EXECUTIVE SUMMARY 1. Latar Belakang Salah satu komoditas pertanian yang dapat diolah menjadi komoditas produk yang mempunyai nilai tambah yang cukup besar adalah tanaman kelapa sawit yang merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman di Indonesia yang sangat berkembang dan ditingkatkan nilai tambah produknya secara optimal. Kelapa sawit kemudian dikembangkan menjadi produk unggulan sektor perkebunan, apalagi permintaan pasar dunia untuk produk ini sangat tinggi. Kelapa sawit menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan dasar minyak goreng dan bahan campuran sabun mandi, mentega, bahan cat, dan lain-lain. Setelah banyak ditanam di Sumatera Utara, kelapa sawit kemudian merambah ke Sumatera Barat. Selain karena alasan ketersediaan minyak bumi yang terbatas, pengembangan produk olahan kelapa sawit (Biodiesel), juga diarahkan pada sifat bahan bakunya yang dapat diperbaharui. Disamping itu, produksi gas hasil pembakarannya, yakni karbon dioksida CO 2 di atmosfer yang berlebihan bersifat merusak lingkungan dengan efek rumah kaca yang ditimbulkannya. Dengan memanfaatkan minyak tumbuhan sebagai bahan bakar, maka pembentukan CO 2 baru di atmosfer diperkirakan hampir tidak ada. Hal ini disebabkan CO 2 hasil pembakaran dari biodiesel akan dikomsumsikan kembali oleh tanaman baru untuk kebutuhan proses fotosintesisnya (siklus karbon). Selain mereduksi efek rumah kaca, penggunaan Biodiesel juga akan meningkatkan kualitas udara lokal dengan mereduksi emisi gas berbahaya, seperti karbon monooksida (CO), ozon (O 3 ), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO 2 ), dan hidrokarbon reaktif lainnya, serta asap dan partikel yang dapat terhirup.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EXECUTIVE SUMMARY
1. Latar Belakang
Salah satu komoditas pertanian yang dapat diolah menjadi
komoditas produk yang mempunyai nilai tambah yang cukup besar
adalah tanaman kelapa sawit yang merupakan salah satu dari
sekian banyak tanaman di Indonesia yang sangat berkembang dan
ditingkatkan nilai tambah produknya secara optimal. Kelapa sawit
kemudian dikembangkan menjadi produk unggulan sektor perkebunan,
apalagi permintaan pasar dunia untuk produk ini sangat tinggi.
Kelapa sawit menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan
dasar minyak goreng dan bahan campuran sabun mandi, mentega,
bahan cat, dan lain-lain. Setelah banyak ditanam di Sumatera
Utara, kelapa sawit kemudian merambah ke Sumatera Barat.
Selain karena alasan ketersediaan minyak bumi yang terbatas,
pengembangan produk olahan kelapa sawit (Biodiesel), juga
diarahkan pada sifat bahan bakunya yang dapat diperbaharui.
Disamping itu, produksi gas hasil pembakarannya, yakni karbon
dioksida CO2 di atmosfer yang berlebihan bersifat merusak
lingkungan dengan efek rumah kaca yang ditimbulkannya. Dengan
memanfaatkan minyak tumbuhan sebagai bahan bakar, maka
pembentukan CO2 baru di atmosfer diperkirakan hampir tidak ada.
Hal ini disebabkan CO2 hasil pembakaran dari biodiesel akan
dikomsumsikan kembali oleh tanaman baru untuk kebutuhan proses
fotosintesisnya (siklus karbon).
Selain mereduksi efek rumah kaca, penggunaan Biodiesel juga akan
meningkatkan kualitas udara lokal dengan mereduksi emisi gas
berbahaya, seperti karbon monooksida (CO), ozon (O3), nitrogen
oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), dan hidrokarbon reaktif
lainnya, serta asap dan partikel yang dapat terhirup.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar emisi gas buang seperti
CO, CO2, NOx,SO2, dan hidrokarbon dari bahan bakar campuran palm
Biodiesel dan solar lebih rendah dibandingkan dengan bahan
bakar solar murni.
Penggunaan Biodiesel juga dapat mereduksi polusi tanah, serta
melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum. Hal ini
berhubungan dengan penggunaan mesin-mesin diesel di sektor
perairan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh biodiesel ini
ditunjang oleh sifatnya yang dapat teroksigenasi relatif
sempurna atau terbakar habis, non-toksik, dan dapat terurai
secara alami (biodegradable).
Memasuki tahun 2014 industri sawit akan memiliki prospek yang
cukup cerah dan menjanjikan. Salah satu pemicunya adalah
pemanfaatan minyak sawit untuk biodiesel makin meningkat di
Indonesia dan dunia serta mulai pulihnya perekonomian dunia.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) meyakini
prospek industri kelapa sawit nasional pada tahun ini cukup
menjanjikan. Berdasarkan data GAPKI, produksi CPO dan Palm
Kernel Oil (PKO) tahun 2013 mencapai 26 juta ton, produksi 2014
diperkirakan ada di kisaran 27,5-28 juta ton. Peningkatan pesat
produksi kelapa sawit mulai nampak kurang lebih 20 tahun
terakhir. Selama 17 tahun terakhir, produksi minyak kelapa sawit
meningkat hampir enam kali lipat, dari 4,8 juta ton minyak sawit
mentah (CPO) pada 1996 menjadi 26 juta ton pada 2013.
Dalam beberapa tahun ke depan pemerintah berencana untuk
memperluas perkebunan kelapa sawit dengan target produksi pada
2020 mencapai 52 juta ton per tahun. Salah satu alasan untuk
memperluas perkebunan dan produksi kelapa sawit karena prediksi
peningkatan permintaan khususnya di pasar internasional atas
minyak nabati dari kelapa sawit, yang bukan hanya dimanfaatkan
untuk kebutuhan industri pangan dan industri kosmetik seperti
selama ini, namun telah meluas untuk kebutuhan energi seperti
produk Biodiesel.
Sumatera Barat, saat ini menjadi propinsi dengan rencana
perluasan perkebunan kelapa sawit sebesar 500 ribu hektar.
Sektor pertanian dan perkebunan sampai saat ini ternyata masih
merupakan tulang punggung perekonomian daerah disamping
pertambangan dan pariwisata, baik sebagai penghasil nilai tambah
dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia lapangan
kerja sebagian besar penduduknya.
Saat ini beberapa perusahaan kelapa sawit utama yang berada di
Sumatera Barat seperti Grup Inchasi Raya, Grup Bakrie, menjadi
pendorong utama perkebunan berkelanjutan. Selain prospek
permintaan internasional, kebijakan pemerintah dan regulasi juga
menjadi kunci dari prospek industri kelapa sawit kedepan yang
diharapkan menjawab kepentingan semua pihak dengan memberikan
ketentuan yang jelas.
Untuk mendukung pertumbuhan perkebunan di Sumatera Barat,
pemerintah melalui Kementerian Kehutanan mengeluarkan SK.
936/Menhut-II tahun 2013 pada bulan Desember 2013 untuk mengatur
pengalihan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan untuk
mendukung rencana program pemerintah dalam rangka perluasan
perkebunan mencapai 22 jua hektar.
Rencana perluasan perkebunan mencapai 22 juta hektar dari total
pengembangan di sejumlah propinsi seperti Propinsi Sumatera
Barat dengan rencana perluasan mencapai 500 ribu hektar,
Propinsi Bengkulu mencapai 500 ribu hektar, Propinsi Jambi
mencapai 1 juta hektar, Propinsi Kalimantan Barat mencapai 5,02
juta hektar, Propinsi Kalimantan Selatan mencapai 500 ribu
hektar, Propinsi Kalimantan Tengah mencapai 1,46 juta hektar,
Provinsi Kalimantan Timur mencapai 1,2 juta hektar, Propinsi
Lampung mencapai 500 ribu hektar, Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam mencapai 635 ribu hektar, Propinsi Papua mencapai 4
juta hektar, Propinsi Riau mencapai 3,01 juta hektar, Propinsi
Sulawesi Selatan mencapai 500 ribu hektar, Propinsi Sulawesi
Tengah mencapai 500 ribu hektar, Propinsi Sulawesi Tenggara
mencapai 700 ribu hektar, Propinsi Sulawesi Selatan mencapai 1
juta hektar, dan terakhir Propinsi Sumatera Utara mencapai 1,07
hektar. Dari kesemuanya, rencana perluasan perkebunan kelapa
sawit yang akan dilakukan pemerintah Indonesia kedepan mencapai
total 22,1 juta hektar. Perluasan perkebunan ini dipandang akan
meningkatkan pendapatan negara dan juga meningkatkan tenaga
kerja dari sektor perkebunan.
Penyebaran konsesi perkebunan kelapa sawit yang berada di
Propinsi Sumatera Barat pada umumnya di pantai Barat seperti
kabupaten Pasaman Barat, Agam, Pesisir Selatan dan Padang
Pariaman kecuali kabupaten Dharmasraya dan Pasaman Timur
terdapat di jalur Tengah.
Kabupaten Agam dengan luas 2.232,30 km², atau setara dengan
5,29% dari luas provinsi Sumatera Barat yang mencapai 42.297,30
km². Kabupaten ini dilalui wilayah pegunungan yang memiliki
garis pantai sepanjang 43 km dan sungai berukuran sedang yang
bermuara di Samudera Hindia, seperti Batang Agam, dan Batang
Antokan. Di kabupaten ini menjulang dua gunung, yaitu gunung
Merapi di kecamatan Banuhampu dan gunung Singgalang di kecamatan
IV Koto yang masing-masing memiliki tinggi 2.891 meter dan 2.877
meter. Selain itu, membentang pula sebuah danau dikecamatan
Tanjung Raya, yaitu danau Maninjau yang memiliki luas 9,95 km².
Seperti daerah lainnya di Sumatera Barat, kabupaten Agam
mempunyai iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 25 °C
dan maksimum 30 °C. Tingkat curah hujan di kabupaten Agam
mencapai rata-rata 3.200 mm per tahun, dimana daerah
sekeliling gunung lebih tinggi curah hujannya dibanding
daerah pantai. Sedangkan kecepatan angin minimun di
kabupaten ini adalah 4 km/jam dan maksimum 20 km/jam.
Kabupaten Agam memiliki batas wilayah administrasi
pemerintahan sebagai berikut:
Utara Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman
Barat
Selatan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten
Tanah Datar
Barat Samudera Hindia
Timur Kabupaten Lima Puluh Kota
Sumber daya alam utama di daerah pantai adalah kopra, tebu,
jagung, bawang merah, berbagai jenis kacang-kacangan, dan padi.
Daerah yang lebih tinggi antara lain menghasilkan cengkeh,