1 EVALUASI SISTEM DRAINASE KOTA KUPANG Bernadeta Tea ABSTRAK Kesalahan dalam Sistem Drainase dapat menyebabkan terjadinya genangan air di suatu lokasi, atau bahkan dapat berakibat pada bencana banjir pada musim penghujan. Oleh karena itu, setiap perkembangan kota atau wilayah harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase, tidak cukup hanya pada lokasi yang dikembangkan, melainkan harus meliputi daerah sekitarnya juga. Kota Kupang yang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur, tercatat juga sebagai kota yang terus menerus dilanda banjir pada musim penghujan setiap tahunnya dan terdapat banyak daerah genangan air. Berdasarkan pembahasan makalah ini, maka kesimpulan dari makalah ini, antara lain: (1) Permasalahan kesalahan drainase di kota Kupang lebih disebabkan faktor kesalahan konstruksi fisik dari pola jaringan dan penerapan dimensi saluran dan sistem saluran drainase, serta kurangnya perawatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat kota Kupang. (2) Agar sistem drainase di kota Kupang dapat diperbaiki, maka bentuk evaluasi yang seharusnya dilakukan adalah melakukan pengurukan sedimentasi dan membersihkan sampah pada saluran drainase yang menghambat arah aliran air, mengatur kembali arah aliran saluran dengan menggunakan teknik land grading dan smoothing agar tidak terjadi luapan pada saluran tersebut, mengubah saluran drainase terbuka menjadi saluran drainase tertutup pada daerah yang padat penduduk untuk mencegah pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dan dapat mencegah penakit yang mungkin ditimbulkan dari pembuangan air kotor, mengubah pola jaringan drainase sesuai dengan karakteristik topografi wilayah agar arah aliran ke jaringan primer dapat berjalan lancar. Kata kunci: Drainase, Evaluasi Drainase, Kota Kupang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
EVALUASI SISTEM DRAINASE KOTA KUPANG
Bernadeta Tea
ABSTRAK
Kesalahan dalam Sistem Drainase dapat menyebabkan terjadinya genangan air di suatu
lokasi, atau bahkan dapat berakibat pada bencana banjir pada musim penghujan. Oleh karena
itu, setiap perkembangan kota atau wilayah harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase,
tidak cukup hanya pada lokasi yang dikembangkan, melainkan harus meliputi daerah
sekitarnya juga. Kota Kupang yang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur,
tercatat juga sebagai kota yang terus menerus dilanda banjir pada musim penghujan setiap
tahunnya dan terdapat banyak daerah genangan air. Berdasarkan pembahasan makalah ini,
maka kesimpulan dari makalah ini, antara lain: (1) Permasalahan kesalahan drainase di kota
Kupang lebih disebabkan faktor kesalahan konstruksi fisik dari pola jaringan dan penerapan
dimensi saluran dan sistem saluran drainase, serta kurangnya perawatan yang dilakukan oleh
pemerintah maupun masyarakat kota Kupang. (2) Agar sistem drainase di kota Kupang dapat
diperbaiki, maka bentuk evaluasi yang seharusnya dilakukan adalah melakukan pengurukan
sedimentasi dan membersihkan sampah pada saluran drainase yang menghambat arah aliran
air, mengatur kembali arah aliran saluran dengan menggunakan teknik land grading dan
smoothing agar tidak terjadi luapan pada saluran tersebut, mengubah saluran drainase terbuka
menjadi saluran drainase tertutup pada daerah yang padat penduduk untuk mencegah
pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dan dapat mencegah penakit yang
mungkin ditimbulkan dari pembuangan air kotor, mengubah pola jaringan drainase sesuai
dengan karakteristik topografi wilayah agar arah aliran ke jaringan primer dapat berjalan
lancar.
Kata kunci: Drainase, Evaluasi Drainase, Kota Kupang
2
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Drainase didefinisikan sebagai
pembuangan air permukaan, baik secara
gravitasi maupun dengan pompa, dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya
genangan, menjaga dan menurunkan
permukaan air, sehingga genangan air
dapat dihindarkan. Drainase perkotaan
berfungsi mengendalikan kelebihan air
permukaan, sehingga tidak merugikan
masyarakat dan dapat memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia. Kelebihan air
tersebut dapat berupa air hujan, air limbah
domestik maupun air limbah industri. Oleh
karena itu, drainase perkotaan harus
terpadu dengan sanitasi, sampah,
pengendali banjir kota dan lainnya
(Anonim, 2015).
Pada sebuah kota, Sistem Drainase
Perkotaan harus dikembangkan salurannya
sendiri, mulai dari turunnya air hujan,
masuk ke selokan/parit sampai dengan
meresap ke dalam tanah, kembali atau
mengalir ke sungai dan bermuara di laut.
Karena sebagai sistem, penanganan
drainase tidak dapat dilakukan secara
individual, wilayah per wilayah. Rencana
induk kota harus mampu mengintegrasikan
jaringan air mulai dari hulu sampai dengan
hilir. Oleh karena itu, kebijakan
pemerintah punya pengaruh yang besar
dalam hal memayungi prosedur-prosedur
standar pengendalian air, standar
penyambungan saluran air hujan, air
limbah, atau juga septictank rumah tangga.
Begitu juga dengan masyarakat, partisipasi
dan sikap proaktif akan menentukan
keberhasilan rencana induk kota.
Pengembangan permukiman di
perkotaan yang demikian pesatnya justru
makin mengurangi daerah resapan air
hujan, karena luas daerah yang ditutupi
oleh perkerasan semakin meningkat dan
waktu berkumpulnya air (time of
concentration) pun menjadi jauh lebih
pendek, sehingga pada akhirnya akumulasi
air hujan yang terkumpul melampaui
kapasitas drainase yang ada (Lo Russo,
2009). Kesalahan dalam Sistem Drainase
dapat menyebabkan terjadinya genangan
air di suatu lokasi, atau bahkan dapat
berakibat pada bencana banjir pada musim
penghujan (Wismarini dan Ningsih, 2010).
Saluran drainase dapat dikatakan
bermasalah ketika tidak mampu
mengakomodir debit ketika banjir. Banyak
faktor yang menyebabkan konstruksi
drainase tidak memenuhi kriteria aman.
Pertumbuhan kota dan perkembangan
industri menimbulkan dampak yang cukup
besar pada siklus hidrologi sehingga
berpengaruh besar terhadap sistem
drainase. Sebagai contoh, terdapat
perkembangan beberapa kawasan hunian
yang disinyalir sebagai penyebab banjir
dan genangan di lingkungan sekitarnya.
Hal ini disebabkan karena perkembangan
urbanisasi menyebabkan perubahan tata
guna lahan, sedangkan siklus hidrologi
sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan
(Pungut dan Widyastuti, 2013). Oleh
karena itu, setiap perkembangan kota atau
wilayah harus diikuti dengan perbaikan
sistem drainase, tidak cukup hanya pada
lokasi yang dikembangkan, melainkan
harus meliputi daerah sekitarnya juga.
Banyak kawasan rendah yang semula
berfungsi sebagai tempat parkir air
(retarding pond) dan bantaran sungai kini
menjadi tempat hunian. Kondisi ini
akhirnya akan meningkatkan volume air
permukaan yang masuk ke saluran drainase
dan sungai. Hal ini dapat dilihat dari air
yang meluap dari saluran drainase, baik di
perkotaan maupun di permukiman, yang
menimbulkan genangan air atau bahkan
banjir (Anonim, 2015).
Kota Kupang yang merupakan ibukota
Provinsi Nusa Tenggara Timur, tercatat
juga sebagai kota yang terus menerus
dilanda banjir pada musim penghujan
3
setiap tahunnya dan terdapat banyak
daerah genangan air (Anonim, 2014).
Berbagai upaya pemerintah yang bersifat
struktural (structural approach), ternyata
belum sepenuhnya mampu menanggulangi
masalah banjir di kota Kupang.
Penanggulangan banjir umumnya
merupakan penyediaan bangunan fisik
pengendali banjir untuk mengurangi
dampak bencana dan kebijakan non fisik
yang mencakup partisipasi masyarakat
dalam penanggulangan banjir, namun
implementasinya dianggap belum baik dan
belum sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan keadaan lingkungan fisik,
sehingga efektifitasnya dipertanyakan.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Kupang,
menyatakan bahwa banjir di kota Kupang
terjadi karena perubahan alih fungsi lahan
yang cukup besar untuk kawasan indutri
dan pemukiman mengakibatkan
tertutupnya lapisan tanah asli oleh lapisan
kedap air, sehingga merubah arah aliran air
permukaan yang menjadikan limpasan air
yang cukup besar apabila curah hujan
terlalu tinggi dan berujung pada terjadinya
banjir.
Berhubungan dengan pengembangan
sistem drainase perkotaan, maka banjir dan
genangan air yang terus terjadi di kota
Kupang mengindikasikan bahwa terdapat
kesalahan dengan pengembangan sistem
drainase di Kota Kupang yang tidak sesuai
dengan perkembangan lingkungan fisik
dan lingkungan sosial ekonomi kota,
sehingga perlu diadakannya evaluasi
terhadap sistem drainase di Kota Kupang.
Oleh karena itu, penulis terdorong untuk
menulis makalah yang berjudul “Evaluasi
Sistem Drainase Kota Kupang”.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan banjir atau genangan di
wilayah kota Kupang pada umumnya tidak
terlepas dari sistem pengelolaan drainase.
Akumulasi sampah dan sedimentasi, serta
perubahan fungsi lahan menjadi kawasan
permukiman dan industri menyebabkan
kapasitas saluran drainase yang ada tidak
dapat lagi menampung lagi limpasan air
hujan dan buangan kegiatan rumah tangga.
Wilayah Kota Kupang memiliki 21 titik
wilayah rawan banjir. Berdasarkan
frekuensi kejadiannya, banjir di daerah
tersebut adalah merupakan banjir rutin
yang selalu terjadi hampir setiap tahun
terutama pada saat musim hujan
sebagaimana yang disajikan pada gambar 1
berikut ini.
4
Gambar 1. Peta Rawan Bencana Kota Kupang.
Karakteristik sungai-sungai di kota
Kupang umumnya merupakan sungai
dengan gradien yang kecil sehingga aliran
permukaan lambat, kondisi geologi tertentu
yang terkait dengan kecepatan peresapan
air ke dalam tanah dari rendah hingga
tinggi, adanya sedimentasi pada badan
sungai sehingga daya tampung sungai
berkurang, serta pengaruh pasang surut air
laut. Sejauh ini kejadian banjir belum
menimbulkan dampak yang berarti,
karena daerah sekitar muara sungai-sungai
tersebut masih kurang berpenghuni.
Namun demikian, diketahui pula bahwa di
daerah rawan tersebut sudah memiliki
sistem drainase yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya banjir dan genangan
air akibat luapan air pada musim
penghujan sebagaimana yang disajikan
pada gambar 2 berikut:
5
Gambar 2. Peta Jaringan Drainase Kota Kupang.
Semua permasalahan mengenai
kelebihan air seperti banjir dan genangan
pada wilayah perkotan, merupakan bentuk
dari permasalahan drainase yang sangat
kompelks, sebab terjadinya banjir ataupun
genangan bukan saja disebabkan oleh
adanya masalah pada aspek teknis
(infrastruktur), namun juga terkait dengan
masalah lingkungan, sosial, ekonomi,
perilaku/budaya dan kelembagaan
masyarakat, sehingga pengendalian banjir
merupakan tanggung jawab semua pihak
dan harus dilakukan secara komprehensif.
Oleh karena itu, keberhasilan sistem
drainase perkotaan sangat bergantung pada
model perencanaan dan evaluasi yang
dilakukan.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan
di atas, maka penulis mencoba
merumuskan beberapa pokok
permasalahan dalam penulisan makalah
ini, yaitu:
1. Dimana letak kesalahan dari sistem
drainase di kota Kupang, sehingga
banjir dan genangan air terus terjadi?
2. Bagaimana bentuk pengembangan
sistem drainase yang seharusnya
dilakukan di kota Kupang?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini antara lain:
1. Mengetahui kesalahan dari sistem
drainase yang ada di kota Kupang.
6
2. Mengetahui bentuk pengembangan
sistem drainase yang sesuai dengan
karakteristik kota Kupang.
2. Pembahasan
2.1. Karakteristik Kota Kupang
2.1.1. Karakteristik Fisik
Kota Kupang merupakan ibu kota
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
terletak di Pulau Timor, tepatnya pada
10°36’14” - 10°39’58” Lintang Selatan dan
123°32’23” - 123°37’01” Bujur Timur.
Secara administratif, Kota Kupang terdiri
dari 4 Kecamatan dan 49 Kelurahan,
dengan luas wilayah 260,127
km²/26.012,74 Ha, terdiri dari matra darat
seluas 165,337 km²/16.533,70 Ha dan
Matra laut 94,790 km²/9.479,03 Ha.
Adapun tata batas administrasi wilayah
kota Kupang berdasar pemetaan dan
pemasangan patok tata batas wilayah kota
Kupang adalah:
1. Sebelah Utara: berbatasan dengan
Teluk Kupang.
2. Sebelah Selatan: berbatasan dengan
Kecamatan Kupang Barat dan
Kecamatan Nekamese Kabupaten
Kupang.
3. Sebelah Timur: berbatasan dengan
Kecamatan Kupang Tengah dan
Kecamatan Taebenu Kabupaten
Kupang.
4. Sebelah Barat: berbatasan dengan
Kecamatan Kupang Barat Kabupaten
Kupang dan Selat Semau.
Pembagian wilayah administratif kota
Kupang ditunjukkan pada Tabel 1 dan
gambar 3 berikut ini.
Tabel 1. Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Kota Kupang Menurut Kecamatan Tahun 2009 No Kelurahan Luas Wilayah (km²) Persentase (%)
1 Kecamatan Alak 70,397 42.58
Naioni 28,107 39,93
Manulai 2 17,314 24,60
Batupalat 7,433 10,56
Alak 10,449 14,84
Manutapen 1,371 1,95
Mantasi 0,200 0,28
Fatufeto 0,459 0,65
Nunhila 0,373 0,53
Nun Baun Delha 0,821 1,17
Nun Baun Sabu 1,422 2,02
Namosain 2,448 3,48
2 Kecamatan Maulafa 55,674 33.67
Fatukoa 16,775 30,13
Sikumana 4,123 7,41
B e l o 5,751 10,33
Kolhua 13,023 23,39
Penfui 7,247 13,02
Naimata 3,082 5,54
Maulafa 2,672 4,80
Oepura 2,097 3,77
Naikolan 0,904 1,62
3 Kecamatan Oebobo 20,913 12.65
Bakunase 2,054 9,82
Airnona 0,913 4,37
Naikoten I 1,142 5,46
7
Naikoten II 0,483 2,31
Kuanino 0,479 2,29
Nunleu 0,547 2,62
Fontein 0,570 2,73
Oetete 0,738 3,53
Oebobo 1,564 7,48
Fatululi 1,723 8,24
Oebufu 3,259 15,58
T D M 1,524 7,29
Kayu Putih 1,837 8,78
Liliba 4,079 19,50
4 Kecamatan Kelapalima 18,352 11.10
Airmata 0,304 1,66
L L B K 0,113 0,62
Bonipoi 0,140 0,76
Merdeka 0,113 0,62
Solor 0,150 0,82
Tode Kisar 0,168 0,91
Oeba 0,321 1,75
Fatubesi 0,397 2,16
Nefonaek 0,406 2,21
Pasir Panjang 0,933 5,08
Kelapa Lima 2,762 15,05
Oesapa 4,369 23,81
Oesapa Barat 2,225 12,13
Oesapa Selatan 1,118 6,09
Lasiana 4,834 26,34
Jumlah 165,337 100,00
Luas Matra Laut 94,790
LUAS KOTA KUPANG 260,127
Sumber : Kupang Dalam Angka 2009, BPS Kota Kupang
Luas Wilayah Hasil Perhtungan GIS Pada Citra Quickbird Kota Kupang 2009
8
Gambar 3. Peta Administrasi Kota Kupang
Peruntukan wilyah dari luas wilayah
kota Kupang adalah 735,57 Ha sebagai
kawasan Industri, 10.127,40 Ha kawasan
pemukiman, 5.090,05 Ha jalur hijau,
219,70 Ha perdagangan, 112,50 Ha
pergudangan, 480 Ha pertambangan, 670,1
Ha pelabuhan laut/udara, 275,67 Ha
pendidikan, 209,47 Ha
pemerintahan/perkantoran dan 106,54 Ha
untuk keperluan lain-lain (Anonim, 2014).
9
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Kota Kupang
Curah hujan rata-rata di wilayah Kota
Kupang berkisar antara 3 – 4 mm/tahun.
Curah hujan bulanan berkisar antara 2,4 –
236 mm dengan waktu curah hujan
minimum terjadi pada bulan Juli sekitar 2,4
mm, sedangkan curah hujan maksimum
terjadi di bulan Desember sekitar 236 mm.
Untuk lebih jelasnya mengenai curah hujan
dan hari hujan yang terjadi di Kota Kupang
dalam kurun waktu 10 tahun dapat dilihat
pada Tabel 2 dan 3 berikut ini.
Tabel 2. Data curah hujan rata-rata pada tahun 1999 – 2008 di kota Kupang No Bulan Tahun