EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS KELAINAN HEMATOLOGI PADA KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2008 ( Kajian Anemia, Trombositopenia dan Netropenia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Yosafat Reno Ogata NIM : 068114009 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
104
Embed
EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS KELAINAN … · EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS KELAINAN HEMATOLOGI PADA KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2008 ( Kajian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS KELAINAN HEMATOLOGI
PADA KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr.SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2008
( Kajian Anemia, Trombositopenia dan Netropenia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Yosafat Reno Ogata
NIM : 068114009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS KELAINAN HEMATOLOGI
PADA KEMOTERAPI KANKER PARU-PARU DI RSUP Dr.SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2008
( Kajian Anemia, Trombositopenia dan Netropenia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Yosafat Reno Ogata
NIM : 068114009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN Life continues.... Be like fireworks, Enlighten the dark sky and turn everyone’s emotion into happiness You form the pattern of you. Make yourself beautiful and people will stare amazingly to you, Because, life is too short for fireworks…
_Enjoy life, because life is phenomenal It’s a magnificent trip_
Kupersembahkan karyaku ini untuk : Tuhan Yesus Kristus... Papah dan mamah tercinta... Adek tersayang... Almamaterku...
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,
rahmat, tuntunan serta penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Evaluasi Penatalaksanaan Kasus Kelainan
Hematologi Pada Kemoterapi Kanker Paru-Paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
Tahun 2008”. Sripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan, doa, saran dan motivasi hingga
terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :
1. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito.
2. Bapak dan Ibu di Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta yang
telah membantu kelancaran proses pengambilan data.
3. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing dan penguji yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati , M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu dr.Fenty, M.Kes., SP.PK selaku dosen penguji yang telah memberikan
vii
saran demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Papa dan mamaku tercinta atas kasih sayang, doa, dan motivasi yang telah
diberikan.
7. Adekku tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan.
8. Sita, teman seperjuangan yang telah memberikan saran, motivasi dan
kebersamaan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
9. Ina yang telah memberikan dukungan, doa dan perhatian selama ini.
10. Alfa dan Bagas yang telah memberikan saran, motivasi dan kebersamaannya
12. Winny, Yuni dan Switi atas persahabatan dan dukungan selama ini.
13. Teman-teman FKK 2006 atas kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Yogyakarta, 13 Januari 2010
Penulis
viii
INTISARI
Kemoterapi merupakan salah satu upaya pengobatan pada kanker. Penatalaksanaan kemoterapi pada pasien kanker paru-paru dapat menimbulkan beberapa efek samping diantaranya adalah kelainan hematologi seperti anemia, trombositopenia dan netropenia. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai profil pasien kanker paru-paru yang meliputi umur, stadium, penyakit penyerta dan riwayat merokok, profil pengobatan pada pasien kanker paru yang meliputi kelas terapi, golongan dan jenis obat, adanya DRPs dan dampak pasien kanker paru –paru yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito tahun 2008 setelah menjalani perawatan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif dan menggunakan metode retrospektif. Bahan penelitian menggunakan data rekam medik pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 26 kasus kelainan hematologi, paling banyak pada usia 60-69 tahun dengan persentase 53%, dan pada stadium IV dengan persentase 49%. Terdapat 3 kasus hipertensi sebagai penyakit penyerta dan persentase merokok 7,7%. Dari 26 kasus kelainan hematologi ditemukan 4 kasus DRPs yang meliputi 3 kasus butuh tambahan terapi, dan 1 kasus obat tidak tepat/salah. Dampak pasien kanker paru-paru setelah menjalani perawatan yaitu belum sembuh 11,5% dan membaik 88,5%.
Kata kunci : kanker paru, anemia, trombositopenia, netropenia, DRPs
x
ABSTRACT
Chemotherapy is one of the efforts in cancer treatments. Chemotherapy treatments to lungs cancer patients may cause some effects. One of them is hematology abnormality like anemia thrombocytopenia, and netropenia. This research will discuss the profile of lungs cancer patients covering the age, stadium, other disease, and smoking history, the profile of treatments to lungs cancer patients covering therapy classes, groups, and medicines, DRPs possibility and the effects to lungs cancer patients who were taken care in RSUP Dr. Sardjito in 2008 after the treatments. This research is a non-experimental research which used descriptive-evaluative framework and employed retrospective methods. The research material was medical record data of lungs cancer patients in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in 2008. The result shows that from 26 cases of hematology abnormality, the highest population occurs in patients which the ages ranges from 60-69 years old with the total of percentage reaches 53%. From 26 cases, 46% were classified in the fourth stadium. The result also shows 3 hypertension cases as following disease and percentage of smoking 7,7%. From 26 cases of hematology abnormality, the researcher found 4 DRPs cases which show 3 cases which need for additional drug, and 1 case of wrong drug. The effects to the patients after treatments are 11,5% patients were not recover yet and 88,5% patients were getting better. Keywords: lungs cancer, anemia, thrombocytopenia, netropenia, DRPs
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... ix
INTISARI ........................................................................................................ x
ABSTRACT .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I PENGANTAR....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
Lampiran 2. Tabel evaluasi Drug Related Problems .................................. 80
Lampiran 3. Daftar komposisi obat yang digunakan pada kasus
kemoterapi kanker paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2008 ............................................................................... 83
Lampiran 4. Laporan 10 Besar Diagnosa di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. 84
xix
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel
yang berada di dalam paru-paru. Secara umum kanker paru-paru dibedakan
menjadi 2 yaitu Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non Small Cell Lung
Cancer (NSCLC). American Cancer Society memperkirakan di Amerika Serikat
pada tahun 2009 terdapat sekitar 219.440 kasus baru dari kanker paru-paru
(116.090 di antara laki-laki dan 103.350 di antara wanita) dan akan ada sekitar
159.390 kematian akibat kanker paru-paru (88.900 di antara laki-laki dan 70.490
di antara wanita).
Pengobatan pada penyakit kanker paru-paru dapat dilakukan dengan cara
operasi, kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi antara radioterapi dengan
kemoterapi. Kemoterapi pada pengobatan kanker dapat membunuh sel kanker
termasuk sel darah sehingga dapat menurunkan tingkat sel darah merah yang
menyebabkan anemia (Anonim, 2006). Pada penatalaksanaan kemoterapi, obat-
obat sitostatika mempunyai indeks terapi yang sempit dan tidak hanya menyerang
sel-sel kanker saja tetapi dapat menyerang sel-sel tubuh normal yang sifatnya
cepat membelah. Salah satu efek dari obat sitostatika ini adalah terganggunya
sistem hemopoetik yang diketahui dengan menurunnya jumlah sel darah di dalam
tubuh. Penurunan jumlah sel darah ini dapat berupa penurunan jumlah sel darah
merah, sel darah putih, dan sel trombosit. Anemia adalah keadaan dimana jumlah
1
2
sel darah merah atau jumlah sel hemoglobin dalam sel darah merah dibawah
normal. Dampak dari anemia menyebabkan rasa lelah pada pasien kanker, hal ini
akan memperburuk kualitas hidup pasien. Penurunan sel darah putih terutama
netrofil (netropenia) akan melumpuhkan respon imun sehingga mikroorganisme
dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
Penurunan jumlah sel trombosit akan meningkatkan resiko terjadinya pendarahan.
Berdasarkan uraian tersebut kondisi ini menarik untuk diteliti. Penelitian
ini ditekankan pada evaluasi penatalaksanaan anemia, trombositopenia dan
netropenia sehingga penelitian ini berjudul ”Evaluasi Penalaksanaan Kasus
Kelainan Hematologi Pada Kemoterapi Kanker Paru-paru di RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta Tahun 2008 (Kajian Anemia, Trombositopenia dan Netropenia)”.
Penelitian ini mengambil tempat di RSUP Dr.Sardjito karena rumah sakit
ini merupakan rumah sakit rujukan dari rumah sakit lain dan RSUP Dr.Sardjito
mempunyai pelayanan spesialis kanker terpadu sehingga terdapat kemungkinan
lebih banyak kasus yang terjadi.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana profil pasien kanker paru-paru yang mengalami kelainan
hematologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi
umur, stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok?
3
b. Bagaimana profil pengobatan pada pasien kanker paru-paru yang
mengalami kelainan hematologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008 yang meliputi kelas terapi, golongan dan jenis obat?
c. Apakah ada DRPs yang meliputi :
(1). Penggunaan obat tidak perlu (unnecessary drug)
(2). Butuh tambahan obat (need for additional drug)
(3). Penggunaan obat tidak tepat/salah (wrong drug)
(4). Dosis terlalu tinggi (dosage too high)
(5). Dosis terlalu rendah (dosage too low)
(6). Interaksi antar obat (adverse drug reaction)
d. Bagaimana dampak pasien kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008 setelah menjalani perawatan?
2. Keaslian Karya
Penelitian ini merupakan penelitian hasil karya penulis sendiri dan bukan
hasil plagiat dari penelitian orang lain. Sejauh ini penelitian mengenai evaluasi
penatalaksanaan kelainan hematologi pada pasien kanker paru-paru belum pernah
diteliti. Penelitian serupa mengenai kelainan hematologi pernah dilakukan oleh
Antyaning (2007) dan Winarti (2005). Penelitian yang dilakukan Antyaning
adalah Evaluasi Penatalaksanaan Kelainan Hematologi Pasca Kemoterapi Pada
Pasien Kanker Payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005
sedangkan penelitian yang dilakukan Winarti adalah Evaluasi Penatalaksanaan
Netropenia dan Anemia Pada Kasus Kanker Leher Rahim di Rumah Sakit Panti
4
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2004. Perbedaan dengan kedua penelitian
sebelumnya terletak pada jenis kanker yang diteliti dan tahun penelitian.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pendukung dalam proses terapi pada pasien kanker paru-paru di RSUP Dr.
Sardjito sehingga mutu pelayanan yang diberikan akan semakin meningkat.
b. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi khususnya
kerasionalan penatalaksanaan kelainan hematologi dalam proses terapi pada
pasien kanker paru-paru.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan kasus
kelainan hematologi pada kemoterapi kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta pada tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil pasien kanker paru-paru yang mengalami kelainan
hematologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 yang meliputi
umur, stadium, penyakit penyerta, dan riwayat merokok.
b. Mengetahui profil pengobatan pada pasien kanker paru-paru yang
mengalami kelainan hematologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun
2008 yang meliputi kelas terapi, golongan dan jenis obat.
5
c. Mengetahui adanya DRPs yang meliputi :
(1). Penggunaan obat tidak perlu (unnecessary drug)
(2). Butuh tambahan obat (need for additional drug)
(3). Penggunaan obat tidak tepat/salah (wrong drug)
(4). Dosis terlalu tinggi (dosage too high)
(5). Dosis terlalu rendah (dosage too low)
(6). Interaksi antar obat (adverse drug reaction)
d. Mengetahui dampak pasien kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta tahun 2008 setelah menjalani perawatan.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker Paru-paru
1. Anatomi dan Fisiologi Paru-paru
Gambar 1. Paru-paru (Anonim, 2007)
Paru-paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan
(respirasi) yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik
napas, melalui saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong
udara) O2 akan ditranfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir antara
lain sel sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel sel di berbagai organ tubuh lain
sebagai energi dalam proses metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah
metabolisme maka sisa-sisa metabolisme itu terutama karbondioksida (CO2) akan
6
7
dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas melalui paru-paru pada saat
membuang napas (Syahruddin, 2006).
2. Definisi kanker paru-paru
Dalam keadaan normal sel akan tumbuh sesuai kebutuhan tubuh dengan
melalui tahapan tahapan dalam prosesnya. Mekanisme itu penting sebagai
pengganti sel-sel tubuh yang rusak dan perlu peremajaan. Pertumbuhan sel yang
berjalan dalam beberapa tahapan dan dikontrol oleh gen (pembawa informasi)
yang sebagian bertindak sebagai pemicu, penghambat pertumbuhan dan gen
pengkontrol proses lain dalam sel agar berjalan baik. Gangguan pada gen atau
proses pertumbuhan itu dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada
beberapa kondisi tidak semua gangguan itu berkembang cepat namun dapat
berhenti sebelum berubah menjadi ganas itulah yang dikenal dengan tumor jinak.
Jika gangguan itu lebih berat dan gangguan pertumbuhan berlangsung terus dan
menyebar ke tempat lain (metastasis) disebut dengan tumor ganas atau kanker
(Syahruddin, 2006).
Kanker paru-paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di
paru-paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan
metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru-paru adalah tumor yang
tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain.
Definisi khusus untuk kanker paru-paru primer yakni tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus (Syahruddin, 2006).
8
3. Epidemiologi
Kanker paru-paru merupakan penyebab paling banyak untuk kematian-
kematian yang disebabkan kanker pada pria dan wanita di seluruh dunia. The
American Cancer Society memperkirakan bahwa 213.380 kasus-kasus baru
kanker paru-paru di Amerika akan didiagnosis dan 160.390 kematian-kematian
yang disebabkan kanker paru-paru akan terjadi pada tahun 2007. Kanker paru-
paru sebagian besar adalah suatu penyakit dari orang tua, hampir 70% dari orang-
orang yang terdiagnosis dengan kondisi ini adalah berumur di atas 65 tahun,
dimana kurang dari 3% kasus-kasus terjadi pada orang-orang di bawah umur 45
tahun (Anonim, 2008a).
4. Etiologi
Paparan atau inhalasi yang berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain
sepeti kekebalan tubuh, genetik. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok
yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru-paru, 1 dari 9 perokok
berat akan menderita kanker paru-paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok
selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru-paru dua kali
lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar dan perempuan yang hidup dengan
pasangan perokok akan terkena resiko kanker paru-paru 2-3 kali lipat.
Diperkirakan 25% kanker paru-paru dari bukan perokok adalah berasal dari
perokok pasif (Sudoyo, 2006).
Merokok menyebabkan sampai 40 kali lipat peningkatan untuk mengalami
resiko karsinoma paru bronkogenik dibandingkan dengan bukan perokok yang
9
memiliki resiko seumur hidup kurang dari 1%. Resiko terkait pajanan diukur
dalam bungkus-tahun. Berhenti merokok akan menurunkan resiko tersebut seiring
berjalannya waktu, bekas perokok memiliki resiko dua kali lipat menderita kanker
paru-paru daripada mereka yang tidak pernah merokok (Jeremy, 2002).
Kanker paru-paru disebabkan oleh paparan zat-zat karsinogen melalui
rokok. Kecepatan kematian akibat kanker paru-paru berhubungan dengan jumlah
rokok yang dihisap, resiko akan meningkat 60-70 kali lipat pada orang laki-laki
dewasa yang merokok 2 bungkus per hari selama 20 tahun dibandingkan dengan
orang yang tidak merokok (Minna, 2001).
5. Tanda dan gejala
Gejala dari kanker paru-paru bervariasi tergantung dari banyak faktor
termasuk tipe dari sel kanker tersebut. Penyebaran yang langsung dari tumor
menuju jaringan yang ada didekatnya dan metastasis yang tidak langsung melalui
darah, sekresi hormon dan agen lain dari tumor (Harman, 2002). Gejala kanker
paru-paru tergantung kepada jenis, lokasi dan cara penyebarannya. Gejala kanker
paru-paru yaitu batuk dengan atau tanpa dahak, sesak nafas, nafas pendek, suara
serak, nyeri pada bagian dada, suara serak dan timbul bunyi saat bernafas
(Syahruddin, 2006).
6. Klasifikasi dan stadium
Penentuan stadium merupakan penilaian luasnya tumor, dan sebagian
besar menentukan pemilihan pengobatan dan prognosis. Sistem penentuan
stadium yang berbeda digunakan untuk kanker Small Cell dan Non Small Cell.
Kanker Small Cell ditentukan stadiumnya sebagai penyakit terbatas atau penyakit
10
luas. Penentuan stadium kanker Non Small Cell didasarkan pada sistem klasifikasi
tumor (T), nodus (N), dan metastatis (M).
Tabel I. Klasifikasi Stadium Kanker Paru-paru Stadium TNM
IA IB IIA IIB IIIA IIIB IV
T1 N0 M0 T2 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 T3 N0 M0 T1-2-3 N2 M0 T4 N0-1-2-3 M0 T1-2-3-4 N3 M0 Any T any N M1
T : Tumor Primer T0 Tidak ada bukti tumor primer Tx 1). Tumor terbukti ganas didapat dari sekret bronkopulmoner, tapi tidak
terlihat secara bronkoskopis dan radiologis. 2). Tumor tidak bisa dinilai pada staging retreatment
Tis carcinoma in situ (pre invasive carcinoma), kanker hanya ada di daerah dimana tumor mulai dan belum menyebar ke jaringan
T1 tumor, diameter <3cm T2 tumor, diameter >3cm atau terdapat ateleksitas pada distal hilus T3 tumor ukuran apapun meluas ke pleura, dinding dada, diafragma,
perikardium, < 2 cm dari carina, terdapat atelektasis total T4 tumor ukuran apapun invasi ke mediastinum atau terdapat efusi pleura
malignan N : Kelenjar getah bening regional (KGB) Daerah NX kelenjar getah bening tidak dapat dinilai N0 tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat N1 metastatis KGB bronkopulmoner atau ipsilateral hilus N2 metastatis KGB mediastinal atas sub carina N3 metastatis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGB skaleneus
atau supraklavikular M : Metastasis MX Kanker menyebar tidak dapat dinilai M0 tidak ada metastatis jinak M1 metastatis jinak pada organ (otak, hati) (Minna, 2001)
11
7. Diagnosis
Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan
kunci dari diagnosis yang tepat. Beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien
yang diduga mengidap kanker paru-paru yaitu faktor umur, kebiasaan merokok,
terpapar zat karsinogen, dan adanya riwayat kanker dalam keluarga (Sudoyo,
2006).
Suatu tanda dan gejala pada kanker paru-paru dapat ditegakkan dengan
test diagnostic yang sesuai. Test diagnostik tersebut antara lain Sinar X pada
rongga dada, CT scan dan Positron Emission Tomography (PET). Sinar X pada
rongga dada merupakan metode utama dalam mendeteksi kanker paru-paru dan
juga digunakan untuk mengukur ukuran tumor, pembesaran kelenjar getah bening
dan membantu mendeteksi adanya penyebaran tumor (Dipiro, 2005).
8. Prognosis
Pada small cell lung cancer (SCLC) dengan adanya perubahan terapi 15
tahun kebelakang ini, kemungkinan hidup rata-rata meningkat dari < 3 bulan
menjadi 1 tahun, 30% meninggal karena komplikasi lokal dari tumor dan 50%
bermestatasis ke otak. Pada pasien non small cell lung cancer (NSCLC) dengan
jenis karsinoma skuamosa kemungkinan hidup 5 tahun setelah operasi adalah 30%
(Sudoyo, 2006).
B. Kemoterapi dan Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu tindakan dalam pengobatan kanker menggunakan
obat-obat antikanker. Senyawa kemoterapi merupakan senyawa yang manjur,
namun berpotensi memberikan efek yang merugikan. Toksisitas dan efek
12
sampingnya sering menimbulkan kerusakan pada pembelahan sel. Sel itu sangat
mudah diserang sehingga kecepatan pembelahan selnya terganggu, sel tersebut
ditemukan dalam sumsum tulang, folikel rambut, dan gastrointestinal (Berkery,
1997). Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker.
Banyak obat yang digunakan dalam kemoterapi. Kemoterapi dapat diberikan
dengan cara infus, suntikan langsung (otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara
diminum (tablet/kapsul). Jenis dan jangka waktu kemoterapi tergantung pada jenis
kanker dan obat yang digunakan.
Efek samping kemoterapi yang sering terjadi adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang dan kerontokan rambut (Sudoyo, 2006). Efek samping
dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah
pengobatan.
C. Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume padat sel darah merah (hematokrit) per seratus
millimeter darah kurang dari normal (Price, 1995). Reduksi sementara jumlah sel-
sel darah merah yang bersirkulasi dan kadar hemoglobin yang disebabkan oleh
destruksi sel selama kemoterapi, mengarah pada hipoksis jaringan karena
kerusakan kapasitas pembawa oksigen (Price, 1995). Sel darah merah terdiri dari
hemoglobin dan hematokrit. Kadar hemoglobin (Hb) normal 12-16 g/dl dan
hematokrit sebesar 37%-48% untuk wanita, sedangkan untuk pria kadar
13
hemoglobin (Hb) normal 13-18 g/dl dan hematokrit sebesar 42%-52% (Tietze,
2004).
2. Penyebab
Anemia dapat terjadi akibat efek langsung dari kanker ataupun efek
samping dari penggunaan obat-obat sitostatika. Kanker yang bermestatasis atau
yang mempengaruhi sumsum tulang langsung dapat mempengaruhi sumsum
tulang untuk memproduksi sel darah merah. Gejala yang terjadi pada pasien yang
mengalami anemia adalah kelelahan, sakit kepala, pucat, kesulitan bernafas,
denyut jantung cepat dan tidak teratur.
3. Penanganan
Jika level hemoglobin yang rendah maka dapat ditingkatkan dengan cara
pemberian tranfusi darah atau dengan pemberian eritropoetin. Untuk mendukung
eritropoesis maka dilakukan terapi zat besi tambahan. Pemberian tranfusi darah
mampu menaikan kadar hemoglobin secara cepat (Anonim, 2006).
D. Trombositopenia
1. Pengertian
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditandai oleh
adanya penurunan jumlah trombosit dalam darah perifer. Hal ini bisa disebabkan
oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam produksi trombosit yang memadai
dan peningkatan destruksi trombosit perifer atau sekuestrasi trombosit dalam
limpa. Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
14
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal.
2. Penyebab
Beberapa jenis kemoterapi dapat merusak sumsum tulang sehingga
sumsum tulang tidak dapat memproduksi platelet. Trombositopenia yang
disebakan oleh obat sitostatika biasanya hanya bersifat sementara. Obat-obat lain
juga dapat menurunkan jumlah platelet. Meskipun jarang, trombositopenia dapat
terjadi jika kanker lainnya seperti kanker prosat atau kanker payudara menyebar
menuju ke sumsum tulang (Anonim, 2009a).
3. Penanganan
Orang yang mengalami masalah trombositopenia dapat diberikan tranfusi
platelet, beberapa pasien yang menerima kemoterapi dapat diberikan obat yang
disebut oprelvekin (neumega) untuk membantu mencegah trombositopenia berat
(Anonim, 2009a).
E. Netropenia
1. Pengertian
Pertahanan melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau sel
darah putih. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10000
per mm3. Jika jumlah sel darah putih di bawah normal, maka berpotensi terjadi
netropenia karena sebagian besar isi sel darah putih adalah netrofil. Lima jenis sel
darah putih yang diidentifikasi dalam darah perifer adalah netrofil, eosinifil,
basofil, monosit dan limfosit. Netropenia menyatakan penurunan jumlah absolut
netrofil, peranan netrofil untuk pertahanan hospes, maka jumlah netrofil yang
15
kurang dari 1000/mm3 mempengaruhi individu terhadap infeksi (Price,1995).
Netropenia adalah kondisi dimana jumlah dari netrofil dalam aliran darah
berkurang. Netrofil adalah tipe dari sel darah putih juga dikenal sebagai
polymorphonuclear leucocytes atau PMNs. Netropenia mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi-infeksi (Anonim, 2008b).
2. Penyebab
Netropenia mungkin timbul sebagai akibat dari banyak kondisi-kondisi
medis:
a. Infeksi-infeksi (lebih umum infeksi-infeksi virus, namun juga infeksi-
infeksi bakteri atau parasit). Misalnya HIV, tuberculosis, malaria, Epstein
Barr Virus (EBV).
b. Obat-obat yang merusak sumsum tulang (bone marrow) atau netrofil,
termasuk kemoterapi kanker.
c. Kekurangan vitamin (anemia megaloblastik yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12 dan/atau folate).
d. Penyakit-penyakit sumsum tulang seperti leukemia, myelodysplastic
syndrome, aplastic anemia, myelofibrosis.
e. Terapi radiasi.
f. Penyakit-penyakit bawaan (sejak lahir) dari fungsi sumsum tulang atau
dari produksi netrofil. Contohnya Kostmann syndrome.
g. Penghancuran autoimun dari netrofil (sebagai kondisi primer atau
berhubungan dengan penyakit lain seperti Felty's syndrome) atau dari
obat-obat yang menstimulasi sistem imun untuk menyerang sel-sel.
Obat-obat kemoterapi mempunyai indeks terapi yang sempit dan dapat
menimbulkan efek samping seperti mual,muntah, rambut rontok, diare, dan
supresi sumsum tulang. Maka dari itu perlu diperhatikan beberapa hal sebelum
merencanakan kemoterapi, antara lain regimen pengobatan, dosis, cara pemberian
dan jadwal pemberian. Jenis obat kemoterapi yang paling digunakan adalah
carboplatin, terdapat 14 kasus yang menggunakan obat ini dengan persentase
53,8%. Total frekuensi penggunaan obat kemoterapi sebesar 47.
8. Vitamin dan mineral
Tabel X. Golongan dan jenis vitamin dan mineral pada kasus kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito tahun 2008
Persentase No Golongan obat Jenis obat Frekuensi (%) 1 Elektrolit dan atau mineral Kalium klorida 1 3,8 2 Vitamin B kompleks/
dengan vitamin C Grahabion ® Neurodex ®
1 1
Vitamin B6 1
3,8 3,8 3,8
35
Pemberian vitamin dibutuhkan untuk memelihara metabolisme,
pertumbuhan dan pemeliharaan normal pada pasien kanker paru-paru. Jenis-jenis
vitamin yang paling banyak digunakan dari golongan vitamin B kompleks dan
vitamin C.
9. Nutrisi
Pasien kanker paru sangat rentan mengalami malnutrisi karena nafsu
makan menurun tetapi kebutuhan nutrisi di dalam tubuh meningkat. Malnutrisi
dapat mempengaruhi hasil pengobatan dan juga dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena itu pasien kanker perlu mendapat tambahan nutrisi untuk
memperbaiki kondisi tubuh.
Tabel XI. Golongan dan jenis nutrisi pada kasus kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito tahun 2008 Persentase No Golongan obat Jenis obat Frekuensi
(%) 1 Suplemen & terapi
penunjang Coenzim Q10 4
2 15,4 7,7 Fucoidan
10. Lain-lain
Larutan intravena yang paling banyak digunakan adalah packed red cell
(PRC) dengan persentase 57,7%. PRC mengandung eritrosit dan sel-sel darah
lainnya. Indikasi pemakaian untuk menaikan kapasitas angkut oksigen pada
anemia yang tidak dapat dikoreksi dengan obat-obat hematinik atau dalam
kondisi hemoglobin perlu dinaikan dengan segera.
Tabel XII. Golongan dan jenis lain-lain pada kasus kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito tahun 2008
Persentase No Golongan obat Jenis obat Frekuensi
(%) 1 Larutan intravena dan
larutan steril PRC 15 57,7
2 Sediaan tambahan Biobran ® 3 11,5
36
C. Evaluasi Penatalaksanaan Kelainan Hematologi
Berikut ini merupakan gambaran kejadian anemia, trombositopenia
dan netropenia pada pasien kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito
tahun 2008.
30,1%
2,4% 1,2%
0,0%5,0%
10,0%15,0%20,0%25,0%30,0%35,0%
Angka kejadian kelainan hematologi pada kemoterapi kanker paru-paru
AnemiaTrombositopeniaNetropenia
Gambar 6. Angka kejadian kelainan hematologi pada pasien kanker paru-paru yang menjalani
kemoterapi di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Dari data tersebut nampak angka kejadian anemia sebesar 30,1%, angka
kejadian trombositopenia sebesar 2,4% dan netropenia 1,2%.
Kelainan hematologi umumnya terjadi pada pasien kanker paru-paru yang
mendapatkan obat kemoterapi, hal ini merupakan efek samping dari obat-obat
kemoterapi yang bersifat menekan sumsum tulang. Adanya supresi sumsum
tulang ini akan menyebabkan produksi sel darah di dalam tubuh pasien kanker
tersebut berkurang dan akan mengalami anemia, trombositopenia dan netropenia.
Berikut ini disajikan tabel kejadian hematologi pasien kanker paru-paru pada saat
sebelum menerima kemoterapi dan sesudah menerima kemoterapi.
37
Tabel XIII. Kejadian hematologi pada kemoterapi kanker paru-paru
No Kelainan hematologi Pre Kemoterapi
Post Kemoterapi
1 Anemia - 2 Anemia Trombositopenia 3 Trombositopenia x 4 Anemia - 5 Anemia 6 Anemia x 7 Anemia - 8 Anemia 9 Anemia x 10 Anemia - 11 Anemia - 12 Anemia 13 Anemia x 14 Anemia x 15 Anemia - 16 Anemia 17 Anemia - 18 Anemia 19 Anemia x 20 Anemia 21 Anemia x 22 Anemia - 23 Anemia - 24 Anemia x 25 Anemia x 26 Anemia Netropenia -
Keterangan: = terjadi kelainan hematologi
x = tidak ada data lab
- = tidak terjadi kelainan hematologi
Dari tabel diketahui bahwa hampir seluruh kelainan hematologi terjadi
sebelum menerima kemoterapi. Terdapat 8 kasus yang tidak ada data lab setelah
menerima kemoterapi, tidak adanya data lab akan mempersulit pemantauan
keadaan pasien.
38
1. Anemia
Penatalaksanaan anemia pasien kanker paru-paru yang dilakukan oleh
RSUP Dr.Sardjito adalah dengan memberikan transfusi darah dan obat
antianemia. Transfusi adalah pemindahan darah atau komponen darah dari donor
kepada resipien. Komponen meliputi komponen selular dan humoral yang telah
dipisahkan maupun sebagai plasma utuh. Menurut guideline NCCN pemberian
transfusi pada pasien dapat menyebabkan terjadinya reaksi transfusi seperti
hemolitik, demam, gagal jantung kongestif, kadar besi meningkat, dan
peningkatan resiko infeksi akibat kontaminasi bakteri. Pemberian eritropoietin
rekombinan pada pasien kanker paru-paru yang mengalami anemia akan memacu
produksi eritrosit sehingga akan meningkatkan jumlah sel darah merah tetapi efek
negati dari pemberian eritropoietin adalah terjadinya pertumbuhan tumor yang
sangat cepat dan menyebabkan peningkatan resiko kematian. Maka dari itu pilihan
pertama untuk mengatasi masalah anemia adalah dengan pemberian transfusi
packed red cell (PRC). Dari 25 kasus anemia yang terjadi, terdapat 3 kasus DRP
dan perlu monitoring karena nilai hemoglobin di bawah 10 g/dL.
2. Trombositopenia
Pasien kanker paru-paru yang mengalami trombositopenia mendapatkan
terapi transfusi trombosit untuk membantu meningkatkan jumlah trombosit.
Berdasarkan data, terdapat 2 kasus yang mengalami trombositopenia. Dari 2 kasus
tersebut 1 kasus tidak mendapat transfusi trombosit dan 1 kasus lainnya
mendapatkan transfusi trombosit.
39
3. Netropenia
Pasien yang mengalami netropenia akan mudah mengalami infeksi
sehingga akan membahayakan kondisi pasien tersebut. Pemberian granulocyte
colony stimulating factor (G-CSF) dapat memacu produksi sel darah putih
sehingga akan meningkatkan angka leukosit. Peningkatan leukosit ini dapat
menurunkan resiko infeksi pada pasien. Dari data yang diperoleh, terdapat 1 kasus
netropenia.
D. Drug Related Problems
Dari hasil evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pada kasus
kanker paru-paru terhadap DRPs, ditemukan 3 kasus butuh tambahan obat, 1
kasus obat salah dan 2 kasus obat tidak perlu. Evaluasi DRPs dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel XIV. DRPs, obat tidak tepat pada kasus kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Kasus Problem Assessment Recommendation
1 Anemia
Pasien mengalami anemia dan diberi terapi eritropoetin.
Pasien diberi transfusi darah untuk menaikan kadar hemoglobin
Pada kasus DRP obat tidak tepat, pasien kanker paru mendapatkan
terapi eritropoetin untuk mengatasi masalah anemia yang terjadi. Pemberian terapi
eritropoetin itu sendiri dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker yang lebih
cepat sehingga terapi yang diberikan kepada pasien sebaiknya diganti dengan
pemberian transfusi PRC tetapi sebelum pemberian transfusi sebaiknya perlu
mempertimbangkan resiko dan keuntungan pemberian transfusi packed red cell.
Keuntungan pemberian transfusi packed red cell peningkatan nilai hemoglobin
40
dan hematokrit yang lebih cepat, sedangkan resiko pemberian transfusi adalah
adanya reaksi transfusi dan kontaminasi bakteri.
Tabel XV. DRPs, butuh tambahan obat pada kasus kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Kasus Problem Assessment Recommendation
16, 24, 25 Anemia
Data lab hemoglobin menunjukan bahwa pasien mengalami anemia.
Perlu dilakukan monitoring keadaan pasien karena nilai Hb <10 g/dL dengan pertimbangan resiko dan manfaat,dapat diberikan transfusi PRC untuk menaikkan kadar Hb.
Pada kasus anemia dengan nilai hemoglobin kurang dari 10 g/dL, pasien
memerlukan terapi untuk meningkatkan nilai hemogloblin hingga lebih dari 10
g/dL. Rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu perlu adanya transfusi
packed red cell. Transfusi ini berguna untuk menaikkan nilai hemoglobin dalam
waktu yang relatif lebih cepat tetapi disisi lain ada resiko dari pemberian transfusi,
sehingga perlu diketahui kondisi pasien sebelum menerima transfusi packed red
cell.
E. Dampak Pasien Kanker Paru-paru Yang Dirawat Di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2008 Setelah Menjalani Perawatan
Dampak pasien kanker paru-paru setelah menjalani perawatan yaitu belum
sembuh 11,5% dan membaik 88,5%. Dampak ini menggambarkan kondisi umum
pasien setelah keluar dari rumah sakit dibandingkan dengan keadaan umum pasien
ketika pertama masuk rumah sakit. Dampak pasien kanker paru-paru setelah
menjalani perawatan dapat dilihat pada gambar 6.
41
Persentase Dampak Pasien Kanker Paru-paru Yang Dirawat Di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2008
Setelah Menjalani Perawatan
88,5%
11,5%
Membaik
Belum sembuh
Gambar 7. Persentase dampak pasien kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito tahun
2008 setelah menjalani perawatan
F. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatalaksanaan kasus
kelainan hematologi pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta tahun 2008. Karakteristik pasien kanker paru-paru di RSUP
Dr.Sardjito dapat digambarkan sebagai berikut : kasus kanker paru-paru paling
banyak dijumpai pada interval umur 60-69 tahun dengan persentase 53%,
sebanyak 49% kasus dijumpai kanker paru-paru dengan stadium IV. Terdapat 3
kasus hipertensi pada kasus kanker paru-paru yang mengalami hematologi dan
terdapat riwayat merokok sebesar 7,7%
Dari hasil penelitian, profil pengobatan berdasarkan kelas terapi kasus
kelainan hematologi pada kemoterapi kanker paru-paru di RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta tahun 2008 adalah obat gastrointestinal dan sistem hepatobilier
84,6%, obat sistem kardiovaskular dan hematopoietik 34,6%, obat sistem
pernafasan 26,9%, obat sistem saraf pusat 34,6%, obat hormonal 7,7%, obat
antiinfeksi 19,2%, obat kemoterapi 100%, vitamin dan mineral 11,5%, nutrisi
42
19,2%, dan lain-lain 61,5%. Terdapat 26 kasus kelainan hematologi dan 4 kasus
DRP. Diperoleh 3 kasus butuh tambahan terapi, dan 1 kasus obat tidak tepat/salah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kasus kanker paru-paru paling banyak ditemukan pada interval umur 60-
69 tahun dengan persentase 53%, dan pada stadium IV dengan persentase
49%. Jenis penyakit penyerta paling banyak adalah adalah hipertensi dan
terdapat riwayat merokok sebesar 7,7%. Profil pengobatan diperoleh 10
kelas terapi pada kasus kemoterapi kanker paru-paru yaitu obat
gastrointestinal dan sistem hepatobilier 84,6%, obat sistem kardiovaskular
dan hematopoietik 34,6%, obat sistem pernafasan 26,9%, obat sistem saraf
pusat 34,6%, obat hormonal 7,7%, obat antiinfeksi 19,2%, obat
kemoterapi 100%, vitamin dan mineral 11,5%, nutrisi 19,2%, dan lain-lain
61,5%.
2. Terdapat 26 kasus kelainan hematologi dan ditemukan 4 kasus DRPs yang
meliputi 3 kasus butuh tambahan terapi, dan 1 kasus obat tidak tepat/salah.
3. Persentase dampak pasien kanker paru-paru yang dirawat di RSUP Dr.
Sardjito tahun 2008 setelah menjalani perawatan adalah belum sembuh
dan membaik dengan persentase 11,5% dan 88,5%.
B. Saran
1. Perlu dilakukan adanya pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
terhadap data hematologi baik sebelum maupun setelah kemoterapi.
43
44
2. Penelitian dapat dilanjutkan di rumah sakit lain untuk mendapatkan
gambaran penatalaksanaan kelainan hematologi pada kasus kemoterapi
kanker paru-paru sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan.
3. Penelitian serupa dapat dilakukan dengan menggunakan metode prospektif
sehingga peneliti akan mendapatkan informasi tentang keadaan pasien
yang lebih jelas.
45
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004, Kanker Paru,
http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=31 , diakses tanggal 30 Agustus 2009
Anonim, 2007,
http://www.canhope.com.sg/indo/images/education/lung/indo/lung1.jpg , diakses tanggal 1 September 2009
Anonim, 2006, Cancer Information, http://patient.cancerconsultants.com/.,
diakses 1 September 2009
Anonim, 2008 a, http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer1.html, diakses tanggal 1 September 2009
Anonim, 2008 b, Netropenia,
http://www.totalkesehatananda.com/neutropenia1.html, diakses tanggal 1 September 2009
Anonim, 2008 c, MIMS Indonesia, PT Info Master, Jakarta Anonim, 2009 a,
http://www.cancer.net/patient/All+About+Cancer/Treating+Cancer/Managing+Side+Effects/Thrombocytopenia, diakses tanggal 1 September 2009
Anonim, 2009 b, Cancer and Chemotherapy Induced Anemia, http://nccn.orgdiakses tanggal 1 September 2009
Anonim, 2009 c. Myeloid Growth Factors, http://nccn.org, diakses tanggal 1
September 2009 Berkery, R , Cleri , L.B., Skarin, A.T, 1997, Oncology Pocket Gidu to
Chemotherapy, third Edition, 251-253, Medical Communication Mosby-Wolfe, London
Cipolle, R., 2004, Pharmaceutical Care Practice, 171-199, McGraw-Hill, New
York Dipiro, J. T, 1999, Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approach, 6th ed,2368,
McGraw-Hill, USA Harman, R. J., Mason. P., 2002, Handbook of Pharmacy Healthcare 2nd, 205-206,
Lampiran 1. Data Kasus Kelainan Hematologi Pada Kemoterapi Kanker Paru-Paru
no RM u m u r
Riwayat penyakit Diagnosis utama
LP tindakan Keluhan Obat Tanggal pemberian
Hasil lab dan non lab
Outcome
1 01.02.15.04 18/6/08- 21/6/08
38 Pasien perempuan umur 38 tahun dengan riwayat ca servix 8 tahun yang lalu dan saat ini sedang menjalani kemoterapi untuk ca paru (ke III) yang direncanakan tanggal 21 Juni 2008
Ca paru std IV pro ss III
3 Kemoterapi dengan Brexel dan Carboplatin
Mual (-) Muntah (-) Demam (-) Lemas (-)
Protokol kemo: Infus dextrose 5% Inj. Pantosol 1A Paloxi 1A Inj Diphenhidramin 50 mg Inj Dexametason 20 mg Brexel 120 ml Carboplatin 200 ml Post kemo: Inj leukogen 1A Inj hemapo 1A Metycobalamin 3 x 1 Narfos 8 mg 3 x 1 Megace 1 x 20 cc Obat yang dibawa pulang: Narvos 3 x 1 (12)
38 Os adalah penderita tumor kandungan (Ca Servix) 10 tahun yang lalu mengalami kemoterapi. Os juga menderita Ca Paru, dikatakan metastase dan telah mengalami kemoterapi sejak 3 juli 2008 dengan siklus 3
4 00.48.83.20 Masuk tanggal : 19-8-2008 Keluar : 8-9-2008
62 Pasien adalah penderita SCLC tegak. Keluhan saat ini batuk,dahak,demam, mual, badan kuning. Pasien pro SS I. Pasien mengalami problem hepatomegali, anemia, dislipidemia, pneumonia
SCLC 20 Kemoterapi dengan paxus 259,24 mg dan carboplatin 447,4 mg. Kemoterapi tanggal 5/9
Terapi yang diberikan : -diet -infus D5% -tranfusi PRC -simvastatin -Inj.ceftazidim 1gr/8jam Obat yang diberikan: -ranitidin 2x1 -metolclopramid 3x1 -cholestiramin 3x1 sachet -Ketorolac 3x1 -simvastatin -fluimucul Syr 3xCI
Ne % : 83,2 % LYM % : 11,9 % Mo% : 4,8 % Eo : 0 % Ba : 0,1 % Ne # : 10,4. 103µL LYM # : 1,5. 10-3µL Mo# : 0,6. 103µL Eo #: 0. 103µL Ba #: 0.103µL
9 00.48.83.20 Masuk tanggal : 24-12-2008 Keluar : 28-12-2008
62 Pasien adalah penderita SCLC tegak. Pro SS VI. Kemoterapi terakhir tanggal 6/12. Pasien mengalami problem anemia mikro-hipo dan hipertensi stadium I
SCLC metastase ductus choledochus
4 Kemoterapi dengan paxus dan carboplatin. Kemoterapi tanggal 27/12
50 KU: post ss IV pada NSCLC RPS: os telah mendapatkan 3x kemoterapi dari 6x yang direncanakan. Selama kemoterapi rambut rontok (+), Mual (+), muntah (+) HMRS Os control poli untuk masuk kemoterapi IV, opname bangsal. Keluhan saat ini lemes (-), mual muntah (-), rambut rontok (+)
NSCLC stad IIB
3 Kemoterapi IV dengan Paklitaksel dan Carboplatin
15 01.34.31.67 Masuk tanggal : 9-4-2008 Keluar : 15-4-2008
76 Pasien laki-laki umur 76 yang terdiagnosis Ca paru stadium IV. Ketika masuk RS pasien mengeluh sesak nafas, batuk dan demam. Pasien mengalami anemia dan hypoalbuminemia.
16 01.34.31.67 Masuk tanggal : 26-5-2008 Keluar : 30-5-2008
76 Pasien merupakan penderita adeno Ca paru dextra, pro SS II Ketika masuk RS pasien mengeluhkan sesak nafas. Pasien mengalami anemia dan hipoalbuminemia
Adeno Ca paru dextra stadium IV
4 Kemoterapi dengan regimen paxus
Pasien mengeluhkan mual dan muntah setelah kemoterapi 1
dirujuk ke RS Wates dilakukan Ro thorax diduga ada massa paru.mondok 3 hari diterapi dengan inj.ceftazidime, inj kalnex, inj vit K, Codein 3x10. HMRS Os dirujuk ke RSS, mondok bangsal. RPD : HT (-), DM (-) Masalah keperawatan: sesak nafas, anemia, hipoalbumin. Mual muntah post kemo dengan terapi sotatik 1A, dilanjutkan dexamethasone 2A/12 jam
30 KU: sesak nafas RPS: ±1HSMRS Os mengeluh sesak nafas (+), batuk (-), nyeri dada (-). Os control ke poli paru, keluhan sesak nafas menetap. Os telah kemoterapi 4 kali terakhir tanggal 21/08/08, kemoterapi ke 5 akan dilakukan tanggal 17/09/08. Problem keperawatan: hiponatremi hipoosmolar, hipoalbuminemia, hipokalemia, hipoklorid. Mual dan muntah post kemo.
Adenocarcinoma paru
8 kemoterapi dengan cysplatin, cyclofosfamid, dan doxorubicin
Pasien mengalami anemia tetapi tidak mendapat terapi untuk mengatasinya.
Recommendation 1.Pasien perlu mendapat transfusi PRC untuk meningkatkan kadar
hemoglobin.
82
Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pada nomor 25 di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2008
Subjective
RM 01.35.81.74 , umur 65 , masuk: 4/7/2008-24/7/2008 Diagnosis utama : NSCLC Diagnosis lain : Vana Cava Superior Syndrome dan Hipertensi St 1 Objective