BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Kurikuler Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi pembelajaran yang Kreatif dan Menyenangkan. Standar Kompetensi Mahasiswa memahami, mendekripsikan dan mampu melaksanakan pembelajaran PKn yang kreatif dan menyenangkan. Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat, jenis-jenis model pembelajaran PKn dan teori-teorinya. Kecerdasan Karakter a. Bahasa-pengetahuan b. Teknologi informasi komunikasi c. Intrapersonal d. Interpersonal e. Kinestetis f. Religius g. Emosional dan sosial h. Professional yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 1
178
Embed
EVALUASI KUALITATIF PROSES MENGAJAR …umpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/... · Web viewBAB I PENDAHULUAN Kompetensi Kurikuler Mengembangkan kemampuan mahasiswa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Kompetensi Kurikuler
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi pembelajaran yang
Kreatif dan Menyenangkan.
Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami, mendekripsikan dan mampu melaksanakan
pembelajaran PKn yang kreatif dan menyenangkan.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat, jenis-jenis model pembelajaran
PKn dan teori-teorinya.
Kecerdasan Karakter
a. Bahasa-pengetahuan
b. Teknologi informasi komunikasi
c. Intrapersonal
d. Interpersonal
e. Kinestetis
f. Religius
g. Emosional dan sosial
h. Professional
Petunjuk untuk Dosen
1. Materi yang akan disampaikan dalam buku ini terdiri dari pembahasan
hakikat pembelajaran.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 1
Proses pembelajaran akan dilakukan melalui penjelasan teori selama
empat kali pertemuan tatap muka. Dilanjutkan dengan dua kali tugas
individu, sembilan kali tugas kelompok dan praktek dan satu kali ujian
akhir.
2. Untuk mencapai standar kompetensi, dalam menjelaskan dosen harus
berdasarkan pada kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Kompetensi
dasar merupakan pedoman untuk menjelaskan materi dalam Bab-bab.
3. Pada awal perkuliahan, dosen membuat kontrak perkuliahan dan
menjelaskan kompetensi dasar dan standar kompetensi, tujuan
pembelajaran, tugas yang akan dilakukan sampai pada tahap evaluasi
penilaian akhir.
4. Pada perkuliahan selanjutnya, dosen diharapkan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Memberi penjelasan tentang materi dengan memberi kesempatan
mahasiswa untuk bertanya seluas-luas (berusaha membuat
mahasiswa bertanya).
b. Memberi penjelasan tentang tugas yang akan dilakukan
c. Memberi tugas individu.
d. Memberi tugas kelompok dengan membagi dalam kelompok-
kelompok kecil (2-4 orang).
e. Pembagian materi tugas.
f. Observasi materi dan pengumpulan bahan-bahan dari buku dan
internet.
g. Mempresentasikan tugas individu dan mempraktikkan tugas
kelompok dengan menggunakan powerpoint di depan kelas.
h. Memberi penilaian langsung.
5. Penulisan buku ajar ini mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Hakikat Pembelajaran
b. Hakikat Pembelajaran PKn
c. Pembelajaran PKn yang Kreatif dan Menyenangkan
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 2
6. Buku-buku dan bacaan yang dapat dipakai sebagai bahan pembanding,
yaitu:
a. Belajar dan Pembelajaran.
b. Kurikulum dan Pembelajaran.
c. Materi dan Pembelajaran PKn.
d. Strategi Pembelajaran PKn.
e. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran.
f. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan efektif.
g. Media Pembelajaran.
h. Paradigma Baru Pembelajaran.
Petunjuk untuk Mahasiswa
1. Mahasiswa wajib memahami Kompetensi Kurikuler, Kompetensi Dasar
dan Standar Kompetensi supaya mereka memiliki arah pemikiran yang
sistematis (sesuai apa yang akan diperoleh mahasiswa setelah selesai
mengikuti perkuliahan).
2. Untuk membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugas baik tugas individu
dan kelompok supaya mahasiswa mamputampil percaya diri dan
bekerjasama (ada yang menjadi pemimpin dan terpimpin) sehingga dapat
belajar menjadi warga Negara yang baik dan bertanggungjawab.
3. Mahasiswa dianjurkan sering melakukan kunjungan ke perpustakaan dan
selalu browsing internet.
4. Mahasiswa praktek menggunakan teknologi informasi komunikasi:
laptop/PC dan LCD.
A. Standar Kompetensi Warga Negara berdasarkan Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Pembelajaran memerlukan desain, desain yaitu prosedur yang terorganisasi
dimana tercakup langkah-langkah dalam menganalisis, mendesain,
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 3
mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengadakan evaluasi (Riyanto,
2012). Desain pembelajaran mencakup beberapa langkah secara spesifikasi
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi. Desain pembelajaran yang baik akan
menghasilkan proses aktivitas belajar yang baik antara guru dengan peserta
didik. Hamalik (2007) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta
didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
Perkembangan pembelajaran dipengaruhi oleh teknologi informasi dan
komunikasi. Pembelajaran dikelas tidak akan berhasil apabila pembelajaran
masih monoton menerapkan model pembelajaran konvensional. Model
pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang dilakukan hanya
menerapkan ceramah sebagai aktivitas mengajar guru sehingga peserta didik
tidak berkembang, tidak termotivasi, dan tidak berinteraksi secara aktif.
Pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan menerapkan aktivitas ceramah
tetapi juga menerapkan model-model pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi secara
menyeluruh sesuai dengan taksonomi tujuan pendidikan. Pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan dapat mendukung proses pembelajaran yang dapat
membentuk krakteristik, keterampilan dan kompetensi tertentu agar dapat
menghadapi kehidupan abad ke-21 sehingga mampu mengatasi masalah
dengan berbagai macam solusi yang dapat ditawarkan. Cogan (1998)
mengemukakan ada 8 karakterisktik yang perlu dimiliki oleh warga Negara,
yaitu:
1. Ability to look at and approach problems as a member of a global
society.
2. Ability to work with others in a cooperative way and to take
responsibility for one’s roles/duties within society.
3. Ability to understand, accept, and tolerate cultural differences.
4. Capacity to think in a critical and symtematic way.
5. Willingness to resolve conflict in a non-violent manner.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 4
6. Willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to protect
the environment.
7. Ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg. Rights
of women, ethnic minorities, etc).
8. Willingness and ability to participate in politics at local, national, and
international levels.
8 hal tersebut dapat diterjemahkan bahwa warga Negara memiliki
kemampuan sebagai berikut:
Pertama, kemampuan untuk mengamatgi dan melakukan pendekatan terhadap
masalah atau tantangan sebagai anggota masyarakat.
Kedua,
B. Karakteristik Model Pembelajaran PKn
Pada buku ajar sebelumnya telah dibahas masalah hakikat pembelajaran
PKn sehingga pada buku ajar ini dilanjutkan dengan pembahasan karakteristik
Model Pembelajaran PKn. PKn sebagai mata pelajaran memiliki keunikan
tersendiri, yang memunculkan PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan demokrasi, pendidikan moral, pendidikan Pancasila (Anitah W.,
Sri, dkk, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka untuk menentukan desain
model pembelajaran PKn berbeda dengan pembelajaran mata pelajaran lain.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa indikator yang menentukan model
pembelajaran PKn, antara lain filosofis PKn yang terdeskripsikan dari tujuan
mata pelajaran PKn, yang kemudian akan menentukan pemaknaan materi
pembelajaran, pemaknaan tersebut akan meliputi peran peserta didik dan guru
PKn dan sumber pembelajaran termasuk model pembelajaran. Analisis pada
pemaknaan dapat berbasis teori tentang tujuan, fungsi, dan kompetensi. PKn
dengan paradigma barunya sesuai pembahasan pada buku ajar sebelumnya
maka mengharapkan model pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan
peserta didik aktif (active student learning). Model pembelajaran dengan
paradigm baru memiliki karakteristik yaitu membelajarkan dan melatih peserta
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 5
didik berpikir kritis, membawa peserta didik mengenal, memilih dan
memecahkan masalah, melatih peserta didik dalam berpikir sesuai dengan
metode ilmiah dan keterampilan sosial.
Pembelajaran sebagai sistem. Pembelajaran pembelajaran terdiri dari
sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat
peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan). Jadi pembelajaran merupakan inti
dari model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bingkai dari
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik yang akan diterapkan dalam
proses kegiatan interaksi belajar antara tenaga pendidik dengan peserta didik.
C. Materi dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar
Materi dikembangkan berdasarkan paradigm baru PKn di sekolah
dasar. Pradigma baru mengadopsi dinamika perkembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang ditandai telah dilaksanakannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun 2016 dikawasan Asia Tenggara artinya
semakin terbukanya persaingan antarbangsa yang semakin kompetitif. Proses
pembangunan karakter bangsa (national character building) telah mendapat
posisi dalam kebijakan pemerintahan, yang tercantum dalam program revolusi
mental. Pembentukan karakter dapat diterjemahkan dalam materi-materi mata
–pelajaran PKn di sekolah dasar. Materi-materi tersebut menyangkut yaitu
pembelajaran individu sebagan insan Tuhan Yang Maha Esa, makhluk sosial
dan warga Negara Indonesia; pembelajaran sejarah perjuanmgan bangsa
Indonesia dan semangat kebangsaan; pembelajaran kerangka social budaya
masyarakat Indonesia dan kebangaan sebagai bangsa Indonesia; pembelajaran
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945; pembelajaran Hak Asasi Manusia;
pembelajaran demokrasi; hukum dan penengakkan hukum; dan pembelajaran
komunikasi sosial budaya Indonesia dan karakter WNI baru.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 6
Secara khusus ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri ,
Persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 7
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
PKn dengan paradigm baru bertumpu pada kemampuan dasar
kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang khususnya SD/MI.
Kemampuan dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk
sejumlah kemampuan disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan
dengan tingkat perkembangan para peserta didik. Kemampuan diuraikan lagi
dalam bentuk butiran standard materi dan kata kunci standard pencapaian.
Tabel 1. Kemampuan Dasar PKn dengan Pradigm Baru
No Kemampuan Dasar Kemampuan Standar Materi
Kata Kunci Standar
Pencapaian1 Menyadari hakikat
individu sebagai insane Tuhan Yang Maha Esa, makhluk social, dan warga Negara Indonesia yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya
Memahami makna ajaran agama masing-masing dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Kehidupan beragama dalam lingkungan masyarakat dan negara
Makna ajaran agama dalam konteks kehidupan keluarga
Materi bertumpu pada kemampuan dasar yang akan dibelajarkan untuk
mencapai tujuan PKn, yakni membentuk warga Negara yang cerdas,
bertanggungjawab dan berpartisipasi dalam kehidupan politik serta taat kepada
nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.
a. Arah Pengembangan Model-Model Pembelajaran sesuai SK dan KD Mata Pelajaran PKn di Sekolah Dasar/MI
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 8
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar
Penilaian.
Model pembelajaran PKn dengan paradigm baru memiliki karakteristik
sebagai berikut: membelajarkan dan melatih peserta didik berpikir kritis,
membawa peserta didik mengenal, memilih dan memecahkan masalah, melatih
peserta didik dalam berpikir sesuai dengan melakukan proses dan keterampilan
sosial lain. Hasil penelitian Noor (2010) mengemukakan Dari hasil penelitian
di lapangan melalui observasi, dan dokumentasi bahwa strategi pembelajaran
PKn yang diterapkan oleh guru PKn lebih banyak menggunakan metode
ceramah, mendikte, dan mencatat di papan tulis serta memberikan contoh
untuk menjelaskan nilai dalam membentuk karakter peserta didik berdasarkan
visi dan misi sekolah yang diterjemahkan ke 18 indikator karakter peserta
didik.
Model pembelajaran PKn dengan paradigm baru harus mampu
mencapai tujuan PKn secara maksimal. Model pembelajaran yang dibuat
merupakan kegiatan yang mencakup kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor
sehingga mampu membentuk karakter atau jati diri peserta didik sesuai dengan
UUD 1945 dan kearifan budaya lokal. Model pembelajaran perlu disesuaikan
dengan situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta didik bahkan
tingkat perkembangannya. Guru dapat memodifikasi model dengan tidak
mengubah prinsip-prinsip pokok (Winataputra, dkk. 2008).
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 9
D. Tujuan Penulisan Buku Ajar PKn
Berdasarkan hasil penelitian Noor, dkk. (2014) mengemukakan bahwa
melalui tugas individu dan tugas kelompok terlihat bahwa calon guru belum
sepenuhnya memiliki kemampuan mengajar yaitu percaya diri, berani tampil,
suara keras dan jelas dan karakter/ciri khas. Hal tersebut menjadi masalah
utama yang menjadi dasar menyusun tujuan utama yaitu untuk membahas
pengembangan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang kreatif dan menyenangkan dalam membentuk identitas peserta
didik di sekolah dasar sehingga mampu membantu mahasiswa memperoleh
komptensi mengajar yang lebih maksimal dan mampu menampilkan gaya khas
masing-masing, khususnya berkenaan dengan pedagogik dan kepribadian.
E. Manfaat Penulisan Buku Ajar PKn
1. Untuk para guru-guru mata pelajaran PKn atau mata pelajaran lain yang
ingin mengembangkan pembelajaran agar dapat mengevaluasi
pembelajaran sehingga mampu mengevaluasi peserta didik secara
maksimal.
2. Untuk Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menjadi bahan evaluasi untuk pengembangan pembelajaran mata pelajaran
PKn di SD.
3. Dapat digunakan oleh mahasiswa dan dosen sebagai salah satu bahan
belajar dan pembelajaran.
F. Pengembangan Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran
Pembelajaran di dalam kelas dan lingkungan sekolah artinya selama guru
melakukan aktivitas pembelajaran mata pelajaran PKn di sekolah dasar dan
selama peserta didik melakukan aktivitas baik di kelas maupun di lingkungan
sekolah/madrasah ibtidaiyah.
Definisi pembelajaran pada hakekatnya adalah melakukan kegiatan
belajar yang berfokus pada peserta didik, disini peserta didiklah yang belajar
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 10
bukan pendidik yang mengajar sehingga sesuai dengan pembelajaran aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) sebagai bagian integral dari
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suryanti dkk., 2008).
Operasional berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan PKn: 1.
Pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang terkait pada peran
warga negara dalam proses kebijakan publik (civic skills/psikomotor), 2.
Pengembangan wawasan kewarganegaraan (civic knowledge/kognitif), dan 3.
Pengembangan keterampilan partisipasi kewarganegaraan (civic
participation/afektif).
Winataputra mengemukakan uraian rinci materi pokok civic skills dalam
disertasinya sebagai berikut.
1. Kemampuan berkomunikasi secara argumentatif dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar atas dasar tanggungjawab sosial.
2. Kemampuan berpartisipasi dalam lingkungan sekolah atau masyarakat
secara cerdas dan penuh tanggungjawab personal dan sosial.
3. Kemampuan mengambil keputusan individual dan atau kelompok
secara cerdas dan bertanggungjawab serta bertanggungjawab.
4. Siswa memiliki kemampuan membangun kerjasama dengan dasar
toleransi, saling pengertian, dan kepentingan bersama.
5. Kemampuan berlomba-lomba untuk berprestasi lebih baik dan lebih
bermanfaat.
6. Kemampuan menentang berbagai bentuk pelecehan terhadap
keterampilan warga negara (civil skills) dengan cara yang dapat diterima
secara sosial-budaya.
7. Kemampuan memimpin dan memberikan dukungan.
8. Kemampuan membangun saling pengertian antar suku, agama, ras, dan
golongan guna memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaan.
9. Kemampuan berusaha untuk meningkatkan kemampuan pribadi dan
kegiatan sosial kultural dengan kesadaran untuk berbuat lebih baik (Al
Muchtar, dkk. 2009:9.5-9.6).
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 11
Winataputra mengemukakan uraian rinci materi pokok civil
knowledge dalam disertasinya sebagai berikut.
1. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial,
2. Manusia sebagai individu yang memiliki hak asasi yang harus
dilindungi dan diwujudkan secara bertanggungjawab,
3. Demokrasi dalam kehidupan keluarga,
4. Demokrasi dalam kehidupan di sekolah,
5. Demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
6. Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai nilai dasar dan landasan demokrasi
di Indonesia,
7. Secara konstitusional kedaulatan adalah ditangan rakyat,
8. Demokrasi menuntut kecerdasan warga negara,
9. Demokrasi menuntut pembagian kekuasaan negara,
10. Demokrasi dengan perwujudan otonomi dalam konteks negara
kesatuan,
11. Peradilan yang bebas dan tidak memihak,
12. Dinamika penerapan konsep, prinsip, nilai, dan cita-cita demokrasi
dalam masyarakat yang berbhinneka tunggal ika,
13. Pentingnya pemberdayaan warganegara dalam memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa dan proses alih generasi secara
bertanggungjawab,
14. Keluarga sebagai inti masyarakat berperan sebagai lembaga yang
paling dini dalam pemberdayaan individu sebagai anggota masyarakat
yang demokratis,
15. Organisasi pelajar/mahasiswa/pemuda berperan sebagai wahana
gerakan moral yang potensial mempengaruhi kebijakan politik kenegaraan
dan fungsional dalam membudayakan kehidupan yang demokratis,
16. Koperasi berperan sebagai wahana pemberdayaan warga negara dalam
rangka perwujudan demokrasi ekonomi,
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 12
17. Pemilihan umum berfungsi sebagai sarana demokrasi yang berperan
untuk menyeleksi calon-calon terbaik anggota lembaga perwakilan rakyat
yang dilaksanakan secara jujur dan adil,
18. Pemerintah berfungsi sebagai pelaksana amanat rakyat,
19. Media massa merupakan sarana demokrasi yang berperan sebagai
media komunikasi massa yang jujur dan bertanggungjawab, serta memberi
dampak pendidikan politik kepada seluruh warga negara (Al Muchtar,
dkk., 2009:10.8-10.11).
Materi pokok pembelajaran PKn yang berkenaan dengan konsep civic
participation sebagai berikut.
1. Partisipasi warga negara dalam melakukan bakti sosial atas dasar
tanggungjawab sosial.
2. Partisipasi warga negara dalam melakukan kerja sama dalam
memberikan pertolongan yang terkena musibah dengan penuh kesadaran
dan tanggungjawab personal dan sosial.
3. Partisipasi warga negara menjaga tata tertib dan kebersihan lingkungan
sekolah atau masyarakat secara cerdas dan penuh tanggungjawab personal
dan sosial.
4. Partisipasi dalam melaksanakan keputusan individual dan atau
kelompok sesuai dengan konteksnya secara bertanggungjawab.
5. Partisipasi menentang berbagai bentuk pelecahan terhadap
keterampilan warga negara.
6. Memimpin kegiatan kemasyarakatan secara bertanggungjawab.
7. Memberikan dukungan yang sehat dan penuh tanggungjawab kepada
calon pemimpin dalam lingkungannya.
8. Membangun saling pengertian antar suku, agama, ras, dan golongan
guna memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaan.
9. Siswa dapat berpartisipasi dalam menbangun saling pengertian antar
bangsa melalui berbagai media komunikasi yang tersedia. Meningkatkan
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 13
kemampuan pribadi dan kegiatan sosial kultural (Al Muchtar, dkk.,
2009:11.5-11.6).
G. Jadwal dan Materi PKn
Dengan asumsi bahwa satu semester terdiri dari empat bulan efektif,
termasuk sekali ujian tengah semester dan sekali ujian akhir semester, serta 50
menit x sks mata kuliah maka disusun jadual perkuliahan PKn sesuai dengan
Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Materi PKn ini merupakan analisis materi
antara materi dari Buku yang diterbitkan oleh PP Muhammadiyah dengan
Kemenristek Dikti sehingga menghasilkan materi yang mampu mengadaptasi
perkembangan jaman.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 14
BAB IIMATERI, BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI
MATA PELAJARAN PKn
A. Pembelajaran Taksonomi Mata Pelajaran PKn
Dalam Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS Bab I Pasal 1:1 (2003:3), dikatakan bahwa: Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Taksonomi tujuan pendidikan berarti kategorisasi tujuan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran. Taksonomi tersebut menjadi landasan untuk
pengembangan taksonomi tujuan mata pelajaran PKn. Al-Muchtar, dkk.
(2009) menyatakan taksonomi tujuan mata pelajaran PKn yaitu:
(1) Pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang
terkait pada peran warga negara dalam proses kebijakan publik (civic
skills/psikomotor),
Pembelajaran materi pengembangan keterampilan warga negara dalam
mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan
menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia,
khususnya dalam menaati aturan. Pendekatan belajar metode simulasi dapat
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 15
dilakukan misalnya pada saat dihadapkan pada pembelajaran yang memuat
pengembangan aspek keterampilan kewarganegaraan, seperti kemampuan
membangun saling pengertian antar suku, agama, ras, dan golongan guna
memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaan.
Dalam hal ini Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK) adalah suatu
inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik
memahami teori kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktek-
empirik. Dengan adanya praktek, siswa diberikan latihan untuk belajar secara
kontekstual. Model ini sangat tepat bagi pengembangan kurikulum yang
memiliki dukungan terhadap pengembangan keterampilan. Penilaian terhadap
pembelajaran materi keterampilan kewarganegaraan dalam mata pelajaran
Kewarganegaraan diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator hasil
belajar. Penilaian dapat menggunakan model penilaian berdasarkan perbuatan
(performance-based assessment) atau juga dikenal dengan penilaian otentik
(authentic assessment).
Model Pembelajaran PKn Berorientasi Pengembangan Keterampilan
Pemecahan Masalah yang Berhubungan dengan Keterampilan Warga Negara
(Civic Skills)
a. Dalam pembelajaran PKn tentang materi pengembangan keterampilan
kewarganegaraan antara lain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
b. Salah satu fungsi dari pengembangan keterampilan kewarga-negaraan
adalah supaya warga negara turut serta dalam berbagai kegiatan kehidupan
bernegara.
c. Keterampilan kewarganegaraan perlu dimiliki oleh setiap warga negara,
sehingga mereka memiliki kemampuan untuk turut dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa sesuai dengan konstitusi.
d. Pengembangan konsep keterampilan kewargnegaraan dapat dilakukan
dalam berbagai kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dengan
menggunakan metode yang beragam. Akan tetapi dipilih yang tepat untuk
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 16
meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar dan berlatih keterampilan
kewarganegaraannya.
(2) Pengembangan wawasan kewarganegaraan (civic
knowledge/kognitif),
Pembelajaran wawasan kewarganegaraan hendaknya dilakukan secara
kelompok dengan menekankan kepada diskusi terutama untuk mempelajari
bahan pelajaran yang berbentuk masalah wawasan kewarganegaraan.
Pembelajaran materi wawasan kewarganegaraan dalam mata PKn merupakan
proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter
warga negara Indonesia, khususnya dalam keterampilan kewarganegaraan.
Pendekatan belajar Metode pemecahan masalah dapat dilakukan
misalnya pada saat dihadapkan pada pembelajaran yang memuat
pengembangan wawasan kewarganegaraan seperti tentang partai politik
bagaimana melakukan memperkuat wawasan pengetahuan fungsi kabinet
sebagai sarana demokrasi yang berperan membantu presiden sebagai
mandataris MPR melaksanakan ketetapan/keputusan MPR dan peraturan
perundangan lainnya secara profesional, jujur, dan penuh tanggung jawab.
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan merupakan sarana
demokrasi yang berperan sebagai pemimpin bangsa dan negara, dan manajer
pemerintahan yang cerdas, demokratis, dan religious.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi materi ini
yaitu Model pembelajaran berbasis Portofolio. Model Pembelajaran berbasis
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud
tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang
ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantung pada mata pelajran dan
tujuan penilaian portofolio (Winataputra, dkk. 2008).
Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi
yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas peserta didik
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 17
berkenaan dengan suatu isu kebijakan public yang telah diputuskan untuk
dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan.
Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti penyataan-pernyataan tertulis, peta,
grafik, fotografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:
a. Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan suatu masalah
yang telah mereka pilih;
b. Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan alternative-
alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut;
c. Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh peserta didik untuk
mengatasi masalah tersebut;
d. Rencana tindakan yang telah dibuat peserta didik untuk digunakan dalam
mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan.
Pembelajaran PKn yang berbasis Portofolio memperkenalkan kepada
para peserta didikdan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-
langkah yang digunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan
untuk membina komitmen aktif para peserta didik terhadap
kewarganegaraannya dan pemerintahannya dengan cara:
a. Membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
berpartisipasi secara efektif;
b. Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan
kompetensi dan efektivitas pratisipasi;
c. Mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga Negara.
Dari beberapa penjelasan mengenai Sintaks atau tahapan-tahapan
kegiatan pembelajaran disimpulkan, meliputi:
1) Kelas dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok bertanggungjawab
untuk membuat satu bagian portofolio kelas;
2) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di masyarakat;
3) Memilih satu masalah untuk kajian kelas;
4) Mengumpulkan informasi dan menilai tentang masalah yang akan dikaji
kelas;
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 18
5) Mengkaji pemecahan masalah;
6) Membuat Portofolio Kelas;
7) Menyajikan Protofolio;
8) Refleksi terhadap Pengalaman Belajar (Winataputra, dkk. 2008).
Model Pembelajaran berbasis Portofolio untuk diterapkan di sekolah
dasar, guru perlu melakukan penyederhanaan proses kegiatan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar. Guru perlu
mengadakan bimbingan secara intensif dan berkelanjutan agar peserta didik
betul-betul memahami setiap proses pembelajarannya.
(3) Pengembangan keterampilan partisipasi kewarganegaraan
(civic participation/afektif).
PKn merupakan program dari pendidikan yang dikembangkan dari
kajian ilmu politik, sosial politik, dan ilmu pendidikan sasarannya adalah
semua warga negara untuk meningkatkan kualitas partisipasi warga negara
dalam kehidupan politik, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya dan
kependidikan.
Pengembangan kemampuan partisipasi kewarganegaraan adalah visi
dan misi serta pendekatan dari pendidikan kewarganegaraan, yang sasarannya
seluruh warga negara, dan dapat dilakukan pada lembaga pendidikan
persekolahan. Yang dilaksanakan baik di kelas maupun di luar kelas, bertujuan
dalam kerangka pembentukan warga negara yang partisipatif (socio civic
behaviours).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan bertujuan
memperkuat partisipasi warga negara, yang dikembangkan dalam kurikulum
sekolah, yang dilihat dari sasarannya lebih khusus warga negara dalam usia
sekolah. Oleh karena itu, secara keilmuan bersumber pada konsep dasar
partisipasi warga negara dalam ilmu politik dengan menggunakan pendekatan
psikologis untuk kepentingan pendidikan. Disajikan dalam bentuk PKN
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 19
sebagai modal pendidikan, yang mengembangkan nilai partisipasi warga
negara politik warga negara, dan Tata Negara.
Pembelajarannya lebih menekankan kepada pengembangan bernalar
dan bersikap serta bertindak demokratis melalui pengembangan kemampuan
pengambilan keputusan (decision making process) melalui proses
pembelajaran.
Pembelajarannya lebih diutamakan terhadap peningkatan kemampuan,
untuk mengenal dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh warga negara,
sehingga mampu bertindak sebagai warga negara yang baik.
Pendekatan belajar Metode pemecahan masalah dapat dilakukan
misalnya pada saat dihadapkan pada pembelajaran yang memuat
pengembangan aspek sikap dan keterampilan seperti bagaimana melakukan
pengambilan keputusan dengan lebih mementingkan kepentingan umum dari
pada kelompok atau pribadinya
B. Pengembangan Pembelajaran PKn
Dalam hasil penelitian Noor, dkk. (2014) bahwa calon guru kurang
mempunyai kemampuan berani tampil, percaya diri, wawasan, dan
pengembangan kemampuan teknologi informasi komunikasi sehingga transfer
pengetahuan dan penguasaan situasi dan kondisi kelas yang diharapkan dapat
berjalan sesuai dengan RPP kurang begitu maksimal. Calon guru disini
mengerjakan tugas sebatas pada gugur kewajiban jadi tugas selesai dikerjakan
berarti selesai tanggungjawabnya.
Kosasih (1999) mengemukakan dalam pengembangan pembelajaran
terhadap materi yang akan disampaikan, peserta didi tidak hanya mempelajari
materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus praktik, berlatih dan
mampu menunjukkan identitas karakter bersikap dan berperilaku sebagai
materi yang dipelajari. Guru harus mampu mengembangkan kompetensi
pembelajaran PKn:
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 20
1. Membina dan menciptakan keteladanan, baik fisik dan material (tata dan
asksesori kelas/sekolah), kondisional (suasana pembelajaran) maupun
personal (guru, pimpinan sekolah dan tokoh unggulan;
2. Membiasakan/membakukan atau mempraktikkan apa yang diajarkan
mulai di kelas-sekolah-sekolah dan lingkungan belajar, dan
3. Memotivasi minat/gairah untuk terlibat dalam belajar, untuk kaji lanjutan
dan mencobakan serta membiasakannya (Winataputra, dkk. 2008).
Kompetensi tersebut dapat dipraktikkan melalui berbagai model
pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan strategi
pembelajaran. Dengan melakukan berbagai model, metode, pendekatan dan
strategi pembelajaran diharapkan mencapai sasaran maka kelas PKn dan
sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium masyarakat, bangsa dan negara.
Bagaimana mungkin peserta didik yang kelak menjadi anggota masyarakat
akan mengerti bagaimana menjadi warga negara yang demokratis, padahal
mereka selama di sekolah hanya mempelajari pengetahuan teori saja.
Pengembangan pembelajaran PKn memerlukan media pembelajaran,
fungsinya adalah untuk memberi kemudahan kepada peserta didikdalam
memahami materi yang diajarkan. Media PKn, diantarnya adalah guru PKn
tersebut. Media lain dalam PKn, yaitu yang bersifat:
1. Material, misalnya buku, model pakaian, bendera, senjata.
2. Immaterial, misalnya contoh kasus, cerita, legenda, budaya.
3. Kondisional. misalnya suasana simulasi yang diciptakan sebelum atau
pada saat proses belajar berlangsung di kelas atau di tempat kejadian.
4. Personal, misalnya nama atau foto atau gambar tokoh masyarakat atau
pahlawan, gambar atau foto atau nama presiden, raja.
C. Evaluasi PKn
Pembelajaran memerlukan evaluasi pada saat akhir pembelajaran.
Evaluasi bisa dilakukan mulai dari pra evaluasi kalau di awal. Formatif jika
berada dalam proses diagnostik atau di tengah proses pembelajaran, atau
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 21
sumatif kalau di akhir. Kosasih (Winataputra, 2008) mengemukakan evaluasi
merupakan bagian dari belajar maka evaluasi tidak hanya dilakukan dua kali
saja (formatif dan sumatif), tetapi mestinya dilakukan pra dan sepanjang
pembelajaran melalui berbagai kegiatan dengan menggunakan media atau
tanpa media pembelajaran secara terarah dan terkendali. Pola evaluasi inilah
yang dinamakan evaluasi portofolio atau penilaian yang kontinu
berkesinambungan. Evaluasi protofolio ini dapat menghasilkan gambaran
keberhasilan atau kekurangan proses maupun hasil belajar peserta didik lebih
adil dan objektif. Untuk bagan dari evaluasi ini sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Pola Penilaian Portofolio PKn
Dari gambar 1. Bahwa pilihan penilaian cukup banyak dan beraneka
ragam, yang pada puncaknya direkap dengan bobot penilaian sesuai dengan
ketentuan atau pertimbangan guru yang bersangkutan atas dasar bobot setiap
kegiatan tersebut.
Menurut deskripsi diatas hasil akhir dari PBK adalah portofolio (portfolio)
hasil belajar yang berupa rencana dan tindakan nyata yang ditayangkan oleh
setiap individu atau kelompok dan dinilai secara periodik melalui suatu
kompetisi interaktif-argumentatif pada tingkat kelas, sekolah, daerah setempat,
dan nasional. Peserta didik kemudian diberikan sertifikat keberhasilan dalam
mengikuti kegiatan praktik tersebut.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 22
Pola Penilaian (Evaluasi
Pra-Evaluasi Formatif Sumatif
1. Tes2. Non Tes
A. ObjektifB. Esay/UraianC. Kegiatan/ Karya/TerampilD. Laporan Pihak Ketiga (peserta didik, guru, organisasi sekolah dan masyarakat, dll
Di KelasDi Sekolah
LuarSekolah
Individual
Kelompok
Dengan melakukan hal tersebut maka pembelajaran PKn berdasarkan
taksonomi tujuan pendidikan dapat menjadikan peserta didik seutuhnya.
Maksudnya peserta didik yang mempunyai semua, selaras, serasi dan
seimbang perkembangan semua segi individunya. Individu-individu yang
mampu menjangkau segenap hubungan dengan Tuhan, dengan
lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial
yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang
demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik unsur akal
pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa, dan karsa), jasmani
maupun rohani, yang berkembang secara penuh. Integrasi perkembangan dari
unsur-unsur itulah yang menciptakan peserta didik seutuhnya sebagai
taksonomi tujuan pendidikan.
Stenhouse (1984; Hopkins, 1985:1993; Elliot, 1993) nampaknya lebih
melihat faktor guru sebagai sentralitas faktor emansipasi proses pendidikan ini.
Artinya, bila sasaran akhir proses pendidikan adalah kemandirian peserta
didik, maka perubahan harus dimulai dari kinerja profesional guru. Proses
pendidikan harus merupakan a non authoritarian context di dalam situasi
mana setiap peserta didik dapat mencipta makna-makna bagi dirinya sendiri
(the creation of individual meaning), dan memposisikan guru dalam peran
sebagai liberating forces person (Al Muchtar, 2009).
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 23
BAB IIIMANAJEMEN PENGELOLAAN MATA PELAJARAN PKn
A. Pengelolaan Kelas
Guru berperan mengelola kelas untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menarik, kreatif, dan menyenangkan. Guru wajib melakukan dua tugas
sekaligus yang penting yaitu mengajar dan mendidik, tugas pokok pertama
yakni mengajar berarti segala bentuk usaha untuk membantu siswa dalam
pencapaian tujuan pembelajaran melalui pengelolaan kelas yang baik.
Pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan dengan menintegrasi semua
perangkat pembelajaran dengan sarana dan prasarana pembelajaran.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah
dari kata pengelolaan adalah manajemen yang berarti ketatalaksanaan, tata
pimpinan. Pengelolaan atau manajemen dalam pengertian umum menurut
Arikunto mengemukakan (Bahri, 2000) adalah “pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan”.
Sardiman A.M ( 2001) mengatakan pengertian pengelolaan kelas adalah :
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap peserta didik untuk belajar kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pengelolaan kelas
adalah kemampuan guru dalam menciptakan kondisi dan situasi belajar yang
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 24
menyenangkan di kelas sehingga peserta didik merasa betah dan mampu
berkonsentrasi dalam belajar. Pengelolaan kelas memerlukan langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi kelas. Secara psikologi
pembelajaran wajib merencanakan langkah-langkah sesuai dengan
perkembangan kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan peserta didik
akan mencapai tahap berpikir tinggi apabila pengelolaan kelas yang dilakukan
oleh guru kreatif dan menyenangkan. Menurut Suharsimi Arikunto (Bahri,
2000) “memahami pengelolaan kelas dapat dilihat dari dua segi yaitu
pengelolaan yang menyangkut siswa & pengelolaan yang menyangkut fisik
(ruangan, perabotan, alat pengajaran)”.
Pengelolaan kelas yang kreatif dan menyenangkan dikembangkan melalui
pendekatan. Riduwan (2004) setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa
dilakukan oleh guru untuk mengelola kelas yaitu :
a. Pendekatan kekuasaan.
b. Pendekatan kebebasan.
c. Pendekatan resep.
d. Pendekatan pembelajaran / pengajaran.
e. Pendekatan perubahan tingkah laku.
f. Pendekatan suasana emosi & hubungan sosial.
g. Pendekatan pluralistik.
Pengelolaan kelas memerlukan kemampuan dasar keterampilan guru.
Guru harus mampu melaksanakan manajemen pengelolaan kelas dan mata
pelajaran. Pengelolaan kelas akan mempunyai dampak yang siginifikan
terhadap pengelolaan mata pelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Pengelolaan kelas khususnya untuk mengelola mata
pelajaran PKn merupakan kompetensi guru yang harus dikuasai karena setiap
peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan suatu
karakter akan menimbulkan cirri khas masing-masing sesuai afektif.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 25
Pidarta (2007) mengemukakan variasi perilaku Karena ada faktor-faktor
penyebablah timbulnya variasi perilaku itu. Menurutnya faktor-faktor
penyebab variasi perilaku itu adalah :
a. Karena pengelompokan (pandai, sedang, bodoh). Kelompok
bodoh akan menjadi sumber negatif, penolakan atau apatis.
b. Karakteristik individual, kemampaun kurang dan latar belakang
ekonomi rendah sehingga menghalangi kemampuan.
c. Kelompok pandai akan merasa terhalang oleh teman-temannya
yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang
diberikan oleh guru sehingga kelompok ini membentuk norma sendiri yang
tidak sesuai dengan harapan sekolah.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa variasi perlaku
peserta didik dapat menimbulkan masalah bagi guru dalam upaya mengelola
kelas sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkannya, Pidarta (2007)
mengemukakan masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku peserta
didik adalah :
a. Kurang kesatuan, seperti adanya kelompok-kelompok, klik-klik
dan pertentangan jenis kelamin.
b. Tidak ada standar perilaku dalam berkerja kelompok, misalnya
ribut, bercakap-cakap, pergi kesana kemari dan sebagainya.
c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut,
bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
d. Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila
didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya.
e. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga
yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang dan lain-lain.
f. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang
berubah,seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi
baru dan sebagainya.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 26
Masalah pengelolaan kelas selalu berhubungan dengan pengelolaan mata
pelajaran karena pengelolaan kelas bersumber pada peserta didik. Hal tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu masalah individual dan
masalah kelompok. Dreikus & Cassel mengemukakan (Hamalik, 2000)
masalah pengelolaan kelas individual dibedakan menjadi empat kategori
yaitu
a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain, misalnya
dengan membadut di kelas membuat suatu kegaduahan.
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan atau konfrontasi, misalnya
berdebat, membandel, membantah dan bertindak emosional.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, misalnya menyakiti
dengan cara mengejek dan memukul
d. Peragaan ketidakmampuan atau memboikot, berlagak menyerah atau tak
berdaya, pasif, apatis acuh tak acuh bahkan menolak sama sekali
melakukan apapun.
Sedangkan Johnson & Bany mengemukakan (Hamalik, 2004) masalah
pengelolaan kelas kelompok dibedakan menjadi enam kategori yaitu :
a. Kelas kurang kohesif atau kompak sehingga timbul klik-klik dalam kelas
b. Kelas bereaksi negatif terhadap salah satu seorang anggotanya
c. Kelas membombong atau membesarkan anggota kelas yang melanggar
norma
d. Kelas mudah sekali dialihkan perhatikannya
e. Semangat kerja rendah, lamban dan malas
f. Kelas sukar menyesuaikan diri dengan keadaan baru misalnya perubahan
jadwal dan penggantian guru
Masalah pengelolaan kelas merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan semua pihak pendidikan sehingga masalah-masalah tersebut
dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 27
BAB IV TEORI-TEORI BELAJAR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MATA PELAJARAN PKn DAN PERMASALAHAN
Belajar berhubungan dengan kemampuan per individu dalam menangkap
suatu pengetahuan, sikap, tingkah, perilaku, dan keterampilan yang ditransfer
oleh seseorang melalui belajar dan pengalaman kegiatan. Menurut Riyanto
(2012) Mengatakan bahwa teori belajar dapat dikelompokkan menjadi empat
yakni :
1. Aliran Behavioristik
Teori belajar dari psikologi behavioristik, teori ini berpendapat bahwa
tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari
lingkungan. Dengan demikian tingkah laku belajar terdapat jalinan yang sangat
erat antara reaksi-reaksi dengan stimulus. Pandangan ini berpendapat bahwa
tingkah laku adalah merupakan reaksi-reaksi lingkungan mereka pada masa
lalu dan pada masa sekarang bahkan segenap tingkah laku adalah merupakan
hasil belajar. Jadi belajar adalah proses hubungan stimulus-respon. Prinsip-
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 28
prinsip Behavioristik adalah: (1) objek psikologi adalah tingkah laku, (2)
semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek, dan (3) mementingkan
terbentuknya kebiasaan.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang
mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga
berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Watson, stimulus dan respons harus
berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable). Setiap stimulus yang
diberikan berinteraksi satu dengan lainnya dan interaksi ini akhirnya
mempengaruhi respons yang dihasilkan itu. Sedang respons yang diberikan ini
juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang ada gilirannya akan
mempengaruhi tingkah laku peserta didik.
2. Aliran Kognitif
Teori ini berpendapat bahwa dalam situasi belajar, seseorang terlibat
langsung dalam situasi itu dan memperoleh insting untuk pemecahan masalah.
Jadi kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung
kepada insting terhadap hubungan hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
Keseluruhan adalah yang ada didalam suatu situasi.keseluruhan adalah lebih
dari bagian-bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan
atas stimuli di dalam linkungan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
pengamatan. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpisah-pisah tetap mengalir, bersambung-sambung menyeluruh. Ada
beberapa model belajar dari aliran Kognitif ini.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 29
Model Jean Piaget, proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yaitu 1)
asimilasi; 2) akomodasi; dan 3) ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi
adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam bentuk peserta didik. Akomodasi adalah penyesuaian
struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Model Gestalt, teori ini berasal dari Mex Wertheimenr. Belajar berarti
peserta didik harus mampu menangkap makna dari hubungan antar bagian
yang satu dengan bagian yang lainnya. Pemaknaan makna dari hubungan
inilah yang disebut memahami, mengerti atau insight.
Model Kohler, belajar adalah serta mencapainya, hasil adalah proses yang
didasarkan pada insight. Belajar adalah melakukan suatu proses kegiatan
dengan memberikan masalah, yang kemudian harus dipecahkan dengan
menggunakan caranya sendiri sehingga akan menghasilkan hasil dari proses
dia memahami, mengerti.
Model Cognitive-Field, belajar sebagai akibat dari perubahan dalam
struktur Kognitif. Perubahan struktur Kognitif itu adalah hasil dari dua macam
kekuatan yaitu satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari
kebutuhan dan motivasi internal individu. Hal tersebut memberikan peranan
yang lebih pada motivasi daripada Reward.
Model Discovery Learning, teori ini berasal dari Brunner. Belajar
melibatkan 3 proses yang berlangsung hamper bersamaan, yaitu: a.
memperoleh informasi baru. Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 30
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang; b. transformasi informasi.
Transformasi informasi/pengetahuan menyangkut cara kita memperlakukan
pengetahuan; c. evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevansi dari
ketepatan pengetahuan.
Model David Ausubel, belajar menerima dan menemukan masing-masing
dapat merupakan hafalan atau bermakna, tergantung pada situasi terjadinya
belajar. Belajar dengan menghafal yaitu mendapatkan informasi dengan
mengingat kata demik kata atau angka demi angka. Belajar dengan bermakna
yaitu informasi yang dipelajari disusun sesuai dengan struktur Kognitif peserta
didik, sehingga dapat mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur
Kognitifnya. Peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengatur kemajuan (belajar)” advance organizers didefinisikan dan
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik. Pengatur
kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
(mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik.
3. Aliran Humanistik
Teori belajar dari psikologi Humanistik. teori ini berpendapat bahwa
penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan
perhatian peserta didik, dengan maksud untuk membentuk peserta didik agar
mengembangkan dirinya yaitu membentuk masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik.
4. Aliran Sibernetika
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 31
Teori belajar Sibernetika merupakan teori belajar terbaru. Teori ini adalah
mengenai pengelolaan informasi. Sibernetika yaitu system informasi yang
diproses. Tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi,
yang tepat untuk semua peserta didik. Maka, sebuah infromasi mungkin akan
dipelajari seorang peserta didik dengan satu macam proses belajar, dan
informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari peserta didik lain melalui
proses belajar yang berbeda.
Teori-teori belajar diatas menunjukkan bahwa belajar merupakan segala
pikiran dan tindakan yang terus menerus berdasarkan kemampuan seseorang
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan dari lingkungannya secara terus
menerus yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Berdasarkan teori-teori tersebut maka pengembangan
pembelajaran PKn dapat diarahkan secara maksimal sesuai dengan materi
yang akan diajarkan sehingga mampu menghasilkan model, pendekatan,
strategi, metode, dan gaya pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
sehingga berdampak mampu mengelola kelas sesuai kemampuan dan teorinya.
A. Aktivitas-Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah segala kegiatan seseorang dalam upaya untuk
memperoleh berbagai kemajuan bagi dirinya yang tentunya dengan berbagai
macam kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dalam
(responsibility), kesederhanaan (simplicty), toleransi (tolerance), dan persatuan
(unity) (Baedhowi, 2010).
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 89
Bangsa Indonesia memiliki banyak tokoh panutan yang memiliki karakter
seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan tokoh lainnya mampu yang memberikan
keteladanan bagi bangsa dengan karakter mereka yang kuat. Rajasa (2008)
mengemukakan bahwa bangsa Indonesia perlu meneladani karakter para
pahlawan dengan memperluas cakupannya bukan hanya kerelaan untuk
berbuat sesuatu yang ditujukan untuk mencapai cita-cita besar bangsanya
diiringi dengan kesediaan untuk mempertaruhkan jiwa dan raga namun juga
mampu merancang skenariomasa depan bangsanya, menuju bangsa yang
mandiri dan bermartabat melalui semangat juang tinggi, disiplin dan kerja
keras di semua bidang kehidupan. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa bangsa
yang berhasil di era milenium ini adalah bangsa dengan kapasitas daya saing
tinggi, yang rakyatnya memiliki kapasitas berpikir yang cerdas, kemampuan
imajinasi dan kreasi yang tak terbatas dan mental yang robust atau tahan
banting. Bangsa dengan kualitas yang seperti itulah yang akan sanggup
berevolusi di era milenium ini dan di masa depan. Soepandji (2007)
menambahkan bahwa generasi muda perlu membangun karakter ”Bhinneka
Tunggal Ika” yang dilandasi nilai-nilai budaya damai, toleransi, anti
kekerasan, menekankan kejujuran, kepedulian, keadilan, kepatuhan hukum
serta menjunjung tinggi supremasi hukum (Baedhowi, 2010).
Namun pada kenyataannya, karakter dan identitas bangsa yang selama ini
berkembang di Indonesia adalah karakter yang kurang memiliki daya juang
yang tinggi terhadap proses (upaya) mencapai sesuatu dan cenderung memilih
jalan pintas untuk memperoleh hasil tertentu. Sebagai contoh, untuk
mendapatkan nilai baik, masih banyak peserta didik yang memilih jalan pintas
dengan mempelajari soal-soal yang digunakan sebelumnya, dengan membuat
catatan untuk menyontek, atau bahkan ada yang melakukannya dengan cara-
cara tertentu (semacam suap) agar dapat nilai baik atau lulus ujian.
Implikasi lebih luas adalah, maraknya bangsa yang selalu mengambil jalan
pintas untuk memperoleh keberhasilna (uang banyak, kedudukan/jabatan)
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 90
dengan cara-cara pintas melalui kolusi, korupsi dan nepotisme yang sering
dikenal dengan istilah KKN. Berdasarkan pengalaman inilah maka bangsa
Indonesia memiliki pekerjaan dan sekaligus tantangan berat untuk
mewujudkan guru yang berkualitas, profesional, dan karakter yang patut
dijadikan panutan serta kurikulum yang mampu membentuk karakter dan
identitas bangsa yang handal, profesional, memiliki daya saing serta daya
juang yang tinggi (Baedhowi, 2010).
Karakter dan keretakan sosial merupakan faktor utama menjalankan hidup
berdemokrasi. Suatu pemikiran penting yang perlu diantisipasi adalah apakah
batas-batas antara kelompok-kelompok etnis itu kuat atau lemah; apakah satu
golongan dapat menembus dinding batas itu sehingga tidak ada kelompok
eksklusif sehingga satu kelompok dengan kelompok lain dapat berkomunikasi
dan bekerja sama. Keberhasilan dalam membangun masyarakat demokratis,
misalnya di Amerika Serikat karena batasan antarkelompok sangat lemah. Hal
ini beda dengan kondisi di Sri Lanka, misalnya rasa permusuhan antara
kelompok minoritas Tamil dan mayoritas Sinhala mengakibatkan munculnya
kelompok pemberontak Tamil. Di Nigeria, terjadi praktik diskriminasi
terhadap minoritas Ibo yang mengakibatkan perang Biafrican tahun 1960 dan
kehilangan ribuan jiwa penduduk. Di Fiji, muncul kebencian penduduk asli
Fiji terhadap kemenangan imigran India dan pada tahun-tahun terakhir ini
terjadi perang berdarah antar etnis dan agama di negera-negara pecahan
Yugoslavia antara Serbia, Bosnia, dan Kroasia. Jiwa manusia sudah tidak
berharga lagi dalam situasi perang antar etnis. Oleh karena itu, faktor sosial
dan politik, khususnya upaya pembangunan bangsa, nations and character
building sangat penting dalam mewujudkan suatu masyarakat dan negara
demokratis.
C. Sifat Hakikat Manusia dalam
Pendidikan
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 91
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah
sekadar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan.
Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis
normative. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh
diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal
tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normative karena pendidikan mempunyai
tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai
sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan peserta didik
mempunyai minat untuk melakukannya (Umar Tirtarahardja dan La Sula,
2000).
Untuk mendukung minat dalam belajar peserta didik perlu dipahami wujud
hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh
paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi
konsep pendidikan yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri;
b. Kemampuan bereksistensi;
c. Pemilikan kata hati;
d. Moral;
e. Kemampuan bertanggungjawab;
f. Rasa kebebasan;
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak;
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan (Umar Tirtarahardja dan La Sula,
2000).
Lebih jelasnya lagi lihat penjelas berikut ini.
a. Kemampuan menyadari diri
Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan
pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia.
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia,
maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki cirri khas atau
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 92
karakteristik diri. Orang lain merupakan pribadi-pribadi di sekitar, adapun
pohon, abut, cuaca dan sebagainya merupakan lingkungan nonpribadi.
Drijarkara menyebutkan kemampuan tersebut dengan istilah “meng-
Aku”, yaitu kemampuan mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada
aku, dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat
dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kea rah kesempurnaan diri.
Kenyataan seperti ini mempunyai implikasi pedagogis, yaitu keharusan
pendidikan untuk menumbuhkembangkan kemampuan meng-Aku pada
peserta didik. Dengan kata lain pendidikan diri sendiri yang oleh
Langeveld disebut self forming perlu mendapat perhatian.
b. Kemampuan bereksistensi
Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku
dengan objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu
dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang
membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam
kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Kemampuan
menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan
bereksistensi.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta
didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi
sesuatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari
sesuatu, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa
kanak-kanak.
c. Kata Hati (conscience of man)
Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati
nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati. Conscience ialah “pengertian
yang ikut serta” atau “pengertian yang megikut perbuatan”. Manusia
memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang,
dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya (baik atau
buruk) bagi manusia sebagai manusia.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 93
Orang yang memiliki kecerdasan akal budi sehingga mampu
menganalisis dan mampu membedakan yang baik/benar dengan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia disebut tajam kata hatinya.
Dalam kaitannya dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan petunjuk
bagi moral/perbuatan. Melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi akan
mewujudkan kata hati yang tajam.
d. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai
perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut
etika) adalah perbuatan itu sendiri.
Di sini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral.
Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum
otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya untuk itu
diperlukan kemauan. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering
disebut pendidikan kemauan, yang oleh M.J. Langeveld dinamakan de
opvoedeling omzichzelfs wil.
e. Tanggungjawab
Kesediaan untuk meanggung segenap akibat dari perbuatan yang
menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang
bertanggungjawab. Wujud bertanggungjawab bermacam-macam. Ada
tanggungjawab kepada Tuhan. Tanggungjawab kepada diri sendiri berarti
menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang
mendalam. Bertanggungjawab kepada masyarakat berarti menanggung
tuntutan norma-norma social.
Di sini tampak betapa eratnya hubungan antara kata hati, moral dan
tanggungjawab.kata hati memberi pedoman, moral melakukan, dan
tanggungjawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari
perbuatan.
f. Rasa kebebasan
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 94
Merdeka adalah rasa kebebasan (tidak merasa terikat oleh sesuatu),
tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada
dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan
“sesuai dengan tuntutan kodrat manusia” yang berarti ada ikatan.
Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam
keterikatan. Artinya bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan
tuntutan kodrat manusia. Implikasi pedagogisnya adalah sama dengan
pendidikan moral yaitu mengusahakan agar peserta didik dibiasakan
menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga
dirasakan sebagai miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi
dirasakan sebagai sesuatu yang merintangi gerak hidupnya. Inilah
kekurang kita bangsa Indonesia karena aturan-aturan tidak ditegakkan
kepada seluruh lapisan masyarakat (masih memandang bulu) maka
akhirnya aturan-aturan dianggap sesuatu hal yang menghalangi.
g. Kewajiban dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai
manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Pemenuhan hak dan
pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Maka hak asasi
manusia harus diartikan sebagai cita-cita, aspirasi-aspirasi atau harapan-
harapan yang berfungsi untuk member arah pada segenap usaha
menciptakan keadilan.
Dengan berlandaskan kewajiban dan hak maka pendidikan disiplin dan
tanggungjawab harus dilaksanakan sejak masih balita. Benih-benih
kedisiplinan dan rasa tanggungjawab seharusnya sudah mulai
ditumbuhkembangkan sejak dini, bahkan sejak anak masih dalam
keranjang ayunan, melalui latihan kebiasaan (habit forming) khususnya
mengenai hal-hal yang nantinya bersifat rutin dan dibutuhkan di dalam
kehidupan. Disiplin diri menurut Selo Soemardjan (wawancara TVRI,
Desember 1990) meliputi empat aspek, yaitu:
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 95
(1) Disiplin rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa
salah.
(2) Disiplin social, jika dilanggar menimbulkan rasa malu.
(3) Disiplin afektif, jika dilanggar menimbulkan rasa gelisah.
(4) Disiplin agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa
berdosa.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
Penghayatan hidup yang disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah
untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan. Manusia perlu melestarikan
dan mengembangkan hubungan yaitu (1) hubungan konsentris (memahami
kelebihan dan kekurangan diri); (2) hubungan horisentral 1 (perimbangan
antara hak dan kewajiban); (3) hubungan horisentral 2 (perimbangan
mengeksploitasi dengan melestarikan; dan (4) hubungan vertical (pemahaman
dan pengamalan nilai agama).
Kepribadian yang terbentuk dari hubungan-hubungan itu harus serasi dan
seimbang. Antara segenap aspek kepribadian yaitu kemampuan rohani dan
jasmani, antara cipta, rasa, dan karsa, antara cita-cita dengan kemampuan
mencapainya, antara kemampuan berikhtiar dengan kesediaan menerima
hasilnya. Pendidikan dapat dimanipulasi untuk membina terbentuknya
kepribadian yang selaras.
D. Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PKn
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa dalam membangun minat
belajar peserta didik di perlukan saranan dan prasaranajuga peran serta dari
lingkungan belajar peserta didik yang di bangun untuk meningkat daya
imajinasi dalam perkembangan anak dalam proses belajar mengajar,
sehingga daya tangkap, minat anak terhadap ilmu pengetahuan bisa
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 96
diterima dan berkembang dengan baik, terlebih dalam mata pelajaran PKn.
Hal ini dikarenakan apa yang dipelajari memiliki hubungan keterkaitan
dengan alam atau lingkungan. Aktivitas belajar peserta didik tidak
selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang lancar dan kadang-kadang
tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun kadang-
kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bisa berkonsentrasi dalam
belajar.Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap peserta
didik dalam kehidupannya sehari-hari di dalam aktivitas belajar mengajar.
Maka oleh sebab itu, peran dan tugas pihak sekolah, guru, orang tua,
dan masyarakat, dituntut untuk lebih memperhatikan kondisi lingkungan
tempat anak tinggal dan belajar serta dalam berinteraksi dan
mengembangkan kemampuan diri, dimana hal ini pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan perilaku sikap dan kemampuan anak diperoleh
dari lingkungannya. Dalam hal ini, minat dari setiap peserta didik memang
tidak ada yang sama, perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku belajar dikalangan peserta didik, sehingga menyebabkan
perbedaan dalam hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling
mempengaruhi, tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik tergantung
pada faktor-faktor tersebut.
Hal inilah mengindikasikan bahwa antara minat belajar peserta didik
mempunyai peranan atau hubungan yang sangat penting dengan hasil
belajar, karena dengan adanya minat peserta didik dalam proses belajar
pada mata pelajaran PKn, maka akan dapat diperoleh hasil belajar yang
optimal. Sebaliknya apabila minat dari peserta didik kurang dalam
mengikuti proses belajar mengajar, terlebih sarana dan prasarana dalam
mengembangkan daya imajinasi mereka dalam proses belajar Ilmu
Pengetahuan, maka bisa saja muncul kemungkinan hasil belajar peserta
didik yang optimal tidak dapat diraihnya.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 97
Oleh karena itu, suasana lingkungan belajar di sekolah maupun di
rumah serta sarana dan prasarana juga harus mendukung untuk terjadinya
kegiatan belajar yang nyaman dan menyenangkan sangatlah dibutuhkan
oleh setiap peserta didik guna dapat memperoleh hasil belajar yang optimal
terlebih dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru kepada semua
peserta didik untuk dikerjakan dengan baik dan bersemangat penuh
konsentrasi tanpa adanya gangguan dari luar. Tidak terlepas juga perhatian
orang tua yang baik terhadap anaknya khususnya untuk pendidikan
diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Suasana lingkungan
belajar seperti itu dapat diciptakan oleh bantuan pihak sekolah dan para
orangtua, seluruh aparat pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan segenap lapisan masyarakat yang ada di mana peserta didik
tinggal.
Selanjutnya Syamsudin (1990) merinci lebih jauh mengenai indikator-
indikator jenis hasil belajar peserta didik, yaitu sebagai berikut.
Tabel 5. Indikator-Indikator Jenis Hasil Belajar Peserta Didik
Jenis Hasil Belajar Indikator-Indikator Cara Pengungkapan
A. Kognitif1. Pengamatan /Perseptual
2. Hafalan/Ingatan
3. Pengertian/Pemahaman
4. Aplikasi/Penggunaan
Dapat menunjukkan/ membandingkan/ menghubungkan
Dapat menyebutkan/ menunjukkan lagi
Dapat menjelaskan/ mendefinisikan dengan kata-kata sendiri
Dapat meberikan
Tugas/tes/observasi
Pertanyaan/tugas/tes
Pertanyaan/soal/tes/tugas
Tugas/persoalan/tes/observasi
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 98
5. Analisis
6. Sintesis
7. Evaluasi
B. Afektif1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Penghargaan/apresiasi
4. Internalisasi/pendalaman
5. Karakteristik/Penghayatan
contoh/ menggunakan dengan tepat/ memecahkan masalah
Dapat menguraikan/ mengklasifikasikan
Dapat menghubungkan/ menyimpulkan/ menggeneralisasikan
Dapat menginterpretasikan/ memberikan kritik/ memberikan pertimbangan/ penilaian
Bersikap menerima/ menyetujui/ atau sebaliknya
Bersedia terlibat/ partisipasi/ memanfaatkan atau sebaliknya
Memandang penting/ bernilai/ berfaedah/ indah/ harmonis/ kagum atau sebaliknya
Mengakui/ mempercayai/ meyakinkan atau sebaliknya
Melembagakan/ membiasakan/ menjelmakan dalam pribadi dan perilakunya sehari-hari
Tugas/persoalan/tes
Tugas/persoalan/tes
Tugas/persoalan/tes
Pernyataan/ tes/ skala sikap
Tugas/observasi/tes
Skala penilaian/ tugas/ observasi
Skala sikap/ tugas/ eks-presif/ proyektif
Skala sikap/ tugas/ eks-presif/ proyektif
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 99
C. Psikomotor1. Keterampilan bergerak
2. Keterampilan ekspresi verbal dan non-verbal
Koordinasi mata, tangan, dan kaki
Gerak, mimik, ucapan
Tugas/observasi/tindakan
Tugas/observasi/tes/tindakan
Indikator-indikator tersebut harus dapat dilaksanakan semaksimal
mungkin atau malah menambah lagi indikator-indikator lainnya. Maka itu
pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai batasannya, yaitu (1) pendidikan
sebagai proses transformasi budaya; (2) pendidikan sebagai proses
pembentukan pribadi; (3) pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara;
(4) pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja (Umar Tirtarahardja dan La
Sula, 2000).
Pembelajaran pengetahuan lebih banyak dibelajarkan daripada sikap
dan nilai. Kusni Sulang salah seorang budayawan Kalimantan Tengah
menyatakan pada halaman opini Kalteng Pos 8 Maret 2010, timbul
kegelisahan dikalangan tokoh agama, pejuang-pejuang tua Kalimantan Tengah
yang masih tersisa, para pemuka adat (damang) dan segelintir pihak pengelola
kekuasaan terkait, mereka mengatakan angkatan sekarang mempunyai tiga ciri
utama yaitu (1) berpendidikan, (2) beragama, dan (3) tidak beradat. Karena itu
timbul banyak kasus asusila di sekolah dasar. Kita bisa mencontoh salah satu
kasus, Jawa Pos 5 April 2010 halaman international, gadis 12 tahun tuntut Rp
9,3 M, diberitakan bahwa Alexa Gonzalez, gadis, 12 tahun, intinya dia menulis
di bangku sekolahnya sewaktu pelajaran bahasa Spanyol dan ketahuan oleh
gurunya karena itu dia dilaporkan kepala sekolah karena sekolah itu
mempunyai peraturan dilarang menulis dibangku, karena itu dia diadili di
pengadilan keluarga. Dia divonis hukuman bekerja selama delapan jam. Dia
juga diwajibkan menulis esai tentang pelajaran yang didapatkannya dari
pengalaman itu. Selama menjalani hukuman tersebut, dia diskors dari sekolah.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 100
Dan pada akhir-akhir ini pada awal tahun 2013 banyak terjadi pelecehan
seksual terhadap peserta didik sekolah dasar.
Memang kita tidak perlu sampai sedemikian rupa, tapi cukup dengan
menegakkan kedisiplin di sekolah dasar, dulu pernah ada gerakan disiplin
nasional tetapi hilang tidak ada khabar beritanya lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadis. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta
Ahmadi, Abu dkk. 2001. Ilmu Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Ahmad Sabri. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Quantum Teaching.
Al Muchtar, Suwarma, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta: Universitas Terbuka.
Al-Lamri dan Ichas. 2006. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas, Dirjen Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan
Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy f Educational Objectives). New York: Addison Wesley Longman
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 101
Anwar, Moch. Idochi. 1986, Kepemimpinan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit Angkasa
Apriana. 2012. Hubungan Kedisiplinan dan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Prestasi Belajar PKn Peserta Didik Kelas IV SDN-1 LANGKAI PALANGKA RAYA Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Edisi dalam Bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh Helly Prajitno Sooetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aziz Wahab, dkk. 2007. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta: Penerbit UT
Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar dalam Rangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Baedhowi. 2010. Pendidikan sebagai Pembentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Disampaikan pada Kegiatan Ilmiah “Komitmen Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menuju World Class University dengan memperkuat peranannya dalam Pendidikan yang membentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Surabaya
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Binham. 2012. Metode Pemberian Tugas (resitasi), http://binham .wordpress.com/2012/05/01/metode-pemberian-tugas-resitasi/ 06 Mei 2012.
Budimansyah, Dasim. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PKn. Jakarta : Universitas terbuka
Borich, G. D. 1994. Obervation Skills for Effective Teaching. New York : Macmillan Publishing Company
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 102
Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp._____. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston London Sydney Toronto: Allyn and Bacon, Inc.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Cak/c8/ttg. “Gadis 12 Tahun Tuntut Rp 9,3 M.” Dalam Jawa Pos. 5 April
2010. hal. International : Surabaya Chaniago, A. 1998. Pendidikan Keterampilan Bidang Jasa. Bandung : CV.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan PT. Rineka Cipta
Djahiri, dkk. 2006. Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Fajar, Arnie. 2004. Portfolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Firmansyah, Arif. 2008. “Peningkatan Proses Pembelajaran PKn Materi Keputusan Bersama Melalui Pendekatan CTL di Kelas V SDN Inpres Bumi Sagu Palu Sulawesi Tengah”. Tesis Magister Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Gunarsa, 1992. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/penjaskes/identifikasi-faktor-penyebab-munculnya-minat-anak-usia-12-15-tahun. diakses 03 Maret 2011.
Hafiz Muthoharoh. 2011.http://alhafizh84.wordpress.com/2010/03/04/metode-sistem-regu-team-teaching. diakses 03 Maret 2011
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.
Haris Supratno. 2010. Pendidikan sebagai Pembentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Disampaikan pada Kegiatan Ilmiah “Komitmen Universitas
Negeri Surabaya (UNESA) menuju World Class University dengan memperkuat peranannya dalam Pendidikan yang membentuk Kualitas dan Karakter Bangsa. Surabaya
Hariyati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press
Harefa, Andrias. 2001. Pembelajaran di Era Serba Otonomi. Jakarta : Penerbit Buku Kompas
Hisyam dan Suyanto. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
Hurlock. Elizabeth B. 1996. Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga
Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hitipeuw, I. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Imelda. 2003. Cara Belajar yang Efektif dan Efisien. Jakarta :PT. Bumi Aksara.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Jamal Ma’mur Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan), Jakarta : Diva Press.
Jarolimek, John dan Foster, Clifford D., Sr. 1993. Teaching & Learning in The Elementary School. United States of America : Macmillan Publishing Company
Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning (Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan. Bandung : MLC
Koentjaraningrat. 1980. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia
Made Pidarta. 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Surabaya: Unesa Press
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 104
Marzuki. 1995. Metodologi Riset. Yogyakarta : Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi – Universitas Islam Indonesia
Mulbar, Usman. 2009. ”Pembelajaran Matematika Realistik yang Melibatkan Metakognisi Siswa di Sekolah Menengah Pertama”. Disertasi Doktor Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Mursell dan Nasution. 2002. Mengajar Dengan Sukses (Successful Teaching).
Jakarta : Bumi Aksara
Nasution, S. 2000. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Rajawali.
Natawidjaja, Rochman, dkk. (Eds.). 2007. Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Press
Ningsih, Rini. 2007. PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Bogor : Yudhistira
Noor. Ady Ferdian. 2010. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Berdasarkan Taksonomi Tujuan Pendidikan dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Kelas III (Studi Kasus Pembelajaran PKn Kelas III di SDN-9 Menteng Palangka Raya. Tesis Magister Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya
Oemar, Hamalik. 1976, Media Pendidikan. Bandumg : Alumni.
Oemar Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
_____________. 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
_____________. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta : PT. Bumi Askara
Pidarta, Made. 2007. Wawasan Pendidikan (Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional Pengembangan Afeksi dan Budaya Pancasila Mengurangi Lulusan Menganggur). Surabaya : Unesa University Press
Prabowo. 1998. Metodologi Penelitian. Surabaya : Bahan Ajar yang tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Surabaya
Prijodarminto. 1994. Psikologi Untuk Bimbingan, Jakarta : PT. Gunung Mulya
Riyanto, Yatim. 2005. Paradigma Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 105
Riduwan. 2005. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : CV. Alfabeta
Safari. 2003. Indikator Minat Belajar, (http://indikator minat_belajar.html.com/2011/06/02: 20 Des 2012)
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sasmita. 1991. Peran Pendidikan Keluarga dalam Pendidikan. Bandung : Majalah Mimbar.
Sardiman A. M. 1988. http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/pengertian-minat-belajar.html (06/04/12)
Silalahi, Gabriel Amin. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo: Citramedia
Soejanto, Agoes. 1995. Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sudjana dan Ibrahim, 2001, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algensindo, Bandung
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek, Depdiknas, Dirjen Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan, Jakarta
Sulang, Kusni. Opini: ”Pendidikan: Benteng Kebudayaan Bangsa.” Dalam Kalteng Pos. 8 Maret 2010 : Palangka Raya
Sumardi, Lalu. 2008. ”Kompetensi yang harus dimiliki Guru Sekolah Dasar Kelas Rendah dalam rangka Menciptakan Pembelajaran yang Efektif”. Tesis Magíster Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Wijaya. C. dan Tabrani Pusyam. A. 1991. Kemampuan Siswa Dalam Proses Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S. 2001. “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi.” Jakarta : Balitbang Depdiknas
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Winkel. 1993. Pola-Pola Interaksi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.
Warsono. 2008. Logika Cara berpikir Sehat. Surabaya : Unesa University Press
Zainul Ittihad Amin. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Penerbit UT
GLOSARIUM
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang civic knowledge, civic skills, civic participation Pembelajaran PKn di SD yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warganegara yang demokrasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 beserta amandemen.
Tugas PKn dengan paradigm barunya adalah mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence), membina tanggungjawab warga Negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga Negara (civic
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 108
participation). Teori tersebut direduksi berdasarkan hasil observasi pada penelitian ady ferdian noor, 2010 menjadi rumusan fungsi PKn tersebut dihubungkan dengan dimensi keilmuan PKn yaitu taksonomi tujuan pendidikan maka fungsi PKn tersebut dapat dikelompokkan menjadi: 1) Fungsi PKn dalam membina kecerdasan /pengetahuan peserta didik (civic
knowledge/kognitif); 2) Fungsi PKn dalam membina keterampilan peserta didik (civic
participation/afektif);3) Fungsi PKn dalam membina watak/karakter peserta didik (civic
skills/psikomotor).
Karakter adalah ”watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebjikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain”. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik (pendekatan sosial). Peserta didik menurut pendekatan psikologis adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Sedangkan menurut pendekatan edukatif/paedagogis, peserta didik sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK) adalah suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik untuk memahami teori kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktik-empirik.
Pembelajaran adalah proses kegiatan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dengan tetap melalui pendekatan student teaching learning.
Model Pembelajaran adalah suatu proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan menggunakan metode, pendekatan, strategi, dan teknik pembelajaran.
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 109
INDEKS
Authentic assessment 45Assertive training 53A non authoritarian context 54Animal Educondum 85Berpikir kritis 37Berpikir imajinatif 37Berpikir bebas 37Brainstorming 37Body of knowledge 37Borderless 81Civic education 5Civic skills 5,19,23,24,25,26,27,30,33,45,46,50,86Civic knowledge 5,19,23,24,25,26,27,30,33,46,50,86Civic participation 5,19,24,25,26,27,28,30,33,47,51,86
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 110
Congruence 8Citizenship 33Civil society 38Conceptual knowledge 48Discrepancy 8Disequilibrasi 39Decision making process 47Factual knowledge 48Fasilitator 8Factual knowledge 48Guideline 81Indikator karakter siswa 20In-dividere 78Individual differences 79Joyful learning 21
KNMN (konsep, nilai, moral, dan norma) 39KTSP 6,41KBK 6,37Key aspect in education 80Learning-teaching 4Teaching-learning 4Learning how to learn 4Learning how to think 4Learning how to live together 4Life skill 22Liberating forces person 54Mastery learning 55Meaningfull learning 22Matra kognitif 44Matra afektif 44Matra psikomotorik 44Motor 48Metacognitive knowledge 48Nilai praktis 42Praktek Kesadaran Lingkungan Belajar (PKLB) 9Pluralism 19PAKEM 26Performance-based assessment 45Procedural knowledge 48Pengelolaan kontingensi 52Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK) 53Portfolio 54
Rule of law 42,43
yangBuku Ajar Pembelajaran PKn 111
Recall 48Student centered 5Sekolah dasar 6SK & KD PKn 9,13-18Socio civic behaviours 47Strategia 49Teori konstruktivisme 5Taksonomi 44Transfer of knowledge 49,81Transfer of value 81The creation of individual meaning 54Virtues 80Verstehen 81