PENGEMBANGAN MODEL MATERI AJAR MEMBACA BERWAWASAN MULTIKULTURAL
UNTUK SEKOLAH DASAR
PENGEMBANGAN MATERI AJAR MEMBACA BERWAWASAN MULTIKULTURAL
SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR
Salimudin Pengawas TK/SD di Kabupaten Brebes
[email protected]: Keberadaan materi ajar merupakan
unsur yang sangat penting dan menjadi bagian kurikulum. Masalah
yang sering dihadapi guru adalah rendahnya kemampuan guru dalam
menyusun materi ajar yang lengkap dan sesuai untuk membantu peserta
didik. Selama ini guru hanya menggunakan buku-buku teks yang banyak
dijual oleh para penerbit yang materi belum tentu sesuai dengan
kondisi lingkungan, kebutuhan peserta didik, sehingga peserta didik
kurang dapat memahami materi ajar tersebut. Penelitian ini
bertujuan menghasilkan produk berupa model materi ajar membaca
berwawasan multikultural dengan memanfaatkan Information
Communication and Technology (ICT) sebagai media pembelajaran
membaca yang dirancang dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang
ada dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan peserta didik. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan merupakan metode untuk melakukan penelitian,
mengembangkan, dan menguji suatu produk. Simpulan hasil uji coba
luas secara keseluruhan aspek kelayakan isi, kelayakan kebahasaan,
kelayakan penyajian dan kelayakan wawasan miltikultural dapat
dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar revisi
rancangan awal sangat efektif adalah 73,06%; yang menyatakan
efektif 26,67%; dan yang menyatakan kurang efektif 0%, hasil
perbandingan antara materi ajar membaca yang ada pada buku teks
bahasa Indonesaia dengan model materi ajar membaca hasil
pengembangan terdapat perbedaan sangat signifikan karena nilai
dalam tabel t, dengan derajat kebebasan (df) 8 menunjukkan bahwa
nilai tuntuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,26 dan taraf
signifikansi 0,01 adalah 3,25. Oleh karena itu, trasio atau thitung
(13,327) lebih besar dari ttabel untuk (A=0,01). Hasil uji
keefektifan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil
tes sebelum menggunakan materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia
dengan. Model materi ajar membaca hasil pengembangan. Ini berarti
bahwa model materi ajar membaca hasil pengembangan efektif
digunakan untuk peserta didik kelas V sekolah dasar. Karena nilai
dalam tabel t dengan derajat kebebasan (df) 59, menunjukkan bahwa
nilai t untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,000 dan taraf
signifikansi 0,01 adalah 2,660, dengan demikian maka trasio atau
thitung lebih besar dari ttabel. Guru seyogyanya menyusun materi
ajar sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Penyusun materi
ajar, seperti penulis buku ajar, penerbit, guru dan pusat perbukuan
sebaiknya mempertimbangkan analisis kebutuhan peserta didik dan
guru, dan wawasan multikultural agar pengguna memahami dan
menghargai keanekaragaman suku, budaya, agama dan etnis. Pusat
Perbukuan disarankan untuk mengkaji kembali buku teks bahasa
Indonesia untuk sekolah dasar karena isi materi ajar pada buku teks
bahasa Indonesia masih kurang mencerminkan keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia.
Kata kunci: materi ajar, membaca, multikultural, ICTAbstract:
The existence of instructional materials is a very important
element and become part of the curriculum. The problem that often
teachers face is the low ability preparing instructional materials
which complete and appropriate to assist learners. During this time
teachers only use textbooks that are sold by the publisher that the
material does not necessarily correspond to environmental
conditions, the needs of learners, so learners are less able to
understand the teaching materials. This study aims to produce a
model of multicultural teaching materials insightful reading by
utilizing Information Communication and Technology (ICT) as a
medium of learning to read is designed and modified in accordance
with existing conditions and adapted to the needs of teachers and
learners. The method used in this study is a research and
development, a method to conduct research, develop, and test a
product. Conclusion The results of extensive testing the overall
feasibility aspect of the content, appropriateness of language,
presentation of feasibility and feasibility miltikultural insights
can be said that the number of respondents who said the preliminary
draft revision of teaching materials is very effective is 73.06%,
26.67% are declared effective, and that states are less effective
0%, the results of the comparison between the existing teaching
materials on reading textbooks Indonesaia with model language to
read the results of the development of teaching materials is very
significant because there are differences in the table t value,
degrees of freedom (df) 8 shows that the value tuntuk significance
level 0,05 is 2.26 and 0.01 significance level is 3.25. Therefore,
trasio or thitung (13.327) is greater than ttabel for (A = 0.01).
Effectiveness of the test results are highly significant
differences between the test results prior to using teaching
materials in Indonesian with textbooks. Model reading the results
of the development of teaching materials. This means that the model
of reading the results of the development of teaching materials
effectively used for class V students of elementary school. Because
the value in a table t with degrees of freedom (df) 59, suggesting
that t value for significance level 0.05 are 2.000 and 0.01
significance level is 2.660, and thus thitung or trasio greater
than ttabel. Teachers should develop teaching materials prior to
implementing learning in the classroom. Constituent teaching
materials, such as textbook authors, publishers, teachers and
perbukuan centers should consider the needs analysis of learners
and teachers, and multicultural insights that users understand and
appreciate the diversity of race, culture, religion and ethnicity.
Perbukuan Center advised to review the Indonesian text books for
elementary schools because the content of teaching materials in
textbooks is still a poor reflection of Indonesian cultural
diversity of Indonesia.
Keywords: instructional materials, reading, multicultural,
ICT
A. PendahuluanKeberadaan materi ajar (instructional materials)
merupakan unsur penting yang harus disiapkan guru sebelum
melaksanakan pembelajaran dan merupakan bagian kurikulum. Karena
merupakan hal yang penting dalam menentukan keberhasilan pada suatu
sistem pendidikan, guru sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk
membuat materi ajar yang berkualitas. Materi ajar yang berkualitas
adalah materi ajar yang materinya dapat menjawab permasalahan
peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, artinya dapat
memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan.
Jika dalam silabus ditentukan standar kompetensi, kompetensi
dasar, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian sebagai
kerangka, materi ajar merupakan isi yang melengkapi kerangka
tersebut. Materi ajar merupakan rincian spesifikasi isi yang
menjadi panduan bagi guru dalam hal insensitas cakupan dan jumlah
perhatian yang dituntut oleh isi tertentu atau tugas-tugas
paedagogis. Pengembangan materi ajar dilakukan berdasarkan atas
kebutuhan belajar peserta didik. Materi ajar yang lengkap dan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan menunjang ketercapaian
kompetensi dasar. Masalah yang penting adalah rendahnya kemampuan
guru dalam menyusun materi ajar yang lengkap dan sesuai untuk
membantu peserta didik dalam pencapaian kompetensinya. Hal ini
disebabkan bahwa dalam standar isi, materi ajar hanya dituliskan
secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Menjadi tugas guru
untuk menjabarkan materi pokok tersebut menjadi materi ajar yang
lengkap. Selama ini guru hanya menggunakan buku-buku teks yang
banyak dijual oleh para penerbit yang materi belum tentu sesuai
dengan kondisi lingkungan, kebutuhan peserta didik, sehingga
peserta didik kurang dapat memahami materi ajar tersebut. Menurut
Rokhman (2006:4) menyatakan bahwa dalam mengajar guru cenderung
menggunakan buku paket atau memanfaatkan materi ajar yang ada pada
buku teks. Hal ini juga disampaikan oleh Ekosiswoyo (Kompas, 23
Januari 2010) dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Unnes
menyatakan bahwa sebagian besar guru hanya menyalin materi ajar
dari berbagai sumber tanpa menyeleksi materi ajar yang akan
digunakan. Berkaitan dengan materi ajar membaca, buku teks
merupakan salah satu sumber materi ajar membaca yang juga dapat
berperan untuk menumbuhkan minat membaca, khususnya bagi peserta
didik. Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa mempunyai
arti sangat strategis dalam mengakses dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Bahkan lewat membaca inilah semua ilmu dapat diserap
sempurna oleh sebagian besar peserta didik.
Hasil pengamatan awal terhadap buku teks pelajaran bahasa
Indonesia yang menjadi salah satu sumber materi ajar membaca untuk
kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar di Kabupaten Brebes
yang dibeli melalui dana BOS tahun 2009 materinya masih kurang
memuat aspek-aspek multikultural Analisis isi dari teks bacaan
dalam buku tersebut dengan melihat aspek cerita rakyat, kesenian
rakyat, adat-istiadat, penggunaan sapaan, dan setting pada teks
bacaan. Temuan dari aspek multikultural menunjukkan kurang
meratanya representasi tentang keragaman budaya yang ada di
Indonesia. Representasi cerita rakyat sebagian besar berasal dari
pulau Jawa. Kurangnya keanekaragaman budaya dalam buku teks bahasa
Indonesia juga dikemukakan oleh Tulalessy (2004:46-47) dan Barjono
(2005:14-15) yang menyatakan bahwa materi ajar membaca dalam buku
teks bahasa Indonesia lebih banyak berbau jawasentris sehingga
anak-anak di luar pulau Jawa kadang mengalami kesulitan untuk
memahami isi materinya. Sulitnya peserta didik untuk memahami
materi ajar membaca dalam buku teks pelajaran dapat disebabkan
karena materi ajar yang didapatkan dalam buku-buku tersebut tidak
mengungkapkan nilai-nilai sosial budaya. Oleh karena itu, sekarang
sudah saatnya untuk memperhitungkan aspek keanekaragaman budaya
sebagai landasan penting dalam mengembangkan materi ajar membaca.
Untuk mengakomodasi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia
salah satunya dapat melalui pengembangan model materi ajar membaca
yang berwawasan multikultural. Secara khusus tujuan penelitian
pengembangan ini sebagai berikut (1) mengungkap tingkat kebutuhan
guru dan peserta didik mengenai model materi ajar membaca
berwawasan multikultural, (2) merancang model materi ajar membaca
yang berwawasan multikultural yang sesuai diterapkan di sekolah
dasar dengan media ICT, dan (3) menentukan keefektifan model materi
ajar membaca berwawasan multikultural dengan media ICT. Ruang
lingkup penelitian ini adalah adalah (1) kerangka teoretis
pendukung pengembangan materi ajar membaca berwawasan
multikultural, (2) analisis kebutuhan peserta didik dan guru akan
materi ajar membaca berwawasan multikultural, (3) menganalisis
model materi ajar yang sudah ada, (4) perencanaan pengembangan
materi ajar membaca berwawasan multikultural, (5) penyusunan model
materi ajar hasil pengembangan, dan (6) mengevaluasi materi ajar
hasil pengembangan. B. Landasan TeoretisMateri ajar (instructional
materials) merupakan rincian spesifikasi isi yang memberikan
panduan bagi guru dalam hal insensitas cakupan dan jumlah perhatian
yang dituntut oleh isi tertentu atau tugas-tugas paedagogis.
Tomlinson (1998) materi ajar merujuk segala sesuatu yang digunakan
guru atau peserta didik untuk memudahkan belajar bahasa, untuk
meningkatkan pengetahuan dan atau pengalaman berbahasa. Sedangkan
pengembangan materi ajar adalah apa yang dilakukan penulis, guru,
atau peserta didik untuk memberikan sumber masukan berbagai
pengalaman yang dirancang untuk meningkatkan belajar bahasa.
Anderson dan Krathwohl (2001) menyatakan bahwa ragam materi ajar
terdiri atas (1) fakta, (2) konsep, (3) prosedur, (4) metakognisi.
Fungsi materi ajar dalam pembelajaran menurut Cunningsworth (1984)
sebagai (1) penyajian materi ajar, (2) sumber kegiatan bagi peserta
didik untuk berlatih komunikasi secara interaktif, (3) rujukan
informasi kebahasaan, (4) sumber stimulan dan gagasan suatu
kegiatan kelas, dan (5) silabus, bantuan bagi guru yang kurang
berpengalaman untuk menumbuhkan kepercayaan diri. Penyusunan materi
ajar yang bermutu dilakukan melalui serangkaian kegiatan
pengembangan .Langkah-langkah pengembangan materi ajar menurut
Tomlinson (1998) yaitu (1) identifikasi kebutuhan guru dan siswa,
(2) penentuan kegiatan eksplorasi kebutuhan materi ajar, (3)
realisasi kontekstual dengan mengajukan gagasan yang sesuai,
pemilihan teks dan konteks materi ajar, (4) realisasi paedagogis
melalui tugas dan latihan dalam materi ajar, (5) produksi materi
ajar, (6) penggunaan materi ajar, dan (7) evaluasi materi ajar.
Richards (2002) mengajukan rancangan materi ajar meliputi (1)
pengembangan tujuan, (2) pengembangan silabus, (3) pengorganiasian
materi ajar ke dalam unit-unit pembelajaran (4) pengembanga
struktur per unit, dan (5) pengurutan unit-unit. Pengembangan
materi ajar dalam makalah ini dengan menggambungkan dua rancangan
Tomlinson dan Richards, yang merupakan rancangan pengembangan
materi ajar yang terdiri atas empat langkah utama.
Tabel 1. Langkah-langkah pengembangan materi ajar1Identifikasi
kebutuhanEksplorasi kebutuhan materi ajar
2Pengembangan silabusAnalisis pembelajaran
3Pengorganisasian materi ajarRealisasi kontektual dan
paedagogis
4Evaluasi materi ajarPengembangan materi ajar (uji coba)
1. Identifikasi Kebutuhan Materi ajar yang bermutu disusun
berdasarkan kebutuhan siswa atau peserta didik dan guru,
perkembangan kognitif peserta didik, dan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi. Disamping
itu, dalam menyusun materi ajar menurut Ekowardoyo (2006) hendaknya
mengandung muatan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan
budi pekerti yang luhur dalam rangka pendidikan nasional. Kaitannya
dengan kebutuhan peserta didik dan guru Tesmer & Wedmen dalam
Trianto (2005) mengemukakan bahwa identifikasi kebutuhan harus
memperhatikan beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
tujuan pembelajaran bahasa. Faktor tersebut adalah siswa, guru, dan
situasi pembelajaran. Analisis kendala dalam pembelajaran bahasa
akan menjadi pertimbangan untuk penyusunan materi ajar. Misalnya:
(1) apabila minat siswa terhadap topik menjadi kendala maka materi
ajar harus mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang mungkin menarik
minat siswa, (2) jika faktor kemampuan (pemahaman dan fasilitas)
guru dalam membuat materi ajar menjadi kendala maka materi ajar
yang disusun relatif lengkap atau siap pakai, demikian juga dengan
(3) faktor sumber belajar lainnya (misalnya koleksi buku di
perpustakaan) kurang memadai maka materi ajar haruslah dapat
menjadi model yang relatif lengkap secara minimal.
Kebutuhan ditentukan konvensional terhadap sesuatu seperti
kesenjangan antara apa dan apa yang semestinya. Pernyataan
kebutuhan bersifat terbuka tafsiran terhadap penafsiran yang
bersifat kontekstual dan berisi penilaian. Kebutuhan merupakan
persoalan persetujuan dan penilaian bukan penemuan. Identifikasi
kebutuhan materi ajar berarti pengkajian tentang pengkajian
kebutuhan dan keinginan akan materi ajar tertentu, serta pendapat
akan kekurangan tentang bahan ajar yang digunakan selama ini.
2. Pengembangan Silabus dan RPP
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan megenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, bahwa
guru pengemban tugas sebagai pelaksana operasional dari kurikulum
yang berlaku. Selain sebagai pedoman, kurikulum juga berfungsi
sebagai preventif yaitu sebagai alat kontrol agar guru tidak
menyimpang dalam melaksanakan tugasnya, dan kurikulum dapat pula
memberikan arah dalam pengembangan kurikulum itu sendiri. Nunan
(1991) menyatakan kurikulum sebagai prinsip dan prosedur untuk
perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pengelolaan program
pendidikan, sedangkan silabus diartikan lebih sempit sebagai
spesifikasi apa yang diajarkan dan urutan isi suatu program
pengajaran bahasa. Pendapat tersebut ada kaitannya dengan Richard
(1996) mengemukakan bahwa desain silabus merupakan pengembangan
salah satu aspek dalam pengembangan kurikulum. 3. Pengorganisaian
Materi Ajar Pengorganisasian materi ajar dapat dengan lima cara
yaitu dengan (1) pembuatan, (2) pengadaptasian, (3) pengadopsian,
(4) penerjemahan, dan (5) perevisian. Pengadaptasian dapat
dilakukan dengan cara penghilangan, penambahan, pengurangan,
perluasan, dan penempatan, pengurutan ulang dari materi ajar yang
telah ada ada. Sedangkan pengadopsian yaitu dengan jalan
mengembangkan materi ajar melalui cara mengambil gagasan, atau
bentuk dari suatu karya yang sudah ada sebelumnya kemudian
dikembangkan menjadi bentuk yang lain. Jenis penyusunan materi ajar
didasarkan empat faktor yaitu isi (apa), urutan (kapan), langkah
(waktu yang diperlukan), prosedurnya bagaimana (Tomlinson 1998).
Langkah pengorganisasian materi ajar langkah berikutnya setelah
pengembangan silabus. Tahap selanjutnya adalah realisasi kontektual
dan realisasi paedagogis.
4. Evaluasi Materi Ajar
Evaluasi materi ajar pada dasarnya merupakan proses pencocokan,
yaitu mencocokan kebutuhan yang diinginkan terhadap kemungkinan
yang tersedia. Tahapan pengembangan model materi ajar secara umum
mencakup langkah-langkah (1) penulisan awal (draf) materi ajar, (2)
pemeriksaan tulisan awal materi ajar, (3) uji coba materi ajar, dan
(4) revisi materi ajar. Davision dalam Tomlinson (1998) menyatakan
pentingnya uji coba materi ajar agar materi ajar itu layak
digunakan atau tidak, apakah tujuan pembelajaran telah tercapai,
apakah sudah sesuai dengan harapan pemakai, dan apakah dapat
meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Tahapan uji coba produk dalam pengembangan materi ajar dapat
disimpulkan sebagai bagian evaluasi materi ajar. Jaan Mikk (2002)
menyatakan bahwa untuk melihat keefektifan materi ajar dapat di
analisis dengan pendapat responden, evaluasi materi ajar melalui
eksperimen, analisis materi ajar, dan uji keterbacaan. Selain itu
juga dengan cara melihat kriteria isi dengan standar kelulusan,
standar kompetensi,dan kompetensi dasar (Depdiknas 2006).5. Materi
Ajar Membaca Berwawasan Multikultural di SDPenyusunan materi ajar
membaca seyogyanya dikaitkan dengan fungsi bahasa sebagai alat
untuk berkomunikasi. Bahasa juga berfungsi sebagai transaksional
yang akan mengungkapkan isi, dan fungsi bahasa sebagai
interaksional yang mengungkapkan hubungan sosial. Menyusun materi
ajar membaca menyangkut penggunaan bahasa secara tertulis. Paling
tidak terdapat dua hal yang mendasar dalam bahasa tulis, yakni
penggunaan kata dan kalimat. Pemahaman atas kata saja tidak
mencukupi bagi seseorang dalam membaca karena kata-kata yang
diwujudkan dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan. Hubungan itu ditandai oleh terbentuknya kalimat.
Sekalipun sebuah kalimat sudah menyampaikan makna tertentu,
kebanyakan kalimat dalam bahasa tulis masih harus dijelaskan oleh
kalimat-kalimat lainnya, kemudian membentuk sebuah paragraf. Sebuah
bacaan biasanya mengandung lebih dari satu paragraf. Menurut
fungsinya materi ajar membaca dapat dibedakan atas materi ajar
membaca yang digunakan untuk menyampaikan informasi faktual dan
materi ajar membaca yang digunakan untuk menyampaikan reka cipta.
Perbedaan tersebut menimbulkan perbedaan dalam penggunaan bahasa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga hal yang mendasar berkenaan dengan materi ajar membaca, yakni
(1) komponen kebahasaan, (2) komponen komposisi karangan, dan (3)
komponen keterbacaan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajuan bangsa. Pendidikan
multikultural merupakan salah satu alternatif untuk tidak sekadar
merekatkan kembali nilai-nilai persatuan, kesatuan, berbangsa dan
bernegara tetapi memberikan pemahaman tersendiri terhadap rasa
kebangsaan sendiri. Pendidikan multikultural ini untuk merespon
fenomena konflik etnis, sosial, budaya yang kerap muncul di
tengah-tengah masyarakat multikultural. Pada jenjang pendikan dasar
pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam materi ajar
membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan
mempertimbangankan kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan pemanfaatan
semua unsur sosial dan budaya dilingkungan sekitar peserta didik
sebagai salah satu sumber belajar. Menurut Banks dalam Mahfud
(2006) pendidikan multikultural memiliki lima dimensi yang saling
berkaitan yaitu (1) content integration, (2) the knowledge
contruction process, (3) anequity paedagogy, (4) prejudice
reduction, dan (5) melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam
olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda
etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik yang toleran
dan inklusif.
Materi ajar membaca yang baik harus mampu memberikan pemahaman
yang mendasar dan menyeluruh mengenai kenyataan keanekaragaman
masyarakat dan kebudayaan. Karena muatan budaya yang beragam akan
membantu peserta didik untuk menerima dan menghargai keragaman
budaya. Untuk mengatasi hal tersebut maka aspek multikultural
dimasukkan dalam materi ajar membaca. Multikultural dalam materi
ajar bukan dirancang sebagai isi kurikulum, tetapi terefleksikan
dalam aspek-aspek pembelajaran baik secara tersirat maupun
tersurat. Wawasan multikultural ini diimplementasikan ke dalam
pilihan model teks wacana bacaan. C. Metode PenelitianMetode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
dan pengembangan (research and development) merupakan metode untuk
melakukan penelitian, mengembangkan, dan menguji suatu produk
(Samsudi, 2006:73). Metode penelitian dan pengembangan merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam konteks
pendidikan, maka produk yang dimaksud dalam penelitian ini
berkaitan dengan komponen sistem pendidikan. Penelitian
pengembangan berupaya menghasilkan suatu komponen dalam sistem
pendidikan, melalui langkah-langkah pengembangan validasi.
1. Prosedur Penelitian Pengembangan
Menurut Borg dan Gall (1983:775) secara konseptual metode
penelitian dan pengembangan mencakup 10 langkah umum.
Langkah-langkah itu adalah (1) research and information collecting
yaitu studi literatur, obervasi, dan persiapan, (2) planning yaitu
penentuan tujuan yang akan dicapai, (3) develop preliminary form of
product yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk pada
setiap tahapan (4) preliminary field testing yaitu uji coba
lapangan awal dalam skala terbatas, (5) main product revision yaitu
perbaikan terhadap produk awal, (6) main field testing yaitu uji
coba utama, (7) operational product revision yaitu perbaikan dan
penyempurnaan dari uji coba utama, (8) operational field testing
yaitu uji validasi terhadap produk operasional yang telah
dihasilkan, (9) final product revision yaitu perbaikan akhir
terhadap produk yang telah dikembangkan, dan (10) dissemination and
implementation yaitu menyebarluaskan produk yang dikembangkan.
Penelitian ini secara garis besar dilaksanakan dalam tiga tahap
kegiatan. Pertama, tahap studi pendahuluan dilakukan kegiatan studi
literatur,analisis tingkat kebutuhan guru, peserta didik mengenai
materi ajar membaca berwawasan multikultural dan perencanaan.
Kedua, tahap studi pengembangan meliputi kegiatan menyusunan
pengembangan materi ajar, uji coba secara terbatas, uji para ahli
(pakar), perbaikan dan penyempurnaan, uji coba secara luas, dan
revisi model akhir. Ketiga, tahap penyusunan laporan penelitian.
Uji lapangan utama atau uji kesesuaian bertujuan untuk menentukan
apakah produk model materi ajar sesuai dengan tujuan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengembangkan model materi ajar yang
berwawasan multikultural. Oleh sebab itu uji kesesuaian yang
digunakan adalah uji perbedaan (uji-t) antara model yang ada
(pre-developed) dan model yang telah dikembangkan (post-developed).
Uji ini juga dilengkapi dengan evaluasi kualitatif.
Uji lapangan operasional atau uji keefektifan bertujuan untuk
menentukan apakah produk model materi ajar telah siap digunakan
tanpa kehadiran peneliti. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan
uji keefektifan bahan ajar melalui pretes dan postes saat materi
ajar digunakan oleh peserta didik kelas V SD. Uji-t digunakan untuk
melihat keefektifan bahan ajar.2. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penentuan lokasi dan subjek penelitian ini didasarkan pada
pendapat Setyosari (2010:206) yang menyatakan bahwa dalam
penelitian pengembangan ujicoba awal dapat dilakukan pada 1-3
sekolah yang melibatkan 6-12 subjek, sedangkan pada ujicoba luas
dilakukan pada 5-15 sekolah dengan melibatkan 30-100 subjek.
Lokasi penelitian pada kegiatan studi pendahuluan dilakukan di
24 kabupaten Provinsi Jawa Tengah yaitu untuk mendapatkan data awal
mengenai (1) kebutuhan guru dan peserta didik akan materi ajar
membaca berwawasan multikultural, dan (2) pendapat guru tentang
materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia yang digunakan
oleh guru dalam pembelajaran di kelas dengan melibatkan 55 guru dan
60 peserta didik sebagai subjek.3. Data, dan Analisis Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah (1) informasi
tentang kebutuhan guru dan peserta didik akan materi ajar membaca
berwawasan multikultural, (2) pendapat para guru selaku pengguna
materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia, (3) hasil uji
coba terbatas dan luas, (4) hasil uji coba luas evaluasi materi
ajar, (5) evaluasi materi ajar membaca berwawasan multikultural,
dan (6) data uji keefektifan materi ajar membaca berwawasan
multikultural.
Sumber data dalam penelitian pengembangan ini adalah peserta
didik di kelas V sekolah dasar, dan guru-guru sekolah dasar di kota
Semarang dan kabupaten Brebes. Sumber data selanjutnya adalah
materi ajar membaca yang ada didalam buku teks bahasa Indonesia
yang sekarang digunakan di sekolah dasar kelas V di kabupaten
Brebes.
Data (1), (2), (3), (4), dan (5) dikumpulkan dengan kuesioner
yang kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data (3),
(4) dan (5) dikumpulkan dengan kuesioner yang kemudian dianalisis
secara deskriptif kuantitatif, sedangakan untuk data nomor (6)
dianalisis dengan uji-t.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah (1)
kuesioner kebutuhan guru akan materi ajar membaca berwawasan
multikultural, (2) kuesioner kebutuhan peserta didik akan materi
ajar membaca berwawasan multikultural, (3) kuesioner penilaian
materi ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia yang digunakan
oleh guru, (4) tes pemahaman isi bacaan, dan (5) intrumen non-tes
observasi, wawancara kepada guru dan peserta didik. Instrumen
analisis tingkat kebutuhan dalam penelitian ini disusun dengan
tujuan untuk mendapatkan data pendapat guru dan peserta didik
terhadap materi ajar yang pernah atau sedang mereka gunakan, dan
materi ajar seperti apa yang mereka inginkan. Instrumen uji
lapangan terbatas dan utama (evaluasi materi ajar) disusun
berdasarkan konsep evaluasi materi ajar yaitu (1) kelayakan isi
yaitu kesesuaian dengan standar kompetensi, dan kompetensi dasar,
(2) kelayakan bahasa (3) kelayakan penyajian, (4) kelayakan
grafika, dan (5) wawasan multikultural. Instrumen uji keefektifan
disusun berdasarkan indikator kompetensi dalam kurikulum. D. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Hasil identifikasi kebutuhan merupakan hasil dari analisis
kuesioner dengan responden guru dan peserta didik. Hasil analisis
ini untuk mengetahui kebutuhan guru dan peserta didik yang
dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan model
materi ajar membaca berwawasan multikultural. Karakteristik
responden adalah guru berprestasi, kepala sekolah berpestasi, dan
pengawas sekolah berprestasi yang berasal dari 24 kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Jumlah responden ada 55 yang terdiri dari 25
guru kelas, guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
sekolah berjumlah 18, sedangkan guru yang mendapat tugas tambahan
sebagai pengawas ada 12 orang. Latar belakang kualifikasi
pendidikan yang dimiliki adalah sarjana pendidikan 47 guru,
magister pendidikan 8 guru. dengan masa kerja 5-10 tahun ada 12
orang, masa kerja 11-20 tahun berjumlah 40 orang, dan mempunyai
masa kerja 21-30 tahun ada 3. 1. Kebutuhan Guru Terhadap
Pengembangan Materi Ajar Membaca
Kuesioner tentang kebutuhan guru akan pengembangan model materi
ajar membaca yang berwawasan multikultural dengan media saji ICT
terbagi menjadi 4 aspek antara lain (1) kelayakan isi, (2)
kelayakan bahasa, (3) kelayakan penyajian materi ajar, (4) wawasan
multikultural. Pada kuesioner tentang kebutuhan guru ada 26
pertanyaan yang dibagi menjadi 8 pertanyaan tentang kelayakan isi,
7 pertanyaan tentang bahasa, 5 pertanyaan tentang penyajian materi
ajar, dan 6 pertanyaan tentang multikultural.
Secara lengkap hasil kuesioner yang diberikan kepada guru
se-Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Rekapitulasi analisis kebutuhan guru akan materi ajar
berwawasan multikultural dengan media saji ICT NoAspekJumlah butir
penyataanJumlah respondenSkorKategori
1Kelayakan isi8551613Sangat dibutuhkan
2Bahasa7551286Sangat dibutuhkan
3Penyajian555 938Sangat dibutuhkan
4Multikultural 6551094Sangat dibutuhkan
Dari data hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa guru
sekolah dasar membutuhkan pengembangan materi ajar membaca
berwawasan multikultural dengan media saji ICT. Selama ini guru
cenderung mengajar materi ajar membaca yang ada dalam buku teks
dengan metode konvensional. Guru juga kurang paham akan konsep
multikultural sehingga kurang memberikan arahan kepada peserta
didik akan penting wawasan mulikultural. Guru cenderung
mengandalkan sumber materi ajar membaca pada buku teks bahasyang
telah tersedia di perpustakaan atau telah disediakan oleh penerbit
tanpa mencari referansi yang lebih aktual dari berbagai sumber
seperti surat kabar, jurnal,lingkungan sekolah dan internet.2.
Kebutuhan Peserta Didik akan Pengembangan Materi Ajar Membaca
Seperti pada kuesioner kebutuhan guru, kuesioner ini disampaikan
kepada peserta didik kelas V sekolah dasar se-Jawa Tengah dengan
mengambil 60 responden yang berasal dari 7 sekolah dasar yang
tersebar di kabupaten dengan mengambil 5 sampel pada setiap
sekolah.Kuesioner kebutuhan peserta didik akan pengembangan materi
ajar membaca yang berwawasan multikultural terbagi menjadi 4 aspek
antara lain: (1) kelayakan isi, (2) kelayakan bahasa, (3) penyajian
materi ajar, (4) multikultural.Pada kuesioner kebutuhan peserta
didik ada 25 pertanyaan yang dibagi menjadi 5 pertanyaan yang
berkaitan dengan kelayakan isi, 8 pertanyaan tentang bahasa, 6
pertanyaan tentang penyajian materi ajar,dan 6 pertanyaan tentang
multikultural.
Tabel 3. Rekapitulasi analisis kebutuhan peserta didik akan
materi ajar membaca berwawasan multikultural dengan media saji
ICT
NoAspekJumlah butir penyataanJumlah respondenSkorKategori
1Kelayakan isi560985Sangat dibutuhkan
2Bahasa8601422Dibutuhkan
3Penyajian6601237Sangat dibutuhkan
4Multikultural 6601170Sangat dibutuhkan
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat simpulan bahwa peserta
didik sangat membutuhkan materi ajar membaca yang berwawasan
multikultural Karena dengan mengetahui wawasan multikultural
peserta didik dapat menghargai teman dan budaya dari daerah lain.
3. Penilaian Guru Terhadap Materi Ajar Membaca Pada Buku Teks Hasil
penilain guru terhadap materi ajar membaca di buku teks bahasa
Indonesia merupakan hasil analisis kuesioner dengan responden 55
guru. Karakteristik responden adalah guru, kepala sekolah, dan
pengawas sekolah berprestasi yang berasal dari 24 kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Jumlah responden ada 55 yang terdiri dari 25
guru kelas, guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
sekolah berjumlah 18, sedangkan guru yang mendapat tugas tambahan
sebagai pengawas ada 12 orang. Latar belakang kualifikasi
pendidikan yang dimiliki adalah sarjana pendidikan 47 guru,
magister pendidikan 8 guru. dengan masa kerja 5-10 tahun ada 12
orang, masa kerja 11-20 tahun berjumlah 40 orang, dan yang
mempunyai masa kerja 21-30 tahun ada 3 orang.
Buku teks bahasa Indonesia yang dianalisis oleh guru adalah buku
teks bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru kelas sebagai materi
ajar membaca yang dibeli melalui dana BOS buku tahun 2009 yang
diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Nasional Departemen Pendidikan
Nasional Tahun 2008. Buku yang dianalisis berjumlah 6 yaitu (1)
Gemar Berbahasa Indonesia I karangan Karsidi, dan Nafron Hasyim,
(2) Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 2 karangan Edi Warsidi dan
Farikha (3) Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3 karangan Edi
Warsidi dan Farikha,(4) Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 4
karangan Edi Warsidi dan Farikha,(5)Bahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas V karangan Umi Nuraeni dan Indriyani, dan (6) Bahasa
Indonesia Membuatku Cerdas 6 karangan Edi Warsidi dan Farikha.
Hasil penilaian guru terhadap buku teks bahasa Indonesia yang
digunakan oleh guru sebagai berikut (1) aspek kelayakan isi materi
ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia dari 55 guru yang
menyatakan 9,09% sangat sesuai dan 86,82% sesuai,dan yang
menyatakan tidak sesuai 4,09%, (2) aspek kelayakan bahasa dari 55
guru menyatakan 7,73% sangat sesuai dan 83,18% sesuai,yang
menyatakan tidak sesuai 7,73%,dan yang menatakan sangat tidak
sesuai 1,36% (3) aspek kelayakan penyajian dari 55 guru yang
menyatakan 10,91% sangat sesuai, 70,45% sesuai, 5,45 menyatakan
tidak sesuai,dan 13,18% menyatakan sangat tidak sesuai, dan (4)
aspek grafika dari 55 guru yang menyatakan 9,09 menyatakan sangat
sesuai, 83,03% sesuai, 6,67% tidak sesuai, dan 1,21% menyatakan
sangat tidak sesuai, dan (5) aspek wawasan multikultural materi
ajar membaca pada buku teks bahasa Indonesia dari 55 guru yang
menyatakan 0,75% berpendapat sesuai, 32,73% menyatakan tidak sesuai
dengan wawasan multikultural, sedangkan 66,54 % berpendapat sangat
tidak sesuai. Hasil penilaian guru terhadap materi ajar membaca
pada buku teks bahasa Indonesia dapat dilihat pada grafik di bawah
ini.
Grafik 1. Penilaian buku teks bahasa IndonesiaBerdasarkan
penilaian tersebut maka dapat disimpulkan (1) kelayakan isi, sudah
sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar yang tercantum
dalam standar isi (kurikulum) sedangkan untuk kedalaman dan
keluasan materi ajar sudah sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan
grafika sudah sesuai, dan (2) wawasan multikultural pada materi
ajar membaca masih menyisakan ruang untuk penyempurnaan karena
keanekaragaman budaya yang ditampilkan sebagian besar berasal dari
pulau Jawa. Padahal Indonesia adalah masyarakat yang memiliki
keragaman bahasa, sosial budaya, etnis, suku, agama, dan status
sosial.4. Uji Coba Terbatas dan Revisi
Uji coba terbatas materi ajar membaca dilaksanakan dengan
langkah: (1) memperkenalkan rancangan materi ajar membaca
berwawasan multikultural berupa teks bacaan, (2) penjelasan
mengenai karakteristik dan cara menggunakan materi ajar membaca
berwawasan multikultural, dan (3) tanggapan dari subjek untuk
memperoleh masukkan untuk penyempurnaan dan perbaikan rancangan
akhir. Hal ini terlihat dari aspek kelayakan isi yang terdiri dari
(1) keterkaitan materi ajar dengan standar kompetensi yang
menunjukkan 78% guru menyatakan materi ajar sangat sesuai, 22% guru
menyatakan materi ajar sesuai, (2) 78% guru menyatakan materi ajar
yang disajikan sangat sesuai dengan kompetensi dasar, 22% guru
menyatakan materi ajar sesuai, (3) kedalaman materi ajar mendukung
ketercapaian kompetensi dasar 67% guru menyatakan materi ajar
sangat mendukung, 33% guru menyatakan materi ajar mendukung, (4)
kedalaman materi ajar mendukung ketercapaian standar kompetensi 56%
guru menyatakan materi ajar sangat mendukung, 44% guru menyatakan
materi ajar mendukung, (5) keluasan materi ajar mendukung
ketercapaian standar kompetensi 67% guru menyatakan materi ajar
sangat mendukung, 33% guru menyatakan materi ajar mendukung, (6)
kedalaman materi ajar mendukung ketercapaian kompetensi dasar 56%
guru menyatakan materi ajar sangat mendukung, 44%guru menyatakan
materi ajar mendukung, (7) kesesuaian materi ajar dengan tingkat
perkembangan peserta didik 67% guru menyatakan materi ajar sangat
sesuai, 33% guru menyatakan materi ajar sesuai, dan (8) kesesuaian
materi ajar dengan pengalaman belajar peserta didik 78% guru
menyatakan materi ajar sangat sesuai, 22% guru menyatakan materi
ajar sesuai.
Aspek kelayakan bahasa materi ajar dinilai baik, sebab pada
indikator (1) 11% guru menilai pemilihan kosakata dalam materi ajar
sangat sesui dengan kaidah ketepatan, 89% guru menyatakan sesuai,
(2) 33% guru menilai pemilihan kosakata dalam materi ajar sangat
sesui dengan kaidah kecocokan, 67% guru menyatakan sesuai, (3) 33%
guru menilai struktur kalimat sangat sesuai dengan tingkat
penguasaan bahasa peserrta didik, 56% guru menyatakan sesuai, 11%
guru menyatakan tidak sesuai, (4) 22% guru menilai struktur kalimat
sangat sesuai dengan tingkat kognisi peserta didik, 67% guru
menyatakan sesuai, 11 guru menyatakan tidak sesuai, (5) 22% guru
menilai pemilihan komposisi karangan dalam materi ajar sangat
sesuai, 78% guru menyatakan sesuai, (6) 33% guru menilai pemilihan
komposisi karang sangat sesuai dengan informasi yang disampaikan,
67% guru menyatakan sesuai, dan (7) 44% guru menilai materi ajar
yang digunakan sangat sesui tingkat keterbacaan peserta didik, 56%
guru menyatakan sesuai.
Aspek kelayakan penyajian materi ajar dinilai baik, sebab pada
indikator (1) 44% dinilai oleh guru materi yang disajikan sangat
mendukung pencapaian tujuan membaca, 56% dinilai oleh guru
mendukung, (2) 33% dinilai oleh guru materi yang disajikan sangat
mendukung minat baca peserta didik, 56% dinilai oleh guru mendukung
dan 11% kurang mendukung, (3) 56% guru menilai materi latihan dan
tugas sangat menunjang pencapaian kompetensi, 44% guru menilai
menunjang, (4) 56% dinilai oleh guru materi yang disajikan dalam
bentuk CD sangat membantu ketercapaian kompetensi membaca,
sedangkan 44% menilai materi yang disajikan dengan CD membantu
pencapaian kompetensi membaca, (5) 33 % dinilai oleh guru bahwa
pengorganisaian materi sangat bermanfaat dalam mendukung kebutuhan
komunikasi, 67% menyatakan materi itu mendukung kebutuhan
komunikasi.
Aspek kelayakan penyajian materi ajar dinilai baik, sebab pada
indikator (1) 22% guru menilai bahwa letak huruf, jenis huruf, dan
ukuran huruf dalam materi ajar sangat sesuai, 78% guru menilai
sesuai, (2) 11% guru menilai bahwa tata letak dan ilustrasi pada
materi ajar sangat memberi daya tarik kepada peserta didik untuk
membaca, 78% menilai memberi daya tarik, dan 11 guru menilai tata
letak dan ilustrasi tidak memberikan daya tarik kepada peserta
didik untuk membaca, dan (3) 11% guru menilai pemberian warna sudah
sangat sesuai pada materi ajar, sedangkan 89% menilai pemberian
warna pada materi ajar sesuai.
Aspek kelayakan multikultural model materi ajar dinilai baik,
sebab pada indikator (1) 89% guru menilai bahwa dengan
keanekaragaman budaya, 11% guru menilai sesuai dengan
keanekaragaman budaya, (2) 67% guru menilai bahwa teks bacaan pada
model materi ajar membaca sangat berkaitan dengan keanekaragaman
budaya, dan 33% guru menilai teks bacaan berkaitan dengan
keanekaragaman budaya, (3) 78% guru menilai bahwa cerita rakyat
pada model materi ajar membaca sangat berkaitan dengan
keanekaragaman budaya, dan 22% guru menilai cerita rakyat berkaitan
dengan keanekaragaman budaya, (4) 67% guru menilai bahwa kesenian
rakyat yang diperkenalkan pada model materi ajar membaca sangat
berkaitan dengan keanekaragaman budaya, dan 22% guru menilai
kesenian rakyat yang dipernalkan berkaitan dengan keanekaragaman
budaya, (5) 56% guru menilai bahwa pengenalan budaya tpada model
materi ajar membaca sangat cukup memberikan pemahaman tentang
pendidikan multikultural, dan 44% guru menilai cukup memberikan
pemahaman pendidikan multikultural, (6) 67% guru menilai bahwa
tugas dan latihan pada model materi ajar membaca sangat mendorong
peserta didik untuk menerima dan menghargai keanekaragaman budaya,
dan 33% guru menilai cukup mendorong peserta didik untuk menerima
dan menghargai keanekaragaman budaya, dan (6) 56% guru menilai
bahwa model materi ajar membaca berwawasan multikultural sangat
sangat membantu peserta didik untuk melestarikan budaya Indonesia
sedangkan 44% guru menilai cukup membantu peserta didik untuk untuk
melestarikan budaya Indonesia.
Secara keseluruhan keterkaitan dengan aspek kelayakan isi,
kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, kelayakan grafika, dan
kelayakan multikultural dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang
menyatakan materi ajar rancangan awal sangat efektif adalah 50%,
yang menyatakan efektif 49%, dan yang menyatakan kurang efektif
1%.
5. Uji Coba Luas
Uji secara luas adalah pengujian lanjutan model materi ajar
membaca setelah diperbaiki adalah uji secara luas. Uji secra luas
dalam penelitian ini dilaksanakan dengan (1) meminta kembali
tanggapan responden atas revisi rancangan awal banyak, (2) analisis
kesesuaian bahan ajar dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar pada standar isi (kurikulum), dan (3) analisis perbedaan
antara model yang ada dan model yang telah dikembangkan.
Berdasarkan tanggapan responden terhadap hasil revisi rancangan
awal menunjukkan bahwa model materi ajar membaca berwawasan
multikultural ajar cukup efektif digunakan sebagai materi ajar
membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Hal
ini terlihat dari aspek (1) kelayakan isi adanya keterkaitan materi
ajar membaca ajar dengan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar (kurikulum) yang menunjukkan 75% responden menyatakan materi
ajar membaca memiliki keterkaitan yang sangat tinggi; 25% responden
menyatakan materi ajar membaca cukup memiliki keterkaitan; dan 0%
responden menyatakan materi ajar membaca tidak memiliki
keterkaitan; (2) aspek bahasa pada materi ajar membaca dinilai
sangat baik oleh 74,11% responden; dinilai baik oleh 25,89%; dan
dinilai kurang oleh 0% responden; (3) aspek penyajian dinilai
sangat baik oleh 70,42% responden; dinilai baik oleh 29,58%; dan
dinilai kurang oleh 0 % responden; (4) aspek grafika pada materi
ajar membaca dinilai sangat baik oleh 70,42% responden; dinilai
cukup baik oleh 29,58%; dan dinilai kurang oleh 0 % responden,
sedangkan untuk (5) aspek wawasan multikultural dinilai sangat baik
oleh 55,56% responden; dinilai baik oleh 44,44%; dan dinilai kurang
oleh 0 % responden.
Secara keseluruhan aspek kelayakan isi, kelayakan kebahasaan,
kelayakan penyajian dan kelayakan wawasan miltikultural dapat
dikatakan bahwa jumlah responden yang menyatakan materi ajar revisi
rancangan awal sangat efektif adalah 73,06%; yang menyatakan
efektif 26, 67%; dan yang menyatakan kurang efektif 0%. 6. Uji
Lapangan Operasional (Uji Keefektifan)
Uji keefektifan atau uji lapangan operasional dilaksanakan untuk
menentukan apakah produk model materi ajar membaca hasil dari
pengembangan sudah siap untuk digunakan secara operasional di
lapangan tanpa kehadiran peneliti. Uji keefektifan model materi
ajar membaca dilaksanakan di SDN Sigentong 01, SDN Brebes 06, dan
SD Swasta Islam Al-Azhar 25 Semarang. Pelaksanaan uji kefektifan
ini melibatkan 60 subjek peserta didik yang berasal dari tiga
sekolah dasar. Setiap sekolah diambil 20 peserta didik yang duduk
di kelas V secara acak. Hasil dari uji-t dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4. Hasil uji keefektifan materi ajar membaca dengan
Uji-t
No.Materi Ajar MembacaRata-Rata PretesRata-Rata
PostesThitungTtabel
A = 0,05A = 0,01
1Teks percakapan Pencak Silat68,0575,9521,2042,0002,660
2Teks bacaan Nenek Moyangku Orang Pelaut68,8376,5317,210
3Membaca puisi berjudulMajemuk69,5875,4713,878
4Menyimpulkan isi cerita rakyat Suri Ikun dan Dua
Burung70,2078,4517,698
Berdasarkan tabel 16 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
Nilai dalam tabel t dengan derajat kebebasan (df) 59, menunjukkan
bahwa nilai t untuk taraf signifikansi 0,05 adalah 2,000 dan taraf
signifikansi 0,01 adalah 2,660. Dengan demikian maka trasio atau
thitung lebih besar dari ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil tes sebelum
menggunakan materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia dengan
hasil tes setelah menggunakan model materi ajar membaca hasil
pengembangan. Ini berarti bahwa model materi ajar membaca hasil
pengembangan efektif digunakan untuk peserta didik kelas V sekolah
dasar.E. Simpulan dan Saran SimpulanSimpulan penelitian
pengembangan model materi ajar membaca berwawasan multikultural
untuk kelas V sekolah dasar adalah sebagai berikut.
1. Hasil kuesioner yang diberikan kepada 55 responden guru
sekolah dasar di 24 kabupaten Jawa Tengah didapatkan skor total
4814 dengan prosentase 88,23%. Berdasarkan rentang skor analisis
kebutuhan guru akan pengembangan materi ajar membaca yang
berwawasan multikutural dengan media saji ICT didapatkan sebagai
berikut: 0-1430 termasuk tidak dibutuhkan, 1431-2860 kategori
kurang dibutuhkan, 2861-4290 kategori dibutuhkan, dan 4291-5721
kategori sangat dibutuhkan. 2. Dari hasil kuesioner yang diperoleh
kemudian dianalisis dan didapat skor 4931 dengan prosentase 86,21%.
Berdasarkan rentang skor analisis kebutuhan peserta didik akan
materi ajar membaca yang berwawasan multikutural dengan media saji
ICT didapatkan sebagai berikut: 0-1500 termasuk tidak dibutuhkan,
1501-3000 kategori kurang dibutuhkan, 3001-4500 kategori
dibutuhkan, dan 4501-6000 kategori sangat dibutuhkan. Dari rentang
skor yang dipaparkan di atas hasil perhitungan kuesioner masuk
kategori sangat diperlukan.
3. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat disimpulkan (1)
kelayakan isi, sudah sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi
dasar yang tercantum dalam standar isi (kurikulum) sedangkan untuk
kedalaman dan keluasan materi ajar sudah sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian,
dan kelayakan grafika sudah sesuai, dan (2) wawasan multikultural
pada materi ajar membaca masih menyisakan ruang untuk penyempurnaan
karena keanekaragaman budaya yang ditampilkan sebagian besar
berasal dari pulau Jawa.4. Prosedur dalam mengembangkan silabus
materi ajar membaca yang berwawasan multikultural adalah sebagai
berikut: (1) menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2)
materi pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (5)
merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (6) menentukan jenis
penilaian yang sesuai dengan karakteristik setiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar, (7) menentukan alokasi waktu yang
dibutuhkan, dan (8) menentukan sumber belajar yang akan digunakan
sebagai rujukan. 5. Materi ajar membaca yang dirancang adalah teks
bacaan untuk kelas 5 sekolah dasar yang berjudul Materi Ajar
Membaca Berwawasan Multikultural. Teks bacaan ini berisi tentang
keanekaragaman budaya Indonesia yang dapat memfasilitasi peserta
didik untuk memahami, mengenal, mengahargai dan melestarikan budaya
suku bangsa Indonesia. Buku teks bacaan ini memiliki struktur
sebagai berikut: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3)
informasi pendahuluan tentang materi ajar membaca,(4) model teks
bacaan materi ajar membaca, (5) latihan kebahasaan yang terkait
dengan pengembangan kompetensi, dan (6) tugas (unjuk kinerja) untuk
melatih dan mengevaluasi pencapaian kompetensi. 6. Simpulan dari
hasil uji coba terbatas secara keseluruhan keterkaitan dengan aspek
kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, kelayakan
grafika, dan kelayakan multikultural dapat dikatakan bahwa jumlah
responden yang menyatakan materi ajar rancangan awal sangat efektif
adalah 50%; yang menyatakan efektif 49%; dan yang menyatakan kurang
efektif 1%. Simpulan hasil uji coba luas secara keseluruhan aspek
kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian dan
kelayakan wawasan miltikultural dapat dikatakan bahwa jumlah
responden yang menyatakan materi ajar revisi rancangan awal sangat
efektif adalah 73,06%; yang menyatakan efektif 26, 67%; dan yang
menyatakan kurang efektif 0%.7. Simpulan hasil uji keefektifan
terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara hasil tes sebelum
menggunakan materi ajar pada buku teks bahasa Indonesia dengan
hasil tes setelah menggunakan model materi ajar membaca hasil
pengembangan. Ini berarti bahwa model materi ajar membaca hasil
pengembangan efektif digunakan untuk peserta didik kelas V sekolah
dasar. Karena nilai dalam tabel t dengan derajat kebebasan (df) 59,
menunjukkan bahwa nilai t untuk taraf signifikansi 0,05 adalah
2,000 dan taraf signifikansi 0,01 adalah 2,660. Dengan demikian
maka trasio atau thitung lebih besar dari ttabel. Saran:Adapun
saran-saran hasil penelitian adalah sebagai berikut:1. Untuk
Guru
Guru seyogyanya menyusun materi ajar sebelum melaksanakan
pembelajaran di kelas. Karena keberadaan materi ajar (instructional
materials) merupakan unsur penting karena menentukan keberhasilan
pada suatu sistem pendidikan serta membantu peserta didik untuk
pencapaian kompetensinya.
2. Penyusun Materi Ajar
Bagi penyusun materi ajar, seperti penulis buku ajar, penerbit,
guru dan pusat perbukuan sebaiknya mempertimbangkan analisis
kebutuhan peserta didik dan guru, dan wawasan multikultural agar
pengguna materi ajar memahami dan menghargai keanekaragaman suku,
budaya, agama dan etnis. 3. Pusat Perbukuan Pusat Perbukuan
disarankan untuk mengkaji kembali buku teks bahasa Indonesia untuk
sekolah dasar karena isi materi ajar pada buku teks bahasa
Indonesia masih kurang mencerminkan keanekaragaman budaya bangsa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKAAnderson, O.W., Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Blooms Taxonomy
Educational Objectives. New York: Longman.
Barjono. 2005. Buku Teks Pelajaran yang Kurang Meng-Indonesia.
Majalah Pendidikan Gerbang. 14 15.Borg, Walter R., Meredith D.
Gall. 1983. Educational Research: An Introduction. New York &
London: Longman.
Cunningsworth, Allan. 1984. Evaluating and Selecting EFL
Teaching Materials. London: Heinemann Educational Books.
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar.
Jakarta: BSNP.Ekowardoyo, Karno. B. 2008. Pedoman Penyusunan Buku
Ajar Bahasa Jawa. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Peran
Bahasa Indonesia Dalam Pencerdasan Anak Bangsa. Semarang: UNNES.Jan
Mikk. 2000. Textbook: Research and Writing. Frankfurt, M., Berlin,
Bern, Brussels, New York, Oxford, Vienna: Peter Lang, Book Review 1
(http:www.lars.ring.com, 2002).Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan
Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology. London:
Prentice Hall.
Setyosari, Panuji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Rokhman, Fathur.
2006. Mengembangkan Komunikasi Lintas Budaya yang Bermakna dalam
Masyarakat Multikultural Perspektif Sosiolinguistik. Pidato
Pengukuhan Guru Besar UNNES,22 Juni 2006. Semarang: UNNES. Samsudi,
2006. Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: UNNES
Press.Tomlinson, Brian. (ed.). 1998. Materials Development in
Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Trianto, Agus. 2005. Pengembangan Bahan Ajar: Penelitian Dan
Pengembangan Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia Untuk SLTP Sebagai
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004). Disertasi,
Universitas Negeri Jakarta.
Tulalessy, Christina. 2004. Sosiokultural dalam Buku Pelajaran.
Buletin Pusat Perbukuan, 46-47
Keterangan
1. Aspek kelayakan isi
2. Aspek kelayakan bahasa
3. Aspek kelayakan penyajian
4. Aspek grafika
5. Aspek multikultural
PAGE
_1370595426.xls