu yang penting, biasanya seseorang mempertimbangkan
apa harapan orang lain (orang-orang terdekat, masyarakat) terhadap dirinya.
Namun, harapan orang-orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang
berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.
Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang
yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong
kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan.
2.4.4.2 Pengukuran Norma Subjektif Menurut Ajzen norma subjektif dapat dirumuskan :
𝐒𝐍 ∞ ∑ 𝐧𝐢 𝐦𝐢
Keterangan :
SN = subjective norms
ni = belief normative (belief seseorang bahwa seseorang atau kelompok yang
menjadi referensi berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku).
mi = motivasi seseorang untuk mengikuti seseorang atau kelompok yang menjadi
referensi.
2.4.5. Kendali Perilaku Yang Dapat Dikenali Ajzen (2005) menjelaskan perceived behavioral control sebagai fungsi yang
didasarkan oleh belief yang disebut sebagai control beliefs, yaitu belief individu
mengenai ada atau tidak adanya faktor yang mendukung atau menghalangi
individu tersebut untuk melakukan sebuah perilaku. Belief ini didasarkan pada
pengalaman terdahulu individu tersebut tentang suatu perilaku dan informasi yang
dimiliki individu tentang suatu perilaku. Kontrol perilaku persepsian didefinisikan
oleh Ajzen (1991) sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan
26
perilaku. Kontrol perilaku persepsian seringkali diukur dengan merujuk kepada
mudah atau sulitnya suatu perilaku ditampilkan atau sejauh mana seseorang
percaya terhadap kemampuannya untuk menampilkan suatu perilaku (Ajzen,
2002). Kontrol perilaku persepsian adalah persepsi individu terkait dengan mudah
dan sulitnya sebuah perilaku ditampilkan (Ajzen, 1991).
Ajzen (2001) mengatakan bahwa kontrol keperilakuan mempengaruhi niat
didasarkan atas asumsi bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan oleh
individu akan memberikan implikasi motivasi pada orang tersebut. Kontrol
perilaku persepsian mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
(melalui niat) terhadap perilaku (Ajzen, 1988). Kontrol perilaku persepsian
ditentukan oleh kombinasi antara keyakinan individu mengenai faktor pendukung
atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control beliefs), dengan
kekuatan perasaan individu akan setiap faktor pendukung atau penghambat
tersebut (perceived power control). Keyakinan kontrol (control beliefs) yang
kemudian melahirkan kontrol perilaku yang dipersepsikan adalah keyakinan
tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang
akan ditampilkan dan persepsinya seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan
menghambat perilakunya tersebut (perceived power) (Ajzen 2005).
Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) didefinisikan oleh
Ajzen (1991) sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan
perilaku. Kontrol perilaku persepsian ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan
mengantisipasi halangan-halangan yang ada sehingga semakin menarik sikap dan
norma subjektif terhadap perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsian,
semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang
dipertimbangkan. Semakin individu merasakan terdapat banyak faktor pendukung
dan sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka akan
lebih besar kontrol yang mereka rasakan atas perilaku tersebut dan begitu juga
sebaliknya, semakin sedikit individu merasakan faktor pendukung dan banyak
faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu akan
27
lebih cenderung mempersepsikan diri mereka sulit untuk melakukan suatu
perilaku (Ajzen, 2005).
Menurut Ajzen (2005), kontrol perilaku yang dirasakan ini dapat diukur secara
langsung dengan memberikan pertanyaan pada individu apakah ia mampu
menampilkan suatu tingkah laku yang diinginkannya atau apakah individu
tersebut percaya bahwa ia dapat melakukannya dengan sepenuhnya di bawah
kontrol mereka.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa control belief mengacu pada persepsi
seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk
menunjukkan perilaku. Berdasarkan hal itu, control perilaku yang dirasakan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
𝐏𝐁𝐂 ∞∑ 𝐂𝐢 𝐏𝐢
Keterangan :
PBC = Kontrol perilaku yang dirasakan
Ci = Kontrol belief
Pi = Kekuatan faktor i untuk mempermudah atau menghambat dalam
menampilkan perilaku.
Kontrol perilaku yang dirasakan diukur dengan menggunakan 2 skala yaitu :
1. Skala yang mengukur control belief subjek yaitu mengenai ada tidaknya faktor
yang menghambat atau mendorong untuk menampilkan perilaku.
2. Skala yang mengukur perceived power yaitu mengenai persepsi individu
terhadap kekuatan faktor-faktor yang ada dalam mendorong atau menghambat
ditampilkannya perilaku.
2.4.6. Usia Roe, 1964 (dalam repository.ipb.ac.id) mengatakan bahwa minat terhadap
pekerjaan mengalami perubahan sejalan dengan usia tetapi menjadi relatif stabil
pada post abdolence. Peneltian Strong dalam Hartini, 2002 (dalam
repository.ipb.ac.id) terhadap sebuah pria berusia 15-25 tentang minat terhadap
28
pekerjaan menunjukan bahwa minat berubah secara sedang dan cepat pada usia
15-25 tahun dan sesudahnya sangat sedikit perubahannya.
Sinha, 1996 (dalam repository.ipb.ac.id) membuktikan bahwa para calon
wirausahawan yang berusia muda, cenderung lebih sukses dibanding mereka yang
berusia tua. Staw dalam Riyanti (2003) menunjukan bahwa keberhasilan
seseorang dapat dilihat dari usia si calon wirausahawan di saat awal mereka
melakukan usahanya. Umumnya usia yang produktif untuk berusaha adalah di
sekitar 25 hingga 44 tahun (et.al., 2000). Dari pendapat di atas peneliti
menyimpulkan bahwa faktor umur mempunyai peran dalam keberhasilan
berwirausaha.
Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan
perkembangan manusia. Ciri khas perkembangan karier menurut Hurlock adalah
sebagai berikut:
1. Usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun) Ketika seseorang masuk
dalam masa dewasa awal yang memiliki tugas pokok yaitu memilih
bidang pekerjaan yang cocok dalam bakat, minat dan faktor psikologis
yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang bingung dengan
pilihan kariernya, situasi seperti ini bisa juga terjadi dalam wirausaha.
Masa dewasa awal itu coba-coba untuk berkarir. Itulah sebabnya usia bisa
berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi kerja mereka.
2. Usia dewasa madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun) masa dewasa madya
bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Prestasi puncak pada usia ini
juga bisa berlaku bagi wirausaha.
3. Usia dewasa akhir (usia di atas 60 tahun) pada masa ini orang mulai
mengurangi kegiatan kariernya atau berhenti sama sekali. Mereka tinggal
menikmati jerih payahnya selama bekerja dan mencurahkan perhatian
pada kehidupan spiritual dan sosial.
Pendapat Hurlock senada dengan pendapat Staw (1991) bahwa usia bisa terkait
dengan keberhasilan. Bedanya, Hurlock menekankan pada kemantapan karier,
29
sedangkan Staw (1991) menekankan bertambahnya pengalaman. Menurut Staw
(1991), usia bisa terkait dengan keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya
seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia
seseorang bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan.
Usia seseorang untuk memulai usaha sulit ditentukan karena rentangnya terlalu
jauh, ada yang sudah memulai sejak masih dalam pendidikan atau justru setelah
pensiun dari pekerjaannya. Bagaimanapun mengenai usia ini, Bird (dalam
Sjabadyni, 2001) memberikan beberapa pendapat antara lain:
1. Dipandang dari segi energi yang dimiliki manusia, masa muda memiliki
energi yang paling tinggi, dorongan serta daya tahan fisik kuat sehingga
jika ingin menekuni bidang wirausaha, ia harus memulai pada masa ini.
2. Wirausaha yang memulai pada usia tua tidak memiliki rentang masa yang
panjang sebagai wirausaha sebagaimana orang yang memulai di usia
muda. Mereka biasanya lebih cepat berhasil karena faktor pengalaman
yang mereka miliki.
Studi penelitian telah menunjukkan bahwa usia dapat berdampak pada
kewirausahaan. Orang yang lebih tua memiliki kecenderungan kurang untuk
memulai sebuah usaha dibandingkan dengan yang lebih muda (Levesque &
Minniti, 2006). Reynolds (1987) juga menunjukkan bahwa mereka yang lebih
muda cenderung lebih untuk menjadi seorang pengusaha. Namun, hasil dari
beberapa penelitian lain ada pula yang bertentangan. Misalnya, telah ditemukan
suatu penelitian bahwa orang yang lebih tua menunjukkan kecenderungan lebih
untuk menjadi seorang pengusaha.
2.5. Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian yang dilakukan Dogan (2015) yang berjudul The Effect Of
Entrepreneuship Education On Entrepreneurial Intentions Of University Student
In Turkey menyatakan bahwa banyak penelitian telah membahas topik
menentukan faktor yang mempengaruhi niat kewirausahaan individu dan
hubungan antara pendidikan kewirausahaan dan niat kewirausahaan. Penelitian
tersebut meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi niat kewirausahaan
30
mahasiswa tahun sarjana akhir administrasi bisnis di sebuah universitas Turki dan
hubungan antara tingkat keberhasilan siswa di kelas kewirausahaan dan niat
kewirausahaan mereka. Studi tersebut menemukan korelasi positif yang signifikan
antara tingkat keberhasilan siswa dalam kelas kewirausahaan dan niat
kewirausahaan mereka. Selain itu, ditemukan hasil bahwa para siswa dengan ayah
wiraswasta memiliki niat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki seorang ayah yang berwiraswasta.
Peng, Lu, Kang (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Entrepreneurial
Intentions and Its Influencing Factors: A Survey Of the University Student In
Xian’an China menyatakan bahwa berdasarkan survei dari 2.010 mahasiswa
senior dari sembilan universitas di Xi'an, menyatakan adanya hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa norma subjektif dan self-efficacy yang dirasakan mahasiswa
berpengaruh positif secara signifikan terhadap sikap kewirausahaan mereka dan
mempengaruhi niat kewirausahaan mereka. Penelitian tersebut juga membahas
pengaruh faktor lain seperti faktor individu / psikologis, faktor latar belakang
keluarga dan faktor lingkungan sosial.
Yaghmaei dan Ghasemi (2015) di Malaysia melakukan sebuah penelitian yang
berjudul Effects of Influential Factors on Entrepreneurial Intention of
Postgraduate Students in Malaysia. Tujuan dari penelitian tersebut ada dua yaitu
yang pertama, untuk mengetahui hubungan antara sikap responden, norma
subjektif, kontrol perilaku yang dirasakan, pendidikan, pengalaman sebelumnya
dan usia dengan niat untuk memiliki bisnis atau usaha. Yang kedua, untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor tertentu yang lebih berpengaruh pada niat
kewirausahaan mahasiswa pascasarjana di Malaysia. Populasi penelitian tersebut
adalah mahasiswa dengan predikat Master. Data dikumpulkan dari 380 mahasiswa
Master pria dan wanita di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) yang berada di
tahun terakhir studi mereka dan dianggap sesuai untuk keputusan dalam
berwirausaha. Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, sikap
memiliki pengaruh langsung terhadap niat kewirausahaan tetapi umur memiliki
efek terbalik. Kedua, disimpulkan bahwa dua variabel ini lebih penting daripada
31
yang lain dalam pemodelan dan memprediksi niat kewirausahaan di kalangan
mahasiswa pascasarjana di Malaysia.
Penelitian yang dilakukan oleh Fa Tong, Kin Tong & Loy (2011) yang berjudul
Factors Influencing Entrepreneurial Intention Among University Students
menjelaskan bahwa banyak universitas yang telah memperkenalkan pendidikan
kewirausahaan untuk memotivasi mahasiswa agar menjadi pengusaha di masa
depan. Dalam penelitian tersebut, mereka mencari persepsi mahasiswa pada
faktor-faktor yang mempengaruhi niat mereka untuk berwirausaha. Berdasarkan
penelusuran literatur, mereka mengidentifikasi faktor divalidasi yang digunakan
untuk memprediksi niat kewirausahaan. Faktor-faktor tersebut diadaptasi untuk
mengeksplorasi persepsi siswa. Kuesioner dibagikan kepada empat universitas
lokal. Sebanyak 196 data yang valid dianalisis menggunakan beberapa regresi.
Hasil penelitian menunjukkan niat kewirausahaan berkontribusi terhadap
kebutuhan untuk berprestasi, latar belakang bisnis keluarga, dan norma-norma
subjektif, kecuali keinginan untuk merdeka atau mandiri.
Ghazali, Ibrahim & Zainol (2013) melakukan penelitian dengan judul Factors
Affecting Entrepreneurial Intention among UniSZA Students. Tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk menentukan dan mengetahui apa saja faktor yang
mempengaruhi persepsi siswa tentang niat kewirausahaan, untuk menghadirkan
pengusaha muda generasi bangsa yang dapat membentuk ekonomi yang lebih
baik untuk masa depan negara. Komponen penelitian tersebut meliputi profil
demografi, faktor sikap dan perilaku, dan bagaimana hal tersebut dapat
mempengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha. Penemuan ini menunjukkan
bahwa siswa perempuan memiliki sikap secara signifikan lebih tinggi dalam
keterampilan sosial dan keinginan untuk berhasil dibandingkan dengan siswa laki-
laki. Tidak ada perbedaan yang signifikan berkaitan dengan ras, usia, latar
belakang pekerjaan orangtua, keluarga dan kerabat yang terlibat dalam bisnis.
Temuan lain menunjukkan bahwa mereka yang telah mengikuti kursus
kewirausahaan atau pelatihan memiliki sikap secara signifikan lebih tinggi dalam
keterampilan sosial. Yang paling penting, keterampilan pemasaran, keinginan
32
untuk sukses, keterampilan kepemimpinan, dan inovasi dan kreativitas
menginspirasi mereka dalam memilih berwirausaha.
Iwu, Ezeuduji, Eresia-Eke & Tengeh (2016) melakukan penelitian dengan judul
The Entrepreneurial Intention of University Students: The Case of a University of
Technology in South Africa. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan
keberadaan atau niat kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Penekanan yang
cukup perlu ditempatkan pada pendidikan kewirausahaan dan skema
kewirausahaan (seperti program mentorship). Studi tersebut mengumpulkan data
dengan cara cross-sectional dengan sampel acak dari 150 mahasiswa South
African University of Technology. Menariknya, hasil menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan secara statistik antara niat kewirausahaan siswa pada
variabel sosio-demografis seperti umur, jenis kelamin, budaya, dll.
2.6. SOTA (Statement Of The Art)
Peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berdasarkan pada
penelitian sebelumnya. Dari penelitian yang sudah ada, dapat dijadikan acuan
untuk membuat penelitian ini. Peneliti menggambarkan kumpulan dari beberapa
penelitian terdahulu pada tabel 2.1 dibawah ini yang dinamakan dengan SOTA
(Statement Of The Art).
33
Table 2.1 SOTA (Statement Of The Art)
Penulis & Tahun
Judul Sampel Variabel Teori Metodologi Hasil
1. Dogan
2015
The Effect Of
Entrepreneuship
Education On
Entrepreneurial
Intentions Of
University Student
In Turkey
83 mahasiswa tingkat akhir Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ekonomi di Universitas Istanbul yang mengambil kursus kewirausahaan.
Pendidikan, Latar belakang keluarga
Teori Psikologis
Kuantitatif Studi tersebut menemukan korelasi
positif yang signifikan antara tingkat
keberhasilan siswa dalam kelas
kewirausahaan dan niat kewirausahaan
mereka. Selain itu, ditemukan hasil
bahwa para siswa dengan ayah
wiraswasta memiliki niat
kewirausahaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang
tidak memiliki seorang ayah yang
berwiraswasta.
34
2. Peng, Lu, Kang 2012
Entrepreneurial Intentions and Its Influencing Factors: A Survey Of the University Student In Xian’an China
2.010 mahasiswa senior di Sembilan universitas di Xi'an, Cina
Faktor psikologis, latar belakang keluarga dan lingkungan sosial
Teori Psikologis
Kuantitatif Penelitian menunjukkan bahwa norma
subjektif dan self-efficacy yang
dirasakan mahasiswa berpengaruh
positif secara signifikan terhadap sikap
kewirausahaan mereka dan
mempengaruhi niat kewirausahaan
mereka.
3. Yaghmaei dan Ghasemi 2015
Effects of Influential Factors on Entrepreneurial Intention of Postgraduate Students in Malaysia
380 mahaiswa di Universiti Teknologi Malaysia (UTM)
Pengalaman Sebelumnya, Pendidikan, Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku dan Usia
Teori Kewirausahaan
Kuantitatif Analisis hasil penelitian menunjukkan
bahwa, pertama, sikap memiliki
pengaruh langsung terhadap niat
kewirausahaan tetapi umur memiliki
efek terbalik. Kedua, disimpulkan
bahwa dua variabel ini lebih penting
daripada yang lain dalam pemodelan
dan memprediksi niat kewirausahaan
di kalangan mahasiswa pascasarjana di
Malaysia.
4. Fa Tong, Kin Tong, Loy
Factors Influencing Entrepreneurial Intention Among
380 mahasiswa Master pria dan wanita di
Membutuhkan prestasi, keinginan
Teori Psikologis
Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan niat
kewirausahaan berkontribusi terhadap
35
2011 University Students Universiti Teknologi Malaysia (UTM)
untuk merdeka, berlatar belakang keluarga berbisnis, Norma Subjektif.
kebutuhan untuk berprestasi, latar
belakang bisnis keluarga, dan norma-
norma subjektif, kecuali keinginan
untuk merdeka.
5. Ghazali, Ibrahim & Zainol 2013
Factors Affecting Entrepreneurial Intention among UniSZA Students
Mahasiswa program kewirausahaan di tingkat sarjana terdaftar akademik 2010-2011 di UniSZA
Profil demografi, faktor sikap dan perilaku
Teori Perilaku Terencana
Kuantitatif Penemuan menunjukkan bahwa siswa
perempuan memiliki sikap secara
signifikan lebih tinggi dalam
keterampilan sosial dan keinginan
untuk berhasil dibandingkan dengan
siswa laki-laki. Tidak ada perbedaan
yang signifikan berkaitan dengan ras,
usia, latar belakang pekerjaan
orangtua, keluarga dan kerabat yang
terlibat dalam bisnis.
6. Iwu, Ezeuduji, Eresia-Eke & Tengeh 2016
The Entrepreneurial Intention of University Students: The Case of a University of
150 mahasiswa South African University of Technology
Menururt Santoso (2010) mengatakan bahwa setelah satu atau lebih dari faktor
terbentuk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah variabel, mungkin saja sebuah
variabel sulit untuk ditentukan akan masuk ke dalam faktor yang mana. Atau, jika
yang terbentuk dari proses factoring hanya ada satu faktor, bisa saja sebuah
variabel diragukan apakah layak dimasukkan dalam faktor yang terbentuk atau
tidak. Untuk mengatasi hal tersebut, bisa dilakukan proses rotasi (Rotation) pada
faktor yang terbentuk, sehingga memperjelas posisi sebuah variabel, akankah
dimasukkan pada faktor yang satu ataukah ke faktor yang lain.
Sama dengan proses factoring, proses rotasi juga ada berbagai macam cara.
Beberapa metode Rotasi yang populer dilakukan adalah :
1. Orthogonal Rotation
Orthogonal Rotation yakni memutar sumbu 90 derajat. Proses rotasi
dengan metode Orthogonal masih bisa dibedakan menjadi Quartmiax,
Varimax dan Equimax.
Biasanya, rotasi orthogonal yang digunakan dalam penelitian adalah
varimax, yang berfokus pada menyederhanakan kolom dalam matriks
faktor. (Hair dan Black 2009).
52
2. Oblique Rotation
Oblique Rotation yakni memutar sumbu ke kanan, namun tidak harus 90
derajat. Proses rotasi dengan metode Oblique masih bisa dibedakan
menjadi Oblimin, Promax, Orthoblique, dan lainnya.
3.8.3. Interpretasi Hasil
Interpretasi adalah proses memberi arti dan signifikansi terhadap analisis yang
dilakukan, menjelaskan pola-pola deskriptif, mencari hubungan dan keterkaitan
antar deskripsi-deskripsi data yang ada (Barnsley & Ellis, 1992 dalam
Wiratmanto, 2014). Ini adalah langkah terakhir dari analisis faktor, menganalisis
faktor-faktor yang diekstrak dan penamaan atau label faktor-faktor berdasarkan
karakteristik.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pre-Test
4.1.1. Uji Validitas
Peneliti menggunakan SPSS versi 20.0 untuk menguji validitas setiap pernyataan
pada masing-masing variabel. Berdasarkan tabel R, jika df = 16 dengan tingkat
signifikansi alpha 0,05, signifikansi setiap pernyataan kebutuhan untuk mencapai
kebutuhan adalah 0,468. Peneliti mendistribusikan pre-test untuk 16 responden,
sehingga variabel akan berlaku jika hanya korelasi di atas r tabel > 0,468. Dan
jika korelasi berada di bawah atau kurang dari 0,468, peneliti perlu untuk
menghilangkan variabel tersebut.
Hasil validitas adalah sebagai berikut: 1. Pengalaman Sebelumnya
Table 4.2. Nilai Validitas
pada Variabel Pengalaman Sebelumnya
Pernyataan R Table
R Hitung Hasil
Pengalaman Sebelumnya 1 0,468 0,447 Tidak Valid Pengalaman Sebelumnya 2 0,468 0,534* Valid Pengalaman Sebelumnya 3 0,468 0,706** Valid Pengalaman Sebelumnya 4 0,468 0,720** Valid Pengalaman Sebelumnya 5 0,468 0,506* Valid
Sumber: Data Primer yang diolah (2016)
Tabel 4.2 menunjukan bahwa diantara 5 pernyataan pada variabel Pengalaman
Sebelumnya (Previous Experience) 4 pernyataan memiliki r hitung yang valid,
namun terdapat satu pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomer 1. Oleh
54
karena itu, peneliti hanya dapat menggunakan 4 pernyataan yang valid tersebut
untuk kebutuhan penelitian selanjutnya.
2. Pendidikan
Table 4.3. Nilai Validitas
pada Variabel Pendidikan
Pernyataan R Tabel
R Hitung Hasil
Pendidikan 1 0,468 0,356 Tidak Valid Pendidikan 2 0,468 0,560* Valid Pendidikan 3 0,468 0,478* Valid Pendidikan 4 0,468 0,320 Tidak Valid Pendidikan 5 0,468 0,535* Valid
Sumber: Data Primer yang diolah (2016)
Pada tabel 4.3 di atas, terdapat 3 pernyataan yang valid dari total 5 pernyataan
pada variabel Pendidikan (Education). Untuk kebutuhan penilitian selanjutnya, 2
pernyataan yang tidak valid tidak dapat digunakan melainkan 3 pernyataan yang
telah dinyatakan valid, yaitu Pendidikan 2, pendidikan 3 dan Pendidikan 5, yang