Page 1
How to cite: Fitriyah, Lailatul dan Agam Marsoyo (2021) Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air Untuk Irigasi Air Permukaan Di Kabupaten Lamongan. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia.
6(4). http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i4.2316 E-ISSN: 2548-1398 Published by: Ridwan Institute
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, No. 4, April 2021
EVALUASI OUTPUT KEGIATAN PENGEMBANGAN SUMBER-SUMBER
AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI KABUPATEN LAMONGAN
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract
The action of water source development for surface water irrigation is needed for a
region with high amounts of surface water during the rainy season, which caused
flooding, and no surface water reservoirs for the dry season, which causing
drought and crop failure as in Lamongan regency. The development of water
sources for surface water irrigation is consists of four sub-activities: construction
of "embung", construction of "dam parit", construction of long storage, and
construction of "sumur panthek". The expected result of the implementation of
water source development activities for surface water irrigation is to increase the
water availability to increase planting area and production. The purpose of this
study is to evaluate the development activities of water sources for surface water
irrigation using the criteria of evaluation as relevance, effectivity, and
sustainability. The method used was descriptive qualitative with observations and
live interviews. The results obtained from this study were the criteria of relevance
successfully but depending on the disposition and location of activities. While the
effectiveness of water source development activities for surface water irrigation is
achieved, but not for the sustainability because there is a decrease in the quality of
output or volume of buildings that causes the effectiveness of activities to decrease.
Keywords: evaluation; surface of source water
Abstrak
Kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan
dibutuhkan untuk daerah dengan jumlah air permukaan yang tinggi ketika musim
penghujan sehingga menyebabkan banjir serta tidak ada penampungan air
permukaan untuk musim kemarau sehingga mengalami kekeringan dan
menyebabkan puso atau gagal panen seperti di wilayah Kabupaten Lamongan.
Kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan terdisi dari
empat subkegiatan yaitu pembangunan embung, pembangunan dam parit,
pembangunan long storage serta pembangunan sumur panthek. Hasil yang ingin
dicapai dari pelaksanaan kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi
air permukaan adalah untuk meningkatkan ketersediaan air sehingga dapat
meningkatkan luas tanam dan meningkatkan produksi yang selanjutnya dapat
meningkatkan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan dengan
Page 2
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1791
menggunakan kriteria evaluasi yaitu relevansi, efektivitas dan keberlanjutan.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan observasi dan
wawancara langsung di lapangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
pada kriteria relevansi berhasil namun bergantung pada disposisi dan lokasi
kegiatan, sedangkan efektivitas kegiatan pengembangan sumber – sumber air untuk
irigasi air permukaan berhasil namun untuk keberlanjutan tidak tercapai karena ada
penurunan kualitas output atau volume bangunan yang menyebabkan keefektifan
kegiatan mengalami penurunan.
Kata Kunci: efektivitas; evaluasi; keberlanjutan; relevansi; sumber-sumber air
permukaan
Pendahuluan
Sejak dikeluarkannya UU No. 32 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, maka
secara tertulis sistem otonomi daerah dimulai. Otonomi daerah memberikan
kewenangan sepenuhnya dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mengatur wilayah atau daerahnya sendiri. Tujuan utama dari otonomi daerah adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal daerahnya (Saragih, 2017). Salah
satu peningkatan kesejahteraan lokal daerah adalah dengan menerapkan kebijakan
dalam pengembangan ekonomi lokal wilayah tersebut. Banyak pakar yang menyatakan
bahwa ada dua strategi utama dalam mencapai tujuan dari pengembangan ekonomi
lokal yaitu dengan peningkatan pendapatan masyarakat serta dengan perluasan
kesempatan kerja (Saragih, 2017).
Kabupaten Lamongan berada di wilayah di Provinsi Jawa Timur yang merupakan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) serta Kawasan Strategis Nasional Gerbangkertasusila
plus Malang sebagai pusat ekonomi nasional (RT/RW Pemerintah Kabupaten
Lamongan tahun 2011-2031). Sedangan dalam RPJMD Propinsi Jawa Timur tahun
2019-2024 Kabupaten Lamongan masuk dalam wilayah pengembangan Labanegoro
(Lamongan, Tuban dan Bojonegoro) yang mempunyai tingkat kemiskinan dan
pengangguran yang tinggi meskipun sektor industri sudah masuk dalam wilayah
tersebut. Jika dilihat dari subsektor PDRB, maka sektor tanaman pangan merupakan
sektor unggulan di Kabupaten Lamongan. Hal ini dibuktikan dengan Kabupaten
Lamongan menjadi penghasil produksi padi terbesar di Jawa Timur (BPS Kabupaten
Lamongan, 2020). Namun demikian terdapat permasalahan-permasalahan yang menjadi
penghambat perencanaan pembangunan di Kabupaten Lamongan, seperti bencana banjir
dan kekeringan yang selalu melanda setiap tahun serta masih banyaknya lahan kritis di
Kabupaten Lamongan sebesar 3.957 Ha pada tahun 2019 (Kabupaten Lamongan, 2019).
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan serta mengatasi permasalahan di lapangan,
maka dilaksanakan program pengembangan sarana prasarana pertanian yang salah satu
kegiatannya adalah pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan
dengan subkegiatan pembangunan embung, dam parit, long storage dan sumur panthek.
Pelaksanaan kegiatan ini untuk mendukung peningkatan pendapatan petani dengan
Page 3
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1792 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
meningkatkan produksi pertanian melalui peningkatan produkstivitas serta penambahan
luas tanam (ekstensifikasi).
Salah satu strategi dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dengan peningkatan
pendapatan masyarakat pedesaan terutama pertanian dapat dilakukan dengan
penggunaan teknologi dan inovasi terutama untuk sektor pertanian dengan lahan kecil,
kebijakan kelembagaan dan harga serta beradaptasi dengan peluang dan hambatan yang
baru dengan peningkatan nilai tambah hasil pertanian (Todaro & C.Smith, 2011).
Teknologi dalam pengembangan ekonomi wilayah terutama untuk meningkatkan
kesejahteraan sudah dimodelkan oleh Cobb Douglas (Pramono & Suminar, 2019),
dimana jika terdapat sumberdaya yang melimpah namun PDRB yang dihasilkan rendah
bisa jadi hal ini disebabkan oleh faktor teknologi, baik teknologi yang melekat pada
sumberdaya manusia seperti keterampilan, manajemen serta wirausaha maupun
teknologi yang berupa infrastruktur. Kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk
irigasi air permukaan merupakan kegiatan pembangunan infrastruktur dasar untuk
irigasi pertanian. Pernah dilakukan penelitian tentang dampak dibangunnya embung
terhadap kesejahteraan petani, yang hasilnya menunjukkan bahwa terdapat dampak
sosial dalam pembangunan dan pemanfaatan embung. Dampak ini dikaji dengan aspek
fisik lingkungan, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan yang ternyata hasilnya
berbanding lurus dengan kesejahteraan petani (Dangnga, 2019).
Kabupaten Lamongan sendiri mempunyai luas lahan pertanian yang cukup besar
seluas 87.990 Ha lahan sawah serta 61.814 Ha lahan pertanian non sawah yang terdiri
dari sawah tambak, ladang dan tadah hujan (Dinas Tanaman Pangan, 2019). Data PDRB
sektor pertanian, perikanan dan kehutanan menjadi yang tertinggi namun pertumbuhan
PDRB nya cukup rendah yaitu hanya sekitar 1% dari tahun 2015 ke 2019 (BPS
Kabupaten Lamongan, 2019). Selain itu jika melihat data nilai tukar petani (NTP) yang
menjadi indikator kesejahteraan petani sebelum dan sesudah pelaksanaan terjadi
peningkatan namun untuk sektor tanaman pangan, hortikultura serta perkebunan justru
berada di bawah 100 berkisar 96 hingga 99 (BPS Kabupaten Lamongan, 2020). Hal ini
berarti kesejahteraan petani tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan kurang
sejahtera. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pengembangan sumber-sumber air
untuk irigasi air permukaan dalam mendukung tujuan pembangunan kabupaten
lamongan diperlukan evaluasi.
Evaluasi adalah melakukan perbandingan perencanaan kegiatan dengan
pelaksanaannya atau membandingkan tujuan program dengan tujuan yang sudah dicapai
(Sugiyono, 2018). Selain itu tugas evaluasi mempunyai dua tugas utama yaitu
mengetahui dampak yang ditimbulkan serta mengetahui keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari pelaksanaan kebijakan tersebut dalam mencapai tujuan dan
sasaran serta menyelesaikan masalah-masalah yang dirumuskan dengan menggunakan
kriteria yang sudah ditetapkan (Winarno, 2014).
Beberapa kriteria evaluasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu kriteria
relevansi yang digunakan untuk melihat kesesuaian kegiatan dengan aspirasi kebutuhan
masyarakat serta kesesuaian kegiatan dengan tujuan program atau kebijakan diatasnya
Page 4
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1793
(Bappenas RI, 2017). Selain itu relevansi juga digunakan untuk melihat apakah kegiatan
konsisten untuk mencapai tujuannya. Penggunaan kriteria efektivitas dalam mengetahui
ketercapaian hasil dengan target dan manfaat yang diinginkan kegiatan pengembangan
sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan sedangkan kriteria keberlanjutan
digunakan untuk mengetahui adanya manfaat positif jangka panjang yang dirasakan
setelah pelaksanaan kegiatan atau setelah tidak adanya intervensi dari pemerintah
(Bappenas RI, 2017). Belum pernah dilakukan penelitian dengan fokus evaluasi
menggunakan kriteria Bapenas, penelitian yang sudah pernah dilakukan tentang
sumber-sumber air permukaan seperti (Dethan, Bunganaen, & Messah, 2015) juga
pernah melakukan penelitian evaluasi kinerja pada prasarana pertanian berupa embung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja embung Oeltua yang terletak
di Desa Oeltua Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Penelitian lainnya tentang
evaluasi kapasitas tampungan embung Bisok Bokah yang dilakukan oleh (Rosadi,
Gusman, Saidah, Humairo, & Budianto, 2019), penelitian ini dilakukan untuk
melakukan studi terhadap embung Bisok Bokah dengan melakukan simulasi elevasi
puncak spillway embung. Dari hal tersebut dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi output kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk
irigasi air permukaan dengan menggunakan kriteria relevansi, efektivitas dan
keberlanjutan.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk metoda evaluasi yang bersifat deskriptif kualitatif
(Sugiyono, 2010), karena peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap
program, kejadian, proses dan aktivitas dari suatu masyarakat (Cresswell, 2017).
Penelitian evaluasi kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air
permukaan juga menggunakan alur pemikiran deduktif, dengan mendalami beberapa
teori kemudian menyimpulkan variable-variabel untuk melihat, mengkaji dan menguji
kenyataan yang ada di lapangan. Variabel-variabel pada penelitian ini berasal dari
dokumen teknis kegiatan pengembangan embung pertanian tahun 2018 dari Dirjen
Sarana Prasarana Pertanian serta Kerangka kerja logis Program pengembangan sarana
prasarana pertanian Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Dari
dokumen tersebut didapatkan variabel pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Variabel penelitian Kriteria Variabel Indikator
Relevansi Syarat lokasi Luas lahan pertanian yang memanfaatkan seluas ≥ 25 Ha
Efektivitas Standar output Volume Kegiatan pengembangan sumber – sumber air
minimal 500 m3
Keberlanjutan Kualitas output Volume Kegiatan pengembangan sumber – sumber air
minimal 500 m3
Peran serta
masyarakat
Peran masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan
Sumber: Peneliti, 2020
Page 5
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1794 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
Lokasi penelitian berada di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan terutama
wilayah yang mendapat bantuan dari kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk
irigasi air permukaan. Unit analisis penelitian ini adalah kegiatan pengembangan
sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan pada tahun 2018 dan 2019 berupa
subkegiatan pada kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air
permukaan yaitu embung, dam parit, long storage dan sumur panthek, dengan jumlah
seperti pada tabel 2 berikut.
Tabel 2
Jumlah unit analisis penelitian Unit analisis Jumlah (unit)
Embung 16
Dam Parit 15
Long Storage 48
Sumur Panthek 5
Sumber: Penulis, 2021
Pengumpulan data dengan observasi dan pengukuran langsung di lapangan serta
dokumentasi selain itu juga dilakukan wawancara secara mendalam kepada narasumber
yaitu kelompok tani atau aparat desa yang menerima bantuan serta melaksanakan
kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan. Selain untuk
pengumpulan data, wawancara juga dilakukan untuk triangulasi data. Proses analisis
data sebagai berikut.
1. Analisis hasil wawancara pada kriteria relevansi mencari kata kunci yaitu “luas
lahan yang memanfaatkan” atau “… dimanfaatkan oleh lahan seluas”. Selain itu
analisis hasil wawancara juga dilakukan untuk mengetahui proses usulan kegiatan,
jika kegiatan berasal dari usulan masyarakat melalui musrenbang maka dapat
dikatakan kegiatan tersebut relevan. Analisis hasil wawancara dilakukan dengan
mencari kata kunci yaitu “berasal dari poktan sendiri”. Selanjutnya dari perolehan
data di lapangan, jika luas lahan yang memanfaatkan lebih besar atau sama dengan
25 Ha, maka subkegiatan tersebut dapat dikatakan berhasil. Jika jumlah subkegiatan
yang berhasil lebih dari 50% maka kriteria relevansi disimpulkan berhasil, jika
jumlah subkegiatan yang berhasil sama dengan 50% maka dilakukan wawancara
kepada narasumber yang lebih kompeten untuk menentukan keberhasilan kriteria.
2. Pada kriteria efektivitas, data diperoleh dengan wawancara kepada narasumber.
Analisis hasil wawancara dilakukan dengan mencari kata “volumenya dulu”,
“tingginya dulu”, “ini lebarnya dulu” dan “dulu debitnya” kemudian dilakukan
cross-check dengan laporan kegiatan. Jika volume sub kegiatan lebih dari atau sama
dengan 500 m3 maka subkegiatan tersebut disimpulkan berhasil. Kriteria efektivitas
berhasil jika jumlah subkegiatan yang memenuhi variabel pada kriteria efektivitas
sebesar lebih dari 50%. Jika sama dengan 50% maka dilakukan wawancara kepada
narasumber yang lebih berkompeten.
Page 6
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1795
3. Sedangkan pada kriteria keberlanjutan, pada variabel kualitas output data diperoleh
dari hasil wawancara pada kriteria efektivitas (volume) yang kemudian dilakukan
pengukuran langsung untuk mengetahui volume pada saat ini serta dikuatkan
dengan hasil wawancara dengan narasumber. Analisis hasil wawancara dilakukan
dengan mencari kalimat “volumenya sekarang, tingginya sekarang, dan lebarnya
sekarang”. Volume saat ini, jika lebih besar atau sama dengan 500m3 maka dapat
disimpulkan subkegiatan tersebut berhasil. Pada variabel kedua yaitu peran serta
masyarakat data diperoleh dengan hasil wawancara dengan narasumber yang
selanjutnya dianalisis dengan mencari kata atau kalimat seperti “ada
pemeliharaan”, “kita lakukan pemeliharaan”, “pemeliharaan dengan swadaya”.
Jika ada pemeliharaan maka indikator dianggap berhasil. Namun jika hanya ada
pengelolaan dan tidak ada pemeliharaan maka indikator dianggap tidak berhasil.
Kriteria keberlanjutan dianggap berhasil jika kedua variabel berhasil, jika salah satu
variabel tidak berhasil maka dilakukan wawancara kepada narasumber yang lebih
kompeten untuk menyimpulkan.
Hasil dan Pembahasan
A. Evaluasi Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air Untuk Irigasi Air
Permukaan Dengan Kriteria Relevansi
Berdasarkan dokumen teknis pengembangan embung pertanian tahun 2018
dari Dirjen Sarana Prasarana Pertanian Kementrian Pertanian, ada syarat luas lahan
yang minimal yang dapat memanfaatkan yaitu sumber-sumber air permukaan harus
dapat dimanfaatkan minimal 25 Ha lahan pertanian. Semakin luas lahan pertanian
yang memanfaatkan maka semakin relevan kegiatan pengembangan sumber-
sumber air untuk irigasi air permukaan dalam mendukung peningkatan produksi
serta peningkatan pendapatan petani. Pada kriteria relevansi, setelah
mengumpulkan data dengan wawancara, maka selanjutnya analisis dilakukan pada
hasil wawancara tersebut. Hasil analisis perolehan data di lapangan pada kegiatan
pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan seperti pada tabel 3
berikut.
Tabel 3
Hasil analisis data pada kriteria relevansi Variabel Indikator subkegiatan Hasil
Syarat
Lokasi
Luas lahan
pertanian yang
memanfaatkan
minimal 25 Ha
Pembangunan embung 62,5% Berhasil
Pembangunan dam parit 100% Berhasil
Pembangunan long
storage
97% Berhasil
Pembangunan sumur
panthek
0% Tidak
berhasil
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Terdapat tiga subkegiatan yang mengalami keberhasilan pada kriteria
relevansi, hal ini berarti terdapat lebih dari 50% jumlah subkegiatan yang dapat
Page 7
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1796 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
dimanfaatkan oleh luas lahan lebih dari 25 Ha. Namun pendisposisi-an subkegiatan
kepada kelompok tani dilakukan tanpa memperhatikan tujuan awal dari program
yaitu peningkatan produksi untuk meningkatkan pendapatan petani. Keberhasilan
kriteria relevansi juga dikarenakan subkegiatan berasal dari usulan masyarakat atau
kelompok tani melalui musrenbang seperti pengertian relevansi menurut (Bappenas
RI, 2017) yaitu kesesuaian antara tujuan atau hasil kebijakan dengan aspirasi atau
kebutuhan masyarakat. Hal ini seperti pada subkegiatan dam parit, meskipun
subkegiatan dam parit diusulkan oleh kelompok tani namun pemanfaatan dam parit
tidak untuk meningkatkan produksi tetapi untuk menangani permasalahan banjir di
wilayah Bonorowo yang terdiri dari Kecamatan Karanggeneng, Kalitengah, Turi,
Karangbinangun, Kalitengah, Glagah, dan Deket yang merupakan wilayah banjir
setiap musim penghujan di Kabupaten Lamongan. Sedangkan wilayah Bonorowo
merupakan wilayah sawah tambak yang hanya melakukan sau kali tanam padi pada
musim kemarau. Masyarakat di wilayah Bonorowo lebih memanfaatkan lahan
pertanian untuk perikanan tambak.
Sedangkan pada pembangunan embung, meskipun berhasil namun hampir
setengah dari embung yang sudah terbangun tidak relevan, tidak relevannya embung
akibat pendisposisi-an kegiatan yang tidak memperhatikan potensi wilayahnya.
Tidak berhasilnya kriteria relevansi juga diakibatkan pemanfaatan embung lebih
digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan terbatas untuk lahan pertanian.
Pengambilan air pada embung yang digunakan untuk rumah tangga dibatasi untuk
pengairan lahan pertanian, pembatasan biasanya dilakukan dengan penjadwalan atau
pelarangan penggunaan pompa air untuk pengambilan.
Pada subkegiatan sumur panthek keseluruhan subkegiatan tidak relevan, selain
luas lahan yang memanfaatkan cukup sempit namun juga diakibatkan kegiatan yang
dilaksanakan sudah tidak lagi dibutuhkan, seperti sumur panthek yang terbangun di
wilayah Poktan Santoso II (Desa Maduran, Kecamatan Maduran) yang merupakan
daerah irigasi Bengawan Solo, pengusulan sumur panthek diakibatkan pernah terjadi
kekeringan pada tahun 2017 yang menyebabkan Bengawan Solo mengalami
kekeringan namun pembangunan sumur panthek baru dilaksanakan tahun 2018
sehingga sumur panthek sudah tidak digunakan lagi karena pengairan Bengawan
Solo masih cukup mampu. Selain itu sumur panthek dibangun pada wilayah sawah
tadah hujan yang sebagian besar petani sudah memiliki sumur panthek pribadi,
sehingga pemanfaatan sumur panthek subkegiatan dari dinas jarang dimanfaatkan.
Dari hasil analisis, keberhasilan kegiatan selain adanya peran serta masyarakat
dalam proses perencanaan juga proses pendisposisian kegiatan dari Dinas ke
kelompok tani terutama pada pemilihan kelompok tani yang memerlukan bantuan
kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan. Jika
mengacu pada makna disposisi menurut (Subarsono, 2020) bahwa disposisi adalah
watak, perilaku, komitmen serta sifat demokratis. Pada kriteria relevansi diperlukan
sifat demokratis dari dinas terutama pada proses pendisposisian sehingga tidak ada
kegiatan yang didisposisikan pada kelompok tani yang tidak membutuhkan. Jika
Page 8
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1797
melihat hasil analisis deskriptif (Sugiyono, 2015) kemudian disimpulkan bahwa
relevansi kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan
dapat dikatakan berhasil.
B. Evaluasi kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air
permukaan dengan kriteria efektivitas
Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan pembangunan sumber-
sumber air untuk irigasi air permukaan adalah adanya ketersediaan air terutama
untuk musim kemarau sehingga dapat menambah luas tanam dengan mengurangi
jumlah lahan kritis dan mengurangi lahan bero pada musim kemarau serta
mengurangi lahan yang terkena puso akibat kekurangan air.
Efektivitas kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air
permukaan dapat dilihat dari jumlah kegiatan yang terbangun, terutama terbangun
pada wilayah sawah tadah hujan dan sawah ladang yang membutuhkan air pada
musim kemarau. Jika melihat dari hasil peta sebaran kegiatan pada gambar 1 dapat
dilihat bahwa kegiatan pengembangan sumber-sumber air tidak hanya tersebar di
wilayah sawah tadah hujan dan sawah ladang namun juga di wilayah sawah irigasi
serta sawah tambak.
Pembangunan dam parit pada wilayah sawah tambak tidak terlalu efektif dalam
mendukung peningkatan produksi pertanian. Sawah tambak dalam satu tahun lebih
banyak dimanfaatkan untuk sektor perikanan selain itu dam parit pada lahan sawah
tambak lebih digunakan untuk mempermudah pengaturan air serta untuk
mempermudah transportasi sungai dengan menggunakan perahu. Hal ini juga
terjadi pada subkegiatan pembangunan sumur panthek yang meskipun dibangun
pada lahan sawah ladang serta irigasi namun pemanfaatannya kurang efektif untuk
mendukung ketersediaan air disebabkan hanya mampu dimanfaatkan oleh luas
lahan yang sedikit tidak lebih dari 6 Ha. Hal ini terutama pada sumur panthek yang
terbangun pada wilayah sawah irigasi yang tidak dimanfaatkan. Sedangkan embung
yang terbangun pada lahan sawah irigasi lebih dimanfaatkan untuk embung desa
sehingga pemanfaatannya lebih untuk konsumsi rumah tangga daripada untuk
pertanian. Namun demikian ada beberapa embung yang dibangun untuk
memrehabilitasi embung desa yang digunakan untuk pengairan sawah seperti
embung di Desa Kedungpring, Kecamatan Kedungpring. Pemanfaatan embung di
Desa Kedungpring juga tidak dibatasi, dikarenakan volumenya yang sangat besar
serta hanya digunakan untuk pengairan lahan pertanian, bahkan dapat dimanfaatkan
oleh desa lain di Kecamatan Kedungpring yang masuk dalam daerah irigasi
embung Desa Kedungpring.
Masih adanya kegiatan yang pendisposisiannya tidak mempertimbangkan
lokasi dan kebutuhan dari masyarakat sangat mempengaruhi keefektivitasan dari
kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan di lapangan serta mencapai tujuan yang
diinginkan. Sehingga diperlukan komitmen dari dinas serta kelompok tani untuk
Page 9
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1798 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
mendukung keberhasilan dalam pencapaian tujuan, hal ini sesuai dengan makna
disposisi menurut (Subarsono, 2020).
Gambar 1 Peta sebaran lokasi kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk
irigasi air permukaan
(Sumber: Analisis Penulis, 2020)
Namun untuk subkegiatan long storage jika dilihat dari lokasi sudah cocok
dibangun meskipun di bangun pada lahan sawah irigasi. Long storage dibangun
dengan membuat saluran serta pintu air penahan, saluran-saluran long storage
merupakan cabang dari saluran irigasi ataupun sungai sehingga dapat dimanfaatkan
terutama untuk menjangka lahan sawah irigasi yang tidak mampu terjangkau oleh
jaringan irigasi. Namun sebagian Long storage terbangun pada lahan pertanian
yang memiliki kemiringan lebih dari 3% sehingga mengakibatkan long storage
mengalami kerusakan seperti pada peta di gambar 2. Sumber air long storage
berasal dari air hujan atau sumber air. Pada long storage yang dibangun pada lahan
pertanian yang mempunyai kemiringan lebih dari 3% menyebabkan saluran long
Page 10
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1799
storage yang hanya terbangun dengan pengerukan tanah mengalami kerusakan
akibat tidak mampu menahan lairan air hujan dari sumber air yang berada
diatasnya.
Gambar 2 Lokasi pembangunan long storage berdasarkan ketinggian
(Sumber: Analisis penulis, 2020)
Sedangkan hasil perolehan data di lapangan yang dilakukan dengan
pengukuran untuk mengetahui volume awal embung dan diperkuat dengan
dokumen perencanaan kegiatan serta wawancara diperoleh hasil seperti dapat
dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3
Hasil analisis data di lapangan variabel standar output
Variabel Indikator Subkegiatan Hasil
Standar
Output
Volume
minimal
500 m3
Pembangunan embung 81,25% Berhasil
Pembangunan dam parit 33% Tidak
berhasil
Pembangunan long storage 96% Berhasil
Page 11
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1800 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
Sumur Panthek 0% Tidak
berhasil
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Jika melihat hasil analisis data pada variabel standar output terdapat beberapa
subkegiatan yang tidak memenuhi target indikator. Pada subkegiatan embung
kriteria efektivitas berhasil meskipun ada beberapa embung yang tidak mengalami
keberhasilan terutama pada embung yang dibangun pada tanah yang berporous
(berpori). Embung yang terbangun pada lahan berporous (berpori) seharusnya
dibuat dengan sistem geomembran sehingga dapat menampung lebih banyak air
hujan. Namun kondisi di lapangan sebagian besar embung tidak dibangun dengan
geomembrane, sehingga tidak dapat menampung volume yang lebih besar. Sistem
geomembran seperti pada gambar 3, sedangkan kondisi embung yang tidak mampu
menampung air seperti pada gambar 4.
Gambar 3 Sistem geomembran pembangunan embung
(Sumber: Kementrian Pertanian)
Gambar 4 Kondisi embung yang tidak mampu menampung air hujan
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2020)
Page 12
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1801
Semakin besar volume yang tertampung pada kegiatan pengembangan
sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan, maka semakin luas lahan yang dapat
memanfaatkan. Selain itu, semakin besar volume atau lebih dari 500 m3, maka
kegiatan tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pengairan pada musim
tanam kedua, namun juga dapat digunakan untuk mengurangi lahan kritis atau lahan
bero sehingga dapat menambah luas tanam dengan menambah pola tanam sehingga
dapat meningkatkan produksi pertanian.
Namun ada faktor eksternal yang mendukung efektifnya kegiatan
pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi permukaan selain faktor teknis
diatas adalah faktor cuaca dan lokasi pembangunan. Semakin tinggi curah hujan
maka semakin lama pula sumber-sumber air permukaan mampu menyimpan air.
Begitu juga sebaliknya semakin rendah curah hujan, meskipun dengan volume yang
besar sumber-sumber air permukaan tidak mampu menahan air. Faktor eksternal
yang kedua adalah lokasi pembangunan, sumber-sumber air lebih dimanfaatkan
pada lahan sawah tadah hujan dan ladang serta sebagian sawah irigasi untuk
menambah pengairan terutama pada lahan sawah irigasi yang tidak tercapai oleh
jaringan irigasi. Namun sebagian kegiatan dilaksanakan pada lahan sawah yang
tidak berpotensi, seperti lahan sawah tambak yang lebih berpotensi di sektor
perikanan. Dari hasil analisis deskriptif pada kriteria efektivitas kegiatan
pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan dapat dikatakan
berhasil.
C. Evaluasi kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air
permukaan dengan kriteria keberlanjutan
Keberlanjutan menurut (Bappenas RI, 2017) adalah sejauh mana tujuan atau
hasil yang diinginkan tercapai setelah tidak adanya campur tangan dari pemerintah.
Jika melihat pengertian keberlanjutan tersebut, maka pada kriteria keberlanjutan
yang dianalisa dengan menggunakan hasil observasi serta wawancara dengan
variabel volume pada kondisi saat ini untuk mengetahui keberlanjutan dari kegiatan
pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan. Jika volume pada
kegiatan mengalami penurunan artinya kegiatan mengalami ketidakberlanjutan
sehingga tidak ada manfaat positif jangka panjang yang dirasakan. Hasil analisis
perolehan data di lapangan seperti pada tabel 4 berikut.
Tabel 4
Hasil analisis data kriteria keberlanjutan Variabel Indikator Subkegiatan Hasil
Kualitas
output
Volume
minimal
500m3
Pembangunan embung 62,5% Berhasil
Pembangunan dam parit 20% Tidak berhasil
Pembangunan long storage 78% Berhasil
Pembangunan sumur panthek 100% Tidak berhasil
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Page 13
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1802 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
Jika dibandingkan dengan volume pada kondisi awal atau setelah dibangun
pada tabel 3, maka keseluruhan kegiatan mengalami penurunan volume air yang
mampu ditampung. Misalnya jumlah subkegiatan embung yang bervolume minimal
500 m3 sebanyak 81,25% dari total seluruh embung yang terbangun namun pada
kondisi saat ini volume embung yang memenuhi variabel kualitas output hanya
sebesar 62,5%. Hal ini berarti jumlah embung yang mengalami penurunan volume
sebanyak 18,75% dari seluruh total embung yang bervolume minimal 500m3.
Kondisi kegiatan pengembangan sumber sumber air yang tidak mengalami
keberlanjutan seperti gambar 5 berikut.
(a) Embung (b) Long storage
Gambar 5 Kondisi sumber-sumber air permukaan yang tidak mengalami
keberlanjutan
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2020)
Pada variabel kualitas output, sebagian besar kegiatan mengalami penurunan
kualitas output artinya sebagian besar mengalami penurunan volume. Kondisi ini
diakibatkan tidak adanya peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan
pemeliharaan oleh masyarakat terutama kelompok tani. Dalam hal pemeliharaan
kelompok tani lebih mengandalkan bantuan anggaran dari pemerintah untuk
melakukan pemeliharaan.
“Kalau ditanya ada pemeliharaan atau tidak, ya, nunggu bantuan dari Dinas
mbak. Kemarin kita mengusulkan ke desa minta bantuan dana desa untuk
pemeliharaan embung ini, tapi tidak ditanggapi”. (Bapak Darmo, Sekretaris Poktan
Tani Langgeng (Desa Mendogo Ngimbang), wawancara tanggal 15 September)
Dari hasil wawancara dengan salah satu narasumber tersebut, sebagian besar
kelompok tani mengandalkan bantuan anggaran dari pemerintah untuk melakukan
pemeliharaan sehingga petani tidak melakukan pemeliharaan. Pengaruh peran serta
masyarakat dalam pemeliharaan yang menyebabkan penurunan kualitas output dapat
Page 14
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1803
dilihat pada hasil analisis perolehan data di lapangan seperti pada tabel 5 berikut.
Semakin besar presentase peran masyarakat dalam pemeliharaan maka semakin
sedikit bangunan (kegiatan) yang mengalami penurunan volume seperti pada
subkegiatan pembangunan long storage. Pada pembangunan long storage terdapat
64% kelompok tani dari seluruh kelompok tani yang mendapat bantuan long storage
melakukan pemeliharaan sehingga jumlah long storage yang mengalami penurunan
volume dari kondisi awal hanya sebesar 18% dari jumlah long storage yang
bervolume minimal 500m3.
Tabel 4
Hasil analisis data kriteria keberlanjutan Variabel Indikator Subkegiatan Hasil
Peran serta
masyarakat
Peran
masyarakat
dalam
pengelolaan
dan
pemeliharaan
Pembangunan embung 44% Tidak
berhasil
Pembangunan dam parit 53% Berhasil
Pembangunan long storage 64% Berhasil
Pembangunan sumur
panthek
0% Tidak
berhasil
Sumber: Analisis Penulis, 2020
Jika melihat hasil analisis pada tabel 5 dapat diketahui bahwa peran serta
masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan sangat kecil. Meskipun pada
kegiatan dam parit serta long storage berhasil namun bernilai sangat kecil antara
50% hingga 60%. Selain peran serta masyarakat, penurunan volume atau kualitas
output sumber sumber air permukaan juga diakibatkan pengaruh cuaca. Dengan
demikian kriteria keberlanjutan pada kegiatan pengembangan sumber-sumber air
untuk irigasi air permukaan disimpulkan tidak berhasil.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian evaluasi output kegiatan pengembangan sumber-sumber air
untuk irigasi air permukaan yaitu pada kriteria relevansi, kegiatan yang berasal dari
aspirasi masyarakat cenderung lebih berhasil atau lebih relevan. Sedangkan pada
kriteria efektivitas disimpulkan bahwa kegiatan efektif dalam menyelesaikan masalah
kekeringan serta mendukung peningkatan luas tanam, namun hal ini tergantung pada
cuaca serta kesesuaian lokasi pelaksanaan kegiatan. Kesesuaian lokasi kegiatan dengan
melakukan disposisi pelaksanaan kegiatan tidak hanya memperhatikan kebutuhan petani
namun juga disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan serta
potensi yang dimiliki. Sementara itu pada kriteria keberlanjutan dapat disimpulkan
ketidakberhasilan. Penyebab utama ketidakberhasilan akibat tidak adanya peran serta
masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan. Peran serta masyarakat ini sangat
penting dilakukan terutama dalam pemeliharaan agar tidak terjadi penurunan kualitas
output kegiatan yang menyebabkan efektivitas kegiatan menurun sehingga kegiatan
pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan tidak mampu
mendukung tujuan dan sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka
Page 15
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1804 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
Menengah Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2016-2021. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pengembangan sumber-sumber air untuk irigasi air permukaan relevan,
efektif namun tidak mengalami keberlanjutan sehingga permasalahan banjir dan
kekeringan masih terjadi di Kabupaten Lamongan.
Page 16
Evaluasi Output Kegiatan Pengembangan Sumber-Sumber Air untuk Irigasi Air
Permukaan Di Kabupaten Lamongan
Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021 1805
BIBLIOGRAFI
Bappenas RI. (2017). Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional. Jakarta. Google Scholar
BPS Kabupaten Lamongan. (2019). Data PDRB Kabupaten Lamongan 2019.
Kabupaten Lamongan.
BPS Kabupaten Lamongan. (2020a). Data Nilai Tukar Petani Kabupaten Lamongan
Tahun 2015 -2019. Kabupaten Lamongan.
BPS Kabupaten Lamongan. (2020b). Data Produksi dan Produktivitas Padi. Kabupaten
Lamongan.
Cresswell, J. W. (2017). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Google Scholar
Dangnga, Muhammad Siri. (2019). Dampak Pembangunan Embung Bagi Usaha Tani
Padi Sawah Tadah Hujan. Galung Tropika, 8(3), 224–234. Google Scholar
Dethan, Yulianthi, Bunganaen, Wilhelmus, & Messah, Yunita A. (2015). Evaluasi
Kinerja Embung Oeltua. Jurnal Teknik Sipil, 4(1), 105–118. Google Scholar
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. (2019). Laporan Statistik Lahan.
Lamongan: Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan.
Pramono, R. Widod. Dwi, & Suminar, Ratna Eka. (2019). Ekonomi Wilayah untuk
Perencanaan Tata Ruang. Yogyakarta: Deepublish. Google Scholar
Rosadi, Gusman, Saidah, Humairo, & Budianto, M. Bagus. (2019). Evaluasi Kapasitas
Tampungan Embung Bisok Bokah. Konstruksi, Manajemen.
Saragih, Rufdiantho. (2017). Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Lokal
Berbasis Pertanian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Google Scholar
Subarsono. (2020). Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi (cetakan
IX). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Subarsono, A. G. (2020). Analisis kebijakan publik: konsep, teori dan aplikasi. Pustaka
Pelajar. Google Scholar
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Google Scholar
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Evaluasi. Yogyakarta: CV. Alfabeta. Google
Scholar
Sugiyono, Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D.
Alfabeta Bandung. Google Scholar
Page 17
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo
1806 Syntax Literate, Vol. 6, No. 4, April 2021
Timur, Pemerintah Provinsi Jawa. (2011). RTRW Propinsi Jawa Timur 2011 -2031.
Todaro, & C.Smith, Stephen. (2011). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi ke
sebelas. Jakarta: Erlangga. Google Scholar
Winarno, Budi. (2014). Kebijakan Publik : Teori , Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta:
CAPS (Center of Academic Publishing Service).
Copyright holder:
Lailatul Fitriyah dan Agam Marsoyo (2021)
First publication right:
Journal Syntax Literate
This article is licensed under: