PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MOBILE LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK SMA PADA KONSEP HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh : FAJRI KAHARISMATIKA 1113016300061 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MOBILE LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
SMA PADA KONSEP HUKUM NEWTON TENTANG
GRAVITASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh :
FAJRI KAHARISMATIKA
1113016300061
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
2
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
3
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
4
ABSTRAK
Fajri Kaharismatika (1113016300061), Pengaruh Media Pembelajaran Mobile
Learning Terhadap Kemampuan Kognitif Peserta Didik Sma Pada Konsep
Hukum Newton Tentang Gravitasi. Skripsi Program Studi Tadris Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Media pembelajaran mobile learning dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
dan yang paling penting dalam pembelajaran saintifik adalah keilmiahan dalam
proses pembelajaran karena dapat meningkatkan kualitas peserta didik dengan
mengembangkan unsur sikap pengetahuan peserta didik. Pembelajaran Fisika
menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik tampak kurang tertarik, bergairah
dan cenderung tidak aktif (pasif), sehingga nilai yang diperoleh peserta didik juga
kurang maksimal. Rendahnya nilai Fisika peserta didik disebabkan oleh media
pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran mobile learning terhadap
kemampuan kognitif peserta didik SMA pada konsep hukum Newton tentang
gravitasi. Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 Depok. Sampel dari penelitian ini,
yaitu kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPA 2 sebagai kelas
kontrol, dengan teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling. Metode
penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain nonequivalent
control grup. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen
berupa 25 soal pilihan ganda dan instrumen non tes berupa angket. Berdasarkan
hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney yang dilakukan terhadap
data posttest diperoleh nilai Sig. (2-tailed) < taraf signifikansi (α). Hal ini
menunjukkan bahwa , pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbantuan
mobile learning berpengaruh terhadap kemampuan kognitif peserta didik, namun
tidak terlalu signifikan. Selain itu, hasil posttest, kelas eksperimen mengalami
peningkatan yang lebih unggul dibandingkan kelas kontrol. Sementara, hasil angket
respon siswa terkait penggunaan media pembelajaran mobile learning dalam proses
pembelajaran, mendapat kategori baik sekali dengan persentase sebesar 79%.
Kata kunci: Mobile Learning, Kemampuan Kognitif, Hukum Gravitasi
Newton.
5
ABSTRACT
Fajri Kaharismatika (1113016300061), The Effect Of Mobile Learning Against
Cognitive Abilities Of High School Students In Newton's Law Concepts About
Gravity. Thesis Of Tadris Physics Study Program Faculty Of Tarbiyah And
Teacher Training Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
The mobile learning is appropriate to be applied in the learning process and the
most important thing in scientific learning is scholarship in the learning process
because it can improve the quality of students by developing elements of knowledge
attitudes of students. Physics learning shows that most students seem less interested,
passionate and tend to be inactive (passive), so the value obtained by students is
also less than optimal. The low value of students' physics is caused by the learning
media used by the teacher is less varied. This study aims to determine the effect of
mobile learning on the cognitive abilities of high school students on Newton's
concept of gravity. This research was conducted at SMAN 8 Depok. The sample of
this study, namely class X IPA 1 as an experimental class and class X IPA 2 as a
control class, with a sampling technique in the form of purposive sampling. The
research method used was a quasi experiment with a nonequivalent control group
design. The instruments used in this study, namely instruments in the form of 25
multiple choice questions and non-test instruments in the form of a questionnaire.
Based on the results of hypothesis testing using the mann-whitney test conducted
on the posttest data obtained sig. (2-tailed) < significance level (α). This shows that
less significant, learning using the mobile learning influences the cognitive abilities
of students. In addition, the results of the posttest, the experimental class increased
superior to the control class. Meanwhile, the results of the questionnaire responses
of students related to the use of mobile learning media in the learning process, got
a very good category with a percentage of 79%.
Keywords: Mobile Learning, Cognitive Ability, Newton's Law Of Gravity.
6
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media
Pembelajaran Mobile Learning Terhadap Kemampuan Kognitif Peserta
Didik SMA Pada Konsep Hukum Newton Tentang Gravitasi ”. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.
Aamiin ya Rabbal’alamiin.
Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih
tersebut disampaikan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku ketua Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan banyak
waktu, arahan, dan saran untuk membimbing penulis selama proses
penyusunan skripsi ini.
4. Erina Hartanti, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan peneliti selama menjadi mahasiswa Tadris
Fisika.
5. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Program Studi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
6. Dra. Hj. Nurlaely, M.Pd., selaku Kepala SMAN 8 Kota Depok yang telah
memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
7. Sarodji Jachja, S.Pd., selaku guru bidang studi Fisika SMAN 8 Kota Depok
yang telah memberikan izin penelitian dan membimbing selama penelitian
berlangsung.
7
8. Dewan guru, staf, karyawan dan siswa-siswi SMAN 12 Kota Tangerang
Selatan khususnya kelas XII IPA 3 dan XII IPA 4 yang telah memberikan
bantuan selama penelitian berlangsung.
9. Dwi Rachmah Dani, S.Si dan Raden Raisa, S.Pd., selaku guru fisika SMAN
Tangerang Selatan yang telah bersedia dan meluangkan waktunya untuk
menjadi narasumber peneliti dalam studi pendahuluan.
10. Keluarga tercinta Ayahanda H. Harno, A.md, Ibunda Kartini Dyah Mikorini,
S.Pd, Adik-adikku Arsy Parama Pura, Reksa Parama Yuda, Ahmad Parama
Tirta, Sahid Paramarta dan Kresna Parama Darma serta semua keluarga yang
selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam
mengejar dan meraih cita-cita. Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak dan
Ibu.
11. Suami tercunta Fadhli Kurniawan, S. Ikom., yang telah memberikan doa dan
semangat kepada penulis.
12. Succy Yuliyawati, Ali Fikri Abdilah, Ishma Idzni, yang sudah menemani
peneliti, selalu menjadi tempat berbagi informasi, memberikan waktu, pikiran,
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 61
1. Analisis Data Tes ............................................................................. 62
2. Analisis Data Non-tes ....................................................................... 63
J. Hipotesis Statistik ................................................................................... 66
BAB IV ............................................................... Error! Bookmark not defined.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................... 64
A. Deskripsi Data ........................................................................................ 64
B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 64
1. Hasil Pretest ..................................................................................... 64
2. Hasil Posttest ................................................................................... 65
3. Rekapitulasi Hasil Kognitif Peserta Didik......................................... 67
a. Hasil Pretest dan Posttest ............................................................. 67
b. Hasil Kemampuan Kognitif Peserta Didik Per Indikator ............... 68
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ................................................ 69
a. Uji Normalitas .............................................................................. 69
b. Uji Homogenitas ........................................................................... 70
5. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 71
11
6. Hasil Analisis Angket Peserta Didik ................................................. 72
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 78
A. Kesimpulan ............................................................................................ 78
B. Saran ...................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79
LAMPIRAN A .................................................................................................. 83
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menyambut zaman era globalisasi yang kini semakin pesat telah mendorong
lahirnya perkembangan Teknologi dan Informasi yang semakin berkembang di
seluruh negara bahkan hingga ke Indonesia. Dampak dari globalisasi ini dapat
berdampak positif dan negatif pada suatu negara. Kita dapat bertukar informasi dan
berbagai hal dengan orang-orang di berbagai negara.
Adanya pekembangan teknologi menyebabkan adanya persaingan kompetensi
antar bangsa, sehingga menuntut adanya pengembanagan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam pengembanagan
sumber daya manusia. Dan bagi Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam
meningkatkan mutu sistem pendidikan.
Pada masa sebelum bergabung dengan PISA guru merupakan tokoh sentral.
Setelah bergabung dengan PISA guru hanya sebagai fasilitator siswa dalam
memperoleh pengetahuan. Setelah Indonesia telah menjadi partisipan dalam PISA
selama 14 tahun kurikulum Indonesia diubah menjadi kurikulum 2013. Kurikulum
2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di alam menghadapi masa
depan. Tujuan utamanya mendorang peserta didik mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya , bernalar, dan mengkomunikasikan
(memperesentasikan), apa yang mereka peroleh atau ketahui setelah menerima
pembelajaran. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, social, seni dan
budaya.1
Hasil PISA selalu dirilis setiap tiga tahun sekali dan menjadi perhatian bagi
pemerintah. Tahun 2018 hasil Indonesia berada pada peringkat 65 dari 70 negara
pada bidang ekonomi, matematika dan sains. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
1 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 4, Nomor 1, juni 2019, h.69
13
capaian pada tahun 2015 dimana Indonesia berada pada peringkat 64 dari 69 negara
partisipan.2
Penggunaan ICT dalam dunia pendidikan dikenal dengan program e-learning.
E-learning di Indonesia telah dikembangakan di bawah naungan Program
Telematika Pendidikan atau E-education. Hal ini digunakan pada segala bentuk
teknologi komunikasi untuk menciptakan, mengelola, dan memberikan informasi.
E-education berhubungan dengan pemanfaatan media komunikasi dan teknologi
informasi, seperti komputer, internet telepon, televisi/video, radio, dan alat bantu
audiovisual lainnya yang digunakan dalam pendidikan3. Penggunaan internet
maupun perangkat elektronik lain dalam pembelajaran e-learning memungkinkan
pembelajaran bisa dilakukan dalam waktu yang sama atau berbeda, dengan kata
lain proses pembelajaran e-learning bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Meskipun e-learning dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja, e-learning
memiliki beberapa kekurangan diantaranya mengharuskan penggunanaya untuk
berhadapan dengan peralatan elektronik yang tidak fleksibel untuk berpindah
tempat (Contoh: DVD player, TV, dan proyektor) atau Personal Computer (PC)
yang terhubung ke internet menggunakan kabel LAN . Siswa sebagai pengguna
secara tidak langsung tetap dibatasi oleh tempat dan fasilitas tertentu. Oleh karena
itu. E-learning belum sepenuhnya dapat menjadi solusi agar siswa dapat belajar
kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat yang terjangkau.
Menanggapi pemaslahan tersebut, maka dikembangkan pembelajaran berbasis
multimedia yaitu memanfatkan mobile phone yang dapat digunakan lebih fleksibel
dan jugamerupakan perangkat yang hampir semua orang memilikinya untuk
komunikasi. Hal ini juga didasarkan pada meluasnya sistem yang baru ini di
gunakan pada mobile phone yaitu sistem android, yang merupakan sistem untuk
mempermudah penggunaan dari mobile phone itu sendiri.4
2 An Program For International Student Assesment Result for PISA 2018 (Paris : OECD
Publishing, 2018), p. 8 3 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: 2014) Ed.2 cet. 5, h.286-287 4 Hartanto, “Pengembangan Media Pembelajaran Mobile Learning pada Konsep Dinamika Newton
untuk Siswa Kelas X SMA/MA”, Skripsi pada sekolah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, h. 1-2
14
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 8 Depok, pada kegiatan
pembelajaran fisika masih menggunakan media konvensional yaitu buku paket,
namut terkadang juga menggunakan LCD dengan media power point, akan tetapi
karena keterbatasan jumlah LCD pembelajaran fisika hanya menggunakan buku
paket dan ditulis di papan tulis kemudian murid menulis kembali ke dalam buku
tulis mereka masing-masing, hal ini terjadi dari generasi ke generasi sehingga
menyebabkan hasil belajar mereka tidak ada perubahan.
Setelah dilakukan survey kepada siswa SMAN 8 Depok tentang penggunaan
mobile phone android hasil yang didapatkan menyatakan 99% siswa di sekolah
menggunakan mobile phone android untuk berkomunikasi , seperti menggunakan
akun media sosial line, wattsup, instagram, facebook dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara pula didapatkan pernyataan bahwa mereka lebih
sering menggunakan mobile phone andorid mereka dibandingkan membaca buku
pelajaran, bahkan tak jarang mereka mengunakannya pada saat jam pelajaran
sedang berlangsung.
Berdasarkan hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) (2015), tingkat pemahaman siswa terhadap sains di Indonesia
menempati peringkat 44 dari 49 negara.5 Berdasarkan tinjauan pustaka hasil Ujian
Nasional tahun 2019 pada mata pelajaran fisika juga tergolong sangat rendah yaitu
42,05.6 Kemudian jika dilihat dari kompetensi inti dan kompetensi dasar pada
silabus konsep hukum gravitasi Newton merupakan konsep yang abstrak dan sulit
untuk dinalar dan dipahami. Selanjutnya penuturan dari guru mata pelajran fisika
yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih
tergolong rendah sehingga mengharuskan guru untuk melakukan beberapa kali
remedial untuk memberikan nilai kepada siswa.
Berdasarkan masalah tersebut, maka diperlukan suatu metode atau media
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik dan
minat belajar dalam mengikuti pembelajaran fisika. Dan didorong oleh
5 Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers, Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi,
Januari 2019, h.563 6 Kemendikbud, Diagnosa Hasil UN Tahun 2019, 2019, h. 5
15
berkembangannya teknologi, maka diperlukan suatu media yang berbasis teknologi
dalam bidang pendidikan. Maka dengan menggunakan software atau perangkat
lunak pembelajaran atau mobile learning diharapkan siswa dapat memiliki minat
belajar yang tinggi dan termotivasi untuk mengikuit pembelajaran fisika dimana
software pembelajaran ini dibuat agar kegiatan pembelajaran bersifat
menyenangkan, sehingga siswa mampu menyerap materi yang disampaikan dengan
baik dan hasil belajar dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Media Pembelajaran Mobile Learning Terhadap
Kemampuan Kognitif Peserta Didik SMA Pada Konsep Hukum Newton
Tentang Gravitasi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
1. Rendahnya kemampuan kognitif peserta didik pada konsep hukum Newton
Tentang Gravitasi.
2. Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran di kelas.
3. Siswa belum mampu memanfaatkan smartphone secara maksimal untuk
proses pembelajaran khususnnya fisika.
4. Siswa kurang terlatih dalam mengerjakan latihan-latihan soal.
5. Siswa kurang bisa memahami konsep fisika yang bersifat abstrak.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan, permasalahan tersebut tidak mungkin diteliti semua sebab
keterbatasan penelitian. Oleh karena itu peneliti membatasi permasalahan
sebagai berikut :
1. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif
berdasarkan taksononomi Bloom Respon yang telah direvisi Anderson dan
16
Krathwohl, meliputi C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan),
C4 (menganalisis).
2. Mobile Learning dalam penelitian ini adalah media pembelaran berupa
aplikasi sumber belajar yang disertai latihan soal online dengan berbantuan
smartphone yang memiliki system operasi android.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di
atas, peneliti ingin membuktikan apakah media pembelajaran dengan
menggunakan android ini dapat memberikan pengaruh dalam hasil belajar
siswa, serta melihat respon siswa terhadap media pembelajaran untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari penelitian ini. Sehingga
dibuat beberapa rumusan masalah dalam penelitian, sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh setelah diberikan treatment menggunakan Media
Pembelajaran Mobile Learning terhadap kemampuan kognitif siswa pada
konsep Hukum Newton Tentang Gravitasi?
2. Bagaimana respon setelah diberikan treatment menggunakan Media
Pembelajaran Mobile Learning terhadap kemampuan kognitif siswa pada
konsep Hukum Newton Tentang Gravitasi?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh Media Pembelajaran Mobile Learning
terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep Hukum Newton Tentang
Gravitasi.
2. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan
menggunakan Media Pembelajaran Mobile Learning terhadap kemampuan
kognitif siswa pada konsep Hukum Newton Tentang Gravitasi.
17
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dengan hasil dilakukannya penelitian ini, diharapkan
dapat memberikan manfaat:
1. Bagi peserta didik, melalui mobile learning pada konsep hukum Gravitasi
tentang Newton dapat mengatasi kesulitan dalam belajar, memahami pelajaran
Fisika dan meningkatkan kemampuan kognitif.
2. Bagi guru, melalui penggunaan Media Pembelajaran mobile learning ini dapat
dijadikan sebagai salah satu media pendukung dalam proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti, memberikan informasi yang bermanfaat tentang penggunaan
mobile learning dalam pembelajaran Fisik
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
1) Definisi Media Pembelajaran
Istilah media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. AECT (1979: 21) mengartikan media sebagai
segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi. Sedang Olson
(1974:12) mendefinisikan medium sebagai teknonogi untuk menyajikan,
merekam, membagi dan mendistribusikan simbol dengan melalui rangsanagn
indra tertentu, disertai penstrukturan informasi.
Media pendidkan oleh Commission on Instructional Technology (1970)
diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat
digunakan untuk tujuan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis.
Gagne (1970) menyatakan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis
komponen dasar lingkungan mahasiswa yang dapat merangsang mahasiswa untuk
belajar. Briggs (1970) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana
untuk memberikan perangsang bagi si belajar supaya proses belajar terjadi.
Dari pendapat pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan,
dan terkendali.7
2) Syarat Media Pembelajaran
Keterampilan membuat media pendidikan, berarti terampil dan
menguasai teknik dan proses pembuatan suatu alat media pendidikan yang
berguna untuk suatu pelajaran tertentu. Alat-alat yang dibuat harus memenuhi
syarat sebagai berikut 8:
1. Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita;
2. lmiah, sesuai dengan perkembangan akal dan mampu dipikirkan oleh kita;
3. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat;
4. Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktek di sekolah dan
bersifat sederhana;
5. Fungsional, berguna dalam pelajaran, dapat digunakan oleh guru dan siswa.
3) Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu
(a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi
kompensatoris.9 Berikut ini penjelasannya:
1. Fungsi atensi merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2. Fungsi afektif dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar
(atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris menjelaskan bahwa fungsi media pembelajaran untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal.
8 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), cet. 7 h. 7-8. 9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 20.
20
Selain itu, Kemp dan Dayton mengungkapkan bahwa media pembelajaran
dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan,
kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: (1) memotivasi
minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.10
4) Manfaat Media Pembelajaran
Adapun manfaat dari media pembelajaran, yaitu11:
1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak
seseorang sehingga otak dapat berfungsi secara optimal.
2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para
siswa. Dengan media siswa dapat mempelajari pengalaman orang lain yang
belum pernah dialamainya melalui media visual maupun audio.
3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara mahasiswa dan
lingkungannya. Mereka tidak hanya diajak “ membaca tentang” atau
“berfokus tentang” gejala-gejala fisik dan sosial, tetapi diajak berkontak
langsung dengannya.
4. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Yang dimaksudkan ketika suatu
objek yang besar dengan media kita dapat menampilkannya melalui visual.
5. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Presepsi yang dimiliki
antara individu satu dengan individu lain berbeda, maka dengan
pengamatan media secara bersama-sama makan menghasilkan keseragaman
pengamatan.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. Dengan menggunakan
media pendidikan, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi
semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap.
Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu muncul.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar. Adanya
gambar-gambar denganwarna yang menaruk juga audio dapat merangsang
siswa untu belajar.
10 ibid, h. 23. 11 Ibid, h. 393-396
21
8. Media memberikan pengalaman yang menyeluruh dari sesuatu yng konkret
maupun abstrak.sebuah media dapat memberikan imajinasi tentang wujud,
lokasi, ukuran melalu visualisai.
9. Media memberiakan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri,
pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
10. Media meningkatkan kemampuan keterbacan baru (new literacy), yaitu
kemampuan untuk membedakan dan menafsirkan objek, tindakan dan
lambang yang tampak, baik yang alami maupun buatan manusia, yang
terdapat dalam lingkungan.
11. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkan
kesadaran akan lingkungan sekitar.
12. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri guru maupun siswa.
5) Jenis – jenis Media Pembelajaran
Heinich mengelompokan media yang digunakan untuk aktivitas
pembelajaran terdiri dari: (1) media cetak/teks; (2) media pameran/display; (3)
media audio; (4) gambar bergerak/motion pictures; (5) multimedia; dan (6)
media berbasis web atau internet. 12Berikut ini penjelasannya:
1. Media cetak merupakan jenis media yang digunakan sebagai sarana
informasi dan pengetahuan yang berisi teks meliputi buku, brosur, leaflet,
dan handout. Selain teks, media cetak juga berisi gambar, diagram, chart,
grafik, poster, dan kartun.
2. Media pameran atau display media digunakan sebagai sarana informasi dan
pengetahuan berupa realia (benda sesungguhnya), model, diorama, dan kit.
3. Media audio merupakan media yang efektif dan efisien digunakan untuk
melatih kemampuan penggunanya dalam mendengar informasi dan
pengetahuan lisan secara komprehensif.
4. Media bergerak atau motion pictures merupakan jenis media yang mampu
menayangkan gambar bergerak yang terintegrasi dengan unsur suara.
12 Benny A. Pribadi, Media dan Teknologi dalam pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2017), h.18.
22
Contohnya film dan video.
5. Multimedia merupakan produk dari kemajuan teknologi yang mampu
menampilkan pesan dan pengetahuan dalam bentuk gabungan atau
kombinasi beberapa format penayangan, seperti: teks, audio, grafis, video,
dan animasi secara simultan.
2. Mobile Learning
1) Pengertian Mobile Learning
Mobile Learning (M-Learning) merupakan teknologi perangkat teknologi
informasi genggam dan bergerak menawarkan suatu cara untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang dinamis dan interaktif menawarkan suatu cara
untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimanis dan interaktif baik di
dalam maupun di luar ruang kelas. Generasi terkinidari berkomputer nirkabel
(wireless) dan alat komunikasi yang dapat dibawa-bawa (portable) seperti
laptop/tablet, PDA (personal digital assistant/asisten digital pribadi), telepon
genggam, kamera digital, pemutar Mp3, iPod, iPhone, pembaca buku elektronik
kecil, dan beragam alat multifungsi.
Alat-alat genggam (mobile) dapat digunakan untuk memfasilitasi umpan
balik atau penguat cepat; menyampaikan demonstrasi dan kuis interaktif,
menyediakan pengalaman yang memikat (contohnya, bahasa asing);
memperkaya pembelajaran di luar ruang kelas (contohnya, silabus, tugas, dan
jadwal). Tentu saja, alat-alat ini dapat juga menggangu pembelajaran ketika
mahasiswa malah berbelanja online, berkirim e-mail, atau bermain selama kelas
berlangsung. Beberapa mahasiswa bahkan dapat merasa gembira terlewat
pertemuan di kelas jika mereka dapat melihat webcast-nya.13
2) Contoh Penggunaan Mobile Learning
a. Laptop
13 Gross Daviis, “Perangkat Pembelajaran Teknik Mempersiapkan dan Melaksanakan
Perkuliahan yang Efektif” (Jakarta :PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, 2013) H. 314
23
Pengajar dapat memfungsikan laptop-laptop mahasiswa untuk bekerja
dalam beragam cara, diantaranya14 :
1) Meminta mahasiswa untuk berbagi akses tentang suatu informasi atau
untuk menemukan fakta-fakta secara online (misalnya, dalam kelas
psikologi tentang kekuranagan tidur, seorang pengajar menanyakan,”
siapa yang memiliki catatan terpanjang tidak tidur selama berjam-jam
berturut-turut?’, “Apakah lima ciri utama dari kekurangan tidur?’)
2) Melaksanakan pencarian online menggunakan sumber daya berupa situs
web perpustakaan atau akademik.
3) Mengerjakan permasalahan menggunakan piranti lunak lembar distribusi
(spreadsheet software)
4) Mengerjakan kuis online.
5) Melaksanakan eksperimen dalam laboratorium sains virtual.
6) Menampilkan gambar dank lip video online.
7) Meminta pertanyaan-pertanyaan anonim dari mahasiswa selama kelas
berlangsung.
8) Meminta mahasiswa untuk menghasilkan simulasi grafis (bergambar) dari
proses matematika
9) Melaksanakan perbincangan umum/ publik atau pesan teks pribadi melalui
jalur belakang yang memberikan komentar tentang ceramah atau
demonstrasi
10) Meminta mahasiswa bekerja dalam kelompok kecil yang menempati
posisi mendukung atau menentang suatu permasalahan dan memposkan
poin-poin kunci mereka dalm suatu papan diskusi online.
b. Podcast
Podcast adalah program audio atau video digital (terkadang disebut
vodcast) yang dapat diakses melalui alat-alat genggam (mobile) sesuai
kenyamanan pendengar atau penontonnya. Telepon genggam sebagai alat
14 Ibid, h. 316-317
24
terpadu. Telepon multifungsi dapat digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi data,mengunduh musik, menerima dan mengirim pesan
singkat (SMS) dan e-mail; mengakses internet, menayangkan video,
menyiarkan video secara langsung (live), konferensi melalui video dan
sebagaimya.15
3. Android
Andoid merupakan suatu software stack yang terdistribrusi open source.
Terdiri dari sistem operasi, middleware, dan key application (aplikasi dasar). Sistem
operasi Android disesain untuk perangkat mobile dan merupakan turunan sistem
operasi berbasis kernel Linux, beberapa bagian juga identik dengan sistem operasi
GNU-Linux, diantaranya krenel, pustaka atau librari, framework, dengan
penambahan Dalvik virtual machine. Dengan kata lain , OS Android sangat identik
dengan OS Linux. Pada tahun 2000, jauh sebelum produk ponsel cerdasberedar di
pasaran Google mengakusisi perusahan bernama Android. Perusahaan tersebut
merupakan pendatang baru berfokus untuk pengembangan sistem operasi
embedded dan software untuk perangkat mobile. Kemudian setelah Android Inc.
Menjadi grup Google, para pendiri Android diantaranya Andy Rubin, Rich Miner,
Nick Sears, dan Chris White berpindah ke Google. Pada saat itu, OS Android
dikembangkan hanya untuk kebutuhan internal oleh Google dan belum berlisensi
open source.
Untuk memperkuat adopsi teknologi Android, pengembanagan Google
membentuk Open Handset Alliance (OHA). OHA adalah grup konsorsium dengan
anggota lebih dari 34 perusahaan dan bidang hardware, software dan
telekomunikasi. Diantaranya HTC, Intel, Motorola,Qualcomm, T-Mobile, dan
Nivida, Asus. Android dirilis perdanab dengan standar open source pada 5
November 2007 bersama OHA, penjelasan lebih lanjut standar lisensi Android
dapat dilihat pada sub-sub standar lisensi android. Alasan google merilis Android
secara open source, yaitu untuk penetrasi pasar produk berbasis Android dan juga
mempermudah user dalam mengakses layanan Google dan juga Android digunakan
15 Ibid, h. 317
25
sebagai media baru penayangan iklan yang dapat menambah revenue (pendapatan)
Google.16
Di masa depan sistem operasi Android berpotensi sangat besar. Untuk itu,
diperlukan strategi agar aplikasi yang telah kita buat dapat lebih populer diantara
sejumlah aplikasi sejenis dan kompetitor. Berikut beberapa faktor pertimbangan
untuk realisasi pembuatan aplikasi17:
1. Faktor Kecerpatan, tingkat efesiensi aplikasi dalam menyajikan data, proses
dan memberikan output data secara sepat sesuai keinginan konsumen.
2. Aspek Produktivitas, kebermanfaatan aplikasi dalam peningkatan
produktivitas user mencakup alasan penggunaan aplikasi untuk mengatasi
masalah yang sering dihadapi user.
3. Kreativitas Desain, nilai tambah yang dapat menarik minat user menggunakan
aplikasi tersebut. Diantaranya kemudahan pengguanaan (user friendly) dan
penyesuaian untuk segmen user tertentu yang diklarifikasikan berdasarkan
usia, pendidikan, atau kalangan difable.
4. Fleksibelitas dan kehandalan solusi alternatif dari keterbatasaan aplikasi agar
dapat berfungsi normal pada segala kondisi. Beberapa masalah yang sering
muncul dalam aplikasi mobile diantaranya keterbatasan kecepatan prosessor,
baterai, jaringan dan bandwidth.
Faktor-faktor diatas dapat menjadi dasar strategi merancang aplikasi-aplikasi
mobile. Selain itu, sangat diperlukan kemampuan pemograman berbasis OS
Android, karena platfrom ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan
PC.
5. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar
16 TIM EMS, Pemrograman Android dalam Sehari, (Jakarta : PT.Elex Komputindo), 2015, h.1 17 TIM EMS, Pemrograman Android dalam Sehari, (Jakarta : PT.Elex Komputindo), 2015, h.2-3
26
juga adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan,
dan sikap.18 Selain itu, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.19 Menurut Gagne, belajar adalah
suatu proses dimana suatu organisas berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.20
Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis
maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu kativitas yang
merupakan proses mental, misalnya aktivitas berfikir, memahami, menyimpulkan,
menyimak, menelaah, memban-dingkan, membedakan, mengungkapkan, dan
lain-lain. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang
merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen
atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya, apresiasi, dan
sebagainya.21
Dalam buku Strategi Pembelajaran, Wina Sanjaya menulis: Menurut
Hilgard, belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Sehingga belajar dianggap sebagai proses perubahan prilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan.22 Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada individu, sehingga perubahan inilah yang merupakan
hasil belajar.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang
diperoleh dari serangkaian pengalaman yang dialaminya, sehingga merubah cara
berpikir dan cara berinteraksi dengan orang lain.
18 Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1994), Cet. 2, h. 1. 19 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 3, h. 68 20 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 1 21 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 85 22 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. 6,
h. 110.
27
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkn manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1996:51).23 Selain itu, hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Hasil belajar ini seringkali digunakan untuk mengetahui kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Selain itu, hasil belajar
adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar
sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada hakikatnya, hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku seperti bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan seperti pengetahuan,
pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain.
Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar kedalam
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam
penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar ranah kognitif
saja. Kategori –kategori dalam ranah kognitif ini adalah:24
1) Mengingat (Knowledge)
Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah mengenali (mengidentifikasi)
dan mengingat kembali (mengambil). Proses mengenali adalah mengambil
pengetahuan yang dibuatkan dari memori jangka panjang untuk
membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Sedangkan proses
mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memeori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian.
23 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 45. 24 Lorin W Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen (Jakarta: PustakaPelajar, 2010), Cet ke-1, h. 99.
28
2) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Proses
kognitif yang dilakukan siswa adalah menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan.
3) Mengaplikasikan (Application)
Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu. Proses kognitif yang dilakukan siswa dalah mengeksekusi
atau melaksanakan dan mengimplementasikan.
4) Menganalisis (Analysis)
Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
penyusunannya menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan
hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah membedakan,
mengorganisasikan, dan mendekontruksikan.
5) Mengevaluasi (Evaluation)
Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan criteria dan/
standar. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah memeriksa dan mengkritik.
Memeriksa ini dengan cara mengkoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan
menguji.
6) Mencipta
Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu
yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah merumuskan atau membuat
hipotesis, merencanakan atau mendesain, dan memproduksi atau mengkontruksi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis
kategori ranah afektif, yaitu Receiving atau attending, responding atau jawaban,
valuing (penilaian), organisasi, dan karakteristik nilai. Sedangkan hasil belajar
psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak
individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni gerakan refleks, keterampilan
29
pada gerakan-gerakan dasar, keterampilan perseptual, kemampuan di bidang fisik,
gerakan-gerakan skill, dan kemampuan berkomunikasi.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar adalah
perubahan perilaku, bertambahnya pengetahuan, dan kemampuan keterampilan
yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan
guru sehingga siswa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:25
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor yang berasal dalam diri siswa, yaitu:
a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kegubagaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing misalnya,
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas.
b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang mempengauhi aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran adalah:
tingkat kecerdasan /intelegnsi siswa,sikap siswa,bakat siswa, minat
siswa, dan motivasi siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal siswa terdapat dua macam, yaitu:
a) Lingkungan social
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan
temanteman sekelas dapat mempengaruhi semanagt belajar seorang
25 Muhibbin Syah, Op. Cit, h. 144-156.
30
siswa. Selain itu yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar
perkampungan siswa tersebut. Dan lingkungan yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluaga siswa
itu sendiri.
b) Lingkungan nonsosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-
alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Pendekatan belajar ini dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisisensi proses
pembelajaran materi tertentu.
31
6. Konsep Hukum Gravitasi Newton
Gambar 2.1 Peta Konsep Hukum Gravitasi Newton
a. Hukum Gravitasi Newton
Hukum gravitasi Newton mempostulatkan bahwa tiap benda mengadakan
gaya Tarik pada tiap benda lain yang sebanding dengan massa kedua benda itu
dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak pisah antar mereka. Hukum
gravitasi Newton dapat ditulis sebagai persamaan vektor sederhana. Ambilah
m1 dan m2 sebagai 2 massa titik yang dipisahkan oleh jarak r12, yaitu magnitude
32
vektor r12 yang mengarah dari massa m1 ke m2. Gaya F12 yang diberikan oleh
massa m1 pada m2 adalah sebagai berikut.26
𝐹12 = − 𝐺𝑚1𝑚2
𝑟122 ��12 ……………… (1)
Dengan ��12 = r12 / r12 adalah vektor satuan yang mengarah dari m1 ke m2 dan G
adalah konstanta gravitasi universal yang nilainya27:
G = 6,67 × 10-11 N.m2/kg2. ……………… (2)
Dari hukum ketiga Newton, gaya 𝐹21 yang dikerjakan oleh m1 pada m2 adalah
negative dari 𝐹12. Artinya sama besar denga 𝐹12 tetapi arahnya berlawanan.
Besarnya gaya gravitasi yang dikerjakan oleh sebuah partikel bermassa m1
pada partikel lain bermassa m2 yang jauhnya r diberikan oleh :
F = G 𝑚1𝑚2
𝑟2 ……………… (3)
b. Medan Gravitasi
Gaya gravitasi pada sebuah massa dibagi dengan massa disebut medan
gravitasi. Medan gravitsi bumi pada jarak r (dengan r lebih besar daripada jari-
jari bumi) menuju ke bumi dan mempunyai magnitude g® yang diberikan oleh
persamaan:28
𝑔(𝑟) =𝐹
𝑚=
𝐺𝑀𝐸
𝑟2 ……………… (4)
Gaya yang dikerjakan oleh bumi pada sebuah benda yang berada pada
ketinggian h diatas permukaan bumi diberikan dengan r = 𝑅𝐸 + ℎ. Gaya yang
dikerjakan oleh bumi pada sebuah benda bermassa m didekat permukaan bumi
diberikan persamaan dengan r = 𝑅𝐸:
𝐹 =𝐺𝑀𝐸𝑚
𝑅𝐸2 ……………… (5)
Apabila ini merupakan satu-satunya gaya yang bekerja pada benda, benda
tersebut akan jatuh bebas dan memiliki percepatan:
𝑎 =𝐹
𝑚=
𝐺𝑀𝐸
𝑅𝐸2 = 𝑔 = 9,81 𝑚 𝑠2⁄ ……………… (6)
26 Tipler, Paul. A, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1(Jakarta : Penerbit Erlangga, 1998), h.501 27 Ibid, h. 501 28 Ibid, h. 503
33
Karena 𝑔 = 9,81 𝑚 𝑠2⁄ dapat diukur dengan mudah dan jari-jari bumi
diketahui, persamaan (6) dapat digunakan untuk menetukan konstanta G atau
massa bumi ME jika salah satu dari kedua besaran ini diketahui. Newton
memperkirakan nilai G dari perkiraan massa bumi. Ketika Cavendish
menetapkan G sekitar 100 tahun kemudian dengan mengukur gaya antara dua
buah bola kecil dengan massa dan jarak pisah yang diketahui, ia menyebut
percobaan ini “menimbang berat bumi”.
c. Hukum Kepler
Lebih dari setengah abad sebelum Newton mengajukan ketiga hukumnya
tentang gerak dan hukum gravitasi universalnya, ahli astronomi Jerman
Johanes Kepler (1571-1630) telah menghasilkan sejumlah karya astronomi di
mana kita bias mendapatkan perincian mengenai gerak planet di sekitar
Matahari, karya Kepler sebagian dihasilkan dari tahun-tahun yang ia habiskan
untuk mempelajari data yang dikumpulkan Tycho Brahe (1546-1601)
mengenai posisi planet-planet dalam geraknya di luar angkasa, diantara hasil
Karya Kepler terdapat tiga penemuan yang kita sebut sebagai Hukum Kepler
mengenai Gerak Planet, Hukum-hukum tersebut dirangkum sebagai berikut:29
Hukum Kepler pertama: Lintasan setiap planet mengelilingi Matahari
merupakan sebuah elips dengan matahari terletak pada salah satu
fokusnya.
Hukum Kepler kedua : setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu
garis khayal yang ditaril dari Matahari ke planet tersebut mencakup daerah
dengan luas yang sama dalam waktu yang sama.
Hukum Kepler ketiga: perbandingan kuadrat periode (waktu yang
dibutuhkan untuk satu putaran mengelilingi Matahari dua planet yang
mengitari Matahari sama dengan perbandingan pangkat tiga jarak rata-rata
planet-planet tersebut dari Matahari. Dengan demikian, jika T1 dan T2
29 Douglas C, Giancoli. FISIKA Jilid 1. (Penerbit Erlangga : Jakarta, 2001), h.156
34
menyatakan periode dua planet, r1 dan r2 menyatakan jarak rata-rata
mereka dari matahari, maka :30
(𝑇1
𝑇2)
2
= (𝑟1
𝑟2)
3
……………… (7)
Kita dapat menuliskanya kembali menjadi,
𝑟13
𝑇12 =
𝑟23
𝑇22
Yang berarti bahwa r3/T2 harus sama untuk setiap planet.
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya:
1. Siti Osa Kosassy1, Nurhizrah Gistituati2, Jalius Jama3, Maria Montessori4,
Journal of Counseling and Educational Technology . Vol. 1, No. 2, 2018, pp. 59-
64 yang berjudul, “The Implementation Of Contextual Learning Approach In
E-Learning Based On Weblog Toward Students Learning Achievements”
Jurnal ini dipilih peneliti sebagai penelitian relevan karena penggunaan
variable bebas yang sama yaitu model CTL dan juga penggunaan e-learning.
Jurnal ini menyatakan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar dikelas
eksperimen 70% dan di kelas control 55,7% setelah diberikan treatment dengan
menggunkan pendekatan CTL dalam e-learning berbasis weblog.31
2. Iis Purnama Sari, Desnita, The 2018 International Conference on Research and
Learning of Physics. Journal of Physics: Conf. Series 1185, 2019, yang berjudul
“Preliminary study to develop of learning media for Newton’s law of gravity
using ICT based on contextual teaching and learning for senior high school”
Jurnal ini dipilih peneliti sebagai penelitian relevan karena penggunaan
variable bebas yang sama yaitu model CTL dan juga konsep fisika yang sama
yaitu hukum gravitasi Newton. Jurnal ini menyatakan bahwa konsep hokum
30 Ibid, h.157 31 Siti Osa Kosassy1, Nurhizrah Gistituati2, The Implementation Of Contextual Learning Approach
In E-Learning Based On Weblog Toward Students Learning Achievements, Jalius Jama3, Maria
Montessori4, Journal of Counseling and Educational Technology . Vol. 1, No. 2, 2018, pp. 59-64
35
gravitasi Newton merupakan konsep fisika yang perlu diajarkan menggunakan
pembelajaran kontekstual dan disajikan atau dibantu mengunakan TIK.32
internasional yang berjudul “Assessing the Use of Smartphone in the University
General Physics Laboratory”.
Dalam penelitiannya, smartphone digunakan untuk mengubah prosedur
pembelajaran tradisional dengan melibatkan siswa dalam pengalaman-
pengalaman belajar aktif sebelum pertemuan di laboratorium. Peneliti mengamati
pandangan siswa tentang efek menggunakan smartphone untuk meningkatkan
pembelajaran di laboratorium Fisika Umum. Penggunaan smartphone dilakukan
oleh 120 siswa yang terdaftar di Semester musim gugur 2013 di laboratorium
fisika umum Universitas Cina, mengisi formulir survey pendapat subjektif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa smartphone adalah alat yang sangat berguna untuk
memberikan latar belakang pada laboratorium informasi keselamatan, persyaratan
administrasi, pengetahuan umum peralatan laboratorium Fisika, tetapi tidak
sangat berguna dalam menulis laporan laboratorium. Hal ini karena laporan
evaluasi laboratorium menurut preferensi khusus instruktur individu. Menariknya,
penelitian ini menemukan bahwa siswa laki-laki lebih suka menggunakan
smartphone daripada siswa perempuan, meskipun penyajiannya menggunakan
strategi pembelajaran.38
9. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan Teguh Martono dan Oky Dwi
Nurhayati (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Implementation of Android
Based Learning Application as a Flexible Learning Media”.
Penelitian ini menyatakan bahwa sebanyak 95% yang menggunakan untuk
mengakses aplikasi merasa puas, dan sisanya sebayak 5 % tidak merasa puas.
37 I Made Astra, Hadi Nasbey & Aditiya Nugraha, “Development of an Android
Application in the Form of a Simulation Lab as Learning Media for Senior High School Students,”
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2015, h. 1087 38 Wei-Zhao Shi, Jiajun Sun, ChongXu & Weiliang Huan, “Assessing the Use of
Smartphone in the University General Physics Laboratory,” Eurasia Journal of Mathematics,
Science & Technology Education, 2015, h. 130
38
Selain itu, penggunaan aplikasi Android berbasis mobile learning menjadikan
proses pembelajaran lebih fleksibel karena dapat dilakukan kapanpun,
dimanapun, dan dalam kondisi apapun.39
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting,
karena dengan pendidikan manusia bisa mendapat ilmu pengetahuan, mendapatkan
tata cara bersosialisasi sehingga ia dapat mempelajari misteri- misteri yang terjadi
di alam dan meningkatkan kualitas hidupnya sejajar dengan manusia lainnya di
dunia.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua hal, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada pada dalam diri siswa dan faktor
eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri siswa. Seperti yang telah dijelaskan pada
latar belakang masalah dan identifikasi masalah, bahwa pendekatan pembelajaran
yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran adalah hal yang
paling utama dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Fisika merupakan suatu ilmu yang ditunjukan untuk mempelajari
semua gejala alam mencakup komponen materi dan interaksinya. Pembelajaran
fisika diharapkan dapat menjadi tempat bagi siswa untuk mempelajari alam sekitar
serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan di kehidupan sehari-hari. Tetapi,
kenyataannya siswa masih kesulitan untuk memahami pelajaran fisika,
kebanyakan siswa hanya mempunyai pengetahuan dasar matematika dan belum
mampu mengkaitkan konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Solusi yang dapat digunakan untuk mempermudah siswa memahami
konsep fisika yaitu dengan menggunakan bahan ajar. Bahan ajar yang sering
39 Kurniawan Teguh Martono dan Oky Dwi Nurhayati. “Implementation of Android Based
Mobile Learning Application as a Flexible Learning Media”, IJCSI International Journal of
Computer Science Issuse, Vol. 11, Issues 3, No 1, May 2014, h.174
39
digunakan di sekolah berupa buku paket, modul, LKS (Lembar Kegiatan Siswa).
Salah satu bahan ajar yang dapat mengkonstruk pengetahuan siswa yaitu LKS.
Tetapi, kenyataannya LKS fisika yang digunakan siswa di sekolah kurang mampu
untuk mengkonstruk pengetahuan siswa. LKS tersebut hanya berisikan rangkuman
materi, latihan soal, adapun kegiatan untuk melakukan eksperimen namun langkah
kegiatannya tidak sistematis. Hal ini membuat siswa menjadi penghafal yang baik
dan tidak memahami konsep fisikanya, karena siswa memperoleh pengetahuan
bukan dari hasil pengalaman sendiri. Satu diantara konsep fisika yang memiliki
permasalahan tersebut yaitu Hukum gravitsi Newton. Hukum gravitasi Newton
biasanya hanya disajikan dalam bentuk teks atau bacaan, sehingga kurang
mengkonstruk pengetahuan siswa. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
melakukan inovasi pada bahan ajar. Inovasinya dengan menerapkan media
pembelajaran mobile learning. Media pembelajaran mobile learning ini dikemas
dengan modern, yaitu diterapkan dalam smartphone Android.
Perkembangan teknologi yang sangat cepat khususnya teknologi
komunikasi membuat smartphone Android dapat dengan mudah dimiliki oleh
semua orang tak terkecuali para siswa. Siswa yang menggunakan smartphone
Android ini seringkali hanya digunakan untuk media berkomunikasi, media
hiburan, media sosial, hanya sedikit yang menggunakannya untuk
media pembelajaran. Padahal, akan lebih bermakna jika dapat dioptimalkan
dalam pembelajaran. Dan dengan smartphone Android siswa dapat berkesempatan
belajar sendiri mengenai materi yang kurang dikuasai dimanapun dan kapanpun.
Penggunaan mobile learning ini tentunya dapat menciptakan suasana baru dalam
pembelajaran fisika yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.
40
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
yang diajukan dirumuskan sebagai berikut:
Ho : Media pembelajaran Mobile Learning tidak berpengaruh terhadap
kemampuan kognitif peserta didik SMA pada konsep Hukum Newton
gravitasi.
H1 : Media pembelajaran Mobile Learning berpengaruh terhadap kemampuan
kognitif peserta didik SMA pada konsep Hukum Newton gravitasi
Belajar
Faktor Internal.
Konsep Hukum
Gravitasi Newton
Merupakan Konsep
yang Abstrak dan Masih Kurang
Dikaitkan Dalam
Kehidupan Sehari-hari.
Bahan Ajar Di Sekolah
Kurang Mampu dalam
Mengkonstruk Pengetahuan Peserta
Didik.
Faktor Eksternal.
Peningkatan
Kemampuan Kognitif
Peserta Didik
Penerapan Media
Pembelajaran Mobile
Learning
Pelaksanaan Media
Pembelajaran Mobile
Learning.
Penerapan
Pembelajaran Lebih
Menarik pada Konsep
Hukum Gravitasi
Newton.
Penerimaan dan
Penguasaan Konsep.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMAN 8 Depok yang berlangsung
pada semester genap di kelas X IPA 1 dan XII IPA 2 tahun ajaran 2018/2019.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.40 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini yaitu kuasi eksperimen (quasi Eksperiment). Kuasi eksperimen merupakan
metode penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksaan eksperimen41 dan pada dasarnya sulit untuk mendapatkan objek yang
dapat di kontrol dalam penelitian.42
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian yakni nonequivalent
control group design untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta didik sebelum
dan setelah diberikan perlakuan terhadap penggunaan media pembelajaran
berbantuan mobile learning pada konsep hukum gravitasi Newton. Pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random.43
Saat sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan tes awal
(pretest) untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik mengenai konsep
hukum gravitasi Newton. Kemudian masing-masing kelompok diberikan perlakuan
yang berbeda. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran
menggunakan media pembelajaran mobile learning, sedangkan kelompok kontrol
40 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
77. 41 Sugiyono, “Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods”, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 116. 42Sugiyono, op. Cit, h. 77. 43Sugiyono, op. Cit, h. 118.
42
diberikan perlakuan pembelajaran konvensional sesuai dengan yang dilakukan guru
di sekolah. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok diberikan tes akhir (post-test)
untuk mengetahui perbedaan hasil kemampuan kognitif peserta didik pada konsep
rangkaian arus searah. Desain penelitian ini dapat digambarkan pada Tabel 3.1
sebagai berikut:44
Tabel 3. 1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group
Kelompok Pretest Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Keterangan:
O1 : Tes awal (pretest) diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol
sebelum diberikan perlakuan
O2 : Tes akhir (post-test) diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol
setelah diberikan perlakuan
X : Perlakukan yang diberikan pada kelompok eksperimen berupa
pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbantuan mobile
learning pada konsep hukum gravitasi Newton.
D. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga tahapan, tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap penutup.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan meliputi studi pendahuluan berupa wawancara guru
di sekolah, observasi pada peserta didik, merumuskan masalah yang akan diteliti,
penyusunan RPP, membuat instrumen tes dan nontes berupa angket respon peserta
didik, membuat media mobile learning dan instrumen tes yang telah disusun segera
divalidasi oleh dosen pembimbing dan guru pamong di sekolah agar dapat
digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
44 Ibid., h. 79.
43
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan pengambilan data di sekolah
dengan memberikan soal pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol, kemudian
kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan media
pembelajaran mobile learning pada konsep hukum gravitasi Newton dan kelompok
kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional. Setelah pembelajaran
selesai, kedua kelompok diberikan soal post-test untuk mengetahui adanya
pengaruh dan perbedaan hasil terhadap kemampuan kognitif peserta didik, dan
pemberian angket kepada peserta didik untuk mengetahui respon terhadap media
pembelajaran mobile learning pada konsep hukum gravitasi Newton yang telah
diterapkan dalam kelas.
3. Tahap Penutup
Tahap penutup meliputi mengolah dan menganalisis data yang diperoleh
berdasarkan hasil pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Kemudian peneliti
menguji hipotesis penelitian dan menarik kesimpulan yang terdapat pada Tabel 3.2
berikut.
Tabel 3. 2 Prosedur Penelitian
Tahap
Persiapan Pelaksanaan Penutup
• Wawancara
• Observasi
karakterisktik
peserta didik
• Merumuskan
masalah
• Membuat RPP
• Membuat media
mobile learning.
• Pretest
• Pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
mobile learning
terhadap
kemampuan
kognitif peserta
didik SMA pada
• Menganalisis data
hasil penelitian
• Menguji hipotesis
• Menarik
kesimpulan
berdasarkan hasil
data penelitian
44
• Membuat
instrumen tes dan
non-tes
• Menyelesaikan
surat izin validasi
instrumen dan
media
• Menganalisis hasil
validasi instrumen
dan media
konsep hukum
gravitasi Newton.
• Post-test
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut dan kemudian ditarik kesimpulan.45 Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen
(bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel dependen
(terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel independen (bebas).46
Variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) dalam
penelitian yakni:
1. Variabel independen (bebas) : Media pembelajaran mobile learning.
2. Variabel dependen (terikat) : Kemampuan kognitif peserta didik SMA
pada konsep hukum gravitasi Newton.
45 Sugiyono, “Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods”, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 63. 46 Ibid., h. 64.
45
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan suatu kesatuan individu
atau subyek pada wilayah dan waktu dengan kualitas tertentu yang akan
diamati/diteliti.47
Sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.48 Populasi pada penelitian ini merupakan
seluruh peserta didik kelas X IPA SMAN 8 Depok.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini merupakan peserta didik kelas X IPA
1 sebagai kelas eksperimen dan X IPA 2 sebagai kelas kontrol. Teknik pemilihan
sampel yang digunakan dalam penelitian dengan cara purposive sampling, yakni
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan atau tujuan
tertentu.49 Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan melihat dari hasil studi
pendahuluan yang mempertimbangkan karakteristik peserta didik, dan tingkat
kemampuan kognitif yang relatif sama diantara dua kelas tersebut.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan langkah yang
paling strategis, karena tujuan utama dari penelitian yakni mendapatkan data.50
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan wawancara
kepada beberapa guru Fisika untuk mengetahui proses pembelajaran yang
dilakukan dan kemampuan kognitif peserta didik. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa tes dan non-tes.
Tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
47 Supardi, “Laporan Penelitian: Populasi dan Sampel Penelitian”, UNISIA No. 17 XIII Triwulan VI,
1993, h. 101. 48 Sugiyono, h. 119. 49 Ibid., h. 126. 50 Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), h. 265.
46
dimiliki oleh individu atau kelompok.51 Teknik tes yang digunakan dalam
penelitian ini berupa soal-soal pretest yang diberikan sebelum diberlakukan
perlakuan (treatment) dan soal-soal post-test setelah diberikan perlakuan
(treatment) menggunakan media pembelajaran mobile learning untuk kelas
eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Non-tes atau
bukan tes berupa teknik pengumpulan data dengan metode angket yang bertujuan
untuk melihat respon peserta didik setelah diberikan perlakuan pembelajaran
menggunakan media pembelajaran mobile learning pada kelas eksperimen, dapat
dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3. 3 Teknik Pengumpulan Data
Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen
Kelas
Eksperimen
dan Kontrol
Kemampuan kognitif peserta
didik sebelum diterapkan
pembelajaran menggunakan
media pembelajaran mobile
learning.
Melakukan tes awal
(pretest)
Butir soal
pilihan
ganda
Kelas
Eksperimen
dan Kontrol
Kemampuan kognitif peserta
didik setelah diterapkan
pembelajaran menggunakan
media pembelajaran mobile
learning.
Melakukan tes akhir
(post-test)
Butir soal
pilihan
ganda
Kelas
Eksperimen
Respon peserta didik
mengenai penggunaan media
pembelajaran mobile
learning.
Memberikan angket Angket
51 Ibid., h. 193.
47
1. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel
yang telah teruji validitas dan realibilitasnya.52 Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah instrumen tes dan non-tes.
a. Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan untuk mengukur sejauh mana peserta didik telah
menguasai pelajaran yang disampaikan.53 Instrumen tes yang diberikan pada
penelitian ini berupa tes pilihan ganda sebanyak 30 soal yang telah disesuaikan
dengan Taksonomi Bloom revisi ranah kognitif, yaitu mengingat (C1), memahami
(C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan ingatan, pemahaman, dan penerapan yang lebih
kompleks.54 Kisi-kisi dari butir soal kemampuan kognitif peserta didik yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini.
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Tes
No. Indikator Aspek Kognitif Jumlah
C1 C2 C3 C4
1. • Memahami teori
hukum Newton
tentang gravitasi.
1*, 2* 3* 3
2. • Mengidentifikasi
satuan dan dimensi
dari besaran-
besaran yang ada
pada persamaan
gravitasi Newton.
4* 5 6* 3
3. • Menghitung gaya
gravitasi suatu
benda.
7*, 8,
9
3
4. • Menganalisis
hubungan antara
gaya gravitasi
10*,11* 2
52Ibid., h. 192. 53 Sudaryono, “Metodologi Penelitian”, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2017), h. 253. 54 Ibid., h. 263.
48
dengan massa
benda dan jaraknya
5. • Menjelaskan
medan gravitasi
dan kuat medan
gravitasi
12* 13 2
6. • Menghitung
percepatan
gravutasi dan jari-
jari pada suatu
benda.
14*,1
5*
2
7. • Menganalisis
percepatan gavitasi
planet satu dengan
yang lainnya.
16*,17* 2
8. • Menyebutkan
hukum – hukum
Kepler.
18* 19*,
20*
3
9. • Menerapkan hukum
III Kepler unuk
menetukan periode
dan jari-jari orbit
planet.
21* 22*,2
3*,
24*
4
10. • Mentukankan
kelajuan lepas dari
objek-objek dalam
tata surya.
26*,2
7*,
28*
25* 4
11. • Menetukan energi
potensial gravitasi
dan potensial
gravitasi suatu
benda
29,
30*
2
Jumlah 5 6 14 5 30
Persentase 17% 20% 46% 17% 100%
Jumlah Soal Valid* 5 4 11 5 25
Persentase* 20% 16% 44% 20% 100%
b. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan berupa angket yang dijadikan sebagai
teknik pengumpulan data secara tidak langsung yang berisi sejumlah
49
pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.55 Pada
penelitian ini, angket yang digunakan untuk mengukur respon peserta didik
terhadap penggunaan penggunaan media pembelajaran mobile learning.
Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan tipe angket
menggunakan skala Likert berbentuk rating-scale, peserta didik memberikan
respon terhadap pernyataan dengan pilihan jawaban, Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Cukup (C), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).56 Kisi-kisi
instrumen non-tes yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut.
Tabel 3. 5 Kisi-kisi Instrumen Non-tes (Angket)
No Indikator Angket Pernyataan Jumlah
Item Positif Negatif
1.
Motivasi peserta didik
terhadap penggunaan media
Mobile Learning
1, 2, 3 4, 5, 6 6
2.
Pemahaman dan penguasaan
konsep Hukum gravitasi
Newton peserta didik setelah
menggunakan media Mobile
Learning
7, 8, 9, 10 11, 12, 13,
14 8
3.
Keuntungan pembelajaran
menggunakan media Mobile
Learning 15, 16, 17, 18 19, 20 6
Total 20
Pengujian kelayakan instrumen non-tes dilakukan dengan pertimbangan para ahli.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3. 6 Uji Validasi Instrumen Non-Tes
No. Aspek yang diuji Kriteria
Baik Cukup Kurang
1. Pengembangan indikator dari setiap
tahap pembelajaran
2. Keterwakilan semua tahap pembelajaran
oleh indikator yang dikembangkan
55 Ibid., h. 207. 56 Riduan dan Engkos Achmad Kuncoro, “Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path
Analysis)”, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 20.
50
3. Pemilihan kata dan kalimat dalam
pengembangan indikator
4. Kejelasan dan keefektifan bahasa yang
digunakan
H. Kalibrasi Instrumen
Kalibrasi instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang
akan digunakan dalam penelitian sehingga, instrumen harus memenuhi kriteria
kelayakan.
1. Kalibrasi Instrumen Tes
Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes telah diuji cobakan ke
kelas XI SMAS Indocement. Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas dari setiap soal, sehingga instrumen tes perlu diuji validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda agar layak digunakan sebagai alat
pengumpul data. Untuk memudahkan perhitungan peneliti menggunakan bantuan
Software anates V4.
a. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan tingkat
kevalidan/ kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai nilai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
memiliki nilai validitas rendah. Sebuah instrumen akan dikatan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan.57 Uji validitas dalam penelitian dilakukan
melalui tiga tahap yakni, uji validitas konstruksi, uji validitas isi dan uji validitas
lapangan.
1) Validitas konstruksi (Construct Validity)
Validitas konstruksi pada penelitian ini menggunakan pendapat dari para
ahli (judgement expert) untuk menilai kesesuaian instrumen tes dengan aspek-aspek
yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu yang kemudian diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun, dengan keputusan instrumen
dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total.58
57Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 211. 58 Sugiyono, Op.cit., h. 125.
51
Jumlah tenaga ahli minimal 3 orang sesuai dengan lingkup yang diteliti.59 Penilaian
validasi konstruksi pada penelitian ini menilai aspek kesesuaian soal Fisika dengan
indikator pembelajaran, dan isi materi Fisika dengan tujuan pengukuran dengan
kategori soal yang telah dibuat.
2) Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas
konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen.
Pada kisi-kisi instrumen tersebut terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai
tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator.60
Penilaian validasi isi pada penelitian ini menilai aspek kesesuaian materi Fisika
dalam soal dengan materi rangkaian arus searah, indikator soal dalam ranah kognitif
dengan indikator pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Validitas Lapangan
Validasi lapangan merupakan uji coba instrumen tes kepada peserta didik
yang telah mempelajari dan menguasai materi rangkaian arus searah. Validasi
lapangan dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes setelah di
uji cobakan. Hasil validitas lapangan dapat dihitung menggunakan rumus product
moment yang dikemukakan oleh Pearson, sebagai berikut:61
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 𝛴 𝑋𝑌 − 𝛴𝑋 . 𝛴𝑌
√(𝑁 𝛴𝑋2 − (𝛴𝑋)2) . (𝑁 𝛴𝑌2 − (𝛴𝑌)2)
(3.1)
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Banyaknya responden
X : Skor tiap butir soal
Y : Skor total
59 Loc.cit. 60 Op. Cit. h. 129. 61 Suharsimi Arikunto, Op. Cit. h. 213.
52
Uji validitas lapangan dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan
rxy dengan rtabel, terlebih dahulu menetapkan degrees of fredom atau derajat
kebebasan dk = n-2 dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Kategori validitas
lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut:62
Tabel 3. 7 Kategori Validitas
Ketentuan nilai rtabel Kategori
rxy ≥ rtabel Valid
rxy ≤ rtabel Tidak valid
Interpretasi koefisien korelasi nilai rxy dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai
berikut:63
Tabel 3. 8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai rxy
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
Hasil uji validitas lapangan instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3. 9 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah soal 30
Jumlah peserta didik 28
Nomor soal yang valid 1,2,3,4,6,7,10,11,12,14,15,16,17,18,19,
20,21,22,23,24,25,26,27,28,30
Jumlah soal yang valid 25
62 Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 257. 63 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 89.
53
Presentasi soal yang valid 83%
Berdasarkan Tabel 3.9 menunjukkan jumlah soal yang akan digunakan sebagai
pretest dan post-test dalam penelitian. Korelasi yang dimunculkan pada data
rekapitulasi hasil anates V4 terdapat pada Lampiran B.2a.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk menguji dan mengetahui
keajegan sebuah instrumen dalam tes yang diukur. Dikatakan reliabel jika
instrumen tersebut memberikan hasil yang tetap jika digunakan di tempat lain
sehingga mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi.64 Pengujian reliabilitas
instrumen dapat dilakukan dengan teknik Kuder-Richardson (KR-20), dengan
persamaan sebagai berikut:65
𝑟11 = (𝑛
𝑛 − 1) (
𝑆2 − 𝛴 𝑝𝑞
𝑆2)
S = 𝛴𝑋2−
(𝛴𝑋)2
𝑁
𝑁−1
(3.2)
(3.3)
Keterangan :
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
p : Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah (q = 1 - p)
Σpq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : Banyaknya item soal
S : Standar deviasi dari tes
X : Jumlah hasil skor total
N : Banyaknya responden
64 Ibid., h. 100. 65 Ibid., h. 115.
54
Kriteria reliabilitas suatu instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.10 sebagai berikut.66
Tabel 3. 10 Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas
0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat Baik
0,60 < r11 ≤ 0,80 Baik
0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software
anates V4 dengan hasil uji reliabilitas instrumen sebesar 0,89 yang termasuk pada
kategori sangat baik, dapat dikatakan instrumen tes layak digunakan dalam
penelitian. Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran B.2b.
c. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak dapat merangsang perserta didik untuk
mempertinggi usahanya untuk memecahkan masalah, sedangkan soal yang terlalu
sukar menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk berusaha dan mencoba, karena hal tersebut diluar jangkauannya.67
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut dengan indeks
kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran
soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan soal terlalu sukar dan indeks
1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah.68
Soal termasuk dalam kategori baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sukar atau dapat dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang
66 Ibid., h. 89. 67 Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita, ”Evaluasi Pembelajaran”, (Medan: Citapustaka Media, 2014), h.
148-149. 68 Ibid., h. 149.
55
seimbang atau proposional. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf
kesukaran pada instrumen tes adalah sebagai berikut:69
P = 𝐵
𝐽𝑆
(3.4)
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh peserta didik tes
Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis kesukaran butir soal
dapat dilihat pada Tabel 3.11 sebagai berikut:70
Tabel 3. 11 Taraf Kesukaran Butir Soal
Interval P Kriteria Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Berikut kriteria taraf kesukaran butir soal berdasarkan hasil analisis pada
50 soal yang diuji cobakan, diperoleh hasil uji taraf kesukaran butir soal pada Tabel
3.12 berikut ini.
Tabel 3. 12 Hasil Uji Taraf Kesukaran
Tingkat
Kesukaran
Butir Soal
Presentase No Soal
Jumlah
Soal
Mudah 1,2,3,4,6,9,11,12,18,22,30 11 37%
Sedang 5,7,8,10,14,16,17,20,21,25,29 11 37%
69 Loc.Cit. h.223 70 Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 225.
56
Sukar 13,15,19,23,24,26,27,28 8 26%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan Tabel 3.12 disimpulkan bahwa dari 30 butir soal, terdapat 11
butir soal masuk kedalam kategori mudah, 11 butir soal berkategori sedang, dan 8
butir soal berkategori sukar. Hasil uji taraf kesukaran dapat dilihat pada Lampiran
B. 2c.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik kelas yang pandai (kelompok atas) dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah (kelompok bawah). Angka yang menunjukkan besarnya
beda pembeda disebut indeks Diskriminasi, disingkat D. Cara untuk menentukan
daya pembeda dapat menggunakan rumus: 71
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (3.5)
Keterangan :
D : Daya pembeda
JA : Banyak peserta didik kelompok atas
JB : Banyak peserta didik kelompok bawah
BA : Banyak peserta didik kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : Banyak peserta didik kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Berikut kriteria daya pembeda suatu butir soal didasarkan pada klasifikasi
yang terdapat pada Tabel 3.13 berikut.72
Tabel 3. 13 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek (Poor)
0,21 – 0,40 Cukup (Satisfactory)
71 Ibid., h. 228. 72 Ibid., h. 232.
57
0,41 – 0,70 Baik (Good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (Excellent)
Negative Drop
Berikut hasil uji daya pembeda instrumen tes pada 50 butir soal yang diuji
cobakan dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini.
Tabel 3. 14 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
Kriteria Daya
Pembeda
Butir Soal Presentase
No Soal Jumlah Soal
Jelek (Poor) 1,3,5,8,11,21,22,23,25,29 10 33%
Cukup
(Satisfactory) 2,4,9,10,12,14,16,17,19,26 11 37%
Baik (Good) 6,7,13,15,18,20,27,28,30 8 27%
Baik sekali
(Excellent) 24 1 3%
Drop 0 0 0%
Berdasarkan Tabel 3.14 disimpulkan bahwa dari 30 butir soal, terdapat 7
10 butir soal termasuk pada kategori jelek, 11 butir soal berkategori cukup, 8 butir
soal berkategori baik, dan 31butir soal berkategori baik sekali. Hasil uji daya
pembeda instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran B. 2d.
2. Kalibrasi Instrumen Non-tes (Angket)
Alat evaluasi yang digunakan pada penelitian ini tidak hanya instrumen
tes, melainkan juga dengan instrumen non-tes. Pengujian instrumen non-tes
dilakukan dengan pertimbangan ahli. Pengumpulan data instrumen non-tes yang
digunakan berupa metode angket atau kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.73 Angket pada penelitian ini
73 Ibid., h. 194.
58
merupakan penilaian responden setelah diberikan perlakuan dalam pembelajaran
menggunakan media pembelajaran mobile learning.
Penilaian angket menggunakan tipe skala Likert, dengan memberikan
respon terhadap pernyataan dengan pilihan jawaban, Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Cukup (C), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing
jawaban memiliki pedoman penilaian SS = 5, S = 4, C = 3, TS = 2, dan STS = 1
untuk pernyataan positif, sedangkan untuk pernyataan negatif memiliki pedoman
penilaian SS = 1, S = 2, C = 3, TS = 4, dan STS = 5.74
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan sebagai prasyarat untuk pengujian hipotesis
dan mengetahui seberapa pengaruh suatu keadaan setelah diberikan suatu perlakuan
(treatment).75 Data yang telah didapatkan dalam penelitian selanjutnya akan diolah,
dianalisis dan dilanjutkan dengan uji hipotesis.
1. Analisis Data Tes
Data yang diperoleh dalam penelitian selanjutnya diproses analisis data
menggunakan alat analisis (uji statistik) untuk memperoleh data ringkasan. Uji
statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPPS 22 dengan
menguji normalitas, homogenitas dan hipotesis.
a. Uji normalitas
Uji normalitas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam analisis normalitas data, namun dalam penelitian ini
uji normalitas menggunakan uji Shapiro – Wilks, karena jumlah sampel yang
digunakan kurang dari 50.76 Analisis tentang distribusi normal merupakan analisis
74 Riduan dan Engkos Achmad Kuncoro, op. cit., h. 20. 75 Boediono dan Wayan Koster, “Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas”, (Bandung: PT