Top Banner

of 76

F14fga

Jul 06, 2018

Download

Documents

Den Bagus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/17/2019 F14fga

    1/76

     

    ANALISIS STRUKTUR JALAN LAYANG TOLBOGOR OUTER RING ROAD  (BORR) SEKSI IIA

    (P6-P12) TERHADAP GEMPA 

    FRICILIA GAZELA

    DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2014

  • 8/17/2019 F14fga

    2/76

     

  • 8/17/2019 F14fga

    3/76

     

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA 

    Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judulAnalisis Struktur Jalan Layang Tol Bogor Outer Ring Road  (BORR) Seksi IIA (P6-

    P12) terhadap Gempaadalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen

    Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan

    tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

    diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

    dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

    Pertanian Bogor.

    Bogor, Juni 2014

     Fricilia Gazela

     NIM F44100056

  • 8/17/2019 F14fga

    4/76

     

    FRICILIA GAZELA. ANALISIS STRUKTUR JALAN LAYANG TOL BOGOR

    OUTER RING ROAD (BORR) SEKSI IIA (P6-P12) TERHADAP GEMPA.

    Dibimbing oleh MUHAMMAD FAUZAN, S.T.,M.T. 2014

    Jalan layang merupakan salah satu solusi relevan untuk mengatasi kemacetanyang sering terjadi di kota-kota besar. Jalan layang tol BORR seksi IIA

    (Kedunghalang-Kedungbadak) span P6-P12 merupakan objek penelitian analisis

    struktur terhadap beban gempa yang dianalisis dengan permodelan pada CSI Bridge

    v.15 dengan data sekunder yang didapat dari kontraktor utama dan mengacu pada

     peraturan-peraturan seperti RSNI T-02-2005, RSNI T-12-2004, SNI 03-1725-1989,

    SNI 2833-2008, RSNI 03-1726-2010 dan Peta Zonasi Gempa Indonesia 2010.

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret –  Mei 2014 di Departemen Teknik Sipil

    dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor dan bertujuan untuk menganalisa

    struktur jembatan terhadap gempa. Hasil penelitian menunjukan bahwa kapasitas

    nominal jembatan aman terhadap pembebanan ultimit yang telah dimasukkan faktor

    gempa yaitu ϕMn = 23003.18 kNm ≥ Mu = 19768.5094 kNm, ϕVn = 4418.796 kN≥ Vu  = 4418.796 kN  dan ϕTc = 60851.21 kNm ≥  = 46688. 56 kNm. Nilaitulangan lentur, tulangan geser, tulangan puntir balok dan tulangan kolom eksisting

    dapat dikatakan aman terhadap faktor gempa berdasarkan Peta Gempa Indonesia

    2010.

    Kata Kunci : Box Girder, CSI Bridge v.15, Gempa, Jembatan

    ABSTRACT

    FRICILIA GAZELA. STRUCTURE ANALYSIS OF BOGOR OUTER RING

    ROAD (BORR) SECTION IIA (P6-P7) AGAINST EARTHQUAKES. Supervised

     by MUHAMMAD FAUZAN, S.T.,M.T. 2014

    Flyovers is one relevant solution to overcome traffic jam is often the case in

     big cities. flyovers BORR section IIA (Kedunghalang-Kedungbadak) P6-P12 span

    is the object of research the analysis of structures against earthquake loads are

    analyzed by modeling the CSI Bridge v.15 with secondary data obtained from the

     prime contractor and refer to such regulations RSNI T-02-2005, RSNI T-12-2004,

    SNI 03-1725-1989, SNI 2833-2008, RSNI 03-1726-2010 dan Peta Zonasi Gempa

    Indonesia 2010. This research was conducted in March-May 2014 in the

    Department of Civil and Environmental Engineering, Bogor AgriculturalUniversity and aims to analyze the bridge structure against earthquakes. Based on

    the result of this research, is obtained that bridge structure are safed under

    earthquake loads that is ϕMn = 23003.18 kNm ≥ Mu = 19768.5094 kNm, ϕVn =4418.796 kN ≥ Vu = 4418.796 kN  and ϕTc = 60851.21 kNm ≥  = 46688. 56 kNm.The value of flexural, shear and torsional reinforcement beam and pier

    reinforcement in existing is safed under earthquake loads based on Peta Gempa

    Indonesia 2010.

    Keywords : Box Girder, CSI Bridge v.15, Earthquakes, Bridge

  • 8/17/2019 F14fga

    5/76

     

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Teknik

     padaDepartemen Teknik Sipil dan Lingkungan

    ANALISIS STRUKTUR JALAN LAYANG TOLBOGOR OUTER RING ROAD  (BORR) SEKSI IIA

    (P6-P12) TERHADAP GEMPA 

    FRICILIA GAZELA

    DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2014

  • 8/17/2019 F14fga

    6/76

     

  • 8/17/2019 F14fga

    7/76

     

    Judul Skripsi : Analisis Struktur Jalan Layang Tol Bogor Outer Ring Road  

    (BORR) Seksi IIA (P6-P12) terhadap Gempa

     Nama : Fricilia Gazela

     NIM : F44100056

    Disetujui oleh

    Muhammad Fauzan, S.T.,M.T. 

    Pembimbing

    Diketahui oleh

    Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

    Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr

    Ketua Departemen

    Tanggal Lulus :

  • 8/17/2019 F14fga

    8/76

     

    PRAKATA

    Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan

    rahmat-Nya, serta shalawat dan salam dihaturkan kepada Muhammad RasulullahSAW sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis

    Struktur Jalan Layang Tol Bogor Outer Ring Road   (BORR) Seksi IIA (P6-P12)

    terhadap Gempa, dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juni 2014. Dengan telah

    selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

     penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1.  Muhammad Fauzan, S.T, M.T, sebagai dosen pembimbing yang telah

    senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan

    skripsi ini.

    2. 

    Staf Tata Usaha Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Pak Atip, Bu

    Dahlia, Pak Udin, serta Staf Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang

    telah membantu penulis dalam hal administrasi.

    3. 

    Orang tua, Ayahanda Zulkifli, Ibunda Suripah (Alm), dan Adik Silvia Juliana

    yang selama ini telah menjadi motivator utama bagi penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    4.  Keluarga besar Makwo Rumani, Ibu Asri, Om Nal dan Uni Rizka yang selalu

    mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5.  Adam Pahlevi Chamsudi, teman satu pembimbing yang selalu mendukung satu

    sama lain untuk segera menyelesaikan skripsinya masing-masing.

    6.  Teman-teman satu angkatan, satu perjuangan, Teknik Sipil dan Lingkungan

    Institut Pertanian Bogor angkatan 47 yang tidak dapat disebutkan satu per satu,

    untuk semua keringat, air mata, canda, haru, dan tawa. SIL WOW!Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan

    kontribusi yangnyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik

    Sipil dan Lingkungan.

    Bogor, Juni 2014

     Fricilia Gazela

  • 8/17/2019 F14fga

    9/76

     

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL v

    DAFTAR GAMBAR v

    DAFTAR LAMPIRAN vi

    PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 2

    Perumusan Masalah 2

    Tujuan Penelitian 2

    Manfaat Penelitian 3

    Ruang Lingkup Penelitian 3

    TINJAUAN PUSTAKA 3

    Jembatan 3

    Beton Prategang 4

    Standar Pembebanan 7

    METODE 14

    Waktu dan Tempat 14

    Alat dan Bahan 14Tahapan Penelitian 15

    HASIL DAN PEMBAHASAN 15

    Input Pembebanan 20

    Hasil Gaya-gaya Dalam 25

    Kontrol Keamanan 27

    Perhitungan Tulangan 28

    SIMPULAN DAN SARAN 31

    Simpulan 31

    Saran 31

    DAFTAR PUSTAKA 31

    LAMPIRAN 33

    RIWAYAT HIDUP 57

  • 8/17/2019 F14fga

    10/76

     

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Berat Jenis untuk Beban Mati (kN/m3) 8

    Tabel 2. Faktor Beban Akibat Beban Angin 10

    Tabel 3. Koefisien Seret 11

    Tabel 4. Penentuan Kelas Situs Tanah 11

    Tabel 5. Faktor Amplifikasi Untuk Periode 0,2 Detik (Fa) 12

    Tabel 6. Faktor Amplifikasi Untuk Periode 1 Detik (Fv) 12

    Tabel 7. Dimensi box girder 16 

    Tabel 8. Dimensi kolom 17

    Tabel 9. Jumlah strand pada setiap tendon 19

    Tabel 10. Kombinasi pembebanan berdasarkan faktor beban SLS 20

    Tabel 11. Kombinasi Pembebanan berdasarkan faktor beban ULS 20

    Tabel 12. Nilai gaya-gaya dalam maksimum kombinasi SLS 25

    Tabel 13. Nilai gaya-gaya dalam maksimum kombinasi ULS 25

    DAFTAR GAMBAR

    1. 

    Konsep Perbedaan Beton Bertulang ( Reinforced Concrete) dan Beton

    Prategang ( Prestressed Concrete) 5

    2. 

    Areal Aoh 7 

    3. 

    Truk “T”  10 

    4. 

    Tipikal Spektrum Respons di Permukaan Tanah Untuk Desain 13

    5.  Peta Respon Spektra Percepatan 0.2 Detik (SS) di Batuan Dasar (SB) untuk

    Probabilitas Terlampaui 2% dalam 5 Tahun 13

    6.  Peta Respon Spektra Percepatan 1.0 Detik (S1) di Batuan Dasar (SB)untuk

    Probabilitas Terlampaui 2% dalam 5 Tahun 14

    7.  Potongan Memanjang Jembatan 16

    8. 

    Potongan Melintang Jembatan 16

    9.  Dimensi Box Girder 17 

    10. Dimensi Pierhead 17 

    11. 

    Penginputan dimensi Pier 18 

    12. 

     Layout tendon pada Pierhead 19 

  • 8/17/2019 F14fga

    11/76

     

    13. Distribusi beban “D” secara transversal 21

    14. Penginputan beban truk “T” 22

    15. 

    Beban tumbukan dari kendaraan arah memanjang 22

    16. 

    Beban tumbukan dari kendaraan arah memanjang 23

    17. Penginputan nilai temperatur 23

    18. 

    Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas

    terlampaui 2% dalam 50 tahun(a); Peta respon spektra percepatan 0,2 detik

    (SS) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50

    tahun(b); Peta respon spektra percepatan 1,0 detik (S1) di batuan dasar (SB)

    untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun(c). 24

    19. 

    Penginputan nilai respon spectrum 24 

    20. Gaya dalam akibat beban sendiri (dead ) 25

    21. Gaya-gaya dalam akibat SLS (envelope) 26

    22. Gaya-gaya dalam akibat ULS (envelope) 26

    23. 

    Tegangan akibat kombinasi SLS 27

    24. Lendutan akibat beban sendiri (dead ) 28

    25. Input data dalam program PCACOL 30

    26. 

    Diagram interaksi kolom penampang (2.5 x 2.5) m 30

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian

    Lampiran 2. Peta Lokasi Proyek yang ditinjau

    Lampiran 3. Kombinasi beban “D” 

    Lampiran 4. Layout tendon Span P6-P7

    Lampiran 5. Tulangan Pier

    Lampiran 6. Tulangan Box Girder  

  • 8/17/2019 F14fga

    12/76

  • 8/17/2019 F14fga

    13/76

     

    PENDAHULUAN

    Dewasa ini, transportasi dan ekonomi adalah dua hal yang tidak dapatdipisahkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di suatu negara, khususnya

    Indonesia. Keduanya saling berkaitan satu sama lain, terhambatnya kegiatan

    transportasi yang berhubungan dengan keadaan infrastruktur tentu akan berdampak

     pada menurunnya pendapatan secara ekonomi. Begitu pula sebaliknya, maka dari

    itu perlu adanya kesinambungan antara kedua hal ini sehingga pertumbuhan

    ekonomi dapat meningkat.

    Jalan layang merupakan salah satu solusi relevan untuk mengatasi kemacetan

    yang sering terjadi di kota-kota besar. Jalan layang tol BORR (Bogor Outer Ring

     Road ) merupakan solusi yang diberikan oleh pemerintah setempat untuk mengatasi

    kemacetan yang terjadi pada persimpangan jalan yang menjadi akses langsung

    keluar masuk dengan kota-kota di sekitarnya, seperti Jakarta, Sentul, dan Cibinong.Jalan layang tol BORR dibangun mulai dari Kedunghalang hingga Dramaga.

    Jalan layang tol dipilih karena sudah tidak tersedianya lagi lahan di lokasi tersebut

    untuk dijadikan badan jalan, serta untuk menciptakan lalu lintas yang bebas

    hambatan. Proyek pembangunan jalan layang tol BORR tersebut dibagi menjadi 4

    seksi, yaitu seksi I (Sentul  –   Kedunghalang), seksi IIA (Kedunghalang  –  

    Kedungbadak), seksi IIB (Kedungbadak  –   Simpang Yasmin), dan seksi III

    (Simpang Yasmin –  Dramaga). Diharapkan nantinya jalan layang tol BORR akan

    memberikan manfaat besar bagi penduduk Kota Bogor.

    Pembebanan jalan layang tol BORR ini mengacu pada “Standar Pembebanan

    Untuk Jembatan” dalam RSNI T-02-2005 dengan tambahan peraturan mengenai

     beban gempa yang tertuang dalam “Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

    Struktur Bangunan Gedung” SNI 03-1726-2002 dan “Standar Perencanaan

    Ketahanan Gempa Untuk Jembatan” SNI 03-2883-2008.

    Beban gempa merupakan beban yang berbahaya bagi suatu struktur, karena

     beban gempa adalah beban yang memiliki periode sehingga dapat menyebabkan

    struktur bergoyang berulang-ulang. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, maka

    struktur tersebut akan runtuh tergantung dari besarnya beban gempa yang terjadi.

    Seiring dengan berjalannya waktu, percepatan batuan dasar dari gempa-gempa

     besar yang terjadi, seperti gempa Aceh pada tahun 2004 dan gempa Nias pada tahun

    2005, lebih besar daripada percepatan batuan dasar yang digunakan dalam “Standar

    Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung” SNI 03-1726-2002 khususnya Peta Zonasi Gempa Indonesia 2002, sehingga dikhawatirkan

    kerusakan struktur terjadi tidak hanya pada struktur yang tidak direncanakan tahan

    gempa tetapi juga pada struktur yang direncanakan tahan gempa.

    Selain itu, Peta Zonasi Gempa Indonesia 2002 belum mencantumkan sesar-

    sesar aktif baru di daratan yang sebelumnya tidak terdeteksi dan berpotensi menjadi

    sumber dari gempa-gempa besar di Indonesia. Temuan tersebut menyebabkan PetaZonasi Gempa Indonesia 2002 dinilai sudah tidak sesuai lagi untuk diaplikasikan

    sebagai pedoman perencanaan struktur tahan gempa.

    Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia telah meresmikan “Peta

    Zonasi Gempa Indonesia 2010”, dimana dalam peta zonasi gempa yang baru ini

    telah dimasukkan sesar-sesar aktif di daratan yang sebelumnya tidak dicantumkan

  • 8/17/2019 F14fga

    14/76

     

    2

    di dalam Peta Zonasi Gempa Indonesia 2002 selain zona gempa subduksi

    (pertemuan antar lempeng tektonik) yang memang sudah terdeteksi. Peta baru ini

     juga telah mengacu pada  International Building Code 2006 serta analisis sumber

    gempa tiga dimensi dengan periode ulang 475 tahun dan 2475 tahun untuk  peak

     ground acceleration (PGA), respons spektral percepatan pada batuan dasar periode pendek 0.2 detik dan periode panjang 1 detik.

    Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan analisis struktur jalan

    layang tol BORR dengan menggunakan Peta Zonasi Gempa Indonesia 2010 yang

    dilakukan dengan permodelan komputer yang bertujuan untuk menganalisa dan

    mengevaluasi kekuatan struktur jalan layang tol BORR terhadap gempa dengan

    membandingan gaya dalam akibat kombinasi pembebanan terhadap kapasitas

    nominal dari struktur tersebut.

    Latar Belakang

    Suatu struktur yang dibangun perlu didesain sesuai dengan kriteria standar

     perencanaan serta tahan terhadap beban gempa mengingat Indonesia terletak pada

    zona tektonik yang aktif. Perencanaan struktur tahan gempa sangat penting untuk

    menciptakan struktur yang aman dan terhindar dari kerusakan-kerusakan fatal

    akibat gempa.

    Perumusan Masalah

    Berdasarkan kriteria standar perencanaan dan peta gempa terbaru, perlu

    dilakukan analisis terhadap struktur yang ditinjau dengan mengacu pada Peta

     Hazard Gempa 2010. Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur jalan tol BORR

    seksi IIA P6-P12. Analisis dilakukan dengan membandingkan gaya dalam yang

    terjadi akibat pembebanan terhadap kapasitas nominal dari struktur tersebut.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis struktur jalan layang tol BORR

    seksi IIA P6-P12 terhadap beban gempa dengan

    1. 

    Membandingan gaya dalam akibat kombinasi pembebanan terhadap

    kapasitas nominal dari struktur tersebut.

    2.  Membandingan Tegangan dan Lendutan yang terjadi terhadap RSNI T-

    12-2004

    3.  Membuktikan bahwa penggunaan tulangan eksiting aman terhadap beban

    gempa.

  • 8/17/2019 F14fga

    15/76

     

    3

    Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan

    di bidang teknik sipil dan lingkungan.

    Ruang Lingkup Penelitian

    Berdasarkan referensi, data, dan waktu pelaksanaan penelitian dalam analisis

    dan desain struktur jembatan maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1.  Struktur jembatan yang ditinjau adalah kolom dan box girder P6-P12

    2. 

    Analisis dan perhitungan struktur dilakukan dalam tiga dimensi dengan

    menggunakan beban permanen, beban lalu lintas, dan beban lingkungan berdasarkan peraturan Pembebanan Untuk Jembatan (SNI T-02-2005) dan

    Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SNI T-12-2004)

    3. 

    Analisis gaya-gaya dalam dan desain jembatan dilakukan dengan bantuan software

    CSI Bridge versi 15

    4. 

    Analisis beban gempa dilakukan dengan menggunakan analisis gempa dinamis

    dengan bantuan  software CSI Bridge versi 15 berdasarkan Standar Perencanaan

    Ketahanan Gempa untuk Jembatan (SNI 03-2883-1992) dan Peta  Hazard Gempa

    2010

    5.  Dimensi struktur dan material struktur disesuaikan dengan as built drawing PT.

    Wijaya Karya (Persero) Tbk  

    TINJAUAN PUSTAKA

    Jembatan

    Jembatan merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan

    dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembahyang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang

    melintang tidak sebidang, dan lain sebagainya (Ilham 2010).

    Secara umum struktur jembatan dibagi menjadi tiga bagian yang saling

    menopang satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan sebagai suatu satu

    kesatuan (Ilham 2010), yaitu :

    1.  Struktur Atas (Superstructures)Struktur atas dari suatu jembatan merupakan bagian yang menerima beban

    langsung. Struktur atas jembatan pada umumnya meliputi trotoar,  slab lantai

    kendaraan, gelagar atau  girder , balok diafragma, ikatan pengaku, dan tumpuan

    atau bearing .

  • 8/17/2019 F14fga

    16/76

     

    4

    2.  Struktur Bawah (Substructures)

    Struktur bawah dari suatu jembatan berfungsi untuk memikul seluruh beban

    struktur atas dan beban lain secara vertikal maupun horisontal yang ditimbulkan

    oleh tekanan tanah, gesekan pada tumpuan, dan lain sebagainya yang kemudian

    disalurkan ke pondasi. Selanjutnya, beban-beban tersebut akan disalurkan ke tanaholeh pondasi.

    3.  Pondasi ( Foundation)

    Pondasi dari suatu jembatan berfungsi untuk meneruskan beban jembatan ke

    tanah. Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau  pier  jembatan dapat

    dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain pondasi telapak, pondasi

    sumuran, dan pondasi tiang. 

    Beton Prategang

    Beton memiliki kuat tekan yang tinggi, namun lemah terhadap kuat tarik. Gaya

    tarik yang bekerja tersebut dapat menyebabkan retak (crack ) dan patah. Beton polos

    (unreinforced concrete) hanya dapat digunakan pada kasus material mengalami beban

    tekan atau pada kondisi tegangan tarik yang sangat rendah, sehingga beton perlu

    diperkuat dengan tulangan baja yang memiliki kuat tarik tinggi. Pada beton bertulang,

    retak dan defleksi pada dasarnya tidak dapat kembali apabila komponen struktur

    tersebut telah mencapai kondisi batas pada saat mengalami beban kerja. Karena

    rendahnya kapasitas tarik pada beton, maka retak lentur terjadi pada taraf pembebanan

    yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut,

    gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah longitudinal elemen struktural.

    Gaya ini mencegah berkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau sangat

    mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban

    kerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang

    tersebut. Gaya longitudinal tersebut merupakan gaya prategang, yaitu gaya tekan yang

    memberikan prategangan pada penampang di sepanjang bentang suatu elemen

    struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup transversal atau beban

    hidup horizontal transien (Nawy. 2001).

    Beton prategang adalah beton bertulang yang diberi tegangan dalam untuk

    mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja. Pada beton

     bertulang, tulangan di dalam komponen struktur tidak memberikan gaya dari dirinya

     pada komponen struktur tersebut, suatu hal yang berlawanan dengan aksi baja

     prategang. Baja tendon yang dibutuhkan untuk menghasilkan gaya prategang di dalam

    komponen struktur prategang secara aktif memberikan beban awal pada komponenstruktur, sehingga memungkinkan terjadinya pemulihan retak dan defleksi. Apabila

    kuat tarik lentur beton terlampaui, komponen struktur prategang mulai beraksi seperti

    elemen beton bertulang (Nawy. 2001).

  • 8/17/2019 F14fga

    17/76

     

    5

    Gambar 1 Konsep Perbedaan Beton Bertulang ( Reinforced Concrete) dan Beton

    Prategang ( Prestressed Concrete)

    Sumber : http://ptsindia.net/design_criteria.html . 

    Pada beton prategang, tegangan permanen diberikan di komponen struktursebelum seluruh beban mati dan beban hidup bekerja agar tegangan tarik netto yang

    ditimbulkan oleh beban-beban tersebut dapat dieliminasi atau sangat dikurangi.

    Komponen struktur prategang mempunyai tinggi lebih kecil dibandingkan beton

     bertulang untuk kondisi bentang dan beban yang sama, akibat eliminasi tegangan

    tarik netto yang ditimbulkan oleh beban dengan adanya struktur prategang (Nawy.

    2001).

    Terdapat dua teknik prategang pada beton, yaitu  pre-tensioning dan  post-

    tensioning . Teknik pre-tensioning adalah pemberian tegangan pada tendon sebelum

     beton dicor. Teknik ini pada prinsipnya digunakan untuk konstruksi jembatan bentang pendek yang menggunakan balok jembatan standar. Teknik  post-tensioning

    merupakan pemberian tegangan yang dilakukan setelah beton dicor.

    Perencanaan untuk Kekuatan Lentur

    Tegangan analitis batas baja prategang fps (untuk perhitungan kekuatan batas

    nominal penampang beton prategang) harus diambil tidak melebihi  fpy. Jika tidak

    tersedia perhitungan yang lebih tepat, dan tegangan efektif pada tendon  fpe tidak

    kurang dari 0.5 fpu, tegangan analitis batas baja prategang  fps dalam tendon yang

    terlekat penuh, dapat diambil sebesar:

      1 −γβ

    +

      −

      1

    Jika pengaruh tulangan tekan diperhitungkan pada saat menghitung  fps dengan

     persamaan (1) maka nilai +   − ′ harus diambil tidak kurang dari0.17 dan nilai d’ tidak lebih dari 0.15 d p. 

    Keterangan :

    γ p : faktor yang memperhitungkan jenis tendon prategang, dengan nilai ;

    0.55 untuk ≥0.80 

    0.40 untuk ≥0.85 

    0.28 untuk

    ≥0.90 

    http://ptsindia.net/design_criteria.htmlhttp://ptsindia.net/design_criteria.htmlhttp://ptsindia.net/design_criteria.htmlhttp://ptsindia.net/design_criteria.html

  • 8/17/2019 F14fga

    18/76

     

    6

    β1 merupakan faktor tinggi blok tegangan tekan persegi ekuivalen beban, dimana

    β1 : 0.85 untuk fc’ ≤ 30 MPa

    β1 : 0.85 –  0.008 (fc’ - 30) untuk fc’ ≥ 30 Mpa 

     perencanaan momen lentur harus didasarkan pada :

    Mu ≤ ϕ Mn 2 Nilai ϕ Mn dihitung dengan persamaan

    ϕ Mn 0.8 { − + −   3Jarak antar tulangan ɑ dihitung menggunakan persamaan :

     A ps f  ps + A s  f  y = 0.85 f c’ ab  4

    Perencanaan untuk Tahanan Geser

    Perencanaan tulangan geser harus didasarkan pada

    Vu ≤ ϕVn  5Dimana nilai Vn  adalah kuat geser nominal yang dihitung menggunakan

     persamaan :

    Vn = Vc + Vs  6

    Vc = 0.05   ′ + 5  bw d 7Kuat geser yang disumbangkan oleh beton pada struktur yang dibebani geser dan

    lentur saja dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

    Vc = 1 +  

     bw d 8Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser untuk tulangan geser yang

    tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur dapat dihitung menggunakan

     persamaan :

    Vs =

      9Kontribusi baja terhadap geser dibatasi

    Vc ≤ 0.67 √′  bwd 10

    Perencanaan Untuk Torsi

    Kekuatan puntir balok harus didasarkan pada :

    Tu ≤ ϕTn  11

    Dimana puntir nominal Tn bisa dihitung sebagai penjumlahan dari puntir nominal

    yang disumbangkan oleh beton Tc dan puntir nominal yang disumbangkan oleh

    tulangan Ts dengan rumus : 

    Tn= Tc + Ts 12 

    Dimana :

    (0.3   ′)1+ ′   13Persamaan tersebut digunakan dalam menghitung nilai kekuatan puntir nominal

    tulangan, dengan nilai t = 45° untuk beton non prategang dan t=37.5° untuk beton prategang.

    Untuk sengkang tertutup dapat dihitung :

  • 8/17/2019 F14fga

    19/76

     

    7

    ≤0.2 14

       15Dengan Ao dapat diambil sebesar 0.85 Aoh

    Gambar 2 Areal Aoh 

    Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk menahan puntir dapat

    dihitung menggunakan persamaan 

    A1 ℎ    16

    Desain dan Perhitungan Kolom

    Pengaruh kelangsingan kolom dapat diabaikan untuk komponen struktur tekan tak

     bergoyang apabila dipenuhi :

    ≤ 3 4 − 1 2    17Untuk komponen tekan bergoyang, pengaruh kelangsingan dapat diabaikan apabila

    ≤ 22  18Beberapa persyaratan tulangan memanjang untuk kolom antara lain : memiliki luas

    tidak kurang dari 0.01 Ag  dan tidak melebihi 0.08 Ag, kecuali jika jumlah dan

     penempatan tulangan mempersulit penempatan dan pemadatan beton pada

    sambungan dan persilangan dari bagian-bagian komponen maka batas maksimal

    rasio tulangan perlu dikurangi.

    Rasio tulangan spiral ρs tidak boleh kurang dari :

    ρs0.45 Ag

    Ac − 1

      19 

    Keseimbangan antara gaya-gaya dalam dengan momen dan gaya luar harus

    terpenuhi dengan menggunakan rumus :

     P n = 0.85 f c’ a b + ∑ f  si a st   20

    Standar Pembebanan

    Jenis-jenis beban yang perlu diperhitungkan dalam merancang suatu jembatan

    menurut RSNI T-02-2005 tentang Standar Pembebanan untuk Jembatan adalah

    sebagai berikut :

  • 8/17/2019 F14fga

    20/76

     

    8

    1.  Beban Mati (Dead Load )

    Berat Sendiri

    Berat sendiri struktur, merupakan semua beban tetap yang berasal dari berat

     bangunan dan elemen-elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam halini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural

    ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap. Perhitungan berat

    sendiri dapat dilakukan menggunakan rumus :

    W = wc L A 21

    Keterangan :

    wc  : berat komponen persatuan volume (kN/m3)

     L : bentang jembatan (m)

     A : luas penampang (m2)

     Nilai berat komponen persatuan volume atau berat isi untuk berbagai jenis bahan

    telah tercantum pada RSNI T-02-2005.

    Tabel 1 Berat Jenis untuk Beban Mati (kN/m3)

     No BahanBerat/Satuan isi

    (kN/m³)

    Kerapatan Massa

    (kg/m³)

    1 Campuran Alumanium 26.27 2720

    2 Lapisan permukaan beraspal 22 2240

    3 Besi tuang 71 7200

    4 Timbunan tanah dipadatkan 17.2 1760

    5 Kerikil dipadatkan 18.8-22.7 1920-2320

    6 Aspal beton 22 2240

    7 Beton ringan 12.25-19.6 1250-2000

    8 Beton 22-25 2240-2560

    9 Beton Prategang 25-26 2560-2640

    10 Beton bertulang 23.5-25.5 2400-2600

    11 Timbal 111 11400

    12 Lempung lepas 12.5 1280

    13 Batu pasang 23.5 2400

    14 Neoprin 11.3 1150

    15 Pasir kering 15.7-17.2 1600-1760

    16 Pasir basah 18-18.8 1840-192017 Lumpur lunak 17.2 1760

    18 Baja 77 7850

    19 Kayu (ringan) 7.8 800

    20 Kayu (keras) 11 1120

    21 Air murni 9.8 1000

    22 Air garam 10 1025

    23 Besi tempa 75.5 7860

  • 8/17/2019 F14fga

    21/76

     

    9

    Beban Mati Tambahan (Super imposed Dead Load )

    Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu

     beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan besarnya dapat

     berubah selama umur jembatan. Beban mati tambahan dapat berupa utilitas padasaat pengerjaan jembatan, berat pelapisan kembali permukaan jembatan, parapet,

    trotoar, lampu jembatan, pipa air serta sarana lainnya yang dipikul langsung oleh

     jembatan.

    2.  Beban Hidup (L ive Load )

    Beban hidup terdiri dari semua beban bergerak yang bekerja pada deck

     jembatan. Beban hidup terdiri dari beban kendaraan, kereta, maupun beban pejalan

    kaki. Beban hidup dapat tersebar merata sepanjang deck seperti beban padatnya lalu

    lintas dan beban kereta api yang panjang, ataupun dapat berupa beban terpusat

    seperti beban truk berat tunggal, poros, dan lokomotif. Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur “D” dan beban truk “T”.

    A.  Beban Lajur “D”

    Beban Lajur “D” bekerja pada seluruh lebar lajur kendaraan dan

    menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan rangkaian kendaraan

    yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur “D” yang bekerja tergantung pada lebar

    lajur kendaraan jembatan. Beban lajur D terdiri dari beban terbagi rata (BTR) yang

    digabung dengan beban garis (BGT).

     

    Beban Terbagi Rata (BTR)Beban terbagi rata mempunyai intensitas q (KPa) , dimana besarnya q tergantung

     pada panjang total yang dibebani L seperti berikut :

    ≤ 30 ∶ 9.0   22 > 30 ∶ 9.0 0.5 +   23

    Keterangan :

    q : intensitas BTR dalam arah memanjang jembatan,

    L : panjang total jembatan yang dibebani (meter).

     

    Beban Garis Terpusat (BGT)Beban garis dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah

    lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49.0 kN/m.

    B.  Beban Truk “T”

    Pembebanan truk “T” merupakan kendaraan berat dengan jumlah 3 as. Berat

    dari masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang

    merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai yang dimaksud

    agar mewakili pengaruh roda kendaraan berat. Terlepas dari panjang jembatan atau

    susunan bentang, hanya ada satu kendaraan truk “T” yang bisa ditempatkan pada

  • 8/17/2019 F14fga

    22/76

     

    10

    satu lajur lalu lintas rencana. Kendaraan truk “T” harus ditempatkan ditengah -

    tengah lajur lalu lintas rencana.

    Gambar 3 Truk “T” 

    3.  Beban Angin

    Tabel 2 Faktor Beban Akibat Beban Angin

    Keadaaan Batas

    Lokasi

    Sampai 5km dari pantai

    (m/detik)> 5 km dari pantai (m/detik)

    Daya Layan 30 25

    Ultimit 35 30

    Faktor beban tersebut tidak berlaku untuk jembatan besar atau penting, seperti

    yang ditentukan oleh instansi yang berwenang. Jembatan-jembatan demikian harus

    diselidiki secara khusus akibat pengaruh beban angin, termasuk respons dinamis

     jembatan. Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat pengaruh angin T  EW  

    tergantung kecepatan angin rencana seperti berikut :

    0.0006        24Keterangan :

    Vw : kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau,

    Cw  : koefisien seret,

    A b  : luas koefisien bagian samping jembatan (m2).

  • 8/17/2019 F14fga

    23/76

     

    11

    Tabel 3 Koefisien Seret

    Tipe Jembatan Cw 

    Bangunan atas massif

     b/d = 1.0 2.1

     b/d = 2.0 1.5 b/d ≥ 6.0  1.25

    Bangunan atas rangka 1.2Keterangan

     b : lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran

    d : tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang massif

    *Harga antara b/d bisa diinterpolasi linier

    Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi Cw harus dinaikkan

    sebesar 3% untuk setiap superelevasinya dengan kenaikan maksimum 2.5%

    4.  Beban Gempa

    Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan diatur dalam SNI

    2833:2008. Standar tersebut membahas analisis dinamis dan digunakan untuk

    merencanakan struktur jembatan tahan gempa sehingga kerusakan terjadi setempat

    dan mudah diperbaiki, struktur tidak runtuh dan dapat dimanfaatkan kembali.

    Analisis dinamis diperlukan sebagai verifikasi, bila kinerja struktur terhadap gempa

    tidak diwakili sepenuhnya oleh prosedur perhitungan statis dan semi dinamis. Cara

    spektral moda tunggal dan majemuk dengan atau tanpa pengaruh interaksi tanah

    merupakan perhitungan semi-dinamis. Analisis dinamis dengan cara riwayat waktu

    sering menggunakan rekaman akselerasi gempa dari luar, sehingga perlu

    disesuaikan dengan akselerasi puncak ( Peak Ground Acceleration) untuk wilayah

    gempa yang ditinjau. Pilihan prosedur analisis gempa ergantung pada tipe jembatan, besarnya koefisien akselerasi gempa dan tingkat kecermatan.

    Perencanaan suatu struktur tahan gempa perlu mempertimbangkan faktor

     percepatan puncak (PGA), respon spektra percepatan di batuan dasar untuk perioda

     pendek 0.2 detik (Ss) dan untuk perioda 1.0 detik (S1). Ketiga nilai tersebut dapat

    diperoleh menggunakan peta Hazard gempa Indonesia 2010. Penentuan kelas situs

    tanah (klasifikasi site) merupakan tahapan awal dalam perencanaan beban gempa,

    dengan terlebih dahulu mencari nilai N.

    Σ= Σ= /   25

    Kelas situs tanah dapat ditentukan berdasarkan Peta Hazard Gempa Indonesia 2010

    menggunakan Tabel 4.

    Tabel 4 Penentuan Kelas Situs Tanah

    Kelas Situs Vs (m/detik) N Su (kPa)

    SA (Batuan Keras) >1500 N/A N/A

    SB (Batuan) 750-1500 N/A N/A

    SC (Tanah Keras) 3750-750 >50 >100

    SD (Tanah Sedang) 175-350 15-50 50-100

    SE (Tanah Lunak)

  • 8/17/2019 F14fga

    24/76

     

    12

    Setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3m tanah dengan karakteristik sebagai berikut

    1. Indeks plastis PI > 20

    2. Kadar air w ≥ 40% dan 

    3. Kadar geser niralir Su < 25 kPa

    SF (Tanah khusus) setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik

     berikut :1. Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa mudah likuifikasi, lempung sangat

    sensitif, tanah tersegmentasi rendah.2. Lempung sangat organik atau gambut H > 3m

    3. Lempung berplastisitas sangat tinggi H > 7.5 m dengan PI > 7.5

    4. Lapisan lempung lunak/medium kaku H > 35m dengan Su < 50kPa

    Keterangan : N/A = tidak dapat dipakai

    Sumber : Peta Hazard Gempa Indonesia 2010

    Selanjutnya akselerasi respons spektra puncak dapat dihitung dengan persamaan :

       26

       27

    Keterangan :SMs  : akselerasi respon spektrum puncak periode pendek

    SMl  : akselerasi respon spektrum puncak periode 1 detik

    Ss  : desain parameter akselerasi respon spektra periode pendek

    Sl  : desain parameter akselerasi respon spektra 1 detik

    Fa  : koefisien perioda 0.2 detik

    Fv  : koefisien perioda 1.0 detik

     Nilai-nilai Fa dan Fv untuk berbagai klasifikasi site diberikan pada Tabel di bawah

    ini.

    Tabel 5 Faktor Amplifikasi Untuk Periode 0.2 Detik (Fa)

    Klasifikasi Site  SS 

    SS ≤ 0.25  SS = 0.5 SS = 0.75 SS = 1.0 SS ≥ 1.25 

    Batuan Keras (SA) 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

    Batuan (SB) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

    Tanah Sangat Padat dan Baruan

    Lunak (SC)1.2 1.2 1.1 1.0 1.0

    Tanah Sedang (SD) 1.6 1.4 1.2 1.1 1.0

    Tanah Lunak (SE) 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9

    Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS

    Tabel 6 Faktor Amplifikasi Untuk Periode 1 Detik (Fv)

    Klasifikasi Site  SS 

    SS ≤ 0.1  SS = 0.2 SS = 0.3 SS = 0.4 SS ≥ 0.25 

    Batuan Keras (SA) 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

    Batuan (SB) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

    Tanah Sangat Padat dan Baruan

    Lunak (SC)1.7 1.6 1.5 1.4 1.3

    Tanah Sedang (SD) 2.4 2.0 1.8 1.6 1.3Tanah Lunak (SE) 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4

    Tanah Khusus (SF) SS SS SS SS SS

    (Sumber: RSNI 03-1726-2010)

  • 8/17/2019 F14fga

    25/76

     

    13

    Selanjutnya, untuk mendapatkan parameter spektrum respons desain,

    spektrum percepatan desain untuk perioda 0.2 detik dan perioda 1.0 detik dapat

    diperoleh melalui perumusan berikut ini:

      28   29Keterangan :

    SDs  : spektrum respons percepatan desain untuk perioda 0.2 detik

    SDl  : spektrum respons percepatan desain untuk perioda 1.0 detik

    μ  : konstanta yang tergantung pada peraturan perencanaan bangunan yang

    digunakan

    Selanjutnya, spektrum respons desain di permukaan tanah dapat ditetapkan

    sesuai dengan Gambar 4.

    Gambar 4 Tipikal Spektrum Respons di Permukaan Tanah Untuk Desain

    Gambar 5 Peta Respon Spektra Percepatan 0.2 Detik (SS) di Batuan Dasar

    (SB) untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 5 Tahun

  • 8/17/2019 F14fga

    26/76

     

    14

    Gambar 6 Peta Respon Spektra Percepatan 1.0 Detik (S1) di Batuan Dasar

    (SB)untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 5 Tahun

    Sumber : Peta Hazard Gempa Indonesia 2010

    METODOLOGI 

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian “Analisis Struktur Jalan Layang Tol Bogor Outer Ring Road  

    (BORR) Seksi IIA (P6-P12) Terhadap Gempa” dilaksanakan selama 3 bulan.

    Dimulai pada bulan Maret  –   Mei 2014. Penelitian meliputi pengambilan dan

    analisis data. Lokasi pengambilan data dilakukan di proyek konstruksi jalan layang

    tol BORR seksi IIA, sedangkan analisis data dilakukan di laboratorium struktur

    Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

    Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  • 8/17/2019 F14fga

    27/76

     

    15

    1.   Laptop LENOVO

    2. 

    Program CSI Bridge versi 15

    3.  Auto CAD 2010

    4. 

    Ms.Office 2010 dan Ms. Excel 2010

    5. 

    Data umum jalan layang tol BORR seksi IIA6.   As built drawing (P6-P12)

    Selain data-data teknis, digunakan pula peraturan-peraturan pemerintah yang

     berkaitan dengan penelitian ini. Adapun peraturan-peraturan tersebut, diantaranya:

    1.  RSNI T-02-2005 tentang Standar Pembebanan Struktur Jembatan

    2.  RSNI T-12-2004 tentang Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan

    3. 

    SNI 03-1725-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan

    Jalan Raya

    4. 

    SNI 2833-2008 tantang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

    Jembatan

    5.  Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung

    dan Non Gedung 2010 (RSNI 03-1726-2010)6.  Peta Zonasi Gempa Indonesia 2010

    Tahapan Penelitian

    Penelitian ini diawali dengan permodelan menggunakan software CSI

     Bridge v.15 dan mengacu pada data skunder yang didapat dari PT. Wijaya Karya,

    Tbk. Sedangkan penginputan pembebanan dan respon spektrum gempa mengacu

     pada RSNI T-02-2005 dan SNI 2833-2008. Alur metode penelitian dijelaskan oleh

     bagan alir pada lampiran 1.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis jembatan dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari kontraktor

    utama PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, pembacaan peraturan-peraturan mengenai

     jembatan, perbandingan dengan studi literatur dan kriteria desain jembatan

    kemudian dimodelkan dengan program CSI  Bridge v.15, sehingga jembatan yangakan dianalisis adalah sebagai berikut :

    1.  Tipe jembatan adalah monolit.

    2.  Struktur atas jembatan menggunakan box girder  

    3. 

    Struktur bawah berupa abutment, pier  dan pierhead  

    4.  Material box girder , pier  dan pierhead  adalah beton mutu K-500

    5.  Jembatan mempunyai 2 jalur dengan masing-masing 2 main road (3.5 m) dan 1 bahu jalan (2 m)

    6.  Lebar total jembatan 20.6 m dan panjang 267 m

    7. 

    Jumlah dan pembagian panjang span adalah 6 span (36.6m –  44.3m –  50m –  50m

     –  44.2m –  41.9m)

  • 8/17/2019 F14fga

    28/76

     

    16

    Gambar 7 Potongan Memanjang Jembatan

    Gambar 8 Potongan Melintang Jembatan

    Perencanaan Box Girder dan Kolom

    Tabel 7. Dimensi box girder  

     No DimensiSegmen (m)

    Standar Deviator  Pier

    1 Lebar 10.3

    2 Tinggi 2.6

    3 Panjang 2.75-2.85 1.9 2

    4 Tebal Top Slab (t1) 0.225 0.4

    5 Tebal Bottom slab(t2) 0.2 0.9

    6 Tebal web (t3) 0.3 0.9502

    7 t4 0.225 0.225 0.225

    8 f1 Horizontal 1.295 1.925

    9 f1 Vertikal 0.164 0.164

    10 f2 Horizontal 0.111 0.259

    11 f2 Vertikal 0.26 0.379

    12 f3 Horizontal 0.85 0

    13 f3 Vertikal 0,175 0

    14 f4 Horizontal 0.419 0

    15 f4 Vertikal 0.15 0

    16 L1 2.232 2.232 2.232

    17 L2 2.232 2.232 2.232

    L total = 267 m

    Span 1 = 36.6 m Span 4 = 50 m Span 5 = 44.2 m Span 6 = 41.9 mSpan 3 = 50 mSpan 2 = 44.3 m

    10.3 m 10.3 m

  • 8/17/2019 F14fga

    29/76

     

    17

    Gambar 9 Dimensi Box Girder

    Dimensi pier dan pier head dapat dilihat pada Tabel berikut.

    Tabel 8 Dimensi kolom

     No. DimensiKolom (m)

    Pier

    P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12

    A.  Pier

    1 Penampang Atas 2.5 x 2.5

    2 Penampang Bawah 2.5 x 2.5

    3 Tinggi 6.3 6.3 11.05 7.3 7.3 7.37 6.43

    B.  Pier Head

    1 Penampang Atas 20.6 x 2.5

    2 Penampang Bawah 2.5 x 2.5

    3 Tinggi 4

    Gambar 10 Dimensi Pierhead

  • 8/17/2019 F14fga

    30/76

     

    18

    Gambar 11 Penginputan dimensi Pier

    Spesifikasi material girder dan kolom

    Beton K-500

      Kuat tekan karakteristik kubus usia 28 hari = 50 MPa

      Kuat tekan karakteristik silinder usia 28 hari, f`c = 0.83 x50 = 41.5 MPa

      Modulus elastisitas 4700√ 41.5  = 30277.632 MPa = 30277632 kN/m2   Poissons’s ratio  = 0.20

      Modulus geser = 12615680 kN/m2 

      Koefisien muai suhu = 1.170E-05 /oC

      Berat spesifik = 25 kN/m3 

     

    Massa spesifik = 2.5493 kg

    Struktur Tendon

      Dimensi Tendon

    Struktur box girder   bersifat segmental dan hollow (berongga), maka

    diperlukan tendon untuk menghubungkan satu sama lain sekaligus sebagai

     pengganti fungsi tulangan dalam menahan beban seperti konstruksi pada umumnya.

    Tendon terdiri dari beberapa  strand   yang nantinya akan dimasukkan ke dalam

    lubang-lubang di sekeliling dinding segmen maupun di antara rongga segmen.

    Tendon yang berada di dalam dinding disebut tendon  internal  yang dilapisi oleh

  • 8/17/2019 F14fga

    31/76

     

    19

    ducting , sedangkan tendon yang berada di antara rongga segmen disebut tendon

    eksternal  yang dilapisi oleh pipa HDPE. Tidak semua tendon tersebut nantinya akan

    diikat pada  pierhead , tetapi ada beberapa yang diikat pada deviator segment .

    Jumlah tendon dalam 1  span  bervariasi mulai dari 6  –  14 buah tendon termasuk

    tendon internal dan eksternal , sedangkan diameter tendon tergantung jumlah strandyang dimasukkan mulai dari 700 –  3080 mm2. Berikut adalah posisi dari titik-titik

    lubang tendon serta jumlah masing-masing strand  di dalamnya

    Tabel 9 Jumlah strand  pada setiap tendon

    Gambar 12  Layout tendon pada Pierhead

    TUT(A-D) TUB(A-DTUB(E-F) T1 T2 T3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 C4 C5

    1 P6-P7 5 7 19 19 19 19 19 19 19 19 15 22

    2 P7-P8 5 7 12 19 19 22 19 19 19 19 19 19 22 223 P8-P9 5 12 12 19 19 19 19 19 19 19 19 19 22 22

    4 P9-P10 5 12 12 19 19 19 19 19 19 19 19 19 22 22

    5 P10-P11 5 12 12 19 19 22 19 19 19 19 19 19 22 22

    6 P11-P12 5 7 19 19 15 22

    TST(A-D) TSB(A-D) TSB(E-F) T1 T2 T3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 C4 C5

    1 P6-P7 5 7 19 19 19 19 19 19 19 19 15 22

    2 P7-P8 5 7 12 19 19 22 19 19 19 19 19 19 22 22

    3 P8-P9 5 12 12 19 19 19 19 19 19 19 19 19 22 22

    4 P9-P10 5 12 12 19 19 19 19 19 19 19 19 19 22 22

    5 P10-P11 5 12 12 19 19 22 19 19 19 19 19 19 22 226 P11-P12 5 7 19 19 15 22

    Eksternal

    Jumlah Strand

     No Span

    A.Kedunghalang

    B.Kedungbadak 

    Internal

  • 8/17/2019 F14fga

    32/76

     

    20

      Material Tendon• Modulus elastisitas  = 1.97E+06 kg/cm2 

    • Breaking Stress  = 19000 kg/cm2 

    • Area (luas penampang) = 1.4 cm2~ 0.6 inch/m2 

    • UTS (Ultimate Tensile Strength) = 26.60 ton

    Input Pembebanan

    Jalan layang tol BORR didesain dengan umur rencana 100 tahun karena merupakan

    tipe jembatan khusus sehingga beban yang bekerja di jembatan dikombinasikan

    dengan nilai faktor beban :

    Tabel 10 Kombinasi pembebanan berdasarkan faktor beban SLS

     Nama

    Kombinasi

    Aksi Permanen Aksi Transien Aksi Khusus

    SW SDL PS D T BF TL WF EQ-X EQ-Y IF

    SLS-1a 1 1 1 1 1 1

    SLS-1b 1 1 1 1 1 1

    SLS-2a 1 1 1 1 1 1 0.7

    SLS-2b 1 1 1 1 1 1 0.7

    SLS-2c 1 1 1 0.7 0.7 1 1

    SLS-2d 1 1 1 0.7 0.7 1 1

    SLS-3a 1 1 1 1 1 0.7 1

    SLS-3b 1 1 1 1 1 0.7 1

    SLS-3c 1 1 1 0.7 0.7 1 1SLS-3d 1 1 1 0.7 0.7 1 1

    SLS-4a 1 1 1 1 1 1

    SLS-4b 1 1 1 1 1 1

    Tabel 11 Kombinasi Pembebanan berdasarkan faktor beban ULS

     Nama

    Kombinasi

    Aksi Permanen Aksi Transien Aksi Khusus

    SW SDL PS D T BF TL WF EQ-X EQ-Y IF

    ULS-1a 1.2 1.3 1 1.98 1.98 1.32

    ULSb-1b 1.2 1.3 1 1.98 1.98 1.32

    ULS-1c 1.2 1.3 1 1.98 1.98 1.32

    ULS-1d 1.2 1.3 1 1.98 1.98 1.32

    ULS-2a 1.2 1.3 1 1.32 1.32

    ULS-3a 1.2 1.3 1 1 0.3

    ULS-3b 1.2 1.3 1 0.3 1

    ULS-4a 1.2 1.3 1 1.98 1.98  1

    ULS-4b 1.2 1.3 1 1.98 1.98 1Keterangan:

    SW : Self Weight (Berat Sendiri)

    SDL : Self Dead Load (Beban Mati Tambahan)

    PS : Prestress (Beban Prategang)

  • 8/17/2019 F14fga

    33/76

     

    21

    D : Beban Lajur “D”

    T : Beban Truk “T”

    BF : Breaking Force (Gaya Rem)

    TL : Temperature Load (Pengaruh Suhu)

    WF : Wind Force (Gaya Angin)

    EQ-X : Earth Quake-X (Beban Gempa terhadap sb.X)EQ-Y : Earth Quake-Y (Beban Gempa terhadap sb.Y)

    IF : Impact Force (Gaya Tumbukan) 

    Besarnya nilai beban-beban yang terjadi dapat dijabarkan dengan contoh

     perhitungan berikut

    1.  Beban mati

      Box girder (Wc = 25 kN/m3)

    Ag = 4.99 m2

    Berat Girder = Ag x Wc x L

    = 4.99 m2 x 25 kN/m3  x 267 m

    = 33308.25 kN  Pier dan Pierhead

    Berat Pier dan Pierhead = (75.99 m2 x 2.5 m) x 25 kN/m3 

    = 4749.37 kN

    2.  Beban Mati Tambahan

      Parapet (beban garis)

    Ag = 0.48 m2 

    Berat parapet = Ag x Wc x L= 0.48 m2  x 25 kN/m3 x 267 m

    = 3204.00 kN/m

    3. 

    Beban Lajur “D”   Beban terbagi rata ( q )

    Terdiri dari 61 kombinsai secara longitudinal (lampiran 3) dan 3 kombinasi

    secara transversal, dengan jarak intensitas beban sebagai berikut :

    Gambar 13 Distribusi beban “D” secara transversal 

    Total kombinasi adalah 183 kombinasi dengan nilai q terbesar adalah 8.18 kN

    dan nilai q terkecil adalah 5.00 kN. beban ini dimasukkan dalam bentuk beban garis

    ke dalam program CSI Bridge sehingga dikali dengan lebar jalur.

      Beban garis (p)

     p = intensitas p x lebar jalur

  • 8/17/2019 F14fga

    34/76

     

    22

    = 49 kN/m x 3.5 m

    = 171.50 kN

    Beban p dimasukan dalam bentuk beban titik kedalam program CSI  Bridge 

    sehingga dikalikan lebar jalur dan dikalikan faktor dinamis senilai 1.4.

    4.  Beban Truk “T” , beban truk yang digunakan adalah truk 50 ton = 500kN 

    Gambar 14 Pengin putan beban truk “T” 

    5. 

    Gaya Rem (beban titik)

      Gaya rem total= beban lajur”D” tertinggi x lebar lajur x panjang jembatan

    x 5 %

    = 8.18 kN/m2 x 3.5 m x 267 m x 5%

    = 382.21 kN

      Gaya rem per kolom =

     = 229.33 kN

    6.  Beban Tumbukan

      Skenario 1IF-x = cos 10° x 100 kN

    =98.48 kN

    IF-y = sin 10° x 100 kN

    = 17.36 kN

    Gambar 15 Beban tumbukan dari kendaraan arah memanjang

  • 8/17/2019 F14fga

    35/76

     

    23

      Skenario 2

    IF-y = sin 10° x 100 kN

    = 17.36 kN

    IF-x = cos 10° x 100 kN

    =98.48 kN

    Gambar 16 Beban tumbukan dari kendaraan arah memanjang

    7. 

    Temperatur

    Gambar 17 Penginputan nilai temperatur

    8. 

    Beban AnginCw  = 1.25

    Vw  = 25 m/s

    Ab = 1009.36 m2 

      Tew total = 0.0006 ( 1.25 ) ( 25 m/s )2 ( 1009.36 m2)

    = 473.14 kN

      Tew per 5 kolom = 94.63 kN

    9.  Beban Gempa

    Jalan layang tol BORR ini merupakan tipe jembatan khusus yang harus

    didesain dengan umur rencana 100 tahun. Oleh karena itu, pembebanan gempa yang

    dilakukan pun dikonversi menjadi 100 tahun dari data yang ada.

  • 8/17/2019 F14fga

    36/76

     

    24

    Gambar 18 Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar (SB) untuk

     probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun(a); Peta respon spektra percepatan 0.2 detik (SS) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas

    terlampaui 2% dalam 50 tahun(b); Peta respon spektra percepatan

    1.0 detik (S1) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui

    2% dalam 50 tahun(c). 

    Gambar 19 Penginputan nilai respon spectrum

  • 8/17/2019 F14fga

    37/76

     

    25

    Hasil Gaya-gaya Dalam

    Gambar 20 Gaya dalam akibat beban sendiri (dead )

    Kontrol perhitungan manual (contoh perhitungan pada span 3) :

     

    M girder (manual) =  qgirder  x (L span3)2 =  124.74 kN/m x (47.5 m)2 = 35179.17 kNm

      M girder (program) = Mmax + Mmin 

    = 26061.73 kNm + 11505.61 kNm

    = 37567.34 kNm

      M girder (program) ≈ M girder (manual) 

    Gaya Dalam Akibat Kombinasi

    Tabel 12 Nilai gaya-gaya dalam maksimum kombinasi SLS

    Tipe

    Kombinasi P (kN)

    V2

    (kN)

    V3

    (kN) T (kNm)

    M2

    (kNm)

    M3

    (kNm)

    SLS-4a

    -

    4013.92 6698.60 40.38

    -

    2103.15 9.80

    -

    39192.24

  • 8/17/2019 F14fga

    38/76

     

    26

    Gambar 21 Gaya-gaya dalam akibat SLS (envelope)

    Tabel 13 Nilai gaya-gaya dalam maksimum kombinasi ULS

    Tipe

    Kombinasi P (kN)

    V2

    (kN)

    V3

    (kN)

    T

    (kNm)

    M2

    (kNm)

    M3

    (kNm)

    ULS-4a -4013.92 8854.14 -40.38

    -

    3548.00 9.80

    -

    59849.17

    Gambar 22 Gaya-gaya dalam akibat ULS (envelope)

    Hasil gaya-gaya dalam maksimum ULS dan SLS pada kombinasi 4a adalah

    sama, dimana aksi tetap dikombinasikan dengan aksi transien (beban”D”) dan aksi

  • 8/17/2019 F14fga

    39/76

     

    27

    khusus (tumbukan). Namun, nilai gaya-gaya dalam akibat kombinasi ULS lebih

     besar dibandingkan dengan kombinasi SLS. Hal ini dikarenakan kombinasi ULS

    dikalikan dengan faktor pembebanan. Oleh karena itu, nilai kombinasi ULS

    digunakan untuk mendesain tulangan dan nilai kombinasil SLS digunakan untuk

    mendesain tendon.

    Kontrol keamanan

    1.  Kontrol tegangan

    Tegangan ijin pada jembatan ini adalah

      Saat tertekan = 18.675 Mpa =18675 kN

      Saat tertarik = 3.221 Mpa =3221 kN

    Gambar 23 Tegangan akibat kombinasi SLS

    Berdasarkan grafik yang ditunjukan diatas, hasil tegangan saat tarik adalah

    6790.22 kN. Hal ini menunjukan terjadinya tegangan tarik yang berlebihan

    dibeberapa titik yaitu pada jarak 79.37 m –  112. 78 m dengan tegangan tarik terbesar

    6790.22 kN. Jarak 150.24 m  –  161.62 m dengan tegangan tarik terbesar 6095.29

    kN dan 197.19 m –  208.59 m dengan tegangan tarik terbesar 5415.94 kN. Hal ini

    dapat diatasi dengan penggeseran letak angkur dan pelebaran area blister. Tegangan

    saat tertekan menghasilkan nilai sebesar 17671.44 kN dan menunjukan bahwa

    struktur jembatan aman terhadap keruntuhan tekan dan hasil tegangan beradadibawah tegangan yang diijinkan berdasarkan SNI T-12-2004.

    2.  Kontrol Lendutan

    Lendutan yang diijinkan pada bentang jembatan 41900 mm adalah 52.37 mm

    (SNI T-12-2004), sedangkan lendutan maksimum yang terjadi pada permodelan

     jembatan berikut ini adalah 15.98 mm, sehingga jembatan ini dapat dikatakan kaku.

  • 8/17/2019 F14fga

    40/76

     

    28

    Gambar 24 Lendutan akibat beban sendiri (dead )

    Perhitungan Tulangan

    Girder

    Tulangan lentur negatif

    Mu = 19768.50 kNm

    Diameter tulangan lentur adalah 13 dengan jumlah 118 buah, sehingga :

      As =  3.14 13118 15654.47 ² 

      Tegangan baja prategang pada kekuatan nominal menggunakan persamaan

    (1)

    fps fpu 1 − 0.400.758 [0.000289 186041.5 + 26002550 1.2463 ×10⁻⁴] = 1859.9 Mpa

      Jarak garis sejajar sumbu netral pada kondisi batas akibat beban yangdiperhitungkan menggunakan persamaan (4)

    ɑ 2800mmx1859.9MPax15654.47mmx400 MPa

    0.85 41.5 3800  = 85.56 mm

      Kekuatan momen nominal lentur menggunakan persamaan (6) dengan nilai

    ϕ=0.80 dapat dijabarkan sebagai berikut :

    ϕMn 0.8 2800 1859.9 {2550 − . + 15654.47 400 2550 − .  = 23003.18 kNm

    ϕMn = 23003.18 kNm ≥ Mu = 19768.50 kNm (OK, memenuhi syarat)Tulangan Geser

      Ag  = 4989362mm2 

      d = 2550 mm

       bw  = 300mm

     

    Vu = 4418.796 kN Nu  = 866.92 kN

  • 8/17/2019 F14fga

    41/76

     

    29

      Kuat geser yang disumbangkan oleh beton dengan ϕ = 0.70

    Vc = 1 + . √ . 300 2550  ϕVc = 570.78 kN

    Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa tahanan geser yangdisumbangkan oleh beton masih lebih kecil dibandingkan gaya geser ultimit yang

    terjadi, sehingga diperlukan tulangan geser.

    Kuat geser nominal tulangan yang diperlukan :

    4418.79 − 570.78 0.70  V  s = 5497.15 kN

    Luas tulangan geser yang diperlukan berdasarkan persamaan (8)

      . 1085.75 mm2 

    Digunakan tulangan dengan diameter 19, sehingga :

    ² .  . ² 3.83 ~ 4 tulanganJumlah tulangan eksisting = 4 (OK)

    ϕVn = 4418.79 kN ≥ Vu = 4418.79 kN  dan (OK, memenuhi syarat)Tulangan torsi

    Tu = 46688. 56 kNm

     Nilai f  pe diasumsikan 1034 MPa

    Girder dianggap sebagai penampang berongga dinding tipis, sehingga besar

    modulus puntir J t = 2 Am bw 

     J t  = 2 x 4989362 mm2 x 2850 mm

    = 28439363400 mm3

    28439363400 mm³(0.3√ 41.5 ) 1 + .  = 86930.32 kNm

    ϕTc  = 60851.21 kNm

    ϕTc = 60851.21 kNm ≥  = 46688. 56 kNm (OK, memenuhi syarat)Hal diatas menunjukan bahwa beton cukup kaku untuk menahan torsi.

    Kolom

    Perhitungan kolom dilakukan dengan penampang yang memiliki luas

     penampang paling kecil sehingga tulangan dapat masuk ke penampang paling kecil

    dan mampu menopang gaya-gaya yang terjadi. Berikut adalah contoh data yang

    dimasukkan ke dalam program PCACOL dan hasil diagram interaksinya :

  • 8/17/2019 F14fga

    42/76

     

    30

    Gambar 25 Input data dalam program PCACOL

    Gambar 26 Diagram interaksi kolom penampang (2.5 x 2.5) m

    Pada Gambar 26 dapat diketahui bahwa momen yang terjadi pada kolom masih

     berada di area tekan, sehingga struktur kolom dikatakan aman terhadap kombinasi

     beban P dan My yang bekerja. Berdasarkan hasil dari penggunaan perangkat lunak

    PCACOL tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan tulangan dengan diameter

    19 pada eksisting dapat dikatakan aman terhadap faktor gempa berdasarkan Peta

    Gempa Indonesia 2010

  • 8/17/2019 F14fga

    43/76

     

    31

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Jalan

    Layang Tol BORR seksi IIA span P6-P12 memiliki :

    1.  Perbandingan gaya dalam maksimum akibat kombinasi pembebanan

    terhadap kapasitas nominal memenuhi syarat untuk jembatan tahan gempa

    yaitu ϕMn = 23003.18 kNm ≥ Mu = 19768.50 kNm, ϕVn = 4418.79 kN ≥ Vu = 4418.79 kN  dan ϕTc = 60851.21 kNm ≥  = 46688. 56 kNm.

    2.  Kontrol keamanan terhadap parameter tegangan tarik dan tekan, struktur

     jembatan mengalami tegangan tarik berlebihan pada beberapa titik dengan

    nilai maksimal sebesar 6790.22 kN. Hal ini dapat diatasi dengan

    memindahkan letak angkur atau memperluas area blister. Sedangkan

    lendutan maksimum sebesar 15.98 mm dan menunjukan bahwa jembatan

    kaku.

    3. 

    Dari perhitungan tulangan yang dilakukan nilai tulangan lentur, tulangan

    geser, tulangan puntir balok dan tulangan kolom eksisting dapat dikatakan

    aman terhadap faktor gempa berdasarkan Peta Gempa Indonesia 2010.

    Saran

    Beberapa saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :

    1.  Analisis mengenai Struktur ini perlu dilanjutkan dengan metode pushover

    analysis agar mengetahui sendi plastis yang terbentuk pada jembatan.

    2.  Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan pengambilan keputusan

    dalam perawatan jembatan bagi pemerintah Bogor.

    DAFTAR PUSTAKA

    [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1989. SNI T-03-1732-1989. Tata Cara

    Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya. Jakarta (ID) : BSN

    [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1989. SNI T-03-1725-1989. Tata Cara

    Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya. Jakarta (ID) : BSN

    [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004. SNI T-12-2004. Perencanaan struktur

     beton untuk jembatan. Jakarta (ID) : BSN

    [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI T-02-2005. Standar pembebanan

    untuk jembatan. Jakarta (ID) : BSN

  • 8/17/2019 F14fga

    44/76

     

    32

    [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Perencanaan Ketahanan

    Gempa untuk Jembatan (SNI 2833:2008). Jakarta.: BSN

    [PU] Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Peta Hazard Gempa Indonesia. Jakarta

    (ID): PU

    Chen Wai-Fah, Lian Duan. 2000. Bridge Engineering 1 Handbook. Washington DC(US) : CRC Press LLC

    Muharram, R. 2014. Jembatan Gantung (Suspension Bridge) [diktat]. Fakultas

    Teknik. Tasikmalaya (ID) : Universitas Siliwangi

     Nasution, N. 2013. Pengertian Jalan Layang dan Jalan Layang Penting di Indonesia

    [Artikel]. Yogyakarta (ID).

     Nawy EG. 2001. Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar Ed ke-3. Jakarta :

    Erlangga.

    Palmiyanto, H. M. 2003. Perbandingan Hasil Analisa Konsentrasi Tegangan pada

    Plat Berlubang Akibat Beban Tarik dengan Menggunakan Metode Elemen

    Hingga dan Kajian Eksperimen. Akademi Teknologi Warga Surakarta:

    SurakartaRombach, G. Precast Segmental Box Girder Bridges with External Prestressing .

    Technical University Hamburg-Harburg: Germany

    Supriyadi, Bambang dan Agus Setyo Muntohar. 2000. Jembatan. Fakultas Teknik

    Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

    Veronica S. 2013. Analisis dan desain jembatan  frame , kolom “v” box girder ,

    dengan mempertimbangkan beban gempa [skripsi]. Bogor (ID): Institut

    Pertanian Bogor

    Wildensyah, I. 2012. Sisi Lain Arsitektur, Teknik Sipil, dan Lingkungan. Penerbit

    Alfabeta: Bandung

    Ratnasari Y. 2014. Analisis struktur P106-P107 (sta.7+388.50 ~ sta.7+424.25)Jalan bebas hambatan tanjung priok Seksi E2-A terhadap beban gempa

    [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

  • 8/17/2019 F14fga

    45/76

     

    33

    LAMPIRAN 1. 

    Diagram Alir Penelitian

  • 8/17/2019 F14fga

    46/76

  • 8/17/2019 F14fga

    47/76

     

    35

    Mulai

    Program CSI Bridge

    Permodelan

    Struktur

    Input

    Pembebanan

    Input

    Spektrum Gempa

    Gaya Dalam

    Mu ≤ ϕ Mn 

    Vu ≤ ϕ VnTu ≤ ϕ Tn

    Desain

    Ulang

    Tulangan

    Aman

    Penyusunan Laporan

    Selesai

    Tidak

    Ya

  • 8/17/2019 F14fga

    48/76

  • 8/17/2019 F14fga

    49/76

     

    37

    LAMPIRAN 2.

    Peta lokasi proyek yang ditinjau

  • 8/17/2019 F14fga

    50/76

  • 8/17/2019 F14fga

    51/76

     

    39

  • 8/17/2019 F14fga

    52/76

  • 8/17/2019 F14fga

    53/76

     

    41

    LAMPIRAN 3.

    Kombinasi beban “D” 

  • 8/17/2019 F14fga

    54/76

  • 8/17/2019 F14fga

    55/76

     

    43

  • 8/17/2019 F14fga

    56/76

     

    44

  • 8/17/2019 F14fga

    57/76

     

    45

  • 8/17/2019 F14fga

    58/76

     

    46

  • 8/17/2019 F14fga

    59/76

     

    47

  • 8/17/2019 F14fga

    60/76

     

    48

  • 8/17/2019 F14fga

    61/76

     

    49

  • 8/17/2019 F14fga

    62/76

     

    50

  • 8/17/2019 F14fga

    63/76

     

    51

    LAMPIRAN 4.

     Layout  tendon span P6-P7

  • 8/17/2019 F14fga

    64/76

  • 8/17/2019 F14fga

    65/76

     

    53

    LAMPIRAN 5.

    Tulangan pier

  • 8/17/2019 F14fga

    66/76

  • 8/17/2019 F14fga

    67/76

     

    55

    LAMPIRAN 6.

    Tulangan Box Girder

  • 8/17/2019 F14fga

    68/76

  • 8/17/2019 F14fga

    69/76

  • 8/17/2019 F14fga

    70/76

  • 8/17/2019 F14fga

    71/76

  • 8/17/2019 F14fga

    72/76

  • 8/17/2019 F14fga

    73/76

  • 8/17/2019 F14fga

    74/76

    11 T1 D13-200 5 T2 D13 23 T3 D13-200 5 T2 D13

    15 T4 D13-20029 T5 D16-100

    12 T7 D13-200

    7 T8 D13

    25 T9 D13-200

    29 T10 D16-10015 T11 D13-200 15 T12 D13-200 7 T8 D13

        8    W    1    D    1    6  -    2

        0    0

        8    W    2    D    1    6  -    2

        0    0

        8    W    1    D    1    6  -    2

        0    0

        8    W    2    D    1    6  -    2

        0    0

    15 W3 D19-200 15 W3 D17 B1 D16-200

    15 B3 D13-200

    2 B2 D16 2 B2 D16

    17 B4 D16-200

    15 B6 D13-200

    4 B5 D16

    15 B7 D13-200

    4 B5 D16

    15 B7 D13-200

    29 T5 D16-100

    15 T6 D13-200 15 T12 D13-200

    T13 D10-200

    2 T14 D10

    B8 3 D19

    B9 2 D22

    S1 2 D16

    S2 2 D16S5 2 D16

    S1 2 D16

    S2 2 D16

    S3 2 D16

    S4 2 D16

    B8 3 D19

    B9 2 D22

  • 8/17/2019 F14fga

    75/76

  • 8/17/2019 F14fga

    76/76

     

    57

    RIWAYAT HIDUP

    Fricilia Gazela lahir di Palembang, 24 April 1992 dari Ayah Zulkifli dan Ibu

    Suripah (alm), sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai

     pendidikan di SDN 39 Tj. Aur Padang (1998-2004), kemudian melanjutkan ke

    SLTPN 7 Teluk Kuantan (2004-2007). Penulis menamatkan SMA pada tahun 2010

    dari SMAN 1 Teluk Kuantan dan pada tahun yang sama diterima di Institut

    Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Riau. Penulis memilih

    Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Departemen Teknik Sipil dan

    Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.

    Selama masa kemahasiswaan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan seperti

    menjadi panitia ICEF 2012, panitia Pekan Orientasi Mahasiswa Baru SIL

    (PONDASI) dan Bendahara Departemen Riset dan Teknologi HIMATESIL

     periode 2013-2014. Penulis juga telah melaksanakan kegiatan Praktik KerjaLapangan pada tahun 2013 di PT. Total Bangun Persada, Tbk dengan judul laporan

    Quality Control  pada Proyek Green Bay PT. Total Bangun Persada, Tbk Muara

    Karang Pluit, Jakarta. Penulis memiliki minat dalam bidang rekayasa struktur dan

    infrastruktur sehingga memutuskan untuk mengambil topik penelitian mengenai

    analisis struktur.