` EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR SHAIBATUL ISLAMIAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
84
Embed
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN … · 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. ... 31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55 32
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
`
EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN
BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG
REVITALISASI KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS
DISTRICT) KECAMATAN BOGOR TENGAH
KOTA BOGOR
SHAIBATUL ISLAMIAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
`
`
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Lanskap
Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung
Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah
Kota Bogor adalah benar karya saya dan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)
Untuk meningkatkan kenyamanan pengguna, diperlukan ameliorasi iklim di
area lanskap permukiman padat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan memodifikasi penurunan suhu dengan peletakkan dan pemilihan jenis
vegetasi. Vegetasi dapat menghalangi datangnya sinar matahari sehingga area di
bawah kanopi pohon lebih dingin sebesar 25ºF (14ºC) daripada di area terbuka
(Grey dan Deneke 1978). Terkait dengan masalah polusi udara, Nasrullah et al.
23
(2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas
pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan
mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 8), yaitu:
Gambar 8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan
Sumber: Nasrullah et al. (2011)
menurut Dirjen Bina Marga (1996), tanaman penyerap polusi udara dan
kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai
massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan
bermotor dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu, untuk menurunkan
kelembaban udara terminal dapat dilakukan dengan cara mengarahkan angin
untuk membawa partikel-partikel air ke luar tapak.
Berdasarkan analisis unsur-unsur iklim, masalah iklim mikro pada kawasan
permukiman padat adalah tingginya suhu pada siang hari akibat tingginya radiasi
matahari. Potensi berupa penyinaran matahari yang berlimpah tersebut seharusnya
mampu dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaaan pada siang hari, sehingga
mampu mengurangi penggunaan listrik sebagai energi penerangan. Suhu yang
tinggi tersebut dapat dikurangi dengan penyerapan suhu dengan peningkatan
ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan ruang terbuka di sekitar permukiman.
Aspek Legalitas
Kawasan pengelolaan merupakan kawasan yang direncanakan oleh
Pemerintah Kota Bogor melalui Rancangan Tata Ruang Wilayah tahun 2011-2031
sebagai kawasan perdagangan dan pusat pelayanan publik. Kawasan ini juga
termasuk dalam kawasan wilayah pengembangan A, yaitu wilayah yang diarahkan
untuk pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa serta
peremajaan kawasan permukiman (Bappeda Bogor 2013). Oleh sebab itu,
evaluasi lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar diarahkan kepada aspek
revitalisasi kawasan permukiman untuk mendukung kegiatan perdagangan
masyarakat permukiman tersebut.
24
Aktivitas Pengguna Tapak
Lokasi tapak yang didominasi oleh usia produktif dan kelompok kerja
menunjukkan keadaan masyarakat yang sebagian besar waktunya banyak
digunakan untuk bekerja. Kelas usia penduduk di lokasi penelitian ditampilkan
pada Tabel 15.
Tabel 15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor
Tengah
Kelas Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
0-5 tahun 652 6
6-18 tahun 3.051 26
19-25 tahun 2.842 25
26-50 tahun 4.266 37
>50 tahun 719 6
Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)
Pada lokasi penelitian pola penyebaran permukiman tidak teratur.
Permukiman yang didominasi oleh bangunan tinggi berada di kawasan pecinan,
sedangkan permukiman dengan bangunan permanen dan non permanen ukuran
berbeda berada di kawasan sempadan sungai. Fasad bangunan setiap bangunan
tidak beraturan dan menghadap ke jalan lingkungan yang ada di tapak. Kehidupan
masyarakat pada tapak berpotensi menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan lahan
terbatas yang ditempati oleh jumlah penduduk sangat tinggi nenciptakan peluang
munculnya masalah akibat frekuensi interaksi sosial antara penduduk di lanskap
permukiman.
Jenis pekerjaan penduduk permukiman yang tertinggi yaitu pelajar dan
mahasiswa. Jenis pekerjaan kedua tertinggi yaitu pegawai negeri dan ketiga yaitu
karyawan swasta. Kelompok kerja dibagi dalam sektor formal dan informal dan
jumlah kelompok kerja yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan
sektor informal (Tabel 16).
Tabel 16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor
Tengah
Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Pegawai negeri 2.215 jiwa 19
Karyawan Swasta 1.906 jiwa 16
Pelajar dan Mahasiswa 4.526 jiwa 39
Wiraswasta: berdagang, warung, bengkel dll 624 jiwa 5
Tidak bekerja pada usia produktif 942 jiwa 8
Tidak bekerja dan tidak usia produktif 1.347 jiwa 12
Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)
Aktivitas kelompok kerja yang berprofesi sebagai wiraswaswasta, yaitu
pedagang dan pemilik warung dapat dilihat pada lokasi penelitian. Pada lokasi
penelitian terdapat warung sederhana, gerobak dagang dan aktivitas ekonomi
lainnya. Pemilik gerobak dagang melakukan persiapan sebelum berdagang di
rumah masing-masing yaitu di teras rumah, gang, dan di jalan lingkungan.
Pemilik warung sederhana memanfaatkan bagian rumah yang menghadap ke jalan
lingkungan menjadi lokasi warung (Gambar 9). Jalan lingkungan yang sempit dan
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh penduduk dapat mengganggu sirkulasi
25
pejalan kaki di jalan lingkungan ini. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat penting. Namun,
keterbatasan lahan membuat penduduk mengoptimalkan lahan yang tersisa
walaupun dapat mengganggu kualitas fisik dan sirkulasi kawasan.
Gambar 9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk
Sumber: Survei lapang (2014)
Kelompok yang belum dan tidak bekerja didominasi oleh perempuan dan
anak-anak. Kelompok perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga
beraktivitas pada siang hari. Aktivitas yang dilakukan adalah duduk-duduk,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan berinteraksi sosial dengan penduduk
lainnya di teras rumah masing-masing.
Selain penduduk permukiman Kelurahan Babakan pasar, pengguna tapak
non permukim sering melakukan kunjungan ke lokasi penelitian. Berdasarkan
hasil wawancara, pengguna tapak non permukim berasal dari dalam Kota Bogor.
Aktivitas pengguna tapak non permukim lebih banyak dalam kegiatan
perdagangan, baik sebagai pedagang maupun pembeli atau konsumen. Aktivitas
mereka bukan bersifat pemenuhan kebutuhan sosial tapi lebih kepada pemenuhan
kebutuhan jasmani maupun rohani. Pemenuhan kebutuhan jasmani untuk mencari
nafkah sebagai pedagang dan menjadi pembeli untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dan pemenuhan kebutuhan rohani dengan beribadah di masjid, gereja
dan klenteng yang terdapat di dalam tapak.
Aspek Ekonomi
Kelurahan Babakan Pasar termasuk dalam kawasan yang memiliki aktivitas
ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan rumah tinggal yang
juga digunakan sebagai tempat usaha bagi masyarakatnya. Selain itu pemanfaatan
koridor pejalan kaki yang berada tepat didepan bangunan pada lokasi strategis
menjadi sumber ekonomi etnis Cina di Kelurahan Babakan Pasar. Kehadiran
Pasar Bogor yang beroperasi di siang hari menambah intensitas aktivitas ekonomi
di dalam kawasan. Namun karena minimnya dukungan fasilitas sarana dan
infrastruktur secara kesulurah, membuat kawasan ini terlihat kontras antara siang
dan malam hari.
Kegiatan ekonomi etnis Cina juga terlihat di Pecinan Makassar, yang
merupakan awal kawasan perekonomian kota. Beberapa tempat di Kelurahan
Babakan Pasar merupakan daerah perdagangan yang sangat beragam, antara lain:
a. Jalan Surya Kencana, pusat perdagangan campuran, terdapat Puast Grosir, toko
obat, elektronik, dan material bahan bangunan.
26
b. Jalan Roda pasar tradisional dan kawasan permukiman padat
Dengan potensi yang ada diperlukan kegiatan berciri khas karakter Pecinan
yang berpotensi meningkatkan kegiatan ekonomi. Kegiatan peningkatan vitality
dari sektor ekonomi ini juga diharapkan menjadi suatu daya tarik pengunjung ke
kawasan Pecinan di Kelurahan Babakan Pasar.
Aspek Sosial
Kondisi sosial penduduk diidentifikasi melalui wawancara terhadap divisi
sosial di kelurahan Babakan Pasar dan Ketua RT di dalam kawasan permukiman
padat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat
Tionghoa melakukan interaksi dalam dua konteks, yaitu hubungan sosial
dikalangan etnis Tionghoa (intern) dan hubungan sosial etnis Tionghoa dengan
komunitas luar yang majemuk (extern).
Perilaku keteritorialan
Perilaku keteritorialan penduduk yaitu penandaan wilayah dan pertahanan
terhadap gangguan termasuk dalam aspek sosial. Penandaan wilayah ditunjukkan
dengan pagar, batas halaman, dan gapura kelurahan. Perilaku keteritorialan ini
menjadi bentuk identitas masyarakat di dalam kawasan penelitian. Dalam suatu
komunitas memiliki suatu sistem pertahanan untuk menghadapi gangguan dari
luar. Sistem pertahanan masyarakat yaitu kegiatan sistem keamanan lingkungan
dengan petugas hansip dan pos siskamling di dalam kawasan. Pada lokasi
penelitian ditemukan bentuk pertahanan lainnya dalam unit lingkungan
ketetanggan berupa pagar dan halaman rumah. Bentuk pertahanan lainnya
diidentifikasi di dalam gedung Vihara, yaitu pengunjung dilarang masuk selain
untuk beribadah. Namun, khusus untuk kegiatan perayaan Imlek, pengunjung
dengan bebas keluar masuk walaupun tidak untuk beribadah.
Aspek Budaya
Pada aspek kebudayaan, diketahui bahwa terdapat akulturasi Budaya Cina
dan Budaya lain di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan langsung di lapangan, akulturasi budaya Cina dan kaum pribumi di
Kota Bogor dapat dilihat dari indikasi tersebut:
-Bahasa
Akulturasi budaya Cina dan pribumi kota Bogor dalam bidang bahasa terjadi
dalam bentuk peminjaman istilah pada bahasa lisan atau tulisan. Penggunaan
bahasa pada unsur nama orang, makanan Cina dan istilah lain. Untuk hal makanan
sangatlah familiar pada kios- kios di lokasi penelitian, seperti : bakso, mie, 9
bakmi, capjay, lunpia, dan lainnya. Jika dikaitkan dengan Pecinan Bogor, terdapat
pusat kuliner franchise Ngohiang, dan kuliner lain dengan penggunaan kata
serapan Cina yang berada di sepanjang Jalan Surya Kencana (Gambar 10). Kios
kuliner yang menggunakan istilah bahasa dan aksara Cina dengan Penempatan
dapur produksi berada di depan atau daerah depan kios, khas tipikal budaya Cina
27
Gambar 10 Kios kuliner khas masakan etnis Tionghoa
Sumber : Survei lapang (2014)
-Kesenian
Jika dibandingkan dengan etnis Cina di Jawa, dalam bentuk kesenian di Pecinan
Makassar tidak terlalu terlihat terjadinya perpaduan dua budaya. Kegiatan
kesenian di kawasan Pecinan Bogor menjadi suatu hal yang mendapat perhatian
berupa kegiatan ritual keagamaan dan hiburan bagi masyarakat. Salah satu bentuk
kesenian yang biasanya ditampilkan di Klenteng pada Kelurahan Babakan Pasar
yaitu atraksi barongsai, leong-leong yang sering dilakukan oleh masyarakat Cina
pada rangkaian kegiatan etnis Cina pada hari-hari perayaan tertentu (Gambar 11).
Ritual mengelilingi setiap Vihara di pusat Kota Bogor dimulai dari Vihara
Dhanagun yang berada di lokasi penelitian. Jalan Suryakencana menjadi salah
satu rute kegiatan ritual keagamaan ini yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB
dan berakhir di Vihara Dhanagun pada pukul 19.00-24.00 WIB.
Gambar 11 Kegiatan ritual perayaan hari raya imlek 2013 di Jalan Surya Kencana
Sumber: Survei Lapang (2014)
-Sistem Kepercayaan (Religi)
Rangkaian sejarah Indonesia diwarnai berbagai pergolakan yang melibatkan
etnis Cina yang kontradiktif terhadap pribumi. Pada masa ini terjadi pula
peralihan status dan identitas, termasuk dalam sistem kepercayaan. Indikasi ini
terlihat pula di Etnis Cina di Bogor, ada yang semula beragama Kong Hu Chu
atau Budha berpindah memeluk agama Islam, Katolik dan Kristen Protestan.
28
(a) (b) Gambar 12 (a) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor, Jawa Barat,
sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana
Sumber : (a)Wikimedia Commons/Tropenmuseum (2014) dan (b)Survei lapang (2014)
- Sistem Pengetahuan
Kebudayaan Sungai Kuning (Cina) termasuk salah satu kebudayaan yang
mempunyai peradaban tertinggi di dunia. Buktinya bahwa hasil kebudayaannya
tetap berkelanjutan bahkan diwarisi hingga sekarang. Cina telah membawa
pengetahuan dan teknologi seperti teknologi metalurgi (pengolahan logam dan
besi), bahkan, bangsa Cina membawa bibit-bibit tanaman seperti teh, tembakau,
dan kacang hijau atau tauge. Implikasi lanjutannya, pengetahuan dan pengolahan
makanan berkembang sehingga kita semakin mengenal variasi kuliner yang kaya
sampai kini. Perwujudan di Pecinan Bogor yang relatif sama di tempat lain pada
umumnya dapat dilihat dengan adanya praktek tabib beserta toko dan ramuan
khas Cina di Jalan Surya Kencana. Berdasarkan kondisi eksisting, dapat
disimpulkan bahwa terdapat keberagaman budaya yang tetap eksis di Pecinan
namun belum diimbangi ketersediaan wadah untuk menampung kegiatan baik
yang bersifat rutin dan insidentil.
Berdasarkan hasil wawancara dan survei langsung, setiap tahunnya
pelaksanaan perayaan Hari Raya Imlek bagi etnis tionghoa dilakukan di Klenteng
Jalan Suryakencana ini. Aktivitasnya berupa rute ritual mengelilingi setiap
klenteng di kota Bogor salah yang satunya berada di Jalan Suryakencana.
Aktivitas yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari ini sangat menarik
pengunjung terutama masyarakat sekitar dan beberapa turis. Kegiatan ini tidak
memiliki restriksi karena hanya diikuti oleh etnis tionghoa tetapi juga dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat kota Bogor.
Inventarisasi
Prasarana Lingkungan
Jaringan Jalan
Pada lokasi penelitian terdapat jalan kolektor dan jalan lingkungan. Lokasi
penelitian dibatasi oleh jalan kolektor yaitu Jalan Otto Iskandar Dinata disebelah
utara. Sedangkan disebelah barat dibatasi oleh jalan yaitu Jalan Suryakencana.
Jalan Otto Iskandardinata termasuk ke dalam wilayah administrasi
Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan yang Otto Iskandardinata membatasi
lokasi studi adalah 730 m. Berdasarkan data inventarisasi jalan kota Bogor tahun
2005, jalan ini memiliki 3 lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan
(DAMIJA) 15 m dan jalur lalu lintas 9 m. Kondisi perkerasan rusak, jenis
29
perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan berlubang,
dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 10-20 km/jam. Angkutan berat sering
melintas di jalan ini. Trotoar di sebelah kiri dan kanan jalan selebar 1,5 m, jenis
trotoar berupa ubin/keramik dan kondisinya baik. Saluran di kiri dan kanan jalan
selebar 1 m, jenis nya berupa batu kali dan kondisinya sedang.
Jalan Roda termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor
Tengah. Panjang Jalan Roda yang membatasi lokasi studi adalah 879 m.
Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 2
lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur lalu
lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe
konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan
kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat
trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.
Jalan Suryakencana termasuk kedalam wilayah administrasi Kecamatan
Bogor Tengah. Panjang Jalan Suryakencana yang membatasi lokasi studi adalah
900 m. Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini
memiliki 3 lajur dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur
lalu lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe
konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan
kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat
trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.
Jalan lingkungan dalam permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara
roda dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan lingkungan sangat sempit
yaitu sekitar ± 1,2m karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area
permukiman penduduk.
Pola sirkulasi pada jalan lingkungan dalam permukiman ini membentuk
cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus masuk dan keluar pada setiap
lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada sekitar Jalan Suryakencana
memiliki pola linier (Gambar 13).
Gambar 13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian
Sumber: Survei lapang (2014)
Drainase
Lokasi penelitian memiliki tipe saluran drainase tertutup (Gambar 14).
Drainase terbuka terletak di sisi-sisi jalan dan berfungsi sebagai pengalir aliran air
hujan. Secara umum, drainase tertutup sudah berjalan dengan baik. Namun di
lokasi tertentu, drainase tertutup penuh dengan sampah yang berasal dari kios dan
30
warung makan. Drainase tertutup dominan terletak di seluruh sisi permukiman.
Drainase ini sebagian besar digunakan sebagai saluran pembuangan limbah dari
permukiman, toilet, dan mushola.
(a) (b)
Gambar 14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar Bogor
(b)Drainase di permukiman
Sumber: Survei lapang (2014)
Persampahan
Pembuangan sampah di lokasi studi dilakukan melalui tiga cara yaitu:
pengangkutan langsung oleh angkutan DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan), pengangkutan ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan
dibuang langsung ke sungai (Gambar 21). Berdasarkan data hasil wawancara,
27% sampah rumah tangga diangkut langsung oleh kendaraan DLHK, 57 %
diangkut ke TPS terdekat dan 13 % dibuang ke sungai. Sampah yang diangkut
secara koordinasi sebesar 74 % dan dibuang langsung ke sungai atau non
koordinasi sebesar 26%. Sistem pembuangan sampah di permukiman sepanjang
Jalan Suryakencana dilakukan melalui pengangkutan langsung oleh kendaraan
DLHK. Biaya pembuangan sampah dimasukkan ke dalam pembayaran tagihan
PDAM setiap bulannya. Sampah rumah tangga ditampung di bak sampah
berukuran 1,5 m x 1,5 m. Dalam kurun waktu 1 kali dalam satu minggu, truk
sampah dari DLHK mengangkut sampah yang ditampung sementara di bak
sampah tiap-tiap rumah atau gerobak sampah untuk diangkut ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Galuga. Pada lokasi penelitian terdapat 4 TPS yaitu 2 TPS di
Pasar Bogor dan 2 TPS di Jalan Roda . Sistem pembuangan sampah dapat melalui
koordinasi dan non koordinasi. Berdasarkan data hasil wawancara, 38% sampah
diangkut ke TPS Jalan Roda, dan 62% diangkut ke TPS Pasar Bogor.
Pengangkutan dilakukan secara kolektif setiap hari. Sampah di daerah ini tidak
hanya sampah rumah tangga tetapi termasuk sampah pasar. Sampah dapat
diangkut secara kolektif melalui koordinasi yang dikelola oleh Ketua Pemuda,
Remaja Mesjid dan Sukarelawan. Pengangkutan dilakukan tiap RT (Rukun
Tetangga), juga dapat dilakukan 2 RT sekaligus. Pada umumnya sampah diangkut
dari setiap rumah pada waktu malam hari oleh kelompok pemuda dan pagi hari
oleh sukarelawan. Sampah dari rumah-rumah diangkut dalam karung untuk
dipanggul atau dipikul. Dalam satu malam dapat menghasilkan 4-6 karung
sampah untuk 2 RT. Pengangkutan sampah menjadi sumber pendapatan bagi
pemuda setempat. Akan tetapi masih terdapat kendala yaitu proses pengangkutan
menjadi terhambat karena keterbatasan. Adanya keterbatasan yang bersifat teknis
dan non teknis dalam pengangkutan sampah mengakibatkan sebagian warga
membuang sampah langsung ke sungai.
31
Sarana Lingkungan
Lokasi penelitian adalah salah satu pusat perdagangan di Kota Bogor. Pasar
Bogor dan sepanjang Jalan Suryakencana merupakan tempat dengan intensitas
perdagangan yang tinggi. Hampir keseluruhan bangunan merupakan sarana
perniagaan seperti warung, toko, dan Ruko (Rumah Toko). Sarana pendidikan
merupakan fasilitas penunjang dalam suatu permukiman. Pada lokasi penelitian
terdapat 1 Sekolah Dasar, 1 Taman Kanak-Kanak dan 1 TPA (Gambar 4). Sekolah
Dasar yaitu SD Roda yang berada di pinggir jalan Roda. TK Al-Mukhlisin berada
di bantaran sungai Ciliwung. TPA Al-Kharyah berada di tengah-tengah
permukiman padat. Sarana pelayanan umum pada lokasi penelitian yaitu 1 unit
administrasi pemerintahan berupa Kantor Kelurahan Babakan Pasar dan 1 unit
Kantor Bank Cabang Pembantu. Sarana RTH pada lokasi penelitian sangat rendah,
tetapi terdapat ruang terbuka yang berpotensi menjadi RTH (Gambar 15). Bentuk
ruang terbuka di lokasi penelitian berupa lapangan sebanyak 2 lapangan olahraga
masing-masing dengan luas sekitar 167 m2 dan 240 m
2. Penduduk biasanya
menggunakan lapangan ini untuk olahraga seperti badminton dan voli. Mayoritas
pengguna adalah anak-anak dan remaja. Lapangan digunakan sebagai tempat
berkumpul penduduk terutama usia remaja pada sore dan malam hari. Pada siang
hari, lapangan digunakan sebagai tempat untuk menjemur. Intensitas penggunaan
lapangan olahraga lebih tinggi pada pagi dan sore hari terutama hari libur. Sarana
peribadatan di lokasi penelitian yaitu mesjid, gereja dan vihara. Di lokasi studi
terdapat 1 unit mesjid, 1 unit gereja dan 1 unit vihara.
Gambar 15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian
Sumber: Survei lapang (2014)
Utilitas
Air Bersih
Mayoritas penduduk di lokasi studi menggunakan pelayanan PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Menurut
data PDAM “Tirta Pakuan” Kota Bogor, sebanyak 84,75% rumah tangga di
Kelurahan Babakan Pasar mendapat air bersih dengan berlangganan PDAM.
Pelayanan PDAM sudah menjangkau dan memenuhi kebutuhan air bersih di
permukiman. Berdasarkan data hasil wawancara, sebanyak 28 responden
menggunakan PDAM dan 2 responden menggunakan sumur gali. Pada
permukiman juga terdapat sumur gali yang digunakan sebagai sumur umum.
Sumber air bersih lain di lokasi studi adalah pompa manual. Jumlah pompa
manual masih terbatas dan sedikit jumlahnya. Air tanah merupakan sumber air
untuk pompa. Kondisi air tanah yang sudah tercemar di lokasi studi menyebabkan
32
air dari pompa tidak digunakan untuk air minum, Air dari pompa digunakan untuk
mandi, cuci dan lain-lain. Penduduk memanfaatkan air dari sumur gali untuk
mandi, cuci dan wudhu. Selama pengamatan di lapang, masih terdapat masyarakat
yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci.
Analisis dan Sintesis
Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan
Analisis penilaian kriteria revitalisasi dilakukan berdasarkan Pedoman
Teknis Revitalisasi Kawasan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 18/PRT/M/2010 dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi lokasi penelitian. Penilaian terdiri dari dua tahap, yaitu (1)
menentukan kriteria pemilihan lokasi dan (2) penilaian pemilihan lokasi. Tahap
pertama terdiri dari dua kelompok tahap penilaian, yaitu (1) penilaian variabel
utama yang harus dipenuhi suatu lokasi revitalisasi dan (2) penilaian variabel
tambahan. Variabel utama yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 18/PRT/M/2010, yaitu (a) vitality ekonomi dan degradasi lingkungan
dan (b) nilai lokasi, dan (c) komitmen Pemda. Sementara itu, variabel tambahan
yang terdiri dari (a) kawasan masuk di Kawasan Strategis Menurut UU Tata
Ruang, (b) kepemilikan tanah (land tenure) di kawasan, dan (3) kepadatan fisik
dipilih seluruhnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010, kondisi
vitality kawasan dan degradasi lingkungan dapat diukur dari segi penurunan
produktivitas ekonomi (Tabel 17) dan degradasi lingkungan (Tabel 18) di bawah
ini,
Tabel 17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi
No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai
Kumulatif
P S1 P S2 P S3
1. Lapangan
Kerja
Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3 2
2. Unit
Ruang
Usaha
Sangat 1 Beragam 2 Kurang
beragam
3 2
3. Densitas
Penduduk
<60
jiwa/ha
1 60-150
jiwa/ha
2 >150
jiwa/ha
3 3
Nilai Total 1A 7
Indeksa 2.22%
Nilai total x Indeks 15.54%
Keterangan: aIndeks 2.22%
Berdasarkan hasil wawancara terhadap jumlah lapangan kerja di lokasi
penelitian, ditemukan bahwa jumlah lapangan kerja termasuk dalam kategori
sedang. Berdasarkan hasil wawancara dan survei lapang, jumlah unit ruang usaha
di lokasi penilitian termasuk dalam kategori beragam dengan jumlah 30-40 unit
ruang usaha. Berdasarkan data statistik dari Kantor Kecamatan Bogor Tengah
tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar memiliki luas 42 Ha dengan jumlah
penduduk 11.467 jiwa. Densitas penduduk dihitung dengan membandingkan
jumlah penduduk dengan luas keseluruhan lokasi penelitian, sehingga kelurahan
33
ini memperoleh densitas penduduk sebesar 252 jiwa/ha. Selanjutnya, potensi dan
permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai total 1A
dikalikan indeks 2.22% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 8.9% = Rendah
2) Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang
3) Nilai > 15.6% = Tinggi
Sementara itu, untuk penilaian degradasi lingkungan berdasarkan kondisi
tingkat pelayanan prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan budaya yang
meliputi:
Tabel 18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan
No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai
Kumulatif P S1 P S2 P S3
Prasarana Dasar
1 Layanan prasarana
air bersih dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
2 Layanan jalan
(dan jembatan)
dalam kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 3
3 Layanan prasarana
drainase dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
4 Layanan prasarana
sanitasi dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
5 Layanan prasarana
persampahan
dalam kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 3
Sarana Dasar
6 Layanan sarana
ekonomi dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
7 Layanan sarana
sosial budaya
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 2
8 Layanan sarana
rumah dalam
kawasan
Sangat
memadai
1 Memadai 2 Kurang
memadai
3 3
Nilai total 1B 25
Indeksa
0.83%
Nilai total x Indeks 20,75% aIndeks 0.83%
Berdasarkan standar pelayanan minimal untuk permukiman menurut
keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001,
sebanyak 60-220 liter/ orang/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan dan
55-75% penduduk terlayani. Pada lokasi penelitian, sumber air bersih berasal dari
PDAM, air tanah, sumur gali atau mata air. Penduduk yang menggunakan air
bersih dari PDAM sekitar 80%, air sungai sekitar 14% dan sumur gali 6%. Dari
beberapa persyaratan minimun tersebut permukiman ini belum dapat melayani
sistem air bersih permukiman ini. Menurut keputusan menteri permukiman dan
prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan untuk kondisi jalan
yaitu panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m, dan akses ke semua lingkungan
34
permukiman dapat diakses mobil pemadam kebakaran. Berdasarkan pengamatan
di permukiman ini, jalan yang digunakan berukuran 1-2 m dan dengan lebar ini
jalan di permukiman ini tidak dapat mengakomodasi aksesibilitas mobil pemadam
kebakaran. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No.
534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal untuk sanitasi di lingkungan
permukiman yaitu 80-90% penduduk untuk daerah dengan kepadatan > 300
jiwa/ha dengan tingkat pelayanan maksimal 120.000 jiwa, IPLT sistem kolam
dengan debit 50 m3/hari. Pada lokasi permukiman, pelayanan ini belum terpenuhi.
Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No.
534/KPTS/M/2001, penanganan sampah pada lokasi dilakukan secara individual
untuk diambil pemulung, tempat kapasitas perwadahan tersedia, pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan secara reguler. Oleh sebab itu, Potensi dan
permasalahan degradasi lingkungan dihitung dari nilai total 1B dikalikan indeks
0.83% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 8.3% = Rendah
2) Nilai > 8.3 s.d < 14.9% = Sedang
3) Nilai > 14.9% = Tinggi
2. Nilai Lokasi Penilaian terhadap nilai lokasi kawasan berdasarkan fungsi strategis
kawasan terhadap variabel fungsi ekonomi, nilai jual lahan (terhadap
sekitarnya/radius 1 km), dan pencapaian kawasan dari pusat kota (Tabel 19).
Tabel 19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel
fungsi ekonomi
No Variabel Parameter (P) dan Skori (S) Nilai
P S1 P S2 P S3 Kumulatif
1 Fungsi
strategis
Tidak potensi
untuk fungsi
ekonomi
1 Cukup
potensi
fungsi
ekonomi
2 Potensi
untuk
fungsi
ekonomi
3 3
2 Nilai jual
lahan (radius
1 km)
2% 1 3% 2 4% 3 3
3 Pencapaian
dari pusat
kota
Susah diakses 1 Memiliki
akses
2 Mudah
diakses
3 3
Nilai total 1A 9
Indeksa
2.22%
Nilai total x Indeks 19.98% aIndeks 2.22 %
Potensi dan permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai
total dikalikan indeks 2,22% dan dikategorikan menjadi:
1. Nilai < 8.9% = Rendah
2. Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang
3. Nilai > 15.6% = Tinggi
3. Komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) Penilaian terhadap komitmen Pemda berdasarkan pengelolaan yang
berkelanjutan dari Pemda, sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan
35
(regulasi) dari Pemda. Namun dalam penelitian ini, hanya digunakan dua aspek,
yaitu sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan (regulasi) dari
Pemda (Tabel 20).
Tabel 20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda
aJawaban Ya Nilai = 1;
bJawaban Tidak Nilai = 0;
cIndeks 0.063%
Penjumlahan nilai total 1+2 dikali indeks masing-masing dikategorikan menjadi :
1. Nilai < 5% = Rendah
2. Nilai > 5 s.d < 12.5% = Sedang
3. Nilai > 12.5% = Tinggi
b. Tahap II Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi. Penilaian
terhadap variabel-variabel tambahan ditujukan untuk mengetahui (4) keberadaan
kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata Ruang, (5)
kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik, seperti yang diterangkan dalam
penjelasan berikut.
1. Kawasan Masuk di Kawasan Strategis menurut UU Penataan Ruang Penilaian kawasan kedalam kawasan strategis berdasarkan UU No.26/2008
tentang Penataan Ruang berdasarkan variabel kawasan strategis nasional, kawasan
strategis provinsi, dan kawasan strategis kabupaten/kota (Tabel 21).
Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26
Tahun 2008 Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini:
Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008)
Yaa
Tidakb
Nilai
A Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Tidak 0
B Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Tidak 0
No Aspek Yaa
Tidakb
Nilai
1 Sharing investasi (financing)
a. Tidak terpaku APBN, berinisiatif
menggalang dana dari Tk I dan Tk II
1 1
b. Menggalang investor 0 0
Nilai total 1
Indeks 5%
Nilai total x indeks 5%
2 Regulasi/deregulasi
a. Regulasi dokumen perencanaan Penyusunan
Rencana Kerja (PRK) diperkuat dengan SK
Kepala Daerah/Perda
1 1
b. Regulasi pengelolaan kawasan 1 1
1) Traffic system management 1 1
2) Insentif (pajak, KLB, KDB) & disinsentif
3) IMB 1 1
4) Retribusi 1 1
5) PBB,dll 1 1
6) Pembebasan lahan 0 0
7) Kemudahan perizinan 1 1
Nilai total 7
Indeksc
0.63%
Nilai total x indeks 4.41%
Nilai total 1+2 9.41%
36
Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26
Tahun 2008 (lanjutan)
Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini:
Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008)
Yaa
Tidakb
Nilai
C Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Tidak 0
Nilai total 0
Indeksc
1,67%
Nilai total x Indeks 0 aJawaban Ya Nilai = 1;
bJawaban Tidak Nilai = 0;
cIndeks 1,67%
Menurut UU No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. PKW adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota. PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk
mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Lokasi penelitian berada
di Kota Bogor dan Kota Bogor tidak termasuk dalam kawasan PKN, PKW dan
PKSN. Sehingga, potensi lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut
UU No. 26 Tahun 2008 dihitung dari nilai total dikalikan indeks 1.67% dan
dikategorikan menjadi:
1) Nilai 1.7% = Rendah
2) Nilai 3.4% = Sedang
3) Nilai 5.0% = Tinggi
2. Kepemilikan Tanah (Land Tenure) di Kawasan
Penilaian kepemilikan tanah berdasarkan variabel status kepemilikan lahan
tidak dalam sengketa dan status kepemilikan yang jelas (Tabel 22), Tabel 22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan
No Variabel Parameter (P) dan (S) Nilai
P S1 P S2 P S3 Kumulatif
1 Status
sengketa
Bersengketa 1 Penyelesai
an
2 Tidak 3 2
2 Kepemilikan
jelas
Tidak
jelas/liar
1 Milik
privat
2 Milik
Negar
a
3 2
Nilai total 1A 4
Indeksa
0.83%
Nilai total x Indeks 3.32% aIndeks 0.83%
Potensi dan permasalahan kepemilikan tanah (land tenure) dihitung dari nilai total
dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 2.5% = Rendah
2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang
3) Nilai > 4.2% = Tinggi
3. Kepadatan Fisik Penilaian kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB (Koefisien Dasar
Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) (Tabel 22).
37
Tabel 22 Nilai lokaasi berdasarkan kepadatan fisik
No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai
P S1 P S2 P S3 Kumulatif
1 KDB (Koefisien
Dasar Bangunan)
Rendah
(<40%)
1 Sedang
(40%-80%)
2 Tinggi
(>60%)
3 3
2 KLB (Koefisien
Lantai Bangunan)
Rendah
(<1)
1 Sedang (1-2) 2 Tinggi
(>2)
3 1
Nilai total 1A 4
Indeksa 0.83%
Nilai total x Indeks 3.32 % aIndeks 0.83%
Pada lokasi penelitian terdapat permukiman dengan dominasi rumah toko
dan rumah sederhana. Permukiman dengan dominasi rumah toko memiliki KDB
64% dan kepadatan bangunan sangat tinggi. Jumlah bangunan 30 per hektar
dengan pola bangunan linier dan teratur. Permukiman dengan dominasi rumah
sederhana memiliki KDB sekitar 91% dengan kepadatan sangat tinggi. Dominasi
bangunan berupa rumah tinggal dengan luas 70 m2. Jumlah bangunan sekitar 85
rumah dengan pola bangunan tidak teratur dan lebar jalan lingkungan sekitar
1,2m. Oleh sebab itu, KDB di lanskap permukiman ini termasuk dalam kategori
tinggi. Potensi dan permasalahan kepadatan fisik berdasarkan variabel KDB dan
KLB dihitung dari nilai total dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi:
1) Nilai < 2.5% = Rendah
2) Nilai > 2.5 s.d < 4.2% = Sedang
3) Nilai > 4.2% = Tinggi Setelah dilakukan penentuan kriteria dan penilaian terhadap variabel utama
dan variabel tambahan, selanjutnya adalah tahap penentuan kelulusan (passing
grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi/ kawasan revitalisasi. Ketentuan
dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan, yaitu:
i. Kawasan revitalisasi dapat lolos ke passing grade apabila total jumlah nilai
pada tahap I ≥ 60%.
ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk
mendapatkan nilai akhir.
Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan
didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan
sebagai berikut:
i. nilai ≥ 65% – ≤ 80% = cukup potensial
ii. nilai > 80% – ≤ 85% = potensial
iii. nilai > 85% – 100% = sangat potensial
hasilnya, potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi
kawasan berdasarkan jumlah penilaian Tahap I (penilaian variabel utama) sebesar
65.68% dan Tahap II (penilaian variabel tambahan) sebesar 11.65%. Dengan
demikian, total nilai adalah sebesar 77.33%. Nilai ini termasuk ke dalam rentang
kriteria cukup potensial untuk dilakukan upaya revitalisasi kawasan (Tabel 23).
38
Tabel 23 Kriteria revitalisasi di lokasi penelitian
Kriteria revitalisasi Nilai Indeks (%) Nilai total (%)
1. Penilaian pemilihan lokasi
i. Variabel utama
a. Vitality ekonomi
b. Degradasi lingkungan
7.00
25.00
2.22
0.83
36.29
c. Nilai lokasi 9.00 2.22 19.98
d. Komitmen Pemda
e. Sharing investasi 1.00 5.00 5.00
f. Regulasi/deregulasi 7.00 0.63 4.41
ii. Variabel tambahan
a. Kawasan masuk di Kawasan
Strategis menurut UU Tata Ruang
0.00 1.67 0.00
b. Kepemilikan tanah (land tenure) 4.00 0.83 3.32
c. Kepadatan fisik 4.00 0.83 3.32
2. Penentuan kelulusan (passing
grade) dan potensi keberhasilan
pemilihan lokasi kawasan
1. nilai ≥65%-≤80% = cukup potensial
2. nilai >80% - ≤85% = potensial
3. nilai >85%-100% = sangat potensial
Nilai total kriteria revitalisai I+II 72.72
Kriteria revitalisasi Cukup potensial
Berdasarkan hasil analisis kriteria revitalisasi, lanskap permukiman padat
penduduk ini termasuk dalam kategori cukup potensial untuk dilakukan kegiatan
revitalisasi.
Analisis Vitality Lanskap permukiman Padat
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow dalam Porteus tahun 1977, dengan kondisi eksisting di lanskap
permukiman kelurahan Bababakan Pasar yang di tampilkan dalam tabel berikut
(Tabel 24).
Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat
Kel. BabakanPasar
No. Kebutuhan
Dasar
Bentuk Fisik/Non
Fisik
Keterangan (Ada/Tidak
Ada), Jenis
Form
(Bentuk)
1. Pangan ●Aktivitas
●Produksi
●Ada (berjualan)
●Ada (produksi adonan
lumpia dan kuliner khas
Cina)
●Node yang
mengokupasi path
dalam distrik
permukiman
2. Keamanan ●Layout
permukiman
●Gerbang
permukiman
●Pos keamanan
●Ada (pola linier dan cul
de sac)
●Ada (Gapura Kel.
Babakan Pasar)
●Ada (Poskamling)
39
Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat
Kel. BabakanPasar (lanjutan)
No. Kebutuhan
Dasar
Bentuk Fisik/Non
Fisik
Keterangan (Ada/Tidak
Ada), Jenis
Form
(Bentuk)
3. Afiliasi ●Ruang terbuka
●Ruang berkumpul
(outdoor dan indoor)
●Koperasi/Bank
●Ada (Pedestrian, teras
kios dan bangunan, jarak
antar bangunan, dan
lapangan)
●Ada (Klenteng
Gunadharma)
●Ada (Bank Mandiri)
●Node yang
mengokupasi path
dalam distrik
permukiman
●Landmark
●Node
4. Stimulasi ●Ragam display/toko
●Ada (Keunikan fasad
bangunan)
●Distrik
5. Identitas ●Budaya tradisional
Cina
●Aktivitas
●Monumen
●Tugu
●Festival budaya etnis
Cina
●Aktivitas ekonomi
●Tidak Ada
●Tidak Ada
Sumber: Survei Lapang (2014)
Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk fisik kebutuhan dasar manusia di lanskap
permukiman dapat teridentifikasi dengan baik. Bentuk fisik kebutuhan pangan
yaitu aktivitas ekonomi seperti berjualan dan produksi kuliner khas Cina. Bentuk
fisik keamanan berupa layout permukiman, gerbang permukiman dan pos
keamanan. Bentuk fisik kebutuhan afiliasi berupa ruang terbuka dan ruang
berkumpul baik diluar ruangan maupun didalam ruangan. Bentuk fisik stimulasi
di dalam lokasi penelitian yaitu ragam display/toko yang memiliki keunikan fasad
bangunan. Bentuk non-fisik identitas kawasan yaitu festival kebudayaan
tradisional Cina yang diadakan setiap tahun. Sedangkan bentuk fisik identitas
yaitu aktivitas ekonomi karena kawasan yang telah dikenal sebagai kawasan
perdagangan sejak zaman dahulu. Kebutuhan pangan dan afiliasi terdapat
kesamaan yaitu dalam bentuk node dan mengokupasi path di dalam permukiman
yang seharusnya hanya untuk jalur sirkulasi. Kondisi ini ditemukan di sepanjang
Jalan Suryakencana dan Jalan Roda. Oleh sebab itu, kebutuhan dasar manusia
yang paling signifikan didalam lokasi penelitian yaitu pangan dan afiliasi.
Identifikasi pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian dapat
digunakan untuk memperjelas studi perilaku masyarakat. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui lokasi kegiatan, intensitas dan aksesibilitas masyarakat untuk
mencapai setiap titik lokasi kegiatan pada Tabel 25 dan Gambar 16.
40
Tabel 25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di
lokasi penelitian
Kebutuhan Dasar Lokasi Intensitas Aksesibilitas
Kebutuhan Biologis
●Berjualan
●Warung di
Pedestrian Jalan
Suryakencana
●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1
●Kios di Jalan
Suryakencana
●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1
●Pasar Bogor ●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1
●Pasar pagi
●Jalan raya ●03.00-06.00 ●Linier, mudah, publik1
●Home industry ●Rumah penduduk ●Pagi-Sore ●Cul de sac, cukup
sulit2, khusus untuk
pekerja
Kebutuhan Afiliasi
●Berkumpul ●Lapangan
olahraga
●Siang-sore
hari
●Cul de sac, cukup
sulit2, akses publik
1
●Teras rumah dan
kios
●Sepanjang
hari
●Cul de sac, cukup sulit2
khusus hanya untuk
pemilik rumah dan
tetangga
●Tempat ibadah ●Pagi-Malam ●mudah, akses khusus
hanya untuk aktivitas
agama
Kebutuhan Rohani dan Estetika
●Sembahyang ●Vihara ●Pagi-Malam ●Akses mudah, hari
biasa hanya khusus untuk
kegiatan sembahyang,
(saat hari raya imlek
terbuka untuk publik1)
●Mesjid
●Pagi-Malam ●Akses mudah, hanya
khusus untuk umat
Kristen
●Gereja ●Pagi-Sore ●Akses mudah, hari
hanya khusus untuk umat
islam
●Perayaan Keagamaan
etnis Cina
●Jalan
Suryakencana
●Pagi-Malam ●Linier, Akses mudah,
terbuka untuk publik1
Keterangan: 1tidak ada pembatasan jenis pengguna dan pengunjung,
2ruang sempit
Sumber: Survei Lapang (2014)
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa intensitas aktivitas ekonomi
adalah aktivitas yang paling banyak di lokasi penelitian. Sementara itu, aktivitas
keagamaan berada di peringkat kedua dan aktivitas sosial berada di peringkat
ketiga. Oleh sebab itu, di lanskap permukiman padat ini memiliki potensi
ekonomi yang tinggi bagi masyarakat sekitarnya. Selanjutnya, jika dilihat pada
aksesibilitas di lokasi penelitian, pada aktivitas ekonomi secara umum
aksesibilitas linier, menuju lokasi mudah dan penggunaannya terbuka untuk
umum. Namun, untuk home industry aksesibilitas cul-de-sac dengan akses
menuju lokasi cukup sulit karena berada di dalam kawasan permukiman padat dan
penggunaannya dikhususkan untuk pekerja. Oleh sebab itu, untuk aksesibilitas
aktivitas ekonomi semakin tidak adanya pembatasan penggunaan dan pengunjung
41
menuju suatu lokasi di lanskap permukiman ini maka semakin tinggi
aksesibilitasnya.
Gambar 16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian
Sumber: Survei lapang (2014)
Pemenuhan kebutuhan biologis diekspresikan penduduk sebagai aktivitas
ekonomi. Bangunan ruko ditemukan di dalam lokasi penelitian dalam jumlah
banyak dan mengokupasi jalur (path) di sepanjang Jalan Roda dan Jalan
Suryakencana di lokasi penelitian. Ruko adalah bangunan yang digunakan
penduduk untuk berjualan dan sekaligus menjadi tempat tinggal. Berdasarkan
hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat perbedaan jumlah PKL
dan ruko di Jalan Roda (Gambar 17) dan Jalan Suryakencana (Gambar 18).
(a)
42
(b)
Gambar 17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi
PKL di Jalan Roda
Sumber : Survei lapang 2014
Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Roda jumlah fasilitas ekonomi yang aktif
yaitu ruko 20 unit dan PKL 5 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk
tinggi dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 18 unit dan jumlah PKL aktif
sebanyak 5 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah
dengan tidak adanya ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 1 unit. Oleh
sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Roda pada pagi dan siang
hari lebih tinggi dibandingkan malam hari.
(a)
(b)
Gambar 18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi
PKL di Jalan Suryakencana
Sumber: Survei lapang 2014
43
Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Suryakencana jumlah aktivitas yaitu
ruko 40 unit dan PKL 30 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk tinggi
dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 30 unit dan jumlah PKL aktif sebanyak
30 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah dengan
tidak adanya jumlah ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 10 unit. Oleh
sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Suryakencana pada pagi
dan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari. Perbandingan jumlah dan
intensitas aktifitas di jalan Suryakencana pada siang hari lebih tinggi
dibandingkan Jalan Roda. Kondisi jalan Suryakencana yang ramai dan akses
utama membuat sektor informal seperti PKL lebih banyak dibandingkan Jalan
Roda. Hal ini juga terjadi di lokasi penelitian, PKL yang tidak dapat berjualan di
pagi hari, membuka lahan usahanya di sepanjang Jalan Suryakencana pada malam
hari. Hasil survei lapang menunjukkan sebesar 10% PKL buka dibandingkan yang
tutup pada malam hari, sedangkan seluruh ruko tutup pada malam hari. Hal ini
menunjukkan bahwa PKL masih tetap beraktivitas dalam jumlah besar pada
malam hari, dibandingkan ruko.
(a) (b)
Gambar 19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality aktivitas
ekonomi pada ruko selama ± 24 jam
Sumber: Survei lapang (2014)
Sektor informal dapat menghidupkan suasana di malam hari (Sholihah 2005).
Oleh sebab itu, aktivitas PKL berperan sebagai salah satu penggerak ekonomi di
lokasi penelitian pada malam hari. Aktivitas ekonomi ini juga berperan sebagai
salah satu potensi untuk meningkatkan vitality kawasan ini. Aktivitas ekonomi di
Jalan Roda lebih rendah dibandingkan aktivitas di sepanjang Jalan Suryakencana,
padahal jarak antara kedua lokasi cukup dekat dan berada dalam lokasi yang
sama. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh beberapa
informasi mengenai potensi vitality di jalan Roda (Tabel 26),
Tabel 26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting No Dahulu Saat ini
1 Digunakan sebagai jalur aktivitas budaya untuk
perayaan imlek
Tidak ada aktivitas budaya
2 sebagai jalur perdagangan Masih digunakan sebagai jalur
perdagangan
3 Jumlah permukiman sedikit Jumlah permukiman
meningkat
Sumber: Survei lapang dan wawancara langsung (2014)
44
Berdasarkan hasil analisis, potensi ekonomi di dalam lokasi penelitian lebih
dominan dibandingkan potensi lainnya. Oleh sebab itu, evaluasi dilakukan untuk
meningkatkan vitality ekonomi kawasan penelitian.
Gambar 17 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian
Sumber: Survei lapang 2014
45
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Struktur/Perilaku Keteritorialan
Analisis ini dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden
sebanyak 30 orang. Responden diberikan pertanyaan sebanyak 5 buah untuk
mengetahui persepsi masyarakat terhadap perilaku keteritorialan di lokasi
penelitian. Hasil kuisioner diolah menggunakan skala likert dan hasilnya
ditampilkan pada (Tabel 27),
Tabel 27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan
perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar
Sturktur/Perilaku
Keteritorialan
1 2 3 4 5 Total Indeks
Penilai
an
DK*
Jalan Suryakencana
Menjaga keindahan
lanskap/arsitektur 2 2 15 8 100 127 0,85 SP
Merupakan Landmark 1 2 6 16 100 125 0,83 SP
Memiliki nilai historis 1 2 18 16 90 127 0,85 SP
Untuk kegiatan
upacara adat 1 12 12 4 110 139 0,93 SP
Memiliki nilai
ekonomi 1 2 3 4 130 140 0,93 SP
Jalan Roda
Menjaga keindahan
lanskap/arsitektur 1 26 30 20 5 82 0,55 CP
Merupakan Landmark 12 24 12 4 5 57 0,38 KP
Memiliki nilai historis 12 6 39 4 5 66 0,44 CP
Untuk kegiatan
upacara adat 20 14 3 4 5 46 0,31 KP
Memiliki nilai
ekonomi 19 2 3 32 5 61 0,41 CP
Vihara
Menjaga keindahan
lanskap/arsitektur 1 2 6 20 105 134 0,89 SP
Merupakan Landmark 1 2 3 20 110 136 0,91 SP
Memiliki nilai historis 1 2 21 8 100 132 0,88 SP
Untuk kegiatan
upacara adat 1 2 3 4 130 140 0,93 SP
Memiliki nilai
ekonomi 10 14 21 16 5 56 0,37 P
Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian Keterangan: 1=Sangat Kurang