Top Banner

of 23

Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

Jul 05, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    1/23

     

    MAKALAH

    STUDI KOMPARASI

    PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DI INDONESIA DENGAN DI

    TURKI

    ( Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuransi Kesehatan)

    Disusun Oleh :

    Fadilah Akbar F 122110101155 

    BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    2/23

     

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini sebagai

    Tugas mata kuliah Asuransi Kesehatan berjudul “Studi Komparasi Pelaksanaan

     Jaminan Kesehatan Indonesia Dengan Turki “ dengan tepat waktu.

    Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Abu Khoiri, S.KM., M.Kes. selaku

    dosen pembimbing mata kuliah Asuransi Kesehatan yang telah membantu sehingga

     penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuransi

    Kesehatan serta sebagai wacana bagi para mahasiswa untuk menambah wawasan

    tentang pelaksanaan jaminan kesehatan yang ada di Indonesia dengan yang ada di

    Turki.

    Akhir kata semoga dengan adanya penulisan makalah ini, diharapkan dapat

     bermanfaat bagi semua pihak. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah

    ini. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

     perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

    Jember, 20 Maret 2015

    Penyusun

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    3/23

     

    iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii 

    DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii 

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 

    1.1  Latar Belakang ................................................................................................... 1 

    1.2  Rumusan Masalah .............................................................................................. 2 

    1.3  Tujuan ................................................................................................................ 2 

    BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 3 

    2.1  Manajemen Kepesertaan .................................................................................... 3 

    2.1.1 Manajemen Kepesertaan Jaminan Kesehatan di Indonesia.............................. 3 

    2.1.2 Manajemen Kepesertaan Jaminan Kesehatan di Turki .................................... 4 

    2.2  Manajemen Pelayanan Kesehatan...................................................................... 6 

    2.2.1 Manajemen Pelayanan Kesehatan di Indonesia ............................................... 6 

    2.2.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan di Turki ...................................................... 9 

    2.3  Manajemen Pembiayaan .................................................................................. 10 

    2.3.1 Manajemen Pembiayaan Jaminan Kesehatan di Indonesia ............................ 10 

    2.3.2 Manajemen Pembiayaan Jaminan Kesehatan di Turki .................................. 15 

    BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................... 17 

    3.1  Kesimpulan ...................................................................................................... 17 

    3.2  Saran ................................................................................................................ 18 

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20 

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    4/23

     

    1

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di era modern seperti saat ini, kebutuhan masyarakat akan kesehatan

    semakin meningkat, hal ini dikarenakan sudah banyak masyarakat yang sadar akan

     pentingnya kesehatan bagi dirinya dan juga lingkungan sekitar kita yang semakin

    lama semakin tidak sehat untuk menjadi tempat tinggal kita. Banyak pencemaran

    lingkungan dimana  –   mana, sehingga penyebaran penyakit dapat terjadi begitu

    cepat dari satu wilayah ke wilayah lain, sehingga tidak sedikit masyarakat yang

    terkena dampak dari perubahan lingkungan ini dan menyebabkan tingkat kunjungan

    masyarakat dalam berobat terutama di tempat pelyanan kesehatan semakin tinggi.

    Hal ini tentunya terasa memberatkan bagi masyarakat yang terutama mempunyai

     penghasilan yang pas  –   pasan, sudah susah cari uang untuk makan tetapi masih

    harus kerja keras lagi untuk melunasi biaya pengobatan di tempat pelayanan

    kesehatan.

    Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

     peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

    memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

    telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Undang  –   undang

    JKN, 2013) Asuransi kesehatan merupakan sebuah bentuk usaha dimana

    mempunyai tujuan untuk mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya

    kesehatan dari kantong sendiri ( out of pocket ), dalam jumlah yang sulit diprediksidan kadang-kadang memerlukan biaya yang sangat besar. Meskipun sudah berhati

     –   hati, orang tidak bisa secara mutlak menghindari bahaya sakit, kecelakaan,

    kematian, kebaaran, gempa bumi, badai taufan, petir, dan tindakan kriminal yang

    mungkin kita hadapi sehari  –   hari ( Dasar  –   Dasar Asuransi Kesehatan, 2005)

    Untuk itu diperlukan suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan, karena

     peserta membayar premi dengan besaran tetap. Dengan demikian pembiayaan

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    5/23

     

    2

    kesehatan ditanggung bersama secara gotong royong oleh keseluruhan peserta,

    sehingga tidak memberatkan secara orang per orang.

    Penerapan system jaminan kesehatan ini diselenggarakan hampir di seluruh

    negara yang ada di dunia meskipun dengan system yang berbeda –  beda. Indonesia

     juga termasuk Negara yang melaksanakan jaminan kesehatan bagi warganya namun

     perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia berjalan sangat lambat

    dibandingkan dengan perkembangan asuransi kesehatan Negara tetangga di

    ASEAN. Hal ini tidak terjadi begitu saja, banyak factor  –   factor yang

    mempengaruhi mengapa perkembangan asuransi kesehatan di Indonesi tumbuh

     begitu lambat. Untuk mengetahui hal apa saja yang harus dibenahi agar jaminan

    kesehatan di Indonesia dapat berjalan dengan baik maka perlu suatu pembandingan

    dengan Negara yang berhasil menerapkan system jaminan kesehatan salah satunya

    Turki.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari latar belakang yang telah di uraikan oleh penulis, terdapat beberapa hal

    yang menjadi pertanyaan bagi penulis. Adapun pertanyaan yang muncul dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut :

    1.  Bagaimana manajemen kepesertaan jaminan kesehatan yang dilaksanakan di

    Indonesia dan di Turki ?

    2.  Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Indonesia dan

    di Turki ?

    3.  Bagaimana manajemen pembiayaan jaminan kesehatan yang dilaksanakan di

    Indonesia dan di Turki ?

    1.3 Tujuan

    1. 

    Untuk mengetahui tentang manajemen kepesertaan jaminan kesehatan di

    Indonesia dengan jaminan kesehatan di Turki

    2.  Untuk mengetahui tentang manajemen pelayanan kesehatan di Indonesia dengan

    manajemen pelayanan kesehatan di Turki

    3.  Untuk mengetahui tentang manajemen pembiayaan jaminan kesehatan di

    Indonesia dengan manajemen pembiaaan jaminan kesehatan di Turki

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    6/23

     

    3

    BAB 2 PEMBAHASAN

    2.1 Manajemen Kepesertaan

    2.1.1  Manajemen Kepesertaan Jaminan Kesehatan di Indonesia

    Penlaksana jaminan kesehatan di Indonesia dalam hal ini adalah

    BPJS Kesehatan melakukan manajemen kepesertaan dengan cara

    merekrut peserta menjadi 2 gelombang, gelombang pertama adalah

     peserta yang sebelumnya telah menjadi peserta ASKES dan

    JAMSOSTEK secara otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan per 1

     januari 2014, sedangkan untuk masyarakat yang belum terdaftar sebagai

     peserta BPJS selambat  –   lambatnya akan tercakup seluruhnya pada

    tanggal 1 januari 2019. BPJS juga menggolongkan peserta dalam

     beberapa kategori, yaitu Penerima Bantuan Iuran yang selanjutnya di

    singkat PBI Jaminan Kesehatan, dan bukan PBI Jaminan Kesehatan.

    Pengkategorian peserta jaminan kesehatan yang diterapkan di Indonesia

    dikategorikan berdasarkan pekerjaan peserta, berikut pengkategorian

     peserta yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan

    1.  Bukan Penerima Bantuan Iuran

    a.  Pekerja Penerima Upah

    Terdiri atas :

      Pegawai Negeri Sipil

      Anggota TNI

      Anggota Polri

     

    Pejabat Negara

      Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

      Pegawai Swasta, dan

      Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf

    f yang menerima upah

     b.  Pekerj Bukan Penerima Upah

    Terdiri atas :

     

    Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    7/23

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    8/23

     

    5

      G0 : Rumah tangga dengan pendapatan per kapita kurang dari

    sepertiga upah minimum (0 TL  –   295 TL), termasuk dalam

    golongan yang tidak perlu membayar premi. Premi mereka

    dikover oleh dana Negara.

      G1 : Rumah tangga dengan pendapatan per kapita antara

    sepertiga upah minimum dan upah minimum (295,50 TL ke

    886,50 TL) membayar premi sebesar 35,46 TL (12 persen

    sepertiga upah minimum).

      G2 : Rumah Tangga yang pendapatan per kapita jatuh antara

    upah minimum dan dua kali upah minimum (886,50 TL ke 1773

    TL) membayar premi dari 106,38 TL (12 persen upah minimum).

      G3 : Rumah Tangga yang berpenghasilan lebih dari dua kali upah

    minimum (> 1773 TL) membayar premi 212,76 TL (12 persen

    dari dua kali upah minimum 

    Aturan lain ditentukan oleh pemerintah Turki terhadap

    kepesetaan jaminan kesehatan ini supaya kebijakan ini dapat berjalan

    dengan sebaik  –  baiknya dan seadil  –  adilnya, adapun peraturan lainnya

    mengenai aturan kepesertaan ini adalah :

    a.  Orang-orang yang berpenghasilan bervariasi sepanjang tahun

    harus mengajukan permohonan bulanan sehingga jumlah premi

    mereka dapat disesuaikan.

     b.  Sistem ini menggunakan data dari berbagai database untuk

    mengumpulkan informasi pendapatan keluarga. Jika perubahan

     pendapatan diidentifikasi sebelum penerima asuransi memberikan

     pernyataan diri, maka sistem secara otomatis mengidentifikasi

    kembali pendapatan rumah tangga dan menetapkan tingkat premi

     baru yang lebih sesuai.

    c.  Jika sistem mencatat bahwa jumlah anggota rumah tangga telah

     berubah karena kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, dan

    sebagainya, dan dicatat dalam database publik, pendapatan rumah

    tangga per kapita direvisi secara otomatis untuk meneysuaikan

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    9/23

     

    6

    dengan keadaan saat ini dan menentukan tingkat premi yang lebih

    sesuai.

    2.2 Manajemen Pelayanan Kesehatan

    2.2.1  Manajemen Pelayanan Kesehatan di Indonesia 

    Program Jaminan Kesehatan yang telah dilaksanakan di

    Indonesia membawa dampak postif bagi dunia kesehatan, dimana

    masyarakat merasa sedikit terbantu dengan adanya sistem Jaminan

    Kesehatan yang dlaksnakan oleh BPJS. Untuk mengimbangi

     perkembangan dunia kesehatan yang semakin membaik ini maka BPJS

    menerapkan sistem manajemen Pelayanan Kesehatan berdasarkan pada

    aturan yang telah dibuat yakni PERMENKES No 71 tahun 2013 tentang

    Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatana Nasional. Penyelenggara

     pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja

    sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat

     pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Pada peraturan

    tersebut dijelaskan bagaimana BPJS me-manajemen seluruh elemen

    Pelayanan Kesehatan di Indonesia agar supaya dapat berjalan beriringan

    dan saling mendukung demi tercapainya tujuan JKN.

    Adapun penerapan manajemen pelayanan kesehatan yang

    dilakukan BPJS menurut PERMENKES No 71 tahun 2013 adalah

    sebagai berikut

    1.  Manajemen terhadap Fasilitas kesehatan

    Untuk mewujudkan program Jaminan Kesehatan yang dapatmembantu maasyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan maka

    BPJS selaku penyelenggara program JKN harus bekerja sama dengan

    Fasilitas Kesehatan baik tingkat pertama maupun rujukan dengan

     berbagai macam syarat yang harus dipenuhi oleh pihak penyedia layanan

    agar nantinya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat

    dapat terlaksana dengan baik dan dapat terkontrol dengan baik. Adapun

    fasilitas kesehatan tingkatpertama yang dimaksud diatas adalah

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    10/23

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    11/23

     

    8

     b.  Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan, yang terdiri

    atas:

      Administrasi pelayanan;

      Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik

    oleh dokter spesialis dan subspesialis;

      Tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non

     bedah sesuai dengan indikasi medis;

      Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

      Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan

    indikasi medis;

      rehabilitasi medis;

       pelayanan darah;

       pelayanan kedokteran forensik klinik;

       pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di

    Fasilitas Kesehatan;

       perawatan inap non intensif; dan

       perawatan inap di ruang intensif.

    c.   pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

    3.  Manajemen terhadap pelayanan Obat, alat kesehatan, dan bahan

    medis habis pakai

    Dalam upaya menyembuhkan peserta dari penyakit yang

    dideritanya, maka tidak lepas dari upaya kuratif yang dilakukan di

    fasilitas kesehatan. Dalam upaya kuratif tersebut tentunya dibutuhkan

    alat dan bahan seperti obat dan alat kesehatan lainnya sesuai dengan

    keperluan pasien, maka dari itu BPJS melakukan pengaturan dalam hal

     pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Menurut

    Permenkes No 71 Tahun 2013 Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan

    medis habis pakai dapat diberikan pada pelayanan kesehatan rawat jalan

    dan/atau rawat inap baik di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama maupun

    Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sesuai dengan indikasi medis.

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    12/23

     

    9

    Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang

    diberikan kepada Peserta berpedoman pada daftar obat, alat kesehatan, dan

     bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri

    2.2.2  Manajemen Pelayanan Kesehatan di Turki

    Program HTP yang di terapkan di Turki membawa dampak

     positif bagi warga Turki pada sii kesehatan, dapat dilihat dengan adanya

     penurunan pada angka kematian bayi yang sebelumnya 28,5 per 1.000

    kelahiran pada 2003 menjadi 10,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

    2010 serta adanya peningkatan angka harapan hidup pada tahun 2010adalah 74,3 tahun dibandingkan dengan than 2002 yang hanya 71,8

    tahun. Peningkatan kesehatan yang dialami oleh masyarakat Turki tidak

    lepas dari manajemen yang dilakukan oleh pemerintah Turki.

    Pemerintah Turki dalam me-manajemen pelayanan kesehatan

     bagi rakyatnya lebih menekankan pada pelayanan preventif dan

     promotif, dapat dilihat dengan diluncurkannya program dokter keluarga

    yang diluncurkan pada tahun 2010 dengan menyediakan “ layanan

    kesehatan terpadu “ yang menekankan pada pelayanan kesehatan primer

    dan pencegahan penyakit kronis dan melayani vaksinasi, perawatan

     prenatal, dan perawatan pasca melahirkan yang dilakukan oleh bidan. 

    Pemerintah Turki tidak hanya memberikan kemudahan bagi

     peserta jaminan kesehatan dengan mengkover biaya kesehatan, tatapi

     juga meningkatkan kemudahan dalam aksesibiltas peserta terhadap

    fasilitas kesehatan, dibuktikan dengan banyaknya rumah sakit yang

    dimiliki Turki baik milik pemerintah, lembaga pendidikan/universitas,

    maupun swasta. Tidak hanya memperbanyak fasilitas kesehatan guna

    mengatasi permasalaha aksesibilitas peserta, pemerintah Turki juga

    menngkatkan kualitas dari fasilitas kesehatan tersebut.

    Pelayanan obat yang digunakan oleh rumah sakit milih

    departemen kesehatan Turki, universitas maupun swasta mendapatkan

     potongan harga sebesar 3 Turkish Lir (TL) dan peserta membayar

    dengan uang pribadi untuk obt  –  obat yang diresepkan saat berkunjung

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    13/23

     

    10

    ke fasilitas kesehatan sebesar 20 persen, kecuali bagi pensiunan hanya

    membayar sebesar 10 persen

    2.3 Manajemen Pembiayaan

    2.3.1  Manajemen Pembiayaan Jaminan Kesehatan di Indonesia

    Ssitem manajemen pembiayaan yang dilakukan oleh BPJS

    kesehatan sebagai penyelenggara jaminan kesehatan dilakukan

     berdasarkan peraturan Presiden No 111 tahun 2013 tentnag Perubahan

    atas PERPRES No 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan. Adapun

     bunyi peraturan Presiden tersebut yang menjadi dasar manajemen

    Pembiayaan Jaminan Kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :

    Pasal 16

    (1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan

    Kesehatan dibayar oleh Pemerintah.

    (1a)Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan

    oleh Pemerintah Daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah.

    (2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima

    Upah dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.

    Pasal 16A

    Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan

    serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah

    sebesar Rp 19.225,00 (sembilan belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per orang per bulan.

    Pasal 16B

    (1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima

    Upah yang terdiri atas Pegawai Negeri Sipil, Anggota

    TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai

    Pemerintah Non Pegawai Negeri sebesar 5% (lima

     persen) dari Gaji atau Upah per bulan.

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    14/23

     

    11

    (2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar

    dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan

     b. 2% (dua persen) dibayar oleh Peserta.

    (3) Kewajiban Pemberi Kerja dalam membayar iuran

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,

    dilaksanakan oleh:

    a. Pemerintah untuk Iuran Jaminan Kesehatan bagi

    Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota TNI, Anggota

    Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non

    Pegawai Negeri Pusat; dan

     b. Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan

    Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah dan

    Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Daerah.

    Pasal 16C

    (1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima

    Upah selain Peserta sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 16B ayat (1) yang dibayarkan mulai

    tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2015

    sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji

    atau Upah per bulan dengan ketentuan:

    a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan

     b. 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh

    Peserta.

    (2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

    dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sebesar 5% (lima

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    15/23

     

    12

     persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan

    ketentuan:

    a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan

     b. 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

    (3) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

    (2) dibayarkan secara langsung oleh Pemberi Kerja

    kepada BPJS Kesehatan.

    Pasal 16D

    Batas paling tinggi Gaji atau Upah per bulan yang digunakan

    sebagai dasar perhitungan besaran Iuran Jaminan Kesehatan

     bagi Peserta Pekerja Penerima Upah sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 16C dan pegawai pemerintah non pegawai negeri

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) sebesar 2

    (dua) kali Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dengan

    status kawin dengan 1 (satu) orang anak.

    Pasal 16E

    (1) Gaji atau Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan

    Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 16B ayat (1) terdiri atas Gaji atau Upah

     pokok dan tunjangan keluarga, kecuali bagi Pegawai

    Pemerintah Non Pegawai Negeri.

    (2) Iuran Jaminan Kesehatan untuk Pegawai

    Pemerintah Non Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud

     pada ayat (1) dihitung berdasarkan penghasilan tetap. 

    (3) Gaji atau Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan

    Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 16C terdiri atas Gaji atau Upah pokok dan

    tunjangan tetap.

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    16/23

     

    13

    (4) Tunjangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

    merupakan tunjangan yang dibayarkan kepada Pekerja

    tanpa memperhitungkan kehadiran Pekerja.

    Pasal 16F

    Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan

    Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja:

    a. sebesar Rp 25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus

    rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di

    ruang perawatan Kelas III.

     b. sebesar Rp 42.500,00 (empat puluh dua ribu lima ratus

    rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di

    ruang perawatan Kelas II.

    c. sebesar Rp 59.500,00 (lima puluh sembilan ribu lima

    ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat

     pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

    Pasal 16G

    (1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi penerima pensiun

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) huruf a,

    huruf b, huruf c, dan huruf d, ditetapkan sebesar 5% (lima

     persen) dari besaran pensiun pokok dan tunjangan

    keluarga yang diterima per bulan.

    (2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar

    oleh Pemerintah dan penerima pensiun dengan ketentuan

    sebagai berikut:

    a. 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemerintah; dan

     b. 2% (dua persen) dibayar oleh penerima

     pensiun.

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    17/23

     

    14

    (3) Iuran Jaminan Kesehatan bagi penerima pensiun

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) huruf e

    dan huruf f, mengikuti ketentuan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 16F.

    (4) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis

    Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim piatu

    dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya

    ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat

     puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipilgolongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas)

    tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.

    Pasal 16H

    (1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga yang

    lain dibayar oleh Peserta.

    (2) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota

    keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari Gaji atau Upah

    Peserta Pekerja Penerima Upah per orang per bulan.

    (3) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota

    keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

     bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan

    Peserta bukan Pekerja ditetapkan sesuai Manfaatyang dipilih mengacu pada ketentuan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 16F.

    Pasal 16I

    Besaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 16A, Pasal 16B, Pasal 16C, Pasal 16F, Pasal 16G,

    dan Pasal 16H ditinjau paling lama 2 (dua) tahun sekali yang

    ditetapkan dengan Peraturan Presiden

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    18/23

     

    15

    Pemerintah Indonesia juga telah menentukan standar tarif

     pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat

    lanjutan dalam penyelenggaran program jaminan kesehatan ini, hal ini di

    atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 69/2013

    2.3.2  Manajemen Pembiayaan Jaminan Kesehatan di Turki

    Setelah dilaksanakannya program Healt Transformation Program

    (HTP) oleh pemerintah Turki manajemen keuangan bagi jaminan

    kesehatan masyarakat semakin membaik. Pengelolaan semakin

    terstruktur dan tepat sasaran. Manajemen pembiayaan yang diterapkan

     pemerintah Turki untuk jaminan kesehatan di dasarkan pada tingkatan

     pelayanan dan status rumah sakit

    Rincian pembiayaan yang dilakukan pemeintah Turki untuk

     jaminan kesehatan yang didasarkan pada tingkat pelayanan kepada

    masyaraat dan kelas atau klasifikasi rumah sakit adalah sebagai berikut : 

    a. 

    Pelayanan kesehatan primer, dilakukan pada tingkat puskesmas dan

     paraktek dokter keluarga, pelayanan ini dibiayai terutama oleh APBN b.  Pelayanan Kesehatan Sekunder dan tersier, dilakukan oleh rumah

    sakit umum milik pemerintah Turki, rumah sakit universitas, dan

    rumah sakit swasta. Untuk pelayanan kesehatan sekunder dan tersier

    yang dilakukan rumah sakit pemerintah dikover oleh APBN, biaya

    ini mencakup semua biaya yang dibutuhkan rumah sakit untuk biaya

    operasional termasuk bonus berbasis kinerja untuk peyedia jasa

    layanan, gaji pegawai, dan biaya investasi. Untuk rumah sakit swasta,

     pihak penyelenggara jaminan kesehatan Turki yaitu SSI melakukan

    negosiasi dan melakukan kontrak dengan pnyedia layanan yang

     biasanya panjang kontrak dalam periode 1 tahun serta rumah sakit

    dapat meminta tagihan ekstra kepada pasien sesuai dengan fasilitas

    yang diberikan rumah sakit dan klasifikasi rumah sakit. Rumah sakit

    universitas menerima dana dari Negara melalui APBN untuk gaji dan

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    19/23

     

    16

    investasi lainnya serta tambahan dana dari hasil pendapatan mereka

    sendiri selama membeikan pelayanan kesehatan terhadap pasien

    Khusus untuk warga miskin dan kurang mampu yang tidak

    tercakup dalam asuransi formal, program HTP yang dikelola SSI, SSI

    sudah menyediakan program Green Card yang di khususkan bagi mereka

    dan didanai oleh APBN dengan cara mengalokasikan anggaran pada

    Depkes setempat dan pada nantinya dana tersebut akan dipindahkan ke

    rumah sakit oleh Depkes sebagaiuang pengganti pelayanan kesehatan

    yang telah digunakan oleh peserta Green Card.

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    20/23

     

    17

    BAB 3 PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Pemerintah Indonesia telah mempunyai maksud yang baik dengan

    menjalankan program JKN guna memberikan kepastian perlindungan dan

    kesejahteraan social bagi seluruh rakyat Indonesia, akan tetapi masih banyak

    kendala dalam menjalankannya, baik deri segi sasaran, pelaksana kebijakan, dan

     penyedia layanan kesehatan. Banyak di lapangan ditemukan berbagai macam

     permasalahan mengenai program JKN ynag dijalankan BPJS,

    Dilihat dari segi sasaran masih banyak masyarakat Indonesia yang belum

    tahu dan belum mengerti tentang JKN sehingga menghambat proses perekrutan

     peserta yang pada akhirnya nanti harus terkover oleh JKN, hal ini berhubungan

    dengan pelaksana kebojakan yakni BPJS. Dalam melaksanakan UU No 24

    Tahun 2011, BPJS kurang aktif dalam memberikan sosialisasi program JKN

    kepada masyarakat, BPJS lebih banyak memanfaatkan promosi melalui media

    elektronik seperti televisi dan internet dimana masih banyak masyarakat

    Indonesia yang belum bisa atau tidak sempat mengakses ke media elektronik

    tersebut. Dari segi penyedia layanan kesehatan masih banyak juga yang belum

    siap untuk menjalankan program JKN ini, masih banyak dilihat disekitar kita

    fasilitas palayanan kesehatan yang masih belum memenuhi syarat kredensial

    BPJS kesehatan dilihat dari standar yang belum memenuhi syarat yaitu dari

    SDM yang belum cukup, dan alat kesehatan juga belum memadai,

    Permasalahan yang juga menjadi kesulitan bagi BPJS adalah kepatuhan

     peserta untuk membayar premi setiap bulan terutama untuk peserta mandiri yang

     biaya preminya harus dikeluarkan dari kantong pribadi setiap bulannya. Banyak

    ditemukan kasus dilapangan bahwa peserta hanya ikut BPJS dan membayar

    iuran ketika dia sakit, dan ketika sembuh dia sudah tidak lagi mau membayar

    iuran atau premi.

    Dibandingkan dengan sistem jaminan kesehatan Turki yang sudah

     berjalana sekitar satu decade dapat dijadikan contoh bag Indonesia dalam

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    21/23

     

    18

    menerapkan program jaminan kesehatan nasional. Pemerintah Turki tidak hanya

    membuat kebijakan dan program tetapi juga membantu dalam proses

    implementasi programnya dimana Pemerintah Turki memperbesar anggaran

    kesehatan guna memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi

    masyarakatnya, pemerintah Turki juga mengimbangi jalannya program HTP

    (Program jaminan kesehatan Turki) dengan menambah sarana dan prasarana

    kesehatan yang dibutuhkan di setiap fasilitas kesehatan terutama fasilitas

    kesehatan primer yang menjadi ujung tombak peningkatan kesehatan

    masyarakat.

    3.2 Saran

    Keberhasilan sebuah program termasuk program JKN bergantung pada

    semua yang terlibat dalam program tersebut, para pelaku dalam program JKN

    harus saling mendukung agar supaya program ini dapat berjalan dengan baik dan

    dapat mencapai tujuannya. Peran Pemerintah juga sangat penting dalam

     pelaksanaan program ini terutama dalam dukungan dana bagi kesehatan yang

    saat ini masih terbilang rendah.Dalam menjalankan program yang bersifat nasional dan berhubungan

    dengan masyarakat luas juga harus didukung oleh sumber data yang valid dan

    terintegrasi untuk memudahkan jalannya program dan proses pengembangannya

    nanti, karena informasi data adalah kunci dari kefektifan program ini. Dilihat

    dari jaminan kesehatan yang diterapkan Negara Turki, mereka bisa berkembang

    secara signifikan tidak hanya didukung oleh Pemerintah yang juga berkomitmen

    untuk meningkatkan kesehatan masyaraktnya tetapi juga didukung oleh sistem

    data yang single identity dimana satu orang individu hanya memiliki satu nomor

    identitas yang terintegrasi dengan semua keperluan pedataan yang berhubungan

    dengan kepentingan Negara, jadi lebih mudah dalam pengelolaan data dan

     pengembangannya.

    Perbaikan infrastruktur dan pemerataan penyedia layanan kesehatan

    dipandang juga harus segera dilakukan oleh pemerintah Indonesia, mengingat

    tidak semua wilayah Indonesia masyarakatnya mempunyai tingkat akses ke

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    22/23

     

    19

     pelayanan kesehatan yang sama, masyarakat di daerah terpencil tidak memiliki

     banyak pilihan untuk berobat, sementara di daerah perkotaan relative fasilitas

    kesehatan sudah banyak, sehingga penggunaan akan lebih sering dan

     pemanfaatan layanan kesehatan dapat diserap secara maksimal

  • 8/16/2019 Fadilah Akbar Filayati 122110101155 ASKES

    23/23

     

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Yandrizal, dkk. 2014.  Analisis Ketersediaan Fasilitas Dan Pembiayaan Kesehatan

     Pada Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Di Provinsi Bengkulu. Bengkulu :

    Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.

    Latar, Rahmadaniaty, dkk. 2014.  Kesiapan Stakeholder Dalam Pelaksanaan Program

     Jamnan Kesehatan Nasional Di Kota Tuai. Tuai : Universitas Hasanudin

    Undang  –   Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentnag Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta : Kementrian Hukum dan Hak Asasi

    Manusia

    Peraturan Prseiden Nomor 111 tahun 2013. Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden

     Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta : Kementrian Hukum

    Dan Hak Asasi Manusia

    Menon, Rekha, dkk. 2013, Turkey’s Green Card Program for the Poor , Washington

    DC, The World Bank

    Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013. Tentang Pelayanan Kesehatan

    Pada JKN. Jakarta : Kementrian Kesehatan

    Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Standar Tarif Pelayanan

    Keehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan

    Tingktat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.