1 PROPOSAL DISERTASI KONSEP BIMBINGAN KONSELING ISLAMI Studi Komparasi Konsep Bimbingan Konseling Umum Dan Konsep Bimbingan Konseling Islami Di Sekolah dan Madrasah Oleh : FAIZAL RIZA NIM. 11526111427 UNIVERSITAS IBN KHALDUN PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM BOGOR - 2013
20
Embed
Faizal Riza - Proposal Disertasi - Konsep Bimbingan Konseling Islami
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PROPOSAL DISERTASI
KONSEP BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Studi Komparasi Konsep Bimbingan Konseling Umum Dan
Konsep Bimbingan Konseling Islami Di Sekolah dan Madrasah
Oleh :
FAIZAL RIZA
NIM. 11526111427
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN ISLAM
BOGOR - 2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pendidikan terdapat tiga bidang penting yaitu
administrasi dan supervisi, pembelajaran bidang studi, dan Bimbingan
Konseling Umum. Jika dalam proses pendidikan hanya ada bidang
administrasi dan supervisi serta pembelajaran bidang studi saja maka
hanya akan menghasilkan siswa yang hanya cakap dalam bidang
akademik serta siswa yang mempunyai cita-cita tinggi saja. Namun siswa
tersebut tidak memiliki kemampuan dalam memahami kemampuan
potensi diri yang dimilikinya, tak sanggup mewujudkan dirinya dalam
masyarakat. tidak heran jika siswa tersebut akan merasa kesulitan dan
mengalami kegagalan di masyarakat, meskipun mereka mempunyai
nilai-nilai yang baik di raport.
Dari sinilah terasa benar jika bimbingan dan konseling itu amat
sangat diperlukan dalam proses pendidikan, yang akan memusatkan diri
dalam membantu siswa secara pribadi agar mereka berhasil dalam
proses pendidikannya. Dengan melalui program bimbingan dan
konseling, maka setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk
3
mengembangkan setiap kecakapan dan kemampunnya semaksimal
mungkin.1
Zaman modern dalam era globalisasi berlangsung sangat cepat,
praktis dan serentak seperti banjir bandang. Padahal kesiapan mental
orang menghadapi era global tidak sama. Ketidakseimbangan itu
kemudian menimbulkan gangguan psikologis, dan banyak orang
terkungkung dalam kerangkeng manusia modern sebagai manusia yang
sudah kehilangan makna, resah setiap kali harus mengambil keputusan
bahkan tidak tahu apa yang diinginkan. Dengan permasalahan yang di
alami dalam zaman modern ini tentu akan sangat banyak membutuhkan
tempat untuk berkonsultasi dan salah satunya adalah layanan
bimbimbingan dan konseling.
Dewasa ini terutama di dunia barat, teori bimbingan dan
konseling (BK) terus berkembang dengan pesat. Perkembangan itu
berawal dari berkembangnya aliran konseling psikodinamika,
behaviorisme, humanisme, dan multikultural. Akhir-akhir ini tengah
berkembang konseling spiritual sebagai kekuatan kelima selain keempat
kekuatan terdahulu (Hayat Abdul, 2012)2. Salah satu berkembangnya
konseling spiritual ini adalah konseling religius yang dalam istilah lain
disebutkan sebagai konseling spiritual teistik. Konseling spiritual teistik
1 http://reenarachma.blogspot.com/2011/02/mengapa-bimbingan-dan-konseling-itu.html diakses tanggal 11 Januari 2012
2 Hayat, Abdul. Konsep Konseling Berdasarkan Ayat-Ayat. [Online] Tersedia: hyperlink "http://setiyo.blogspot.com" _ [September 2012]
dapat diartikan sebagai "proses pemberian bantuan kepada individu agar
memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk
beragama (homo religious), berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama,
dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman,
keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya"
(Yusuf Syamsu, 2007:25) 3 . Konseling religius berkembang dalam
beberapa pendekatan seperti konseling Pastoral,
transpersonalpsychology, dan konseling Islami.
Perkembangan konseling religius ini dapat dilihat dari beberapa
hasil laporan jurnal penelitian, Stanard, Singh, dan Piantar (2000: 204)
melaporkan bahwa telah muncul suatu era baru tentang pemahaman
yang memprihatinkan tentang bagaimana untuk membuka misteri
penyembuhan melalui kepercayaan, keimanan, dan imajinasi selain
melalui penjelasan rasional tentang sebab-sebab fisik dan akibatnya
sendiri. Seiring dengan keterangan tersebut hasil penelitian Chalfant dan
Heller pada tahun 1990, sebagaimana dikutip oleh Gania (1994: 396)
menyatakan bahwa sekitar 40% orang yang mengalami kegelisahan jiwa
lebih suka pergi meminta bantuan kepada agamawan. Lovinger dan
Worthington (dalam Keating dan Fretz, 1990: 293) menyatakan bahwa
klien yang agamis memandang negatif terhadap konselor yang bersikap
3 Yusuf, Syamsu. (2007). Konseling Spiritual Teistik: Proses Pencerahan Diri dalam Membangun Kehidupan Bersama yang Bermakna (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar). Bandung: FIP UPI
5
sekuler, seringkali mereka menolak dan bahkan menghentikan terapi
secara dini.
Di Amerika terjadi suatu ketertarikan terhadap dimensi
spiritualitas dan keagamaan. Baker (1997) menemukan 95% orang
Amerika percaya pada Tuhan dan 85% melakukan peribadatan dan
dipercaya secara pribadi memiliki kekuatan menyembuhkan. (Wallis,
1996). 62% orang Amerika ikut berkecimpung dalam organisasi
keagamaan, 60% orang Amerika percaya bahwa agama adalah sesuatu
hal yang penting dan menjadi bagian dalam hidup mereka, dan
persentase yang paling banyak adalah berkembang pembahasan
mengenai spiritualitas dan keagamaan dalam tabloid-tabloid mingguan
di Amerika (The Harvard Mental Health Letter, 2001). Data statistik ini
menunjukkan bahwa orang Amerika cenderung memikirkan tentang
aspek spiritualitas dan keagamaan dalam hidup mereka. Meningkatnya
minat pada spiritulitas dan agama tidak hanya terjadi di Amerika saja
organisasi seperti "Amnesty International interfaith Network for Human
Rights" mengindikasikan spiritualitas dan keagamaan terjadi secara
mengglobal.
Meningkatnya minat dan perhatian beragama itu juga nampak di
Indonesia. Hal ini antara lain dapat kita amati di masyarakat, banyak
sekali orang-orang yang datang ke tempat para Kiai bukan untuk
menanyakan masalah hukum agama, tetapi justru mengadukan
permasalahan kehidupan pribadinya untuk meminta bantuan jalan
6
keluar baik berupa nasehat, saran, meminta doa-doa dan didoakan untuk
kesembuhan penyakit maupun keselamatan dan ketenangan jiwa.
Masyarakat Indonesia juga tertarik pada buku-buku bertema agama.
Azyumardi Azra (2007) dalam republika online mengungkapkan, hampir
tidak diragukan lagi, penerbitan buku-buku Islam terus meningkat.
Peningkatan itu dirasakan sejak dua dasawarsa terakhir. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan Saribi Affan didapatkan bahwa produksi
buku-buku Islam di Indonesia cukup besar bila dibandingkan dengan
buku-buku lain. Data ini sesuai dengan hasil penelitian Bagian
Perpustakaan dan Dokumentasi Tempo. Sejak tahun 1980 hingga 1987
dari 7291 buku yang tercatat dalam Perpustakaan Tempo, terdapat 1949
buku bertemakan agama. "Dari 1949 buku-buku agama itu, ternyata 809
(70,5%) merupakan buku-buku ke-Islaman, 26% tentang
Kristen/Katholik dan 3,5% mengenai Hindu/Budha. Ketiga fenomena di
atas menunjukkan besarnya minat dan perhatian masyarakat terhadap
dimensi spiritualitas dan keagamaan juga ketertarikan masyarakat pada
penyelesaian masalah yang menekankan solusi spiritual.
Banyak orang yang datang untuk konseling dengan membawa
serta pandangan akan agama atau spiritualitas. Hal ini sejalan dengan
penelitian survey yang telah dilakukan selama bertahun-tahun (Greer,
1988; Wills, 1990). Sebagai contoh, poling yang dilakukan oleh Gallup di
awal tahun 1950-an dan tahun 1992 dua pertiga dari responden ketika
menghadapi permasalahan yang serius dalam hidupnya, akan memilih
7
untuk diberikan konseling oleh seseorang yang secara pribadi memiliki
nilai-nilai dan kepercayaan spritual, 81 persen dari responden memilih
beberapa peningkatan kepercayaan dan norma mereka melalui proses
konseling (Kelly, 2012).4
Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal yang perlu
dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab
terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat
yakin dengan pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran
agamanya. Seperti dikemukakan oleh Bishop (Hayat Abdul, 2007:2)
"bahwa nilai-nilai agama (religius values) penting untuk
dipertimbangkan oleh konselor dalam proses konseling, agar proses
konseling terlaksana secara efektif."
Pada diri konseli juga ada dasar beragama, sehingga untuk
mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian
pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (konseli) kearah
agamanya, dalam hal ini Agama Islam. Seiring dengan berkembangnya
ilmu psikologi, diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk
pelayanan psikologis, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang
(konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah
4 Kelly. (1995). Konsep Konseling Berdasarkan Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Hakikat Manusia, Pribadi Sehat, Dan Pribadi Tidak Sehat. [online] Tersedia: http://setiyo.blogspot.com [9 Oktober 2008]
8
psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan,
konseling dan terapi.
Berdasarkan pendapat ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan
tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian terbentuk dari
pengalaman-pengalaman yang telah dialaluinya. Bahkan sejak dari
kandungan pun telah menerima berbagai pengaruh terhadap kelakuan
dan kesehatan mental. Untuk itulah perlu adanya bimbingan dan
pengajaran serta penanaman nilai-nilai agama Islam dan pembiasaan-
pembiasaan yang baik sejak lahir. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat
membentuk kepribadian manusia yang berakhlak karimah yang sesuai
dengan ajaran agama. Karena kepribadian merupakan kebiasaan yang
mendapatkan keterampilan-keterampilan gerak dan kemampuan untuk
meggunakan secara sadar.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam
mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi
dimana filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah
Rasul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam
Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan
hidup yang di ridhai Allah SWT.
Islam merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi
seorang muslim yang baik. Dengan berlandasankan Al-Quran dam As-
Sunnah, Islam mengarahkan dan membimbing manusia ke jalan yang
diridhoi-Nya dengan membentuk kepribadian yang berakhlak karimah.
9
Sebagaimana sabda Rosulullah SAW HR: Bukhari dalam shahih Bukhari
kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim
االخلق صالح ألتم بعثت إنما
Artinya : “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia.”
Nabi diutus oleh Allah untuk membimbing dan mengarahkan
manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai figur konselor
yang sangat mumpuni dalam memecahkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan jiwa manusia agar manusia terhindar dari segala sifat-
sifat yang negatif.
Oleh karena itu, manusia diharapkan dapat saling memberikan
bimbingan sesuai dengan kapasitasnya, sekaligus memberikan konseling
agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan
yang sebenarnya. Dengan pendekatan Islami, maka pelaksanaan
konseling akan mengarahkan klien kearah kebenaran dan juga dapat
mebimbing dan mengarahkan hati, akal dan nafsu manusia untuk menuju
kepribadian yang berkhlak karimah yang telah terkristalisasi oleh nilai-
nilai ajaran Islam. Dan hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk
menunjang kesuksesan pendidikan Islam disekolah maupun madrasah
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling untuk mengentaskan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik serta
10
mengarahkannya untuk membentuk insan kamil yang memiliki
kepribadian berakhlak karimah.5
Dalam keadaaan gelap Islam menjadi penerang menuju petunjuk
jalan yang sebenarnya, Islam tidak memberikan topeng palsu yang hanya
menjadi hiasan fatamorgana. Islam hanya memberikan pendekatan
paripurna yang berlandasakan nilai akidah hingga orang yang
menjalaninya tidak gentar pada dunia ini karena ia hanya takut kecuali
kepada Allah.6
Barat dengan segala pendekatannya mencoba mereduksi agama
sebagai temuan yang memaksa manusia lepas dari kesenangannya.
Mencoba memerdekakan manusia dari pemikiran kerdil tentang dunia.
Ia mentasbihkan diri sebagai pendekatan modern yang telah
meninggalkan warisan lama. Kita bisa melihat bagaimana Freud
menelanjangi agama sebagai sebuah neurosis, atau juga Marx yang
mengatakkan bahwa agama sekedar candu. Pernyataan itu dengan
mudah dipatahkan, karena pertama mereka tidak merasakan bagaimana
kekuatan agama karena meraka tidak lebih sebagai seorang atheis dan
penyembah berhala. Kemudian, fakta menunjukkan bahwa Freud sendiri
memang mengalami trauma oleh Kristen anti semitik yang mengejeknya
karena seorang yahudi. Artinya Freud memang salah menilai agama dan
5 http://almasakbar45.blogspot.com/2012/03/peranan-agama-islam-dalam-bimbingan-dan.html diakses tanggal 12 Januari 2013
6 Dadang Hawari, 2002, Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi, Jakarta : Balai Pustaka
11
cepat menggeneralisir agama yang setelah itu ia kaitkan dengan
psikoanalisisnya. Selanjutanya apa yang dikatakan Viktor Frankl bahwa
pendekatan terapi Barat masih bersifat homeostatis yakni kenikmatan
fisik dan materi, menjadi pembenaran. Ini bisa dilihat bagaimana Freud
menumpukan pada prinsip kenikmatan, lantas bagaimana Maslow juga
menjebak manusia unutk memenuhi kebutuhan fisologis pada awal
motivasi manusia. Islam tidak menjadikan kenikmatan semu seperti itu
sebagai penggembira utama, namun yang lebih dahsyat dan menggugah
selera adalah kenikamatan merasakan Islam sebagai penentram diri dan
prinsip kekuatan mengatasi kehidupan, karena itulah nikmat yang
sebenarnya. Seperti juga menyitir ucapan Asy Syahid Hasan al Banna
bahwa nikmat yang indah itu adalah nikmat pemahaman. Dengan
pemahaman kita bisa mengendalikan ego diri kita yang dapat
menjerumuskan kita untuk larut dalam perputaran dunia.7
Tantangan Bimbingan Konseling Umum pendidikan Islam bukan
pada sifatnya yang imajiner, absurd, atau sekedar doktrinal, namun pada
akhirnya kita harus melihat bagaimana efek dari sisi aksiologis pada
penerapan Konseling Islam itu yang biasanya ditantang Barat kepada
Islam. Apa yang diagungkan layaknya analisa transaksional, Rogerian,
Behaviour Theraphy, dan sebagainya ternyata diparipurnakan oleh
pendekatan konseling islami, malah berbagai pendekatan yang lahir dari
7 http://tasbih-muda.blogspot.com/2009/07/mengapa-konseling-islam_5352.html diakses tanggal 12 Januari 2013
12
rahim di luar Islam itu mengalami kehabisan logika membantu
mengatasi problem hakiki kehidupan manusia. Ia tidak bisa memasuki
relung-relung yang paling dasar. Konseling dari barat juga tidak mampu
menembak sasaran yang paling vital dalam diri manusia yaitu jiwa dan
agama. Konseling barat hanya dapat merubah perilaku manusia sesaat
dan kembali patologis karena memang pada dasarnya ia tidak mengubah
paradigma yang hakiki yakni paradigma Iman, paradigma tauhid dan
paradigma akidah yang menjadi pintu masuk ke perilaku manusia.
Konselor muslim harus memiliki ciri khas sebagai seorang
muslim, kecirikhasan itu yang nanti bisa membedakan mana yang haq,
mana yang bathil. Mana yang tipuan, mana yang asli. Mana yang esensi,
mana yang substansi. Dana mana yang memiliki ikatan keimanan dan
mana yang tidak. Kita harusnya tidak boleh berbangga diri jika hanya
bisa menyelesaikan masalah kejiwaan ini tidak secara permanen.8
Suatu saat terdapat sebuah kasus dimana seorang remaja
mengeluhkan tentang ketidaktahanan dirinya, untuk berpacaran.
Bagaimana ia sudah terbuai dengan wanita pujaannya yang secara paras
dan kepribadian memikat hatinya. Apabila kita memakai pendekatan
Freud, tidaklah mustahil kita memberikan saran bagi remaja itu untuk
menyalurkan hasratnya. Ini berbahaya karena pendekatan itu tidak
memliki fondasi filosofis untuk meningkatkan keimanan kepada
TuhanNya dan menghamba hanya kepada Alloh SWT. Ada lagi yang
8 M. Arifin, Teori-Teori Konseling Umum Dan Agama, (Jakarta : Golden Terayon, 1996)
13
berkarta bahwa seorang remaja sulit kita berikan pemahaman keislaman
yang sesungguhnya tentang aturan yang sebenarnya dalam Islam, karena
masa pubertas yang memang sedang dalam puncaknya. Konseling islami
jauh lebih unggul dalam memahamkan konsep nafsu, mengintegrasikan
perjuangan dan doa, menyandarkan pada tauhid sebagai sumber
kekuatan luar biasa. Disinilah kecanggihan Bimbingan Konseling Islami9
<<== tambahkan argumennya agar nyambung dg paragraf terakhir
Dengan dasar uraian tersebut diatas maka disertasi ini disusun
untuk merumuskan konsep Bimbingan Konseling Islami, kelemahan,
kekuatannya serta upaya dalam menyempurnakan konsep bimbingan
dan Konseling islami yang adan saat ini.
B. Pembatasan Masalah
Disertasi ini berusaha melakukan perbandingan antara bimbingan
konseling dalam perspektif psikologi barat dengan bimbingan konseling
dalam perspektif islam. Kata islami digunakan untuk membedakan
antara ide dengan agama. Setelah komparasi dilakukan maka
rekomendasinya adalah integrasi bimbingan konseling islami dalam