Pengertian Evaporasi, Kondensasi, Transpirasi dan Gutasi Mungkin
kita sudah sangat familiar dengan kata-kata evaporasi (penguapan)
dan kondensasi (pengembunan), namun siklus air pada tumbuhan juga
dikenal istilah Transpirasi dan Gutasi yang sering disalah artikan
dengan embun.
EvaporasiPenguapan atau evaporasi adalah proses perubahan
molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan
menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari
kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan
secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume
signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas
dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan
cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling
bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka
bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah,
sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat
menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan
cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan
"menguap"
Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di
dalam gas tertentu (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan
seperti ini memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak
menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi
satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan
untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya
menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu
lebih tak terlihat.
Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Uap air di
udara akan berkumpul menjadi awan. Karena pengaruh suhu, partikel
uap air yang berukuran kecil dapat bergabung (berkondensasi)
menjadi butiran air dan turun hujan. Siklus air terjadi terus
menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera,
danau, embun dan sumber air lainnya. Dalam hidrologi penguapan dan
transpirasi (yang melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan)
secara kolektif diistilahkan sebagai evapotranspirasi.
TRANSPIRASITranspirasi berbeda dengan penguapan/evaporasi
sederhana karena berlangsung pada jaringan hidup dan dipengaruhi
oleh fisiologi tumbuhan.
1 - Air pasif diangkut ke akar dan kemudian ke xilem .2 -
Kekuatan kohesi dan adhesi menyebabkan molekul air untuk membentuk
kolom dalam xilem .3 - Air bergerak dari xilem ke dalam sel
mesofil, menguap dari permukaan dan daun tanaman dengan cara difusi
melalui stomata
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar,
sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui
xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena
molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari
penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion
bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian
ke atas melalui arus transportasi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2,
cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah.
Faktor-faktor ini memengaruhi perilaku stoma yang membuka dan
menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang
berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma
terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air
akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi
tersebut dapat digunakan potometer.
Stoma (tunggal) atau mulut daun, sebagian besar transpirasi
berlangsung di bagian ini.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat
dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena
tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang
melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi
terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil
karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Lebih dari 20% air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara
sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh
tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga
dan buah.
Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air
dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem.
ADAPTASI TUMBUHAN TERHADAP TRANSPIRASIDaun Tumbuhan seperti
pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggugurkan
daunnya di musim panas.
Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan
jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan
daun tersebut tumbuh lagi.
Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang
kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur
adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada
tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka
daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun
berubah menjadi duri dan sisik.
Lapisan lilin berfungsi untuk melindungi daun dari penguapan
yang berlebihan dan gangguan serangga
Stomata Stomata pada daun dapat membuka di siang hari dan
menutup pada malam hari untuk menghindari penguapan yang
berlebihan,karena itu stomata disebut dengan mulut daun.
Akar Sistem perakaran tumbuhan di daerah panas memiliki akar
yang panjang-panjang sehingga dapat menyerap air lebih banyak.
KONDENSASI
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke
wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan.
Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi
dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan
ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari
pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap
disebut kondensat.
Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan
(evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas panas). Air
yang terlihat di luar gelas air yang dingin di hari yang panas
adalah kondensasi.
Molekul air mengambil sebagian panas dari udara. Akibatnya,
temperatur atmosfer akan sedikit turun. Di atmosfer, kondensasi uap
airlah yang menyebabkan terjadinya awan. Molekul kecil air dalam
jumlah banyak akan menjadi butiran air karena pengaruh suhu, dan
tapat turun ke bumi menjadi hujan. Inilah yang disebut siklus
air.
Uap air di udara yang terkondensasi secara alami pada permukaan
yang dingin dinamakan embun. Uap air hanya akan terkondensasi pada
suatu permukaan ketika permukaan tersebut lebih dingin dari titik
embunnya, atau uap air telah mencapai kesetimbangan di udara,
seperti kelembapan jenuh. Titik embun udara adalah temperatur yang
harus dicapai agar mulai terjadi kondensasi di udara.
Embun yang terbentuk pada bunga Chinese Hibiscus
Jadi, Embun adalah air dalam bentuk tetesan yang muncul pada
permukaan tipis yang terpapar pada pagi atau sore hari karena
kondensasi. Uap air di atmosfer akan mengembun menjadi tetesan
tergantung pada suhu. Suhu di mana tetesan dapat terbentuk disebut
titik embun. Ketika suhu permukaan yang terpapar turun, akhirnya
mencapai titik embun, uap air di atmosfer mengembun membentuk
tetesan kecil di permukaan.
Ketika suhu cukup rendah, embun mengambil bentuk es, bentuk ini
disebut membeku (freeze).
Dalam foto makro yang menakjubkan ini, yang diambil oleh
Alistair Campbell, kita melihat embun beku turun di pagi hari.
Campbell menyebutkan bahwa foto ini adalah gabungan dari beberapa
jepretan untuk meningkatkan kedalaman fokus.
Karena embun ini terkait dengan suhu permukaan, pada akhir musim
panas, embun terbentuk paling mudah pada permukaan yang tidak
dihangatkan oleh panas yang berasal dari dalam tanah, seperti
rumput, daun, pagar, atap mobil, dan jembatan.
Embun berbeda dengan gutasi, yang merupakan proses di mana
tanaman melepaskan kelebihan air dari ujung daun .
GUTASIGutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari
jaringan daun. Istilah gutasi pertama kali dipakai oleh
Burgerstein. Gutasi terjadi saat kondisi tanah sesuai sehingga
penyerapan air tinggi namun laju penguapan/ transpirasi rendah
maupun ketika penguapan air sulit terjadi karena tingginya
kelembaban udara. Proses gutasi terjadi pada struktur daun mirip
stomata yang bernama hidatoda. Gutasi dapat diamati dengan
munculnya tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur.
Tingkat terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan dengan
transpirasi. Gutasi juga lebih jarang diobservasi daripada
transpirasi. Titik-titik air di tepi daun yang terjadi akibat
gutasi di pagi hari sering disalahartikan sebagai embun.
Mekanisme Pengeluaran air melalui proses gutasi terjadi akibat
adanya tekanan positif akar. Meskipun ketika laju transpirasi
rendah, akar terus menyerap air dan mineral sehingga air yang masuk
ke jaringan lebih banyak daripada yang dilepaskan keluar. Kondisi
yang tidak mendukung terjadinya tekanan akar seperti suhu dingin
dan tanah yang kering menghambat terjadinya gutasi. Kekurangan
mineral juga diketahui memengaruhi proses gutasi.
Bila transpirasi terjadi pada stomata, maka gutasi terjadi pada
struktur khusus bernama hidatoda. Hidatoda seringkali disebut
sebagai stomata air. Hidatoda terletak di ujung dan sepanjang tepi
daun. Oleh karena itulah, titik-titik air akan terlihat di ujung
dan tepi daun.
Gutasi biasanya terjadi pada malam hari, namun terjadi juga pada
pagi hari. Laju gutasi paling tinggi ditemukan pada tumbuhan
Colocasia nymphefolia. Gutasi paling banyak terjadi pada tumbuhan
air, herba, dan rumput-rumputan.
Kualitas air hasil gutasi Titik-titik air yang keluar dari
jaringan daun melalui proses gutasi bukanlah air murni. Berbagai
senyawa diketahui terlarut di dalamnya. Beberapa senyawa yang
ditemukan terlarut dalam titik-titik air tersebut adalah enzim,
gula, asam amino, vitamin, serta mineral seperti P, K, Na, Mg, dan
Fe.
Perbedaan gutasi dan transpirasiBeberapa perbedaan utama gutasi
dan transpirasi adalah:
Efek gutasi bagi tanamanGutasi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kelangsungan hidup tumbuhan. Namun kadangkala,
gutasi diketahui dapat menyebabkan luka pada daun. Hal ini
diakibatkan oleh penumpukan garam yang terjadi bila titik-titik air
di tepi daun telah menguap. Kondisi tersebut membuat patogen
seperti bakteri dan fungi dapat menyerang jaringan daun.Dibawah ini
adalah foto-foto cantik dari Gutasi pada daun
Guttation on a strawberry leaf
Guttation on Equisetum
____________________________________________________________________________________________________
Nah, setelah kita tahu perbedaan antara embun dan gutasi, maka
sebagai orang islam, kita tentu bertanya, "Apakah air dari proses
gutasi sama suci dan mensucikannya seperti embun?" AMJG serahkan
jawabannya kepada para pembaca semua
Presipitasi (Meteorologi) Definisi dan arti kata Presipitasi
(Meteorologi). Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya air baik dalam
berbentuk cair atau beku dari atmosfer ke permukaan bumi. Dalam
ilmu meteorologi, Presipitasi dapat diartikan sebagai segala segala
bentuk produk dari kondensasi uap air di atmosfer yang kemudian
akan jatuh sebagai curahan air atau hujan. Sebagian besar
presipitasi terjadi sebagai hujan air, namun ada juga presipitasi
yang berupa hujan salju, hujan es (hail), kabut menetes (fog drip),
graupel, dan hujan es (sleet). Sekitar 505.000 km3 (121.000 cu mil)
air jatuh sebagai presipitasi setiap tahunnya, 398.000 km3 (95.000
cu mi) dari terjadi di atas lautan.- See more at:
http://ipdia.blogspot.com/2013/05/presipitasi-meteorologi.html#sthash.TK6zDgWw.dpufApa
itu Presipitasi Presipitasi merupakan peristiwa jatuhnya cairan
(dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan bumi.
a. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun b. Presipitasi
beku dapat berupa salju dan hujan es. Semua bentuk hasil kondensasi
uap air yang terkandung di atmosfer. Kondensasi Ketika uap air
mengembang, mendingin dan kemudian berkondensasi, biasanya pada
partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi
uap air dapat berubah menjadi cair kembali atau langsung berubah
menjadi padat (es, salju, hujan batu (hail)). Partikel-partikel air
ini kemudian berkumpul dan membentuk awan.Proses terjadinya :
Penguapan air dari tubuh air permukaan maupun vegetasi akibat sinar
matahari atau suhu yang tinggi. Pergerakan uap air di atmosfer
akibat perbedaan tekanan uap air. Uap air bergerak dari tekanan uap
air besar ke kecil. Pada ketinggian tertentu uap air akan mengalami
penjenuhan, jika diikuti dengan kondensasi maka uap air akan
berubah menjadi butiran-butiran hujan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya presipitasi diantara lain berupa : Adanya
uap air di atmosphere Faktor-faktor meteorologis Lokasi daerah
Adanya rintangan misal adanya gunung.Udara di atmosfer akan
mengalami proses pendinginan melalui beberapa cara umumnya adalah
akibat pertemuan antara dua massa udara dengan suhu yang berbeda
atau oleh sentuhan udara dengan obyek dingin.Awan merupakan
indikasi awal terjadinya presipitasi tetapi awan tidak otomatis
menandakan akan adanya hujan.Mekanisme berlangsungnya hujan
melibatkan tiga faktor utama : Kenaikan massa uap air ke tempat
yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh. Terjadinya
kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer. Partikel uap
air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu, selanjutnya
jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena faktor
gravitasi.Gambar Siklus Hidrologi
PresipitasiPresipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari
atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda,
yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di
daerah beriklim sedang.Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang
bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi
curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan
factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu
wilayah DAS ( merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari
pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah dan
debit aliran ).Presipitasi mempunyai banyak karakteristik yang
dapat mempengaruhi produk air suatu hasil perencanaan pengelolaan
DAS. Besar kecilnya presipitasi, waktu berlangsungnya hujan dan
ukuran serta intensitas hujan yang terjadi baik secara
sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan mempengaruhi kegiatan
pembangunan ( proyek ).Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan
dalamnya presipitasi (mm). salju, es, hujan dan lain-lain juga
dinyatakan dengan dalamnya (seperti hujan) sesudah di
cairkan.Factor- factor yang mempengaruhi presipitasi1. kelembaban
udaramassa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara (g) atau kerapatan
uap disebut kelembaban mutlak ( absolute). Kemampuan udara untuk
menampung uap adalah berbeda beda menurut suhu. Mengingat makin
tinggi suhu, makin banyak uap yang dapat di tampung, maka
kekeringan dan kebasahan udara tidak dapat ditentukan oleh
kelembaban mutlak saja. Kelembaban relative adalah perbandingan
antara massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh
dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembaban relative
ini biasanya disebut kelembaban. Salah satu fungsi utama kelembaban
udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban
udara dapat menurunkan suhu dengan cara menyerap atau memantulkan
sekurang-kurangnya setengah radiasi matahari gelombang panjang dari
permukaan bumi pada waktu siang dan malam hari. Sejalan dengan
meningkatnya suhu udara, meningkat pula kapasitas udara dalam
menampung uap air. Sebaliknya, ketika udara bertambah dingin,
gumpalan awan menjadi bertambah besar dan pada gilirannya akan
jatuh sebagai air hujan. Pengukuran kelembaban biasanya di ukur
dengan thermometer bola kering dan thermometer bola basah. Bola
yang mengandung air raksa daritermometer bola basah di bungkus
dengan selapis kain tipis yang dibasahi terus menerus dengan air
yang didistalisasi melalui benang benang yang tercelup pada sebuah
mangkok air yang kecil.Tekanan udara di wujudkan dalam satuan
barometer (b) atau milibarometer (mb) 1 b = 1000 mb = 0,98 kali
tekanan atmosfer pada prmukaan laut. Tekanan uap air udara jenuh
adalah tekanan uap air di udara pada keadaan udara jenuh. Pada suhu
normal, nilai es di pengaruhi oleh besar kecilnya suhu udara :Suhu
udara ( oC ) Tekanan uap air jenuh (mb)10 9.2120 17,5430
31,82Tampak bahwa daya tampung uap air di udara meningkat dengan
meningkatnya suhu udara.2. Energi MatahariSeperti telah di sebutkan
dimuka bahwa energi matahari adalah mesin yang mempertahankan
berlangsungnya daur hidrologi. Ia juga bersifat mempengaruhi
terjadinya perubaha iklim. Pada umunya, besarnya energi matahari
yang mencapai permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun
demikian. Besarnya energi matahari bersih yang diterima permukaan
bumi bervariasi tergatung pada letak geografis dan kondisi
permukaan bumi. Pemukaan bumi bersalju, sebagai contoh, mampu
merefleksikan 80% dari radiasi matahari yang datang. Sementara,
permukaan bumi dengan jenis tanah berwarna gelap dapat menyerap 90%
( wanielista, 1990). Adanya perbedaan keadaan geografis tersebut.
Mendorong terjadinya gerakan udara di atmosfer, dan demikian juga
berfungsi dalam penyebaran ener gi matahari. Energi matahari
bersifat memproduksi gerakan masaudara di atmosfer dan diatas
lautan. Energi ini merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi berlangsung pada permukaan
badan perairan sedangkan transpirasi adalah kehilangan air dalam
vegetasi. Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi
melalui proses radiasi. Sementara penyebaran kembali energi
matahari dilakukan melalui proses konduksi dari daratan dan
konveksi yang berlangsung di dalam badan air dan atmosfer. Konduksi
adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan ( udara )
yang berdekatan apabila suhu kedua lapisan tersebut
berbeda.Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya
gerakan massa udara atau air dengan arah gerakan vertical. Dapat
juga dikatakan bahwa konveksi merupakan hasil ketidakmantapan masa
udara atau air. Seringkali dikarenakan oleh energi potensial dalam
panas tak tampak ( latent heat ) yang sedang dikonversikan kedalam
gulungan massa udara. Besarnya laju konversi ketika energi
terlepaskan akan menentukan keadaan meteorology (hujan dan angina).
Umumnya gulungan massa udara yang lebih besar akan menghasilkan
curah hujan yang lebih singkat. 3. AnginAngin adalah gerakan massa
udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan
bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji adalah arah dan
kecepatan angin. Kecepatan angin penting karena dapat menentukan
besarnya kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan
mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan,
diperlukan adanya gerakan udara lembab yang berlangsung terus
menerus. Peralatan yang digunakan untuk menentukan kecepatan angin
dinamakan anemometer.Yang disebut arah angina adalah arah dari mana
angina bertiup. Untuk penentuan arah angin ini digunakan lingkaran
arah angina dan pencatat angin. Untuk penunjuk angina biasanya
digunakan sebuah panah dengan pelat pengarah. Pengukuran angin
diadakan di puncak menara stasiun cuaca yang tingginya 10 m dan
lain-lain. Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angina
yang terjadi semata-mata ditentukan oleh sirkulasi termal. Angina
akan bertiup kea rah khatulistiwa sebagai udara hangat dan udara
yang mempunyai berat lebih ringan kan naik ke atas di gantikan oleh
udara padat yang lebih dingin. Apabila ada dua massa udara dengan
dua suhu yang berbeda bertemu, maka akan terjadi hujan dibatas
antara dua massa udara tersebut. Dalam suatu hari, kecepatan dan
arah angin dapat berubah-rubah. Perubahan ini sering sekali
disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Adanyz
beda suhu tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah
angin. Proses kehilangan panas oleh adanya padang pasir, daerah
beraspal, dan daerah dengan banyak bangunan juga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan arah angina. Antara dua tempat yang tekanan
etmosfernya berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan
tinggi ketempat bertekanan rendah. 4. Suhu udaraSuhu mempengaruhi
besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga di
anggap sebagai salah satu factor yang dapat memprakirakan dan
menjelaskan kejadian dan penyebaran air dimuka bumi. Dengan
demikian, adalah penting untuk mengetahui bagaimana cara untuk
menentukan besarnya suhu udara. Yang biasa disebut suhu udara
adalah suhu yang di ukur dengan thermometer dalam sangkar
meteorology (1,20-1,50 m di atas permukaan tanah) makin tinggi
elevasi pengamatan di atas permukaan laut, maka suhu ydara makin
rendah. Peristiwa ini disebut pengurangan suhu bertahap yang
besarnya disebut laju pengurangan suhu bertahap.Pengukuran besarnya
suhu memerlukan pertimbangan-pertimbangan sirkulasi udara dan
bentuk-bentuk permukaan alat ukur suhu udara tersebut. Suhu udara
yang banyak dijumpai didalam laporan-laporan tentang meteorologi
umumnya menunjukkan data suhu musiman, suhu berdasarkan letak
geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat yang berbeda. Oleh
karnanya, besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu
dan tempat. Klasifikasi Presipitasi Hujan juga dapat terjadi oleh
pertemuan antara dua massa air, basah dan panas. Tiga tipe hujan
yang umum dijumpai didaerah tropis dapat disebutkan sebagai
berikut: 1. Hujan konvektif ( convectional storms ), tipe hujan ini
disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima permukaan tanah
dengan panas yang diterima permukaan tanah dengan panas yang
diterima oleh lapisan udara diatas permukaan tanah tersebut. Sumber
utama panas di daerah tropis adalah berasal dari matahari. Beda
panas ini biasanya terjadi pada akhir musim kering yang menyebabkan
hujan dengan intensitas tinggi sebagai hasil proses kondensasi
massa air basah pada ketinggian di atas 15 km. 2. Hujan Frontal (
frontal/ cyclonic storms ), tipe hujan yang umumnya disebabkan oleh
bergulungnyadua massa udara yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada
tipe hujan ini, massa udara lembab yang hangat dipaksa bergerak
ketempat yang lebih tinggi. Tergatung pada tipe hujan yang
dihasilkanya, hujan frontal dapat dibedakan menjadi hujan frontal
dingin dan hangat. Hujan badai dan hujan monsoon adalah tipe hujan
frontal yang lazim dijumpai.3. Hujan Orografik ( Orographic storms
), jenis hujan yang umum terjadi didaerah pegunungan, yaitu ketika
massa udara bergerak ketempat yang lebuh tinggi mengikuti bentang
lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Tipe
hujan orografik di anggap sebagai pemasok air tanah, danau,
bendungan, dan sungai karma berlangsung di daerah hulu DAS. DAFTAR
PUSTAKAAsdak, chay.2007.hidrologi dan pengelolaan
DAS.Yogyakarta:Gadjah Mada University Suyono, Sudarsono. Dan
Kensaku. Takeda,2006.Hidrologi untuk pengairan.PT.Jakarta: pradnya
paramitaChai, asdak.1995.Daur hidrologi dan ekosistem
DAS.Yogyakarta.Gadjah Mada university press
Siklus Hidrologi:Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang
tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir
melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara
kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam
bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan
gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat
berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda: Evaporasi / transpirasi Air yang ada di laut, di
daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke
angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan
jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju,
es. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam
tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju
muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan
tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
Air Permukaan Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran
permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama
yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai
menuju laut.Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang
(danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan
terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam
komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah
Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif
tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.Sumber:
http://www.lablink.or.id/Hidro/Siklus/air-siklus.htmSIKLUS
HIDROLOGISiklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi
tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali
lagi ke atmosfer : evaporasi dari tanah atau laut maupun air
pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi
di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan
evaporasi-kembali.Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan
batu es, hujan, dan lain-lain), jatuh ke atas vegetasi, batuan
gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluran-saluran sungai
(presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi mungkin
diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai
permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang)
selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through
fall = air tembus) khususnya pada kasus hujan dengan intensitas
yang tinggi dan lama. Sebagian presipitasi berevaporasi selama
perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada permukaan tanah.
Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan tanah
berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi
ke dalam mintakat (zone) jenuh di bawah muka air tanah. Air ini
secara perlahan berpindah melalui akifer ke saluran-saluran sungai.
Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa
mencapai muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang
berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai
lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan
transpirasi berlangsung dari stomata daun.Setelah bagian
presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah dan
berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan
tanah yang disebut dengan detensi permukaan (lapis air).
Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih tebal (lebih dalam)
dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya
kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang
mengalir ini disebut limpasan permukaan. Selama perjalanannya
menuju dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan disimpan pada
depresi permukaan dan disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan
permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai.Air
pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau
mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi.
Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai
presipitasi.Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan
singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran
sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak
semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks
setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan
dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal
vegetasi, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini
juga keragaman-keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim.
Siklus Hidrologi (Sumber : Soemarto, 1987)Gangguan Siklus
Hidrologi Picu Banjir dan KekeringanKapanlagi.com Gangguan siklus
hidrologi mengakibatkan banjir dan kekeringan, karena air hujan
yang seharusnya meresap ke dalam tanah menjadi air larian, kata
pakar air Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Budi
Santosa.Beban yang harus diterima saluran atau sungai di hilir
menjadi lebih besar. Gangguan seperti ini bisa dilihat pada
karakteristik sungai yang memiliki fluktuasi aliran cukup besar,
katanya.Ia menjelaskan pada musim hujan debit aliran air sungai
sangat besar bahkan terlalu besar, tetapi pada musim kemarau debit
aliran air sungai sangat kecil bahkan kering sama sekali. Idealnya
fluktuasi aliran sungai tidak terlalu besar atau hampir
seragam.Aliran air sungai pada musim kemarau berasal dari air di
dalam tanah yang keluar dari mata air. Kontribusi terbesar aliran
sungai pada musim kemarau sebenarnya dari mata air, katanya. Ia
menduga banjir disebabkan menurunnya kapasitas saluran atau sungai
akibat proses sedimentasi, buangan sampah atau bangunan air yang
menghambat aliran.Banjir yang terjadi di musim penghujan, karena
sebagian besar air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dialirkan
sebagai air larian yang akan terbuang percuma ke laut. Ekses yang
ditimbulkan adalah berkurangnya air yang meresap ke dalam tanah
yang berarti bahwa simpanan air di dalam tanah juga akan
berkurang.Padahal simpanan air tersebutlah yang memberikan
kontribusi terhadap aliran air pada mata air dan sungai pada musim
kemarau, katanya. Banjir dan kekeringan yang sering terjadi hampir
setiap tahun khususnya di Jawa Tengah, telah menunjukan adanya
kerusakan lingkungan dalam skala yang cukup luas.Banjir dan
kekerangan disertai pencemaran di beberapa bagian sungai merupakan
gambaran suatu krisis air yang sedang dan akan dihadapi pada masa
mendatang. Usaha mengatasi masalah banjir dan kekeringan adalah
meningkatkan besaran resapan air ke dalam tanah yang antara lain
bisa dilakukan dengan menjaga kelestarian hutan dan menghambat laju
air larian melalui pembuatan sumur resapan.Air hujan sebelum masuk
ke saluran dibelokan terlabih dahulu ke sumur resapan sehingga
kesempatan air meresap ke dalam tanah menjadi lebih besar, kata
Budi Santosa. (*/tut)