Page 1
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL
MELALUI RUMAH BELAJAR BAGI ANAK JALANAN DI
YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakulktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
DYAH AYU W.L
NIM. 1112054100007
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
Page 5
i
ABSTRAK
Dyah Ayu W.L
Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar bagi Anak Jalanan
di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang
Seiring dengan perubahan tatanan sosial dan budaya pada era modernisasi dan
globalisasi seperti sekarang ini, kasus penelantaran anak menjadi fenomena yang
makin marak, dan terus menunjukan peningkatan. Salah satunya yaitu permasalahan
anak jalanan. Fenomena anak jalanan sebenarnya bukan hal baru dan menjadi salah
satu masalah kesejahteraan sosial yang layak mendapat perhatian dan penanganan
dari pemerintah maupun masyarakat. Masalah ini disebabkan karena faktor
kemiskinan dan rendahnya kesadaran orangtua terhadap keselamatan dan pendidikan
anak. Lingkungan kota yang keras, mengakibatkan kondisi kehidupan anak jalanan
menjadi rentan terhadap ancaman kekerasan, pelecehan seksual, eksploitasi hingga
perdagangan anak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani permasalahan
anak jalanan ini, salah satunya melalui jalur pendidikan non formal yang
diselenggarakan melalui rumah singgah atau rumah belajar. Sejalan dengan upaya
menangani permasalahan anak jalanan melalui jalur pendidikan non formal, Rumah
Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit hadir di tengah-tengah masyarakat Kota
Tangerang untuk menjadikan anak jalanan sebagai anak Indonesia yang cerdas,
kreatif, mandiri, dan berbudi mulia. Program pendidikan non formal yang ada di
Yayasan Keluarga Anaklangit berfokus pada pendidikan keaksaraan, pengembangan
nilai-nilai dan wawasan, serta pemberian keterampilan guna mengembangkan potensi
dan keahlian anak jalanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana program pendidikan
non formal yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit telah berhasil dilaksanakan.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
deskriptif. Teknik pemilihan informan menggunakan teknik snowball, sedangkan
untuk teknik pengumpulan datanya melalui wawancara, observasi dan studi
kepustakaan. Peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber untuk menguji teknik
keabsahan data. Dalam mengevaluasi program pendidikan non formal di Yayasan
Keluarga Anaklangit, peneliti menggunakan model evaluasi CIPP dari Stufflebeam
dkk, yang meliputi evaluasi konteks, input, proses dan produk. Indikator evaluasi
yang peneliti gunakan adalah indikator relevansi, keterjangkauan, ketersediaan,
efisiensi dan dampak.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pendidikan non formal yang dilaksanakan
Yayasan Keluarga Anaklangit telah memberikan dampak positif dan manfaat yang
baik bagi kehidupan anak jalanan dan anak-anak yang kurang mampu. Sebagian besar
dari mereka telah berhenti melakukan aktifitasnya di jalanan, dan dapat hidup mandiri
secara sosial dan ekonomi. Namun dalam pelaksanaannya, program ini masih kurang
maksimal karena terdapat beberapa hal yang belum tercukupi dengan baik seperti
sarana dan fasilitas, tenaga pengajar, serta pendanaan. Hal ini memerlukan tinjauan
kembali dari pihak Yayasan Keluarga Anaklangit agar program tersebut lebih
maksimal dan dapat mencapai tujuan keberhasilan.
Page 6
ii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih pantas peneliti ucapkan selain mengucapkan
Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur serta puji kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat serta nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga Allah
panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW serta keluarga, para sahabat dan
umatnya hingga akhir zaman.
Syukur Alhamdulillah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar bagi
Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anak Langit Kota Tangerang” yang disusun
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di lingkungan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada program studi
Kesejahteraan Sosial.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, dengan hati yang terbuka dan tulus
peneliti akan menerima kritik, saran dan pendapat agar menjadi tambahan dan
pembelajaran untuk peneliti kedepannya agar menjadi lebih baik. Tidak sedikit waktu
yang dibutukan dan melalui berbagai macam rintangan dan cobaan, namun berkat
perjuangan yang disertai bantuan dari semua pihak yang terus membantu dan selalu
memberikan dorongan akhirnya semua rintangan dapat teratasi. Untuk itu peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelasikan penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir dalam bentuk moril
maupun materil. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Suparto, M.Ed Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr.
Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr.
Suhaemi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
Page 7
iii
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Prodi Kesejahteraan Sosial
yang telah memberikan ilmu kepada peneliti dari awal hingga akhir
perkuliahan.
3. Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku sekretaris Prodi Kesejahteraan Sosial
yang telah banyak memberikan arahan serta informasi kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Dosen Pembimbing untuk skripsi ini yang
telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan ilmu sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yakni Ibu Siti Napsiyah
Arieffuzzaman, MSW, Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu Nurhayati Nurbus,
Bapak Ismet Firdaus, M.Si yang telah memberikan berbagai ilmu dan
pengetahuan khususnya tentang ilmu Kesejahteraan Sosial.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu yang berharga kepada peneliti dari awal hingga akhir
perkuliahan.
7. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas
kepustakaan kepada peneliti.
8. Ketua serta pengurus Yayasan Keluarga Anaklangit yang telah mengizinkan
peneliti untuk melakukan penelitian dan telah banyak memberikan informasi
serta bantuan saran dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Yang terhormat dan tersayang kedua orang tua peneliti Ayahanda Suwandi
dan Ibunda Sukarmi, semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan
nikmat dan keselamatan dunia maupun akhirat sebagai balasan atas cinta dan
kasih sayang yang tak terhingga dan semangat sehingga penulis selalu
bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak tercinta, Angga Citra Wibawa yang selalu memberikan support serta
canda tawa yang memberi warna untuk peneliti dalam penulisan skripsi ini.
Page 8
iv
11. Sahabat peneliti yakni Liesma Dzulfia S.Kg, Junita Brihastuti Amd.Far, dan
Nia Pebriyanti, S.Pd yang menjadi tempat berbagi curahan hati dan
memberikan banyak motivasi bagi peneliti agar segera mendapatkan gelar
sarjana ini.
12. Sahabat senasib dan sepenanggungan yakni Aisyah Rahma Utami, Annisa
Elfa, Eka Puji Septiani, Ira Rahmawati, Nurmila Afrilianida, Tria Anjarwati,
Khusnul Fadilah dan Saila Arimy yang telah memberikan banyak sekali
cerita, canda tawa, motivasi, saran dan semangat yang tiada henti bagi
peneliti. Terimakasih karena kalian telah ada dan akan selalu ada, di hati
peneliti.
13. Teman-teman Prodi Kesejahteraan Sosial angkatan 2012 yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu yang juga memberikan kehidupan baru sejak
awal kuliah, saling menyemangati dan saling mendukung. Terimakasih atas
suka duka yang telah kita lalui bersama.
14. Yoga Lesmana, S.Kom.I, orang yang telah memberikan banyak pelajaran
hidup bagi peneliti, Terimakasih banyak.
Peneliti ucapkan terimakasih sekali lagi atas terselesaikannya skripsi ini. Tak
lupa juga peneliti memohon maaf atas segala kesalahan yang pernah peneliti lakukan.
Semoga hasil dari penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tangerang, Agustus 2016
Dyah Ayu W.L
Page 9
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ................................................................... 11
E. Sistematika Penelitian ................................................................... 24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program ........................................................................... 26
1. Pengertian Evaluasi Program ................................................. 26
2. Tujuan Evaluasi Program ....................................................... 28
3. Model-model Evaluasi Program ............................................. 29
4. Indikator Evaluasi Program .................................................... 34
B. Pendidikan Non Formal ................................................................. 37
1. Pengertian Pendidikan ............................................................ 37
2. Tujuan Pendidikan .................................................................. 39
3. Klasifikasi Pendidikan ............................................................ 40
4. Pendidikan Non Formal.......................................................... 42
5. Tujuan Pendidikan Non Formal ............................................. 43
6. Karakteristik Pendidikan Non Formal .................................... 44
7. Jenis dan Isi Pendidikan Non Formal ..................................... 45
8. Sasaran Pendidikan Non Formal ............................................ 48
Page 10
vi
9. Satuan Pendidikan Non Formal .............................................. 50
10. Pendidikan Non Formal Berdasarkan Perspektif
Kesejahteraan Sosial ............................................................... 54
C. Anak Jalanan ................................................................................. 56
1. Pengertian Anak Jalanan ........................................................ 56
2. Karakteristik Anak Jalanan .................................................... 58
3. Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan ................................... 60
4. Model Penanganan Anan Jalanan ........................................... 62
5. Indikator Kesejahteraan Keluarga .......................................... 65
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit .................... 70
1. Sejarah Singkat ....................................................................... 70
2. Lokasi Rumah Belajar ............................................................ 73
3. Fasilitas dan Prasarana Belajar ............................................... 73
4. Data Anak Didik ..................................................................... 74
B. Tujuan, Visi dan Misi .................................................................... 74
C. Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi ............................................. 75
D. Divisi dan Unit Layanan Khusus ................................................... 77
E. Staf dan Struktur Organisasi .......................................................... 78
F. Bentuk Program dan Pendampingan ............................................. 81
G. Kerjasama dan Jaringan Organisasi ............................................... 86
BAB IV HASIL EVALUASI
A. Evaluasi Konteks .......................................................................... 89
1. Tujuan Program ...................................................................... 90
2. Konteks Program .................................................................... 91
B. Evaluasi Input ............................................................................... 94
1. Variabel Klien ........................................................................ 95
Page 11
vii
2. Variabel Staff ......................................................................... 99
3. Variabel Program ................................................................... 102
C. Evaluasi Proses .............................................................................. 117
D. Evaluasi Hasil ................................................................................ 126
1. Perubahan Perilaku Anak Didik ............................................. 127
2. Keberlanjutan Program ........................................................... 133
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 145
B. Saran .............................................................................................. 148
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 151
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................... 154
Page 12
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 15
Tabel 2 Tinjauan Pustaka................................................................................... 21
Tabel 3 Desain Evaluasi Program Pendidikan Non Formal .............................. 33
Tabel 4 Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan .......................................... 65
Tabel 5 Fasilitas dan Prasarana Belajar ............................................................. 69
Tabel 6 Jumlah Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit .............................. 70
Tabel 7 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Konteks ....................................... 94
Tabel 8 Latar Belakang Anak Didik/Informan .................................................. 96
Tabel 9 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Input ............................................ 114
Tabel 10 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Proses .......................................... 124
Tabel 11 Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Produk (Hasil) ............................. 136
Tabel 12 Kesimpulan Hasil Evaluasi Program Pendidikan Non Formal ............ 137
Page 13
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Yayasan Keluarga Anaklangit ............................ 80
Gambar 2 Latihan kegiatan Seni Tari Tradisional oleh Paud Cikal Klangit........ 104
Gambar 3 Rangkaian barang bekas yang menjadi alat musik Perkusi................. 107
Gambar 4 Rangkaian Paralon, Drum, Panci sebagai alat musik perkusi ............. 107
Gambar 5 Perkusi “Bangun Pagi” saat tampil di acara Hari Bumi ...................... 108
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah amanah dan anugerah dari Allah SWT. Dalam diri seorang
anak terdapat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Disamping itu
anak sebagai tunas, potensi dan generasi penerus bangsa memiliki peran penting
dalam upaya menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa
depan. Agar kelak setiap anak mampu memikul tanggung jawab maka perlu
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia. Untuk itu perlu
dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya guna mendapat
perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi.
Dalam masa pertumbuhannya anak membutuhkan perawatan,
perlindungan serta kasih sayang, seperti tercantum dalam Undang-undang
Republik Indonesia No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang
berbunyi: “anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus
untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar”.
Page 16
3
jalanan adalah anak yang menghabiskan atau memanfaatkan sebagian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan kehidupan sehari-harinya dijalanan.2
Fenomena anak jalanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan kota-kota besar di Indonesia, termasuk di Kota Tangerang. Anak
jalanan sudah menjadi bagian dari komunitas kota, dan telah menyatu dengan
kehidupan jalanan di sebagian besar daerah perkotaan Indonesia. Banyak faktor
yang menjadikan seorang anak memilih menjadi anak jalanan. Kesulitan
ekonomi dalam keluarga atau kemiskinan merupakan faktor utama yang selama
ini dijadikan alasan seorang anak terjun menjadi anak jalanan.3 Membantu
perekonomian keluarga dengan cara mencari nafkah di jalanan merupakan solusi
yang banyak dipilih oleh anak. Berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis
besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok. Pertama, children on the
street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak
di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalanan diberikan kepada orang tuanya.
Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di
jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa dari mereka masih
mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka
2 Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan (P3SA) atau Social
Development Center for Children. 3 Setiawan, H.H. “Anak Jalanan di Kampung Miskin Perkotaan” jurnal diakses pada 21
Januari 2016 dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/123073240_2086-3004.pdf
Page 17
4
tidak menentu. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.4
Idealnya seorang anak yang berusia di bawah 18 tahun masih menjadi
tanggungan orangtua atau kerabatnya. Orangtua wajib memenuhi kebutuhan
anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini telah
diamanatkan dalam undang-undang perlindungan anak Nomor 23 tahun 2002
Bab III yang mengatur tentang hak dan kewajiban anak. Pada pasal 4 dijelaskan
bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada pasal 26 ayat 1 dijelaskan
bahwa orangtua memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mengasuh,
memelihara, mendidik, dan melindungi anak serta menumbuhkembangkan anak
sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.5 Akan tetapi hingga saat ini
masih banyak anak-anak yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dan
berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Fenomena seperti inilah yang
sering ditemukan di jalanan dan masih menjadi permasalahan yang belum
terpecahkan oleh Dinas Sosial setempat.
Berdasarkan data dari Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota
Tangerang jumlah anak jalanan tercatat sebanyak 400 anak pada tahun 2014.6
4 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2010), h.201.
5 UUD nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
6 Andy Abdul Hamid, “Pemkab Tangerang Siapkan Rumah Singgah untuk Anjal,” artikel
diakses pada tanggal 22 Januari 2016 dari www.aktual.com/pemkab-tangerang-siapkan-rumah-
singgah-untuk-anak-jalanan/.
Page 19
6
Namun dalam praktiknya, ternyata pemenuhan hak atas pendidikan
menjadi sulit bahkan cenderung tidak terlaksana dengan baik. Pendidikan formal
seringkali sulit dijangkau oleh masyarakat perekonomian menengah ke bawah
karena biayanya yang relatif mahal. Hal seperti ini menyulitkan anak jalanan
untuk menjangkau pendidikan formal tersebut. Dalam hal ini negara melalui
Undang-Undang nomor 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan bahwa guna memenuhi hak-hak warga negara akan suatu
pendidikan khususnya anak jalanan, dapat dilaksanakan melalui sistem
pendidikan non formal.7
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan non formal berfungsi untuk mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian. Pendidikan
non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik.
7 Makmun Achmad Al Husain, “Pentingnya Pendidikan bagi Anak Jalanan,” artikel diakses
pada 22 Januari 2016 dari https://noorwangsanegara1sm.wordpress.com/2012/03/28/pentingnya-
pendidikan-bagi-anak-jalanan/
Page 20
7
Sejalan dengan tujuan untuk mendidik dan mengembangkan potensi anak
jalanan, Rumah Belajar Keluarga Anaklangit merupakan sebuah Yayasan di kota
Tangerang yang memiliki kepedulian lebih terhadap anak-anak yang secara
sosial dan ekonomi terpinggirkan dari hiruk pikuk kehidupan kota. Yayasan ini
memiliki sebuah tujuan yaitu menjadikan anak jalanan sebagai anak Indonesia
yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia. Sehingga dapat menghapus
stigma masyarakat tentang anak jalanan yang malas dan hanya bertumpu pada
rasa kasihan dari orang lain atau pengguna jalan, akan tetapi menjadikan
masyarakat bangga pada mereka sebagai anak jalanan yang memiliki prestasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Anaklangit ini terdiri
dari dua jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan
formal ini dilakukan dengan menyekolahkan anak-anak jalanan yang masih ingin
melanjutkan pendidikan di sekolah umum dengan bantuan beasiswa. Sedangkan
pendidikan nonformal dilakukan dengan memberikan berbagai pelatihan dan
keterampilan hidup (life skill) bagi anak-anak jalanan tersebut, seperti pelatihan
daur ulang sampah (recycle robotic), seni tari, perkusi, teater, dan berbagai
pelatihan pengembangan kemandirian ekonomi kreatif.
Yayasan Keluarga Anaklangit ini berlokasi di tepi sungai Cisadane
tepatnya di Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Hilir, Kota Tangerang. Tempat
ini dibangun dengan konsep yang ramah dan hijau dengan suasana yang asri.
Saat ini Rumah Belajar Keluarga Anaklangit memang bukanlah satu-satunya
yayasan yang bergerak dibidang sosial di Kota Tangerang, namun yayasan
Page 21
8
Anaklangit ini merupakan yayasan yang pertama berdiri dan menjadi pelopor
dibentuknya yayasan sosial yang lain di Kota Tangerang. Sudah banyak prestasi
dan apresiasi yang diberikan kepada Yayasan Keluarga Anaklangit salah satunya
yaitu pada program daur ulang sampah, meskipun begitu masih ada saja kendala-
kendala yang dihadapi oleh yayasan ini seperti masalah infrastruktur yang belum
memadai, atau tenaga pengajar yang masih kurang. Berdasarkan hal tersebut,
maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengevaluasi program
yang ada di Yayasan Keluarga anaklangit dimana nantinya penelitian ini dapat
dijadikan referensi untuk membantu pengelola Yayasan dalam mengambil
sebuah keputusan. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Evaluasi Program
Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar bagi Anak Jalanan di
Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki kegiatan belajar akademik atau
pendidikan formal dan juga kegiatan pendidikan non formal. Namun karena
keterbatasan peneliti, maka dalam hal ini peneliti hanya membatasi penelitiannya
pada proses evaluasi program pendidikan non formal yaitu seni tari dan musik
perkusi yang terdapat di Yayasan Keluarga Anaklangit. Hal ini bertujuan untuk
menghindari perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya.
Page 22
9
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan penelitian di atas, masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah “Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui
Rumah Belajar bagi Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota
Tangerang”.
Dari permasalahan utama ini, peneliti selanjutnya merumuskan beberapa
sub permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana evaluasi program pendidikan non formal melalui rumah belajar
di Yayasan Keluarga Anaklangit menggunakan model Evaluasi Context,
Input, Process, Product (CIPP)?
2. Apa saja manfaat dan perubahan yang dirasakan oleh anak didik setelah
mengikuti program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga
Anaklangit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi program pendidikan non formal
melalui rumah belajar bagi anak jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit
jika ditinjau melalui konteks (context), masukan (input), proses (process),
dan hasil (product).
Page 23
10
b. Untuk menjelaskan apa saja manfaat dan perubahan yang dirasakan oleh
anak didik setelah mengikuti program pendidikan di Yayasan Keluarga
Anaklangit.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa
mengenai permasalahan kesejahteraan sosial terutama kesejahteraan anak
jalanan serta metode penanganannya. Dan juga sebagai bahan rujukan
untuk study mengenai evaluasi-evaluasi program yang bergerak pada
bidang sosial dan pendidikan.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan
kepada Yayasan Keluarga Anaklangit sebagai bahan evaluasi dan
perencanaan program, serta untuk menyajikan masukan bagi pengambilan
keputusan tentang modifikasi, perbaikan maupun pengembangan
program.
c. Manfaat Sosial
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan dan kepedulian
sosial masyarakat terhadap masalah sosial yang terjadi pada anak jalanan
khususnya bagi Pemkot Tangerang dan umumnya untuk masyarakat luas.
Page 24
11
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.8 Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.9
Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti, yaitu data
yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekadar terlihat
dan terucap tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan
terucap tersebut. oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik pengumpulan data
secara simultan agar memperoleh data yang pasti.
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian evaluasi.
Jenis penelitian evaluasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan suatu program dan menilai apakah program telah
8 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009) Cet.5,
h1. 9 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.3.
Page 25
12
dilaksanakan sesuai rencana.10
Jenis penelitian evaluasi juga digunakan untuk
mengetahui efektifitas program dan hambatan-hambatan yang terdapat di
dalamnya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator yang diharapkan
dapat membantu para pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program
akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas atau ditingkatkan.11
Jadi
manfaat metode evaluasi adalah untuk memberikan rekomendasi pelaksanaan
program yang lalu dan untuk memperbaiki pelaksanaan program yang akan
dilaksanakan selanjutnya.12
Penelitian ini menggunakan model evaluasi yang dikemukakan oleh
Daniel Stufflebeam, dkk (1967) yaitu model evaluasi Context Input Process
Product (CIPP). Model ini menjelaskan evaluasi terhadap konteks, evaluasi
terhadap masukan, evaluasi terhadap proses dan terakhir evaluasi terhadap
hasil.13
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini
digambarkan tentang bagaimana evaluasi program pendidikan non formal
melalui rumah belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang.
10
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet Ke-
2, h.158. 11
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h.24. 12
Wirawan, Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi (Jakarta: Rajawali Press
2011), h.16. 13
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, h.54.
Page 26
13
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai dengan
bulan Juli 2016, sedangkan lokasi penelitian dilaksanakan di Yayasan Keluarga
Anaklangit, Jl Akses Tanah Gocap, Karawaci Hilir, Kota Tangerang.
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk pemilihan informan dalam
penelitian ini adalah teknik snowball sampling dimana teknik pemilihan
informan mula-mula jumlahnya sedikit, kemudian dari informan ini selanjutnya
dipilih orang-orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang berkaitan
dengan penelitian, dan begitu seterusnya hingga data yang didapatkan sudah
mencapai tingkat jenuh. Teknik ini juga disebut sebagai teknik bola salju karena
diibaratkan seperti bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar.14
Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana
memilih informan, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa
yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
mempermudah peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Yang
terpenting disini bukan jumlah informannya, melainkan potensi dari setiap kasus
untuk dapat memberikan pemahaman secara teoritis mengenai aspek yang
dipelajari.15
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet ke-5, h.53. 15
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009), Cet
ke-5, h.54.
Page 27
14
Dalam penelitian ini, informan penelitian adalah satu orang ketua
Yayasan Keluarga Anaklangit, dua orang pengurus program rumah belajar, dan
tiga orang anak didik rumah belajar. Ketua Yayasan Keluarga Anaklangit dipilih
sebagai informan karena merupakan orang yang paling mengetahui tentang
Yayasan Keluarga Anaklangit dari awal berdiri hingga saat ini, serta dianggap
mengetahui tentang keseluruhan program-program yang dijalankannya dan
mengetahui kondisi anak didik Anaklangit. Pengurus atau koordinator program
dipilih sebagai informan karena dianggap paling memahami tentang masing-
masing program yang dijalankannya, program yang akan peneliti fokuskan dalam
penelitian ini adalah program pendidikan non formal khususnya pelatihan
keterampilan seni tari dan perkusi. Tiga anak didik dipilih dari 66 anak didik
mulai dari tingkat PAUD sampai dengan SMA yang mengikuti program rumah
belajar. Tiga anak didik yang akan dipilih adalah satu anak dari tingkat SMP dan
dua anak dari tingkat SMA. Ketiga anak didik tersebut juga dipilih karena
merupakan anak didik yang aktif dan memiliki prestasi sejak dibukanya program
rumah belajar hingga saat ini, sedangkan banyak anak didik yang keluar masuk
dan tidak mau menetap untuk mengikuti program rumah belajar. Orang-orang
tersebut dipilih oleh peneliti karena orang-orang tersebut kredibel dan memiliki
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Jumlah total informan yang dijadikan sample penelitian adalah enam
orang, yang terdiri dari satu orang ketua Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anaklangit, dua orang pengurus program rumah belajar, dan tiga anak didik.
Page 28
15
Tabel 1
Rancangan Penelitian
No.
Informan
Informasi yang dicari
Jumlah
Metode
Pengumpulan
Data
1. Ketua Yayasan
Keluarga
Anaklangit
Gambaran umum mengenai
rumah belajar di Yayasan
Anaklangit dan program-
program apa saja yang diberikan
kepada anak-anak jalanan Kota
Tangerang, tujuan didirikannya
Yayasan Klangit, strategi dan
proses pembelajaran, hasil
pembelajaran, serta pengaruh
program yang diperoleh anak
didik.
1 Wawancara bebas
terstruktur,
dokumentasi.
2. Pengurus atau
pengajar
Program di
rumah Belajar
Keluarga
Anaklangit
Pendekatan, metode, teknik dan
media pembelajaran yang
diterapkan kepada andik, hasil
pembelajaran yang mencakup
perubahan perilaku andik,
masukan lain meliputi dana
belajar, fasilitas dan alat, jejaring
dll, hambatan-hambatan yang
terjadi pada proses belajar.
2 Wawancara bebas
terstruktur,
observasi dan
dokumentasi
3. Anak Jalanan
binaan (Anak
didik Rumah
Belajar
Anaklangit)
Latar belakang, alasan turun ke
jalan, alasan menjadi andik di
rumah belajar anaklangit, respon
terhadap kegiatan-kegiatan yang
ada, perubahan yang dirasakan
setelah mengikuti program
pendidikan non formal di rumah
belajar, prestasi yang diraih
setelah mengikuti program
belajar, dan hubungan antara
andik dengan pengajar.
3 Wawancara bebas
terstruktur,
observasi.
Page 29
16
5. Sumber Data
Menurut Lofland seperti yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang
yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data
utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tape.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan merupakan
hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.16
Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, namun hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi
sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas
sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan
dokumen resmi.17
Data yang diperoleh dalam penelitian evaluasi program pendidikan non
formal melalui rumah belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit ini bersumber dari
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, yaitu berupa data yang diperoleh secara langsung dari informan
penelitian melalui serangkaian wawancara dan observasi. Data primer ini
diperoleh dari Ketua Yayasan Keluarga Anaklangit, Ketua Divisi Program
Rumah Belajar, dan juga Anak didik yang mengikuti Program di Rumah
Belajar.
16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007), Cet Ke-
2, h.112. 17
Ibid., h. 113.
Page 30
17
b. Data Sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari buku,
skripsi, jurnal, artikel, buku elektronik, koran, majalah, berita atau internet
yang berkaitan dengan penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi partisipatif (participant observation) dimana peneliti
ikut melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari masyarakat yang diteliti untuk
dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada,18
selain itu peneliti juga
melakukan wawancara tak terstruktur atau wawancara mendalam (in depth
interview) dan studi dokumentasi/kepustakaan.19
Untuk memperoleh data yang
diinginkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar dari
semua ilmu pengetahuan. Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang
berarti “melihat” dan “memperhatikan”.20
Observasi merupakan salah satu
cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini bisa menghemat biaya dan
dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan indera
18
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-
ruzz Media, 2012), h. 166. 19
Prof. Dr. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV Alfabeta, 2003), h.186. 20
Tristiardi Ardi, Observasi dan Wawancara (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h.1
Page 31
18
penglihatan yaitu mata untuk melihat data dan menilai lingkungan yang
diamati.
Dalam observasi ini, peneliti turun ke lapangan dan ikut terlibat
dengan kegiatan yang dilakukan Rumah Belajar Yayasan Keluarga
Anaklangit guna memperoleh data dan informasi yang konkret dari gejala-
gejala yang diamati oleh peneliti, yang selanjutnya data tersebut menjadi
objek penelitian yang akan peneliti tuliskan dalam penelitian ini. Peneliti
juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan non formal yang
dilaksanakan setiap harinya di Rumah Belajar Yayasan Keluarga anaklangit
ini.
b. Wawancara
Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih
dengan tujuan tertentu.21
Wawancara yang dilakukan dengan lebih dari satu
partisipan disebut sebagai focus group. Dengan wawancara peneliti dapat
memperoleh banyak data yang berguna bagi penelitiannya. Pada proses
wawancara ini peneliti melakukan wawancara dengan delapan orang
informan, diantaranya satu orang ketua Yayasan Keluarga Anaklangit, dua
orang pengurus rumah belajar, dan tiga orang anak jalanan binaan (anak
didik). Dalam wawancara ini, peneliti berusaha memperoleh informasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada ke-enam
informan tersebut. Wawancara ini dilakukan secara mendalam sehingga
21
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar (Jakarta: Indeks, 2012), Cet ke-1, h.45.
Page 32
19
peneliti dapat menggali dan mengetahui secara lengkap informasi yang
dibutuhkan.
c. Studi Kepustakaan/Dokumentasi
Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang
dibuat oleh manusia. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik
berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy).
Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto,
undang-undang, blog, halaman web, foto, dan lainnya.22
Dalam penelitian
ini, peneliti memperoleh data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang
dimiliki Yayasan Keluarga Anaklangit seperti buku, brosur, arsip, foto dsb.
7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini proses analisis data dilakukan sebelum peneliti
memasuki lapangan dan selama peneliti berada dilapangan. Analisis data
sebelum peneliti memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan dan selama berada di lapangan.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
22
Ibid., h.61.
Page 33
20
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.23
Setelah peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisa data
dengan menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah
terkumpul selanjutnya peneliti jabarkan dengan memberikan analisa-analisa
untuk kemudian peneliti ambil kesimpulan akhir, agar peneliti mengetahui
bagaimana Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar
bagi Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit.
8. Teknik Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik ini
digunakan untuk mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.24
Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan cara:25
a. Membandingkan data hasil wawancara subjek penelitian dengan pengamatan
dilapangan. Peneliti membandingkan data hasil wawancara antara informan
dengan hasil temuan pengamatan lapangan (observasi) tentang program
23
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta,
2011) Cet. Ke-1, h.334. 24
Ibid., h.327. 25
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h.248.
Page 34
21
pendidikan non formal melalui rumah belajar bagi anak jalanan di Yayasan
Keluarga Anaklangit.
b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain. Peneliti membandingkan jawaban yang
diberikan oleh ketua divisi rumah belajar dengan jawaban dari anak didik
yang mengikuti program rumah belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara tersebut untuk pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh. Peneliti
membandingkan hasil wawancara informan dengan data dokumen yang
berada di Yayasan Keluarga Anaklangit.
9. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti mengadakan studi kepustakaan
terhadap skripsi-skripsi terdahulu dengan tujuan untuk memastikan bahwa
penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun setelah peneliti
mengadakan suatu kajian kepustakaan, peneliti menemukan beberapa skripsi
yang memiliki judul atau tema yang hampir sama dengan peneliti, yaitu:
Tabel 2
Tinjauan Pustaka (Literature Review)
Judul Skripsi Peneliti Pembahasan
Evaluasi Program Bimbingan
Keterampilan Menjahit untuk
Anak Putus Sekolah di PSBR
Bambu Apus Jakarta Timur
Pinasti Septhian
(1110054100028)
Kesejahteraan
Sosial
- Skripsi ini membahas tentang
bagaimana evaluasi program
bimbingan keterampilan
menjahit untuk anak putus
Page 35
22
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
sekolah di PSBR Bambu
Apus, Jakarta Timur.
- Perbedaan skripsi ini dengan
skripsi peneliti adalah dari segi
variabel, objek penelitian, dan
lokasi penelitian. Skripsi ini
mengevaluasi bimbingan
keterampilan menjahit, objek
penelitiannya adalah anak
putus sekolah, dan lokasinya
di PSBR Bambu Apus Jaktim,
sedangkan skripsi peneliti
mengevaluasi tentang
pendidikan non formal, objek
penelitiannya adalah anak
jalanan, dan lokasinya di
Yayasan Keluarga Anaklangit
Tangerang.
Evaluasi Pelaksanaan Program
Sekolah Gratis Bagi Keluarga
Miskin di Yayasan Ibnu Sina
Maleo Bintaro.
Ranny Yulia
(11110584100021)
Kesejahteraan
Sosial
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
- Skripsi ini membahas tentang
bagaimana evaluasi
pelaksanaan program sekolah
gratis bagi keluarga miskin di
Yayasan Ibnu Sina Maleo
Bintaro.
- Perbedaannya adalah dari segi
metode evaluasi, objek
penelitian dan lokasi
penelitian. Skripsi ini hanya
mengevaluasi hasil
pelaksanaan program saja,
sedangkan peneliti
menggunakan metode evaluasi
CIPP, yang mengevaluasi
konteks, masukan, proses dan
hasil. Kemudian yang menjadi
objek dalam skripsi ini adalah
keluarga miskin dan
Page 36
23
mengambil lokasi di Bintaro
sedangkan peneliti mengambil
objek penelitian yaitu terhadap
anak jalanan di Tangerang.
Implementasi Program Kelas
Belajar Rumah Baca Paguyuban
Terminal (PANTER) dalam
Pengembangan Kapasitas Anak
Jalanan melalui Pendidikan Non
Formal di Kota Depok.
Ni’matul Farida
(109054100002)
Kesejahteraan
Sosial
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
- Skripsi ini membahas
mengenai bagaimana
pelaksanaan Program Kelas
Belajar yang dilakukan Rumah
Baca Panter untuk anak
jalanan kota Depok.
- Perbedaannya dengan skripsi
peneliti adalah, skripsi ini
hanya membahas mengenai
bagaimana pelaksanaan suatu
program namun tidak
mengevaluasi program
tersebut. Lokasi penelitian
yang diambil adalah di rumah
baca di kota Depok, sedangkan
peneliti mengambil lokasi
Rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit Kota
Tangerang.
“Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah Belajar
bagi Anak Jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit Kota Tangerang”
membahas bagaimana evaluasi program pendidikan non formal melalui rumah
belajar bagi anak jalanan yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit Tangerang.
Skripsi ini tidak hanya mendeskripsikan tentang bagaimana program
pendidikan non formal tersebut berjalan, namun juga mengevaluasi dan menggali
permasalahan ataupun hambatan-hambatan yang ada pada program tersebut
Page 37
24
sehingga dapat diperbaiki dikemudian hari. Hal inilah yang belum pernah ada
pada skripsi sebelumnya dan menjadi perbedaan signifikan dari penelitian ini.
10. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Hamid
Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M.Syairozi Dimiyati, Netty Hartati
dan Syopiansyah Jaya Putra yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, cetakan ke-2 tahun 2007.
E. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis
penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun
sistematikanya sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini akan dibahas landasan teoritis yang digunakan dalam
penelitian ini. Adapun teori-teori yang digunakan berkaitan dengan
Page 38
25
pertama Evaluasi Program, kedua Pendidikan Non Formal, ketiga
Rumah Belajar dan keempat Anak Jalanan.
BAB III Gambaran Umum Lembaga
Menguraikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, terdiri dari
latar belakang, profil, sejarah, visi dan misi, ruang lingkup kegiatan
lembaga, divisi-divisi atau unit layanan khusus lembaga, staf dan
struktur lembaga, sarana dan prasarana lembaga, dan jaringan
kemitraan lembaga.
BAB IV Analisis Temuan Lapangan
Merupakan hasil temuan lapangan dari analisis dan pengumpulan data
mengenai evaluasi program pendidikan non formal melalui rumah
belajar bagi anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga
Anaklangit dalam upaya mengembangkan potensi dan prestasi anak
Jalanan di Kota Tangerang.
BAB V Penutup
Membahas kesimpulan yang berisi penilaian dari evaluasi konteks,
input, proses dan hasil sesuai dengan perumusan masalah serta
dikemukakan beberapa saran dan rekomendasi yang tepat atas
hambatan-hambatan yang dialami selama proses pelaksanaan program
di rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit.
Page 39
26
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi berarti penilaian.26
Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan suatu rencana
kegiatan atau program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa
yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.27
Terdapat sejumlah definisi evaluasi yang diperoleh dari para ahli.
Ralph Tyler mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menentukan
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai, dan upaya mendikumentasikan
kecocokan antara hasil belajar peserta didik dengan tujuan program.
Cronbach, Alkin dan Stufflebeam menjelaskan bahwa evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan memperoleh, dan menyediakan informasi bagi
pembuatan keputusan. Popham, Provus dan Rivlin menjelaskan bahwa
evaluasi adalah kegiatan membandingkan data tentang penampilan orang-
orang dengan standar yang telah diterima umum. Malcolm dan Provus,
sebagai pencetus gagasan Discrepancy Evaluation, menjelaskan bahwa
evaluasi adalah kegiatan unutk mengetahui perbedaan antara apa yang ada
26
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.238. 27
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
h.119.
Page 40
27
dengan suatu standar yang telah ditetapkan serta bagaimana menyatakan
perbedaan antara keduanya.
Paulson dalam bukunya “A Strategy for Evaluation Design” yang
dikutip oleh Grotelueschen mengemukakan bahwa, “Evaluation as a process
of examining certain objects or events in the light of specific value standards
for the purpose of making adaptive decisions.” Menurut Paulson evaluasi
program adalah proses pengujian berbagai objek atau peristiwa tertentu
dengan menggunakan ukuran-ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk
menentukan keputusan-keputusan yang sesuai.28
Sejalan dengan pengertian di atas, Mugiadi menjelaskan bahwa
evaluasi program adalah upaya pengumpulan informasi mengenai suatu
program, kegiatan atau proyek. Informasi tersebut berguna bagi pengambilan
keputusan, antara lain untuk memperbaiki program, menyempurnakan
kegiatan program lanjutan, menghentikan suatu kegiatan, atau
menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program atau kegiatan.
Informasi yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan ilmiah, praktis,
tepat guna, dan sesuai dengan nilai yang mendasari dalam setiap pengambilan
keputusan.
Berdasarkan berbagai pengertian sebagaimana dikemukakan diatas
maka evaluasi program dapat didefinisikan sebagai kegiatan sistematis untuk
mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data sebagai
28
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.21.
Page 41
28
masukan untuk pengambilan keputusan. Dalam pengertian ini data adalah
fakta, keterangan, atau informasi yang darinya dapat ditarik generalisasi.
2. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan umum evaluasi program pendidikan luar sekolah atau
pendidikan non formal adalah menyediakan atau menyajikan data sebagai
masukan bagi pengambilan keputusan tentang program tersebut. Tujuan
umum dapat dijabarkan dalam berbagai tujuan khusus evaluasi program
pendidikan non formal. Tujuan-tujuan khusus tersebut adalah untuk29
a. Memberikan masukan bagi perencanaan program
b. Menyajikan masukan bagi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
tindak lanjut, perluasan, atau penghentian program
c. Memberi masukan bagi pengambilan keputusan tentang yang modifikasi
atau perbaikan program
d. Memberi masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan
penghambat program
e. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan,
supervisi, dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana
program
f. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program
pendidikan Nonformal.
29
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.48.
Page 42
29
3. Model-model Evaluasi Program
Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli
atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya
atau tahap pembuatannya. Model-model ini dianggap model standar atau
dapat dikatakan merek standar dari pembuatannya. Penamaan model evaluasi
bervariasi. Sara M. Steele menamakannya pendekatan (approach) dan Arthur
Burman menggunakan istilah format. Model evaluasi program terdiri atas
enam kategori yaitu model evaluasi terfokus untuk pengambilan keputusan,
model evaluasi terhadap unsur-unsur program, model evaluasi jenis data dan
aktivitas program, model evaluasi proses pelaksanaan program, model
evaluasi pencapaian tujuan program, dan model evaluasi hasil dan pengaruh
program.30
Beberapa model evaluasi yang populer dan banyak dipakai sebagai
strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi program adalah model
evaluasi CIPP, model evaluasi UCLA, model Brinkerhoff, dan model Stake
atau Countenance.31
Tetapi pada dasarnya ke-empat model evaluasi ini
memiliki kategori yang sama yaitu untuk mengevaluasi sejauh mana
pencapaian tujuan program. Dalam penelitian ini akan digunakan Model
Evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam untuk mengukur
30
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.81. 31
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.14.
Page 43
30
keberhasilan atau kegagalan program yang nantinya akan membantu para
stakeholder dalam membuat keputusan di masa mendatang.
Stufflebeam adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang
berorientasi kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation
approach structured) untuk menolong administrator membuat keputusan. Ia
merumuskan evaluasi sebagai “suatu proses menggambarkan, memperoleh
dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.”
Ia membuat pedoman kerja untuk melayanai para manajer dan administrator
menghadapi empat macam keputusan pendidikan dan membagi evaluasi
menjadi empat macam, yaitu.32
1) Context evaluation (Evaluasi Konteks)
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program. Stufflebeam
dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi konteks adalah untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat
memberikan arah perbaikan yang diperlukan.33
Dalam hal ini, Suharsimi
Arikunto memberikan contoh pengajuan pertanyaan evaluasi konteks
sebagai berikut:
a) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?
b) Tujuan pengembangan apa yang belum tercapai oleh program?
32
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.14. 33
Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, cet ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.45.
Page 44
31
c) Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu
mengembangkan masyarakat?
d) Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai?
e) Apakah konteks program sudah sesuai dengan tujuan program?
2) Input evaluation (Evaluasi Masukan)
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi
untuk mencapai kebutuhan serta bagaimana prosedur kerja untuk
mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi sumber daya
manusia, sarana dan peralatan pendudukung, dana atau anggaran dan
berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam hal ini pertanyaan-
pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan ini adalah:
a) Apakah program/layanan yang diberikan kepada klien berdampak
jelas pada perkembangannya?
b) Berapa orang klien yang menerima program/layanan tersebut?
c) Apakah sarana dan prasarana sudah cukup memadai seperti yang
dibutuhkan?
d) Sejauh apa kualifikasi yang dimiliki oleh para staff untuk memberikan
layanan tersebut?
3) Process evaluation (Evaluasi Proses)
Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan
keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan apa yang
harus direvisi. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat
Page 45
32
dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Menurut Suharsimi Arikunto,
evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan
yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk
sebagai penanggungjawab program, “kapan” (when) kegiatan akan
selesai.34
Oleh stufflebeam diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses
sebagai berikut:
a) Apa yang dilakukan?
b) Seberapa baik itu dilakukan?
c) Hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan program?
d) Siapa penanggungjawab program?
e) Kapan program akan selesai?
4) Product evaluation (Evaluasi Hasil)
Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna
melihat ketercapaian/keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang
evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada
evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan,
dikembangkan/dimodifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap evaluasi
ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut:
a) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
b) Apakah dampak jangka panjang yang diperoleh penerima program?
34
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis
Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cet. ke-3 (Jakarta: Bumi Aksara 2009) h.79.
Page 46
33
c) Apakah tujuan pelayanan pada penerima program telah sesuai dengan
yang diharapkan?
d) Apakah pelayanan program yang diberikan memberikan perubahan
pada penerima program?
Berdasarkan teori di atas, maka peneliti membuat alur kerangka
berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3
Desain Evaluasi Program Pendidikan Non Formal melalui Rumah
Belajar bagi Anak Jalanan
a. Tujuan Program
b. Konteks Program
a. Variabel Klien
1. Aspek Usia
2. Latar Belakang
3. Wilayah Tinggal
4. Kategori Anak
Jalanan
5. Demografi Keluarga
Klien
b. Variabel Staff
1. Pendidikan staff
2. Pengalaman staff
c. Variabel Program
1. Layanan yang
diberikan
2. Donatur dan
kemitraan
3. Keterjangkauan
lokasi Belajar
4. Sarana dan fasilitas
pendukung
5. Pendanaan
a. Proses Perekrutan
Anak Didik
b. Strategi Pengelolaan
Program Pendidikan
Non formal
c. Jadwal Pelaksanaan
Program Pendidikan
Non formal
d. Data Klien dan Jenis
Program yang diikuti
e. Strategi Pengajaran
Program
f. Penanggung-jawab
program
g. Kapan Program
Selesai
a. Perubahan
Perilaku Klien
b. Keberlanjutan
Program
Context Product Process Input
Page 47
34
4. Indikator Evaluasi Program
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digungakan untuk
suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto
Adi, mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan.
Indikator dibawah ini adalah Sembilan indikator yang paling sering digunakan
dalam mengevaluasi suatu kegiatan35
.
1) Indikator ketersediaan (indicators of availability). Indikator ini melihat
apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar
ada. Misalnya dalam suatu program pembangunan sosial yang
menyatakan bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang terlatih untuk
menangani 10 rumah tangga, maka perlu di cek apakah tenaga kader yang
terlatih tersebut benar-benar ada.
2) Indikator relevansi (indicators of relevance). Indikator ini menunjukan
seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan
yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu program pemberdayaan
perempuan pedesaan dimana diperkenalkan kompor teknologi terbaru,
tetapi ternyata kompor tersebut lebih banyak menggunakan minyak tanah
ataupun kayu dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka gunakan.
Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat
dikatakan kurang relevan untuk diperkenalkan bila dibandingkan dengan
kompor yang biasa mereka gunakan.
35
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001), h.130-132.
Page 48
35
3) Indikator keterjangkauan (indicators of accessibility). Indikator ini
melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam „jangkauan‟
pihak-pihak yang membutuhkan. Misalnya saja, puskesmas (pusat
kesehatan masyarakat) yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat
desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian besar warga desa
dapat dengan mudah datang ke puskesmas. Atau apakah suatu posko
bencana alam berada dalam jangkauan korban bencana tersebut.
4) Indikator Pemanfaatan (Indicators of Utilisation). Indikator ini melihat
seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi
layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran. Misalnya
saja, seberapa banyak pasangan usia subur yang memanfaatkan layanan
jasa puskesmas dalam meningkatkan KB mandiri. Atau, berapa banyak
anak jalanan yang mengikuti kegiatan baca tulis dari sekian banyak anak
jalanan yang belum bisa membaca dan menulis.
5) Indikator Cakupan (Indicators of Coverage). Indikator ini menunjukkan
proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan
tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang menerima bantuan dana
kemanusiaan untuk mengatasi masalah kemiskinan dari sekian banyak
orang-orang miskin di suatu desa.
6) Indikator Kualitas (Indicators of Quality). Indikator ini menunjukkan
standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran.
Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi
Pelayanan Kemanusiaan (Human Service Organization) sudah memenuhi
Page 49
36
syarat dalam hal keramahan, keresponsifan, dan sikap empati terhadap
klien ataupun kualitas dari tangibles yang ada dalam proyek tersebut.
7) Indikator Upaya (Indicators of Efforts). Indikator ini menggambarkan
berapa banyak upaya yang sudah „ditanamkan‟ dalam rangka mencapai
tujuan yang sudah diterapkan. Misalnya, berapa banyak sumber daya
manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan dalam membangun
sarana transportasi antar desa.
8) Indikator Efisiensi (Indicators of Efficiency). Indikator ini menunjukkan
apakah sumber daya dan aktifitas yang dilaksanakan guna mencapai
tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien) atau tidak memboroskan
sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya saja, suatu
layanan yang bisa dijalankan dengan baik hanya dengan menggunakan 4
tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk mempekerjakan 10 tenaga
lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila
hal ini dilakukan maka yang terjadi adalah pengangguran terselubung
(underemployment).
9) Indikator Dampak (Indicators of Impact). Indikator ini melihat apakah
sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di
masyarakat. Misalnya saja, apakah setelah dikembangkan layanan untuk
mengatasi kemiskinan selama tiga tahun di suatu desa, maka angka
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sudah menurun.
Page 50
37
B. Pendidikan Nonformal
1. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan sering diartikan bermacam-macam. Dalam kehidupan
sehari-hari kata pendidikan diartikan dengan lembaga pendidikan dan
adakalanya diartikan dengan hasil pendidikan.
Menurut Dictionary of Education; (1) “The Aggregate of all the
process by which a person develops ability, attitudes, and other forms of
behavior of practical values, in the society in which his lives; (2) The social
process by which people are subjected to the influence of a selected and
controlled environment (especially that of the school) so that they may obtain
social competence and optimum individual development” (Crow & Crow,
1960:53).
Berdasarkan kamus pendidikan tersebut, pendidikan diartikan:
1) Serangkaian proses seseorang/anak mengembangkan kemampuan, sikap
dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai/berguna di
masyarakat.
2) Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan
lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru
di sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial
dan perkembangan individual yang optimal.36
Sementara itu beberapa ahli yang lain memiliki pandangan yang
berbeda-beda tentang definisi pendidikan. Menurut Lengeveld mendidik ialah
36
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.5.
Page 51
38
mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa.37
Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan
sengaja. Oleh karena itu pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang
disengaja antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan
pendidikan.
Hoogveld mendefinisikan bahwa mendidik adalah membantu anak
supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung
jawabnya sendiri.
SA. Branata, dkk mendefinisikan pendidikan sebagai usaha yang
sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung,
untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya38
Dan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan
adalah usaha sadar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
37
Ibid., h.6. 38
Ibid., h.6.
Page 52
39
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.39
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
itu adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu dan membimbing
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara teratur dan sistematis
kearah kedewasaan.
2. Tujuan Pendidikan
Dalam setiap usaha atau kegiatan tentu ada tujuan atau target sasaran
yang akan dicapai. Demikian pula kegiatan/usaha pendidikan sengaja
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Tujuan
pendidikan pada dasarnya tidak lain adalah arah yang hendak dicapai demi
terwujudnya tujuan hidup manusia yaitu hidup sesuai harkat dan martabat
manusia, dengan segenap kandungannya yaitu berkembang secara optimal
hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan pancadaya.40
Tujuan pendidikan yang diungkapkan Langeveld dibedakan menjadi
beberapa macam diantaranya adalah tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum ini sering disebut tujuan akhir, tujuan total atau tujuan
lengkap yang berarti tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik
terhadap anak didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan rohani.
Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan itu ialah
39
Departemen Agama Republik Indonesia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem
Pendidikan Nasional (Jakarta: Dirjen Binnaga Islam, 1992) h.3. 40
Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009), h.44.
Page 53
40
membentuk insan kamil atau manusia sempurna.41
Dengan demikian tujuan
umum/akhir pendidikan ialah membentuk insan kamil yaitu manusia yang
dewasa jasmani dan rohaninya baik aspek moral, intelektual, sosial, estetis,
agama dan lain sebagainya.
Tujuan khusus merupakan pengkhususan daripada tujuan umum,
karena untu menuju kepada tujuan umum itu perlu adanya pengkhususan
tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu, misalnya
disesuaikan dengan cita-cita pembangunan suatu masyarakat, tugas suata
badan atau lembaga pendidikan, bakat dan kemampuan anak didik,
kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik serta tingkat pendidikan
dan sebagainya.42
3. Klasifikasi Pendidikan
Penggolongan terhadap pendidikan memiliki kriteria yang lebih
umum. Kriteria ini berkaitan dengan pengertian (definisi) pendidikan sehingga
terdapat perbedaan yang jelas antara pendidikan formal (termasuk pula di
dalamnya pendidikan yang program-programnya bersifat Nonformal dan
pendidikan yang program-programnya bersifat informal dengan pendidikan
formal yang program-programnya bersifat formal). Sehubungan dengan hal
ini Coombs (1973), dalam D.Sudjana (2003), membedakan pengertian ketiga
jenis pendidikan sebagai berikut.43
41
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.41. 42
Ibid., h.41. 43
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT
Imperial Bhakti Utama, 2007). h.17.
Page 54
41
Pendidikan formal (formal education) adalah kegiatan yang sistematis,
berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk ke dalamnya ialah
kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi
dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.
Pendidikan informal (informal education) adalah proses yang
berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup
sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh
kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan
permainan, pasar, perpustakaan dan media massa.44
Pendidikan informal dapat
menyampaikan berbagai hal yang berhubungan dengan masalah-masalah
kehidupan. Dengan kata lain dalam pendidikan informal dapat diberikan
keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan cara hidup kita pada umumnya
yang semuanya itu berdasar kepada way of life dari masyarakat. Pendidikan
informal juga tidak diorganisasi secara struktural dan tidak mengenal sama
sekali perjenjangan kronologis menurut tingkatan umur maupun tingkatan
keterampilan dan pengetahuan.45
Pendidikan Nonformal (nonformal education) ialah setiap kegiatan
terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan,
dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang
44
Ibid., h.17 45
Soelaiman Joesoef , Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2004), h.66-67.
Page 55
42
lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di
dalam mencapai tujuan belajarnya.46
4. Pendidikan Nonformal
Pendapat para pakar pendidikan nonformal mengenai definisi
pendidikan nonformal cukup bervariasi. Philip H. Coombs berpendapat bahwa
pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir
yang diselenggarakan diluar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan
bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan
layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.47
Menurut Soelaiman Joesoef, pendidikan nonformal adalah setiap
kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan
seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan
sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan
mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif
dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan
negaranya.48
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
nonformal adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar
sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk
46
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, h.17. 47
Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Nonformal (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
h.50. 48
Ibid., h.51.
Page 56
43
mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan dan bimbingan sehingga mampu
bagi keluarga, masyarakat dan Negara.
Pendidikan nonformal sudah ada sejak dulu dan menyatu di dalam
kehidupan masyarakat lebih tua daripada keberadaan pendidikan sekolah. Para
nabi dan rasul yang melakukan perubahan mendasar terhadap kepercayaan,
cara berpikir, sopan santun dan cara-cara hidup di dalam menikmati
kehidupan dunia ini, berdasarkan sejarah, usaha atau gerakan yang dilakukan
bergerak di dalam jalur pendidikan nonformal sebelum lahirnya pendidikan
sekolah. Gerakan atau dakwah nabi dan Rasul begitu besar porsinya
pembinaan yang ditujukan pada orang-orang dewasa dan pemuda. Para Nabi
dan Rasul berurusan dengan pendidikan dan pembangunan masyarakat
melalui pembinaan orang dewasa dan pemuda yang berlangsungnya di luar
sistem persekolahan.49
5. Tujuan Pendidikan Nonformal
Ditinjau dari faktor tujuan belajar/ pendidikan, pendidikan nonformal
bertanggungjawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan yang sangat luas
jenis, level, maupun cakupannya.
Dalam kapasitas inilah muncul pendidikan nonformal yang bersifat
multi purpose. Ada tujuan-tujuan pendidikan nonformal yang terfokus pada
pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam
pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan vokasional,
49
Sanapiah Faisal, Pendidikan Nonformal di dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan
Nasional (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981), h.80.
Page 57
44
pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial berkeluarga dan hidup
bermasyarakat, pengetahuan umum dan kewarganegaraan, serta citra diri dan
nilai hidup.
Ada juga tujuan belajar dijalur pendidikan nonformal yang ditujukan
untuk kepentingan pendidikan kelanjutan setelah terpenuhinya pendidikan
tingkat dasar, serta pendidikan perluasan dan pendidikan nilai-nilai hidup.
Contoh program pendidikan nonformal yang ditujukan untuk mendapatkan
dan memaknai nilai-nilai hidup misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagi
latihan kejiwaan, meditasi, “manajemen qalbu”, latihan pencarian makna
hidup, kelompok hobi, pendidikan kesenian dsb. Dengan program pendidikan
ini hidup manusia berusaha diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan,
etika dan makna.50
6. Karakteristik Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pendidikan
sekolah. Namun kedua pendidikan tersebut saling menunjang dan melengkapi.
Dengan meninjau sejararah dan banyaknya aktivitas yang dilaksanakan,
pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan
dipergunakan. Pendidikan nonformal menekankan pada belajar yang
fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta didik.
50
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal (Jakarta:
PT Raja Grafindo Pustaka, 2012), h.44.
Page 58
45
2) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan nonformal dan belajar
mandiri, peserta didik berperan sebagai pengambil inisiatif dan
mengontrol kegiatan belajarnya.
3) Waktu penyelenggaraannya relatif singkat, dan pada umumnya tidak
berkesinambungan.
4) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat
dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peserta
didik.
5) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan
pada belajar mandiri.
6) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik
adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan diantara kedua pihak
bersifat informal dan akrab, peserta didik memandang fasilitator sebagai
narasumber dan bukan sebagai instruktur.
7) Penggunaan sumber-sumber lokal. Mengingat sumber-sumber untuk
pendidikan sangat langka, maka diusahakan sumber-sumber lokal
digunakan seoptimal mungkin.51
7. Jenis dan Isi Pendidikan Nonformal
Jenis dan isi pendidikan nonformal pada dasarnya bergantung pada
kebutuhan pendidikan itu sendiri.
1) Jenis pendidikan nonformal berdasarkan fungsinya adalah:
51
Ibid., h.25.
Page 59
46
a. Pendidikan Keaksaraan
Jenis program pendidikan keaksaraan berhubungan dengan populasi
sasaran yang belum dapat membaca dan menulis. Target dari program
pendidikan keaksaraan ini adalah terbebasnya populasi sasaran dari
buta baca, buta tulis, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan
umum.
b. Pendidikan Vokasional
Jenis program pendidikan vokasional berhubungan dengan populasi
sasaran yang mempunyai hambatan dalam pengetahuan dan
keterampilannya guna kepentingan bekerja atau mencari nafkah.
Target dari program pendidikan vokasional ini adalah terbebasnya
populasi sasaran dari ketidaktahuan atau kurangnya kemampuan
didalam pekerjaan-pekerjaan yang sedang atau akan dimasukinya.
c. Pendidikan Kader
Jenis program pendidikan kader berhubungan dengan populasi sasaran
yang sedang atau bakal memangku jabatan kepemimpinan atau
pengelola dari suatu bidang usaha di masyarakat, baik bidang usaha,
bidang sosial ekonomi maupun sosial budaya. Jenis pendidikan ini
diharapkan hadir tokoh atau kader pemimpin dan pengelola dari
kelompok-kelompok usaha yang tersebar di masyarakat.
d. Pendidikan Umum dan Penyuluhan
Jenis program pendidikan ini berhubungan dengan berbagai variabel
populasi sasaran, target pendidikannya terbatas pada pemahaman dan
Page 60
47
menjadi lebih sadar terhadap sesuatu hal. Lingkup geraknya bisa
sangat luas dari soal keagamaan, kenegaraan, kesehatan, lingkungan
hukum dan lainnya.
e. Pendidikan Penyegaran Jiwa raga
Jenis program pendidikan ini berkaitan dengan pengisian waktu luang,
pengembangan minat atau bakat serta hobi.52
2) Isi program pendidikan nonformal yang berkaitan dengan peningkatan
mutu kehidupan seperti:
a. Pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis, sosial dan budaya.
b. Pengembangan wawasan dan tata cara berpikir,
c. Peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan.
d. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan di dalam arti luas (sosial,
ekonomi, politik, ilmu-ilmu kealaman, bahasa, sejarah dan sebagainya)
e. Apresiasi seni-budaya (sastra, teater, lukis, tari, pahat dan lain
sebagainya)
Sedangkan isi program pendidikan nonformal yang berhubungan
dengan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan (income generating
skill), berhubungan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
dimaksudkan sebagai bekal bekerja, beka mendapat pendapatan. Seperti
pertanian, perikanan, perkebunan dan lain sebagainya.53
52
Sanapiah Faisal, Pendidikan Nonformal di dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan
Nasional h.91. 53
Ibid., h.96.
Page 61
48
8. Sasaran Pendidikan Nonformal
Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah sasaran pendidikan
nonformal dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut.
1) Sasaran Pelayanan
a. Usia Pra-sekolah (0-6 tahun)
Fungsi lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang mereka pergi
sekolah (pendidikan formal) sehingga mereka telah terbiasa untuk
hidup dalam situasi yang berbeda dengan lingkungan keluarga.
b. Usia Pendidikan Dasar (7-12 tahun)
Usia ini dilaksanakan dengan penyelenggaraan program kejar paket A
dan kepramukaan yang diselenggarakan secara sesama dan terpadu.
c. Usia Pendidikan Menengah (13-18 tahun)
Penyelenggaraan pendidikan nonformal usia semacam ini diarahkan
untuk pengganti pendidikan, sebagai pelengkap dan penambah
program pendidikan bagi mereka.
d. Usia Pendidikan Tinggi (19-24 tahun)
Pendidikan nonformal menyiapkan mereka untuk siap bekerja melalui
pemberian berbagai keterampilan sehingga mereka menjadi tenaga
yang produktif, siap kerja dan siap untuk usaha mandiri.
2) Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya
a. Masyarakat Pedesaan
Page 62
49
Masyarakat ini meliputi sebagian besar masyarakat Indonesia dan
diarahkan pada program-program mata pencaharian dan program
pendayagunaan sumber-sumber alam.
b. Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan yang cepat terkena perkembangan ilmu dan
teknologi, sehingga masyarakat perlu memperoleh tambahan tersebut
melalui pemberian informasi dan kursus-kursus kilat.
c. Masyarakat Terpencil
Untuk itu masyarajat terpencil ini perlu ditolong melalui pendidikan
nonformal yang mereka dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan
nasional.
3) Berdasarkan Sistem Pengajaran
Sistem Pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan
program pendidikan nonformal meliputi:
a. Kelompok, organisasi dan lembaga
b. Mekanisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan
c. Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk ataupun teknologi
modern seperti televisi, radio, film dan sebagainya.
d. Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja, sekolah dan
alat-alat perlengkapan kerja.54
Dari sisi target grup yang disebut sebagai sasaran didik, pendidikan
nonformal memiliki cakupan garapan yang sangat luas serta besar
54
Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, h.58.
Page 63
50
variabilitasnya. Khalayak sasaran yang ingin/harus dilayani pendidikan
nonformal terbentang seiring dengan kebutuhan belajar manusia untuk belajar
sepanjang hayat, sejak anak usia dini sampai dengan orang usia lanjut.
Dimana seseorang atau sebuah komunitas manusia muncul kebutuhan belajar
(kebutuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap) maka disitu sebaiknya
pendidikan nonformal hadir. Dalam kapasitas inilah pendidikan nonformal
dikatakan bersifat multi audiens, tidak saja ditinjau dari segi usia, tetapi juga
karakteristik individu dan sosial seperti jenis kelamin dan gender, demografi,
geografis, pekerjaan, latar pendidikan formal dan sebagainya.
Dengan demikian khalayak sasaran pendidikan nonformal adalah
semua orang yang membutuhkan layanan pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam upaya menggapai
derajat, martabat dan kualitas hidup yang lebih baik, lebih indah, lebih bernilai
dan lebih bermakna.55
9. Satuan Pendidikan Nonformal
Pada tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, nama Direktorat
Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga (Disklusepora) diganti
menjadi Direktorat PNFP (Pendidikan Non Formal dan Pemuda). Berdasarkan
undang-undang tersebut jalur, jenis dan satuan PNF mengalami perubahan
guna disesuaikan dengan tuntutan masyarakat tentang pendidikan.
55
Ishak Abdulhak, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal, h.45.
Page 64
51
Satuan pendidikan nonformal diperluas menjadi enam yaitu.56
1) Lembaga Kursus
Kursus adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas sekumpulan
warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental tertentu bagi warga belajar. Kursus diselenggarakan bagi
warga belajar yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri,
bekerja mencari nafkah, melanjutkan ke tingkat atau jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
2) Lembaga Pelatihan
Tidak jauh berbeda dengan lembaga kursus, lembaga pelatihan juga
diselenggarakan untuk membantu masyarakat dalam rangka
mengembangkan kepribadian professional dan untuk meningkatkan
kompetensi vokasional dari peserta didik.
3) Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas
sekumpulan warga masyarakat yang saling memberikan pengetahuan
tentang pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu
dan taraf kehidupan. Napitupulu menjelaskan perkataan kejar disamping
mengandung arti harfiah yaitu mengejar ketinggalan-ketinggalan, juga
sebagai dua akronim dari belajar dan bekerja serta kelompok belajar.
Kedua pengertian tersebut disimpulkan bahwa program kejar dijalankan
56
Ibid., h.52-59.
Page 65
52
untuk mengejar ketinggalan, bersifat belajar dan bekerja, menggunakan
kelompok belajar.
Program Kejar diklasifikasikan lagi menjadi dua yaitu.
a. Kelompok belajar fungsional (termasuk di dalam kelompok ini
adalah: keaksaraan fungsional, Kelompok Belajar Usaha (KBU),
Kelompok Pemuda Produktif Pedesaan (KPPP), Kelompok
Pemberdayaan Swadaya Masyarakat (KPSM), dan Kelompok Pemuda
Produktif Mandiri (KPPM).
b. Kelompok belajar kesetaraan (termasuk di dalam kelompok ini
adalah: Kejar Paket A setara SD, kejar paket B setara SMP, dan kejar
paket C setara SMA)
4) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Pusat kegiatan belajar masyarakat menurut Sutaryat merupakan tempat
belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi dan bakat warga
masyarakat, yang bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan
potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di
lingkungannya.
Program pembelajaran yang dilaksanakan di PKBM digali dari kebutuhan
nyata yang dirasakan warga masyarakat, dikaitkan dengan potensi
lingkungan dan kemungkinan pemasaran hasil belajar. Dalam kegiatan
pembelajaran keterampilan fungsional terintegrasi dengan seluruh
program belajar, waktu belajar disesuaikan dengan kesiapan warga
Page 66
53
belajar. Program yang dilaksanakan dan dikembangkan di PKBM tidak
hanya program yang disponsori oleh instansi pendidikan nonformal tetapi
juga program dari instansi lain (seperti pertanian, kesehatan, perindustrian
dan lain-lain).
Program-program yang dilaksanakan PKBM selalu dikaitkan dengan
upaya meningkatkan taraf hidup. Program-program yang dimaksud
adalah pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan
kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan lansia dan lainnya.
5) Majlis Ta‟lim
Majlis ta‟lim adalah satuan pendidikan nonformal yang dilaksanakan oleh
masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan
serta perubahan sikap hidup terutama yang berhubungan dengan agama
islam yang dilaksanakan secara apik dan rapi. Kegiatan-kegiatan yang
termasuk dalam majlis ta‟lim adalah kelompok yasinan, kelompok
pengajian, taman pengajian al-Qur‟an, pengajian kitab kuning, salafiah
dan lain-lain.
6) Satuan Pendidikan Sejenis
Pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap
cakupannya sangat luas, maka kegiatan tersebut perlu adanya landasan
hukum yang bisa menjamin keberadaan kegiatan tesebut. Maka
ditetapkan satuan pendidikan sejenis (UU No. 2003 pasal 26 Ayat 4).
Page 67
54
Jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam satuan pendidikan yang sejenis
(lainnya) menurut PP No.37 Tahun 1991 tentang Pendidikan Non Formal
adalah pra sekolah (kelompok bermain, penitipan anak), balai latihan dan
penyuluhan, kepramukaan, padepokan pencak silat, sanggar kesenian,
bengkel/teater, lembaga komunikasi edukatif melalui media massa (cetak
dan elektronik) dan majlis ta‟lim (dalam UU No. 20 tahun 2003 berdiri
sendiri menjadi satuan pendidikan non formal).
10. Pendidikan Berdasarkan Perspektif Kesejahteraan Sosial
Pendidikan menjadi landasan utama untuk membentuk mental dan
karakter seorang individu. Pada dasarnya semua pertukaran informasi
merupakan bentuk pendidikan. Sebagai fungsi dalam pendampingan sosial,
pendidikan lebih merujuk pada sebuah proses kegiatan, ketimbang sebagai
hasil dari suatu kegiatan. Pendidikan sangat terkait dengan pencegahan
berbagai kondisi yang dapat menghambat kepercayaan diri individu serta
kapasitas individu dan masyarakat.
Dalam perspektif ilmu kesejahteraan sosial, pendidikan beranjak dari
kapasitas orang yang belajar (peserta didik). Pendidikan adalah bentuk
kerjasama antara pekerja sosial (sebagai edukator dan pendamping) dengan
klien (sebagai murid dan peserta didik). Pengalaman adalah inti “pelajaran
pemberdayaan”. Peserta didik adalah partner yang memiliki potensi dan
sumber yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran
merupakan proses saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama
Page 68
55
lain. Pekerja sosial dan klien pada hakikatnya dapat menjadi pendidik dan
peserta didik sekaligus.57
Secara sosiologis, kesejahteraan sosial akan dapat tercapai jika
kebutuhan pendidikan, pangan dan kesehatan telah terpenuhi oleh masyarakat.
Salah satu media yang bisa dilakukan adalah dengan memaksimalkan lembaga
sosial. Membentuk sebuah komunitas menjadi alternatif untuk mengimbangi
peran sekolah sebagai lembaga sosial formal. Di dalam komunitas,
pemberdayaan melalui transformasi ilmu pengetahuan harus menjadi fokus
utama. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk komunitas
yang berbasis pada pemahaman tentang nilai-nilai pendidikan. Dalam hal ini
peran serta yang berkelanjutan dan partisipasi yang berbasis kesadaran
anggota masyarakat adalah hal utama yang harus dimaksimalkan.58
Berdasarkan ilmu kesejahteraan sosial, pendekatan pemberdayaan
yang berbasis komunitas (community based) ini dikenal juga dengan
pendekatan komunitarian. Strategi ini percaya bahwa antara masyarakat dan
komunitas memiliki kemampuan yang saling terkait untuk memastikan
kebutuhan dasar mereka terpenuhi, masalah sosial mereka teratasi dan
kesempatan untuk maju tersedia.59
Pembentukan komunitas yang berbasis pada pemahaman tentang nilai-
nilai pendidikan ini erat kaitannya dengan masalah pendidikan bagi kaum
57
Edi Suharto, “Pendampingan Sosial dalam Pengembangan Masyarakat”, Modul diakses pada
23 April 2016 dari www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_31.htm 58
Didid Haryadi, “Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial”, artikel ini diakses pada 22 April 2016
dari kahaba.net/berita-bima/23802/pendidikan-dan-kesejahteraan-sosial.html 59
Siti Napsiyah Arieffuzaman dan Lisma Dyawati Fuaida, Belajar Teori Kesejahteraan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.105.
Page 69
56
menengah kebawah yang belum bisa mengakses pendidikan formal karena
biaya yang cukup mahal. Komunitas ini biasanya membentuk sebuah ruang
terbuka bagi masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan
seperti pada sekolah formal tanpa dipungut biaya apapun.
Sarana pendidikan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
khususnya anak jalanan menjadi sangat penting mengingat bahwa pendidikan
merupakan salah satu hak yang paling asasi yang harus dimiliki oleh setiap
orang tanpa terkecuali. Dengan mengenyam pendidikan, anak jalanan dapat
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dan memiliki kompetensi tinggi
dalam menghadapi tantangan di era globalisasi seperti sekarang. Selain itu,
dengan adanya pendidikan bagi anak jalanan dapat menghapus stigmatisasi
dari masyarakat yang sering mengaitkan anak jalanan dengan perilaku buruk
seperti membuat keonaran, mengganggu lalu lintas, vandalisme dan
sebagainya.
C. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan, tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang
disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri (usulan Rano Karno
tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar UNICEF), sesungguhnya mereka
adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih
sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus
Page 70
57
berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak
bersahabat.60
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia, anak jalanan adalah
anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
Berbeda dengan UNICEF yang mengatakan bahwa, street child are
those who have abandoned their homes, school and immediate communities
before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street
life, anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang
sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat
terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.61
Sedangkan menurut undang-undang nomor 23 tahun 2002, anak
jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktunya di jalanan.
Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia di bawah 16
tahun baik laki-laki maupun perempuan yang masih memiliki hubungan
dengan keluarga ataupun sudah putus hubungan dengan keluarga, yang
berkeliaran di jalanan untuk mencari nafkah dengan cara mengamen,
meminta-minta, dsb.
60
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2010), h.199. 61
RB Leksono, “Anak Jalanan dan Rumah Singgah” jurnal diakses pada 25 Maret 2016 dari e-
journal.uajy.ac.id
Page 71
58
Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan
hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat
diterima masyarakat umum, sekadar untuk menghilangkan rasa lapar dan
keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Tidak jarang pula mereka dicap
sebagai pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor, sehingga
yang namanya razia atau penggarukan bukan lagi hal yang mengagetkan
mereka.
Marginal, rentan, dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang tepat
untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan.62
Marginal
karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya,
kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjajikan prospek apapun di masa
depan. Rentan karena risiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang
sangat panjang benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan.
Adapun disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-
menawar (bargaining position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan
cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman
atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab.
2. Karakteristik Anak Jalanan
Anak jalanan sebagai pekerja anak (child labour) sebenarnya bukanlah
kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam, dan dapat dibedakan atas
dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa
62
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi. h.200.
Page 72
59
terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya.
Berdasarkan hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan
dalam tiga kelompok.
Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai
hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka
di jalan diberikan kepada orang tuanya, fungsi anak jalanan pada kategori ini
adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena
beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh kedua orangtuanya.
Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi
penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara
mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi
pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak
yang karena suatu sebab (biasanya kekerasan) lari atau pergi dari rumah.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat
rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik maupun
seksual.
Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini
mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka
terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala
risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini dengan mudah ditemui
Page 73
60
diberbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dan
sebagainya walau secara kuantitatif belum diketahui secara pasti.63
3. Faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam
kehidupan di jalanan, seperti kesulitan keuangan atau tekanan kemiskinan,
ketidakharmonisan keluarga, dan masalah khusus yang menyangkut hubungan
anak dengan orang tua. Berbagai faktor tersebut seringkali memaksa anak-
anak mengambil inisiatif untuk mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan.
Kadang kala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan
untuk hidup di jalanan. Studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang
dikategorikan children of the street, menunjukkan bahwa motivasi mereka
hidup di jalanan bukanlah sekadar karena desakan kebutuhan ekonomi rumah
tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan keretakan kehidupan
rumah tangga orang tuanya.64
Namun faktor utama yang mempengaruhi anak turun ke jalan adalah
masalah kemiskinan atau ekonomi. Kondisi ini dipicu oleh krisis moneter dan
ekonomi yang terus berlangsung hingga saat ini. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, Soetarso seorang pakar pekerjaan sosial menjelaskan bahwa dampak
63
Ibid., h.201. 64
Ibid., h.211.
Page 74
61
krisis ekonomi global dalam kaitannya dengan anak jalanan adalah sebagai
berikut.65
1) Orang tua mendorong anak untuk bekerja membantu ekonomi keluarga.
2) Kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh orang tua
semakin meningkat sehingga anak turun ke jalan.
3) Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar
uang sekolah.
4) Makin banyak anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrakan
rumah/kamar meningkat.
Selain faktor yang diungkapkan oleh Soetarso, secara umum terdapat
tiga faktor utama yang dikemukakan oleh Kalida Muhsin, yang menyebabkan
anak turun ke jalanan.66
1) Tingkat Mikro, yaitu faktor yang berhubungan dengan keluarga. Pada
tingkat ini, diidentifikasikan anak lari dari keluarga, kekurangan kasih
sayang orang tua (broken home), dipaksa bekerja baik yang masih
sekolah ataupun sudah putus sekolah, dieksploitasi, dan sebagainya.
2) Tingkat Messo, yaitu faktor lingkungan masyarakat setempat. Sebab yang
diidentifikasi adalah masyarakat miskin, sehingga orangtua mengajarkan
anak-anaknya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Tingkat Makro, yaitu berhubungan dengan faktor informal misalnya
ekonomi. Sektor ini menjadi pertimbangan mereka yang tidak terlalu
65
Soetarso, Praktik Pekerjaan Sosial (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1996).
h.19. 66
Kalida Muhsin, Sahabatku Anak Jalanan (Yogyakarta: Aliefpress, 2005), h.20
Page 75
62
membutuhkan modal atau keterampilan yang besar. Mereka mempunyai
latar belakang yang berbeda sebelum terjun dan bekerja di jalanan,
sehingga sering mendapat julukan anak seribu masalah.
4. Model Penanganan Anak Jalanan
Untuk menangani permasalahan anak jalanan harus diakui bukalah hal
yang mudah. Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik
oleh LSM, pemerintah, organisasi profesi dan sosial maupun orang per orang
untuk membantu anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi
penderitaan mereka. Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer,
segmenter dan terpisah maka hasilnya pun menjadi kurang maksimal.
Selama ini, upaya yang telah dilakukan untuk menangani anak-anak
jalanan biasanya adalah dengan berusaha mengeluarkan mereka dari jalanan,
memasukannya ke berbagai “Rumah Singgah”, tempat-tempat pelatihan, atau
dengan cara menangkap mereka, memasukkan ke tempat anak-anak nakal,
atau tindak kekerasan lain. Namun, banyak bukti menunjukkan, model
penanganan yang bersifat karitatif dan punitif seperti itu tidak mampu
menyelesaikan permasalahan anak jalanan secara tuntas.
Untuk menangani permasalahan anak jalanan hingga ke akar-akarnya,
yang dibutuhkan bukanlah program bantuan yang sifatnya karitatif atau paket-
paket program yang didropping begitu saja dari pusat. Sikap karitatif dengan
cara memperlakukan anak-anak jalanan sebagai objek amal, memberikan
santunan dan bantuan yang sifatnya temporer niscaya hanya akan melahirkan
Page 76
63
ketergantungan dari anak jalanan terhadap belas kasihan para penderma, dan
bahkan tidak mustahil hanya akan meniadakan keberdayaan dan tekad self
help anak-anak jalanan itu sendiri.67
Berdasarkan pada prinsip-prinsip profesi kesejahteraan sosial, maka
kebijakan dan program perlindungan sosial mencakup bantuan sosial, asuransi
kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial yang
dikembangkan berdasarkan right based initiatives, memperhatikan sungguh-
sungguh hak-hak dasar anak sesuai dengan aspirasi terbaik mereka (the best
interest of children). Strategi intervensi pekerjaan sosial tidak bersifat parsial,
melainkan holistic dan berkelanjutan. Secara garis besar, alternatif model
penanganan anak jalanan mengarah pada 4 jenis model yaitu.68
1) Street centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang
dipusatkan di „jalan‟ dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi.
Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan
terdekatnya yaitu di jalan.
2) Family centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang
difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga
sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau
menarik anak jalanan kembali ke keluarganya.
67
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), h.214. 68
Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2011), h.233-
235.
Page 77
64
3) Institutional centered intervention yaitu penanganan anak jalanan yang
dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan
reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak
jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat). Pendekatan ini juga
mencakup tempat berlindung sementara (drop in). “Rumah Singgah” atau
“open house” yang menyediakan fasilitas “panti dan asrama adaptasi”
bagi anak jalanan.
4) Community centered intervention, penanganan anak jalanan yang
dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program-program
community development untuk memberdayakan masyarakat atau
penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial masyarakat dengan menjalin
networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun
lembaga sosial masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup tanggung
jawab sosial perusahaan. (Corporate Social Responsibility)
Sependapat dengan ke-empat model penanganan anak jalanan tersebut,
Tata Sudrajat mengungkapkan beberapa pendekatan yang selama ini biasa
dilakukan oleh LSM dalam menangani masalah anak jalanan, pendekatan
tersebut diantaranya yaitu pertama, street based, yakni model penanganan
anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal. Para street
educator datang kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja,
memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan diri sebagai teman.
Kedua, centre based, yakni pendekatan dengan penanganan anak jalanan di
Page 78
65
lembaga atau panti. Ketiga, community based, yakni model penanganan yang
melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama keluarga atau orang tua anak
jalanan.69
Tabel 4
Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan
Pengelompokkan Anak
Jalanan
Pendekatan Program
Strategi
Fungsi Intervensi
Anak yang masih
berhubungan atau tinggal
dengan orang tua
Community Based Preventif
Anak yang masih ada
hubungan dengan
keluarga, tetapi jarang
berhubungan/tinggal
dengan orang tua
Street Based Perlindungan
Anak terselisih/ putus
hubungan dengan
keluarga/ orang tuanya.
Centre Based Rehabilitasi
Sumber: Tata Sudrajat, YKAI Jakarta, 1996.
5. Indikator Kesejahteraan Keluarga
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun
2009, keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan.
69
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Edisi Revisi, h.215.
Page 79
66
Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi lima tahapan,
yaitu:70
a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari enam indikator
Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator “kebutuhan dasar keluarga”
(basic needs).
b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I)
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari 8 indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator
“kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.
c. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I, 8
indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 indikator keluarga
sejahtera III (KS III), atau indikator “kebutuhan pengembangan”
(developmental needs) dari keluarga.
d. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I, 8
indikator KS II, 5 indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2
indikator keluarga sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
“aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
70
BKKBN, “Batasan dan Pengertian MDK”, diakses pada 27 Agustus 2016 dari
aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx
Page 80
67
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 indikator
tahapan KS I, 8 indikator KS II, 5 indikator KS III serta 2 indikator tahapan
KS III Plus.
Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera menurut BKKBN, adalah
sebagai berikut.
a. Enam indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator “kebutuhan
dasar keluarga” (basic needs)
1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding
yang baik.
4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
5) Bila pasangan usia subut ingin ber-KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi
6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
b. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator “kebutuhan
psikologis” (psychological needs)
1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
Page 81
68
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru dalam setahun.
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2
untuk setiap penghuni rumah.
5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
6) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan.
7) Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
8) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.
c. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator “kebutuhan
pengembangan” (developmental needs)
1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang,
minimal Rp.500.000,-
3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi
4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
5) Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/tv/internet.
d. Dua indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator
“aktualisasi diri” (self esteem)
Page 82
69
1) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan
materiil untuk kegiatan sosial.
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/institusi masyarakat.71
71
BKKBN, “Batasan dan Pengertian MDK”, diakses pada 27 Agustus 2016 dari
aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx
Page 83
70
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Rumah Belajar Keluarga Anaklangit
1. Sejarah Singkat Rumah Belajar Anaklangit
Rumah Belajar Keluarga Anaklangit dibentuk pada tahun 2004 oleh
sebuah komunitas dengan latar belakang anggota yang berbeda namun
memiliki satu kesamaan yaitu peduli terhadap masalah sosial dan
kemanusiaan. Rumah belajar keluarga anaklangit ini memfokuskan pada
kegiatan pemberdayaan anak-anak terutama bagi anak yang secara sosial dan
ekonomi relatif terpinggirkan.72
Kesebelas pendiri Rumah Belajar Keluarga
Anaklangit ini adalah Mukasi Solihin, Herdi Aswarudi, Bambang Kurniawan,
Uyus Setiabakti, Maman, Och Nazy, Andri 'Kenduy', Moh Harun, Mukmin
Kusnandar, Moh Hidayat, dan Adi Fatwadi.
Alasan mereka menamai yayasan ini dengan nama anaklangit adalah
berdasarkan filosofi dari salah satu sahabat nabi yang merupakan seorang
pemuda istimewa yaitu Uwais al-Qarny yang memiliki julukan sebagai
penghuni langit. Seorang pemuda miskin yang jarang dikenal oleh siapapun di
dunia namun dikenal oleh semua malaikat dan seluruh penghuni langit karena
ketaatannya dalam beribadah serta perilakunya yang amat berbakti kepada
ibunya. Terinspirasi dari kisah tersebut maka yayasan ini dinamai anaklangit
72
Keluarga Anak Langit, “Tentang Kami”, artikel diakses pada 20 April 2016 dari
www.keluarga-anaklangit.or.id/siapa_kami.php
Page 84
71
dengan harapan agar kelak jika anak didiknya tidak bisa memiliki apa yang
mereka inginkan di dunia maka mereka bisa memilikinya di akhirat nanti.
Selain itu penulisan kata “anaklangit” pada logonya disengaja untuk tidak
memakai spasi dan memakai huruf kecil. Hal ini dimaknai untuk
menyamaratakan dan mengeratkan hubungan antara kakak-kakak pengurus
dengan anak-anak didiknya.
Rumah belajar keluarga anaklangit adalah sebuah organisasi non-profit
yang bertujuan untuk menampung anak-anak bangsa yang memiliki pekerjaan
dijalanan dan rakyat miskin, mereka tidak hanya ditampung tetapi juga
diberikan pendidikan dan aktivitas rutin secara berkala. Di rumah belajar
keluarga anaklangit, anak-anak yang ditampung diajarkan berbagai macam
ilmu, seperti pelajaran yang dipelajari disekolah-sekolah formal, bahkan
mereka juga diajarkan keterampilan kerja seperti menggambar, menyablon,
daur ulang sampah, recyle robotic, kerajinan kain flannel, menjahit, bermusik,
teater, berkebun, sepeda dan beladiri kempo. Jumlah anak didik di rumah
belajar keluarga anak langit adalah sekitar 147 orang, namun yang masih aktif
hingga kini hanya 50 hingga 70 orang saja. Di rumah belajar keluarga
anaklangit, mereka bebas melakukan apa saja sesuai dengan apa yang mereka
inginkan asal perilaku mereka tetap dijaga. Mereka juga diajarkan mengenai
etika dan sopan santun, agama, serta kemandirian. Anak-anak diajarkan pula
berkreatifitas sesuai dengan imajinasi mereka. Oleh karena itu, mereka
diharapkan menjadi pribadi yang terampil, cerdas, mandiri dan berakhlak
mulia.
Page 85
72
Rumah belajar keluarga anaklangit ini ingin membuktikan bahwa anak
bangsa yang berprofesi di jalanan juga bisa berkarya. Mereka telah
menunjukkannya dengan berbagai prestasi yang telah dicapai. Mereka ingin
menghapus stigma dari sebagian besar masyarakat yang sering
mengidentikkan anak-anak tersebut dengan kriminalitas dan vandalism.
Rumah belajar keluarga anaklangit juga menjadi suatu wadah positif bagi
anak-anak tersebut agar mereka tidak terjerumus ke dalam pergaulan dan
kehidupan yang kurang baik.
Pada mulanya, rumah belajar keluarga anaklangit lebih mementingkan
anak-anak yang berprofesi di jalanan saja akan tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, tidak hanya anak-anak tersebut saja yang dapat belajar
disini tetapi juga anak yang kurang mampu. Sebenarnya anak didik yang
belajar di anaklangit (sebutan akrab rumah belajar keluarga anaklangit) masih
mempunyai orangtua bahkan ada pula yang berasal dari keluarga yang
berkecukupan. Akan tetapi faktor lingkunganlah yang menghubungkan
mereka dengan anaklangit. Lingkungan jalanan yang pada umumnya memang
keras menjadikan kepribadian anak jalanan yang keras kepala, brutal dan
susah diatur, tetapi tidak semua anak jalanan memiliki kepribadian yang
buruk. Meskipun lama tinggal di jalanan pada saat mereka masuk dalam
lingkungan yang harmonis seperti di anaklangit maka mereka dapat
menyesuaikan diri.73
73
Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Salah seorang Anggota Pengurus Divisi Pendidikan
Kesejahteraan Sosial Anak, pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB.
Page 86
73
2. Lokasi Rumah Belajar Keluarga Anaklangit.
Rumah belajar keluarga anaklangit terletak di pinggiran sungai
Cisadane, di Jalan Karawaci Ilir, Tanah Gotjap Tepi Sungai Cisadane,
kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Tempat ini dibangun dengan konsep
yang ramah dan hijau. Banyak terdapat pohon-pohon rindang yang
melingkupi bangunan serta halaman disekitarnya sehingga membuat suasana
yang sejuk dan asri.
3. Fasilitas dan Prasarana Belajar
Rumah belajar keluarga anaklangit memiliki beberapa fasilitas dan
prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar anak didiknya. Fasilitas
dan prasarana belajar tersebut antara lain sebagai berikut.
Tabel 5
Fasilitas dan Prasarana Belajar di Yayasan Keluarga Anaklangit
No. Fasilitas Fungsi
1. Aula Tempat pameran kreatifitas dalam bentuk mural.
2. Galeri Tempat hasil kreasi anaklangit.
3. Ruang kelas Ruangan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
4. Perpustakaan Ruangan untuk membaca dan menyimpan buku.
5. Kantor Ruang kerja pengurus organisasi anaklangit.
6. Panggung Apresiasi Panggung untuk apresiasi kreativitas anak didik.
7. Saung Putri Ruang privasi untuk anak didik putri.
8. Saung Damai Saung yang digunakan untuk mendamaikan konflik
antara anak didik dan juga menyelesaikan masalah.
9. Musholla Saung yang digunakan untuk sholat, mengaji dan
terkadang digunakan untuk proses belajar mengajar.
Page 87
74
10. Halaman bermain Tempat terbuka untuk bermain anak-anak didik, ada
satu buah ayunan dan perosotan.
Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2016
4. Data Anak Didik
Anak-anak yang berada di Rumah Belajar Keluarga Anaklangit berasal
dari berbagai latar belakang yang berbeda seperti pengamen, pemulung,
pengemis, pencari cacing dan sebagainya. Berikut ini adalah jumlah anak
didik di Yayasan Keluarga Anaklangit berdasarkan jenis kelamin dan usianya.
Untuk data secara lengkap ada pada lampiran.
Tabel 6
Jumlah Andik Yayasan Keluarga Anaklangit Tahun 2016
No. Jenis Kelamin Usia Jumlah
1. Laki-laki 3 – 18 tahun 30 orang
2. Perempuan 3 – 18 tahun 36 orang
66 orang
Sumber: Database Rumah Belajar Keluarga Anaklangit, 2016.
B. Tujuan, Visi dan Misi Rumah Belajar Keluarga Anaklangit
Dalam menjalankan program kegiatan, Rumah Belajar Keluarga
Anaklangit memiliki tujuan, visi dan misi yang dijadikan sebagai suatu pedoman
atau acuan untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan.74
74
Keluarga Anaklangit, “Tentang Kami”, artikel diakses pada 20 April 2016 dari
www.keluarga-anaklangit.go.id/siapa_kami.php.
Page 88
75
Tujuan
Menjadikan anak jalan sebagai anak Indonesia yang cerdas, kreatif, mandiri, dan
berbudi mulia.
Visi
Menyelenggarakan kegiatan sosial dan dan kemanusiaan berlandaskan prinsip
non-partisan, jujur, independen, mandiri dan professional serta menjunjung tinggi
etika dan semangat kebersamaan.
Misi
Mengurangi angka anak-anak bangsa yang masih bekerja di jalanan.
Memberikan pendidikan dan keterampilan yang layak.
Menggali dan mengembangkan potensi anak-anak didik.
Menyediakan ruang belajar bagi masyarakat yang kurang mampu secara
gratis.
Memberikan program pelatihan (lifeskill) jangka panjang seperti pelatihan
basic komputer, dan berbagai usaha kreatif.
C. Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi (Bidang yang ditangani)
Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit atau biasa disebut dengan
anaklangit merupakan sebuah rumah belajar yang berada di tepian sungai
Cisadane Kota Tangerang. Selain dijadikan sebagai wadah untuk memberikan
pendidikan bagi anak-anak bangsa yang berprofesi di jalan, Anaklangit juga
memiliki kegiatan yang bergerak di bidang sosial dan kesehatan. Program
Page 89
76
kegiatan yang dibuat diperuntukkan kepada masyarakat yang kurang mampu
pada umumnya dan anak-anak bangsa yang berprofesi di jalan khususnya.
Kegiatan yang difokuskan oleh Anaklangit diantaranya adalah.
Pendidikan Anak
Peningkatan akses anak-anak terhadap pendidikan dan pemanfaatan
waktu luang anak untuk kegiatan kreatif dan bermanfaat. Contohnya seperti
program PAUD Cikal Klangit, taman baca dan internet cerdas.
Kesehatan Anak
Promosi kesehatan anak dan pengenalan pola hidup sehat bagi anak.
Contohnya seperti program Gerakan Anak Sehat (GAS) yang diadakan tiap
bulannya.
Kesejahteraan Anak
Pendampingan anak dalam rangka memenuhi hak-hak anak. Contoh
pendampingan seperti pemberian identitas bagi anak yang berusia 17 tahun
akan didampingi untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk
Penguatan Keluarga
Penguatan kemampuan sosial ekonomi keluarga. Contoh programnya
adalah microfinance.
Pengembangan Kemandirian Ekonomi
Pengembangan keterampilan kewirausahaan. Contoh programnya
seperti creative gallery, creative farming, creative handycraft, creative
music, dan creative media.
Page 90
77
Pengembangan Relawan
Pengembangan wahana belajar bersama dan sama-sama belajar untuk
pembentukan relawan rumah belajar keluarga anaklangit yang mandiri
cerdas, kreatif dan berbudi mulia. Contoh programnya adalah institut
relawan.
D. Divisi-Divisi dan Unit Layanan Khusus
Tugas Pokok dan Fungsi
a. Ketua
Bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan.
b. Sekretaris
Bertugas melakukan tugas-tugas administrasi kantor, melakukan
pengarsipan dokumen administrasi dan membuat laporan
pertanggungjawaban.
c. Bendahara
Bertugas mengatur seluruh keuangan lembaga dan membuat laporan
pertanggungjawabannya setiap satu bulan sekali atau setelah kegiatan
dilaksanakan.
d. Bidang Information Technology (IT)
Bertugas untuk merawat software/hardware komputer yang berada di
kantor, melakukan perbaikan jika ada yang rusak, mengevaluasi dan
meningkatkan kinerja sistem terutama yang berhubungan dengan website
atau situs komputer.
Page 91
78
e. Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) dan Beasiswa
Bertugas untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan bagi anak
baik itu pendidikan formal di sekolah umum dengan bantuan beasiswa,
maupun pendidikan nonformal yang diselenggarakan di Rumah Belajar
Keluarga Anaklangit.
f. Divisi Kreatif dan Art
Bertugas untuk menyelenggarakan dan mengelola pelatihan yang
berhubungan dengan kesenian seperti musik, teater, kreatif galeri dsb.
g. Divisi Kesehatan
Bertugas untuk menangani kesehatan anak-anak didik. Mengadakan
pengecekan terhadap anak didik tiap bulannya dan mempromosikan pola
hidup sehat.
h. Divisi Keagamaan.
Bertugas untuk mengajarkan anak-anak didik tentang pendidikan
keagamaan sejak dini.
E. Staf dan Struktur Organisasi Rumah Belajar Keluarga Anaklangit
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rumah Belajar Keluarga Anaklangit
tahun 2014 dan hasil rekomendasi dari pimpinan lembaga, maka pengaturan
sumber daya manusia (SDM) yang menjadi motor penggerak lembaga yaitu.
Dewan Pembina : 1) Bambang Kurniawan S.Sos, M.Si
2) Herdy Aswarudi, S.Ag
3) Harun H.S
Dewan Pengawas : 1) Muhammad Nazi
Page 92
79
2) Uyus Setia Bhakti
3) Adi Fatwadi
4) Andri Kurniawan
Dewan Pengurus
Ketua : MH. Thamrin
Sekretaris : Sultan Nasir MK
Bendahara : Violine Hangreidatu
IT Support : Agung
Anggota Pengurus
Divisi PKSA : Abdurrahman Harits
Divisi Kesehatan : Wulan
Divisi Kreativitas & Art : Rudy
Divisi Keagamaan : Oky Trisna Sanjaya
Page 93
80
Gambar 1
Struktur Organisasi Yayasan Keluarga Anaklangit
Sumber: Database Yayasan Keluarga Anaklangit 2016.
Dewan Pembina
Dewan Pengawas
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Bidang Teknologi
dan Informasi
Divisi Program
Kesejahteraan Sosial
Anak (PKSA)
Divisi
Kesehatan
Divisi Kesenian
dan Art
Divisi
Kegamaan
Page 94
81
F. Bentuk Program dan Pendampingan Rumah Belajar Keluarga Anaklangit
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan anak bangsa, rumah belajar
keluarga anaklangit memiliki beberapa program untuk meningkatkan kualitas
pendidikan khususnya di kota Tangerang. Pada awalnya, rumah belajar keluarga
anaklangit mencoba untuk melakukan serangkaian tindakan dalam bentuk
“belajar bersama dan sama-sama belajar serta berdoa”, yang hingga saat ini
masih diterapkan. Maksud dari kalimat tersebut yaitu dalam rumah belajar
keluarga anaklangit tidak hanya anak didik yang belajar tetapi juga kakak-kakak
belajar juga dari anak didik. Karena pada kenyataannya tidak ada manusia yang
sempurna, untuk itu tidak ada salahnya bila kakak-kakak mencontoh perilaku
baik anak-anak didiknya.
Pendekatan dan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk menggali
kemandirian dan solidaritas kebersamaan seperti pendekatan spiritual dan
keterampilan yang mengandalkan ketersediaan potensi lokal di samping muatan-
muatan lainnya yang bersifat pengembangan pengetahuan. Kreativitas mengalir
disini bagi mereka yang memiliki potensi dan kemauan untuk maju. Ruang yang
memungkinkan anak didik untuk berkreasi, berapresiasi, dan mendapatkan
pendidikan merupakan hal yang penting disediakan. Untuk itu, program-program
yang dilakukan antara lain adalah program pengembangan pendidikan, program
pengembangan kemandirian, program pengembangan masyarakat dan kampanye.
Program-program tersebut merupakan program yang terintegrasi, karena
keberhasilan salah satu program akan sangat mempengaruhi program yang
Page 95
82
lainnya. Adapun penjelasan masing-masing program yang dilakukan di Rumah
Belajar Keluarga Anaklangit sebagai berikut.
1. Program Pengembangan Pendidikan Formal dan Nonformal
Dewasa ini, pendidikan sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi seseorang. Untuk itu, rumah belajar keluarga anaklangit
mengembangkan program pendidikan dalam lingkup pendidikan formal dan
nonformal. Program ini dilakukan karena pentingnya pendidikan bagi seluruh
anak bangsa tanpa memandang asal usul maupun tingkat perekonomian anak
tersebut. Harapan besar yang ingin dicapai oleh rumah belajar keluarga
anaklangit dengan adanya program pendidikan ini, yaitu terbangunnya sekolah
alternatif untuk anak-anak yang kurang mampu. Pendidikan yang menjadi fokus
utama adalah pendidikan yang menyatukan pendidikan formal untuk tingkatan
wajib belajar dan pendidikan nonformal berbasis pada keunikan bakat dan
potensi anak didik serta pengembangan life skill, yaitu pengembangan
keterampilan untuk hidup yang lebih baik. Adapun bentuk kegiatan yang
dilakukan dalam program ini meliputi.
a. Kegiatan Pendidikan Formal
Kegiatan pendidikan formal dilakukan dengan cara memberikan
beasiswa untuk menempuh pendidikan di sekolah formal kepada anak didik.
Syarat untuk mendapatkan beasiswa pendidikan di sekolah formal di Yayasan
Keluarga Anaklangit juga tidak sulit yakni beasiswa diberikan kepada anak
didik yang merasa memiliki rumah belajar keluarga anaklangit sebagai
identitasnya, serta memiliki niat dan semangat belajar yang tinggi untuk
Page 96
83
mengembangkan pengetahuannya. Dengan kata lain minimal syaratnya
hanyalah rajin bersekolah dan tidak membolos. Dana beasiswa ini didapatkan
dari hasil kerjasama dengan beberapa perusahaan swasta yang memberikan
bantuan tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)
kepada Yayasan Keluarga Anaklangit. Hingga saat ini, anak didik yang
mendapatkan beasiswa di sekolah formal baik itu dari SD, SMP dan SMA
berjumlah sekitar 41 orang (data terlampir).
b. Kegiatan Pendidikan Nonformal
Kegiatan pendidikan nonformal dilakukan dengan memberikan
berbagai kegiatan pembelajaran berupa pengembangan keterampilan kepada
anak didik. Kegiatan pengembangan keterampilan ini belum tentu didapat
oleh mereka yang menempuh pendidikan di sekolah formal. Kegiatan ini lebih
fokus pada keterampilan untuk mengembangkan kemandirian anak didik, di
samping pendidikan yang mereka dapat di sekolah formal. Dengan demikian,
anak didik dapat menerapkannya secara nyata dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Kegiatan pengembangan keterampilan ini yaitu seperti bermusik,
menari, teater, daur ulang sampah (recycle robotic), IT, sablon dll.
Konsep utama pendidikan yang diberikan rumah belajar keluarga
anaklangit adalah pendidikan bermutu yang menyatukan konsep pendidikan
standar sesuai kurikulum nasional (formal) dengan konsep pendidikan alam
dan pengembangan kemandirian serta etika personal (nonformal). Biaya
pendidikan tidak dibebankan kepada anak didik, sehingga dalam konteks
Page 97
84
pendidikan diberikan secara gratis. Hal ini dilakukan agar dapat memastikan
bahwa anak-anak didik yang secara ekonomi kurang mampu dapat tetap
menempuh pendidikan dan pembelajaran di rumah belajar keluarga
anaklangit.
2. Program Pengembangan Kemandirian
Kegiatan pendidikan dan organisasi secara keseluruhan perlu ditunjang
dengan adanya kemandirian organisasi, termasuk rumah belajar keluarga
anaklangit. Oleh karena itu, program pengembangan kemandirian merupakan
salah satu unsur penting dalam rangka mengembangkan kualitas pendidikan
dan kegiatan yang dilakukan disini. Dalam program ini, kegiatan yang
dilakukan adalah dengan mengembangkan kegiatan usaha yang ditujukan
sebagai sarana untuk meningkatkan kemandirian organisasi dalam
menjalankan segala macam aktivitasnya, terutama untuk menjaga
keberlanjutan operasional rumah belajar keluarga anaklangit. Kegiatan
pemgembangan kemandirian yang ada di Yayasan Keluarga anak langit
meliputi creative music yaitu unit kreatif yang bergerak dalam bidang usaha
musik terutama musik perkusi, selanjutnya creative handyraft yaitu unit
kreatif yang bergerak dalam bidang pembuatan barang-barang kerajinan
terutama dari bahan limbah yang didaur ulang, lalu creative gallery yaitu unit
kreatif yang bergerak dalam bidang usaha pemasaran dan penjualan hasil
produksi dari seluruh unit-unit kreatif yang ada.
Page 98
85
Selain memberikan pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik, rumah
belajar keluarga anaklangit juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk
berkreasi yang dapat menghasilkan uang. Seperti misalnya, mengadakan usaha
dengan menggelar pameran hasil karya lukisan, hasil daur ulang sampah, dan
“mengamen” yaitu menggelar pertunjukan menyanyi, dan lain-lain.
3. Program Pengembangan Masyarakat
Program pengembangan masyarakat didasarkan pada perlunya perluasan
pada lingkup masyarakat sasaran. Kegiatan yang dilakukan yaitu melalui
kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak di beberapa lokasi di sekitar rumah
belajar keluarga anaklangit, selain itu ada juga kegiatan yang bersifat penyuluhan
dan sosialisasi kepada masyarakat. Kegiatan ini sengaja dilakukan di lokasi
terbuka yang berdekatan dengan lingkungan tempat tinggal masyarakat sekitar
agar mereka bisa dengan mudah menjangkaunya.
a. Kesehatan (Program Gerakan Anak Sehat/GAS)
Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi semua
orang. Untuk itu demi menjadikan anak bangsa yang memiliki intelektualitas
dan kepribadian yang baik, perlu didukung juga dengan kesehatan yang baik.
Di rumah belajar keluarga anaklangit ini, kesehatan anak didik sangat
diperhatikan. Misalnya pola makan anak didik harus dijaga, kebersihan
lingkungan rumah belajar keluarga anaklangit dan lingkungan sekitar harus
dijaga, dan juga mandi harus tepat pada waktunya. Dengan begitu, anak didik
akan tetap sehat dan jarang terserang penyakit. Setiap satu bulan sekali
Page 99
86
dilakukan program Gerakan Anak Sehat yang dimana program tersebut
bertujuan untuk memberi informasi kepada anak-anak didik khususnya dan
masyarakat umumnya tentang bagaimana menerapkan pola hidup sehat
terutama pada makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Kegiatannya
berupa makan makanan 4 sehat 5 sempurna secara bersama-sama di alam
terbuka.
b. Identitas
Banyak dari anak didik di rumah belajar keluarga anaklangit yang pada
awalnya tidak memiliki sebuah identitas, baik yang masih kecil maupun yang
sudah dewasa. Untuk itu rumah belajar keluarga anaklangit juga memberikan
pendampingan dalam bidang identitas. Pendampingan ini dilakukan dengan
membuatkan identitas bagi yang belum memiliki akta kelahiran dan yang
belum memiliki Kartu Tanda Penduduk, atau dengan mendampingi orangtua
anak didik dalam mengurus identitas keluarga.
G. Kerjasama dan Jaringan Organisasi
Hingga saat ini Yayasan Keluarga Anaklangit telah berhasil menjadi
mitra dari beberapa organisasi pemerintah, organisasi swasta, organisasi
masyakat serta institusi pendidikan untuk saling membantu terhadap
keberlangsungan program dan kegiatan di Yayasan Keluarga Anaklangit ini.
Adapun organisasi pemerintah yang turut bekerjasama seperti Kementrian
Sosial RI, Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kota Tangerang.
Kerjasama yang terjalin dengan organisasi pemerintahan ini adalah dalam hal
Page 100
87
pendanaan bagi program pendidikan dan kesejahteraan anak. Kemudian
organisasi swasta yang turut bekerjasama antara lain PT. Dynaplast, PT.
Angkasa Pura II, PT. Dipostar Finance, PT. Matahari Putra Prima, PT. Sarana
Multi Infrastruktur, PT. Sinde Budi Sentosa, PT. Bank CIMB Niaga, PT.
Smartfren Tbk, Pacific Paint, dan Adidas Indonesia. Kerjasama dengan
organisasi-organisasi swasta ini terjalin dalam bentuk dukungan melalui
berbagai bantuan salah satunya yaitu pemberian beasiswa bagi anak didik
yang berprestasi melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR).
Selanjutnya organisasi masyarakat yang juga terlibat kerjasama dengan
yayasan ini antara lain Perkemi Kota Tangerang, TAGANA Kota Tangerang
serta Dompet Dhuafa, sedangkan sekolah/universitas yang menjalin kerjasama
adalah Universitas Pelita Harapan, Universitas Multimedia Nusantara,
Universitas Indonesia, Bina Sarana Informatika, Universitas Budi Luhur,
STISIP Yuppentek, Universitas Tarumanegara, Universitas Trisakti, Prasetya
Mulya Business School, Untirta, Institut Kesenian Jakarta, Sekolah Harapan
Bangsa, Sekolah Surya Bangsa, dan Sekolah Insan Kamil. Ormas dan institusi
pendidikan ini bekerjasama membantu kelangsungan berjalannya program
anak langit dengan menjadi relawan atau tenaga pengajar tetap di yayasan
keluarga anaklangit.
Page 101
88
BAB IV
HASIL EVALUASI
Sesuai dengan temuan yang didapatkan oleh peneliti di lapangan baik berupa
wawancara, observasi dan studi kepustakaan, bahwa program pendidikan non formal
yang diselenggarakan melalui Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit di Kota
Tangerang merupakan sebuah wadah atau tempat bagi anak-anak jalanan untuk
menggali potensi dan mengasah kreativitasnya diberbagai bidang. Program ini
dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap hak-hak anak khususnya anak jalanan
yang cenderung luput dari perhatian orangtua dan orang-orang terdekatnya sehingga
mengharuskan mereka untuk bekerja di jalanan.
Metode analisis evaluasi program yang peneliti gunakan adalah model
evaluasi CIPP dari Stufflebeam dkk, di dalam evaluasi ini terdapat empat unsur yang
akan dievaluasi yaitu evaluasi konteks (context), evaluasi masukan (input), evaluasi
proses (process) dan evaluasi hasil (product). Selain itu peneliti juga akan
menggunakan indikator dalam mengevaluasi program ini yaitu indikator ketersediaan,
indikator relevansi, indikator keterjangkauan, indikator pemanfaatan, indikator
cakupan, indikator kualitas, indikator upaya, indikator efisiensi dan indikator dampak
sebagai alat ukur untuk menilai unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program
tersebut.
Evaluasi konteks program meliputi tujuan program serta relevansinya dengan
konteks program. Evaluasi konteks program juga mengidentifikasi kebutuhan-
Page 102
89
kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan. Evaluasi
input meliputi tiga variabel, pertama adalah variabel klien yang terdiri dari aspek
usia, wilayah tinggal, latar belakang dan sebagainya, kedua adalah variabel staff atau
pengurus yang terdiri dari pendidikan dan pengalaman staff, ketiga adalah variabel
program yang terdiri dari layanan yang diberikan, mitra dan kerjasama, donatur,
keterjangkauan lokasi, sarana dan fasilitas serta pendanaan. Evaluasi proses meliputi
kegiatan apa yang dilakukan, siapa yang bertanggungjawab pada program, serta
kapan program akan selesai. Evaluasi hasil berkaitan dengan perubahan perilaku klien
atau peserta didik serta keberlanjutan program.
A. Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks program menyajikan data tentang alasan-alasan untuk
menetapkan tujuan-tujuan program serta prioritas tujuan. Evaluasi ini pun
menggambarkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
program seperti karakteristik dan perilaku peserta didik, keunggulan dan
kelemahan tenaga pelaksana, sarana, fasilitas dan sebagainya.75
Indikator
penilaian yang peneliti gunakan dalam evaluasi konteks adalah indikator
relevansi, dimana indikator ini menunjukkan seberapa relevan atau tepatnya
suatu program/layanan yang ditawarkan.76
Berikut ini merupakan penjelasan
tentang unsur-unsur evaluasi konteks dengan menggunakan indikator relevansi.
75
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, h.54. 76
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, h.130-132.
Page 103
90
a. Tujuan Program
Tujuan utama berdirinya Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit
ini adalah untuk menampung dan menjadikan anak jalanan dan anak-anak
yang berasal dari keluarga yang kurang mampu sebagai anak Indonesia yang
cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia. Mereka tidak hanya ditampung
tetapi juga diberikan pendidikan, keterampilan dan aktivitas rutin secara
berkala. Di rumah belajar keluarga anaklangit, anak-anak yang ditampung
diajarkan berbagai macam ilmu seperti pelajaran yang dipelajari di sekolah.
Mereka juga diberikan pendidikan yang sifatnya non formal seperti
menggambar, menyablon, daur ulang sampah, bermusik, teater, dan seni tari
tradisional. Proses perekrutan anak didik ini dilakukan dengan penjangkauan
langsung, rujukan dari lembaga lain dan penerimaan langsung dari orangtua
anak didik. Saat ini ada sekitar 66 anak yang aktif belajar di anaklangit,
dengan jumlah anak terbesar berasal dari Kecamatan Karawaci Ilir, Kota
Tangerang. Tujuan diadakannya program pendidikan non formal tersebut
adalah untuk memberikan keterampilan dasar yang nantinya akan berguna
bagi masa depan para peserta didik di Rumah Belajar Yayasan Keluarga
Anaklangit. Pernyataan tersebut disampaikan oleh ketua divisi Pendidikan
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).
“Nah dari latar belakangnya mereka yang seperti itu, gimana caranya
kita ngasih panduan atau basic life skill ke mereka, entah itu dari segi
pendidikan atau moral atau dari kesenian, biar mereka ada basic buat
kedepannya.. nggak hanya satu kita kasih basic, misalnya kesenian tari,
olahraga futsal atau segala macem.. tapi nanti dia yang milih sendiri
diantara basic-basic itu mana yang mereka suka dan mereka akan
tekunkan, jadi kita tidak memaksakan mereka harus kesini.. nggak kaya
Page 104
91
gitu, kita aja dipaksa orang tua gak mau kan.. karena kan kita punya
prinsip masing-masing, begitupun mereka, karena mereka juga kan lagi
fase remaja.. jadi rasa ingin taunya juga lebih besar gitu pada saat-saat
sekarang seperti itu.”77
Jika dinilai dari indikator relevansi yang sudah dijelaskan pada bab dua
halaman 34, tujuan program diatas sudah relevan dengan sasaran programnya,
dimana layanan yang ditawarkan oleh Yayasan Keluarga Anaklangit sudah
tepat untuk kliennya yaitu anak-anak jalanan atau anak dari keluarga yang
kurang mampu. Salah satu contohnya adalah seorang anak didik yang
bernama Ellisa Melinia. Elli sudah lama bergabung dengan anaklangit karena
ayahnya tidak mampu menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Ayahnya adalah seorang buruh, sedangkan ibunya sudah tiada. Saat ini Elli
mendapatkan bantuan beasiswa dari anaklangit sehingga bisa bersekolah
hingga SMA. Dari hal tersebut, tujuan program pendidikan non formal ini
telah memenuhi indikator relevansi.
b. Konteks Program
Pendidikan non formal yang diselenggarakan di Rumah Belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit memiliki beberapa program antara lain menggambar,
menyablon, daur ulang sampah, bermusik, teater, dan seni tari tradisional.
Namun saat ini Yayasan lebih memfokuskan pada musik perkusi, seni tari
tradisional dan daur ulang sampah saja. Hal tersebut dikarenakan tenaga
77
Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak,
pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB.
Page 105
92
pengajar yang berkurang seiring berjalannya waktu. Pernyataan tersebut
dikemukakan oleh sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit.
“Sama ini juga.. jumlah SDM sih, sumber daya manusianya yang makin
kesini makin berkurang.. kalau untuk relawan kayak mahasiswa kan
setelah kelar tugas mereka cabut, kadang jarang kesini.. sama sih saya
juga dulu seperti itu. Tapi kita mengharapkan sumber daya manusia
sebagai tenaga pengajar itu selalu hadir ketika acara selesai mereka
datang lagi kesini, menanyakan aja perkembangannya seperti apa.”78
Kendala yang sedang dialami oleh Yayasan Keluarga Anaklangit seperti
yang telah diungkapkan di atas juga relevan dengan hasil observasi peneliti di
lapangan serta hasil wawancara dari salah satu anak didik yang saat ini
merangkap sebagai pengajar seni tari tradisional di Yayasan Keluarga
Anaklangit.
Namun jika ditinjau dari segi konteks program, Yayasan Keluarga
Anaklangit telah memberikan program pendidikan nonformal yang sesuai
dengan kebutuhan dalam kehidupan anak didiknya, misalnya seperti
pendidikan keaksaraan bagi anak-anak yang belum bisa baca dan tulis,
pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis sosial dan budaya, pengembangan
wawasan dan tata cara berpikir, peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan
lingkungan, pengembangan minat, bakat serta hobi dan juga apresiasi seni
budaya. Senada dengan yang diungkapkan oleh Sekretaris Yayasan Keluarga
Anaklangit berikut ini.
78
Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada
tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.
Page 106
93
“…untuk konteks programnya saya jelaskan dari segi agama dulu ya,
tentunya kita disini mengajarkan dan menguatkan anak-anak dari aqidah
islamnya.. kita biasakan sholat lima waktu, mengaji dan lain sebagainya.
Terus DKM (Dewan Kemakmuran Musholla) udah pasti kan kalau setiap
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dia mengadakan acara karena
mayoritas.. bukan mayoritas lagi sih karena semua andik-andik kita dan
pengurus beragama islam jadi selalu diadakan acara-acara saat PHBI
itu sih.
Kalau PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) itu menyalurkan
dana-dana yang diturunkan oleh Kemensos maupun Dinsos itu untuk
Kesejahteraan Anak baik itu keperluan anak, maupun keperluan sekolah..
tapi itu dananya tidak dikeluarkan semua, dan itu tergantung dan diurus
sama koordinator PKSA yang ada di kita. Fokus utama di PKSA ini sih
untuk urusan sekolah ya.. untuk pendidikan keaksaraan lah gitu
istilahnya.79
Kalau GAS (Gerakan Anak Sehat) itu menangani soal pembenahan gizi
anak yang ada di kita, jadi setiap sebulan sekali atau minggu awal itu
ada program makan bersama peningkatan gizi baik, misalnya contoh
makan ikan, makan sayur, minum susu, olahraga bersama nah itu
program dari GAS.
Kalau IT khusus di website… Kalau kreativitas dan Art mereka
memfokuskan di seni sih kayak tari, recycle, perkusi anaklangit.. dan
berhubungan dengan kemampuannya anak-anak, kemampuan yang gak
didapatkan di sekolah.. seperti itu.”
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti melihat bahwa telah ada
relevansi antara tujuan program pendidikan non formal di Rumah Belajar
Yayasan Keluarga Anaklangit dengan konteks atau isi programnya, dimana
pendidikan nonformal yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini berisi
kegiatan-kegiatan pengembangan dan pelatihan bagi anak jalanan dalam
rangka meningkatkan mutu kehidupannya, hal tersebut relevan dengan tujuan
program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga Anaklangit yaitu
79
Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada
tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.
Page 107
94
memberikan keterampilan dasar yang berguna bagi masa depan anak-anak
didiknya kelak.
Tabel 6
Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Konteks
Evaluasi Konteks
1. a. Tujuan Program
Memberikan keterampilan dasar yang dibutuhkan
anak didik dan berguna bagi masa depannya.
b. Analisis Tujuan
Program
Berdasarkan hasil penelitian, tujuan program
pendidikan non formal tersebut sudah terlaksana
dengan cukup baik, karena Yayasan anaklangit telah
memberikan kegiatan-kegiatan yang memberikan
keterampilan dasar seperti seni tari dan musik perkusi
sesuai dengan tujuan program.
2. a. Konteks Program Pengembangan keterampilan, minat dan bakat serta
apresiasi seni dan budaya.
b. Analisis Konteks
Program
Konteks program tersebut sudah terlaksana dengan
baik namun masih perlu peningkatan khususnya untuk
tenaga pengajar dan peralatan pendukung pada
pengembangan keterampilan seni tari, dan musik
perkusi.
B. Evaluasi Input
Sesuai dengan teori yang telah dibahas pada bab dua halaman 31 bahwa
dalam evaluasi input terdapat beberapa komponen yang meliputi sumber daya
manusia, sarana dan peralatan pendukung, dana atau anggaran dan berbagai
prosedur dan aturan yang diperlukan. Untuk memudahkan pembahasan, peneliti
Page 108
95
membaginya kedalam tiga variabel yaitu variabel klien, variabel staff dan variabel
program. Variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti latar
belakang keluarga, pendidikan terakhir dsb. Variabel staff meliputi aspek
demografi dari staff seperti latar belakang pendidikan staff dan pengalaman staff.
Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu terkait dengan pelayanan atau
program yang diberikan. Dalam hal ini, peneliti akan memaparkan masing-masing
tiga unsur tersebut.
a. Variabel Klien
Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki klien atau penerima layanan yang
biasa disebut dengan anak didik. Anak didik di Yayasan Keluarga Anaklangit
ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun pada dasarnya mereka
semua adalah anak yang turun ke jalan maupun anak yang berasal dari keluarga
yang kurang mampu. Biasanya anak-anak tersebut beraktivitas sehari-hari
sebagai pengamen, pencari cacing, pemulung, pengemis dan sebagainya. Anak
yang bergabung di Yayasan Keluarga Anaklangit adalah anak yang masih ingin
sekolah dan masih memiliki semangat belajar. Yayasan ini tidak memberikan
syarat ataupun kriteria khusus bagi anak-anak tersebut, yang terpenting anak
tersebut memiliki semangat yang besar untuk belajar, rajin, serta sehat jasmani
dan rohani. Hal ini dijelaskan oleh Ketua Divisi PKSA dan Sekretaris Yayasan
Keluarga Anaklangit tentang bagaimana latar belakang anak didik serta kriteria
anak didik tersebut.
“Kalau latar belakang mereka ya macem-macem.. ada yang korban
kekerasan dalam keluarga, ada yang dari mereka yang suka turun ke
jalan.. ngamen, dagang, ngelem ah segala macem gitu kan.. atau dari
Page 109
96
mereka yang ekonominya kurang, banyak sih. Tapi dari semuanya rata-
rata emang yang memiliki masalah ekonomi ya seperti itu..”
“…gak ada kriteria atau syarat tertentu sih, yang penting anaknya mau
belajar dan gak males.. jadi semua anak-anak yang udah terdata di
anaklangit boleh ikut program-program tersebut yang penting yaa sehat
jasmani rohani gitu..”80
Selama anak didik bergabung di Yayasan Keluarga Anaklangit, mereka
akan mendapatkan layanan program pendidikan formal dan non formal. Untuk
pendidikan formal, anak didik diberikan beasiswa agar bisa bersekolah formal
seperti pada umumnya. Sedangkan untuk pendidikan non formal, anak didik
diajarkan berbagai keterampilan ataupun keahlian seperti bermusik, menari,
teater, sablon, fotografi, daur ulang sampah sampai dengan pendalaman tentang
agama. Jumlah anak didik yang mengikuti kegiatan pendidikan non formal
khusunya seni tari dan perkusi adalah 29 orang. Berikut ini akan dipaparkan
tiga orang anak didik yang menjadi informan peneliti:
Tabel 7
Latar Belakang Anak Didik/Informan
No. Nama Latar Belakang
Pekerjaan orangtua
Usia Pendidikan Kategori
1. Ellisa Melinia Buruh 16 tahun SMK Children on81
the street
2. Dita Agustina Pencari Ikan dan
Buruh
15 tahun SMP Children on
the street
3. Dela Ameliana Pencari Cacing 10 tahun SD Children on
the street
80
Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan Sosial Anak,
pada tanggal 24 Januari 2016, pada pukul 15.00 WIB. 81
Bab II hal. 59.
Page 110
97
Informan pertama bernama Ellisa Melinia yang biasa dipanggil Elli, saat
ini Elli berada di kelas 10 Sekolah Menengah Kejuruan di Tangerang dengan
mendapat beasiswa dari Yayasan Keluarga Anaklangit. Elli adalah anak biasa
yang tinggal di sekitar kawasan anaklangit dan sering bermain atau beraktivitas
di jalan. Ayahnya adalah seorang buruh disebuah Pool Bus, sedangkan ibunya
sudah meninggal. Ayahnya harus menghidupi 4 orang anak termasuk Elli. Pada
awalnya, Elli tidak sengaja mengetahui adanya Yayasan Keluarga Anaklangit
saat ia sedang berkeliling untuk mencari daging qurban karena bertepatan saat
hari raya idul Adha, saat itu kebetulan Anaklangit sedang mengadakan
pemotongan hewan qurban dan membagi-bagikannya kepada masyarakat
sekitar. Sejak itulah Elli mulai penasaran dan menyempatkan waktunya ke
Yayasan Anaklangit untuk sekadar bermain atau menonton saja kegiatan yang
ada disana, tapi lama-kelamaan Elli tertarik dengan sendirinya untuk bergabung
menjadi anak didik dan belajar disana dari tahun 2010 hingga sekarang.
Informan penelitian yang kedua adalah Dita Agustina yang biasa
dipanggil Dita. Awal mula dita mengetahui keberadaan Anaklangit adalah dari
ibunya. Ibu Dita adalah seorang pekerja harian yang awalnya sering membantu
di rumah salah seorang pendiri Yayasan Keluarga Anaklangit. Kemudian
ibunya ditawari untuk membantu mengurus yayasan dibagian logistik dan
konsumsi. Sedangkan pekerjaan Ayah Dita sehari-hari adalah mencari ikan
sapu-sapu dan mengurusi ternak ayam yang dimiliki di rumah. Akhirnya
keluarga memutuskan untuk tinggal di dekat Yayasan Keluarga Anaklangit dan
Dita pun bergabung menjadi anak didik di sana. Awalnya Dita hanya ikut
Page 111
98
belajar mengaji saja, namun lama-kelamaan Dita mengikuti kegiatan lainnya
yaitu menari. Saat ini Dita merupakan salah satu anak didik yang berprestasi di
sekolah maupun di Yayasan. Beasiswanya sudah ditanggung hingga tingkat
universitas. Saat ini Dita juga menjadi pengajar tari di Yayasan Keluarga
Anaklangit.
Informan penelitian yang ketiga adalah Dela Ameliana yang saat ini
duduk di kelas 6 SDN 19 Tangerang. Dela adalah anak didik yang bergabung di
Yayasan keluarga Anaklangit sejak usia 4 tahun. Ia masuk dan belajar di Paud
Cikal dan TK Anaklangit. Ayahnya bekerja sebagai pencari cacing di sungai
Cisadane dan ibunya mengurus pekerjaan rumah. Oleh karena itu, Yayasan
Keluarga Anaklangit membantu memberikan beasiswa kepada Dela agar bisa
melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Berdasarakan penjelasan tersebut, ketiga informan penelitian memiliki
beberapa kesamaan latar belakang yaitu mereka berasal dari keluarga pra
sejahtera dan ketiganya masih memiliki hubungan yang kuat dengan orangtua
mereka. Peneliti meyimpulkan bahwa ketiga anak didik berasal dari keluarga
pra sejahtera berdasarkan indikator kesejahteraan keluarga menurut BKKBN.
Dimana keluarga tersebut tidak memenuhi salah satu dari enam indikator
“kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).82
Dari hasil penelitian di atas terkait dengan input program khususnya
dalam hal ini adalah klien, peneliti melihat anak-anak yang menjadi sasaran
program di Yayasan Keluarga Anaklangit sudah memenuhi kriteria dimana
82
Bab II, hal. 65.
Page 112
99
anak-anak tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu (pra sejahtera),
memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan di Anaklangit, dan memiliki
semangat untuk menempuh pendidikan umum.
b. Variabel Staff
Para staff atau pengurus di Yayasan Keluarga Anaklangit memiliki latar
belakang pendidikan yang bermacam-macam seperti sarjana strata satu ilmu
sosial, ilmu agama, broadcasting, administrasi niaga, teknik perminyakan dsb.
Para pendiri Yayasan Anaklangit yang saat ini menjadi dewan Pembina
awalnya adalah sebuah komunitas yang tergabung dalam lembaga sosial yang
menangani masalah bencana dan rescue, yaitu TAGANA (Tanggap Siaga
Bencana). Mereka sering terlibat dalam penyelamatan dan penyembuhan
trauma (trauma healing) bagi para korban bencana alam. Sampai saat ini ada
sekitar 10 orang pengurus yang masih aktif mendampingi anak-anak didik.
Selebihnya adalah relawan dari berbagai universitas yang ikut menjadi tenaga
pengajar di Yayasan Keluarga Anaklangit.
Selain kompeten pada bidangnya masing-masing, para pengurus dan
relawan yang terlibat dalam pelaksanaan program di Yayasan Keluarga
Anaklangit haruslah aktif dalam berkontribusi serta sering bertukar pikiran
selama proses pelaksanaan program. Para pengurus dan relawan juga telah
mendapatkan pengembangan wahana belajar bersama dan sama-sama belajar
untuk pembentukan relawan rumah belajar keluarga anaklangit yang mandiri,
Page 113
100
cerdas, kreatif dan berbudi mulia. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Sulthan
selaku Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit berikut ini.
“…kalau pengurus itu jumlahnya sekitar 15 orang, tapikan dari 15 itu
kadang aktif, kadang jarang.. jadi ya 10 oranglah yang masih aktif, terus
kalau untuk latar belakang pendidikan disini sih banyak pengurusnya tuh
yg berpendidikan.. dari sarjana sampai yang lulus SMA.. yang penting
telah lulus sekolah dan telah mampu mengajarkan andik-andik disini sih..
terus bisa kita jadikan pengurus yaitu ketika koordinasi atau
kontribusinya terhadap anaklangit lumayan bisa dibilang aktif.. aktif
hadirnya, aktif ikut kegiatan, aktif bertukar pikiran. Tapi dari situ juga
gak bisa langsung ujuk-ujuk jadi pengurus.. banyak lagi lah pilihannya.
Kalau kata saya sendiri sih di anaklangit seleksinya seleksi alam, jadi
gak ada kaya di kantor-kantor psikotest gak ada, tes tulis atau
wawancara gak ada, jadi di anaklangit itu seleksi alam aja.. ketika dia
tidak mampu menyatu dengan alam ya mereka mental sendiri.. paling
gitu sih yang bisa saya ceritakan tentang tenaga pengajar serta
pengurus..”83
Adapun pengalaman dari masing-masing pengurus/fasilitator di rumah
belajar Yayasan Keluarga anaklangit ini berbeda-beda sesuai dengan bidang
yang ditekuninya masing-masing. Penanggungjawab/koordinator program juga
dipilih berdasarkan latar belakang pengalaman yang dimiliki. Misalnya seperti
koordinator program pendidikan nonformal khususnya pada bidang seni dijabat
oleh Kak Rudy yang memang sudah lama berkecimpung di dunia seni dan
berlatarbelakang sebagai pengurus sebuah organisasi seni yaitu DKT (Dewan
Kesenian Tangerang). Senada dengan yang diungkapkan oleh bendahara di
Yayasan Keluarga anaklangit berikut ini.
“jadi kalau untuk penanggungjawab suatu program itu dipilih dari latar
belakang pendidikan atau pengalamannya Kak.. contohnya kayak kak
83
Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada
tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.
Page 114
101
wulan yang megang kesehatan dia alumni akper, terus kalau untuk
keterampilan dan seni itu Kak Rudy (Kak Bewok) karena dia memang
orang seni gitu, dia ikut ngurus DKT (Dewan Kesenian Tangerang) itu
kayak perkumpulan anak-anak seni gitu..”
Dengan demikian apabila variabel staff ini dikaitkan dengan indikator
relevansi, maka peneliti melihat bahwa pemilihan pengurus maupun
penanggungjawab suatu program di Yayasan Keluarga anaklangit ini sudah
sesuai/relevan dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh orang
tersebut, sehingga program bisa dikelola dan berkembang dengan baik. Namun
apabila ditinjau dari segi kuantitas, pengurus dan pengajar tetap di Yayasan
Keluarga Anaklangit masih kurang, sehingga terkadang menyebabkan satu
pengurus harus menangani lebih dari satu tugas. Dan peneliti melihat bahwa
Yayasan Keluarga Anaklangit belum memiliki pengurus atau pengajar yang
berlatarbelakang sebagai pekerja sosial. Peran pekerja sosial ini cukup penting
dalam hal pendampingan sosial terhadap anak jalanan. Anak jalanan seringkali
merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari
dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping
sosial berperan sebagai agen perubahan yang turut terlibat dalam membantu
memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendampingan sosial sangat
menentukan keberhasilan program penanganan anak jalanan. Pekerja sosial
sebagai pendamping biasanya mencakup tiga peran utama yaitu sebagai
fasilitator, pendidik, dan perwakilan masyarakat. Fasilitator merupakan peran
yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan dan dukungan bagi
Page 115
102
anak jalanan tersebut. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara
lain melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, serta melakukan
pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Pendidik (educator) berperan aktif
sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan, pengetahuan dan
pengalaman dengan anak jalanan yang didampinginya. Perwakilan masyarakat
dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan
lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan klien
dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber,
melakukan pembelaan (advokasi sosial), meningkatkan hubungan masyarakat
dan membangun jaringan kerja.
c. Variabel Program
Pada variabel program, peneliti memfokuskan ke dalam aspek layanan
program yang diberikan, donatur atau jaringan kemitraan, keterjangkauan lokasi
belajar, dan sarana fasilitas yang tersedia. Pada aspek layanan dan tujuan
program yang diberikan dalam hal ini peneliti akan fokus pada program
pendidikan non formal yaitu seni tari tradisional dan seni musik perkusi yang
ada di Yayasan Keluarga Anaklangit. Pada aspek donatur atau jaringan
kemitraan, menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam pembiayaan program
tersebut. Pada aspek keterjangkauan lokasi belajar, menjelaskan apakah lokasi
belajar mudah dijangkau oleh seluruh anak didik atau belum. Pada aspek sarana
Page 116
103
fasilitas, peneliti akan mengevaluasi sarana yang sudah tersedia atau yang
belum tersedia di Yayasan Keluarga Anaklangit.
Layanan yang diberikan Yayasan Keluarga Anaklangit dalam hal
pendidikan non formal diantaranya adalah seni tari tradisional serta seni musik
perkusi. Seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini telah
berjalan selama tiga tahun sejak tahun 2013. Pada mulanya ada tenaga dua
orang pengajar tetap yang berasal dari sanggar tari yang mengajarkan beberapa
tarian tradisional seperti tari Lenggang Cisadane, tari Cublak-cublak Suweng
dan tari Mbok Jamu. Namun saat ini kedua pengajar tersebut sudah tidak lagi
dapat mengajarkan tari karena alasan tertentu. Akhirnya saat ini pengajar tari
tradisional tersebut adalah Dita yang juga merupakan anak didik sekaligus anak
yang mengikuti program seni tari tersebut. Dita dipilih untuk menggantikan
pengajar sebelumnya dengan pertimbangan karena Dita adalah anak yang
paling memahami seni tari dan lebih unggul dari teman-temannya yang lain.
Saat ini ada sekitar delapan anak usia remaja dan delapan anak usia dini yang
mengikuti program seni tari tradisional di Yayasan Keluarga Anaklangit.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang peneliti telaah dalam
program seni tari tradisional ini. Kelebihannya adalah jika dinilai dari indikator
dampak (indicators of impact) seni tari tradisional ini telah memberikan
dampak positif bagi anak-anak lingkungan sekitar Rumah Belajar, anak-anak
tersebut dapat menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
Seperti yang dinyatakan oleh pengajar seni tari tradisional di Yayasan Keluarga
Anaklangit berikut.
Page 117
104
“Hmm ada aja sih ya.. kayak misalkan kebanyakan kan nih anak-anak di
sekitar lingkungan sini sering main-main yang gak jelas kan.. jadi tuh
kita omongin ke mereka, ayolah kesini.. kita latihan nari sebentar aja..
kaya gitu sih daripada mereka ngabisin waktu main ps atau warnet, jadi
kita ajak kesini latihan nari sebentar.. jadi orangtuanya juga tau dan
jelas gitu anaknya lagi ngapain.. dan mereka juga kayak seneng.. oiyaya
anak saya jadi lebih rajin, gak main terus kerjaannya.. paling kayak gitu
sih”84
Gambar 2
Latihan kegiatan Seni Tari Tradisional oleh anak Paud Cikal Klangit
Selain itu peneliti juga melihat adanya relevansi antara program seni tari
tradisional ini dengan sasaran program yaitu anak-anak didik yang berasal dari
keluarga kurang mampu yang tidak memungkinkan untuk bisa mendapatkan
keterampilan khusus seperti menari di lembaga-lembaga kursus pada umumnya.
Dan apabila ditinjau dari indikator keterjangkauan (indicators of accessibility),
seni tari tradisional yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit ini masih dalam
jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, dimana dalam hal ini yaitu
masyarakat kurang mampu yang berada disekitar Yayasan.
84 Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25
Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.
Page 118
105
“Menurut Dita sih bener-bener dibutuhin sih ya.. karna anak-anak
disekitaran sini kan asalnya dari anak kurang mampu, dan mereka butuh
sesuatu hal atau kegiatan yang positif yang dikasih cuma-cuma gitu. Nah
yaudah kita kasih keterampilan menari khususnya tari tradisional. Karna
orang tuh kebanyakan pada kurang tau tentang seni tari tradisional..
karna sekarang kan kebanyakan tarian modern ya.. terus buat apa nih
kita punya tarian tradisional kalo gak di jaga lama-lama bakalan ilang
kan.. jadi seni tari disini emang dibutuhin karna buat melestarikan tari
tradisional juga.”
Disamping itu seni tari tradisional ini juga memberikan manfaat pada
tiap-tiap individu yang mengikuti program tersebut. Dari sisi psikologis, menari
dapat menghilangkan stress dan mengubah suasana hati menjadi lebih baik
sehingga hal tersebut dapat memperpanjang usia. Selain itu, anak-anak tersebut
dapat memiliki keterampilan menari yang dapat mereka gunakan dikemudian
hari. Dengan kegiatan menari anak-anak diajarkan untuk memiliki keberanian
dan kepercayaan diri untuk tampil di depan umum.
“Kalau buat yang baru belajar nih ya.. gak usah jauh-jauh ke perform
deh, dia bisa untuk belajar gimana sih cara maju kedepan.. terus gimana
caranya berani tampil di depan orang.. percaya diri.. jadi tujuannya sih
buat mengajarkan keterampilan, keberanian sama kepercayaan diri buat
anak-anak disini aja gitu.”
Sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi pada program seni tari
tradisional ini adalah dari aspek tenaga pengajar serta sarana penunjang seperti
kostum tari dan peralatan rias. Pada awalnya terdapat dua pengajar tari yang
berasal dari sanggar untuk mengajarkan seni tari kepada anak-anak didik secara
sukarela, namun karena adanya beberapa kendala akhirnya saat ini hanya ada
seorang pengajar. Pengajar tersebut merupakan anak didik yang juga mengikuti
Page 119
106
program seni tari ini. Hal ini diungkapkan langsung oleh Dita, anak didik
sekaligus pengajar seni tari tradisional Yayasan Keluarga Anaklangit.
“Jadi Yang ngajarin pertama kali itu Kak Syifa dia ngajarinnya tari
lenggang.. terus kalau cublak-cublak suweng itu ada bu Ulfa, kalau bu
Ulfa ini sekarang juga udah gak ngajar disini tapi ngajar di sanggar
lain.. Kak Syifa juga karna udah sibuk kuliah jadi jarang kesini lagi.
Terus kalo untuk kebutuhan yang belum terpenuhi itu kostum sih..
kemaren kan kita udah sempet bikin kostum tapi ya masih kurang banyak
gitu. Make up juga. Kalau kita tampil terus kita dapet uang ya kita sisihin
buat beli apa yang kurang.. kalau dulu sebelum kita bikin kostum tuh kita
cuma pakai kain dan kainnya sendiri kita suruh bawa dari rumah
masing-masing..”
“…sebenernya Dita sebagai pengajar juga masih kesusahan karna Dita
handle semuanya kan sendiri ya skarang.. kadang ada aja kan nih
gerakan yang susah banget.. gimana caranya Dita biar ngasih ke anak
kecil itu tuh gak susah gitu loh.. padahal kan kalau ngeliat youtube
kayaknya ribet banget.. tapi Dita rubah lagi jadi yang lebih mudah.. jadi
biar anak-anak lebih ngerti gitu. Dan kalau untuk ngajarin anak kecil sih
susah ya.. jadi Dita ngikutin maunya anak itu aja, kalo lagi pada mood
nari ya ayo Dita langsung ajarin.. tapi kalo engga yaudah ikutin aja.”85
Tidak jauh berbeda dengan seni tari tradisional, seni musik perkusi di
Yayasan Keluarga Anaklangit pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Perkusi
yang sudah ada sejak lama di anaklangit ini diberi nama perkusi bangun pagi.
Saat ini jumlah anak didik yang mengikuti kegiatan musik perkusi ini ada
sekitar 13 orang, dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah
untuk remaja, dan kelompok kedua untuk anak-anak. Alat musik perkusi yang
digunakan adalah barang-barang bekas yang bisa menghasilkan bunyi dan nada
seperti botol, jerigen, drum, galon dsb.
85
Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Seni Tari Tradisional, pada tanggal 25
Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.
Page 120
107
Gambar 3
Rangkaian barang bekas yang dijadikan alat musik Perkusi
Gambar 4
Rangkaian Paralon, Drum, Panci dsb yang dijadikan alat musik perkusi
Perkusi anaklangit pertama kali diajarkan oleh pengajar yang memiliki
keahlian dibidang musik, kemudian keterampilan memainkan musik perkusi
tersebut diajarkan pada andik dan terus dikembangkan hingga sekarang. Perkusi
Page 121
108
bangun pagi milik anaklangit ini sudah sering tampil di acara-acara pentas seni,
perkusi ini juga pernah diundang untuk mengisi acara dibeberapa stasiun
televisi swasta.
Gambar 5
Perkusi “Bangun Pagi” saat tampil di acara Hari Bumi di salah satu Mall di
Tangerang
Namun dibalik prestasi yang sudah banyak dicapai oleh perkusi ini, masih
ada kekurangan yang dimiliki dari segi tenaga pelatih serta fasilitasnya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, belum ada ruangan khusus untuk latihan
perkusi itu sendiri, padahal seharusnya untuk latihan musik baik itu perkusi
atau bukan perkusi sebaiknya dilakukan di dalam ruangan (indoor) agar bunyi
musik yang dihasilkan lebih terdengar jelas. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Elli, anak didik yang mengikuti seni musik perkusi di
anaklangit.
“…banyak sih ka.. jadi kita dibagi jadi dua ring gitu. Ring pertama itu
buat yang gede-gedenya, kalau ring kedua buat yang kecil-kecilnya..
kalau gak salah yang udah gede tuh ada 6, dan yang kecil-kecilnya 7,
kalau saya megang bass.. terus biasanya sih kita kalau mau tampil ya
tergantung acara sih, kalau lagi acara 17an ya kita bawain lagu 17an..
Page 122
109
kalau lagi acara yang muslim-muslim gitu kita bawain lagu religi, jadi
kita menyesuaikan acaranya aja. Tapi kan sebelumnya kita latihan juga
ya ka, makanya itu kalau ada event atau acara gitu dari jauh-jauh hari
kita udah nyiapin dulu semuanya..
“….sebenarnya sih kalau dari programnya udah bagus.. cuma mungkin
dari sarananya sih yang kurang.. kaya misalkan nih kaya tempat juga,
kan kita latihan nih outdoor ya gak indoor.. jadinya kan kalau hujan juga
kita jadi gak latihan, dulu sih sempet ada studio musik.. cuma kan
sekarang dijadiin kantor sama tempat belajar paud”86
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dijelaskan di
atas,87
peneliti melihat pada program seni tari tradisional dan seni musik
perkusi ini belum memenuhi indikator ketersediaan (indicators of availability)
yaitu dari aspek tenaga pengajar, sarana serta fasilitas pendukung. Anak didik
yang mengikuti program seni tari tradisional berjumlah 16 orang dimana
delapan diantaranya adalah usia remaja dan delapan lainnya usia anak-anak,
sedangkan pengajarnya berjumlah satu orang. Hal ini berpengaruh pada
indikator kualitas (indicators of quality) layanan/program yang diberikan itu
sendiri. Pengajar merasa kesulitan dan belum maksimal dalam mengajarkan tari
khususnya untuk anak-anak usia dini, hal tersebut dikarenakan pengajar belum
bisa menggunakan pendekatan khusus kepada anak-anak usia dini untuk
menarik perhatian terutama pada saat menari. Sarana pendukung seperti kostum
tari dan peralatan berhias juga belum ada dan masih diusahakan. Sedangkan
kekurangan pada seni musik perkusi adalah dari segi fasilitas pendukung untuk
86
Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia, Anak Didik yang mengikuti kegiatan Perkusi,
pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB. 87
Hasil Observasi Peneliti terhadap Pelaksanaan Program Pendidikan Non Formal yaitu
Pelatihan Keterampilan Seni Tari dan Perkusi, pada tanggal 28 Mei 2016, pada pukul 12.00-15.00
WIB
Page 123
110
latihan yaitu ruang musik yang saat ini beralih fungsi menjadi kantor dan ruang
belajar.
Adapun dari aspek donatur dan jaringan kemitraan, Yayasan Keluarga
anaklangit tidak memiliki donatur yang tetap, namun tiap tahunnya selalu ada
donatur yang membantu pendanaan program baik itu dari perorangan maupun
instansi. Untuk jaringan kemitraan seperti yang telah dijelaskan pada bab 3
halaman 82-83, anaklangit menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi
pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Kerjasama tersebut tidak hanya
berupa bantuan dana atau logistik, tetapi juga dari segi tenaga pengajar atau
relawan yang turut membantu proses belajar mengajar di anaklangit. Salah satu
organisasi yang setiap tahunnya memberikan financial support pada anaklangit
adalah PT. Dynaplast sebagai bagian dari tanggungjawab sosial perusahaannya
(CSR). Kontribusi yang dilakukan PT. Dynaplast dari awal berdirinya Yayasan
Keluarga anaklangit adalah dengan memfasilitasi pembangunan saung-saung
yang ada di anaklangit. Sampai saat ini PT. Dynaplast masih memberikan
pendanaan pada program kesejahteraan sosial anak khususnya untuk beasiswa
bagi anak didik yang ingin melanjutkan sekolah formal. Sesuai dengan
penuturan sekretaris Yayasan Keluarga anaklangit berikut ini.
“Kalau kemitraan ada di web kalau gak salah.. yang di laman kerabat
kita gitu kalau gak salah, jadi ada beberapa perusahaan sama beberapa
swasta. Awalnya csr pertama kita kalau gak salah pertama kalinya
banget di sini tuh dari PT. Dynaplast dan sampai sekarang terjalin baik,
tidak ada kekecewaan. Waktu itu bapaknya Dynaplastlah atau salah satu
pendiri Dynaplast melihat kondisi anaklangit lagi sedang pembangunan,
pembangunan saung di depan tuh yang tinggi.. ditanyalah lagi sedang
apa.. turun langsung tuh turun langsung beliau.. ini lagi sedang
pembangunan Pak.. nah Alhamdulillahnya langsung diturunkan dari
Page 124
111
pihak Dynaplast seseorang khusus untuk pembangunan tersebut.. udah
tuh dari situ terjadilah pembangunan pertama dari PT. Dynaplast
awalnya.. tapi kan semenjak kesini-sini kan ada juga dari beberapa csr-
csr juga.. kaya Musholla dari Angkasa Pura II kerjasama gitu. Terus
kalau ini (menunjuk saung seni) kerjasama dari salah satu Finance, sama
sih mereka dateng kesini menanyakan pengennya apa, kalau perlu
proposal kita bikin proposal dulu gitu. Jadi sama mereka menanyakan
kebutuhan-kebutuhan disini dulu, karena kita pertama kali sebelum
mengenal lebih jauh itu kita sebutnya LDR/ Lihat Dengar Rasakan.. ya
ketika lihat kondisi seperti ini.. dengarnya seperti apa yang kita omongin
gini gini gini.. terus rasakan, rasakan itu bisa kita simpulkan dari melihat
dari mendengar, baru bisa terciptakan rasa itu, seperti itu sih paling cara
tamu-tamu csr tuh seperti itu LDR.”
Aspek selanjutnya adalah keterjangkauan lokasi belajar. Rumah Belajar
Yayasan Keluarga Anaklangit terletak di daerah pinggiran sungai Cisadane
yang berada di Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Ilir, Kota Tangerang.
Lokasinya berada di tengah-tengah wilayah Kota Tangerang sehingga cukup
mudah dijangkau oleh anak-anak didik baik itu yang tinggal di sekitar lokasi
belajar maupun yang tinggal cukup jauh. Karena berada di jalan utama dan
bersebelahan dengan sungai cisadane, akses menuju lokasi ke anaklangit juga
cukup mudah karena bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum
maupun kendaraan pribadi. Dengan demikian peneliti menghubungkannya
dengan indikator keterjangkauan (indicators of accessibility) yang sudah
dijelaskan dalam bab dua halaman 35, lokasi rumah belajar sudah memenuhi
indikator keterjangkauan yaitu berada ditengah-tengah wilayah dampingan.
Namun kekurangan dari lokasi rumah belajar anaklangit ini adalah
bangunannya yang didirikan di wilayah Garis Sepadan Sungai (GSS) sehingga
lokasi tersebut merupakan hak mutlak milik Pemerintah Kota Tangerang. Pihak
pengurus anaklangit tidak bisa memperluas daerahnya apabila sewaktu-waktu
Page 125
112
terjadi banjir. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sekyan Anaklangit berikut
ini.
“Ya kalau hambatan sih ada.. kekurangan juga pasti ada gak mungkin
lebih.. karena kita dekat sungai, hambatannya itu karena wilayah ini kan
GSS (Garis Sepadan Sungai) 20 meter dari bibir sungai itu, hak
mutlaknya pemerintah kota atau pemda jadi tidak boleh mendirikan
bangunan permanen gitu ya.. pasti kan nanti kalau suatu saat banjir
kena.. terus tanahnya gak bisa diperlebar lagi.. ya disitu sih paling
kekurangannya, dan kita kan juga bisa suatu saat pindah jika diminta
oleh pemkot atau pemda untuk pindah, tapi dengan cara diskusi lagi sih,
musyawarah lagi gitu baru kita bisa pindah karna kita kan juga
berkontribusi terhadap masalah sosial di kota Tangerang ini kan
khususnya soal anak jalan yaa kita berharap pemkot juga tidak begitu
saja meninggalkan kita, pemkot sebagai ibunya kita ya pemkot harus
mendukung dan mensupport kita, seperti itu sih paling.”88
Selain keterjangkauan lokasi, di dalam variabel program juga disebutkan
sarana dan fasilitas pendukung. Telah disebutkan sebelumnya pada bab dua
bahwa sarana dan fasilitas program harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sarana dan fasilitas program yang dibutuhkan tentunya harus sesuai dengan
program pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan. Seperti yang
telah dijelaskan pada bab tiga halaman 69, Rumah Belajar Yayasan Keluarga
Anaklangit memiliki beberapa fasilitas pendukung diantaranya yaitu aula,
galeri, workshop, ruang musik, ruang komputer, ruang kelas, perpustakaan,
kantor, panggung apresiasi, saung-saung, musholla dan kamar mandi. Dari hasil
observasi yang peneliti lakukan, ada beberapa fasilitas yang saat ini sudah
beralihfungsi ataupun sudah tidak mendukung untuk proses belajar. Fasilitas
yang kini beralihfungsi adalah ruang musik yang saat ini dijadikan ruang kelas
88
Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada
tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.
Page 126
113
belajar untuk anak usia dini. Sedangkan fasilitas yang sudah tidak mendukung
yaitu saung-saung yang biasa dijadikan tempat belajar dan bermain. Kondisi
saung-saung tersebut sudah tidak mendukung karena kayu dan bambu yang
digunakan sudah usang dan tidak lagi kokoh, bahkan ada beberapa saung yang
saat ini sudah roboh karena terkena hujan dan angin kencang. Sedangkan untuk
sarana penunjang pendidikan nonformal khususnya seni tari tradisional, peneliti
melihat masih ada sarana yang belum terpenuhi seperti perlengkapan tari,
kostum, alat berhias, serta ruang khusus untuk berlatih menari. Sama halnya
dengan seni musik perkusi, ruang musik yang beralihfungsi menjadi kelas paud
menyebabkan anak-anak untuk berlatih perkusi di luar ruangan. Dari hasil
pengamatan peneliti mengenai aspek sarana dan fasilitas pendukung di Yayasan
Keluarga Anaklangit, pengurus harus lebih meningkatkan dan memperbaiki
sarana dan fasilitas yang sudah ada, serta menambah lagi sarana dan fasilitas
yang belum ada dan tentunya dibutuhkan untuk keberlangsungan program. Jika
dikaitkan dengan Indikator Ketersediaan, Yayasan Keluarga Anaklangit sudah
cukup memiliki sarana dan fasilitas pendukung, namun perlu adanya
peningkatan dan perbaikan terhadap sarana dan fasilitas pendukung tersebut.
Aspek terakhir yang ada pada variabel program adalah pendanaan. Dalam
setiap program, tentunya ada biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
program tersebut. Begitu pula dengan program pendidikan nonformal di
Yayasan keluarga anaklangit yang mendapat pendanaan dari donatur dan CSR
perusahaan-perusahaaan swasta. Dana yang didapat dikelola secara efisien oleh
bendahara, kemudian digunakan untuk kebutuhan program pendidikan
Page 127
114
nonformal dalam hal ini seni tari tradisional dan perkusi. Jadi tidak ada
pengeluaran tetap tiap bulannya, melainkan dana akan dikeluarkan sesuai
dengan kebutuhan yang sedang dibutuhkan pada suatu waktu. Jika dikaitkan
dengan indikator efisiensi (indicators of efficiency), pengelolaan keuangan di
anaklangit sudah dimanfaatkan secara tepat guna (efisien) dan tidak
memboroskan biaya yang ada.
Tabel 8
Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Input
Evaluasi Input
1. a. Aspek Usia
Usia anak didik yang mengikuti program pendidikan
non formal di Yayasan Keluarga anaklagit adalah
dari 4 tahun s/d 16 tahun.
b. Analisis Aspek Usia Berdasarkan hasil penelitian lapangan, usia anak
didik yang mengikuti program seni tari dan musik
perkusi adalah 4 tahun s/d 16 tahun sesuai dengan
sumber tertulis yang di dapat oleh peneliti.
2. a. Latar Belakang Anak didik berasal dari keluarga yang kurang
mampu (pra sejahtera), dimana indikatornya diukur
berdasarkan tahapan keluarga sejahtera menurut
BKKBN. Keluarga tersebut tidak memenuhi satu
dari enam aspek Keluarga Sejahtera I.
b. Analisis Latar
Belakang
Latar belakang anak-anak yang menjadi sasaran
program di Yayasan Keluarga Anaklangit sudah
memenuhi kriteria dimana anak-anak tersebut
berasal dari keluarga yang kurang mampu, memiliki
keinginan untuk mengikuti kegiatan di Anaklangit,
dan memiliki semangat untuk menempuh pendidikan
umum, sudah sesuai dengan visi dan misi yayasan.
3. a. Wilayah Tinggal Anak didik yang mengikuti program pendidikan
nonformal ini tinggal di wilayah Karawaci Ilir, Pasar
Lama, Cipondoh, dan Sitanala.
Page 128
115
b. Analisis Wilayah
Tinggal
Wilayah tinggal anak didik Yayasan Keluarga
anaklangit sudah menjangkau daerah sekitar Kota
Tangerang.
4. a. Kategori Anak
Jalanan
Children on the street
b. Analisis Kategori
Anak Jalanan
Anak didik yang menjadi informan adalah anak yang
dulunya sering berpartisipasi di jalan namun masih
memiliki hubungan yang kuat dengan orangtua,
sehingga sesuai sasaran program pendidikan non
formal di Yayasan Keluarga Anaklangit.
5. a. Demografi Keluarga
Klien
Anak didik berasal dari keluarga yang kurang
mampu, orangtua berpenghasilan kurang dari Rp.
1.000.000/bulan, jumlah tanggungan minimal 5
orang/keluarga.
b. Analisis Demografi
Keluarga Klien
Demografi keluarga klien sudah memenuhi kriteria
penerima program pendidikan non formal di
Yayasan Keluarga Anaklangit.
6. a. Pendidikan Staff Latar belakang pendidikan pengurus dan pengajar
program pendidikan nonformal di Yayasan Keluarga
Anaklangit berbeda-beda dari lulusan Sarjana Ilmu
Sosial, Ilmu Agama, Broadcasting, seni rupa sampai
dengan tamatan SMA.
b. Analisis Pendidikan
Staff
Tidak ada kriteria pendidikan tertentu untuk menjadi
pengurus Yayasan Keluarga Anaklangit, namun
terdapat penilaian lain seperti misalnya dari
keikutsertaan dan keaktifan di lembaga dll
7. a. Pengalaman staff Mayoritas pengurus atau pengajar di Yayasan
Keluarga anaklangit ini memiliki pengalaman
berorganisasi di bidangnya masing-masing.
b. Analisis Pengalaman
Staff
Untuk program pendidikan nonformal khususnya
keterampilan seni tari, penanggung jawabnya sudah
memiliki pengalaman sebagai pengurus di DKT
(Dewan Kesenian Kota Tangerang) sehingga sesuai
dengan bidang yang ditanganinya.
Page 129
116
8. a. Layanan yang
diberikan
Untuk pendidikan nonformal, anaklangit
memberikan berbagai macam keterampilan dasar
seperti seni tari dan perkusi.
b. Analisis Layanan
yang diberikan
Pada program seni tari dan perkusi, layanan yang
diberikan sudah dilaksanakan dengan baik namun
masih perlu ditingkatkan dalam hal tenaga pengajar
serta peralatan pendukung program.
9. a. Donatur dan
Kemitraan
Yayasan Keluarga anaklangit tidak memiliki donatur
tetap, sedangkan untuk kemitraan anaklangit
menjalin kerjasama dengan organisasi pemerintah,
swasta maupun masyarakat. Salah satunya adalah
PT. Dynaplast.
b. Analisis donatur dan
kemitraan
Anaklangit belum bisa memenuhi pendanaan secara
maksimal karena belum memiliki donatur tetap.
Anaklangit hanya menunggu bantuan dari pihak-
pihak yang secara sukarela ingin membantu, namun
mereka telah menjalin banyak kerjasama dengan
berbagai organisasi untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan.
10. a. Lokasi Belajar Lokasi rumah belajar Yayasan Keluarga anaklangit
berada di wilayah Kota Tangerang, tepatnya di Jl.
Akses Karawaci Ilir, Tanah Gocap.
b. Analisis
Keterjangkauan Lokasi
Belajar
Lokasi belajar sudah strategis karena berada di
tengah-tengah Kota Tangerang sehingga dapat
dijangkau dengan mudah.
11. a. Sarana dan Fasilitas
Pendukung
Sarana pendukung yang sudah ada pada program
seni tari adalah tape, speaker, dan selendang tari.
Sedangkan pada program musik perkusi adalah alat-
alat musik daur ulang seperti plat, panci bekas, botol
bekas dan sebagainya yang dikombinasikan dengan
alat musik modern seperti gitar, bass dan piano.
b. Analisis sarana dan
Fasilitas Pendukung
Sarana pendukung untuk seni tari masih harus
ditambah seperti kostum dan alat rias, sedangkan
fasilitas yang belum ada adalah ruang tari. Pada
musik perkusi alat-alat pendukung sudah cukup
terpenuhi namun untuk fasilitas belum ada ruang
Page 130
117
khusus latihan musik.
12. a. Pendanaan Pendanaan untuk program pendidikan nonformal
khususnya seni tari dan perkusi dikeluarkan hanya
per kebutuhan, jadi tidak ada jumlah pengeluaran
tetap. Namun semua pengeluaran biasanya kurang
dari Rp. 500.000,-
b. Analisis Pendanaan Yayasan keluarga anaklangit sudah mengelola
pendanaan yang didapat secara efisien karena dana
yang dikeluarkan untuk pengeluaran disesuaikan
dengan kebutuhan.
C. Evaluasi Proses
Merujuk pada pemahaman tentang evaluasi proses dalam model evaluasi
CIPP seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua halaman 31-32, peneliti akan
memfokuskan pada kegiatan apa yang dilakukan dalam program, siapa yang
bertanggungjawab atas program, dan kapan kegiatan akan selesai.
Program pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan di Rumah Belajar
Yayasan Keluarga Anaklangit menfokuskan pada kemampuan individu, khususnya
anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu yang rentan turun ke jalan,
maupun yang sudah berada di jalanan, sehingga mereka tidak turun kembali ke
jalanan. Yayasan Keluarga Anaklangit secara langsung memberikan fasilitas bagi
anakjalanan baik berupa fasilitas fisik maupun mental. Secara fisik, anak jalanan
mendapatkan sandang, pangan dan papan yang sudah disediakan di anaklangit.
Secara mental, pengurus/fasilitator yang juga merangkap sebagai guru bertugas
membimbing anak jalanan untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara
Page 131
118
memberikan pendidikan formal, pendidikan agama serta memberikan program-
program pelatihan keterampilan yang bersifat nonformal.
Pendidikan formal yang diberikan Yayasan Keluarga Anaklangit adalah
dengan mengusahakan beasiswa bagi anak-anak jalanan yang ingin belajar di
sekolah umum, namun di samping itu anaklangit juga mengajarkan ilmu dasar
seperti membaca, menulis dan berhitung yang biasa dilakukan setelah anak-anak
pulang sekolah. Kemudian anaklangit juga mengajarkan pendidikan agama kepada
anak-anak didiknya, contohnya setiap hari selepas sholat maghrib anak-anak
diajarkan mengaji dengan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pria dan
wanita, selanjutnya anak-anak dipanggil satu per satu untuk mengaji, bagi yang
bacaannya sudah baik bisa lanjut ke tingkat selanjutnya. Sedangkan untuk
pendidikan nonformal, anaklangit juga mengajarkan keterampilan-keterampilan
yang nantinya akan mendukung bagi masa depan anak-anak didiknya. Sampai saat
ini keterampilan yang masih berjalan adalah seni tari tradisional, seni musik
perkusi dan daur ulang sampah (recycle).
Dalam hal proses perekrutan anak jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit,
dilakukan melalui beberapa cara seperti perekrutan langsung di jalanan,
rekomendasi dari lembaga lain, serta menerima langsung dari orangtua anak yang
menitipkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat beberapa orang
anak yang didapat dari rekomendasi lembaga lain, yaitu dari rumah singgah Darul
Aitam. Rekomendasinya adalah karena rumah singgah tersebut hanya bersifat
sementara atau hanya sebagai tempat singgah anak-anak jalanan untuk beristirahat
pada saat sebelum dan sesudah mereka mencari uang di jalan. Hal lainnya adalah
Page 132
119
karena di rumah singgah tersebut tidak memiliki program-program dan pelatihan
yang lengkap seperti di rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit.
Adapun untuk proses perekrutan langsung dari jalanan dilakukan oleh
pengurus dengan cara turun langsung ke jalan untuk melakukan pendekatan
kepada anak-anak yang hidup di jalanan. Agar lebih mudah dalam mengenali dan
melakukan pendekatan terhadap anak-anak yang direkrut langsung di jalanan,
pengurus anaklangit juga melakukan penggalian informasi tentang latar belakang
keluarga anak tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Kak Iman berikut ini.
“…kita ambil contoh satu anak namanya Iwan. Iwan Saputra ini kita
temukan di Jembatan Robinson, orangnya dari kecil susah ngomong pun
tidak, dia kalo gak perlu-perlu amat gak bakal ngomong.. sampe sekarang
udah SMP. Misalnya ada mahasiswa yang psikolog ya dateng kesini nyoba
ngobrol, susah juga sama. Nah kita cari tau kenapa sebabnya nih si anak
begini, caranya dengan kita cari tau dulu asal usul keluarganya. Ternyata
setelah kita gali informasi dan akhirnya kita tau bahwa Iwan ini memang
berasal dari keluarga yang bermasalah.. tapi dibalik sikapnya itu Iwan ini
sebenarnya punya potensi yang baik di bidang IT”89
Selain itu ada juga anak didik yang diantar langsung oleh orangtuanya
untuk belajar di anaklangit. Pada dasarnya setiap orangtua pasti menginginkan
anaknya agar bisa sekolah, namun karena masalah ekonomi mereka tidak bisa
menyekolahkan anaknya. Kemudian mereka mengetahui adanya rumah belajar
Yayasan Keluarga Anaklangit yang memberikan bantuan pendidikan baik formal
maupun nonformal secara gratis, oleh karena itu mereka mengantarkan anaknya
untuk bergabung di anaklangit dengan harapan agar anaknya dapat merasakan
89
Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi PKSA, pada tanggal 15 Mei 2016,
pada pukul 15.00 WIB.
Page 133
120
pendidikan formal maupun nonformal dan tidak lagi melakukan aktivitas di
jalanan.
Sebelum anak-anak tersebut menjadi bagian dari keluarga anaklangit,
mereka terlebih dulu harus mengikuti psikohealing. Dalam kegiatan ini, anak-anak
jalanan bisa berbagi cerita (sharing) dengan relawan yang berprofesi sebagai
psikolog, agar dapat diketahui sampai digrade mana mereka ini berada. Bila
masing-masing sudah diketahui tingkatannya, maka pola pengasuhan akan lebih
mudah.
Pada proses pengelolaan program, Yayasan Keluarga Anaklangit ini
memberikan program pendidikan baik formal maupun nonformal. Program
pendidikan yang diberikan langsung di anaklangit adalah pelajaran dasar seperti
membaca, menulis dan berhitung. Pelajaran yang diajarkan juga seperti sekolah
pada umumnya yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Bahasa Inggris dll.
Namun bedanya dengan sekolah formal, proses belajar mengajar di anaklangit
dilakukan dengan santai di area terbuka. Anak-anak dibiarkan menyatu dengan
alam, belajar di outdoor dengan rileks tetapi tetap serius. Sejalan dengan hasil
observasi peneliti yang menyaksikan langsung proses belajar mengajar yang
dilakukan di saung secara lesehan. Anak-anak bisa mengikuti pelajaran dengan
cara duduk santai, tiduran, tertawa tetapi tetap serius dalam menyimak apa yang
dijelaskan selama proses belajar oleh kakak pengajar.
Dalam membina anak didik di anaklangit, pengurus/fasilitator tidak selalu
berpegang pada teori, yang mengharuskan anak untuk menjadi orang lain. Anak-
anak hanya harus menjadi anak-anak. Ketika mereka tumbuh dengan sewajarnya
Page 134
121
dan menghabiskan masa anak-anaknya dengan utuh, maka mereka juga akan
tumbuh menjadi dewasa dengan matang. Jadi, tidak ada istilah masa anak-anak
yang kurang, atau masa kecil kurang bahagia.
Adapun kegiatan pendidikan formal yang ada di Yayasan Keluarga
Anaklangit dilakukan dengan cara memberikan beasiswa untuk menempuh
pendidikan di sekolah formal kepada anak didik. Tidak ada seleksi khusus untuk
anak didik yang ingin menempuh pendidikan di sekolah formal, beasiswa
pendidikan ini diberikan kepada anak didik yang merasa memiliki rumah belajar
Yayasan Keluarga Anaklangit sebagai identitasnya, kemudian dilihat dari
kemampuan anak itu sendiri, dan yang terpenting mereka harus memiliki niat dan
semangat belajar yang tinggi untuk mengembangkan pengetahuannya.
Sedangkan untuk pendidikan nonformal dilakukan dengan memberikan
beragam kegiatan pelatihan berupa pengembangan keterampilan kepada anak
didik. Kegiatan ini berfokus pada keterampilan untuk mengembangkan
kemandirian anak didik, di samping pendidikan yang mereka dapatkan di sekolah
formal. Dengan demikian, anak didik dapat menerapkannya secara nyata dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan pengembangan keterampilan yang ada di
anaklangit hingga sekarang ini adalah seni tari tradisional, seni musik perkusi dan
daur ulang sampah (recycle).
Pelaksanaan kegiatan seni tari tradisional dilakukan setiap hari sabtu siang
hingga sore. Hari sabtu dipilih sebagai hari latihan karena pada hari ini anak-anak
didik hanya sekolah setengah hari, sehingga kegiatan pelatihan seni tari tradisional
ini tidak mengganggu aktivitas sekolah anak didik. Pelatihan dilakukan dua kali
Page 135
122
pada siang hari sehabis shalat dzuhur dan sore hari sehabis shalat ashar. Waktu
siang hari adalah untuk latihan anak-anak usia dini yang berjumlah 8 orang.
Mereka diajarkan tari cublak-cublak suweng, dengan menggunakan selendang
yang diikatkan di pinggang. Berdasarkan pengamatan peneliti, gerakan tari yang
diajarkan kepada anak-anak usia dini ini tidak cukup sulit dan bisa dibilang
sederhana sehingga anak-anak tidak merasa kesulitan dalam mengikuti
gerakannya. Namun karena usianya yang masih kecil dan masih sulit diatur,
peneliti melihat pelatih cukup kesusahan dalam mengatur anak-anak untuk tetap
fokus hingga musiknya selesai. Seperti penuturan pengajar Tari Tradisional di
Yayasan Keluarga Anaklangit berikut ini.
“Emang sih agak susah ngatur yang anak-anak paud karna mereka kan
masih kecil juga maklum jadi Dita fleksibel aja sih.. jadi Dita yang
ngikutin maunya anak itu. Kalau mereka minta nari Dita langsung
ngajarin, tapi kalau mereka minta istirahat dulu nih misal mau beli es
yaudah Dita istirahatin dulu.. jadi ya gitusih caranya Dita supaya si anak
seneng Dita gak paksain latihan terus..”90
Pada sore harinya, giliran latihan menari untuk anak-anak usia remaja yang
juga berjumlah 8 orang. Tari yang diajarkan adalah tari lenggang cisadane,
sipatokaan dan suwe ora jamu. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, mereka
menggunakan selendang dan kain untuk latihan. Biasanya latihan ini dilakukan
selama satu jam dengan beberapa kali istirahat. Peneliti melihat bahwa anak-anak
didik disini cukup antusias dalam mengikuti latihan menari ini. Hal ini dibuktikan
90
Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Tari Tradisional Yayasan Keluarga
Anaklangit, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB.
Page 136
123
dengan kehadiran mereka dan partisipasi mereka dari awal latihan sampai dengan
selesai.91
Adapun pelatihan musik perkusi juga dilaksanakan setiap hari sabtu malam
di panggung apresiasi yang ada di halaman rumah belajar anaklangit. Malam hari
dipilih karena anak-anak didik sudah tidak lagi beraktivitas seperti sekolah,
organisasi ataupun yang lainnya sehingga mereka bisa berkumpul bersama untuk
latihan perkusi. Ketika latihan, anak-anak dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama beranggotakan enam orang yang terdiri dari anak didik usia
remaja. Dan kelompok kedua beranggotakan tujuh orang yang terdiri dari anak
didik usia anak-anak. Perkusi yang diberi nama perkusi bangun pagi ini
mengkombinasikan antara alat-alat modern seperti gitar, bass, dan piano dengan
alat-alat yang berasal dari barang bekas yang bisa menghasilkan bunyi seperti tong
yang terbuat dari plastik, drum yang terbuat dari plat, panci-panci bekas, botol-
botol bekas dan lain-lain. Musik yang mereka bawakan bermacam-macam
tergantung dari permintaan. Kebanyakan musik yang dibawakan bertemakan
sosial. Perkusi bangun pagi ini telah banyak diundang di berbagai acara-acara
kemanusiaan ataupun acara-acara yang bertemakan lingkungan, salah satunya
adalah acara Earth Hour yang diadakan di salah satu Mall besar di Kota
Tangerang.
Keberhasilan dari program-program tersebut tidak hanya didukung dari
adanya pengajar atau pelatih melainkan juga penanggungjawab program. Saat ini
untuk penanggungjawab program kreativitas dan art diserahkan kepada salah satu
91
Hasil Observasi Peneliti, pada tanggal 28 Mei 2016 pada pukul 12.00-16.00 WIB
Page 137
124
kakak pengurus yaitu Kak Rudy. Pernyataan tersebut disampaikan oleh sekretaris
Yayasan Keluarga Anaklangit, sebagai berikut.
“..Kalau kreatifitas dan Art mereka memfokuskan di seni sih kayak tari,
recycle, perkusi anaklangit.. dan berhubungan dengan kemampuannya
anak-anak, kemampuan yang gak didapatkan di sekolah.. untuk
koordinatornya itu dipegang oleh Kak Rudy, karena beliau sudah aktif
sejak lama dan sering mengurusi kegiatan seni di anaklangit, maka dari itu
kita memilih dia sebagai koordinator.”92
Seluruh program-program yang diberikan di rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit kepada anak-anak didiknya bisa dikatakan berhasil atau
selesai ketika anak didik (klien) sudah bisa menerapkan semua yang diperoleh dari
hasil pembelajaran dan pengalaman yang didapat selama berada di anaklangit.
Kebanyakan saat anak didik sudah berhasil lulus dari SMA, mereka dengan
sendirinya akan keluar dari anaklangit untuk belajar hidup mandiri dan
melanjutkan bekerja sebagaimana mestinya. Anak-anak didik diharapkan bisa
menerapkan semua ilmu dan pengetahuan yang didapat untuk diri sendiri, keluarga
dan masyarakat luas.
Tabel 9
Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Proses
Evaluasi Proses
1. a. Proses Perekrutan
Anak didik
Yayasan Keluarga anaklangit memiliki beberapa
cara diantaranya adalah perekrutan secara langsung
di jalanan, rujukan dari lembaga lain, dan
penerimaan langsung dari orangtua anak didik.
b. Analisis Proses
Perekrutan Anak didik
Berdasarkan hasil penelitian, ketiga proses
perekrutan tersebut sudah dilaksanakan dengan
92
Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada
tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.
Page 138
125
cukup baik, terbukti dengan banyaknya anak jalanan
yang bergabung dengan Yayasan Keluarga
Anaklangit.
2. a. Strategi Pengelolaan
Program
Pengelolaan masing-masing program di Yayasan
Keluarga Anaklangit dipertanggung-jawabkan oleh
seorang koordinator yang akan mengawasi dan
melaporkan perkembangan anak didik melalui
program tersebut.
b. Analisis Strategi
Pengelolaan Program
Strategi pengelolaan program sudah dilaksanakan
dengan baik karena setiap program yang ada
diserahkan kepada seorang koordinator yang
memiliki pengalaman atau pendidikan di bidangnya.
3. a. Jadwal Pelaksanaan
Program PNF
Kegiatan pelatihan seni tari tradisional dilakukan
pada hari Sabtu pukul 12.30 s/d 14.30. Pelatihan
perkusi dilakukan pada hari Sabtu pukul 19.00.
b. Analisis Jadwal
Pelaksanaan Program
PNF
Jadwal pelaksanaan program seni tari tradisional dan
musik perkusi sudah tepat karena mengambil waktu
saat anak didik tidak lagi berkegiatan di sekolah.
4. a. Data Klien dan Jenis
Program yang diikuti
Anak didik yang mengikuti kegiatan pelatihan seni
tari berjumlah 16 orang yang terdiri dari 8 anak usia
3-5 tahun dan 8 anak usia 6-15 tahun. Sedangkan
andik yang ikut latihan perkusi berjumlah 13 orang,
terdiri dari 6 remaja dan 7 anak-anak.
b. Analisis Data Klien Program pengembangan keterampilan seni tari dan
musik perkusi sudah tepat diberikan kepada anak
didik yang berusia 3 hingga 15 tahun, karena pada
usia tersebut anak-anak lebih mudah mengingat dan
menyerap dengan cepat pengetahuan keterampilan
yang di dapat.
5. a. Strategi pengajaran
program
Pada program pendidikan nonformal, anak-anak
bebas memilih pelatihan keterampilan sesuai dengan
minat dan potensi yang mereka miliki. Pelatihan
juga dilakukan di alam terbuka, agar andik lebih
menyatu dengan alam.
Page 139
126
b. Analisis strategi
pengajaran program
Strategi pengajaran program pendidikan non formal
sudah dilakukan dengan tepat karena anak didik
bebas memilih bidang yang mereka sukai, selain itu
pengajaran dilakukan secara fleksibel dan menyatu
dengan alam sehingga anak didik tidak cepat bosan.
6. a. Penanggungjawab
Program
Penanggung-jawab program pendidikan nonformal
di Yayasan Keluarga anaklangit adalah Kak Rudy
(Bewok), beliau adalah pengurus anaklangit yang
berkecimpung dan memiliki pengalaman di dunia
seni.
b. Analisis
Penanggungjawab
Program
Penanggungjawab program sudah tepat karena
diberikan kepada seseorang yang memiliki
pengalaman dibidangnya sehingga bisa mengurus
program dengan baik.
7. a. Kapan program
selesai
Yayasan Keluarga anaklangit tidak dapat
memastikan kapan program ini akan selesai, pihak
anaklangit menyerahkan selesainya program ini
kepada pihak donatur yang membiayai
keberlangsungan program.
b. Analisis kapan
program selesai
Waktu selesainya program pendidikan non formal
ini belum bisa dipastikan, oleh karena itu program
tersebut akan terus berjalan selama ada donatur yang
membantu keberlangsungan pendanaan program.
D. Evaluasi Produk (Hasil)
Evaluasi hasil yang telah dijelaskan pada Bab II hal 31 adalah suatu cara
untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program yang telah dilakukan. Pada
tahap ini peneliti akan memberikan rekomendasi apakah program pendidikan
nonformal dapat dilanjutkan, dikembangkan/dimodifikasi atau dihentikan. Dalam
evaluasi hasil ini, peneliti menggunakan tolok ukur dari perubahan perilaku anak
didik/klien serta dampak positif apa yang didapatkan setelah bergabung di
Page 140
127
Yayasan Keluarga Anaklangit dan bagaimana keberlanjutan program pendidikan
nonformal tersebut di masa mendatang.
1. Perubahan Perilaku Anak Didik (Klien)
Program pendidikan nonformal yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit
ini bertujuan untuk memberikan pengembangan keterampilan kepada anak
didiknya dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan dimasa depan. Program
kesenian tari tradisional menjadi suatu wadah bagi anak-anak didik yang ingin
belajar dan mengenal lebih jauh tentang budaya Indonesia dari segi seni tari
tradisionalnya. Hal ini layak diapresiasi karena dewasa ini budaya Negara kita
sendiri sudah mulai ditinggalkan dan bergeser dengan budaya-budaya asing
yang masuk dengan mudah seiring adanya globalisasi. Selain untuk
memberikan keterampilan, kepercayaan diri dan keberanian pada anak didik,
program seni tari ini juga bermaksud untuk melestarikan warisan budaya
Indonesia khususnya dibidang seni tari. Begitu pula dengan kesenian musik
perkusi dimana anak-anak didik dapat mengembangkan bakat serta
kreativitasnya melalui berbagai alat-alat musik bekas yang dimainkan
sedemikian rupa sehingga menjadi pertunjukan yang menarik untuk dilihat.
Adapun dampak dari perubahan anak jalanan itu sendiri terlihat ketika
setelah mereka bergabung menjadi bagian dari Yayasan Keluarga Anaklangit,
mereka sudah mulai mengurangi aktivitasnya di jalanan, bahkan beberapa dari
mereka telah berhenti turun ke jalan dan menghabiskan waktunya untuk
Page 141
128
mengikuti kegiatan belajar, bermain ataupun mengikuti program-program
keterampilan yang mereka sukai yang ada di Yayasan Keluarga Anaklangit.
Secara lebih jelasnya, perubahan perilaku atau dampak jangka panjang
yang didapatkan anak-anak jalanan setelah adanya kehadiran Rumah Belajar
Yayasan Keluarga Anaklangit adalah sebagai berikut.
a. Aspek Sosial
1) Meningkatnya Kepercayaan Diri dan Kesadaran Diri
Di Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit, anak didik
diberikan bekal pendidikan formal maupun nonformal yang bertujuan
agar anak didik bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat baik untuk
dirinya sendiri, untuk anaklangit maupun untuk masyarakat. Dengan
demikian, mereka bisa mendapatkan kepercayaan diri bahwa mereka
mampu melakukan atau membuat sesuatu yang bisa dibanggakannya.
Selain itu, mereka juga mendapatkan kesadaran diri (self awareness)
dimana mereka memahami bahwa seharusnya kewajiban utama seorang
anak adalah belajar dan bermain sebagaimana anak-anak pada umumnya
dan bukan menghabiskan waktunya untuk beraktivitas di jalanan.
Seperti yang di utarakan salah satu andik yang mendapatkan keperayaan
diri dan kebanggaan setelah mengikuti program seni tari tradisional di
anaklangit berikut ini.
“Jadi semenjak ikut tari.. kita bisa tampil diluaran gitu loh banyak..
jadi tadinya Dita kan cuma main disini-sini aja, tapi terusnya karna
ikut seni tari ini bisa berani tampil di Mall-mall.. perform disana,
Page 142
129
dapet ilmu, dapet pengalaman juga.. bangga sih jadinya, belom
tentu kan anak-anak lain bisa kaya Dita.”93
Senada dengan hal tersebut, Anak didik yang mengikuti kegiatan seni
musik perkusi pun merasakan hal yang sama.
“Mungkin emang saya suka seni sih.. jadi emang mau ikut, karena
disini ada.. kenapa kita gak ngambil kan peluang juga. Terus kalau
perkusi kan juga kreatif gitu kan dari barang-barang bekas jadi
bikin saya tertarik aja.. semenjak itu saya jadi seneng aja karena
jadi punya banyak temen baru, kita bisa ngumpul-ngumpul sambil
selesai latihan sharing-sharing juga, jadi dapet ilmu sama
pelajaran baru.. udah gitu bangga aja bisa diundang buat tampil
perkusi dimana-mana”94
2) Tumbuhnya Rasa Aman
Pada dasarnya sejak kecil anak-anak jalanan sudah sering
beraktifitas di jalanan dan mereka sudah terbiasa berhadapan dengan
lingkungan kota yang keras bahkan sangat tidak bersahabat. Dengan
adanya tempat untuk bersinggah, bermain dan belajar seperti di Yayasan
Keluarga Anaklangit ini, anak-anak tersebut dapat merasa aman dan
nyaman karena di anaklangit mereka dilindungi dan diberikan kasih
sayang yang tidak mereka dapatkan saat mereka di jalanan. Seperti yang
diungkapkan oleh Anggi berikut ini.
“Seneng sih ikut gabung dianaklangit.. jadi punya tempat buat kita
mampir, ngisi waktu, belajar, main-main bareng, istirahat, makan,
ngumpul semuanya di sini.. nyaman aja daripada main-main
gajelas di jalanan.”95
93
Wawancara pribadi dengan Dita Agustina, Pengajar Tari Tradisional Yayasan Keluarga
Anaklangit, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 12.35 WIB. 94
Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia, Anak didik yang mengikuti program perkusi,
pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB. 95
Wawancara pribadi dengan Amanda Anggita Sari, Anak didik yang mengikuti kegiatan
musik perkusi, pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB.
Page 143
130
3) Meningkatnya Taraf Pendidikan
Agar dapat membentuk anak didik yang cerdas dan berakhlak
mulia, rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit memberi
pengetahuan umum untuk mengisi wawasan serta pengetahuan agama
untuk bekal spiritual bagi anak didik. Semua pembelajaran di sini
difokuskan agar anak didik menjadi cerdas dan memiliki pengetahuan
yang luas. Untuk itu, rumah belajar ini menyediakan berbagai
pendidikan dengan beragam pelajaran yang dibutuhkan dan penting
untuk dipelajari anak didik. Pembelajaran yang diajarkan yaitu seperti
membaca, menulis dan berhitung, sedangkan pelajaran yang diajarkan
adalah pelajaran umum seperti matematika dasar, bahasa Indonesia,
fisika, biologi dan sebagainya. Cerdas menurut Yayasan Keluarga
Anaklangit bukan hanya sebatas dalam hal intelegensi saja, melainkan
anak didik juga diajarkan untuk cerdas dalam mengatur waktunya
sendiri, cerdas dalam menempatkan diri dalam sebuah situasi dan
kondisi, serta cerdas dalam mengatur emosi.
4) Meningkatnya Taraf Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi
semua orang. Untuk itu demi mewujudkan anak bangsa yang cerdas dan
berkepribadian mulia, perlu ditunjang dengan kesehatan yang baik pula
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Di rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit, kesehatan anak didik sangat diperhatikan.
Misalnya pola makan anak didik harus dijaga, kebersihan lingkungan
Page 144
131
rumah belajar dan lingkungan sekitar harus dijaga, dan membersihkan
diri harus tepat pada waktunya. Dengan begitu anak didik tetap sehat
dan jarang terserang penyakit. Apabila ada anak didik yang sakit namun
belum parah, maka akan dirawat dan diobati oleh kakak pengurus, tetapi
jika penyakitnya sudah parah maka akan segera dibawa ke klinik atau
puskemas terdekat.
b. Aspek Ekonomi
1) Kemandirian
Kemandirian adalah salah satu sikap yang penting untuk
ditanamkan dalam diri anak didik agar mereka dapat mengatasi setiap
masalah atau hambatan yang terjadi tanpa harus mengandalkan orang
lain. Hal ini telah disiapkan oleh Yayasan Keluarga Anaklangit agar
anak didik dapat siap menghadapi dan menjalani masa depan meskipun
banyak kendala atau hambatan yang mungkin akan terjadi. Dengan
bekal kemandirian yang diajarkan di anaklangit, anak didik diharapkan
mampu untuk mengatasi semua kendala dan hambatan tersebut.
Untuk membentuk kemandirian anak didik, rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit membiasakan anak-anak agar mereka melakukan
segalanya sendiri, mempersiapkan diri sendiri dan membiasakan untuk
tidak mengeluh dan cengeng. Misalnya ketika memulai hari, anak didik
harus bangun tidur sendiri, mencuci piringnya, melakukan tugasnya,
merapikan barang-barang setelah selesai digunakan, menyiapkan
Page 145
132
peralatan belajar, mengatur kebutuhan pribadinya sendiri dan
sebagainya.
2) Terampil
Keterampilan dasar adalah keterampilan tahap permulaan yang
harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.96
Keterampilan merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan kemampuan yang memungkinkan seseorang belajar dan dapat hidup
mandiri dalam menjalani kehidupannya.
Di Yayasan Keluarga Anaklangit, anak-anak didik diberikan
berbagai macam program pendidikan nonformal untuk meningkatkan
keterampilan mereka sesuai dengan bidang yang diminatinya masing-
masing. Mereka diajarkan untuk terampil dan menguasai suatu keahlian
seperti contohnya kesenian tari, kesenian musik perkusi ataupun daur
ulang sampah. Bagi anak didik yang sudah terampil dan menguasai
suatu bidang, maka anak didik tersebut akan dengan sendirinya
mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari.
3) Kreatif
Tidak hanya diajarkan untuk bersikap terampil, anak didik di rumah
belajar Yayasan Keluarga Anaklangit ini juga diajarkan untuk berpikir
kreatif. Anak didik dapat menuangkan dan mengembangkan segala ide-
ide baru yang mereka miliki secara bebas namun tetap dalam batasan
96
Aliminsyah dan Patji, Kamus Istilah Manajemen (Bandung: CV. Yrama Widya 2004),
h.194.
Page 146
133
tertentu. Dalam mengembangkan kreativitas anak didik, rumah belajar
anaklangit menyediakan media atau sarana untuk menyalurkan minat
dan bakat anak didik, sehingga diharapkan semua anak didik baik yang
masih anak-anak ataupun remaja dapat menjadi lebih kreatif. Kreativitas
ini dapat disalurkan melalui kegiatan menggambar, menyablon,
bermusik, teater, menari, daur ulang sampah dan lain-lain. Seperti yang
diungkapkan oleh Elli berikut ini.
“Kenapa saya pilih perkusi, soalnya kalau perkusi menurut saya itu
kreatif gitu kan alatnya diambil dari barang-barang bekas jadi
bikin saya tertarik aja buat lebih ngembangin kreativitas saya kak..
bosen juga sih kalo liat musik pasti alat2nya modern terus, kalau
ini kan kita kaya out of the box gitu jadi keren aja sih..”97
Karya-karya yang berbentuk barang atau kerajinan hasil dari
kreativitas anak-anak didik ini akan dipamerkan di saung galeri, apabila
ada yang berminat untuk memilikinya maka sebagian karya juga
diperjualbelikan. Sedangkan untuk karya-karya yang berupa penampilan
seperti musik perkusi dan seni tari tradisional juga telah mendapatkan
banyak pengakuan dan apresiasi dari masyarakat di Kota Tangerang,
terbukti dengan sering dilibatkannya anaklangit dalam setiap acara-acara
yang diselenggarakan oleh lembaga atau organisasi tertentu.
2. Keberlanjutan Program
Program pendidikan nonformal yang ada di rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit ini sudah memiliki evaluasi yang dilakukan secara berkala
97
Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia, Anak didik yang mengikuti program perkusi,
pada tanggal 25 Mei 2016, pada pukul 10.30 WIB.
Page 147
134
setelah mengadakan pembelajaran dengan anak-anak didik. Evaluasi ini
didasarkan pada hasil laporan perkembangan anak didik setiap harinya yang
dibuat oleh masing-masing kakak pengajar/pengurus serta laporan tentang
kebutuhan apa saja yang masih kurang terkait dengan proses pembelajaran.
Yayasan Keluarga Anaklangit juga melakukan evaluasi khusus untuk para
pengurus, pengajar serta relawan guna mengembangkan kapasitas dan
kinerjanya masing-masing. Seperti yang diutarakan oleh Kak Sulthan berikut
ini.
“…untuk mengembangkan kapasitas dari tenaga pengajar dilakukan
setelah pembelajaran kita mengadakan evaluasi, kinerjanya seperti apa,
perbaikannya dimana.. paling gitu sih. Kalau untuk pengurus paling
setiap lagi ada acara terus acara udah selesai ya dilakukan evaluasinya
seperti apa, penguatannya dimana.. seperti itu.”
Selain melakukan evaluasi, Yayasan Keluarga Anaklangit juga
mengadakan monitoring terhadap perkembangan anak-anak didik setelah keluar
atau lulus dari anaklangit. Monitoring ini dilakukan untuk melihat sejauh mana
anak didik mengaplikasikan ilmu serta keterampilan yang didapat selama
bergabung menjadi bagian dari anaklangit, hal ini pula yang menjadi tolok ukur
berhasil atau tidaknya rencana dan tujuan program.
“Ya tentunya kita selalu memantau perkembangan dan perubahan
perilaku mereka. Caranya ya dengan dari jauh kita memantau gimana sih
perilaku mereka kalau udah di luar anaklangit.. sebagian besar sudah
mengurangi aktifitasnya dijalan kaya ngamen atau berdagang, tapi ya
sebagian kecil ada yang masih seperti itu untuk membantu
orangtuanya.”98
98
Wawancara pribadi dengan Kak Iman, Ketua Divisi PKSA, pada tanggal 15 Mei 2016,
pada pukul 15.00 WIB.
Page 148
135
Kebanyakan dari anak didik yang telah keluar dari Yayasan Keluarga
anaklangit sudah mengurangi bahkan berhenti melakukan aktivitasnya di
jalanan. Ada juga beberapa lulusan dari anaklangit yang berhasil mandiri dan
mendirikan yayasan sosial seperti anaklangit yang diberi nama Rumah Tawon.
“….itu Faad, sama kakak kandungnya Fais dan Alhamdulillah setelah
mendapat pelajaran di anaklangit, dia membuka lagi salah tempat seperti
ini tempat belajar di dekat rumahnya di poris, namanya Rumah Tawon
yang fokus di daerah sana.. fokusnya anak-anak musik yang dijalan gitu..
tempatnya sama kaya kita ada saung juga, jadi gak mati sih.. ada
kehidupan yang baru..”99
Dalam keberlanjutan program, setiap program memiliki batas waktu
dalam pelaksanaannya. Begitu halnya dengan program pendidikan nonformal di
rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit ini, namun sayangnya program
tersebut tidak memiliki batas waktu yang jelas kapan program ini akan selesai
sehingga para orangtua anakdidik harus menerima jika sewaktu-waktu program
pendidikan ini diberhentikan oleh pihak donatur yang memberikan dana. Akan
tetapi pihak Yayasan Keluarga Anaklangit tidak lantas melepas anak didik
begitu saja. Pihak Yayasan akan terus mencari donatur lainnya dan mengolah
dana sedemikian rupa untuk keberlangsungan program di masa mendatang.
99
Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan, Sekretaris Yayasan Keluarga Anaklangit, pada
tanggal 18 Mei 2016, pada pukul 14.30 WIB.
Page 149
136
Tabel 10
Hasil temuan dan Analisis Evaluasi Produk (Hasil)
Evaluasi Hasil
1. a. Perubahan perilaku
klien
Dari segi sosial: meningkatnya kepercayaan diri (self
confidence) serta kesadaran diri (self awareness),
tumbuhnya rasa aman,meningkatnya taraf pendidikan
dan kesehatan. Dari segi ekonomi: menumbuhkan
kemandirian, terampil dan kreativitas anak didik.
b. Analisis perubahan
perilaku klien
Perubahan perilaku anak didik sudah baik dan
signifikan karena sebelum bergabung dengan
anaklangit mereka lebih sering menghabiskan
waktunya di jalanan, namun setelah menjadi bagian
dari anaklangit mereka sudah berhenti beraktifitas di
jalanan dan memilih belajar dan bermain
sebagaimana anak pada umumnya.
2. a. Keberlanjutan
program
Program pendidikan nonformal ini tidak memiliki
batas waktu tertentu kapan program ini akan
berakhir, program akan terus berlanjut ketika donatur
terus ada dan memberikan bantuannya kepada
Yayasan Keluarga anaklangit.
b. Analisis
keberlanjutan program
Keberlanjutan program pendidikan non formal belum
bisa dikatakan baik karena pihak anaklangit tidak
bisa memastikan keberlanjutan programnya dan
menyerahkan hal itu kepada donatur.
Page 150
137
Tabel 11
Kesimpulan Hasil Evaluasi Program Pendidikan Nonformal
Melalui Rumah Belajar Yayasan Keluarga Anaklangit
Aspek
Konteks
Hasil yang
didapat
Aspek Input Hasil yang
didapat
Aspek
Proses
Hasil yang
didapat
Aspek Hasil Hasil yang
didapat
a. Tujuan
Program
Pendidikan
Nonformal
Memberikan
keterampilan
dasar yang
dibutuhkan anak
didik dan berguna
bagi masa
depannya.
a.1. Aspek Usia Usia anak didik
yang mengikuti
program
pendidikan
nonformal di
Yayasan
Keluarga
anaklangit adalah
dari 4 tahun s/d
16 tahun.
a. Proses
perekrutan
anakdidik
Yayasan
Keluarga
anaklangit
memiliki
beberapa cara
diantaranya
adalah
perekrutan
secara langsung
di jalanan,
rujukan dari
lembaga lain,
dan penerimaan
langsung dari
orangtua anak
didik.
a. Perubahan
perilaku klien
Dari segi sosial:
meningkatnya
kepercayaan
diri (self
confidence)
serta kesadaran
diri (self
awareness),
tumbuhnya rasa
aman,
meningkatnya
taraf
pendidikan dan
kesehatan. Dari
segi ekonomi:
menumbuhkan
kemandirian,
terampil dan
kreativitas anak
didik.
Context Input Product Process
Page 151
138
b. Konteks
Program
Pendidikan
Nonformal
Pendidikan
keaksaraan,
pengembangan
nilai-nilai etis,
religi, sosial dan
budaya,
pengembangan
wawasan dan tata
cara berpikir,
pengembangan
minat dan bakat
serta apresiasi
seni dan budaya.
a.2. Latar
Belakang
Anak didik
berasal dari
keluarga yang
kurang mampu
(pra sejahtera),
dimana
indikatornya
diukur
berdasarkan
tahapan keluarga
sejahtera
menurut
BKKBN.
Keluarga tersebut
tidak memenuhi
satu dari enam
aspek Keluarga
Sejahtera I.
b. Strategi
Pengelolaan
Program
Pengelolaan
masing-masing
program di
Yayasan
Keluarga
Anaklangit
dipertanggung-
jawabkan oleh
seorang
koordinator
yang akan
mengawasi dan
melaporkan
perkembangan
anak didik
melalui program
tersebut.
b.
Keberlanjutan
program
Program
pendidikan
nonformal ini
tidak memiliki
batas waktu
tertentu kapan
program ini
akan berakhir,
program akan
terus berlanjut
ketika donatur
terus ada dan
memberikan
bantuannya
kepada
Yayasan
Keluarga
anaklangit.
a.3. Wilayah
Tinggal
Anak didik yang
mengikuti
program
pendidikan
nonformal ini
tinggal di
wilayah
Karawaci Ilir,
Pasar Lama,
Cipondoh, dan
Sitanala.
c. Jadwal
Pelaksanaan
Program
Pendidikan
Nonformal
Kegiatan
pelatihan seni
tari tradisional
dilakukan pada
hari Sabtu pukul
12.30 s/d 14.30.
Pelatihan
perkusi
dilakukan pada
hari Sabtu pukul
19.00.
a.4. Kategori
Anak Jalanan
Children on the
street
d. Data Klien
dan jenis
program
yang diikuti
Anak didik yang
mengikuti
kegiatan
pelatihan seni
Page 152
139
tari berjumlah
16 orang yang
terdiri dari 8
anak usia 3-5
tahun dan 8 anak
usia 6-15 tahun.
Sedangkan
andik yang ikut
latihan perkusi
berjumlah 13
orang, terdiri
dari 6 remaja
dan 7 anak-anak.
a.5. Demografi
Keluarga Klien
Anak didik
berasal dari
keluarga yang
kurang mampu,
orangtua
berpenghasilan
kurang dari Rp.
1.000.000/bulan,
jumlah
tanggungan
minimal 5
orang/keluarga
e. Strategi
pengajaran
program
Program
pendidikan
keaksaraan
diadakan di alam
terbuka seperti
di saung-saung,
metode
pembelajarannya
dilakukan
dengan santai
namun tetap
serius.
sedangkan untuk
program
pendidikan
nonformal,
anak-anak bebas
memilih
pelatihan
Page 153
140
keterampilan
sesuai dengan
minat dan
potensi yang
mereka miliki.
Pelatihan juga
dilakukan di
alam terbuka,
agar andik lebih
menyatu dengan
alam.
b.1. Pendidikan
Staff atau
pengurus
Latar belakang
pendidikan
pengurus dan
pengajar program
pendidikan
nonformal di
Yayasan
Keluarga
Anaklangit
berbeda-beda
dari lulusan
Sarjana Ilmu
Sosial, Ilmu
Agama,
Broadcasting,
seni rupa sampai
dengan tamatan
SMA. Namun
belum ada
pengurus yang
berlatar belakang
f.
Penanggung-
jawab
program
Penanggung-
jawab program
pendidikan
nonformal di
Yayasan
Keluarga
anaklangit
adalah Kak
Rudy (Bewok),
beliau adalah
pengurus
anaklangit yang
berkecimpung
dan memiliki
pengalaman di
dunia seni.
Page 154
141
sebagai pekerja
sosial.
b.2.
Pengalaman
staff atau
pengurus
Mayoritas
pengurus atau
pengajar di
Yayasan
Keluarga
anaklangit ini
memiliki
pengalaman
berorganisasi di
bidangnya
masing-masing.
Khusus untuk
program
pendidikan
nonformal yaitu
keterampilan
seni, penanggung
jawabnya
memiliki
pengalaman
sebagai pengurus
di DKT (Dewan
Kesenian Kota
Tangerang)
g. Kapan
program
selesai
Yayasan
Keluarga
anaklangit tidak
dapat
memastikan
kapan program
ini akan selesai,
pihak anaklangit
menyerahkan
selesainya
program ini
kepada pihak
donatur yang
membiayai
keberlangsungan
program.
c.1. Layanan
yang diberikan
Untuk
pendidikan
keaksaraan,
anaklangit
memberikan
Page 155
142
pembelajaran
seperti baca, tulis
dan hitung.
Untuk
pendidikan
formal,
anaklangit
memberikan
beasiswa bagi
anak didik. Dan
untuk pendidikan
nonformal,
anaklangit
memberikan
berbagai macam
keterampilan
dasar seperti seni
tari dan perkusi.
c.2. Donatur
dan Kemitraan
Yayasan
Keluarga
anaklangit tidak
memiliki donatur
tetap, sedangkan
untuk kemitraan
anaklangit
menjalin
kerjasama
dengan
organisasi
pemerintah,
swasta maupun
masyarakat.
Page 156
143
Salah satunya
adalah PT.
Dynaplast.
c.3.
Keterjangkauan
lokasi belajar
Lokasi rumah
belajar Yayasan
Keluarga
anaklangit sudah
strategis karena
berada di tengah-
tengah wilayah
Kota Tangerang.
c.4. Sarana dan
Fasilitas
Pendukung
Sarana dan
fasilitas
pendukung untuk
program
pendidikan
nonformal itu
sendiri belum
maksimal dan
masih perlu
ditambah dan
ditingkatkan.
c.5 Pendanaan Pendanaan untuk
program
pendidikan
nonformal
khususnya seni
tari dan perkusi
dikeluarkan
hanya per
Page 157
144
kebutuhan, jadi
tidak ada jumlah
pengeluaran
tetap. Namun
semua
pengeluaran
biasanya kurang
dari Rp.
500.000,-
Page 158
145
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjelasan yang telah peneliti uraikan, maka dapat
diambil kesimpulan mengenai hasil penelitian pada program pendidikan non
formal melalui rumah belajar bagi anak jalanan di Yayasan Keluarga Anaklangit
adalah sebagai berikut.
1. Pada evaluasi konteks yang meliputi aspek tujuan program dan konteks
program sudah bisa dikatakan sesuai/relevan antara satu sama lain. Dimana
tujuan program pendidikan non formal di Yayasan Keluarga Anaklangit ini
adalah untuk memberikan pengetahuan serta keterampilan dasar yang
dibutuhkan anak didik dan berguna bagi masa depannya, hal tersebut sudah
relevan dengan konteks program pendidikan non formal yang berisi program
pendidikan keaksaraan, pengembangan wawasan dan tata cara berpikir,
pengembangan nilai-nilai etis, religi, sosial dan budaya serta pengembangan
minat dan bakat melalui berbagai macam pelatihan keterampilan. Kedua
aspek tujuan dan konteks tersebut juga selaras dengan tujuan utama
didirikannya rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit yaitu menjadikan
anak jalanan dan anak-anak yang kurang mampu sebagai anak Indonesia
yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia.
2. Pada evaluasi input yang meliputi variabel klien, staff dan program sudah
cukup baik dan sesuai, namun masih ada beberapa kekurangan atau kendala
Page 159
146
yang dihadapi. Pada variabel klien, klien/anak didik sudah sesuai dengan
sasaran penerima program yakni anak-anak jalanan atau anak-anak yang
berasal dari keluarga yang kurang mampu, klien berusia antara 3 hingga 18
tahun yang tinggal di wilayah sekitar Yayasan Keluarga Anaklangit yakni di
Tanah Gocap, Kecamatan Karawaci Ilir, Kota Tangerang. Namun saat ini
jumlah anak didik yang aktif tidak sebanyak dulu, hanya ada sekitar 66
orang anak didik dari tingkat PAUD sampai dengan SMA. Pada variabel
staff, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh para pengurus sudah
sesuai dengan bidang yang ditangani. Khususnya pada program pendidikan
non formal yakni keterampilan seni tari tradisional dan perkusi, dipilih
koordinator yang memiliki latar belakang pengalaman di bidang seni.
Namun dari segi tenaga pengajarnya masih sangat minim, Yayasan Keluarga
Anaklangit saat ini hanya mengandalkan tenaga relawan dan beberapa anak
didik sebagai pengajar atau pelatih. Pada variabel program aspek yang telah
terpenuhi pada program pendidikan non formal adalah pelayanan yang
diberikan, kemitraan, dan keterjangkauan lokasi belajar. Sedangkan aspek
yang belum tercukupi adalah donatur, sarana dan fasilitas pendukung serta
pendanaan. Yayasan Keluarga Anaklangit belum memiliki donatur yang
tetap sehingga pendanaan program tidak menentu/tidak dapat dipastikan
jumlahnya. Sarana dan fasilitas pendukung juga masih memiliki kekurangan
terutama dalam program pendidikan non formal yakni seni tari tradisional
yang kekurangan sarana seperti kostum tari, peralatan berhias serta ruangan
Page 160
147
khusus tari untuk latihan. Sedangkan untuk seni musik perkusi belum ada
ruangan atau studio musik untuk latihan perkusi.
3. Pada evaluasi proses meliputi proses perekrutan anak didik, strategi
pengelolaan program, jadwal pelaksanaan program, data klien dan jenis
program yang diikuti, strategi pengajaran program, penanggung jawab
program dan kapan program selesai. Pada proses perekrutan awal anak didik
dilakukan melalui beberapa cara seperti penjangkauan langsung di jalanan,
rujukan dari lembaga lain, dan penyerahan langsung dari orangtua anak
didik. Program pendidikan non formal yang ada di Yayasan Keluarga
Anaklangit dikelola oleh seorang koordinator yang bertanggungjawab untuk
mengawasi dan melaporkan perkembangan anak didik dan juga kebutuhan
program. Untuk program pelatihan seni tari dan perkusi
dipertanggungjawabkan oleh Kak Rudy sebagai koordinator divisi
kreativitas dan art. Pelatihan seni tari dan perkusi dilaksanakan setiap hari
Sabtu sepulang sekolah. Latihan seni tari dilaksanakan pada pukul 12.30 s/d
14.30 dan diikuti oleh 16 anak. Latihan perkusi dilakukan pada pukul 19.00
dan diikuti oleh 11 orang. Anak didik disini bebas memilih pelatihan
keterampilan sesuai dengan minat dan potensi yang mereka miliki sehingga
mereka bisa menyukai apa yang mereka jalani saat ini dan tidak ada rasa
keterpaksaan, begitulah strategi yang diterapkan di anaklangit.
4. Pada evaluasi hasil terdapat aspek perubahan perilaku klien dan
keberlanjutan program. Perubahan perilaku anak didik setelah mengikuti
program di rumah belajar Yayasan Keluarga Anaklangit terlihat dari segi
Page 161
148
sosial dan ekonomi. Dari segi sosial perubahan yang dialami anak didik
yaitu meningkatnya kepercayaan diri (self confidence) serta kesadaran diri
(self awareness), tumbuhnya rasa aman, meningkatnya taraf pendidikan dan
juga kesehatan. Sedangkan dari segi ekonomi perubahan yang dialami yaitu
tumbuhnya rasa kemandirian, keterampilan serta kreativitas. Pada aspek
keberlanjutan program pendidikan non formal, belum ada batas waktu
tertentu kapan program ini berakhir. Program akan terus berlanjut ketika
donatur terus ada dan memberikan bantuannya kepada Yayasan Keluarga
Anaklangit, oleh karena itu batas waktu diserahkan kepada pihak donatur.
B. Saran
1. Yayasan Keluarga Anaklangit
Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian yang telah peneliti lakukan,
peneliti menyarankan kepada Yayasan Keluarga Anaklangit untuk tetap
melanjutkan program pendidikan non formal melalui rumah belajar bagi anak
jalanan dan anak yang kurang mampu ini, karena menurut peneliti program
tersebut bermanfaat untuk anak yang masih ingin menimba pengetahuan dan
wawasan baik itu melalui pendidikan formal maupun non formal. Peneliti
juga merekomendasikan kepada Yayasan Keluarga Anaklangit untuk lebih
meningkatkan kuantitas tenaga pengajar dan menambah sarana dan fasilitas
yang mendukung keberhasilan program ini. Peneliti menyarankan agar
Yayasan Keluarga Anaklangit merekrut relawan-relawan dari kampus ataupun
sekolah tinggi untuk menjadi tenaga pengajar atau pelatih untuk program-
Page 162
149
program yang ada di anaklangit. Selain itu, peneliti menyarankan agar
Yayasan Keluarga Anaklangit mencari dan menetapkan donatur untuk
keberlangsungan program yang ada. Sehingga apabila ada donatur tetap yang
memberikan bantuan pendanaan secara rutin, maka permasalahan kebutuhan
program serta sarana dan fasilitas yang belum tercukupi bisa terselesaikan
dengan baik.
2. Pengurus
Peneliti berharap kepada pengurus untuk terus solid dan bersatu dalam
mengelola dan mengembangkan Yayasan Keluarga Anaklangit, karena
pengurus merupakan suatu motor penggerak lembaga yang sangat penting.
Peneliti menyarankan agar pengurus meningkatkan kinerjanya dengan
merekrut kader-kader baru yang berkompeten dan berdedikasi tinggi terhadap
lembaga. Karena peneliti melihat kurangnya jumlah pengurus di Yayasan
Keluarga Anaklangit yang menyebabkan satu orang pengurus harus
menangani lebih dari satu tugas (multitasking) dimana hal ini kurang
berdampak baik untuk pengembangan program kedepannya. Peneliti juga
merekomendasikan agar dibuat sebuah divisi fundraising yang bertugas untuk
mencari donatur tetap dan membangun kemitraan yang lebih luas lagi.
3. Klien/Anak Didik
Peneliti menyarankan kepada anak didik agar konsisten untuk terus
belajar, berkembang dan menjadi bagian dari Yayasan Keluarga Anaklangit.
Apabila sudah merasa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
Page 163
150
pengalaman yang cukup, jangan lantas meninggalkan anaklangit tetapi
kembalilah dan berkontribusi menggantikan kakak-kakak pendahulu untuk
kemajuan anaklangit kedepannya.
Page 164
151
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Abdulhak, Ishak dan Suprayogi, Ugi. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan
Nonformal. 2012. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas
(Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta. 2001.
Aliminsyah dan Patji. 2004. Kamus Istilah Manajemen. Bandung: CV. Yrama
Widya.
Ardi, Tristiardi. 2003. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia
Publishing.
Arieffuzaman , Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Dyawati. 2011. Belajar Teori
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dan Safrudin, Cepi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan (P3SA) atau Social
Development Center for Children.
Departemen Agama Republik Indonesia. 1992. Himpunan Peraturan Perundang-
undangan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjen Binnaga Islam.
Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Nonformal di dalam Sistem Pendidikan dan
Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Offset Printing.
Ghony, M. Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Hasan, Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Irawan, Soeharto. 2004. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Joesoef, Soelaiman. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Rosdakarya.
Muhsin, Kalida. 2005. Sahabatku Anak Jalanan. Yogyakarta: Aliefpress.
Page 165
152
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Sabri, H.M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.
Soetarso. Praktik Pekerjaan Sosial. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial.
Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian . Bandung: CV Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat,
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: PT Refika Aditama.
Suharto, Edi. 2011. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak Edisi Revisi. 2010. Jakarta: Kencana.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk
Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
UUD nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Wirawan. 2011. Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi. Jakarta:
Rajawali Press.
Artikel
Al Husain, Makmun Achmad. “Pentingnya Pendidikan bagi Anak Jalanan,”
artikel diakses pada 22 Januari 2016 dari
Page 166
153
https://noorwangsanegara1sm.wordpress.com/2012/03/28/pentingnya-
pendidikan-bagi-anak-jalanan/
Hamid, Andy Abdul. “Pemkab Tangerang Siapkan Rumah Singgah untuk Anjal,”
artikel diakses pada tanggal 22 Januari 2016 dari www.aktual.com/pemkab-
tangerang-siapkan-rumah-singgah-untuk-anak-jalanan/.
Haryadi, Didid. “Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial”, artikel ini diakses pada
22 April 2016 dari kahaba.net/berita-bima/23802/pendidikan-dan-
kesejahteraan-sosial.html
Keluarga Anak Langit, “Tentang Kami”, artikel diakses pada 20 April 2016 dari
www.keluarga-anaklangit.or.id/siapa_kami.php
Setyawan, David. “Potret Kesenjangan Perlindungan Anak dari Regulasi Hingga
Implementasi,” artikel diakses pada 29 September 2015 dari
www.kpai.go.id/artikel/potret-kesenjangan-perlindungan-anak-dari-regulasi-
hingga-implementasi/
Jurnal
Leksono, RB. “Anak Jalanan dan Rumah Singgah” jurnal diakses pada 25 Maret
2016 dari e-journal.uajy.ac.id
Setiawan, H.H. “Anak Jalanan di Kampung Miskin Perkotaan” jurnal diakses
pada 21 Januari 2016 dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/123073240_2086-3004.pdf
Modul
Suharto, Edi. “Pendampingan Sosial dalam Pengembangan Masyarakat”, Modul
diakses pada 23 April 2016 dari
www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_31.html
Website
BKKBN, “Batasan dan Pengertian MDK”, website diakses pada 27 Agustus
2016 dari aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx
Hasil Wawancara
Wawancara pribadi dengan Kak Sulthan. Sekretaris Yayasan Keluarga
Anaklangit. Pada tanggal 18 Mei 2016.
Page 167
154
Wawancara pribadi dengan Kak Iman. Ketua Divisi Pendidikan Kesejahteraan
Sosial Anak. Pada tanggal 24 Januari 2016.
Wawancara pribadi dengan Dita Agustina. Pengajar Seni Tari Tradisional. Pada
tanggal 25 Mei 2016.
Wawancara pribadi dengan Ellisa Melinia. Anak Didik yang mengikuti kegiatan
Perkusi. Pada tanggal 25 Mei 2016.
Wawancara pribadi dengan Dela Ameliana. Anak didik yang mengikuti kegiatan
seni tari tradisional. Pada tanggal 25 Mei 2016.
Page 168
154
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 171
PEDOMAN WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Kepala Yayasan Keluarga Anaklangit
Informan :
Jabatan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
Situasi Informan saat Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Bagaimana latar belakang berdirinya
Yayasan Keluarga Anaklangit?
2. Apa tujuan dan visi misi dibentuknya
Yayasan Keluarga Anaklangit?
3. Apa latar belakang serta tujuan
dibentuknya program pendidikan non
formal di rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit?
4. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi
dalam mencapai tujuan program?
5. Tujuan pengembangan seperti apa yang
belum tercapai oleh anaklangit hingga
saat ini?
B. Evaluasi Input
1. Bagaimana pembagian tugas dan fungsi
serta struktur organisasi yang dijalankan
oleh Yayasan ini?
2. Berapa jumlah staff dan pengajar di
Yayasan Keluarga Anaklangit serta
bagaimana latar belakang pendidikannya?
3. Program/layanan seperti apa yang
diberikan oleh Rumah Belajar Keluarga
Anaklangit?
4. Bagaimana Yayasan Keluarga Anaklangit
dalam menjalin kemitraan dan mencari
donatur?
Page 172
5. Bagaimana pertimbangan dalam memilih
lokasi belajar?
6. Apa saja sarana dan fasilitas pendukung
yang ada di Yayasan Keluarga
Anaklangit?
7. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk
mendanai program pendidikan non
formal?
8. Siapa yang menjadi sasaran utama
program dan bagaimana kriteria penerima
program?
9. Berapa jumlah anak didik yang ada di
Yayasan Keluarga Anaklangit?
10. Dari rentang usia berapa anak didik yang
ada di Yayasan Keluarga Anaklangit?
11. Dari wilayah mana saja anak didik
berasal?
C. Evaluasi Proses
1. Bagaimana proses awal perekrutan anak
didik di Yayasan Keluarga Anaklangit?
2. Bagaimana strategi dalam mengelola
program yang ada di anaklangit?
3. Bagaimana strategi pengajaran atau
pelatihan program yang dilakukan untuk
anak didik?
4. Siapa penanggungjawab program
pendidikan non formal khususnya untuk
keterampilan seni?
5. Apa saja hambatan selama proses
pelaksanaan program?
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Prestasi apa saja yang telah diraih oleh
Yayasan Keluarga Anaklangit?
2. Perubahan perilaku seperti apa yang
Page 173
dialami oleh anak didik setelah mengikuti
program di anaklangit?
3. Seperti apa dampak yang diperoleh dari
anak didik dalam jangka panjang dengan
adanya program ini?
4. Adakah manfaat yang didapat bagi
lingkungan masyarakat sekitar dengan
adanya Yayasan Keluarga Anaklangit
ini?
5. Bagaimana keberlanjutan program
pendidikan non formal di Yayasan
Keluarga Anaklangit kedepannya?
Page 174
PEDOMAN WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Penanggungjawab Program
Informan :
Jabatan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
Situasi Informan saat Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Apakah tujuan yang ingin dicapai yang
telah dirumuskan dalam program
pendidikan nonformal ini benar-benar
dibutuhkan oleh anak didik?
2. Sasaran apa yang ingin dicapai oleh
program pendidikan nonformal seperti
kesenian tari dan perkusi?
3. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi
oleh program kesenian tari dan perkusi?
4. Tujuan pengembangan apakah yang
belum tercapai oleh program kesenian
tari dan perkusi?
5. Tujuan pengembangan apakah yang
dapat membantu mengembangkan
masyarakat sekitar melalui seni tari dan
perkusi ini?
B. Evaluasi Input
1. Berapa jumlah anak didik yang mengikuti
program seni tari dan perkusi?
2. Dari rentang usia berapa saja anak didik
yang mengikuti program tersebut?
3. Apa saja sarana atau fasilitas yang sudah
terpenuhi?
4. Apa saja sarana dan fasilitas penunjang
yang belum terpenuhi?
Page 175
5. Berapa jumlah pengajar seni tari dan
bagaimana pertimbangan dalam memilih
pengajar?
C. Evaluasi Proses
1. Hari apa dan pukul berapa kegiatan
pelatihan keterampilan seni tari/perkusi
ini dilakukan?
2. Bagaimana strategi dalam melatih atau
mengajarkan tari/perkusi ini pada anak
didik?
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk melatih anak didik?
4. Hambatan apa saja yang dirasakan
selama proses pelaksanaan program?
5. Bagaimana prosedur agar anakdidik bisa
mengikuti kesenian tari dan perkusi di
yayasan keluarga anaklangit?
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Pengalaman/prestasi apa saja yang sudah
pernah didapat dari kesenian tari/perkusi
di anaklangit ini?
2. Perubahan perilaku seperti apa yang
dialami oleh anak didik setelah mengikuti
program di anaklangit?
3. Apakah dampak yang diperoleh siswa
dalam waktu yang relatif panjang dengan
adanya program seni tari dan perkusi ini?
4. Apakah sejauh ini tujuan-tujuan program
yang ditetapkan sudah tercapai?
5. Adakah manfaat yang didapat bagi
masyarakat sekitar dari program yang
dijalankan?
6. Apa harapan anda kedepan dengan
adanya program yang dimiliki di Yayasan
Page 176
Keluarga Anaklangit ini?
Page 177
PEDOMAN WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit
Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
Motto Hidup :
Sekolah :
Alamat :
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama anda bergabung
menjadi anak didik disini?
2. Darimana anda mendengar tentang
adanya Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anaklangit?
3. Menurut anda, bagaimana program
pendidikan nonformal yang ada di
Yayasan Keluarga Anaklangit?
B. Evaluasi Input
1. Apakah anda mengikuti program seni tari
atau perkusi?
2. Apa alasan anda mengikuti program
tersebut?
3. Bagaimana perasaan anda setelah
mengikuti program tersebut
4. Bagaimana kesan anda terhadap pengajar
atau pelatih program?
5. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi
pada program tersebut?
C. Evaluasi Proses
1. Hari apa dan pukul berapa kegiatan
pelatihan keterampilan seni tari/perkusi
ini dilakukan?
2. Bagaimana suasana belajar atau suasana
latihannya?
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan
Page 178
untuk berlatih senitari/perkusi?
4. Hambatan apa saja yang dirasakan
selama proses latihan?
5. Apa yang anda dapatkan selama proses
latihan?
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Pengalaman/prestasi apa saja yang sudah
pernah anda dapat dari kesenian
tari/perkusi di anaklangit ini?
2. Perubahan perilaku seperti apa anda
dialami setelah mengikuti program
keterampilan di anaklangit?
3. Manfaat apa yang anda peroleh setelah
mengikuti program tersebut?
4. Apakah kedepannya anda akan terus
mengikuti program tersebut?
5. Apa harapan anda kedepan untuk
Yayasan Keluarga Anaklangit ini?
Page 179
PEDOMAN OBSERVASI
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
No. Subyek
Observasi
Tanggal
Observasi
Hasil Observasi
A. Konteks
1. Kegiatan
pendidikan non
formal yang ada
di Yayasan
Keluarga
Anaklangit
B. Input
1. Fasilitas sarana
dan prasarana
dalam program
pendidikan non
formal
khususnya
keterampilan
seni
2. Keterjangkauan
lokasi
C. Proses
1. Pelaksanaan
program
pendidikan non
formal yaitu
pelatihan
keterampilan
seni tari
2. Pelaksanaan
program
pendidikan non
formal yaitu
pelatihan
keterampilan
musik perkusi
Page 180
3. Jadwal
pelaksanaan
kegiatan
keterampilan
seni tari dan
musik perkusi
D. Hasil
1. Perubahan
perilaku anak
didik
Page 181
PEDOMAN STUDI KEPUSTAKAAN
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
No. Dokumen Dokumen
terlampir
Dokumen
hanya dilihat
(tidak
dilampirkan)
Kesimpulan terhadap
dokumen
A. Konteks
1. Tujuan program
pendidikan non formal
2. Konteks/isi program
yang diberikan
B. Input
1. Data dan identitas
anak didik yang aktif
mengikuti program
2. Proposal program
pendidikan non formal
3. Profil Yayasan
Keluarga Anaklangit
C. Proses
1. Daftar hadir anak
didik dalam program
seni tari dan perkusi
2. Nama anak didik yang
mengikuti program
seni tari dan perkusi
D. Hasil
1. Laporan hasil
perkembangan Klien
Page 182
TANSKRIP WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Kepala Yayasan Keluarga Anaklangit
Informan : Sulthan Nasir
Jabatan : Sekretaris Yayasan
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 18 Mei 2016
Waktu Wawancara : 14.30 s.d 15.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Bagaimana latar belakang
berdirinya Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Jadi awal mula yayasan ini berdiri itu tahun
2004, dulu itu belum berbentuk yayasan tapi
masih komunitas aja. Jadi para pendirinya itu
ada sebelas orang dan rata-rata berlatarbelakang
dari komunitas rescue atau tanggap siaga
bencana. Nah para pendiri ini peduli akan
permasalahan kemanusiaan di Kota Tangerang
khususnya masalah anak jalanan, maka dari itu
mereka sepakat untuk membuat sebuat wadah
atau tempat agar anak-anak jalanan ini bisa
belajar dan mengasah kreatifitasnya melalui
sebuah rumah belajar. Mereka menamai tempat
belajar ini dengan sebutan anaklangit,
sebenernya bukan anak langit ya.. tapi ana
klangit, jadi ana atau saya.. ke langit begitu..
makanya kan pada logo anaklangit itu tulisannya
disambung dan kata ana-nya berlatarbelakang
warna merah sedangkan klangit-nya itu warna
hitam kan. Nah jadi gitu, tapi kesini-sini karena
banyak yang menyebut anaklangit anaklangit,
jadilah penyebutan itu menjadi anaklangit juga
sih. Kalau namanya itu sendiri terinspirasi dari
kisah salah satu sahabat rasul yaitu Uwais al-
Qarny yang menjadi penghuni langit.. beliau ini
bukan siapa-siapa di dunia, tapi di langit beliau
amat terkenal karena ibadah dan kepatuhannya
pada ibunya. Nah makanya itu kami berharap sih
ya.. andaikan anak-anak ini tidak bisa meraih
apa yang mereka cita-citakan atau mereka
inginkan di dunia, Insya Allah mereka bisa
memilikinya saat di akhirat nanti..
Page 183
2. Apa tujuan dan visi misi
dibentuknya Yayasan
Keluarga Anaklangit?
Tujuannya untuk menjadikan anak-anak bangsa
khususnya anak-anak yang kurang mampu atau
anak yang berpofesi dijalan sebagai anak yang
cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia.
Kalau untuk visi dan misinya bisa kakak liat
langsung di webnya anaklangit..
3. Apa latar belakang serta
tujuan dibentuknya program
pendidikan non formal di
rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit?
Kita ingin membantu anak-anak ini melalui
pendidikannya.. karena dengan latar
belakangnya mereka, mereka gak sanggup
menjangkau pendidikan formal. Oleh karena itu
disini kita berikan mereka beasiswa bagi yang
mau sekolah, kemudian kita juga berikan mereka
pendidikan non formal yang gak ada di sekolah
supaya mereka punya skill dan keahlian
dibidang yang mereka sukai seperti itu.
4. Adakah kebutuhan yang
belum terpenuhi dalam
mencapai tujuan program?
Alhamdulillah sih kalau dari fasilitas, sarana
serta prasarana yang ada disini sudah
dimanfaatkan dengan maksimal dari dulu sampai
sekarang, seperti saung-saung ini buat belajar..
taman bermain dengan ayunan perosotan dsb,
kantor, ruang belajar, panggung seni udah
dipakai dari dulu sampai sekarang. Mungkin
perlu penambahan ruang ya.. karna kita kan
hanya memiliki ruang yang terbatas disini.
5. Tujuan pengembangan seperti
apa yang belum tercapai oleh
anaklangit hingga saat ini?
Sebenernya banyak ya.. kita aja sampai saat ini
belum terealisasi untuk mempunyai lahan sendiri
yang bisa kita kelola secara mandiri, baik lahan
yang berbentuk tanah kosong maupun lahan
yang sudah berbentuk rumah gitu kan. Karena
ini kan tanah pemerintah, tadi balik lagi saya
bilang, Garis Sepadan Sungai.. itu gimana
caranya supaya kita bisa merelisasikan bangunan
tersebut.. apakah ada program-program lain
untuk csr mendengar keluh kesah kita ini untuk
mempunyai fasilitas atau sarana yang kita miliki
sendiri gitu sih.. paling kurangnya disitu, dan
InsyaAllah masih kita rumuskan lagi. Sama ini
juga.. jumlah SDM sih, sumber daya
manusianya yang sedikit banget disini gitu kan..
kalau untuk mahasiswa kan setelah kelar tugas
mereka cabut, kadang jarang kesini.. sama sih
saya juga dulu seperti itu. Tapi kita
mengharapkan sumber daya manusia tuh selalu
hadir ketika acara selesai mereka datang lagi
kesini, menanyakan aja perkembangannya
seperti apa.. seperti itu. Karena kita kan udah
Page 184
membuka wacana itu dari dulu dengan tradisi 3
menit pertama tamu.. 3 menit selanjutnya
keluarga. Jadi setelah acara atau programnya
selesai, mereka datang lagi kita terima lagi
bukan sebagai tamu tapi sebagai keluarga, itu sih
yang belum tercapai.
B. Evaluasi Input
1. Bagaimana pembagian tugas
dan fungsi serta struktur
organisasi yang dijalankan
oleh Yayasan ini?
Kalau untuk struktur organisasinya bisa diliat aja
di webnya anaklangit. Jadi disini ada dewan
pembina, dewan pengawas, dewan pengurus dan
anggota pengurus. Lengkapnya bisa diliat
langsung di web..
2. Berapa jumlah staff dan
pengajar di Yayasan Keluarga
Anaklangit serta bagaimana
latar belakang
pendidikannya?
Staff dan pengajar itu.. kita sebutnya relawan sih
jadi ketika ada yang datang ke anaklangit untuk
mengajukan tenaga atau pikirannya ya itulah
tenaga pengajar kita.. jadi ya engga bisa kita
batasin.. boleh disebutkan nama-nama
kampusnya? Contoh.. kayak anak UPH, paling
sering UPH, Binus, itu udah sama kita
bersahabat sekali atau berkeluarga gitu.. UPH,
Binus, UNTAR bahkan sampai dosen-dosennya
kesini.. Esa Unggul juga, BSI.. banyaklah
swasta-swasta sih khususnya, UIN juga ada
sampe sekarang sih, nah kan koordinator GAS
(Gerakan Anak Sehat) itu alumni UIN.. itu dari
Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta. Jadi tenaga
pengajar atau relawannya tidak tetap sih..
kadang kan program mereka sebulan penuh..
kadang sekali pertemuan.. itu kita kondisikan aja
sih seperti itu untuk tenaga pengajarnya. Kalau
pengurus itu jumlahnya sekitar 15 atau 10,
tapikan dari 15 itu kadang aktif, kadang jarang..
Kalau untuk latar belakang pendidikan disini sih
banyak pengurusnya tuh yg berpendidikan.. yaa
berpendidikan kan bukan berarti cuma sampai
sarjana.. kan SMA juga udah termasuk
berpendidikan.. yang penting telah lulus sekolah
dan telah mampu mengajarkan andik-andik
disini sih.. terus bisa kita jadikan pengurus yaitu
ketika koordinasi atau kontribusinya terhadap
anaklangit lumayan bisa dibilang aktif.. aktif
hadirnya, aktif ikut kegiatan, aktif bertukar
pikiran. Tapi dari situ juga gak bisa langsung
Page 185
ujuk-ujuk jadi pengurus.. banyak lagi lah
pilihannya. Kalau kata saya sendiri sih di
anaklangit seleksinya seleksi alam, jadi gak ada
kaya di kantor-kantor psikotest gak ada, tes tulis
atau wawancara gak ada, jadi di anaklangit itu
seleksi alam aja.. ketika dia tidak mampu
menyatu dengan alam ya mereka mental sendiri..
paling gitu sih yang bisa saya ceritakan tentang
tenaga pengajar serta pengurus.
3. Program/layanan seperti apa
yang diberikan oleh Rumah
Belajar Keluarga Anaklangit?
Program.. kalau untuk DKM (Dewan
Kemakmuran Musholla) udah pasti kan kalau
setiap PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dia
mengadakan acara karena mayoritas.. bukan
mayoritas lagi sih karena semua andik-andik kita
dan pengurus beragama islam jadi selalu
diadakan acara-acara saat PHBI itu sih.
Kalau PKSA (Program Kesejahteraan Sosial
Anak) itu menyalurkan dana-dana yang
diturunkan oleh Kemensos maupun Dinsos itu
untuk Kesejahteraan Anak baik itu keperluan
anak, maupun keperluan sekolah.. tapi itu
dananya tidak dikeluarkan semua, dan itu
tergantung dan diurus sama koordinator PKSA
yang ada di kita
Kalau koordinator GAS (Gerakan Anak
Sehat)itu menangani soal pembenahan gizi anak
yang ada di kita, jadi setiap sebulan sekali atau
minggu awal itu ada program makan bersama
peningkatan gizi baik, misalnya contoh makan
ikan, makan sayur, minum susu, olahraga
bersama nah itu program dari GAS.
Kalau IT khusus di website… Kalau kreatifitas
dan Art mereka memfokuskan di seni sih kayak
tari, recycle, perkusi anaklangit.. dan
berhubungan dengan kemampuannya anak-anak,
kemampuan yang gak didapatkan di sekolah..
untuk koordinatornya itu dipegang oleh Kak
Rudy, karena beliau sudah aktif sejak lama dan
sering mengurusi kegiatan seni di anaklangit,
maka dari itu kita memilih dia sebagai
koordinator.. seperti itu.
4. Bagaimana Yayasan Kalau kemitraan ada di web kalau gak salah..
Page 186
Keluarga Anaklangit dalam
menjalin kemitraan dan
mencari donatur?
yang di laman kerabat kita gitu kalau gak salah,
jadi ada beberapa perusahaan sama beberapa
swasta. Awalnya csr pertama kita kalau gak
salah pertama kalinya banget di sini tuh dari PT.
Dynaplast dan sampai sekarang terjalin baik,
tidak ada kekecewaan. Waktu itu bapaknya
Dynaplastlah atau salah satu pendiri Dynaplast
melihat kondisi anaklangit lagi sedang
pembangunan, pembangunan saung di depan tuh
yang tinggi.. ditanyalah lagi sedang apa.. turun
langsung tuh turun langsung beliau.. ini lagi
sedang pembangunan Pak.. nah
Alhamdulillahnya langsung diturunkan dari
pihak Dynaplast seseorang khusus untuk
pembangunan tersebut.. udah tuh dari situ
terjadilah pembangunan pertama dari PT.
Dynaplast awalnya.. tapi kan semenjak kesini-
sini kan ada juga dari beberapa csr-csr juga..
kaya Musholla dari Angkasa Pura II kerjasama
gitu. Terus kalau ini (menunjuk saung seni)
kerjasama dari salah satu Finance, sama sih
mereka dateng kesini menanyakan pengennya
apa, kalau perlu proposal kita bikin proposal
dulu gitu. Jadi sama mereka menanyakan
kebutuhan-kebutuhan disini dulu, karena kita
pertama kali sebelum mengenal lebih jauh itu
kita sebutnya LDR/ Lihat Dengar Rasakan.. ya
ketika lihat kondisi seperti ini.. dengarnya
seperti apa yang kita omongin gini gini gini..
terus rasakan, rasakan itu bisa kita simpulkan
dari melihat dari mendengar, baru bisa
terciptakan rasa itu, seperti itu sih paling cara
tamu-tamu csr tuh seperti itu LDR. Tapi kalau
data-data lengkapnya sih ada di web ya, seperti
data-data perusahaan.. atau mahasiswa-
mahasiswa yang aktif disini gitu.
5. Bagaimana pertimbangan
dalam memilih lokasi belajar?
Kalau diceritakan dari kakak-kakak kita yang
dulu dari tahun 2004/2005 posisi kita kan dulu
sebelumnya di parkiran salah satu Mall di pusat
Kota Tangerang disitu..terus tanah itu digusur,
dijadikanlah Mall itu kan sekarang.. terus kita
pindah kesini. Banyak sebenernya pilihan-
pilihan lain, tapi yang lebih menyatu dengan
para pendiri-pendiri yang dulu tuh dipilihnya
yang alamnya masih asri, tidak terlalu dekat
Page 187
keramaian rumah dan kendaraan.. ya dapetnya
disini. Dan bertahan sampai mau ke-12 tahun sih
sampai sekarang, mau ke-12 tahun itu pas di
puasa besok. Jadi pertimbangannya seperti itu
sih, karena mungkin kedekatannya dengan alam.
6. Apa saja sarana dan fasilitas
pendukung yang ada di
Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Kita ada aula, galeri, workshop, ruang
komputer.. tapi sekarang karna rusak jadi
dialingfungsikan.. terus kita punya ruang kelas
untuk paud, perpustakaan, kantor, panggung
apresiasi, toilet, saung-saung.. ada disitu saung
putri, saung tua yang itu.. saung damai, sama
saung musholla, kita juga punya beberapa
mainan anak kayak ayunan sama perosotan di
dekat panggung..
7. Berapa biaya yang
dikeluarkan untuk mendanai
program pendidikan non
formal?
Kita gak ada anggaran khusus berapa-berapanya,
tapi setau saya kalau dana itu dikeluarkan hanya
jika ada kebutuhan.. untuk lebih jelasnya sih
tanya aja ke kak oline sebagai bendahara.
8. Siapa yang menjadi sasaran
utama program dan
bagaimana kriteria penerima
program?
Kalau Program Kesejahteraan Sosial Anak itu
anak-anak yang sudah terdata sejak lama, dan
program PKSA itu bukan program baru dan
udah di survey-survey anak siapa aja yang
pantas mendapatkan itu. Kalau program GAS
anak-anak yang terdaftar di kita aja gitu yang
ada di databasenya anaklangit.. nah itu masuk
prioritas di GAS.
Kalau kreatifitas dan Art sebenernya sih sama
kaya GAS jadi yang udah terdaftar di
anaklangit.. tapi kan banyak anak-anak juga
yang kurang mau seperti itu, banyak yang
pengen pulang juga jadi kan kita juga gak bisa
paksakan.. karna anak-anak kan pengen main
atau apa gitu, jadi semua anak-anak yang terdata
di anaklangit boleh ikut program-program
tersebut yang penting yaa sehat jasmani rohani
gitu..
9. Berapa jumlah anak didik
yang ada di Yayasan
Keluarga Anaklangit?
Dulu sih banyak kak.. 150an lebih, karena
emang masih awal-awal merintis jadi banyak
anak-anak yang dateng.. makin kesini ada yang
pergi ada yang dateng.. sampe sekarang
mungkin sekitar 66 orang yang masih aktif ada
di databasenya anaklangit.
10. Dari rentang usia berapa anak Dari usia anak-anak PAUD sampai dengan
Page 188
didik yang ada di Yayasan
Keluarga Anaklangit?
SMA.
11. Dari wilayah mana saja anak
didik berasal?
Dari sekitaran wilayah Kota Tangerang aja,
terutama di daerah Tanah Gocap ini.
C. Evaluasi Proses
1. Bagaimana proses awal
perekrutan dan pendekatan
terhadap anak didik di
Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Untuk proses awalnya kita ada beberapa cara,
mulai dari perekrutan langsung, diantar dari
rumah singgah yang lain, dan diantar langsung
sama orangtua mereka yang emang pengen
anaknya belajar disini. Nah kalau untuk
sekarang ini, dengan cara door to door ke rumah
mereka, atau ketika mereka sedang dijalan
seperti berdagang, bermusik dijalan itu kita
omongkan pelan-pelan.. kita ada yayasan.. tapi
itu dulu sih saat awal pendiri-pendiri kita yang
udah membuka lahan itu kan.. jadi yang
kesininya tinggal mengembangkan lagi gitu kan.
Jadi mungkin ketika yang si gede-gede ini dulu
udah pernah disini ketika udah lulus mungkin
kayak “ayo sini dateng”.. ya jadi mereka
mengajak.. kaya dulu juga ada nih, udah sering
kesini, udah sering bercengkerama juga sama
kita.. itu faad, sama kakak kandungnya fais dan
Alhamdulillah setelah mendapat pelajaran di
anaklangit.. oh ini begini caranya.. ini begini..
dia membuka lagi salah tempat seperti ini tempat
belajar di dekat rumahnya di poris, namanya
Rumah Tawon yang fokus di daerah sana..
fokusnya anak-anak musik yang dijalan gitu..
tempatnya sama kaya kita ada saung juga, jadi
gak mati sih.. ada kehidupan yang baru.. seperti
itu sih paling.
2. Bagaimana pengelolaan
program yang ada di
anaklangit?
Jadi setiap program kita ada penanggungjawab
atau koordinatornya kak.. jadi setiap koordinator
program tugasnya beda-beda tergantung bidang
yang mereka handle, misalnya nih dari
kesehatan kita punya GAS (Gerakan Anak
Sehat) nah tugas koordinator GAS ya setiap
anak kita cari tau gizinya seberapa..
pertumbuhan dan perkembangan anaknya seperti
apa kekurangannya dimana kita cari solusi, gitu
kalau koordinator.
3. Bagaimana strategi Kalau untuk proses belajar kita fleksibel aja,
Page 189
pengajaran atau pelatihan
program yang dilakukan
untuk anak didik?
kalau anak-anak siap belajar, kita mengadakan
belajar bersama, terus kalau kitanya pun sama ya
kita buka kelas gitu, dalam arti kitanya pun sama
itu misalkan sama kakak-kakak yang sedang
mengadakan bakti sosial kita mengadakan kerja
sama.. yaudah itu mulailah disitu terbentuknya
pengajar yang lebih, kalau gak ada ya paling
sama kakak-kakaknya hanya pembahasan pr..
kalau ada kakak-kakak relawan, yaitu buka kelas
gitu.. kelasnya pun kita lakukan dengan santai
tapi tetap serius.. anak-anak bebas
mengekspresikan diri mereka, mau mereka
belajar sambil tiduran, ketawa-tawa kita bebasin
asalkan mereka bisa menyimak apa yang
disampaikan oleh kakak-kakaknya.
4. Siapa penanggungjawab
program pendidikan non
formal khususnya untuk
keterampilan seni?
Penanggungjawab untuk kreativitas dan art itu
dilimpahkan kepada Kak Rudy Bewok kita
panggilnya.. dia emang basicnya dari seni
makanya kita kasih tanggungjawab untuk
pegang kreativitas dan art.
5. Apa saja hambatan selama
proses pelaksanaan program?
Ya itu tadi sih, soal sumber daya manusianya
disini yang kurang jadi ya kita kurang maksimal
dalam mengelola programnya.
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Prestasi apa saja yang telah
diraih oleh Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Kalau prestasi individu, Kak Olin prestasinya di
arung jeram di timnya dia tapi membawa
bendera anaklangit juga.. itu juara arung jeram
nasional kalau gak salah.. kalau Kak Nas itu
juara bela diri kempo nasional atau provinsi gitu
saya lupa.. dan anak-anak juga kemaren juara
lomba-lomba gambar.. banyak Alhamdulillah,
kalau untuk program-program seperti recycle
robotic atau kesenian lainnya itu paling
apresiasinya ketika ada media yang datang
kesini dan mengekspos.. dan ketika ada acara,
semua kesenian itu kita suruh tampil semua..
kaya tari, recycle robotic juga kita adakan
workshopnya, perkusi juga kita tampilkan..
seperti itu paling apresiasi kita.. jadi dari media
kalau mau diliat dari jaman dulu sampai
sekarang di youtube juga ada, tinggal search aja
keluarga anaklangit.. muncul itu beberapa video
dari beberapa media yang ada di Indonesia gitu..
Page 190
Alhamdulillahnya seperti itu.
2. Perubahan perilaku seperti
apa yang dialami oleh anak
didik setelah mengikuti
program di anaklangit?
Perubahan itu mungkin bisa diliat ketika mereka
pulang lagi ke rumah dan di rumah itu di
aplikasikan lagi apa yang didapat.. dan
orangtuanya pun melakukan hal yang sama
seperti di anaklangit. Kalau di anaklangit kan
anak-anak dilarang untuk bekerja.. bekerja
dalam arti mencari uang, tapi kalau kerja seperti
menyapu saung atau kerja bakti itu beda.. tapi
kalau dia pulang ke rumah terus disuruh bekerja
lagi ya tetap aja sih itu tektok sama kita jadi
berlawanan sama kita. Ya jadi perubahannya itu
bisa tercapai ketika di rumah itu anak disamakan
statusnya seperti dianaklangit, yaitu anak tidak
diperbolehkan bekerja dan hanya boleh belajar
dan bermain seperti itu.. ya paling anak-anak
disini kalau ketemu kita kan juga suka salam
sapa salim.. karena kita ngajarinnya kan 3s
senyum, sapa, salam, nah itu kita biasakan
seperti itu.
3. Seperti apa dampak yang
diperoleh dari anak didik
dalam jangka panjang dengan
adanya program ini?
Mereka sih dapat sesuatu yang positif pastinya,
kalau yang ikut mereka cenderung ingin ikut lagi
disini. Kaya yang tadi seperti program GAS,
misal orangtuanya gak pernah masak ikan
karena dari sini orangtuanya jadi masak ikan dan
daging.. pokonya dari sini jadi dapat sesuatu
yang positiflah.. mereka jadi tau tentang
hitungan gizi, terus masalah merawat diri juga
kalau seperti memotong kuku, dan rambut kalau
udah panjang.. kadang-kadang mereka mau
cukur tapi gak ada duit, yaudah
kita kasih duit anak-anaknya. Dan untuk
program nonformal kaya seni musik perkusi dan
seni tari, mereka bisa dapatkan kemampuan atau
skill serta kepercayaan diri juga kan dari situ.
4. Adakah manfaat yang didapat
bagi lingkungan masyarakat
sekitar dengan adanya
Yayasan Keluarga Anaklangit
ini
Kalau bicara manfaat untuk masyarakat sekitar
pastinya ada ya.. nih kalau bisa dilihat kan
kawasan anaklangit ini ditanami dan ditumbuhin
banyak pohon, ada pohon salak, pohon sirih, ada
pohon pandan juga.. ada juga pohon bambu
kuning tuh yang paling sering dicari sama
orang.. dan tumbuhan disini boleh dimanfaatkan
oleh warga sekitar.. gitu sih paling dari segi
sumber daya alamnya. Selain itu kan anak-anak
Page 191
mereka juga bisa belajar dan bermain disini,
orangtua bisa fokus kerjanya, jadi kita ikut
membantu meringankan beban merekalah.
5. Bagaimana keberlanjutan
program pendidikan non
formal di Yayasan Keluarga
Anaklangit kedepannya?
Kita gak bisa menjamin kapan program ini akan
selesai ya.. selama kita masih didukung terus
oleh pemkot maupun masyarakat ya kita akan
terus berlanjut dan akan mengembangkan lagi
anaklangit menjadi lebih baik lagi.
Page 192
TRANSKRIP WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Pengurus Yayasan Keluarga Anaklangit
Informan : Abdurahman Harits (Iman)
Jabatan : Penanggungjawab Pendidikan
Hari/Tanggal Wawancara : 24 Januari 2016
Waktu Wawancara : 15.00
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Bagaimana latar belakang berdirinya
Yayasan Keluarga Anaklangit?
Jadi dulu ada sebuah komunitas yang
bergerak di bidang penyelamatan
bencana, yang memiliki kepedulian
lebih terhadap masalah kemanusiaan
di Tangerang ini.. nah dari situ
mereka kebetulan memiliki
pemikiran dan visi misi yang sama
untuk mendirikan anaklangit ini..
karena mereka melihat di daerah ini
cukup banyak anak-anak yang
memiliki keterbatasan yang masih
bisa dibina dan diberikan pendidikan
agar menjadi anak bangsa yang lebih
baik lagi.
2. Apa tujuan dan visi misi dibentuknya
Yayasan Keluarga Anaklangit?
Kalau yang saya ingat, yayasan ini
mempunyai visi menyelenggarakan
kegiatan sosial dan kemanusiaan
berlandaskan prinsip non-partisan,
jujur, independen, mandiri, dan
profesional, serta menjunjung tinggi
etika dan semangat kebersamaan.
Tujuannya adalah untuk menjadikan
anak jalanan ini sebagai anak yang
cerdas, mandiri dan berbudi luhur.
3. Apa latar belakang serta tujuan
dibentuknya program pendidikan non
formal di rumah belajar Yayasan
Keluarga Anaklangit?
Kita kasih ke mereka pendidikan
atau kegiatan pelatihan itu gunanya
untuk memberikan ilmu dan basic-
basic yang nantinya akan membantu
kehidupan mereka ke depannya.
Page 193
4. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi
dalam mencapai tujuan program?
Kalau ditanya hambatan sih banyak
ya.. cuma yang paling dibutuhkan
untuk sekarang ini memang SDM
sih. Kan sekarang pengurus juga gak
banyak dan masing-masing punya
kesibukan di tempat lain juga.
B. Evaluasi Input
1. Bagaimana latar belakang anak didik
yang ada di Yayasan Keluarga
Anaklangit ini?
Kalau latar belakang mereka ya
macem-macem.. ada yang korban
kekerasan dalam keluarga, ada yang
dari mereka yang suka turun ke
jalan.. ngamen, dagang, ngelem ah
segala macem gitu kan.. atau dari
mereka yang ekonominya kurang,
banyak sih. Tapi dari semuanya rata-
rata emang yang memiliki masalah
ekonomi ya seperti itu..
2. Berapa jumlah staff dan pengajar di
Yayasan Keluarga Anaklangit serta
bagaimana latar belakang pendidikannya?
Untuk sekarang ini kurang lebih
pengurusnya ada 10 yang aktif..
3. Program/layanan seperti apa yang
diberikan oleh Rumah Belajar Keluarga
Anaklangit?
Dari latar belakangnya mereka yang
seperti itu, gimana caranya kita
ngasih panduan atau basic ke
mereka, entah itu dari segi
pendidikan atau moral atau dari
kesenian, mereka biar ada basic
kedepannya.. nggak hanya satu kita
kasih basic, misalnya kesenian tari,
olahraga futsal atau segala macem..
tapi nanti dia yang milih sendiri
diantara basic-basic itu mana yang
mereka suka dan mereka akan
tekunkan, jadi kita tidak
memaksakan mereka harus kesini..
nggak kaya gitu, kita aja dipaksa
orang tua gak mau kan.. karna kan
kita punya prinsip masing-masing,
begitupun mereka, karena mereka
juga kan lagi fase remaja.. jadi rasa
ingin taunya juga lebih besar gitu
pada saat-saat sekarang seperti itu.
Page 194
4. Bagaimana Yayasan Keluarga Anaklangit
dalam menjalin kemitraan dan mencari
donatur?
Kalau untuk donatur kita belum ada
donatur tetap, jadi jika ada yang
ingin menyumbang atau berdonasi
kita terima dan kita kasih tau juga
sih di websitenya anaklangit jika ada
yang ingin bermanfaat bersama
kami. Kemudian kalau untuk mitra
kita punya banyak sih, salah satunya
itu yang paling sering membantu kita
dari awal itu dari Dynaplast, ini
saung-saung yang ada disini adalah
hasil dari csrnya Dynaplast.. kecuali
saung tua ini ya.. ini kami bangun
dari hasil uang kami sendiri..
5. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk
mendanai program pendidikan non
formal?
Untuk biaya tetap sih gak ada ya,
jadi kalau untuk biaya itu
dikeluarkannya per kebutuhan aja.
Kalau untuk PKSA sendiri itu kita
dapet dana dari dinsos pertahunnya
satu juta.. jadi kita manage
sedemikian rupa dengan dana segitu.
Untuk program pendidikan non
formal itu juga dikeluarkan hanya
per kebutuhan.. paling di bawah
500ribu sih.
6. Berapa jumlah anak didik yang ada di
Yayasan Keluarga Anaklangit?
Hmm sekarang ini sekitar 50an
lebihlah, nanti minta aja
databasenya anak-anak buat lebih
jelasnya.
.
10. Dari rentang usia berapa anak didik yang
ada di Yayasan Keluarga Anaklangit?
Dari usia PAUD yah.. sampai remaja
sih SMA..
11. Dari wilayah mana saja anak didik
berasal?
Sekitaran Kota Tangerang aja sih
khusunya daerah sini…
C. Evaluasi Proses
1. Bagaimana proses awal perekrutan anak
didik di Yayasan Keluarga Anaklangit?
Prosesnya itu dulu para pendiri sih
yang melakukan, ada yang turun
langsung ke jalan.. ada yang
dititipkan sama orangtuanya, ada
juga yang dari rumah singgah lain
menitipkan ke kita.
Page 195
2. Bagaimana pendekatan terhadap anak
tersebut?
Pendekatannya ya.. kita ambil
contoh satu anak namanya Iwan.
Iwan Saputra ini kita temukan di
Jembatan Robinson, orangnya dari
kecil susah ngomong pun tidak, dia
kalo gak perlu-perlu amat gak bakal
ngomong.. sampe sekarang udah
SMP. Misalnya ada mahasiswa yang
psikolog ya dateng kesini nyoba
ngobrol, susah juga sama. Nah kita
cari tau kenapa sebabnya nih si anak
begini, caranya dengan kita cari tau
keluarganya. Akhirnya telusuk
punya telusuk dapetlah keluarganya
tinggal di tigaraksa, jadi dia dari
kecil dulu ibunya masih muda tapi
keluar dari rumah bertemu seorang
laki-laki yang udah cukup tua umur
35 lah tapi si ibunya ini di bawah 20,
kan jauhlah ya..terus nikahlah,
dibawalah ke lampung karna si
suaminya ini orang lampung. Sudah
punya anak dua, yang pertama cewe
yang kedua si Iwan, kemudian hamil
lagi anak ketiga.. waktu itu sudah
balik lagi kesini, pas melahirkan ini
ibunya meninggal, terus bapaknya
pergi gitu aja ninggalin sambil bawa
anak yang pertama, nah si Iwan ini
ditelantarin gitu aja dari kecil dari
sebelum TK kali yah. Jadi itu
sebabnya, mungkin dari latar
belakang masalah keluarga. Tapi ada
nih satu bidang yang dia tekunin
yaitu IT, kalau kita kasih IT,
masalah komputer, games atau
segala macem dia nomor satu.
3. Siapa penanggungjawab program
pendidikan non formal khususnya untuk
keterampilan seni?
Kalau untuk program pendidikan
kesejahteraan anak itu dipegang oleh
saya sendiri, tapi kalau untuk
pendidikan non formal seperti
kreativitas dan art itu dipegang oleh
kak Rudy.. kebetulan kak Rudy itu
sekarang lagi ada kesibukan dan
jarang ke sini lagi..
Page 196
4. Apa saja hambatan selama proses
pelaksanaan program?
Banyak ya kalau mau bicara
hambatan.. tadi udah disebutin soal
sdm kan, adalagi wacana baru-baru
ini katanya kita tahun ini mau kena
gusur karna ini kan lahannya
pemkot, belum ada omongan lagi sih
sampai sekarang. Mungkin nanti
kalau emang jadi, kita bisa
musyawarah lagi dengan pemkot
karena kan anaklangit juga
memberikan banyak kontribusi
terhadap masalah sosial yang ada di
sini kan.. jadi mereka juga akan
mempertimbangkan lagi lah gimana
baiknya..
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Perubahan seperti apa yang ingin
dilakukan oleh Yayasan Keluarga
Anaklangit ini kepada anak didiknya?
Anak-anak yang disini ini kan latar
belakangnya seperti yang sudah saya
ceritakan tadi, jadi ya mereka masih
suka berantem, masih suka ngelem,
masih suka begajulan segala macem
nah gimana caranya mereka bisa
berenti tapi step by step.. perlahan
perlahan perlahan..berenti, seperti
itu. Salah satunya pendiri rumah
tawon, itu yang dulu bandel-bandel
sekarang jadi atlet bela diri kempo,
Alhamdulillah mereka udah ikut sea
games, jadi basicly olahraga,
kesenian, agama sama pendidikan
kita kasih ke mereka tapi mereka
sendiri yang akan memilih salah satu
diantara itu semua karna kita tidak
memaksakan. Jadi dengan semua
basic yang kita kasih, kita harap sih
mereka bisa merubah kebiasaan
negatif yang dulunya sering
dilakukan, menjadi kegiatan positif
yang memberikan mereka bekal
hidup nantinya.
3. Bagaimana perubahan anak-anak didik
ini setelah belajar dari Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Setelah mereka bergabung di
Yayasan Keluarga Anaklangit ini,
lalu mendapat pelajaran baik itu soal
agama, kesenian, olahraga dan
sebagainya itu mereka sudah
Page 197
mengurangi aktifitasnya di jalan
terutama aktifitas yang negatifnya
ya..
4. Apakah Yayasan Keluarga Anaklangit
melakukan monitoring terhadap
perubahan perilaku anak-anak didiknya?
Ya tentunya kita selalu memantau
perkembangan dan perubahan
perilaku mereka. Caranya ya dengan
dari jauh kita memantau gimana sih
perilaku mereka kalau udah di luar
anaklangit, pastinya kita pantau gak
dari deket ya.. ntar yang ada mereka
kabur.. ya sebagian ada yang sudah
mengurangi aktifitasnya dijalan kaya
ngamen atau berdagang, tapi yaa
sebagian masih ada yang seperti itu..
5. Bagaimana keberlanjutan program
pendidikan non formal di Yayasan
Keluarga Anaklangit kedepannya?
Selama ada pendanaan dan orang-
orang yang terus loyal dalam
membantu mengembangkan
kemajuan anaklangit, kita pasti akan
terus jalan untuk mengatasi masalah
sosial kemanusiaan yang ada di
sini…
Page 198
TRANSKRIP WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Pengajar Program
Informan : Dita Agustina
Jabatan : Pelatih Kesenian Tari
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu 25 Mei 2016
Waktu Wawancara : 12.35 s.d. 13.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Apakah program seni tari di
anaklangit benar-benar
dibutuhkan oleh anak didik?
Menurut Dita sih bener-bener dibutuhin sih
ya.. karna anak-anak disekitaran sini kan
asalnya dari anak kurang mampu, dan
mereka butuh sesuatu hal atau kegiatan
yang positif yang dikasih cuma-cuma gitu.
Nah yaudah kita kasih keterampilan menari
khusunya tari tradisional. Karna orang tuh
kebanyakan pada kurang tau tentang seni
tari tradisional.. karna sekarang kan
kebanyakan tarian modern ya.. terus buat
apa nih kita punya tarian tradisional kalo
gak di jaga lama-lama bakalan ilang kan..
jadi seni tari disini emang dibutuhin karna
buat melestarikan tari tradisional juga.
2. Tujuan apa yang ingin dicapai
oleh program pendidikan
nonformal seperti kesenian tari
ini?
Kalau buat yang baru belajar nih ya.. gak
usah jauh-jauh ke perform deh, dia bisa
untuk belajar gimana sih cara maju
kedepan.. terus gimana caranya berani
tampil di depan orang.. percaya diri.. jadi
tujuannya sih buat mengajarkan
keterampilan, keberanian sama kepercayaan
diri buat anak-anak disini aja gitu.
3. Kebutuhan apa saja yang belum
terpenuhi oleh program kesenian
tari dan perkusi?
Ya kostum sih.. kemaren kan kita udah
sempet bikin kostum tapi ya masih kurang
banyak gitu. Make up juga. Kalau kita
tampil terus kita dapet uang ya kita sisihin
buat beli apa yang kurang.. kalau dulu
sebelum kita bikin kostum tuh kita cuma
pakai kain dan kainnya sendiri kita suruh
Page 199
bawa dari rumah masing-masing..
4. Tujuan pengembangan apakah
yang belum tercapai oleh program
kesenian tari?
Ya pengennya sih lebih bisa dikenal lagi
sama masyarakat.. jadi pengennya
tampilnya ke luar, biar orang tuh ngeliat
kemampuan anaklangit.. jadi pengen gitu
tampil di acara yang bener-bener gede
gedean gitu..
5. Tujuan pengembangan apakah
yang dapat membantu
mengembangkan masyarakat
sekitar melalui seni tari?
Hmm ada aja sih ya.. kayak misalkan
kebanyakan kan nih anak-anak di sekitar
lingkungan sini sering main-main yang gak
jelas kan.. jadi tuh kita omongin ke mereka,
ayolah kesini.. kita latihan nari sebentar aja..
kaya gitu sih daripada mereka ngabisin
waktu main ps atau warnet, jadi kita aja
kesini latihan nari sebentar.. jadi
orangtuanya juga tau dan jelas gitu anaknya
lagi ngapain.. dan mereka juga kayak
seneng.. oiyaya anak saya jadi lebih rajin,
gak main terus kerjaannya.. paling kayak
gitu sih..
B. Evaluasi Input
1. Berapa jumlah anak didik yang
mengikuti program seni tari?
Ada sekitar 16 orang, jadi ada dua gitu
kelompok, ada yang kecil sama yang
remaja, yang kecil tuh yang seumuran
PAUD 8 orang.. terus kalo yang remaja juga
sama sih 8 orang.
2. Dari rentang usia berapa saja anak
didik yang mengikuti program
tersebut?
Dari 3 tahun sampai 15 tahun..
3. Apa saja sarana atau fasilitas yang
sudah terpenuhi?
Yang udah ada itu tape/speaker sama kaset
untuk lagu-lagunya. Kadang juga kita pake
hp sih biar gampang..
4. Apa saja sarana dan fasilitas
penunjang yang belum terpenuhi?
Yang belum ada itu kostum tari, jadi kita
kalau tampil juga cuma pake kain sama
selendang aja. Terus alat make up juga
belum punya sendiri kak..
5. Berapa jumlah pengajar seni tari
dan bagaimana pertimbangan
dalam memilih pengajar?
Dari tahun 2014 awal ada seni tari disini
pengajarnya 1 orang dari sanggar gitu
namanya Bu Ulfa, terus beliau keluar dan
digantiin sama Kak Syifa, dia ini relawan
disini ibunya Kak Syifa itu penari terkenal
jadi Kak Syifa ngajarin kita disini.. tapi skrg
karna dia ibunya sakit terus sibuk kuliah
juga akhirnya Dita yang gantiin, mungkin
Page 200
karna Dita yang lebih bisa nari dan bisa
ngajarin ke temen-temen Dita yang lain.
C. Evaluasi Proses
1. Hari apa dan pukul berapa
kegiatan pelatihan keterampilan
seni tari ini dilakukan?
Kalau jadwalnya itu buat yang anak
kecilnya itu setiap hari sabtu.. sabtunya
sabtu siang pukul 12.30. Terus yang
gedenya itu dari sore pukul 15.00, jadi yang
kecil siang terus pas sore lanjut ke yang
gedenya. Tapi waktu pemanasan sih kita
bareng.. terus ganti-gantian aja yang
kecilnya dulu baru yang gedenya.
2. Bagaimana strategi dalam melatih
atau mengajarkan tari ini pada
anak didik?
Emang sih agak susah ngatur yang anak-
anak paud karna mereka kan masih kecil
juga maklum jadi Dita fleksibel aja sih.. jadi
Dita yang ngikutin maunya anak itu. Kalau
mereka minta nari Dita langsung ngajarin,
tapi kalau mereka minta istirahat dulu nih
misal mau beli es yaudah Dita istirahatin
dulu.. jadi ya gitusih caranya Dita supaya si
anak seneng Dita gak paksain latihan terus..
3. Seni tari apa saja yang diajarkan
di Yayasan Keluarga Anaklangit?
Kalau buat yang gede tari lenggang, terus
yang kecilnya itu tari cublak suweng.
Tadinya juga kan kita belum bisa lenggang
yang gede-gedenya nih, belajar cublak
dulu.. nah yang kecilnya itu tari mbok jamu.
Akhirnya kita udah bisa tukeran, yang
cublak buat yang kecil yang gedenya
lenggang. Terus yang gedenya juga
sekarang lagi belajar lagi buat tari
Sipatokaan, sama tari-tari yang lain, dan itu
kita belajar sendiri..
4. Hambatan apa saja yang dirasakan
selama proses pelaksanaan
program?
Hambatannya kalau sewaktu-waktu hujan..
karena kita kan belum punya sanggar
sendiri.. jadi kita latihan di panggung
apresiasi aja, kalau hujan akhirnya kita
pindah ke saung.
5. Bagaimana prosedur agar
anakdidik bisa mengikuti
kesenian tari di yayasan keluarga
anaklangit?
Kita gak ada prosedur yang gimana-gimana
ya.. jadi yang mau ikut aja. Malah kita
ajakin yang mau ikut dan kita suruh supaya
gak usah malu karna kita semua kan masih
belajar juga, yang penting si anaknya ini
mau aja.. dan kita juga gak maksa. Jadi yang
mau ikut latihan seni tari paling bilangnya
ke Dita dulu gitu..
Page 201
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Pengalaman/prestasi apa saja
yang sudah pernah didapat dari
kesenian tari/perkusi di anaklangit
ini?
Dari pengalaman ya kak.. kita udah sering
diundang untuk perform di Mall atau acara-
acara yang diselenggarakan sama PT atau
acara-acara sosial gitu..
2. Perubahan perilaku seperti apa
yang dialami oleh anak didik
setelah mengikuti program di
anaklangit?
Mereka jadi lebih bisa berani tampil di
depan umum dan percaya diri karena
mereka punya suatu keahlian yang bisa
dibanggain buat diri sendiri, orangtua atau
masyarakat gitu..
3. Apakah dampak yang diperoleh
siswa dalam waktu yang relatif
panjang dengan adanya program
seni tari ini?
Mereka jadi punya keahlian menari yang
bisa mereka kembangin lagi kedepannya
dan bisa jadi sesuatu yang menghasilkan
uang kalau mereka tekuni dengan sungguh-
sungguh.
4. Apakah sejauh ini pelatihan
keterampilan seni tari ini sudah
maksimal atau belum?
Kalau dibilang maksimal sih kita masih ada
kekurangan ya.. Dita juga sebagai pengajar
juga masih kesusahan karna kadang adakan
nih gerakan yang susah banget.. gimana
caranya Dita biar ngasih ke anak kecil itu
tuh gak susah gitu loh.. padahal kan kalau
ngeliat youtube kayaknya ribet banget.. tapi
Dita rubah lagi jadi yang lebih mudah.. jadi
biar anak-anak lebih ngerti gitu.
5. Apa harapan anda kedepan
dengan adanya program yang
dimiliki di Yayasan Keluarga
Anaklangit ini?
Semoga aja lebih sukses lagi.. lebih banyak
yang mau dateng lagi terus lebih banyak ada
orang yang mau peduli sama anaklangit
terus mau jadi pengajar gitu.. karena disini
sekarang kan cuma ngandelin relawan yang
kadang dateng terus pergi lagi..
Page 202
TRANSKRIP WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit
Informan : Ellisa Melinia
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 25 Mei 2016
Waktu Wawancara : 10.00 s.d 11.00
Motto Hidup : Be Yourself
Sekolah : SMK Yuppentek 7 Tangerang
Alamat : Jalan Akses Karawaci Ilir, Tanah Gocap
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama anda
bergabung menjadi anak didik
disini?
Udah mau 7 tahun..
2. Darimana anda mendengar
tentang adanya Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anaklangit?
Tau dari temen sih sebenernya.. dulu itu
awalnya diajak-ajak sama temen, jadi waktu
itu kan lagi lebaran haji, jadikan biasalah
kita keliling-keliling nyari daging, kebetulan
tuh di anaklangit juga motong qurban gitu
kan, jadi diajak kesini.. awalanya sih kaya
bingung ini tempat apaan sih, tapi semenjak
ngobrol sama salah satu pengurus disini yaa
jadinya tertarik buat kesini juga.. gitu ka.
3. Menurut anda, bagaimana
program pendidikan nonformal
yang ada di Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Menurut saya program di anaklangit itu
bagus ya sebenernya buat ngembangin bakat
sama potensi anak-anak kayak kita gini..
B. Evaluasi Input
1. Program pendidikan non formal
seperti apa yang anda ikuti di
anaklangit?
Perkusi, terus kaya seni juga, sama musik..
pokoknya yang berbau seni sama musik
2. Apa alasan anda mengikuti
program tersebut?
Mungkin emang saya suka seni sih.. jadi
emang mau ikut, karena disini ada.. kenapa
kita gak ngambil kan peluang juga. Kenapa
saya pilih perkusi juga, soalnya kalau
perkusi menurut saya itu kreatif gitu kan
alatnya diambil dari barang-barang bekas
jadi bikin saya tertarik aja buat lebih
ngembangin kreativitas saya kak.. bosen
Page 203
juga sih kalo liat musik pasti alat2nya
modern terus, kalau ini kan kita kaya out of
the box gitu jadi keren aja sih
3. Bagaimana perasaan anda setelah
mengikuti program tersebut?
Yang pastinya seneng.. karena kan jadi
punya banyak temen baru, kita bisa
ngumpul-ngumpul sambil selesai latihan
sharing-sharing juga, jadi dapet ilmu sama
pelajaran baru.. udah gitu bangga aja bisa
diundang buat tampil perkusi dimana-
mana..
4. Bagaimana kesan anda terhadap
pengajar atau pelatih program?
Kalau untuk pengajarnya sih paling kan dari
luar ya asik-asik sih mereka.. dateng kesini
bisa sharing-sharing.. dapet keluarga baru
juga..
5. Kebutuhan apa saja yang belum
terpenuhi pada program tersebut?
Kalau fasilitas sih belum maksimal ya..
karena kita banyak yang suka musik, paling
kaya studio musik yang belum ada.. dulu sih
sempat ada, cuma kan sekarang dijadiin
kantor..
C. Evaluasi Proses
1. Hari apa dan pukul berapa
kegiatan pelatihan keterampilan
perkusi ini dilakukan?
Setiap hari kamis malem dan sabtu malem
sehabis shalat magrib biasanya..
2. Bagaimana suasana belajar atau
suasana latihannya?
Kita latihannya santai kok, saling akrab juga
satu sama lain.. kalau ada yang belum lancar
kita kasih tau dan kita ajarin sampe bisa
3. Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk berlatih
perkusi?
Satu jam lah kira-kira
4. Hambatan apa saja yang dirasakan
selama proses latihan?
Ya ada.. kan saya kalau disekolahan ikut
ekstrakurikuler juga, jadi palingkan kita
dijadwalin latihan kan malem kamis sama
malem sabtu.. nah saat malem kamis kan
saya main basket, malem sabtu kumpul osis,
jadi kadang gak bisa latihan gitu.. kalau dari
keluarga sih ngedukung banget, saya kalau
gak ijin juga tetep diijinin sama orang tua
saya hehehe
5. Apa yang anda dapatkan selama Ilmu baru, pengalaman baru, kakak-kakak
Page 204
proses latihan?
dan adik-adik baru..
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Pengalaman/prestasi apa saja
yang sudah pernah anda dapat
dari perkusi di anaklangit ini?
Perkusi bangun pagi punya anaklangit ini
sering tampil diacara-acara yang diadain di
Mall atau acara-acara yang bertema-tema
tertentu kak.. kayak waktu itu kita tampil
diacara Earth Hour, terus kita juga pernah
tampil di Indonesia Morning Show yang di
Net tv.
2. Perubahan perilaku seperti apa
yang anda rasakan setelah
mengikuti program di anaklangit?
Dulu yang tadinya saya cuma suka maen
maen gak jelas tapi sekarang saya punya
kegiatan yang lebih bermanfaat kak.. lebih
rajin belajar, bantu orangtua, rajin ibadah
juga.. saya bisa sekolah sampe SMA kan
juga karna anaklangit..
3. Manfaat apa yang anda peroleh
setelah mengikuti program
tersebut?
Saya jadi punya keahlian dan bakat di
bidang seni kak.. pas udah ikut perkusi di
anaklangit saya jadi bisa tampil dimana-
mana hehe jadi makin eksis..
4. Apakah kedepannya anda akan
terus mengikuti program tersebut?
Iya kak, Insya Allah saya mau jadi penerus
di anaklangit gantiin kakak-kakak pengurus
yang sekarang..
5. Apa harapan anda kedepan untuk
Yayasan Keluarga Anaklangit ini?
Harapan kedepannya itu ya pengen biar
anaklangit itu lebih dikenal di masyarakat
luar.. kan ada beberapa juga yang tau kalau
anaklangit itu tempatnya anak-anak
jalanan.. anak-anak yang gak bener, padahal
kan sebenernya enggak.. mungkin karena
mereka nggak tau anaklangit lebih jauh aja..
makanya itu kita pengen buktiin ya kalau
anaklangit itu kreatif.. bisa main musik dll..
6. Bagaimana kesan anda selama
belajar di anaklangit dari dulu
sampai sekarang?
Kesannya ya.. dari dulu sampai sekarang sih
banyak banget perubahan, dari orang-
orangnya.. maksudnya kalau dulu tuh
pengurus sama andik-andiknya itu bisa lebih
nyatu.. apa-apa itu bisa dikerjain bareng-
bareng, jadi kebersamaannya emang kuat
banget kalau dulu tuh.. kalau sekarang
mungkin saya ngeliatnya kurang juga sih,
lagian juga kan kalau dulu tuh andik-
andiknya juga banyak kan biasa diitung
sampai ratusan.. tapi sekarang kakak liat
aja.. sepi kan.. cuma puluhan tapi itu juga
gak ngumpul semua. Terus kalau pengurus
yang dulu emang andik-andiknya bener-
Page 205
bener diteken gitu sih, ibadah.. ibadah gitu..
lebih tegas gitu kak ke kitanya.. mungkin
kalau pengurus yang dulu itu lebih ke
otoriter untuk ngedisiplinin kitanya.. kalau
sekarang lebih ke yang demokrasi mungkin
yaa.. jadi kesadaran dari diri si andiknya
sendiri.
Kalau pesannya mungkin ya biar
kebersamaannya lebih ditingkatin lagi,
karena kan akhir-akhir ini ngeliatnya kayak
masing-masing.. pengennya tuh ya bareng-
bareng lagi kaya dulu..
Page 206
TRANSKRIP WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit
Informan : Dela Ameliana
Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 27 Agustus 2016
Waktu Wawancara : 10.00 s.d 11.00
Motto Hidup : Ingin Jadi Orang Sukses
Sekolah : SDN 19 Tangerang
Alamat : Karawaci Ilir, Tanah Gocap
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama anda
bergabung menjadi anak didik
disini?
Dari semenjak paud kak..
2. Darimana anda mendengar
tentang adanya Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anaklangit?
Diajak sama kak adi buat belajar disini..
3. Menurut anda, bagaimana
program pendidikan nonformal
yang ada di Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Kalo kata aku.. kegiatannya itu positif sih
kak, soalnya kan kita jadi bisa nyalurin hobi
atau bakat kayak nari, perkusi, daur ulang
sampah, gitu..
B. Evaluasi Input
1. Program pendidikan non formal
seperti apa yang anda ikuti di
anaklangit?
Aku ikut seni tari kak
2. Apa alasan anda mengikuti
program tersebut?
Awalnya aku pengen belajar nari gara-gra
ngeliat temen-temen pada nari terus aku jadi
pengen juga kak, pas udah ikut ternyata aku
jadi suka…
3. Bagaimana perasaan anda setelah
mengikuti program tersebut?
Seneng kak ikut belajar dianaklangit.. jadi
punya tempat buat kita mampir, ngisi
waktu, belajar, main-main bareng, istirahat,
makan, ngumpul semuanya disini.. nyaman
aja daripada main-main gajelas di jalanan..
4. Bagaimana kesan anda terhadap
pengajar atau pelatih program?
Bingung sih karna kebanyakan relawannya
juga.. jadi misalkan hari ini yang ngajar ini
terus besok tiba-tiba beda.. jadi gak tetap
satu orang gitu.. jadinya banyak. Karna kan
Page 207
yang ngelatih kita juga dari relawan, jadi
tiap2 relawan juga ngajarinnya beda-beda,
jd pelajaran yang kita dapet juga beda-
beda.. kalo menurut saya sih kurang efektif
ya.. karna kan gak kaya disekolah yang
diajarin sama guru itu pelajarannya juga
sama gitu.. jadi kitanya gak bingung.
5. Kebutuhan apa saja yang belum
terpenuhi pada program tersebut?
Paling tempat kayak buat latihan kitanya,
terus alat-alat narinya juga masih kurang sih
kaya make up sama kostum..
C. Evaluasi Proses
1. Hari apa dan pukul berapa
kegiatan pelatihan keterampilan
seni tari ini dilakukan?
kamis malem dan sabtu malem
2. Bagaimana suasana belajar atau
suasana latihannya?
Suasananya enak sih, disini tenang.. adem,
tempatnya juga nyaman aja gitu
3. Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk berlatih seni
tari?
Satu jam
4. Hambatan apa saja yang dirasakan
selama proses latihan?
Hambatannya gak sering sih, palingan
kadang aku gak ikut latihan karna bantu
orangtua di rumah
5. Apa yang anda dapatkan selama
proses latihan?
Keterampilan nari, sama percaya diri kak
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Pengalaman/prestasi apa saja
yang sudah pernah anda dapat
dari kegiatan seni tari di
anaklangit ini?
Kita sering diundang untuk tampil di mall,
atau acara-acara dari PT gitu kak, jadi di
sana kita tampil buat nari
2. Perubahan perilaku seperti apa
yang anda rasakan setelah
mengikuti program di anaklangit?
Lebih rajin dan percaya diri kak.. kita juga
jadi lebih kreatif gara-gara kegiatan ini
3. Manfaat apa yang anda peroleh
setelah mengikuti program
tersebut?
Yaa kan kalo aku kan ikut nari, jadi aku bisa
belajar gerakan-gerakan tari yang tadinya
aku gak bisa. Aku juga jadi berani tampil di
depan orang-orang kak..
Page 208
4. Apakah kedepannya anda akan
terus mengikuti program tersebut?
Gak tau kak.. Insya Allah sih nanti semoga
bisa terus jd bagian dari anaklangit..
5. Apa harapan anda kedepan untuk
Yayasan Keluarga Anaklangit ini?
Harapannya ya yayasan kayak dulu lagi..
bisa rame lagi, kakak-kakaknya juga banyak
gitu.. pengen kayak dululah.. beda soalnya
beda sama kayak sekarang. Dulu lebih enak,
kakaknya banyak andiknya juga banyak..
jadi kalo apa-apa kayak makan bareng,
sholat juga bareng, semuanya apa-apa kita
bareng ngerjain tugas apa gitu bareng..
misalkan yang nyapu.. nyapu gitu disini
semuanya.. enak.
Page 209
TRANSKRIP WAWANCARA
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
Pedoman Wawancara untuk Klien/Anak Didik Yayasan Keluarga Anaklangit
Informan : Dita
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 25 Mei 2016
Waktu Wawancara : 12.00 s.d 12.30 WIB
Motto Hidup : Ingin lebih baik dan menggapai cita-cita
Sekolah : MTS Negeri 1 Tangerang
Alamat rumah : Jalan Akses Karawaci Ilir, Tanah Gocap
No. Pertanyaan Jawaban
A. Evaluasi Konteks
1. Sudah berapa lama anda
bergabung menjadi anak didik
disini?
Dari 2013, ya baru sih.. pas kelas 6 baru aku
mau gabung..
2. Darimana anda mendengar
tentang adanya Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anaklangit?
Dari mama.. jadi awalnya tuh mama
dikasihtau sama Kak Uyus salah satu kakak
pendiri yang dulu, terus aku diajak gabung
disini..
3. Menurut anda, bagaimana
program pendidikan nonformal
yang ada di Yayasan Keluarga
Anaklangit?
Programnya itu positif ya.. cuma sekarang
ini lagi kurang tenaga pengajar kak, aku
disini sebagai anak didik dan sekarang aku
juga ngajarin tari buat temen-temen yang
lain..
B. Evaluasi Input
1. Program pendidikan non formal
seperti apa yang anda ikuti di
anaklangit?
Seni tari sama ngajar ngaji juga sih..
2. Apa alasan anda mengikuti
program tersebut?
Biar bisa ngajarin tari.. terus biar kita juga
tau apa sih seni tari itu.. kan tadinya aku
juga kayak gak pengen banget gitu loh nari..
apaan sih nari.. jadi tadinya aku gak
kepikiran loh ternyata aku bisa nari, tapi
disini ternyata bisa dan akhirnya bisa
ngajarin juga..
3. Bagaimana perasaan anda setelah
mengikuti program tersebut?
Seneng ya pastinya.. yang tadinya gak bisa
nari jadi bisa nari.. yang aku tadinya males-
malesan jadi bisa belajar aku dulu dong
Page 210
yang harus bisa.. baru bisa ngajarin ke yang
kecil gitu..
4. Bagaimana kesan anda terhadap
pengajar atau pelatih program?
Enak sih diajarin sama kakak-kakaknya..
gak terlalu bertele-tele gitu misalkan kita
mau belajar ini.. kakaknya tuh langsung
ngasihtau oh ini loh intinya.. jadi gak ribet
kayak disekolahan, nah kalau kakak-
kakaknya tuh simpel kalo ngajarin
5. Kebutuhan apa saja yang belum
terpenuhi pada program tersebut?
Sanggar tari, kostum, sama peralatan make
up..
C. Evaluasi Proses
1. Hari apa dan pukul berapa
kegiatan pelatihan keterampilan
seni tari ini dilakukan?
Setiap sabtu siang dan sore
2. Bagaimana suasana belajar atau
suasana latihannya?
Karena kita latihannya di panggung
apresiasi jadi ya suasananya kalau siang itu
panas tapi tetep sejuk sih karena kan banyak
pohon..
3. Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk berlatih
perkusi?
Kurang lebih satu jam
4. Hambatan apa saja yang dirasakan
selama proses latihan?
Dari cuaca sih kak.. karna kita latihan di
outdoor jadi kalau hujan ya harus pindah ke
saung aja karna kita gak ada sanggar..
5. Apa yang anda dapatkan selama
proses latihan?
keahlian nari terutama untuk gerakan tarian
aku banyak dapet pelajaran..
D. Evaluasi Produk/Hasil
1. Pengalaman/prestasi apa saja
yang sudah pernah anda dapat
dari seni tari di anaklangit ini?
Kalo prestasi kita belum ada.. cuma
perform-perform aja.. dan yang paling gede
tuh performnya diacara yang diadain dari
PT gitu.. tapi biasanya kita sih tampil
diacara kayak penyambutan siapa gitu.. di
universitas juga udah banyak..
2. Perubahan perilaku seperti apa
yang anda rasakan setelah
mengikuti program di anaklangit?
Aku jadi lebih rajin dan mandiri kak. Aku
belajar sesuatu pasti dimulai dari diri aku
dulu baru akan nularin ke temen-temen atau
adik-adiknya..
Page 211
3. Manfaat apa yang anda peroleh
setelah mengikuti program
tersebut?
Jadi semenjak ikut tari.. kita bisa tampil
diluaran gitu loh banyak.. jadi tadinya aku
kan cuma main disini-sini aja, tapi terusnya
karna ikut seni tari ini bisa berani tampil di
Mall-mall.. perform disana, dapet ilmu,
dapet pengalaman juga.. bangga sih jadinya,
belom tentu kan anak-anak lain bisa kaya
aku…
4. Apakah kedepannya anda akan
terus mengikuti program tersebut?
Insya Allah kalau gak ada halangan aku
bakal ikut terus kok di anaklangit
5. Apa harapan anda kedepan untuk
Yayasan Keluarga Anaklangit ini?
Anaklangit supaya lebih maju dan bisa lebih
dikenal lagi sama masyarakat luas..
Page 212
TRANSKRIP OBSERVASI
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
No. Subyek
Observasi
Tanggal
Observasi
Hasil Observasi
A. Konteks
1. Kegiatan
pendidikan non
formal yang ada
di Yayasan
Keluarga
Anaklangit
23 Januari 2016 Hari ini peneliti mengobservasi kegiatan-kegiatan
apa saja yang ada di Rumah Belajar Yayasan
Anaklangit. Pada saat peneliti datang pada pukul
11.00 WIB terlihat anak-anak sedang bermain di
halaman dekat panggung apresiasi. Di sana ada
fasilitas bermain seperti ayunan dan perosotan.
Ada juga anak yang sedang bermain sepeda
mengitari panggung dan halaman. Suasana sejuk
terasa karena banyak pohon yang rindang yang
tumbuh di halaman, serta angin yang berhembus
dari sungai menambah kesejukan meskipun saat
ini adalah siang hari, anak-anak merasa nyaman
bermain di halaman. Kemudian pada jam 12.00
WIB peneliti melihat beberapa anak ingin
melaksanakan shalat dzuhur berjamaah. Setelah
itu pada pukul 12.30 WIB anak-anak perempuan
melakukan kegiatan pelatihan seni tari yang
dilakukan di panggung apresiasi. Ada beberapa
anak yang sudah pulang sekolah datang ke
anaklangit, memberi salam dan menyapa.
Kemudian setelah berbincang-bincang sebentar,
mereka menaruh tas sekolahnya di ruang paud
lalu kemudian bergabung untuk berlatih musik
perkusi dengan yang lain. Kegiatan yang peneliti
observasi pada hari ini hanyalah seni tari dan
perkusi. Sedangkan untuk recycle robotic, peneliti
hanya melihat barang-barang hasil recycle yang
ada di galeri. Hasil recycle tersebut antara lain
kaleng bekas yang diubah menjadi beberapa
action figure dan kardus-kardus bekas diubah
menjadi kostum robot. Namun sayangnya pada
hari ini peneliti tidak dapat melihat langsung
kegiatan recycle robotic karena belum ada bahan-
bahan yang tersedia sehingga kegiatan recycle
pun belum dimulai.
Page 213
B. Input
1. Fasilitas sarana
dan prasarana
dalam program
pendidikan non
formal
khususnya
keterampilan
seni
4 Mei 2016 Pada hari ini peneliti datang ke Yayasan Keluarga
Anaklangit pada pukul 10.00 WIB, peneliti
disambut oleh beberapa anak yang sedang
bermain di halaman dan mereka menghampiri
peneliti dan bersalaman dengan peneliti sambil
satu per satu mengucapkan salam. Peneliti
kemudian mengajak mereka untuk berkenalan
dengan peneliti. Selanjutnya setelah mengobrol
sebentar dengan anak-anak, peneliti kemudian
berjalan-jalan mengitari komplek rumah belajar.
Terlihat hanya ada beberapa anak-anak kecil yang
sedang bermain di halaman maupun di saung, dan
sisanya sedang bersekolah. Peneliti melihat bahwa
anaklangit memiliki beberapa fasilitas diantaranya
adalah ruang kelas, perpustakaan, kantor, dan
galeri yang berada pada satu rangkaian bangunan
permanen dan semi permanen bertingkat dua,
selanjutnya ada panggung apresiasi seni yang ada
di halaman depan, kemudian ada saung-saung
semi permanen yang terbuat dari kayu dan bambu
yang jumlahnya ada empat. Saung pertama adalah
saung putri yang digunakan untuk tempat privasi
anak didik putri, lalu saung kedua digunakan
sebagai musholla dan tempat menimba ilmu
agama, kemudian saung ketiga adalah saung tua
atau saung damai, terakhir adalah saung seni yang
digunakan untuk belajar. Peneliti mengamati
kondisi saung-saung ini sudah cukup lama dan
perlu mendapat perbaikan. Karena saung-saung
ini sangat menunjang proses belajar mengajar di
Yayasan Keluarga Anaklangit.
2. Keterjangkauan
lokasi
5 Mei 2016 Lokasi rumah belajar Yayasan Keluarga
Anaklangit yang melaksanakan program
pendidikan formal dan non formal bagi anak-anak
jalanan dan anak-anak kurang mampu berada di
Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Ilir,
Tangerang. Lokasinya persis berada di pinggiran
sungai Cisadane. Lokasi ini cukup strategis
karena berada di pinggir jalan utama/ jalan raya
dan dekat dengan kawasan pendidikan Cikokol.
Jika menggunakan kendaraan umum, anak didik
bisa langsung berhenti di dekat jembatan
Cisadane dan menuruni anak tangga disamping
jembatan untuk sampai di lokasi.
Page 214
C. Proses
1. Pelaksanaan
program
pendidikan non
formal yaitu
pelatihan
keterampilan
seni tari
Sabtu, 28 Mei
2016
Hari ini peneliti datang pada pukul 12.30 untuk
mengamati kegiatan seni tari yang dilaksanakan di
anaklangit. Saat peneliti datang, anak-anak tari
sudah berkumpul di panggung. Mula-mula
mereka melakukan pemanasan dibimbing oleh
Dita sebagai pelatih. Pemanasan ini dilakukan
bersama-sama baik itu yang masih anak-anak dan
remaja. Pemanasan ini dilakukan selama kurang
lebih lima belas menit dengan melakukan
gerakan-gerakan ringan. Setelah selesai barulah
giliran yang anak-anak latihan menari terlebih
dahulu. Mereka berlatih menari lagu suwe ora
jamu. Peneliti mengamati anak-anak ini sudah
pintar dan lincah dalam mengikuti gerakan-
gerakan tari yang diajarkan. Dari raut ekspresi
wajah yang keluar, mereka tampak senang belajar
seni tari di anaklangit ini. Kira-kira setelah 30
menit berlatih, mereka meminta istirahat terlebih
dahulu. Anak-anak ini kemudian segera
menghampiri tukang es yang sejak tadi menunggu
di halaman. Peneliti melihat bahwa latihan ini
dilakukan dengan santai dan fleksibel. Setelah
selesai istirahat mereka kemudian berlatih lagi
sampai selesai. Kemudian dilanjutkan oleh anak
usia remaja yang menarikan tari lenggang dan tari
sipatokaan. Meskipun mereka latihan hanya
dengan menggunakan kain atau selendang saja,
tetapi keahlian menari yang dimiliki tidak kalah
dengan anak-anak yang ada di sanggar-sanggar
tari. Mereka berlatih dengan menggunakan sound
speaker yang sudah tersedia. Latihan ini
berlangsung kira-kira hampir dua jam.
2. Pelaksanaan
program
pendidikan non
formal yaitu
pelatihan
keterampilan
musik perkusi
Sabtu, 28 Mei
2016
Setelah pelatihan keterampilan seni tari selesai,
kemudian dilanjutkan dengan pelatihan
keterampilan musik perkusi. Mayoritas perkusi ini
diikuti oleh anak laki-laki, namun ada juga
beberapa anak perempuan yang mengikuti perkusi
ini. Barang-barang yang dipakai untuk perkusi ini
adalah barang-barang bekas yang mudah ditemui
di lingkungan sekitar seperti galon bekas, tong
sampah plastik, drum-drum, panci bekas, peralon
air, dsb. Alat-alat ini dimodifikasi sedemikian
rupa hingga terlihat menarik dan menghasilkan
bunyi yang bagus. Anak-anak perkusi ini sudah
Page 215
terlatih dan hafal ketukan irama dan ritme-ritme
dari musik yang dibawakan. Hentakan tongkat
kayu yang ditabuhkan ke drum, tong atau galon
membuat penonton yang melihat ikut
bersemangat dan menikmati musik perkusi ini.
Tak jarang togkat kayu sebagai alat pemukul ini
sering patah karena sering dipakai dengan keras
dan bersemangat. Terkadang anak-anak latihan
tanpa diajari lagi oleh kakak-kakak relawan
karena mereka sudah hafal dengan musik yang
dimainkan. Latihan perkusi ini dilakukan selama
kurang lebih satu jam.
3. Jadwal
pelaksanaan
kegiatan
keterampilan
seni tari dan
musik perkusi
Selama bulan Mei
sampai Juni
Program pendidikan non formal khususnya
keterampilan seni tari dan perkusi ini sudah
berjalan sesuai dengan jadwal. Selama peneliti
melakukan penelitian pada hari Sabtu, kegiatan
ini berjalan dengan sebagaimana mestinya. Anak-
anak datang tepat waktu, untuk seni tari dilakukan
pada pukul 12.30 sampai dengan 14.30.
Sedangkan perkusi dilakukan sore harinya atau
kadang dilakukan setelah selesai shalat Magrib
yaitu pukul 19.00 WIB.
D. Hasil
1. Perubahan
perilaku anak
didik
Selama bulan Mei
sampai Juni
Peneliti tidak bisa melihat perubahan pada diri
anak didik secara signifikan karena saat penelitian
ini dilakukan, anak-anak didik sudah bergabung
sejak lama di anaklangit sehingga peneliti tidak
mengetahui perilaku awal mereka. Namun selama
peneliti melakukan pengamatan, perilaku anak
didik di Yayasan Keluarga Anaklangit ini sangat
santun dan ramah terhadap peneliti. Mereka juga
tidak malu untuk menyapa atau mengobrol
dengan peneliti. Berdasarkan hasil observasi
peneliti terhadap anak didik yang menjadi
informan, mereka bertiga rajin bersekolah dan
tidak pernah membolos. Suatu hari saat peneliti
ingin melakukan wawancara kepada informan
sebelum mereka sekolah, dari rumah mereka telah
menggunakan seragam dan bersiap untuk ke
sekolah padahal saat itu masih pukul 10.00 pagi
dan sekolah dimulai pukul 13.00 WIB. Kemudian
peneliti juga sempat mengamati perilaku salah
satu informan yang tinggal di sekitar Yayasan
Keluarga Anaklangit, saat ia disuruh ibunya untuk
Page 216
mengambil air untuk memasak, anak ini langsung
mematuhi perintah ibunya. Hal ini menunjukkan
bahwa perilaku anak didik memang menjadi lebih
baik setelah bergabung di Yayasan Keluarga
Anaklangit.
Page 217
TRANSKRIP STUDI KEPUSTAKAAN
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL MELALUI RUMAH BELAJAR
BAGI ANAK JALANAN DI YAYASAN KELUARGA ANAKLANGIT
No. Dokumen Dokumen
terlampir
Dokumen
hanya dilihat
(tidak
dilampirkan)
Kesimpulan terhadap
dokumen
A. Konteks
1. Tujuan program
pendidikan non formal
- Tidak terlampir Tujuan program
pendidikan non formal
peneliti dapatkan dari
pengurus yayasan secara
langsung dengan
komunikasi verbal saat
wawancara.
2. Konteks/isi program
yang diberikan
Terlampir dalam
bentuk softcopy
- Program dan kegiatan
yang ada di Yayasan
Keluarga Anaklangit ini
terlampir dalam website
Keluarga Anaklangit.
Program tersebut
menyangkut pendidikan
anak, kesehatan anak dan
kesejahteraan anak.
B. Input
1. Data dan identitas
anak didik yang aktif
mengikuti program
Terlampir - Anak didik yang hingga
sekarang aktif mengikuti
program baik formal
maupun non formal saat
ini berjumlah 66 orang
dari usia 3 tahun sampai
dengan `18 tahun.
2. Proposal program
pendidikan non formal
- Tidak Terlampir Proposal program
pendidikan non formal
terdapat dalam proposal
besar seluruh program.
3. Profil Yayasan
Keluarga Anaklangit
Terlampir dalam
bentuk softcopy - Profil Yayasan Keluarga
Anaklangit terlampir di
website dan menjeleskan
tentang siapa keluarga
Page 218
anaklangit, apa fokus
keluarga anaklangit, dan
apa yang anaklangit
lakukan.
C. Proses
1. Daftar hadir anak
didik dalam program
seni tari dan perkusi
- Tidak terlampir Tingkat kehadiran anak
didik pada program seni
tari dan perkusi cukup
baik. Informasi ini peneliti
dapatkan langsung dari
pelatih saat wawancara.
Namun dari 66 orang yang
masih aktif, hanya
setengahnya yang
mengikuti kegiatan seni
tari dan perkusi.
2. Nama anak didik yang
mengikuti program
seni tari dan perkusi
Terlampir - Anak didik yang
mengikuti program seni
tari dan perkusi ini kurang
lebih berjumlah 29 orang
dari usia 3 tahun sampai
dengan 16 tahun.
D. Hasil
1. Laporan hasil
perkembangan Klien
- Tidak terlampir Peneliti mendapat laporan
hasil perkembangan anak
didik dari pengurus yang
mengungkapkannya
secara langsung saat
wawancara.
Page 219
DOKUMENTASI
Papan Nama di Pintu Masuk
Bangunan Kantor, Kelas dll.
Page 220
Kegiatan Seni Tari Tradisional oleh Anak Paud
Kegiatan Perkusi
Page 221
Wawancara Peneliti dengan Anak Didik
Wawancara Peneliti dengan Anak Didik
Page 222
Halaman Depan
Panggung Apresiasi Seni
Page 223
Anak Didik Sedang Bermain
Salah satu hasil karya Recycle Robotic
Page 224
DATA ANAK DIDIK
PROGRAM SENI TARI DAN MUSIK PERKUSI
No. Nama Andik Program
Seni Tari
Usia No. Nama Andik Program
Musik Perkusi
Usia
1. Tri Sekar Ayu 7 Tahun 1. Yogi Maulana 12 Tahun
2. Kesya Alzahra 7 Tahun 2. Cahyudi 13 Tahun
3. Meri Merdiani 8 Tahun 3. Casmadi 13 Tahun
4. Sela Hainur Rizki 8 Tahun 4. Muhammad Sofyan 13 Tahun
5. Ridhatulaisyi 9 Tahun 5. Muhammad Taufiq 13 Tahun
6. Dela Ameliana 10 Tahun 6. M. Ali Asyipa 13 Tahun
7. Amelia 12 Tahun 7. Aji Syaputra 14 Tahun
8. Amelia Fateha 13 Tahun 8. Ellisa Melinia 15 Tahun
9. Lisa Oktaviana 13 Tahun 9. Amanda Anggitasari 15 Tahun
10. Asriyani 14 Tahun 10. Oktavira 17 Tahun
11. Titi Sulastri 14 Tahun 11. M. Supriyadi 17 Tahun
12. Dessy Melinia 15 Tahun
13. Dita Agustina 15 Tahun
14. Fitru Yani 15 Tahun
15. Febry Aryanti 16 Tahun
116. Reva -
Page 225
Tempat Tanggal Lahir
1 Abid Aly Musyafah Tangerang 04 November 2010 L
2 Aditya Wijayanto Tangerang 13 Oktober 2012 L
3 Ahmad Dafa Ainnur Rofik Tangerang 14 April 2012 L
4 Ainun Askiatus Zahra Tangerang 03 Juni 2013 P
5 Cendri Tangerang 08 Juni 2013 P masih kecil, ibu tidak nganter
6 Chintya Putri Arifiyanti Semarang 10 Agustus 2010 P
7 Dicky Firmansyah Indramayu 21 Juni 2010 L
8 Fikri Maulana Padarincang 05 Oktober 2012 L
9 Hanipah Ramadani Tangerang 22 Agustus 2009 P
10 Ikhsan Ahmad Ramadhan Tangerang 25 Juli 2013 L jarang
11 Lesmana L orang tua pindah2 kontrakan
12 M. Hafizd Rabbani Tangerang 23 Januari 2014 L
13 Mohammad Vicky Elwansyah Tangerang 01 Januari 2012 L
14 Muhammad Sopian Tangerang 13 September 2011 L
15 Naila Khoiri Adzqia Indramayu 10 Oktober 2012 P
16 Nur Alif Maulana Tangerang 05 Maret 2013 L
17 Rama Subang 13 Oktober 2010 L
18 Syahrul Jidan Tangerang 02 April 2011 L
19 Talita Hasnah Humairah Tangerang 20 November 2010 P
1 Abdul Lutfi Zaidan Tangerang 07 Agustus 2009 L
2 Ahmad Zaki Sutha Tangerang 28 Oktober 2010 L
3 Alis(Alicia Fikri Wulandari) Karawang 18 Mei 2008 P
4 Aulia Fajarina Tangerang 15 Mei 2009 P
5 Teja Prasetya Tangerang 30 September 2009 L
6 Tri Sekar Ayu Tangerang 09 November 2009 P
Keterangan :
Andik laki-laki diberi warna hitam
Andik perempuan diberi warna biru
TK. A TK. B
15 3
6 3
21 6
Laki-laki
Perempuan
JUMLAH
KETERANGAN
DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016
PAUD CIKAL KLANGIT
TK
.AT
K. B
No Nama AndikKelahiran
L/P Kelas Keterangan
Page 226
Tempat Tanggal Lahir
1 Ali Munanjar Indramayu 06 Januari 2006 L III SDN 19 Tangerang
2 Amelia Tangerang 09 Mei 2004 P V SD Muhammadiyah
3 Amelia Fateha Tangerang 14 September 2003 P VI SD Muhammadiyah
4 Cahyudi Tangerang 02 Februari 2003 L III SD Muhammadiyah
5 Casmadi Tangerang 06 Maret 2003 L VI SD Muhammadiyah
6 Dela Ameliana Tangerang 27 Maret 2006 P III SDN 19 Tangerang
7 Eka Lestari Tangerang 17 Januari 2006 P III SD Muhammadiyah
8 Kesya Al Zahra Tangerang 01 Maret 2009 P I SD Muhammadiyah
9 Meri Merdiani Cianjur 28 Maret 2008 P I SD Muhammadiyah
10 Nengsih Tangerang 04 Desember 2003 P VI SDN 17 Tangerang
11 Nur Alifah Sutha Tangerang 29 Juli 2009 P III SDN 19 Tangerang
12 Rihadatulaisy Subang 02 Juli 2007 P III SDN 19 Tangerang
13 Sela Hainur Rizki Tangerang 20 Mei 2008 P III SDN 19 Tangerang
14 Urip Maulana Indramayu 28 Juni 2006 L III SDN 19 Tangerang
15 Wahyudi Tangerang 01 Januari 2008 L I SDN 19 Tangerang
16 Yogi Maulana Tangerang 25 April 2004 L IV SD Muhammadiyah
17 Muhammad Sofyan Tangerang 11 Juni 2003 L V SD Muhammadiyah
18 dwi P I SD Muhammadiyah
19 Muhammad taufik qurrahman L V SDN 19 Tangerang
20
Keterangan :
Andik laki-laki diberi warna hitam
Andik perempuan diberi warna biru
Laki-laki 8
Perempuan 11
TOTAL 19
JUMLAH ANDIK
DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016
No Nama AndikKelahiran
L/P Kelas Sekolah Keterangan
SEKOLAH DASAR (SD)
Page 227
Tempat Tanggal Lahir
1 Amanda Anggita Sari Tangerang 08 Maret 2000 P I SMK Yuppentek 7 Tangerang
2 Elisa melinia Tangerang 03 Mei 2000 P I SMK Yuppentek 7 Tangerang
3 Upit indriyani P I SMK Yuppentek 7 Tangerang
4 Oke Oktavia P III SMK Bhakti Anindya LULUS
5 Lice yuni P III SMK Bhakti Anindya LULUS
6 Tuti Alawiyah Tangerang 10 April 2000 P I SMK PGRI 1 Tangerang
Keterangan :
Andik laki-laki diberi warna hitam
Andik perempuan diberi warna biru
JUMLAH
Laki-laki -
Perempuan 3
TOTAL 3
KETERANGAN
DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016
Sekolah Menengah Atas (SMA)
No Nama AndikKelahiran
L/P Kelas Sekolah Keterangan
Page 228
Tempat Tanggal Lahir
1 Aji Saputra L II SMPN 2 Tangerang
2 Asriyani Indramayu 25 September 2002 P I SMP PGRI 1 Tangerang
3 Dessy Melinia Tangerang 07 Desember 2001 P III SMP PGRI 1 Tangerang lanjut SMA
4 Dita Agustina Tangerang 03 Agustus 2001 P III MTSN 1 Tangerang lanjut SMA
5 febry Aryanti Brebes 19 Februari 2000 P III SMP PGRI 1 Tangerang lanjut SMA
6 Fitri Yani Garut 24 Desember 2001 P I SMP PGRI 1 Tangerang
7 Gilang Adjad Miko Jogjakarta 02 April 2003 L I SMP PGRI 1 Tangerang
8 Iwan Saputra Tangerang 13 November 2003 L I SMP PGRI 1 Tangerang
9 Lisa Oktaviana Tangerang 05 Oktober 2003 P I SMP PGRI 1 Tangerang
10 M. Supriyadi Tangerang 09 Maret 1999 L III SMP Syekh Yusuf lanjut SMA
11 Muhammad Ali Asyipa L I SMP PGRI 1 Tangerang
12 Wanda Nur Hamidah P III SMP PGRI 1 Tangerang lanjut SMA
13 Nurul Rahma Tangerang 21 November 2002 P I SMP PGRI 1 Tangerang
14 Oktavira Tangerang 10 Oktober 1999 P III SMP Dharma Siswa lanjut SMA
15 Titi sulastri Tangerang 04 Juni 2002 P II SMP Gemilang
16 Robil djaelani Gresik 28-Sep-01 L I SMP Garuda
17 Neng Anjarwati P III SMP AL Husna lanjut SMA
Keterangan :
Andik laki-laki diberi warna hitam
Andik perempuan diberi warna biru
JUMLAH
Laki-laki 6
Perempuan 11
TOTAL 17
KETERANGAN
DATA ANDIK TAHUN AJARAN 2015 - 2016
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
No Nama AndikKelahiran
L/P Kelas Sekolah Keterangan